• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Papan Partikel Dari Campuran Sabut Kelapa Dan Kayu Mahoni Dengan Berbagai Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kualitas Papan Partikel Dari Campuran Sabut Kelapa Dan Kayu Mahoni Dengan Berbagai Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN SABUT

KELAPA DAN KAYU MAHONI DENGAN BERBAGAI

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA

SKRIPSI

Oleh:

HEBER FRANSISKUS 101201150

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

HEBER FRANSISKUS : Kualitas Papan Partikel Dari Campuran Sabut Kelapa Dan Kayu Mahoni Dengan Berbagai Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida. Dibawah bimbingan RUDI HARTONO dan TITO SUCIPTO.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh variasi komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni dan variasi kadar perekat PF terhadap kualitas papan partikel dan menentukan perlakuan terbaik yang dihasilkan. Papan partikel dibuat dengan variasi komposisi dari sabut kelapa dan partikel mahoni yaitu 60:40, 70:30, dan 80:20. Selain itu, dengan menggunakan variasi kadar perekat PF yaitu 10%, 12,5%, dan 15%. Pengerasan perekat dilakukan menggunakan kempa panas dengan suhu 150 oC selama 10 menit. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan hasilnya dibandingkan dengan standar JIS A 5908-2003.

Hasil penelitian antara lain kerapatan, kadar air, daya serap air selama 2 jam dan 24 jam, pengembangan tebal selama 2 jam dan 24 jam, MOE, MOR, dan IB adalah 0,50-0,6 g/cm3, 13,30-20,26%, 49,27-104,92% dan 70,39-112,52%, 6,25-15,89% dan 10,64-25,77%, 2.119-5.425 kg/cm2, 24,89-71,92 kg/cm2, dan 0,53-2,49 kg/cm2. Kerapatan setiap papan partikel dan nilai IB yang dihasilkan pada papan dengan komposisi 60:40 dan kadar perekat 15% serta komposisi 70:30 dan kadar perekat 15% telah memenuhi standar JIS A 5908-2003. Perlakuan terbaik yang dihasilkan dari penelitian ini adalah perlakuan dengan komposisi 60:40 sabut kelapa dan partikel mahoni dan kadar perekat PF 15%.

(3)

ABSTRACT

HEBER FRANSISKUS: Quality Of Particle Board from Coconut Fiber and Mahogany’s particles With Various Levels of Phenol Formaldehyde Adhesives. Under the guidance of RUDI HARTONO and TITO SUCIPTO.

The purpose of this study was to evaluate the effect of variations in the composition of coconut fiber and mahogany’s particle and PF adhesive variation levels to quality particle board and determine the best treatment. Particle board made with coconut fiber and mahogany’s particle, the variation of the composition is 60:40, 70:30, and 80:20. A variation of the PF adhesive levels are 10%, 12.5%, and 15%. Hardening adhesive with hot press using temperatures of 150 ° C for 10 minutes. This study used a completely randomized factorial design with two factors and the results are compared with JIS A 5908-2003 standard.

The results of the study include density, moisture content, water absorption for 2 hours and 24 hours, thickness swelling for 2 hours and 24 hours, MOE, MOR, and IB is 0.50 to 0.6 g / cm3, 13,30- 20.26%, 49.27 to 104.92% and 70.39 to 112.52%, from 6.25 to 15.89% and from 10.64 to 25.77%, 2119-5425 kg / cm2, 24, 89 to 71.92 kg / cm2, and from 0.53 to 2.49 kg / cm2. The density of each particle board and IB values generated on board by 60:40 and gluten content of 15% as well as the composition of 70:30 and 15% levels of the adhesive has met the JIS A 5908-2003 standard. The best result of treatment from this research is the treatment which used 60:40 composition of coconut fiber and mahogany’s particle with 15% levels of PF adhesive.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Desember 1992. Penulis merupakan keempat dari pasangan J. P. Tambunan dan F. Purba.

Tahun 2004 penulis lulus pendidikan SD dan pada tahun 2007 penulis lulus SMP di sekolah swasta yang sama, yaitu Yayasan Pendidikan Budi Murni, Medan. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 18 Medan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih, pertolongan dan memberikan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Kualitas Papan Partikel Dari Campuran Sabut Kelapa dan Kayu Mahoni Dengan Berbagai Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida”.

Skripsi ini berisi tentang pembuatan papan partikel dari sabut kelapa dan partikel mahoni dengan komposisi 60:40, 70:30, dan 80:20. Kadar perekat phenol formaldehida yang digunakan yaitu 10%, 12,5%, dan 15%.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Rudi Hartono, S.Hut, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Tito Sucipto S.Hut, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, membantu serta memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 2. Kedua orang tua saya yaitu J. P. Tambunan dan F. Purba dan keluarga besar

yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, doa dan pengertian untuk penulis selama kuliah, terkhusus selama penyelesaian skripsi ini.

(6)

4. Seluruh teman-teman Kehutanan 2010, khususnya THH 2010 atas semua bantuan, kerjasama dan keakraban yang terjadi selama kuliah ini.

Penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat, baik itu sebagai panduan belajar ataupun sumber informasi penelitian lanjutan bagi mahasiswa/i kehutanan secara khusus dan masyarakat secara umum. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih .

Medan, Februari 2015

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa ... 4

Mahoni ... 5

Papan Partikel... 6

Phenol Formaldehida ... 10

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Prosedur Penelitian... 13

Persiapan Bahan Baku... 13

Pengolahan Bahan Baku ... 13

Pengovenan ... 14

Penyaringan ... 14

Pencampuran ... 14

Pembentukan Lembaran ... 14

Pengempaan Panas ... 15

Pengkondisian ... 15

Pemotongan Contoh Uji ... 15

Pengujian Sifat Fisis Papan Partikel ... 18

Pengujian Sifat Mekanis Papan Partikel ... 19

Analisa Data ... 21

(8)

Kerapatan ... 23

Kadar Air ... 25

Daya Serap Air ... 28

Pengembangan Tebal ... 31

Sifat Mekanis Papan Partikel ... 35

Modulus of Elasticity (MOE) ... 35

Modulus of Rupture (MOR)... 37

Internal Bond (IB) ... 39

Rekapitulasi Hasil Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Pola pemotongan contoh uji untuk pengujian ... 16

2. Bagan alur penelitian ... 17

3. Nilai kerapatan papan partikel ... 23

4. Nilai kadar air papan partikel ... 25

5. Nilai daya serap air papan partikel selama 2 jam ... 28

6. Nilai daya serap air papan partikel selama 24 jam ... 28

7. Nilai pengembangan tebal papan partikel selama 2 jam ... 31

8. Nilai pengembangan tebal papan partikel selama 24 jam ... 32

9. Nilai MOE papan partikel ... 35

10. Nilai MOR papan partikel ... 37

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kebutuhan bahan baku pembuatan papan partikel ... 47

2. Rekapitulasi hasil kadar air dan kerapatan papan partikel ... 48

3. Rekapitulasi hasil daya serap air papan partikel ... 49

4. Rekapitulasi hasil pengembangan tebal papan partikel ... 50

5. Rekapitulasi hasil keteguhan lentur (MOE) papan partikel ... 51

6. Rekapitulasi hasil keteguhan patah (MOR) papan partikel ... 52

7. Rekapitulasi hasil kuat rekat internal (IB) papan partikel ... 53

8. Analisis keragaman kerapatan papan partikel ... 54

9. Analisis keragaman kadar air papan partikel ... 54

10. Analisis keragaman daya serap air papan partikel 2 jam ... 54

11. Analisis keragaman daya serap air 24 jam ... 54

12. Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel 2 jam ... 55

13. Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel 24 jam ... 55

14. Analisis keragaman keteguhan lentur (MOE) papan partikel... 55

15. Analisis keragaman keteguhan patah (MOR) papan partikel ... 55

16. Analisis keragaman kuat rekat internal (IB) papan partikel ... 56

(12)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia memiliki areal perkebunan kelapa (Cocos nucifera) yang cukup luas. Pada tahun 2012, luas areal perkebunan kelapa seluas 3.781.649 ha dengan produksi kelapa sebanyak 3.189.897 ton pada tahun tersebut. Sedangkan produktivitas kelapa adalah sebanyak 1.157 kg/ha (Kementrian Pertanian, 2012). Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35% dari berat keseluruhan buah, jadi apabila per tahunnya dihasilkan sekitar 3,1 juta ton kelapa maka dihasilkan sekitar 1 juta ton sabut kelapa.

Potensi sabut kelapa yang sangat besar ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. Salah satu pemanfaatannya adalah untuk bahan campuran pembuatan papan partikel. Menurut Maloney (1993) Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas.

(13)

dengan bambu kuning. Setiap bahan baku yang digunakan menghasilkan kualitas papan partikel yang berbeda-beda pula.

Penelitian papan partikel menggunakan bahan sabut kelapa sebelumnya sudah dilakukan oleh Ariyani (2009) yaitu dengan variasi campuran serat dan serbuk kelapa dan variasi kadar perekat untuk face dan core (10;12%, 12;14%, 14;16%). Selain itu Amelia (2009) melakukan penelitian menggunakan sabut kelapa dengan metode perendaman panas dan dingin serta menggunakan tiga jenis perekat yang berbeda (UF, MF dan MUF). Secara umum hasil penelitian belum memenuhi standar JIS A 5908-2003, yaitu nilai MOE dan sebagian besar nilai fisis yang dihasilkan. Pada kedua penelitian dapat disimpulkan juga bahwa jenis perekat yang digunakan tidak memberi pengaruh nyata terhadap kualitas papan.

Upaya meningkatkan kualitas papan partikel dari sabut kelapa dilakukan dengan mencampur serat sabut kelapa dengan serutan kayu mahoni. Kayu mahoni dipilih karena serbuknya mudah diperoleh, selain itu menurut Martawijaya et al., (2005) kayu mahoni memiliki berat jenis 0,61 (0,53-0,67) dengan kelas awet III, kelas kuat II-III. Diharapkan pencampuran sabut kelapa

(14)

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian Kualitas Papan Partikel dari Campuran Sabut Kelapa dan Kayu Mahoni dengan Berbagai Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida. Sehingga diharapkan penelitian ini menghasilkan kualitas papan partikel yang lebih baik.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menganalisis pengaruh variasi campuran sabut kelapa dan kayu mahoni terhadap kualitas papan yang dihasilkan.

2. Menganalisis pengaruh variasi kadar perekat yang diberikan terhadap kualitas papan yang dihasilkan.

3. Menentukan variasi campuran sabut kelapa dan kayu mahoni serta variasi kadar perekat PF terbaik.

Manfaat

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam pengembangan teknologi pembuatan papan partikel partikel.

Hipotesis

(15)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2014 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat papan partikel dari sabut kelapa. Pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutanan USU.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kempa panas, oven, timbangan elektrik, plat besi berukuran 25 cm x 25 cm x 1 cm, kertas teflon, kertas label, kantung plastik, kaliper, parang, termometer, tabung reaksi, kamera digital, kalkulator, alat tulis, dan UTM (Universal Testing Machine). Sedangkan bahan yang digunakan adalah sabut kelapa (Cocos nucifera Linn), serbuk gergajian kayu mahoni (Swietenia mahagoni) dan perekat phenol formaldehida (PF).

Prosedur Penelitian

1. Persiapan bahan baku 2. Pengolahan bahan baku 3. Pengovenan

4. Penyaringan

(16)

7. Pengempaan panas (hot pressing) 8. Pengkondisian (conditioning) 9. Pemotongan Contoh Uji

Gambar 1. Pola pemotongan permukaan contoh uji untuk pengujian Keterangan:

A: contoh uji MOE dan MOR (20 cm x 5 cm) B: contoh uji internal bond (5 cm x 5 cm)

C: contoh uji pengembangan tebal dan daya serap air (5 cm x 5 cm) D: contoh uji kerapatan dan kadar air (10 cm x 10 cm)

C

D

A

(17)

Proses secara singkat dapat dilihat pada Gambar 2:

Gambar 2. Bagan alur penelitian Partikel sabut kelapa dan

partikel mahoni

Partikel sabut kelapa dan mahoni dikeringkan dengan cara di jemur, yang bertujuan untuk menghindari serangan jamur

Partikel sabut kelapa dan partikel mahoni dioven selama 48 jam, dengan suhu 80 0C sampai KA ±5%

Penyaringan dilakukan untuk menghomogenkan partikel

Pencampuran partikel dengan perekat PF 10%, 12,5%, 15% partikel sabut kelapa dan partikel mahoni dengan perbandingaan 60:40, 70:30,

80:20.

Pembentukan lembaran papan ρ = 0,7 g/cm3

dimensi = 25 cm x 25 cm x 1 cm Pengempaan (hot pressing) dengan suhu 150

o

C dengan tekanan 25 kgf/cm2 selama 10 menit

Pengkondisian selama 2 minggu

(18)

Pengujian Sifat Fisis Papan partikel

Pengujian ini meliputi pengujian kerapatan papan partikel, kadar air papan partikel, dan pengembangan tebal

a. Kerapatan

B1 = berat sebelum perendaman (g) B2 = berat setelah perendaman (g)

d. Pengembangan Tebal

(19)

Keterangan:

TS = pengembangan tebal (%) T1 = tebal sebelum perendaman (g) T2 = tebal setelah perendaman (g)

Pengujian Sifat Mekanis Papan Partikel

a. Keteguhan Patah (MOR)

MOR= 2

b. Keteguhan Lentur (MOE)

MOE = 3

∆P = perubahan beban yang digunakan (kg)

∆Y = perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm) L = jarak sangga (cm)

b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm)

c. Keteguhan Rekat Internal (Internal Bond)

A P IB=

(20)

IB = keteguhan rekat ( kg/cm2) P = beban maksimum (kg) A = luas penampang (cm2)

Analisis Data

Model rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial. Model yang digunakan tersusun atas 2 faktor perlakuan, faktor A dan faktor B dengan ulangan sebanyak 3 kali. Faktor A adalah kadar komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni yaitu 60:40, 70:30, 80:20. Sedangkan faktor B adalah kadar perekat PF yaitu 10%, 12,5%, 15%. Model umum rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = μ + Ai + Bj + (AB)ij +

ε

ijk

Keterangan :

Yijk = pengamatan komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni pada taraf ke-i, kadar perekat PF pada taraf ke-j, dan ulangan ke-k.

μ = nilai rata-rata pengamatan.

Ai = pengaruh variasi komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni pada taraf ke-i.

Bj = pengaruh variasi kadar perekat PF pada taraf ke-j.

(AB)ij = pengaruh interaksi komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni pada taraf ke-I dengan kadar perekat pada taraf ke j.

ε

ijk = kesalahan (galat) percobaan pada faktor komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni taraf ke-i dan faktor kadar perekat PF pada taraf ke-j dan ulangan ke-k.

(21)
(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisis Papan Partikel Sabut Kelapa

Kerapatan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai rata-rata dari kerapatan papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,52-0,60 g/cm3, dengan rata-rata keseluruhan sebesar 0,56 g/cm3. Rekapitulasi rata-rata nilai kerapatan papan partikel dapat dilihat pada Gambar 3 dan data selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

Gambar 3. Kerapatan papan partikel

Pada Gambar 3 terlihat bahwa nilai kerapatan terendah papan partikel terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 80:20 yaitu 0,50 g/cm3. Sedangkan nilai kerapatan tertinggi papan partikel terdapat pada papan dengan kadar perekat 15% dan komposisi 70:30 yaitu 0,60 g/cm3.

0,56 0,59

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(23)

Nilai kerapatan papan partikel tidak mencapai target yang diinginkan yaitu 0,70 g/cm3, karena nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan yaitu 0,50-0,60 g/cm3. Papan partikel mengalami spring back yang lebih besar sehingga tebal akhir papan yang inginkan kurang terpenuhi. Hal ini akan menyebabkan kerapatan papan partikel yang dihasilkan cenderung rendah. Hadi (1998) menyatakan bahwa spring-back merupakan penambahan tebal papan partikel setelah proses siklis yang terjadi karena adanya usaha dari papan partikel tersebut untuk membebaskan tegangan yang tersisa didalamnya yang diakibatkan oleh pemberian tekanan berupa pengempaan panas pada saat pembuatan papan.

Nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan (0,50-0,60 g/cm3) lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kerapatan papan partikel sabut kelapa yaitu 0,62-0,69 g/cm3 (Ariyani, 2009), papan partikel sabut kelapa dengan perendaman panas dan dingin 0,50-0,69 g/cm3 (Amelia, 2009) dan juga dengan papan partikel dari tandan kosong kelapa sawit 0,70-0,80 g/cm3 (Fuadi, 2009). Nilai kerapatan yang lebih rendah diduga karena perlakuan pendahuluan berupa perendaman bahan baku sabut kelapa tidak dilakukan. Sehingga zat ekstraktif yang terdapat pada sabut kelapa diduga dapat mengganggu proses perekatan. Nilai kerapatan papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai kerapatan papan partikel berkisar antara 0,50-0,90 g/cm3.

(24)

penambahan kadar perekat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarta (1987)

dalam Trihusada (2000) yang menjelaskan bahwa, semakin tinggi kadar perekat yang digunakan, maka semakin tinggi pula sifat fisis-mekanis nya. Sifat higroskopis sabut kelapa yang tinggi membutuhkan perekat yang lebih banyak. Penambahan kadar perekat akan menambah massa bahan baku sehingga kerapatan yang diperoleh semakin tinggi.

Secara umum penambahan serbuk kayu mahoni meningkatkan nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan. Keberadaan berat jenis kayu mahoni yang diduga lebih tinggi dibandingkan sabut kelapa memberikan peningkatan kerapatan papan yang dihasilkan. Kelley (1997) melaporkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi nilai kerapatan papan partikel diantaranya berat jenis kayu, tekanan kempa, jumlah perekat dan aditif.

Menurut analisis ragam, perlakuan komposisi partikel dan kadar perekat tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan. Interaksi antara kedua perlakuan juga tidak berpengaruh nyata (Lampiran 9). Tidak berpengaruhnya kedua perlakuan dikarenakan kerapatan papan partikel yang dihasilkan tidak memenuhi target yaitu 0,7 g/cm3.

Kadar Air

(25)

Gambar 4. Kadar air papan partikel

Pada Gambar 4 terlihat bahwa nilai kadar air terendah papan partikel terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 70:30 yaitu senilai 13,30%. Sedangkan nilai kadar air tertinggi papan partikel terdapat pada papan dengan kadar perekat 15% dan komposisi 80:20 yaitu senilai 20,26%.

Pada komposisi papan partikel 60:40 dapat dilihat bahwa penambahan kadar perekat PF berpengaruh terhadap kadar air yang dihasilkan. Kadar air meningkat seiring dengan penambahan kadar perekat. Namun tidak demikian pada papan partikel dengan komposisi 70:30 dan 80:20. Hal ini terjadi karena penambahan perekat secara tidak langsung akan menambah kadar air papan partikel. Haygreen dan Bowyer (1996) menjelaskan, apabila dalam pembuatan papan partikel menggunakan jenis perekat cair, maka partikel yang digunakan harus dalam kondisi kering (2% - 5%), karena dengan ditambahkannya perekat, kadar air akan bertambah ± 4% - 6%.

Pengaruh komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni terhadap kadar air pada penelitian ini dapat kita lihat pada penambahan sabut kelapa. Secara umum penambahan sabut kelapa meningkatkan nilai kadar air papan partikel. Hal ini diduga karena sifat sabut kelapa yang higroskopis. Tyas (2000)

13,50 13,30

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(26)

menyebutkan bahwa serbuk sabut kelapa memiliki daya serap sangat tinggi hingga 8-9 kali. Nilai kadar air juga dipengaruhi oleh pengempaan panas papan partikel. Selain itu pengempaan panas diduga dapat menurunkan nilai kadar air, namun sebaliknya pengkondisian papan partikel diduga dapat meningkatkan nilai kadar air papan partikel sampai pada kadar air kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya.

Nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan papan partikel dari sabut kelapa yaitu 8,62-10,47% (Amelia, 2009), kemudian lebih tinggi juga apabila dibandingkan dengan papan partikel dari tandan kosong kelapa sawit yaitu 10,17-11,43% (Fuadi, 2009). Tingginya kadar air ini diduga karena rendahnya kerapatan papan partikel yang dihasilkan yaitu 0,50-0,60 g/cm3. Rendahnya kerapatan menyebabkan rongga untuk air masuk ke dalam papan partikel menjadi semakin banyak. Menurut Ruhendi et al., (2007), kadar air papan komposit dipengaruhi oleh kerapatannya, papan dengan kerapatan tinggi memiliki ikatan antar molekul partikel dengan molekul perekat terbentuk sangat kuat sehingga molekul air sulit mengisi rongga yang terdapat dalam papan komposit karena terisi dengan molekul perekat.

(27)

penelitian ini kadar air bahan baku sabut kelapa yang diperoleh adalah sebesar 5%, sedangkan untuk serbuk kayu mahoni adalah 8%.

Berdasarkan JIS A 5908-2003 nilai rata-rata kadar air papan partikel yang dihasilkan secara keseluruhan belum memenuhi standar yang mensyaratkan kadar air papan partikel sebesar 5-13%. Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan, kedua perlakuan baik kadar perekat maupun komposisi partikel berpengaruh nyata terhadap kadar air papan partikel yang dihasilkan, namun interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air yang dihasilkan (Lampiran 8).

Daya Serap Air

(28)

Gambar 5. Daya serap air papan partikel 2 jam

Gambar 6. Daya serap air papan partikel 24 jam

Pada Gambar 5 terlihat bahwa nilai daya serap air terendah papan partikel perendaman 2 jam terdapat pada papan dengan kadar perekat 15% dan komposisi 60:40 yaitu 49,27%. Sedangkan nilai daya serap air tertinggi terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 80:20 yaitu 104,92%.

81,06

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

10%

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(29)

Pada Gambar 6 terlihat bahwa nilai daya serap air terendah papan partikel perendaman 24 jam terdapat pada papan dengan kadar perekat 15% dan komposisi 60:40 yaitu 70,39%. Sedangkan nilai daya serap air tertinggi terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 80:20 yaitu 112,52%.

Lama perendaman yang dilakukan meningkatkan daya serap air papan partikel yang dihasilkan, sehingga dapat dilihat pada papan partikel terjadi peningkatan daya serap air pada perendaman 24 jam dibandingkan perendaman 2 jam. Hal ini terjadi karena sifat higroskopis bahan baku sabut kelapa dan kayu mahoni. Pada papan partikel terdapat saluran kapiler dan luas permukaan partikel yang tidak dapat tertutupi oleh perekat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djalal (1984) dalam Setiawan (2008) yang menyebutkan bahwa adanya saluran kapiler yang menghubungkan antar ruang kosong, volume ruang kosong di antara partikel, dan luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi perekat. Hal tersebut menyebabkan air masuk ke dalam papan sampai pada titik jenuhnya.

(30)

Komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni menunjukkan peningkatan nilai daya serap air pada penambahan sabut kelapa. Secara umum penambahan sabut kelapa yang diberikan meningkatkan nilai daya serap air papan partikel. Hal ini disebabkan oleh sifat serbuk sabut kelapa yang memiliki daya serap sangat tinggi hingga 8-9 kali massanya (Tyas, 2000). Berbeda halnya dengan sifat bahan baku pada penelitian Fuadi (2009) dan Setiawan (2008). Tandan kosong kelapa sawit dan sekam padi diduga memiliki daya serap yang lebih rendah dibandingkan dengan sabut kelapa.

Daya serap air papan partikel selama 2 jam dalam penelitian ini (49,27-104,92%) lebih tinggi apabila dibandingkan dengan daya serap air selama 2 jam papan partikel dari sekam padi yaitu 9,06-41,55%, namun lebih rendah pada perendaman 24 jam (70,39-112,52%) jika dibandingkan dengan papan partikel sekam padi yaitu 38,18-127,01% (Setiawan, 2008). Pada penelitian Fuadi (2009) tentang papan partikel dari tandan kosong kelapa sawit, daya serap air yang diperoleh juga lebih rendah (24,881%-42,394%). Nilai daya serap air yang tinggi juga disebabkan oleh spring back papan sehingga air mudah sekali masuk dan merusak ikatan-ikatan antara perekat dengan partikel. Pada penelitian Setiawan (2008) diberikan perlakuan penambahan bahan aditif berupa lilin atau wax. Hal ini menjadikan sifat papan partikel sekam padi lebih tahan terhadap air dibandingkan dengan papan partikel sabut kelapa.

(31)

Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan kadar perekat berpengaruh nyata terhadap daya serap air papan partikel selama 2 jam dan 24 jam. Tetapi perlakuan komposisi partikel dan interaksi antara kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap daya serap air (Lampiran 9 dan 10).

Pengembangan Tebal

Nilai rata-rata hasil pengujian pengembangan tebal untuk perendaman 2 jam berkisar antara 6,25-15,89% sedangkan untuk perendaman 24 jam berkisar antara 10,64-25,77%. Rekapitulasi rata-rata nilai pengembangan tebal partikel dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8 dan data selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.

Gambar 7. Pengembangan tebal papan partikel 2 jam 10,27

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(32)

Gambar 8. Pengembangan tebal papan partikel 24 jam

Pada Gambar 7 terlihat bahwa nilai pengembangan tebal terendah terdapat pada papan dengan kadar perekat 15% dan komposisi 60:40 yaitu 6,25%. Sedangkan nilai pengembangan tebal tertinggi terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 80:20 yaitu 15,89%.

Pada Gambar 8 terlihat bahwa nilai pengembangan tebal terendah terdapat pada papan dengan kadar perekat 15% dan komposisi 60:40 yaitu 10,64%. Sedangkan nilai pengembangan tebal tertinggi terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 80:20 yaitu 25,77%.

Nilai pengembangan tebal 24 jam lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pengembangan tebal 2 jam. Pada pembahasan sebelumnya mengenai daya serap air, Tyas (2000) telah menyatakan bahwa sabut kelapa memiliki daya serap air 8-9 kali dari massanya. Hal ini juga berpengaruh pada proses pengembangan tebal, sabut kelapa menyerap air sampai pada titik jenuhnya,

24,10 24,32 25,77

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(33)

sehingga dimensi tebal papan bertambah. Hal ini tentunya menyebabkan nilai pengembangan tebal selama 24 jam lebih tinggi dibandingkan pengembangan tebal selama 2 jam.

Nilai pengembangan tebal umumnya berbanding lurus dengan nilai daya serap air. Nilai daya serap air yang dihasilkan yaitu 70,39-112,52%. Semakin besar nilai daya serap air maka semakin besar pula nilai pengembangan tebal demikian sebaliknya, semakin kecil nilai daya serap air maka nilai pengembangan tebal yang dihasilkan juga semakin kecil.

Pada perendaman 24 jam dapat dilihat bahwa semakin lama perendaman yang dilakukan pengembangan tebal yang dihasilkan semakin tinggi, hal ini juga dipengaruhi oleh kadar perekat yang diberikan. Dapat dilihat pada setiap komposisi papan, pengembangan tebal semakin rendah seiring dengan penambahan kadar perekat.

Perekat dalam hal ini berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam papan. Hal ini sesuai dengan Maloney (1993) bahwa adanya hubungan antara nilai pengembangan tebal yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya kadar perekat. Semakin tinggi kadar perekat, maka pengembangan tebalnya semakin rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh semakin banyaknya perekat yang digunakan maka ikatan antar partikel menjadi lebih kompak sehingga air sulit untuk menembusnya.

(34)

yang banyak lebih mudah rusak. Akan tetapi peran perekat dalam hal ini sangat membantu. Kadar perekat 15% menurunkan nilai pengembangan tebal papan dibandingkan dengan kadar perekat 10% pada komposisi 80:20.

Hasil pengembangan tebal setelah perendaman 24 jam papan partikel campuran sabut kelapa dan mahoni (10,64-25,77%) lebih rendah apabila dibandingkan dengan pengembangan tebal papan partikel dari kayu jabon yaitu 38,11-86,50% (Putra, 2011) dan papan partikel sabut kelapa yaitu 18,32-46,32% (Ariyani, 2009). Pengembangan tebal papan partikel campuran sabut kelapa dan mahoni ini cenderung lebih rendah dikarenakan sifat perekat yang digunakan lebih tahan terhadap air. Putra (2001) dan Ariyani (2009) dalam penelitiannya menggunakan perekat urea formaldehida (UF). Menurut Djalal (1984) Penggunaan perekat UF mempengaruhi tingginya daya serap air papan partikel, ikatan yang dihasilkan tersebut tidak tahan air sehingga air mudah sekali merusak ikatan-ikatan antar perekat dan partikel.

JIS A 5908-2003 mensyaratkan pengembangan tebal adalah maksimal 12% hanya pada perendaman selama 24 jam. Pada umumnya papan partikel sabut kelapa tidak memenuhi standar untuk pengembangan tebal, hanya ada satu papan yang telah memenuhi standar yaitu papan dengan komposisi 60:40 dan kadar perekat 15% yaitu 10,64%.

(35)

perekat berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal papan partikel. Perlakuan komposisi partikel dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata (Lampiran 13).

Sifat Mekanis Papan Partikel Sabut Kelapa

Keteguhan Lentur atau Modulud of Elasticity (MOE)

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan alat

Universal Testing Machine (UTM) untuk memperoleh nilai MOE papan partikel yang dihasilkan. Nilai rata-rata hasil pengujian MOE berkisar antara 2.119-5.425 kg/cm2. Rekapitulasi rata-rata MOE papan partikel dapat dilihat pada Gambar 9 dan data selengkapnya disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 9. Keteguhan lentur atau modulus of elasticity (MOE) papan partikel

Pada Gambar 9 terlihat bahwa nilai MOE terendah papan partikel terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 60:40 yaitu

2119

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(36)

2.119 kg/cm2. Sedangkan nilai MOE tertinggi terdapat pada papan dengan kadar perekat 12,5% dan komposisi 70:30 yaitu 5.425 kg/cm2.

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa secara umum penambahan kadar perekat meningkatkan nilai MOE papan partikel yang dihasilkan. Hal ini diduga karena semakin banyak perekat yang ditambahkan, maka massa yang dihasilkan akan semakin besar, sehingga berpengaruh pada kerapatan papan. Maloney (1993) menyebutkan bahwa kerapatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sifat mekanis papan partikel. Jadi semakin banyak perekat yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai MOE yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haygreen dan Bowyer (1996) bahwa selain kerapatan, kadar perekat, geometri partikel merupakan ciri utama yang menentukan sifat MOE yang dihasilkan.

Komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni mempengaruhi nilai MOE yang dihasilkan. Secara umum penambahan serat sabut kelapa meningkatkan nilai MOE yang dihasilkan. Hal ini diduga karena ukuran sabut kelapa yang lebih kecil dibandingkan dengan partikel mahoni. Ukuran sabut kelapa membuat perekat menjadi lebih tersebar merata, sehingga kerapatan yang dihasilkan semakin tinggi. Kerapatan papan akan berpengaruh terhadap keteguhan papan.

(37)

dihasilkan dibandingkan kedua penelitian tersebut dikarenakan spring back

papan partikel sabut kelapa. Spring back mempengaruhi nilai kerapatan papan, rongga-rongga yang terbentuk pada papan menyebabkan nilai kerapatan menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haygreen dan Bowyer (1996) bahwa semakin tinggi tingkat kerapatan papan partikel, maka akan semakin tinggi sifat keteguhan papan partikel yang dihasilkan. Pada penelitian Ariyani (2009) dan Setiawan (2008), spring back yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan spring back pada papan partikel sabut kelapa.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, secara keseluruhan nilai MOE tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai MOE minimal sebesar 20.400 kg/cm2. Berdasarkan analisis ragam perlakuan komposisi partikel berpengaruh nyata terhadap nilai MOE papan partikel yang dihasilkan. sebaliknya perlakuan kadar perekat dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOE papan partikel (Lampiran 14).

Keteguhan Patah atau Modulus of Rupture (MOR)

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan alat

(38)

Gambar 10. Keteguhan patah atau modulus of rupture (MOR) papan partikel Pada Gambar 10 terlihat bahwa nilai MOR terendah papan partikel terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 60:40 yaitu 24,89 kg/cm2. Sedangkan nilai MOR tertinggi terdapat pada papan dengan kadar perekat 12,5% dan komposisi 70:30 yaitu 71,92 kg/cm2.

Secara umum Gambar 10 menunjukkan bahwa seiring penambahan kadar perekat, nilai MOR yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini diduga karena perekat yang lebih banyak dapat mengikat partikel lebih baik dibandingkan dengan perekat yang lebih sedikit. Maloney (1993) menyebutkan bahwa nilai MOR semakin tinggi dengan semakin meningkatnya kadar perekat.

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa penambahan sabut kelapa meningkatkan nilai MOR yang dihasilkan. Hal ini diduga karena jika dibandingkan dengan serbuk mahoni yang digunakan, sabut kelapa memiliki dimensi yang lebih kecil dan dan lebih panjang dari serbuk kayu mahoni. Sehingga perekat lebih mudah menutupi permukaan sabut kelapa.

Nilai MOR yang dihasilkan (24,89-71,93 kg/cm2) lebih rendah dibandingkan dengan nilai papan partikel dari sabut kelapa yaitu berkisar antara

24,89

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(39)

89,52-182,27 kg/cm2 (Ariyani, 2009). Dalam hal ini spring back yang terjadi pada papan diduga menjadi penyebab rendahnya nilai MOR yang dihasilkan. Setelah pengujian papan selesai, terlihat banyaknya rongga-rongga pada papan yang telah patah. Kerapatan papan yang rendah juga menjadi salah satu faktor penyebab. Kerapatan papan pada penelitian Ariyani (2009) (0,60-0,74 g/cm3) lebih tinggi dibandingkan dengan kerapatan papan pada penelitian ini (0,50-0,60 g/cm3). Haygreen dan Bowyer (1996 menyatakan bahwa semakin tinggi kerapatan papan partikel penyusunnya maka semakin tinggi sifat keteguhan dari papan yang dihasilkan.

Nilai MOR papan partikel yang dihasilkan masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, secara keseluruhan nilai MOR tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai MOE sebesar 82 kg/cm2. Nilai MOR yang rendah diduga karena pengaruh kandungan kimia ekstraktif yang terdapat pada sabut kelapa.

(40)

Berdasarkan analisis ragam perlakuan komposisi partikel berpengaruh nyata terhadap nilai MOR papan partikel yang dihasilkan. Sebaliknya perlakuan kadar perekat dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOR papan partikel (Lampiran 15).

Keteguhan Rekat Internal atau Internal Bond (IB)

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan menggunakan alat

Universal Testing Machine (UTM) untuk memperoleh nilai IB papan partikel yang dihasilkan. Nilai rata-rata hasil pengujian IB berkisar antara 0,53-2,49 kg/cm2. Rekapitulasi rata-rata IB papan partikel dapat dilihat pada Gambar 11 dan data selengkapnya disajikan pada Lampiran6.

Gambar 11. Kuat rekat internal atau internal bond (IB) papan partikel Pada Gambar 11 terlihat bahwa nilai IB terendah papan partikel terdapat pada papan dengan kadar perekat 10% dan komposisi 80:20 yaitu senilai 0,53 kg/cm2. Sedangkan nilai IB tertinggi terdapat pada papan dengan kadar perekat 15% dan komposisi 60:40 yaitu senilai 2,49 kg/cm2.

1,37

Komposisi sabut kelapa : kayu mahoni

(41)

Secara umum nilai IB yang dihasilkan meningkat seiring dengan penambahan kadar perekat yang diberikan. Hal ini diduga karena semakin banyak perekat yang diberikan, maka ikatan yang terjadi antara partikel akan semakin baik. Ikatan yang baik antara partikel akan meningkatkan nilai kerapatan. Dalam hal ini kerapatan juga mempengaruhi nilai IB papan partikel. Sumardi et al., (2004) menyatakan bahwa kerapatan yang tinggi dengan ukuran partikel yang lebih besar akan menghasilkan keteguhan rekat internal yang lebih baik.

Penambahan sabut kelapa yang diberikan menurunkan nilai IB papan partikel. Hal ini diduga karena sifat sabut kelapa yang rapuh menyebabkan kekuatannya menjadi rendah serta berdasarkan ukuran partikel yang kecil maka serbuk membutuhkan perekat yang lebih banyak. Dalam hal ini perekat yang digunakan pada pencampuran serbuk jumlahnya tidak menutupi luas permukaan serbuk, sehingga diperlukan perekat yang lebih banyak. Menurut Marra (1992), sifat dari partikel yang terlalu porous akan menyebabkan penetrasi yang besar sehingga untuk memaksimalkan ikatan permukaan antar partikel jumlah perekat yang diberikan harus semakin besar.

(42)

tidak terikat secara sempurna sehingga menyebabkan kekuatannya rendah saat ditarik.

JIS A 5908-2003 mensyaratkan nilai internal bond sebesar 1,5 kg/cm2. Hasil pengujian IB papan partikel menunjukkan bahwa hanya ada dua papan yang memenuhi standar antara lain papan dengan komposisi 70:30 dengan kadar perekat 15% dan papan dengan komposisi 60:40 dengan kadar perekat 15%. Berdasarkan data analisis ragam perlakuan kadar perekat berpengaruh nyata terhadap nilai IB papan partikel, sebaliknya komposisi partikel dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai IB papan partikel yang dihasilkan (Lampiran 16).

Rekapitulasi Hasil Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel

Rekapitulasi hasil pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel sabut kelapa dan kayu mahoni dapat dilihat pada Tabel 2.

(43)

DSA 24 jam = daya serap air papan partikel selama 24 jam PT 24 jam = pengembangan tebal papan partikel selama 24 jam MOE = keteguhan lentur papan partikel

MOR = keteguhan patah papan partikel

IB = keteguhan rekat internal papan partikel

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa penelitian papan partikel yang dilakukan dengan menggunakan perlakuan variasi kadar perekat PF dan komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni tidak seluruhnya memenuhi standar JIS A 5908-2003. Kerapatan setiap papan partikel yang dihasilkan sudah memenuhi standar, dan nilai IB yang dihasilkan papan dengan komposisi 60:40 kadar perekat 15% dan 70:30 kaadr perekat 15% juga telah memenuhi standar. Hasil pengujian papan yang lain tidak memenuhi standar yang ditentukan.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Variasi komposisi partikel sabut kelapa-partikel mahoni yang digunakan berpengaruh nyata terhadap sifat mekanis yang dihasilkan, yaitu pada hasil pengujian modulus of elasticity (MOE) dan modulus of rupture

(MOR). Namun tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisis papan partikel yang dihasilkan.

2. Variasi perekat PF yang digunakan berpengaruh nyata terhadap sifat mekanis yang dihasilkan, yaitu pada pengujian internal bond (IB). Namun tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisis papan partikel yang dihasilkan.

3. Perlakuan terbaik yang dihasilkan dari penelitian ini adalah komposisi sabut kelapa dan partikel mahoni 60:40 dan kadar perekat PF 15%. Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, S. 2009. Pengaruh Perendaman Panas dan Dingin Sabut Kelapa Terhadap Kualitas Papan Partikel Yang Dihasilkannya. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Ariani, M. S. 2009. Kualitas Papan Partikel Dari Sabut Kelapa (Cocos nucifera, L.). Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 2105-2006 (Revisi SNI 03-2105-1996) Mutu Papan Partikel. BSN. Jakarta.

Daulay, H. T. A. 2014. Variasi Ukuran Partikel dan Komposisi Perekat Phenol Formaldehida-Styrofoam Terhadap Kualitas Papan Partikel Dari Limbah Batang Kelapa Sawit. Skripsi. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Kementrian Pertanian. 2012. Perkembangan Produktivitas Tanaman Perkebunan. [3 Mei 2014]

Effendi, H., Raskita, S., Bambang. S. 2002. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa sebagai Bahan Penyerap Oli dan Air berupa Panel Papan Partikel dalam Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V. Bogor.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1996. Plywood and Other Wood Based Panels. Food and Agriculture Organization of the United Nation,

Rome.

Fuadi. 2009. Kualitas Papan Partikel Tandan Kosong Sawit (Elaeis Guineensis

Jacq.) Menggunakan Perekat Aminoplast. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Hadi, Y. S. 1998. Pengaruh rendaman panas partikel kayu terhadap stabilitas dimensi papan partikel meranti merah. Buletin Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Teknolog: II(1).

Haygreen, J. G. dan J. L. Bowyer.1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu (terjemahan Sujipto, A. H). Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

(46)

[JIS] Japanese Industrial Standar. 2003. JIS A 5908. Particleboard. Japanese Standar Association. Japan.

Jufriah., S. Wagiman., Marsinah. 2011. Variasi Temperatur Kempa Panas Terhadap Sifat Fisika dan Mekanika Papan Partikel Dari Campuran Batang Kelapa Sawit (Elaeis Gueneensis Jacq) dan Limbah Rotan Sega (Calamus Caesius Bl.). Fakultas Kehutanan. UGM. Jogjakarta. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) XIV.

Kelley, M. W. 1997. Critical Literature Review of Relationship Between Processing Parameter and Physical Properties of Particleboard.

General Technical Report FPL-10. Department of Agriculture Forest. Wisconsin.

Komara, I. 1989. Pengaruh Perlakuan pendahuluan Terhadap Sifat Papan Partikel Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Agr). Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Maloney, T. M. 1993. Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman Inc. San Francisco. USA.

Mandang, Y. dan I. K. N. Pandit. 1997. Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Yayasan Prosea Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan Sumber Daya Manusia Kehutanan. Bogor.

Martawijaya, A., I. Kartasujana. 1997. Ciri Umum Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia. No 41. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor. Bogor.

Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S. A. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Meda, A. A. 2006. Kualitas Komposit Dan Likuida Limbah Sabut Kalapa Dengan Fortifikasi Perekat Poliuretan. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Pamungkas, E. A. 2006. Kualitas Papan Partikel Limbah Dan Likuida Sabut Kelapa Dengan Fortifikasi Melamin Formaldehida. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Partini. 2003. Daya Tahan Papan Partikel Dari Limbah Kayu Sengon

(47)

Plantamor. 2012. Informasi Spesies Kelapa. index.php?plant=365 [5 Mei 2014]

Putra, E. 2011. Kualitas Papan Partikel Batang Bawah, Batang Atas Dan Cabang Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.).Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Rokhati, N., A. Prasetyaningrum. 2008. Pembuatan Resin Phenol Formaldehid Terhadap Aplikasinya Sebagai Vernis. Fakultas Teknik UNDIP Semarang . Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, Hal. 42-47.

Ruhendi, S., Koroh D. S., Syahmani F., Yanti H., Nurhaida, Saad S., Sucipto T. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Safrika, T. A. 2008. Pengaruh Lama Waktu Penumpukan Kayu Karet (Havea brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Sifat Sifat Papan Partikel. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Setiawan, C. N. 2008. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Perekat Likuida Kayu dan Papan Partikel Berkerapatan Sedang. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.

Sumardi, I., A. Darwis., dan I. Hadian. 2004. Pengaruh Kerapatan dan Ukuran Partikel terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Kayu Suren (Toona Sureni Merr). Prosiding Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) VII. Makassar.

Sutigno, P. 1994. Teknologi Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor. Trihusada, K. 2000. Papan Partikel Bambu Kuning (Bambusa Vulgaris Schrad)

Dan Kayu Sengon (Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen Syn) Dengan Perekat Fenol Formaldehida. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Tyas, S. I. S. 2000. Studi Netralisasi Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat)

Sebagai Media Tanam. Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Widyorini, R., F. E. Puspitasari. 2011. Pengaruh Perlakuan Ekstraksi dan Waktu Kempa Terhadap Sifat Papan Partikel Tanpa Perekat Dari Limbah Serbuk Gergajian Kayu Mahoni. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) XIV. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

(48)

Lampiran 1. Kebutuhan Bahan Baku Pembuatan Papan Partikel. Ukuran papan partikel : 25 cm x 25 cm x 1 cm

Kerapatan target : 0,7 g/cm

Perbandingan partikel : 60:40, 70:30, 80:20 Sabut kelapa:mahoni

Kadar perekat : 10%, 12,5%, 15%

Kebutuhan bahan baku partikel untuk membuat satu buah papan: 25 cm x 25 cm x 1 cm x 0,7 g/cm 3 = 437,5 g

Kebutuhan perekat: Kadar perekat 10%:

10/100 x 25 cm x 25 cm x 1 cm x 0,7 g/cm3 = 43,75 g

Solid content perekat 43,0%: 43,75 x 100/43,0 = 101,74 g Kadar perekat 12,5%:

12,5/100 x 25 cm x 25 cm x 1 cm x 0,7 g/cm3 = 54,68 g

Solid content perekat 43,0% : 54,68 g x 100/43,0 = 127,18 g Kadar perekat 15%:

15/100 x 25 cm x 25 cm x 1 cm x 0,7 g/cm3 = 65,62 g

(49)

Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Kadar Air dan Kerapatan Papan Partikel

(50)

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Daya Serap Air Papan Partikel

Rata-rata 104,92 112,52

1 16,18 32,34 33,33 99,88 106,00

Keterangan: b 0 jam : berat contoh uji sebelum perendaman

(51)

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Pengembangan Tebal Papan Partikel

Keterangan: b 0 jam : berat contoh uji sebelum perendaman

(52)

Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil MOE Papan Partikel

ΔP : beban sebelum batas proporsi ΔY : lenturan pada beban

(53)

Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil MOR Papan Partikel

(54)

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Internal Bond Papan Partikel

Keterangan: P : panjang contoh uji L : lebar contoh uji

A : luas penampang contoh uji P Max : beban maksimum yang diberikan

(55)

Lampiran 8. Analisis Keragaman Kerapatan Papan Partikel

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 0,011 2 0,006 2,032 0,16

Komposisi Partikel 0,003 2 0,002 0,594 0,563

Interaksi 0,017 4 0,004 1,497 0,245

Lampiran 9. Analisis Keragaman Kadar Air Papan Partikel

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 22,657 2 11,328 8,079* 0,003

Komposisi Partikel 133,413 2 66,706 47,573* 0,000

Interaksi 8,188 4 2,047 1,460 0,256

Lampiran 10. Analisis Keragaman Daya Serap Air Papan Partikel 2 Jam

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 5691,429 2 2845,715 6,701* 0,007

Komposisi Partikel 18,402 2 9,201 0,022 0,979

Interaksi 2557,174 4 639,293 1,505 0,243

Lampiran 11. Analisis Keragaman Daya Serap Air Papan Partikel 24 Jam

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 4130,303 2 2065,152 5,937* 0,010

Komposisi Partikel 151,205 2 75,602 0,217 0,807

Interaksi 1684,549 4 421,137 1,211 0,341

Lampiran 12. Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Papan Partikel 2 Jam

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 78,442 2 39,221 1,529 0,244

Komposisi Partikel 27,595 2 13,798 0,538 0,593

Interaksi 75,112 4 18,778 0,732 0,582

Lampiran 13. Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Papan Partikel 24 Jam

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 416,702 2 208,351 5,069* 0,018

Komposisi Partikel 18,354 2 9,177 0,223 0,802

(56)

Lampiran 14. Analisis Keragaman Keteguhan Lentur (MOE) Papan Partikel

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 1,506E7 2 7529798,649 3,506 0,052

Komposisi Partikel 1,526E7 2 7629412,016 3,553* 0,050

Interaksi 3811927,532 4 952981,883 0,444 0,775

Lampiran 15. Analisis Keragaman Keteguhan Patah (MOR) Papan Partikel

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 2319,868 2 1159,934 3,150 0,067

Komposisi Partikel 4582,708 2 2291,354 6,222* 0,009

Interaksi 906,269 4 226,567 0,615 0,657

Lampiran 16. Analisis Keragaman Kuat Rekat Internal (IB) Papan Partikel

Source Type III SS DF Mean Square F Value Sig.

Kadar Perekat 7,100 2 3,550 11,376* 0,001

Komposisi Partikel 2,044 2 1,022 3,276 0,061

(57)

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian

Bahan baku sabut kelapa setelah diolah menjadi serat

Bahan baku serbuk kayu mahoni

Proses pencampuran kedua bahan baku dengan perekat menggunakan

(58)

Bahan baku kemudian dimasukkan kedalam cetakan untuk selanjutnya dikempa panas

Proses pengempaan bahan baku menjadi papan partikel dengan menggunakan mesin hot press

Papan partikel sabut kelapa dan kayu mahoni

Gambar

Gambar 1. Pola pemotongan permukaan contoh uji untuk pengujian
Gambar 2. Bagan alur penelitian
Gambar 3. Kerapatan papan partikel
Gambar 4. Kadar air papan partikel
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(2) Kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan, kegiatan pemeriksaan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat

Masih pakai alat tulis seperti ini??... Cobalah yang

Pemerintah Turki berdasarkan nota dari Konsulat Jenderalnya di Jeddah No.2010/Cidde BK/1123 tanggal 6 Februari 2010 memberitahukan bahwa Kementerian Pendidikan Turki

s Strategi budaya rumpun etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam perjumpaan dengan agama- agama dan otoritas politik-ekonomi : penelusuran etnografis atas narasi dan

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Republik Indonesia - 2015 Pada Tabel 1.5 merupakan data maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia baik maskapai yang merupakan Badan

Kunjungan nifas ini menguatkan nilai dinas kesehatan yang akuntabel dan tranparans serta logis.. KIA pasien dengan ramah saya memberi salam, setelah dibuka kan pintu

Status gizi bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif di BPS Suratni Bantul Yogyakarta sebagian besar responden adalah gizi baik yaitu 12 orang (80%). Status gizi bayi usia