• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinasi Kualitas Perekat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Determinasi Kualitas Perekat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS

DETERMINASI KUALITAS PEREKAT

Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan

keajaiban-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “Determinasi

Kualitas Perekat“.

Karya tulis ini berisi tentang gambaran umum mengenai metode

determinasi kualitas perekat sebagai dasar memahami perekat sebagai tulang

punggung dalam penmbuatan kayu komposit. Penulis berharap semoga karya

tulis ini dapat memperkaya khasanah wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu

dan teknologi kayu.

Tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran

dan masukan yang konstruktif demi menyempurnakan karya tulis.

Medan, Desember 2009

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

Kualitas Perekat ... 1

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(5)

DETERMINASI KUALITAS PEREKAT

Kualitas Perekat

Determinasi kualitas perekat mengacu pada SNI 06–4567–1998 mengenai

Phenol Formaldehida Cair untuk Perekat Kayu Lapis, antara lain:

Kenampakan

Prinsip uji kenampakan adalah pengamatan secara visual menganai warna

dan adanya benda asing dalam perekat. Cara determinasi kenampakan perekat

adalah:

1. Contoh perekat dituangkan di atas permukaan gelas datar, lalu dialirkan

sampai membentuk lapisan film tipis.

2. Dilakukan pengamatan visual tentang warna, dan keberadaan benda asing

berupa butiran padat, debu dan benda lain.

Keasaman (pH)

Pengukuran pH adalah pengukuran banyaknya konsentrasi ion H+ pada

suatu larutan. Cara determinasi pH perekat menggunakan pH-meter adalah:

1. Contoh perekat dituangkan secukupnya ke dalam gelas piala 200 ml dan

diukur keasamannya pada suhu 25 oC menggunakan pH-meter.

2. Sebelum dilakukan pengujian pH perekat, terlebih dahulu dilakukan

standardisasi pH-meter dengan larutan buffer pH 7 dan pH 10 pada suhu

25 oC.

Kekentalan (viskositas)

Prinsip pengukuran kekentalan adalah pengukuran gesekan internal yang

disebabkan oleh kohesi molekul dalam suatu aliran. Cara determinasi kekentalan

perekat menggunakan viscometer adalah:

1. Contoh perekat dituangkan secukupnya ke dalam gelas.

2. Jenis rotor yang sesuai dengan perekat dipasang pada viskometer dan

(6)

3. Rotor akan berputar dengan kecepatan putar yang sesuai sampai

menunjukkan angka konstan yang menyatakan nilai kekentalan perekat.

Determinasi kekentalan perekat juga dapat menggunakan viscometer

ostwald, seperti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Viscometer ostwald

Cara determinasi kekentalan perekat menggunakan viscometer ostwald

adalah:

1. Contoh perekat dituangkan secukupnya ke dalam viscometer ostwald

melalui ujung tabung yang diameternya besar.

2. Sebelumnya viscometer ostwald diletakkan pada statif dan bagian bawah

tabung direndam dalam air agar suhunya stabil (25 oC).

3. Selanjutnya perekat dihisap dengan ball-pipet melalui ujung tabung yang diameternya kecil sampai melewati batas tera atas.

4. Diukur waktu yang dibutuhkan oleh perekat untuk mengalir turun dari

batas tera atas ke batas tera bawah. Kekentalan perekat ditentukan dengan

rumus:

p = {(dp x tp) / ( da x ta)} x a

Keterangan: p = viscositas perekat

a = viscositas air (0,890 cps)

(7)

da = densitas/kerapatan air = 1

tp = waktu turunnya perekat dari batas tera atas ke batas tera bawah (detik).

Berat jenis

Berat jenis adalah perbandingan berat contoh terhadap berat air pada

volume dan suhu yang sama. Cara determinasi berat jenis perekat adalah:

1. Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang (W1).

2. Kemudian piknometer diisi air dengan suhu 25 oC sampai penuh dan

ditutup tanpa ada geperekatbung udara.

3. Bagian luar piknometer dibersihkan dan dikeringkan dengan tisu, lalu

ditimbang (W2).

4. Air dalam piknometer dibuang sampai bersih dan keringkan.

5. Selanjutnya piknometer diisi dengan contoh perekat sampai penuh dan

ditutup tanpa ada geperekatbung udara.

6. Bagian luar piknometer dibersihkan dan dikeringkan dengan tisu, lalu

ditimbang (W3). Berat jenis perekat dihitung dengan rumus:

Berat jenis = (W3 – W1) / (W2 – W1)

Sisa penguapan/kadar padatan

Sisa penguapan/kadar padatan adalah perbandingan antara berat contoh

sebelum dipanaskan dengan berat contoh sesudah dipanaskan pada suhu tertentu

sampai berat tetap. Cara determinasi kadar padatan perekat adalah:

1. Contoh perekat sebanyak 1,5 gram dimasukkan ke cawan (W1).

2. Selanjutnya perekat dalam cawan dikeringkan dalam oven pada suhu

150±2 oC selama satu jam.

3. Dinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar, kemudian

ditimbang.

4. Pengeringan dan penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat tetap

(W2). Kadar padatan ditentukan dengan rumus:

(8)

Waktu gelatinasi

Waktu gelatinasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh contoh perekat untuk

membentuk gelatin pada suhu tertentu. Cara determinasi waktu gelatinasi perekat

adalah:

1. Contoh perekat sebanyak ±10 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

2. Selanjutnya dipanaskan di atas penangas air pada suhu 100 oC dengan

posisi permukaan perekat berada 2 cm di bawah permukaan air.

3. Amati waktu yang dibutuhkan perekat tersebut untuk berubah wujud

menjadi gel (gelatinasi) dengan cara memiringkan tabung reaksi.

4. Perekat yang sudah tergelatinasi ditandai dengan tidak mengalirnya

perekat ketika tabung reaksi dimiringkan.

Kadar abu

Pengujian kadar abu perekat menggunakan standar ASTM D 1102–84.

Cara determinasi kadar abu perekat adalah:

1. Cawan porselen kosong dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 oC selama

satu jam, kemudian cawan tersebut dinginkan dalam desikator sampai

mencapai suhu kamar dan ditimbang.

2. Sebanyak ±2 g contoh perekat masukkan ke dalam cawan tersebut dan

ditimbang, kemudian dipanaskan dalam oven dengan suhu 103±2 oC

selama satu jam.

3. Dinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar, kemudian

ditimbang.

4. Pengeringan dan penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat tetap

(W1).

5. Selanjutnya contoh perekat dalam cawan dikeringkan dalam tanur dengan

suhu 600 oC selama satu jam.

6. Dinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar, dan ditimbang.

7. Pengeringan dan penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat tetap

(W2). Kadar abu ditentukan dengan rumus:

(9)

Formaldehida bebas

Pengujian formaldehida bebas mengacu pada SNI 06–4565–1998 tentang

Urea Formaldehda Cair untuk Perekat Papan Partikel atau SNI 06–0163–1998

tentang Melamin Formaldehda Cair untuk Perekat Kayu Lapis.

Cara determinasi formaldehida bebas perekat adalah:

1. Contoh perekat sebanyak 20 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml,

tambahkan air sebanyak 50 ml dan aduk sampai merata.

2. Indikator metil merah dan metilen biru diteteskan sebanyak 2~3 tetes, lalu

campuran dinetralkan dengan HCl 0,1 N atau NaOH 1 N.

3. Setelah netral, campuran ditambahkan dengan NH4OH 10% sebanyak 10

ml dan NaOH 1 N sebanyak 10 ml.

4. Erlenmeyer tersebut ditutup, dikocok dan diletakkan di atas penangas air

pada suhu 30 oC selama 30 menit.

5. Selanjutnya campuran dititrasi dengan HCl 1 N sehingga terjadi perubahan

warna dari hijau menjadi biru kelabu dan kemudian merah ungu.

6. Dengan menggunakan prosedur yang sama dengan larutan contoh, dibuat

juga larutan blanko tanpa penambahan perekat. Formaldehida bebas

perekat dapat ditentukan dengan rumus:

(V1 – V2) x N x 30,03

FB (%) = x 100 W x 1000

Keterangan:

FB = formaldehida bebas (%)

V1 = volume HCl yang digunakan untuk titrasi blanko (ml)

V2 = volume HCl yang digunakan untuk titrasi contoh (ml)

N = normalitas HCl

30,03 = bobot molekul formaldehida

W = berat contoh (g)

Determinasi formaldehida bebas juga dapat dilakukan dengan metode asetil

aseton (reagen Nash) pada panjang gelombang 412 nm (Nash 1953, Belmin 1963,

Roffael 1993 diacu dalam Suradikusumah dan Santoso 2008). Prosedurnya

(10)

1. Sebanyak 10 ml larutan contoh perekat dicampur dengan 10 ml larutan

amonium asetat 20% (200 g dalam 1000 ml).

2. Sebelumnya dilakukan pengenceran contoh perekat 10.000 kali, agar

warna larutan perekat menjadi netral atau bening.

3. Ke dalam campuran tersebut dimasukkan 10 ml larutan asetil aseton (4 ml

dalam 1000 ml).

4. Larutan tersebut dipanaskan dengan penangas air selama 10 menit pada

suhu 40 oC, kemudian didinginkan hingga mencapai suhu kamar

5. Larutan diukur secara fotometri pada 412 nm menggunakan

Spectrophotometer.

Derajat kristalinitas

Derajat kristalinitas menunjukkan banyaknya bagian kristalin (non amorf)

terhadap keseluruhan bagian contoh. Determinasi derajat kristalinitas perekat

menggunakan XRD (x–ray diffractometer). Contoh uji perekat harus dibuat dalam bentuk padatan (kering oven) berupa partikel halus. Cara determinasi

derajat kristalinitas adalah:

1. Contoh partikel dimasukkan ke dalam tempat contoh (sample holder) dan diratakan dengan cara ditekan menggunakan kaca sampai rata dan padat.

2. Selanjutnya tempat contoh dimasukkan pada alat dan XRD akan

menembakkan sinar x pada contoh perekat dengan sudut theta–2theta

selama 40 menit.

3. Sinar x yang diserap dan dipantulkan oleh contoh perekat akan ditangkap

oleh bagian penerima (receiver).

4. Hasilnya adalah berupa grafik yang dapat ditentukan derajat

(11)

Referensi

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 06-0060-1998 tentang Urea Formaldehida Cair untuk Perekat Kayu Lapis. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 06-0163-1998 tentang Melamin Formaldehyda Cair untuk Perekat Kayu Lapis. Jakarta: BSN.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 06-4567-1998 tentang Fenol Formaldehida Cair untuk Perekat Kayu Lapis. Jakarta: BSN.

Gambar

Gambar 1.  Viscometer ostwald

Referensi

Dokumen terkait

Pada level butir dilakukan uji t sampel berpasangan ( paired-sample t–test ) untuk melihat apakah ada perbedaan dari hasil data yang didapat antara kedua metode

Cambridge Advanced International Certificate of Education (Cambridge AICE) is a group certificate which requires learners to study subjects drawn from three curriculum areas

Selain berperan sebagai alat pengolah data keruangan, sistem informasi geografis juga mampu menyajikan informasi mengenai sumber daya yang dimiliki oleh suatu

Hasil analisa data menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar

Berdasarkan tabel di atas peningkatan kemampuan motorik kasar anak pada : Aspek 1: Anak mampu berjalan berjinjit melalui busa geometri, anak yang memperoleh

Dalam Renstra ini telah disajikan visi, misi, tujuan, dan sasaran Program Studi D3 Manajemen Informatika dalam menghadapi tantangan masa depan sesuai dengan tugas yang

EFEKTIVITAS METODE INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS BAHASA PERANCIS. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Goldmann, 1975) Pendapat tersebut mempunyai relevansi dengan temuan penelitian di dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori di dalam novel Pulang mengangkat tema