• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jumlah Karbon Aktif Pada Proses Penurunan Kandungan Klorin Di Air Olahan Di Pt. Coca Cola Bottling Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Jumlah Karbon Aktif Pada Proses Penurunan Kandungan Klorin Di Air Olahan Di Pt. Coca Cola Bottling Indonesia"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN JUMLAH KARBON AKTIF PADA PROSES

PENURUNAN KANDUNGAN KLORIN DI AIR OLAHAN DI

PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA

TUGAS AKHIR

OLEH:

ASRI WULANDARI

NIM 122410107

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN JUMLAH KARBON AKTIF PADA PROSES

PENURUNAN KANDUNGAN KLORIN DI AIR OLAHAN DI

PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Disahkan Oleh: a.n Dekan, Wakil Dekan I,

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Tugas Akhir berjudul ”PENENTUAN JUMLAH KARBON

AKTIF PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN KLORIN DI AIR

OLAHAN DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA”. Tugas Akhir ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

berbagai pihak antara lain:

Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil

Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Dr. Jansen

Silalahi, M.App.Sc., Apt., Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan. Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing

(4)

Muhammad Arif, ST., selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di PT. Coca

Cola Bottling Indonesia Medan yang telah membimbing dan memberikan banyak

ilmu dan arahan pada saat Praktek Kerja Lapangan. Dosen dan Pegawai Fakultas

Farmasi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya

mendukung kemajuan mahasiswa.

Teristimewa kedua orang tua penulis yaitu, Ayahanda Wagiman dan

Ibunda Wiwit Yasri Ulina serta saudara-saudara penulis yaitu, Adek Ilham Rialdi

dan M. Zahri yang selalu memberikan doa serta semangat, perhatian, dorongan

dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian

tugas akhir ini terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

tugas akhir ini. Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada kita semua dan harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin yaa Rabbal Alamin.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(5)
(6)
(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1. Kesimpulan ... 23

5.2. Saran ... 23

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tablet DPD No. 1 ... 25

Lampiran 2. Karbon Aktif ... 26

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua

makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Demikian pula

manusia tak dapat hidup tanpa air. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal.

Pertama, air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati dan kedua, air untuk

kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya (Soemarwoto, 1984).

Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk

melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan

manusia itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air yang telah

tercemar hingga layak digunakan dalam pengolahan air bersih. Pengolahan air

diupayakan agar dapat terhindar dari mikroba dan senyawa kimia. Klorin banyak

digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan

desinfektan (Pranata, 2013).

Klorin merupakan desinfektan yang ideal. Bila dimasukkan dalam air akan

mempunyai pengaruh yang segera membinasakan kebanyakan mikroba yang

berkurang dalam air. Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang

tajam. Sudah sejak lama klorin dikenal sebagai deodarant dan desinfektan yang

sangat baik, yang dijadikan standar dan pengolahan air minum diseluruh

lingkungan. Pada pengolahan air digunakan clay dan arang aktif/ karbon aktif

sebagai penjerap, berbagai proses teraplikasikan, secara umum proses ini

(11)

Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis

karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai

dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu gram dari

karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki luar permukaan

kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas nitrogen). Biasanya

pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun

beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon

aktif itu sendiri (Anonim, 2015).

Oleh karena hal tersebut diatas, penulis telah melakukan penelitian ini pada

air sumur PT. Coca Cola Bottling Indonesia, sehingga penulis memilih judul

tentang “Penentuan Jumlah Karbon Aktif Pada Proses Penurunan Kandungan

Klorin Di Air Olahan Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia”.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui apakah karbon aktif dapat menurunkan dan

menghilangkan kandungan klorin didalam air yang nantinya akan digunakan

sebagai air produksi.

1.2.2 Manfaat

Untuk mengetahui bagaimana menurunkan kandungan klorin diair olahan,

serta menambah pengetahuan dan keterampilan, khususnya tentang penentuan

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan perpaduan dua atom H (hidrogen) dan satu atom O

(oksigen) dengan formula atau rumus molekul H2O. Dialam, air ditemukan dalam

bentuk padat, cair, dan gas. Pada tekanan atmosfir (76 cm-Hg) dan didingankan

sampai OoC, air berubah menjadi padat (es). Sebaliknya, air akan berubah menjadi

gas (uap), dan apabila dipanaskan sampai 100oC. Dalam keadaan normal (murni),

air bersifat netral dan dapat melarutkan berbagai jenis zat. Air akan pecah

menjadi unsur H dan O pada suhu 2.500 C (Manik, 2009).

