• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Air dan Standar Air Pengertian air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Air dan Standar Air Pengertian air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air dan Standar Air 2.1.1 Pengertian air

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan hewan, serta untuk memajukan kesejahteraan umum akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor (Effendy, 2003).RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum, meliputi :

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air

3. Air Kemasan

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat.

Syarat – syarat air minum adalah, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis.

(2)

2.1.2 Syarat kualitas air minum

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya sebelum di distribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi standar, maka sering dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, meliputi :

1. Persyaratan Fisik

Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna, dan jumlah zat yang terlarut (TDS) (Mulia, 2005). Air yang baik idealnya tidak berbau, dan harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat berbahaya bagi kesehatan manusia. Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi (Mulia, 2005).

2. Persyaratan Kimia

Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Air tersebut baik yang di atas atau yang di bawah permukaan tanah waktu mengalir akan menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat organik lainnya. Sebagai suatu sistem yang terbuka perairan mempunyai variabel input atau autput dari energi dan materi. Maka dari itu gambaran yang tepat dari sifat-sifat kimia perairan didasarkan pada alkalinitas, kelarutan, konstanta pembentukan kompleks, potensial redoks dan pH (Achmad, 2004).

(3)

3. Persyaratan Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi (Mulia, 2005).

4. Persyaratan mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:

1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah

tersebar melalui air.

2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995).

2.2 Sumber Air 1. Air Hujan

Air hujan jumlahnya sangat terbatas, dipengaruhi oleh musim, jumlah, intensitas dan distribusi hujan, serta letak geografis suatu daerah dan lain-lain. Kualitas air hujan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara atau atmosfir di daerah tersebut. Umumnya kualitas air hujan relatif baik, namun kurang mengandung mineral dan sifatnya mirip air suling (Pitojo, 2002)

2. Air Permukaan

Kondisi air permukaan sangat beragam karena dipengaruhi oleh banyak hal yang berupa elemen matereologi dan elemen daerah pengairan. Kualitas air

(4)

permukaan tersebut, tergantung dari daerah yang dilewati oleh air. Pada umumnya kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempung dan substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu memiliki padatan terlarut (dissolved solid) rendah dan bahan tersuspensi (suspended solids) tinggi. Atas dasar kandungan bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif lebih rendah daripada kualitas air danau, rawa, dan reservoir. Air permukaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, setelah melalui proses tertentu (Pitojo, 2002).

3. Air tanah

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah, terdapat di antara butir-butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Ciri-ciri air tanah yaitu memiliki suspended solid rendah dan dissolved solid tinggi untuk air dalam. Permasalahan

yang timbul pada air tanah adalah tingginya angka kandungan total dissolved solid (TDS) yang timbul pada air tanah adalah tingginya angka kandungan total padatan terlarut, besi, mangan, dan kesadahan air tanah dapat berasal dari mata air kaki gunung, atau di sepanjang aliran air sungai atau berasal dari air tanah dangkal. Air sumur gali, sumur bor, serta yang berasal dari tanah dalam yaitu air sumur bor yang dalamnya lebih dari 30 m atau bahkan terkadang mencapai 100 m (Pitojo, 2002).

4. Mata air

Mata air adalah sumber air yang keluar dengan sendirinya ke permukaan dari dalam tanah. Sumber dari aliran airnya berasal dari air tanah yang mengalami patahan sehingga muncul ke permukaan (Arthana, 2004). Aliran ini dapat bersumber dari air tanah dangkal maupun dari air tanah dalam. Mata air yang

(5)

berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam itu sendiri. Berdasarkan keluarnya ke permukaan tanah, mata air dapat dibedakan menjadi mata air rembesan, yaitu air yang keluar dari lereng-lereng dan mata air umbul, yaitu air yang keluar dari suatu daratan (Sutrisno dan Suciastusi, 2002).

Ada beberapa macam mata air di antaranya adalah (1) mata air panas yang biasanya memiliki kadar garam tinggi serta seringkali dijumpai di daerah vulkanis, (2) mata air besar dengan tingkat kesadahan yang tinggi yang umumnya dijumpai di daerah yang berkapur dan (3) mata air kecil dengan tingkat kesadahan rendah yang keluar dari celah batu dan kerikil atau batu kristal yang karena ukurannya kecil maka mata air jenis ini lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Odum, 1971).

2.3 Kriteria Mutu Air

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, mutu air adalah kondisi kualitas air diuji berdasarkan parameter dan metode tertentu berdasarkan undang – undang yang berlaku. Setiap orang berhak memiliki kualitas air yang layak untuk dikonsumsi atau untuk kebutuhan yang lain, semua orang berhak mendapatkan informasi status mutu air dan pengelolaan kualitas air yang baik untuk kehidupan. Adapun mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001. Sebagai berikut:

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi:

(6)

Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaannya tersebut.

