• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Perekat dan Suhu Kempa terhadap Sifat Papan Komposit dari Serat Sabut Kelapa (Cocos nucifera) dengan Asam Sitrat sebagai Perekat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan Perekat dan Suhu Kempa terhadap Sifat Papan Komposit dari Serat Sabut Kelapa (Cocos nucifera) dengan Asam Sitrat sebagai Perekat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional XVIII MAPEKI

Pengaruh Penambahan Perekat dan Suhu Kempa

terhadap Sifat Papan Komposit dari Serat Sabut

Kelapa (Cocos nucifera) dengan Asam Sitrat sebagai

Perekat

Fernando

a

, Ragil Widyorini,

b

,

*

, Joko Sulistyo

b

, Mahdi Santoso

a

a

Mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

b

Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

______________________________________________________________________ Abstract

Coconut coir fibers with containing high lignin (around 45.8%) are potential for being an alternative raw material in the manufacture of composite board. One of the natural adhesives, i.e. citric acid, is currently being developed. Adhesion mechanism of citric acid, especially for lignocellulosic materials with high lignin content is not yet known. Therefore, this study aims to investigate the effect of press temperature and citric acid content on the quality of particleboard made from coir fiber. The contents of citric acid were 0 wt% and 20 wt%, while the press temperature was 180°C and 200°C. The pressing time was set at 10 min with a target board density was 0.8 g/cm3. The properties of particleboard were then evaluated according to the Japanese Industrial Standard for particleboard (JIS A 5908: 2003). The addition of citric acid can produce particleboard with good physical and mechanical properties of particleboard. The properties of particleboard in this research could meet the requirements of Japanese Industrial Standard for particleboard (JIS A 5908: 2003).

Keywords: Citrid acid addition, Particleboard, Coir fiber, Natural adhesive, Hot pressing

temperature

* Korespondensi penulis. Telp.: 081227094937

E-mail: rwidyorini@gmail.com

1. Pendahuluan

Luas areal tanaman kelapa (Cocos nucifera) di Indonesia mencapai 3,78 juta Ha (BPS, 2014). Sabut kelapa merupakan bagian dari buah kelapa, yaitu sekitar 35% dari berat keseluruhan buah (Thampan, 1982). Sabut kelapa sendiri terdiri dari empulur (pith) sebanyak 70% dan serat (fibre) sebanyak 30% (Van Dam et al., 2004). Serat sabut kelapa dikenal juga sebagai coco fiber, coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs yang merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa (Woodroof, 1979). Sebagai bahan berlignoselulosa serat sabut kelapa sangatlah menjanjikan untuk dijadikan bahan baku pembuatan papan partikel dengan kandungan selulosa 43,4% dan kandungan lignin 45,8% berat kering (Khedari et al.,, 2003) contohnya papan partikel binderless insulasi panas (Panyakaew dan Fotios. 2011) dan papan partikel insulasi panas dari serat sabut kelapa dengan perekat urea formaldehid (Khedari et

(2)

al.,, 2003). Menurut Prayitno (2009), perkembangan teknologi perekatan dalam pembuatan

papan partikel merupakan salah satu jalan untuk membantu mengurangi laju kerusakan hutan. Dalam proses pembuatan papan partikel umumnya menggunakan perekat sintetis yang mengandung formaldehid dimana mayoritas (96,6%) menggunakan senyawa formaldehida (Li, 2002). Senyawa ini dapat menghasilkan emisi formaldehida yang berbahaya dan dapat menyebabkan kanker, iritasi mata dan kerongkongan serta gangguan pernapasan (Roffael, 1993). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan produk papan komposit yang ramah lingkungan salah satunya yaitu pemanfaatan asam sitrat sebagai perekat. Umemura et al., (2011) berhasil membuktikan bahwa antara gugus karboksil asam karboksilat dengan gugus hidroksil bahan lignoselulosa mampu berperan sebagai agen pembentuk ikatan silang melalui ikatan esterifikasi dan bisa berfungsi sebagai perekat alami pada kayu.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan papan partikel dari serat sabut kelapa dengan kombinasi suhu kempa dan jumlah asam sitrat. Sifat fisik dan mekanik papan dibandingkan dengan Standar JIS A 5908-2003.

2. Bahan dan Metode

Bahan yang digunakan dalam pembuatan papan partikel yaitu serat sabut kelapa, asam sitrat (C6H12O6) anhidrat, air destilasi, perekat epoxy. Peralatan yang digunakan antara lain : alat kempa, timbangan elektrik dengan ketelitian 0,001 g, cetakan lembaran berukuran 25 cm x 25 cm x 30 cm, dan ketebalan berukuran ukuran 1 cm. Serat sabut kelapa yang diperoleh dari industri pengolahan sabut kelapa UD. Makmur Cocos Kabupaten Kulon Progo dipotong-potong sepanjang 2,5 ± 0,5 cm untuk menyamakan ukuran panjang bahan.

Serat sabut kelapa yang telah dipotong dicampurkan dengan perekat asam sitrat dengan jumlah perekat 0% dan 20%. Untuk penambahan asam sitrat 20% sebelum pengempaan dilakukan pengovenan selama 18 jam dengan suhu 800C untuk mengurangi kadar air lembaran sebelum pengempaan. Pengempaan panas dilakukan dengan kondisi suhu plat kempa 180ºC dan 200ºC, tekanan spesifik sebesar 3,5 Mpa dan lama waktu kempa 10 menit. Parameter pengujian yaitu sifat fisik dan mekanik papan partikel yang dihasilkan meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, modulus patah (MOR) dan modulus elastisitas (MOE).

3. Hasil dan Pembahasan

Pada perlakuan suhu pengempaan 1800C dengan asam sitrat 0% setelah dilakukan pemotongan sampel uji papan partikel terjadi kerusakan akibat tarikan dari mesin gergaji sehingga untuk papan tersebut tidak bisa dilakukan pengujian (Gambar 1).

(3)

Gambar 1. Contoh sampel uji papan dengan suhu kempa 1800C tanpa perekat

Tabel 1. Tabel perbandingan hasil sifat fisika dan mekanika papan partikel serat sabut kelapa dengan standar.

Kode Papan

Sifat Fisika dan Mekanika Papan Partikel KA (%) KR (g/cm3) PT (%) PA (%) MOR (MPa) MOE (GPa) IB (MPa) S18AN - - - - S20AN 8,20 0,70 45,38 99,29 6,22 0,72 0,08 S18AD 7,26 0,81 5,26 32,35 13,47 2,17 0,23 S20AD 5,89 0,79 1,33 22,00 13,02 2,36 0,37 JIS A 5908 tipe 8 5 – 13 0,4 - 0,9 <12 - ≥ 8 ≥ 2 ≥ 1,5 JIS A 5908 tipe-13 5 – 13 0,4 - 0,9 <12 - ≥ 13 ≥ 2,5 ≥ 0,2 JIS A 5908 tipe-18 5 – 13 0,4 - 0,9 <12 - ≥ 18 ≥ 3 ≥ 0,3

Keterangan : S18 : Suhu Kempa 180°C, S20 : Suhu Kempa 200°C, AN : Asam Sitrat 0%, AD : Asam Sitrat 20%, KA : Kadar Air, KR : Kerapatan, PT : Pengembangan Tebal, PA : Penyerapan Air, IB : Keteguhan rekat internal, MOR : Keteguhan Patah, MOE : Keteguhan Elastisitas.

3.1. Kadar air dan kerapatan

Hasil perhitungan kadar air papan berkisar 5,89-8,26%, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Kadar air terendah pada papan dengan suhu kempa 200°C dan jumlah perekat 20% asam sitrat, tertinggi pada papan dengan suhu kempa 200°C dan jumlah perekat 0%. Berdasarkan standar JIS A5908-2003 yang mensyaratkan kadar air antara 5-13%, maka semua papan mempunyai nilai kadar air yang memenuhi standar tersebut. Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kadar air papan yang dikempa pada suhu 200°C dan jumlah perekat 20% lebih rendah dari pada papan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan suhu dan penembahan jumlah perekat efektif mengeluarkan uap air yang terdapat dalam partikel selama proses pengempaan. Menurut Umemura et al., (2011) bahwa antara gugus karboksil asam karboksilat dengan gugus hidroksil bahan lignoselulosa mampu berperan sebagai agen pembentuk ikatan silang melalui ikatan esterifikasi dan bisa berfungsi sebagai perekat alami pada kayu. Pembentukan ikatan ester antara gugus hidroksil dari serat sabut kelapa dan gugus karboksil dari asam menyebabkan papan partikel lebih bersifat hidrofobik sehingga dapat mengurangi kadar air papan yang dihasilkan.

Kerapatan papan merupakan massa atau berat yang dimiliki oleh suatu papan pada volume tertentu. Pada penelitian ini menggunakan target kerapatan 0,8 g/cm3. Hasil perhitungan kerapatan papan berkisar dari 0,70-0,81 g/cm3 seperti terlihat pada Tabel 1. Nilai

(4)

kerapatan papan terendah pada papan dengan suhu pengempaan 200°C dan jumlah perekat 0%, tertinggi pada papan dengan suhu pengempaan 180°C dan jumlah perekat 20%. Hal ini diduga karena penambahan jumlah perekat akan menambah berat dari papan partikel itu sendiri. Maloney (1977) menyatakan bahwa penambahan perekat akan meningkatkan berat papan sehingga berat papan juga akan meningkat.

3.2. Pengembangan tebal dan penyerapan air

Pengembangan tebal menunjukkan kestabilan dimensi papan setelah perendaman dalam air selama 24 jam. Standar JIS A 5908-2003 tipe 8 mensyaratkan nilai pengembangan tebal kurang dari 12%. Penelitian ini menghasilkan nilai pengembangan tebal papan berkisar dari 1,33% sampai 43,19%, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pengembangan tebal papan tertinggi pada papan dengan suhu kempa 200°C dan jumlah perekat 0%, terendah pada papan dengan suhu pegempaan 200°C dengan jumlah perekat 20%.

Peningkatan jumlah perekat dan peningkatan suhu kempa menghasilkan nilai pengembangan tebal lebih rendah dari papan yang lainnya. Hal tersebut terlihat pada nilai pengembangan papan dengan pada suhu 2000C dan jumlah perekar 20% sebesar 1.33% lebih rendah dari papan yang lainnya. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah perekat asam sitrat dan peningkatan suhu kempa dapat meningkatkan kestabilan dimensi papan. Umemura et al (2012) menemukan bahwa molding kayu akasia mangium dengan penambahan asam sitrat mempunyai ketahanan terhadap air yang tinggi dan dapat meminimalisir terjadinya pengembangan tebal papan.

Penyerapan air (water absorption) menunjukkan kemampuan papan partikel dalam menyerap air. Standar yang diacu pada penyerapan air papan adalah FAO yaitu sebesar 20-75%, karena pada JIS A 5908-2003 tidak mensyaratkan nilai penyerapan air. Daya serap air papan setelah perendaman 24 jam berkisar dari 22,00-99,29%, terlihat di Tabel 1. Nilai tertinggi pada papan dengan suhu kempa 200°C pada jumlah perekat 0% dan terendah pada papan dengan suhu kempa 200°C dan jumlah perekat 20%. Nilai penyerapan air pada penambahan perekat 20% baik pada suhu 1800C maupun 2000C telah memenuhi standar FAO.

3.3. Keteguhan rekat internal (internal bond strength)

Hasil perhitungan nilai internal bond (IB) papan dapat dilihat pada Tabel 1 berkisar dari 0,08-0,37 MPa. Nilai IB tertinggi pada papan yang dikempa dengan suhu kempa 200°C dan jumlah perekat 20%, terendah pada papan yang dikempa dengan suhu 200°C dan jumlah perekat 0%. Nilai IB pada papan dengan jumlah perekat 20% telah memenuhi standar JIS 5908-2003 tipe 13, bahkan telah memenuhi stadar JIS 5908-2003 tipe 18 pada papan partikel serat sabut kelapa dengan jumlah perekat 20% dengan suhu pengempaan 2000C. Peningkatan nilai keteguhan rekat internal dikarenakan adanya ikatan ester yang terjadi akibat penambahan jumlah asam sitrat dan peningkatan suhu kempa (Gambar 2) pada serat sabut kelapa. Pembuatan papan partikel dengan menggunakan asam sitrat sebagai perekat mekanisme yang terjadi yaitu pembentukan ikatan ester. Menurut Umemura et al., (2015) pembentukan ikatan ester dapat menambah daya rekat dan berkontribusi terhadap sifat yang baik dari papan.

(5)

Gambar 2. Grafik keteguhan rekat internal papan partikel dari serat sabut kelapa

3.4. Keteguhan patah (modulus of rupture)

Modulus of rupture (MOR) merupakan sifat mekanis yang berhubungan dengan

kekuatan papan yaitu ukuran kemampuan papan untuk menahan beban. Nilai MOR papan yang dihasilkan berdasarkan nilai aktual berkisar dari 6,22-13,47 MPa. Nilai tertinggi pada papan dengan suhu kempa 180°C pada jumlah perekat 20%, nilai terendah pada papan dengan suhu kempa 200°C dan jumlah perekat 0% seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Pada penelitian ini menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai MOR pada suhu kempa 2000C pada penambahan jumlah perekat 20%. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah perekat dapat meningkatkan nilai MOR papan partikel serat sabut kelapa (Gambar 3). Menurut Widyorini et al (2014) berdasarkan data analisis spektrum inframerah dari partikel bambu yang diberi kandungan asam sitrat yang berbeda menunjukan bahwa kehadiran kelompok ester yang lebih tinggi dengan meningkatnya kandungan asam sitrat yang ditandai dengan pembentukan gugus C=O pada pita serapan 1734 cm-1. Berdasarkan standar JIS 5908-2003 nilai keteguhan patah papan partikel dengan penambahan asam sitrat sudah memenuhi tipe 13, sedangkan untuk penambahan perekat 0% belum memenuhi standar JIS 5908-2003.

Gambar 3. Grafik keteguhan patah (MOR) papan partikel dari serat sabut kelapa

(6)

Modulus of elasticity (MOE) merupakan kemampuan papan untuk menahan perubahan bentuk atau lentur yang terjadi sampai dengan batas proporsi. Nilai rerata MOE papan partikel serat sabut kelapa berkisar antara 0,72-2,36 GPa (Gambar 4). Nilai terendah pada papan dengan suhu kempa 200°C dan jumlah perekat 0%, nilai tertinggi pada papan dengan suhu pengempaan 200°C dan jumlah perekat 20%. Nilai MOE pada penelitian ini telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 yaitu minimal 2 GPa, kecuali pada suhu 2000C dengan jumlah perekat 0%.

Secara umum, sifat modulus elastisitas dipengaruhi oleh daya rekat lapisan permukaan papan (Umemura et al.,2015). Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan suhu pengempaan dapat meningkatkan sifat elastisitas dari papan partikel serat sabut kelapa baik pada jumlah perekat 0% maupun pada jumlah perekat 20% (Gambar 4). Hal ini diduga dikarenakan adanya ikatan ester antara asam sitrat dengan serat sabut kelapa. Pembentukan hubungan ester akan mengembangkan daya rekat dan akan berkontribusi terhadap sifat fisik dan mekanik yang baik dari papan (Umemura et al., 2015).

Sifat mekanika papan partikel serat sabut kelapa yang terbaik dihasilkan pada suhu kempa 2000C dengan jumlah perekat 20% dengan waktu pengempaan 10 menit yaitu dengan nilai keteguhan rekat internal 0,37 MPa, MOR 13,02 MPa, MOE 2,36 GPa. Nilai ini hampir sama dengan penelitian Widyorini et al., (2012) pada pembuatan papan partikel dari bambu petung dimana hasil terbaik pada penambahan jumlah asam sitrat 20% dengan suhu kempa 200˚C dan waktu pengempaan 15 menit dengan keteguhan rekat internal 0,31 MPa, MOR 12,5 MPa dan MOE 3,5 GPa.

Gambar 4. Grafik keteguhan elastisitas (MOE) papan partikel dari serat sabut kelapa 4. Kesimpulan

Peningkatan suhu kempa dan penambahan jumlah perekat secara keseluruhan dapat meningkatan sifat fisika dan mekanika papan yang dihasilkan. Komposisi yang terbaik dari penelitian ini pada pembuatan papan partikel dari serat sabut kelapa yaitu pada suhu kempa 2000C dengan jumlah perekat 20% dengan Nilai IB 0,37 MPa, MOR 13,02 MPa, MOE 2,36 GPa.

(7)

Referensi

Badan Pusat Satistik. (2014). Statistik Indonesia Tahun 2013. BPS.

Defoirdt, N., S.Biswa, L.De Vriese, L.Q. Ngoc Tran, J.Van Acker, Q.Ahsan, L.Gorbatikh, A.Van Vuure, & J.Verpoest (2010). Assesment of the tensile Properties of Coir, Bamboo and Jute Fibre. Jounal Composites Part A 41, 588-595.

FAO. (2012). State of the World’s Forest. FAO. ISBN 978-92-5-107292-9. Rome

Japan Industrial Standard. (2003). Japan Industrial Standard (JIS) for Particleboard. JIS A 5908-2003. Tokyo. Japan

Khedari, J., N.Nankongnab, J.Hirunlabh, & S. Teekasap. (2004). New Lost-Cost Insulation Particleboards from Mixture of Durian Peel and Coconut Coir. Journal Building and

Environment 39, 59-65.

Li, X. (2004). Physical, Chemical, and Mechanical Properties of Bamboo and Its Utilization

Potential for Fiberboard Manufacturing. (Thesis). A Thesis Submitted to the Gaduate

Faulty of the Louisiana State University and Agiculture and Mechanical College. Maloney, T. M. (1977). Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing.

United States of America (USA): Miller Freeman Publications Inc.

Pantze, A. (2006). Studies of Ester Formation on an Cellulose Matrix. Division of Wood

Science and Technology. 18: 1402-1757

Panyakaew, S & S.Fotios. (2011). New Thermal Insulation Board Made from Coconut Husk and Bagasse. Journal Energy and Building 43,1732-1739.

Prayitno, T.A. (2009). Perekatan Kayu. Bagian Penerbitan Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Thampan, P. K. (1982). Handbook of Coconut Palm. Oxford and IBH Publishing Co. New York, Bombay, Calcutta.

Umemura, K., U. Tomohide, S.M. Sasa, & K. Shuichi. (2011). Application of Citric Acid as Natural Adhesive for Wood. Journal of Applied Polymer Science 23(4), 1991-1996 Umemura, K., Ueda, T dan Kawai, S. 2012. Effects of Moulding Temperature on the Physical

Properties of Wood-Based Moulding Bonded with Citric Acid.Forest Products J. 62(1),

63–68

Umemura, K., O. Sugihara & S. Kawai. (2015). Investigation of A New Natural Adhesive Composed of Citric Acid and Sucrose for Particleboard II: Effects of Board Density and Pressing Temperature. Journal Wood Science. 61(1), 40-44

Van Dam, J, GE. Van Den Oever, M. Teunissen, W. Keijsers, E.R.P. & A.G. Peralta. (2004). Process for Production of High Density/High Performance binderless boards from whole coconut husk Part 1: Lignin as intrinsic thermosetting binder resin. Industrial

Crops and Product. 19, 207-216.

Widyorini, R., Y.A.Puspa, A. Ngadianto, K.Umemura, & S.Kawai. (2012). Development of Bio-Base Composite Made From Bamboo and Oil Palm Frond. Proceeding of Biocomp

2012 (11th Pacific Rim Bio-Based Composite Symposium), Shizuoka. Japan.

Widyorini, R., A.P.Yudha, R. Isnan, A.Awaluddin, T.A.Prayitno, A.Ngadianto, & K. Umemura (2014). Improving the Phsyco-Mechanical Properties of Eco-friendly Composite Made from Bamboo. Advanced Materials Research , 896, 562-565.

Woodroof, J. G. (1979). Coconut: Production, Processing, Product. Second Edition. AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.

Gambar

Gambar 1.  Contoh sampel uji papan dengan suhu kempa 180 0 C tanpa perekat
Gambar 3. Grafik keteguhan patah (MOR) papan partikel dari serat sabut kelapa
Gambar 4. Grafik keteguhan elastisitas (MOE) papan partikel dari serat sabut kelapa

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa penelitian papan partikel yang dilakukan dengan menggunakan perlakuan variasi kadar perekat PF dan komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni

Judul Peneletian : Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Urea Formaldehida.. Nama

Berdasarkan data kuat lentur papan partikel serat acak sabut kelapa, dapat dikemukakan bahwa papan partikel dengan kadar parafin lebih rendah maka kekuatan lenturnya akan lebih

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pada kadar perekat yang semakin tinggi maka papan partikel yang dihasilkan akan memiliki ikatan antar partikel yang lebih

Grafik Daya Serap Air Papan Komposit Daya serap air tertinggi didapat pada sampel 1 berbahan 100% serat sabut pinang dan nilai daya serap air terendah pada sampel 3 berbahan

Pengolahan Sabut Kelapa Menjadi Papan Partikel dengan Batang Pisang sebagai Pelapisnya pada Interior Bangunan.. Petani Kopi Indonesia Sulit

ERVI UTARI GINTING.Pengaruh Suhu Pengempaan Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Dengan Menggunakan Campuran Perekat Urea Formaldehida Dan Phenol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan papan serat batang pisang kepok terbaik dihasilkan pada suhu kempa 180 0 C dengan waktu kempa 10 menit.. Hal ini