Air digunakan manusia untuk berbagai keperluan, seperti keperluan rumah

tangga, pertanian, perikanan, industri, sumber energi, sarana transportasi dan

rekreasi. Air bersih mengingat peranannya yang penting dan jumlah air yang

terbatas. Maka diperlukan upaya dalam menjaga kualitas air. Kualitas air upaya

menjaganya dapat dilakukan melalui pengolahan air misalnya, limbah cair yang

dihasilkan oleh suatu kegiatan industri harus diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang keperairan umum sehingga tidak mencemari sungai, waduk, danau, dana

laut (Manik, 2009).

Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan

dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan

oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat

tercemar. Air yang sangat kotor tidak untuk diminum, tetapi cukup bersih untuk

(13)

Air yang terlalu kotor dapat digunakan untuk saran rekreasi seperti berenang,

bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya (Darmono, 2001).

2.2 Klasifikasi Air

Dalam upaya pengendalian pencemaran air, maka mutu air

diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu:

a) Kelas satu, yaitu air yang peruntunkannya dapat digunakan untuk air

minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

b) Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain

yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c) Kelas tiga, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

d) Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

mengairi pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (

(14)

2.3 Sumber Air

2.3.1 Air Permukaan

Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air

pemukaan. Air ini mendapat pengotoran selama pengalirannya. Pengotoran seperti

lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya.

Pengotoran ini menyebabkan kualitas air permukaan menjadi berbeda-beda,

pengotoran inu secara fisik, kimia dan bakteriologi (biologi) (Waluyo, 2009).

Air permukaan dibagi menjadi air sungai dan air rawa atau danau. Air

sungai mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali dalam penggunaannya

sebagai air minum harus melalui proses panjang sedangkan air danau kebanyakan

berwarna yang disebabkan oleh zat-zat organik yang telah membusuk dengan

adanya pembusukan maka kadar Fe dan Mn juga semakin tinggi demikian pula

kelarutan oksigen menjadi sangat berkurang sampai mencapai keadaan anaerob

(Waluyo, 2009).

Air danau atau air tawar biasanya ditumbuhi alga pada permukaannya.

Oleh karena itu untuk pengambilan air rawa sebaiknya pada kedalaman yang

tengah agar endapan Fe dan Mn terbawa demikian juga dengan alga dan lumut

yang ada dipermukaan (Waluyo, 2009).

2.3.2. Air Tanah

Air tanah secara umum terbagi menjadi:

2.3.2.1 Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan

(15)

dangkal terlihat jernih tetapi banyak mengandung banyak zat-zat kimia

(garam-garam terlarut) karena melalui lapisan tanah yang memiliki umsur-umsur kimia

tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal memiliki

kedalaman sampai 15 meter.

2.3.2.2 Air Tanah Dalam

Air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Pengambilan

air tanah dalam lebih sulit daripada air tanah dangkal. Kualitas air tanah dalam

lebih baik daripada air tanah dangkal karena terjadi penyaringan yang lebih

sempurna terutama untuk bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada

lapis-lapis tanah yang dilalui. Kualitas air tanah dalam masih sedikit dipengaruhi

oleh perubahan musim.

2.3.2.3 Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak dipengaruhi oleh

musim dan memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan

munculnya kepermukaan tanah dibagi menjadi:

- Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng

- Umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu dataran (Totok,

2004).

2.3.3 Air Atmosfir

(16)

menampung air hujan jangan dimulai pada saat mulai turun karena masih banyak

mengandung kotoran (Totok, 2004).

Air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur

maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya karatan

(korosi). Air memiliki sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun

(Totok, 2004).

2.3.4 Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung berbagai garam,

misalnya NaCl. Garam NaCl memiliki kadar dalam air laut lebih kurang 3%. Oleh

karena itu, air laut tanpa diolah terlebih dahulu tidak memenuhi syarat untuk air

minum (Totok, 2004).