2.4 Bakteri Indikator Keamanan Air

Lingkungan perairan mudah tercemar oleh mikroorganisme patogen yang masuk dari berbagai sumber seperti pertanian, pemukiman dan peternakan. Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal istilah bakteri indikator sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusian maupun hewan. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang biasa terdapat di dalam tubuh manusia maupun hewan. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal

(7)

dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya (Widiyanti dan Ristiati, 2004). Bakteri indikator sebagai cemaran air adalah bakteri E. coli, yang tergolong ke dalam Coliform dan hidup normal di kotoran manusia maupun hewan (Effendy, 2003). Bakteri yang tegolong Coliform bakteri aerobik, anaerobik fakultatif, dan rod shape (bakteri batang) yang dapat memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35ºC. Bakteri Coliform total terdiri atas E. coli, Citobacter, Klebsiella dan Enterobacter (Effendy, 2003).

2.5 Coliform

Bakteri Coliform merupakan bakteri yang tergolong dalam family Enterobactericeae berbentuk batang pendek, Gram negatif, fakultatif anaerob,

tidak berspora dapat memfermentasi laktosa dalam bentuk asam dan gas dalam waktu semalam dengan temperature 37ºC (Buckle et al., 1997). Coliform terdiri dari Escherichia coli ( E. coli), Klebsiella, Enterobacter dan Citrobacter (Jawetz et al., 1980) Pada kelompok Coliform non-fekal diantaranya, Enterobacter

aerogenes dan Klebsiella yang biasa disebut golongan perantara. Bakteri ini

biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati (Fardiaz, 1993). Bakteri ini juga lebih banyak didapatkan di dalam habitat tanah dan air dari pada di dalam usus (Suriawiria, 1996).

Ada dua golongan bakteri Coliform yang ditinjau berdasarkan kemampuan cepat atau lambatnya memfermentasi laktosa yaitu E. coli, Enterobacter dan Klebsiella adalah golongan yang mampu memfermentasi laktosa secara cepat,

(8)

sedangkan Citobacter adalah golongan yang lambat memfermentasi laktosa (Jawetz et al., 1980).

Media padat yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi Coliform adalah EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). Pada media ini, bakteri akan tumbuh dan membentuk koloni pada waktu semalam pada temperature 37ºC dan membentuk koloni berwarna coklat (Jay, 1992).

2.6 Escherichia coli

Bakteri E. coli dapat di temukan di dalam saluran pencernaan dan merupakan flora normal usus pada manusia maupun hewan. Sebagian besar E. coli merupakan flora normal yang dapat membantu system pencernaan (buckle et

al., 1987). Escherichia coli tergolong dalam anggota family Enterobacteriaceae.

E. coli berbentuk batang, fakultatif anaerob, Gram negatif dengan tebal 0,5 μm,

panjang antara 1,0 - 3,0 μm, berbentuk seperti filamen yang panjang, tidak berbentuk spora, bersifat Gram negatif (Radji et al., 2010). Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.

Bakteri ini aerobik dan dapat juga anerobik fakultatif. Pada umumnya bakteri-bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini, dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Semua organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan semua reaksi biologis yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup membutuhkan air. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air. Menurut Suriawiria, (1996), ada beberapa bakteri yang mencemari air sungai atau air buangan yang sudah kotor

(9)

yaitu kelompok bakteri besi (Crenotrix dan Spaerotilus), kelompok bakteri belerang (Cromatium dan Thiobacillus), bakteri pencemar (E. coli dan Coliform), bakteri patogen (Salmonella, Shigella, Vibrio corynebacterium), bakteri penghasil toksin (Pseudomonas, Clostridium).

Persebaran Escherichia coli (fecal coli) sering digunakan sebagai indikator kehadiran mikroba patogen. Namun, beberapa studi menunjukan korelasi yang rendah antara kehadiran bakteri indikator dan beberapa jenis bakteri patogen (Bitton, 2005). Bakteri E. coli merupakan salah satu bakteri yang paling banyak terdapat pada air.

2.7 Escherichia coli yang Berhubungan dengan Penyakit Diare

Berdasarkan Jawetz (1996), Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit diare adalah :

1. Enterophatogenic E. coli (EPEC)

Merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC awalnya dihubungkan dengan terjangkitnya diare di ruang perawatan di negara berkembang. EPEC melekat pada sel mucosa usus kecil. Faktor yang berhubungan dengan kromosom mendukung pelekatan yang erat. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasi namun tidak kronis. Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotype spesifik dari E. coli. Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik.

(10)

2. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

Enterotoxigenic E. coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada

musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di negara berkembang. Cara untuk membantu mencegah diare ini adalah dengan memperhatikan pemilihan dan pengkonsumsian makanan yang potensial terkontaminasi ETEC. Antimicrobial prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak dianjurkan secara keseluruhan. Pemberian antibiotik yang efektif akan memperpendek jangka waktu penyakit.