2.4 Sifat-Sifat Air

2.4.1 Sifat Fisik Air

Ciri-ciri fisik utama air adalah:

- Kekeruhan

- Warna

- Rasa dan Bau

- Suhu

- Bahan padat keseluruhan yang terapung dan terlarut

Kekeruhan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh

pencemaran-pencemaran yang terbagi halus dari manapun asalnya yang ada didalam air.

(17)

pencemaran-pencemaran koloid lainnya. Sekarang, kekeruhan diukur dengan

suatu turbidimeter yang mengukur gangguan cahaya melalui suatu contoh air.

Air kadang-kadang mengandung warna yang banyak diakibatkan oleh

jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang terlarut koloidal yang terbilas dari

tanah atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk.

Rasa dan Bau pada air disebabkan oleh adanya organik yang membusuk

atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dilakukan dengan

melarutkan contoh air yang bersangkutan hingga rasa dan baunya tidak dapat lagi

ditemukan dengan pengujian oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas

dari warna, rasa dan bau.

Suhu air merupakan hal yang penting jika terkait dengan tujuan

penggunaan, pengoahan untuk membuang bahan-bahan tercemar serta

pengangkutannya. Suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan

bervariasi menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu.

Bahan padatan keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu contoh

air dan menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padatan terapung dibuat

dengan menyaring suatu contoh air. Perbedaan antara bahan padatan keseluruhan

dengan bahan padatan terapung merupakan bahan padat terlarut (Linsley, 1986).

2.4.2 Sifat Kimiawi Air

Sifat-sifat kimiawi air antara lain:

(18)

- Keasaman

- Kesadahan

Air membentuk kesetimbangan seperti yang tertera pada persamaan reaksi

2H2O H3O- +OH

-H2O H+ + OH

-Ion hidrogen bersifat asam, sehingga keberadaan ion hidrogen

menggambarkan nilai pH (derajat keasaman) yang dinyatakan dengan persamaan:

pH= - Log[H+]

Kation-kation dan Anion-anion yang umumnya terdapat pada kebanyakan

(19)

Alkalinitas dilakukan pengujian untuk mengukur kapasitas air dalam

menetralkan asam-asam. Keasaman dilakukan pengujian untuk mengukur jumlah

suatu zat basa yang dibutuhkan untuk menetralisir air itu.

Karbondioksida dilakukan pengujian untuk menguji perkaratan air dan

kebutuhan dosis bila pengolahan kimiawi harus dipergunakan dapat juga

memperkirakan pH bila konsentrasinya bikarbonat diketahui.

Kesadahan dilakukan pengujian untuk mengukur kapasitas konsumsi

sabun kecenderungan pembentukan skala air (Kristanto, 2002).

2.5 Syarat-Syarat Air

Dari segi kualitas, Air harus memenuhi :

a. Syarat Fisik

- Air tak boleh bewarna

- Air tak boleh berasa

- Air tak boleh berbau

- Suhu air hendaknya dibawah sela udara

- Air harus jernih

b. Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat

kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

c. Syarat Bakterioligik

(20)

melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/ 100ml air

(Totok, 2004).

2.6 Pengolahan Air

Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang

dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air,

karena dengan adanya pengolahan, maka akan didapatkan suatu air minum yang

memenuhi standar air minum yang telah ditentukan.

Dalam proses pengolahan air pada lazimnya dikenal dengan 2 cara, yaitu :

- Pengolahan lengkap atau Complete Treatment Process, yaitu air akan

mengalami pengolahan lengkap, baik fisik, kimiawi bakteriologik

- Pengolahan sebagian atau Partial Treatment Process, misalnya

diadakan pengolahan kimiawi dan/atau pengolahan bakteriologik

2.7 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,

bukan dari kemurniannya. Air sumur dan air permukaan pada umumnya

mengandung bahan-bahan metal terlarut, seperti Na, Mg, Ca,, dan Fe. Air yang

mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah

(Sakti, 2005).

2.8 Karbon Aktif

Karbon Aktif merupakan senyawa karbon, yang dapat dihasilkan dari

bahan-bahan yang mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara

khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon

(21)

internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben.

Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau

sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas

permukaan.

Karbon aktif berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa, dan mempunyai

daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon yang belim

menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas. Luas

permukaan yang luas disebabkan karbon mempunyai permukaan dalam (internal

surface) yang berongga, sehingga mempunyai kemampuan menyerap gas dan uap

atau zat yang berbeda didalam suatu larutan. Sifat dari karbon aktif yang

dihasilkan tergantung dari bahan yang digunakan, misalnya, tempurung kelapa

menghasilkan arang yang lunak cocok untuk menjernihkan air (Anonim, 2015).

Karbon aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan

sebagai penyerap uap. Karbon aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk powder

yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000A, digunakan dalam face cair,

berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan

bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu dan

kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari

serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai

densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. Karbon aktif sebagai penyerap

(22)

gas, Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang

mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras.

Karbon aktif menurut bentuknya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bubuk

dan granular. Karbon bentuk bubuk digunakan untuk adsorbsi dalam larutan.

Misalnya untuk memghilangkan warna (declorinasi), sedangkan karbon bentuk

granular digunakan untuk adsorbsi gas dan uap, dikenal pula sebagai karbon

pengadsorbsi gas. Karbon bentuk granular kadang-kadang juga digunakan

didalam media larutan khususnya untuk deklorinasi air dan untuk penghilang

warna dalam larutan serta pemisahan komponen-komponen dalam suatun sistem

yang mengalir (Anonim, 2015).

2.8.1 Sifat Karbon Aktif

Sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini,

ada beberapa faktor mempengaruhi daya serap adsorbsi, yaitu :

1. Sifat Adsorben

Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang

sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan

secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar.

Selain pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang

aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan

adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar

menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan. Jumlah atau dosis karbon aktif

(23)

2. Sifat Serapan

Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi

kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa.

Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul

serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga

dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai

dari senyawa serapan.

3. Temperatur

Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperatur

pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang

biasanya diberikan mengenai temperatur yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor

yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas

thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa

serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan

dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil,adsorpsi dilakukan pada

temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil.

4. pH (Derajat Keasaman)

Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,

yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena

kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut.

(24)

5. Waktu Kontak

Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu

untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik

dengan jumlah yang digunakan. Waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh dosis

karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu kontak. Pengadukan

dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk

bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai

viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama (Anonim, 2015).

2.8.2 Pembuatan Karbon Aktif

Proses pembuatan karbon aktif dibagi menjadi 2 tahapan utama, yaitu :

1. Proses Karbonisasi

Karbonisasi adalah salah satu proses dimana unsur-unsur oksigen dan

hidrogen dihilangkan dari karbon dan akan menghasilkan rangka karbon yang

memiliki struktur tertentu. Hesseler berpendapat bahwa untuk menghasilkan arang

yang sesuai untuk dijadikan karbon aktif, karbonisasi dilakukan pada temperatur

lebih dari 6000 C akan tetapi hal itu juga tergantung pada bahan dasar dan metoda

yang digunakan pada aktivasi.

2. Proses Aktivasi

Tujuan utama dari proses aktivasi adalah menambah atau mengembangkan

volume pori dan memperbesar diameter pori yang telah terbentuk pada proses

karbonisasi serta membuat beberapa pori baru. Adanya interaksi antara zat

pengaktivasi dengan struktur atom-atom karbon hasil karbonisasi adalah

(25)

oksidasi yang akan menambah jmlah atau volume pori dan luas permukaan

produk melalui proses eliminasi atau penghilangan volatil produk pirolisa

(Anonim, 2015).

2.9 Klorin

Klorin diperkenalkan sejak satu abad yang lalu, yang tetap digunakan

sebagai desinfektan utama untuk air minum. Oksidasi kuat lainnya, terutama ozon

dan klorin dioksida yang digunakan tetapi dalam banyak beberapa kasus klorin

yang tetap digunakan. Klorin adalah oksidan kuat dan agen penghalogenasi dan

kedua fungsi telah diusulkan sebagai kontribusi terhadap kemampuan

desinfektannya. Sebagai klorin, oksidan menghancurkan bau seperti hidrogen

sulfida, markaptan dan produk lainnya dari anaerobik pembusukan. Sebagai agen

penghalogenasi menghasilkan bau tidak menyenangkan chlorophenol dan

triklorida nitrogen, serta sejumlah halogen digantikan molekul kecil yang

dicurigai sebagai karsinogenik pada konsentrasi yang ditemukan dalam air

(Baumann, 1971).

Klorin secara luas digunakan dalam perlakuan berbagai proses industri air.

Penggunaan tunggal terbesar adalah digunakan untuk mengontrol bakteri,

ganggang, lendir dan organisme fouling biologis makroskopik diperairan

pendingin segar dan garam kondensor, dan dalam pulp, kertas, minuman,

pengkalengan, dan industri pengolahan makanan lainnya (Dean, 1981).

(26)

jenis bentuk klorin yang digunakan, waktu kontak, suhu dan jenis serta

konsentrasi mikroba (Rahayu, 1993).

Kebutuhan klorin untuk air yang relatif jernih dan pada air yanag

mengandung suspensi padatan tidak terlampau tinggi biasanya relatif kecil. Klorin

akan beraksi dengan berbagai jenis komponen yang ada pada air dan

komponen-komponen tersebut akan berkompetisi dalam penggunaan klorin sebagai bahan

untuk desinfeksi. Sehingga pada air yang relatif kotor, sebagian besar akan

bereaksi dengan komponen yang ada dan hanya sebagian kecil saja yang bertindak

sebagai desinfektan (Rahayu, 1993).

2.9.1 Penentuan Kadar Klorin

Untuk setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia

terikat memiliki analisa-analisa khusus. Namun, untuk analisa di laboratorium

biasanya hanya klor aktif (residu) yang ditentukan melalui suatu analisa. Klor

aktif dapat dianalisa melalui titrasi iodometri ataupun melalui metode kolorimetri

dengan menggunakan DPD (Dietil-p-fenilendiamin). Analisa iodometris lebih

sederhana dan murah tetapi tidak sepeka DPD. Adapun prinsip kerja dari analisa

dengan menggunakan DPD adalah; Bila dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai

indikator dibubuhkan pada suatu larutan yang mengandung sisa klor aktif, reaksi

terjadi seketika dan warna larutan menjadi merah.

Pemeriksaan klorin dalam air dengan metode DPD dianalisa dengan

menggunakan alat Komparator. Yaitu berdasarkan pembandingan warna yang

dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna yang sama

(27)

dimana kadar klorin akan dibaca berdasarkan warna yang dibentuk oleh pereaksi

(28)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat

Uji penentuan jumlah karbon aktif ini dilakukan di laboratorium yang

terdapat di PT. Coca Cola bottling Indonesia Medan yang beralamat di jalan Yos

Sudarso Km. 14 Medan Labuhan.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah komparator, kuvet lovibond, timbangan,

hot plate, kertas saring, tissue, spatula, dan alat-alat gelas (beaker glass,

erlenmeyer, corong, dan gelas ukur )

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Akuades, Karbon aktif, Baku

Pembanding, DPD (Dietil-p-fenilendiamin) No 1, dan Sampel yang diuji yaitu air

buffer.

3.4 Prosedur Pemeriksaan

3.4.1 Persiapan Sampel

a) Diambil beaker glass berukuran 1 L

b) Diambil sampel pada tank penyimpanan air

c) Dibiarkan kran air terbuka selama 5 menit agar air pertama

terbuang

(29)

3.4.2 Penentuan Karbon Aktif

a) Ditimbang karbon aktif sebanyak 500 gr

b) Dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan akuades 1 liter

c) Dipanaskan di atas hot plate pada suhu 100ºC selama 1 jam

d) Disaring dengan kertas saring

e) Diambil residunya

f) Ditimbang masing masing residu sebanyak 5 gr, 10 gr, 15 gr, 20 gr,

25 gr

g) Dimasukkan sampel kedalam 5 erlanmeyer ukuran 250 ml

masing-masing sebanyak 100 ml

h) Disaring sampel memakai alat saring yang telah ada karbon aktif

sebanyak 5 gr

i) Diambil filtratnya

j) Diambil sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam kuvet lovibond

k) Ditambahkan 1 tablet DPD No 1

l) Dikocok dan dibiarkan hingga larut

m) Dimasukkan kuvet kedalam komparator dan dibandingkan dengan

kuvet lain yang berisi akuades (blanko)

n) Dibaca kadar free chlorine yang terbaca pada komparator

o) Dicatat hasilnya

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pemeriksaan penentuan jumlah karbon aktif yang dilakukan,

diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Hasil Pemeriksaan Penentuan Jumlah Karbon Aktif

No

Sampel Air

Soft (volume)

Berat Karbon Aktif yg

ditambahkan (gr)

Dari hasil uji penentuan jumlah karbon aktif pada proses penurunan klorin

pada air olahan bahwa dengan penambahan karbon aktif 5 gr didapat kandungan

klorin yaitu 2,5 ppm, dengan penambahan karbon aktif 10 gr didapat kandungan

klorin yaitu 1,0 ppm, dengan penambahan karbon aktif 15 gr didapat kandungan

klorin yaitu 0,6 pmm, dengan penambahan karbon aktif 20 gr didapat kandungan

klorin yaitu 0,2 ppm, dengan penambahan karbon aktif 25 gr didapat kandungan

(31)

penurunan klorin pada air olahan yang diproduksi oleh PT. Coca Cola Bottling

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan kandungan klorin pada air olahan yang nantinya

akan digunakan menjadi air produksi oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia,

bahwa karbon aktif dapat mengurangi atau menghilangkan kandungan klorin yaitu

dengan penambahan karbon aktif 25 gr kandungan klorinnya adalah 0 ppm

sedangkan standar kandungan klorin yang ditetapkan adalah 0 ppm sehingga air

yang digunakan oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia memenuhi persyaratan.

5.2 Saran

Pada saat sebelum melakukan pemeriksaan klorin pada air olahan,

sebaiknya harus memahami prosedur terlebih dahulu dan sebaiknya menggunakan

sampel lain dari sumber-sumber air seperti air danau, air sungai dan mata air

sehingga dapat diperoleh hasil kandungan klorin yang lebih baik sesuai dengan

standar dan telah memenuhi persyaratan yang ada di PT. Coca Cola Bottling

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Baumann, E.R. (1971). Water Quality and Treatment. American: Editors Harold B. Crawford. Hal. 176, 184.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press

Dean, R.B. (1981). Water Reuse. London: Academic Press INC. Hal. 136.

Fatimah, S.S. (2007). Kimia Industri Air. Universitas Pendidikan Indonesia.

Karbon Aktif. (Desember 12, 2010). Diunduh 5 Juli 2015.

Kristanto, Philip. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Hal. 74,78.

Linsley, R.K. (1986). Teknik Sumber Daya Air. Edisi III. Jakarta: Erlangga. Hal. 116, 117, 216, 219.

Manik, K.E.S. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Edisi V. Jakarta: Djambatan. Hal. 131,133.

Pranata, S. (2013). Kandungan Coliform dan Klorin Es Batu. Universitas Atma

Jaya Yogyakart

Rahayu, W.P. (1993). Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 163.

Siregar, A.Sakti. (2005). Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 45,48.

Soemarwoto, Otto. (1984). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Rajawali. Hal. 11.

Totok, S.C. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Citra. Hal. 14, 17, 21, 23.

Vogel. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 259.

Gambar

Tabel 4.1. Data Hasil Pemeriksaan Penentuan Jumlah Karbon Aktif

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar SKI materi Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah dengan metode

tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan kesiapan belajar

Hubungan Antara Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Seminar Hukum dan Publikasi Nasional (Serumpun) II 2020 yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung ini di antaranya bertujuan untuk

Salatiga adalah kota yang unik, kas dan menyenangkan bagi sebagian besar orang. Orang datang ke Salatiga bukan karena ada “gula-gula” atau sumber ekonomi yang melimpah, namun

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji atau membuktikan uapaya meningkatkan hasil belajar PKn melalui metode pembelajaran NHT pada siswa kelas 6A SD YPK Rut

Dari hasil wawancara,pak Dadang mengeluhkan adanya product defect yang dihasilkan setelah proses pengangkutan tomat dari kebun ke tempat pengumpulan.Ketika buruh

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen berupa jumlah unit usaha, UMR, investasi, Inflasi ,PDRBsektor