3. Enterohemoragik E. coli (EHEC)

Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) memproduksi verotoksin. EHEC

banyak dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah bentuk diare yang parah, dan dengan sindroma uremic hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut, microangiopathi hemolytic anemia, dan thrombocytopenia. Hemorrhagic colitis dan komplikasinya dapat dicegah dengan cara memasak daging segar.

4. Enteroinvasive E. coli (EIEC)

Enteroinvasire E. coli (EIEC) menyebabkan penyakit yang mirip dengan

shigellosis. Penyakit yang terjadi umumnya pada anak di negara berkembang dan

dalam perjalanan ke negara tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan menyerang sel epithelial mukosa usus.

5. Enteroagregative E. coli (EAEC)

Enteroagregative E. coli (EAEC) menyebabkan diare yang akut dan kronis (dalam jangka waktu > 14 hari) pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit karena makanan di negara industri. Mereka

(11)

digolongkan berdasarkan bentuk dan perlekatan pada sel manusia. Patogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus, dan terjadinya diare.

2.8 Sistem Pengelolaan Peternakan

Pengelolaan peternakan merupakan salah satu unsur penting dalam keberhasilan suatu peternakan. Menurut Rasyaf (2008), kriteria-kriteria yang baik untuk pengelolaan peternakan meliputi lokasi peternakan, bentuk kandang, sanitasi kandang.

Lokasi lahan untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan atau dipilih tempat yang sunyi. Suasana yang tenang sangat diperlukan oleh ayam yang pada dasarnya mudah terkejut dan stress. Tujuan dari pemilihan lokasi jauh dari perumahan penduduk adalah agar penduduk tidak mengganggu peternakan yang membutuhkan ketenangan serta sebaliknya keberadaan peternakan tidak mengganggu kehidupan penduduk dengan adanya polusi. Kemudian jenis kandang ada 2 macam yaitu kandang postal dan kandang sistem panggung dengan alas berlubang-lubang. kandang sistem lantai secara umum menjadi pilihan peternak broiler, karena lebih ekonomis dan bahannya mudah didapat.

Sanitasi kandang juga diperlukan agar dapat menghambat kehadiran bibit penyakit setiap saat (Sudaryani, 1995). Kehadiran bibit penyakit dapat diakibatkan oleh agen infeksi salah satunya adalah bakteri. Adapun bakteri yang

(12)

sering menyebabkan penyakit pada peternakan ayam broiler adalah penyakit Koliseptikemia. Koliseptikemia merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

bakteri E. coli serotipe patogen yang menyebar melalui darah dan menginvasi serta menimbulkan kerusakan pada berbagai jaringan (Tabbu, 2000). Sehingga sanitasi yang baik diperlukan agar terhindar dari berbagai agen penyakit tersebut, salah satu tujuan sanitasi untuk mengurangi kejadian penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian yang bersifat ekonomi dapat ditekan sekecil mungkin (Murtidjo, 1987). Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan menurut Cahyono (1995) adalah menjaga litter atau alas kandang agar tetap kering dan tidak menimbulkan bau pengap dan apek, dan menjaga kebersihan peralatan makanan dan minuman dan pembersihan kotoran ayam. Menurut Sudaryani dan Santoso (1994) bahwa tempat pakan dan minum yang bersih akan menjamin kebersihan pakan dan minum bagi ayam, sehingga dapat mendukung pertumbuhannya.

2.9 Kerangka Konsep

Sutrisno, (2010) mengemukakan bahwa, air merupakan salah satu sarana utama dalam kehidupan mahluk hidup, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air diperlukan terutama apabila air berasal dari air permukaan. Peningkatan kuantitas juga diperlukan karena semakin maju tingkat kehidupan, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhannya.

Mata air adalah air yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari air tanah yang mengalami patahan sehingga muncul ke permukaan. Aliran ini dapat

(13)

bersumber dari air tanah dangkal maupun dari air tanah dalam. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam itu sendiri. Kualitas air dari mata air bergantung dari lapisan mineral tanah yang dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter khusus dari mata air tersebut (Arthana, 2004). Kualitas air harus memenuhi syarat kualitas fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktivitas (WHO, 2004). Kualitas yang dimaksud mencakup beberapa parameter yaitu kekeruhan, warna, rasa dan bau. Rasa dan bau dapat berasal dari keadaan alamiah air yang mengandung bahan kimia organik dan anorganik dapat pula karena adanya proses biologi seperti mikroorganisme air (Irianti dan Sasimartoyo, 2006).

Beberapa ciri penting mikroorganisme indikator menurut Alaerts (1987) antara lain:

1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak terdapat dalam air yang tidak tercemar;

2. Jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kehadiran bakteri patogen;

3. Mempunyai kemampuan hidup yang lebih lama daripada pathogen. 4. Mempunyai sifat yang mantap dan seragam.

5. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.

6. Terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada patogen, sehingga mudah terdeteksi.

(14)

Tes dengan mikroorganisme indikator adalah yang paling umum dan dapat dilaksanakan secara rutin. Tes mikroorganisme untuk air minum yang biasa dilakukan adalah tes bakteri total Coliform dan tes E. coli. Tes bakteri total memberikan hasil mengenai jumlah semua bakteri yang ada dalam sampel, sehingga hasil kurang spesifik. Karena bakteri yang teranalisa bukan hanya berasal dari bakteri tinja melainkan juga dari bakteri-bakteri tanah, tanaman dan sebagainya.

Bakteri Coliform merupakan bakteri yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae yang mempunyai sifat memfermentasikan laktosa. Coliform

banyak terkandung dalam kotoran manusia, mamalia maupun unggas. Bakteri ini terdapat pada saluran intestinal yang sebagian besar merupakan flora normal di dalam saluran pencernaan. Jika bakteri Coliform ada dalam jumlah yang berlebihan dapat mengancam kesehatan karena dapat mengubah keseimbangan flora normal. Bakteri Coliform yang terdapat dalam air menunjukkan air tercemar oleh feses manusia atau hewan (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).

Dwijoseputro, (2003) mengemukakan bahwa E. coli merupakan bakteri Gram negatif dan tergolong ke dalam Enterobactereacea. Sebagian besar E. coli merupakan flora normal dalam tubuh dan dapat membantu proses pencernaan, namun akan menjadi patogen bila kesehatan hewan menurun (Buckle et al., 1987). Apabila bakteri E. coli ditemukan dalam air maka air tersebut menunjukkan adanya pencemaran yang berasal dari kotoran manusia atau hewan. Penyakit yang disebabkan oleh E. coli sering dijumpai pada kelompok ayam yang dipelihara di lingkungan kurang bersih.

(15)

Peternakan di desa Mangesta merupakan peternakan ayam pedaging. Penularan penyakit yang disebabkan oleh E. coli yang terjadi pada peternakan ayam ditularkan melalui kontak langsung dan tempat tinggal ayam yang basah dan kotor (Akoso, 1998). Peternakan mendapat suplai air dari sumber mata air yang berada di hutan. Dari mata air melalui pipa paralon menuju reservoir yang ukuranya 2 x 2 m, dari reservoir menuju ke tempat penampungan air yang terdapat di dekat kandang ayam dan menuju ke tempat minum ayam. Mata air yang dalamnya hanya sekitar 1 m lebih mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme dan di dekat mata air tersebut terdapat peternakan ayam, kotoran dari ayam sangat mungkin mencemari mata air dikarenakan air membawa limbah dari kotoran ayam lalu meresap ke dalam tanah dan mengalir ke sumber mata air yang dalamnya hanya 1 m. Kebersihan kandang kurang diperhatikan melihat kotoran yang berserakan di sekitar kandang serta tempat minum ayam jarang di bersihkan ini terlihat terdapat kotoran ayam di tempat minumnya. Di lihat dari kondisi tersebut, maka tidak menutup kemungkinan adanya kontaminasi bakteri E. coli dan Coliform pada peternakan ayam di Desa Mangesta.

Mengingat pentingnya kualitas air minum ayam pedaging yang sudah terkontaminasi peneliti tertarik untuk meneliti tingkat cemaran bakteri E. coli dan Coliform pada air minum peternakan ayam pedaging yang ada di Desa Mangesta,

(16)

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Jumlah bakteri Coliform dan E. coli di tempat minum ayam lebih tinggi daripada di reservoir dan mata air.

Referensi

Dokumen terkait

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen berupa jumlah unit usaha, UMR, investasi, Inflasi ,PDRBsektor

Dalam variasi tersebut menggunakan tehnik counter melody hal tersebut dikarenakan nada dalam melodi asli di variasikan dalam unsur nada nada yang terdapat pada

unhe nibhana aasan nahin pyar mein dil sabhi jeet lete hain magar dil har ke jeetna aasan nahin zindagi mein to sabhi pyar karlete hain pyaar mein ise qurban karna aasan nahin. teri

Penelitian dibagi menjadi dua tahap : tahap pertama bertujuan untuk mengetahui kecepatan timbulnya berahi dari dosis GnRH yang berbeda, tahap kedua mengetahui

Dari proses observasi dan analisis sistem mengenai sistem lama yang diterapkan diruang gudang grocery dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan adanya rancangan sistem

Bila hasilnya menunjukkan adanya perbaikan atau peningkatakan aktivitas dan nilai yang diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah SBMBI, yang dilihat dari aktivitas

Hubungan Antara Asupan Protein Dan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang