• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Enhanced Interior Gateway Routing Protocol pada Topologi Mesh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kinerja Enhanced Interior Gateway Routing Protocol pada Topologi Mesh"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY

ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi

Disusun oleh

Debora Br Sinaga (120422035)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: jumlah port pada topologi mesh dicari menggunakan rumus?

(2)
(3)

ABSTRAK

Jaringan Metropolitan Area Network (MAN) merupakan gabungan dari Local Area Network (LAN) yang tersebar secara geografis namun tetap saling terhubung satu dengan yang lainnya. Untuk menghubungkan jaringan-jaringan LAN yang berbeda tersebut agar tetap terkoneksi maka dibutuhkan sebuah peran dari routing protokol.

Pada Tugas Akhir ini dianalisis kinerja dari Enhanced Interior Gateway Routing Protocol atau EIGRP sebagai routing protokol jaringan MAN pada topologi mesh. Model jaringan diimplementasikan dengan menghubungkan empat jaringan yang terpisah secara jarak yaitu USU, UMA, UMSU dan UISU dimana masing-masing gedung memiliki sepuluh PC, satu switch dan satu router. Evaluasi kinerja EIGRP dilakukan pada simulator Cisco Packet Tracer dengan parameter delay, packet loss dan throughput.

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan routing protokol EIGRP, dimana pengujian dilakukan pada masing-masing jaringan maka didapat nilai rata-rata untuk delay yaitu 3,40 ms – 4,88 ms, packet loss 4% - 5,8% dan throughput 70,97 kbps – 99,57 kbps. Dibandingkan dengan routing protokol RIP (Routing Information Protocol) EIGRP memiliki kinerja yang lebih baik, untuk delay EIGRP mengalami penurunan sebesar 58,13%, untuk parameter packet loss berkurang sebesar 43,55% dan untuk parameter throughput naik sebesar 38,01%.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH” Dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtua penulis Ayahanda terkasih Timbul Sinaga dan Ibunda Naomi Samosir, yang tak henti–hentinya memberikan kasih sayang, doa, dan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Saudara - saudara penulis tersayang Tino Doni Sinaga, Erlita Sinaga dan Boy Tulus Sinaga atas dukungan dan doanya

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Rahmad Fauzi, ST.MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Naemah Mubarakah ST. MT selaku dosen pembimbing.

6. Dosen pembanding bapak Ir. M. Zulfin, MT dan bapak Emerson P. Sinulingga ST. M.Sc, PhD.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan.

(5)

9. Teman-teman Ekstensi Teknik Elektro Telkom seluruhnya dan teman-teman Teknik Elektro Energi, sungguh tak ada kesan dimasa perkuliahan tanpa kehadiran kalian semuanya.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan laporan ini.

Medan, Mei 2015

Hormat Penulis,

(6)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Tugas Akhir ... 3

1.4Batasan Masalah ... 3

1.5Metode Penelitian ... 3

1.6Sistematika Penulisan ... 3

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1 Sejarah Perkembangan Teknologi Jaringan Komputer ... 5

2.2 Jenis-Jenis Jaringan ... 6

2.2.1 LAN (Local Area Network) ... 6

2.2.2 MAN (Metropolitan Area Network) ... 7

2.2.3 WAN (Wide Area Network) ... 8

2.3 Topologi Jaringan ... 8

2.3.1 Topologi Bus ... 9

2.3.2 Topologi Ring ... 9

2.3.3 Topologi Star ... 10

2.3.4 TopologiTree ... 10

2.3.5 Topologi Mesh ... 11

2.4 Perangkat Jaringan ... 11

(7)

2.4.2 Switch ... 12

2.4.3 Pengkabelan ... 13

2.5 Lapisan OSI dan TCP/IP ... 14

2.5.1 OSI (Open System Interconnection) ... 15

2.5.2 TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) ... 16

2.6 IP Address (Internet Protocol Address) ... 18

2.8.1 Tipe-tipe Routing Protokol ... 21

2.8.1.1 Distace Vector ... 22

2.8.1.2 Link State ... 22

2.8.1.3 Hybrid ... 23

2.8.2 Komunikasi Antar Router ... 23

2.9 Pengenalan EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol) ... 24

2.10 Mekanisme Kerja EIGRP ... 24

2.10.1 RTP (Reliable Transport Protocol) ... 24

2.10.2 Neighbor Discovery/Recovery ... 26

2.10.3 EIGRP Metric ... 27

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN ... 31

3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data... 30

3.2 Pengenalam SoftwereCisco Packet Tracer ... 31

3.3 Perancangan Jaringan ... 36

(8)

3.3.2 Pengalokasian IP Address ... 37

3.3.3 Konfigurasi dengan Protokol EIGRP ... 39

3.3.4 Pengujian Jaringan ... 41

3.4 Parameter Sistem ... 42

3.4.1 Delay ... 42

3.4.2 Packet Loss ... 42

3.4.3 Throughput ... 43

BAB IV ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL ... 44

4.1 Umum ... 44

4.2 Analisis Perancangan ... 44

4.2.1 Analisis Delay ... 45

4.2.2 Analisis Packet Loss ... 48

4.2.3 Analisis Throughput ... 52

4.3 Analisis Peningkatan Kinerja EIGRP ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jaringan Komputer Model TTS... 5

Gambar 2.2 Model Jaringan LAN ... 6

Gambar 2.3 Model Jaringan MAN ... 7

Gambar 2.4 Model Jaringan WAN ... 8

Gambar 2.5 Topologi Bus ... 9

Gambar 2.6 Topologi Ring ... 9

Gambar 2.7 Topologi Star ... 10

Gambar 2.8 Topologi Tree ... 10

Gambar 2.9 Topologi Mesh ... 11

Gambar 2.10 Router Cisco ... 12

Gambar 2.11 Switch Cisco ... 13

Gambar 2.12 Pemasangan Kabel RJ-45 ... 13

Gambar 2.13 Konfigurasi Kabel Straight-Through ... 14

Gambar 2.14 Konfigurasi Kabel Croosover ... 14

Gambar 2.15 Lapisan OSI ... 15

Gambar 2.16 Lapisan TCP/IP ... 17

Gambar 2.17 Pembagian Bit IP Address ... 18

Gambar 2.18 Tipe Routing Protokol Distance Vector ... 22

Gambar 2.19 Tipe Routing Protokol Link State ... 23

Gambar 2.20 Pengiriman Paket Hello ... 25

(10)

Gambar 2.22 Pengiriman Paket Query dan Reply ... 26

Gambar 2.23 Contoh Topologi Untuk Perhitungan Metric ... 27

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data ... 31

Gambar 3.2 Lokasi Perancangan di Kota Medan... 32

Gambar 3.3 Tampilan Awal Packet Tracer ... 33

Gambar 3.4 Tampilan Menu Utama Simulator Packet Tracer ... 33

Gambar 3.5 Model Jaringan Simulasi ... 36

Gambar 3.6 Realisasi Jaringan Topologi Mesh Pada Packet Tracer ... 37

Gambar 3.7 Menu Pengalokasian IP Address pada Router... 38

Gambar 3.8 Tampilan Menu CLI ... 40

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alokasi Alamat IP Pada Masing-masing Lokasi ... 37

Tabel 3.2 Alokasi IP Address Pada Interface Router ... 39

Tabel 3.3 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Delay... 42

Tabel 3.4 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Packet Loss ... 43

Tabel 3.3 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Throughput ... 43

Tabel 4.1 Pengujian Jaringan ... 44

Tabel 4.2 Pengujian Delay USU ke UMA ... 45

Tabel 4.3 Pengujian Delay USU ke UMSU ... 46

Tabel 4.4 Pengujian Delay USU ke UISU ... 46

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Untuk Delay ... 47

Tabel 4.6 Pengujian Packet Loss USU ke UMA ... 48

Tabel 4.7 Pengujian Packet Loss USU ke UMSU ... 49

Tabel 4.8 Pengujian Packet Loss USU ke UISU ... 50

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Untuk Packet Loss ... 51

Tabel 4.10 Pengujian Throughput USU ke UMA ... 52

Tabel 4.11 Pengujian Throughput USU ke UMSU ... 53

Tabel 4.10 Pengujian Throughput USU ke UISU ... 54

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Untuk Throughput ... 55

(12)

ABSTRAK

Jaringan Metropolitan Area Network (MAN) merupakan gabungan dari Local Area Network (LAN) yang tersebar secara geografis namun tetap saling terhubung satu dengan yang lainnya. Untuk menghubungkan jaringan-jaringan LAN yang berbeda tersebut agar tetap terkoneksi maka dibutuhkan sebuah peran dari routing protokol.

Pada Tugas Akhir ini dianalisis kinerja dari Enhanced Interior Gateway Routing Protocol atau EIGRP sebagai routing protokol jaringan MAN pada topologi mesh. Model jaringan diimplementasikan dengan menghubungkan empat jaringan yang terpisah secara jarak yaitu USU, UMA, UMSU dan UISU dimana masing-masing gedung memiliki sepuluh PC, satu switch dan satu router. Evaluasi kinerja EIGRP dilakukan pada simulator Cisco Packet Tracer dengan parameter delay, packet loss dan throughput.

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan routing protokol EIGRP, dimana pengujian dilakukan pada masing-masing jaringan maka didapat nilai rata-rata untuk delay yaitu 3,40 ms – 4,88 ms, packet loss 4% - 5,8% dan throughput 70,97 kbps – 99,57 kbps. Dibandingkan dengan routing protokol RIP (Routing Information Protocol) EIGRP memiliki kinerja yang lebih baik, untuk delay EIGRP mengalami penurunan sebesar 58,13%, untuk parameter packet loss berkurang sebesar 43,55% dan untuk parameter throughput naik sebesar 38,01%.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan teknologi jaringan komputer mengalami peningkatan yang sangat pesat, bersamaan dengan semakin meningkatnya permintaan kebutuhan ketersambungan untuk dapat berbagi informasi. Dengan perkembangan tersebut telah mendorong pertumbuhan dari berbagai jenis sistem jaringan data lokal (Local Area Network) yang tersebar secara geografis, kemudian bergabung membentuk sistem jaringan yang lebih luas yang disebut dengan jaringan MAN (Metropolitan Area Network) dan diakomodasi oleh routing protokol.

Routing protokol adalah suatu aturan yang mempertukarkan informasi routing yang akan membentuk sebuah tabel routing sehingga paket data yang akan dikirim menjadi lebih jelas. Pemilihan routing protokol yang tepat akan memperkuat manajemen lalu lintas data karena routing protokol didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan dan mengatasi situasi routing yang kompleks secara tepat dan akurat [1].

(14)

EIGRP menyediakan dukungan routing terhadap beberapa protokol layer network seperti IP, IPX dan Apple Talk melalui penggunaan modul yang disebut protocol-dependent modules (PDMs) [2].

Selain routing protokol, topologi jaringan merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap kinerja routing protokol itu sendiri. Topologi jaringan adalah suatu rute aturan bagaimana menghubungkan perangkat satu sama lain yang saling berkomunikasi. Pemilihan topologi jaringan dapat mempengaruhi faktor-faktor penting seperti biaya, kecepatan pengiriman data dan dapat menyebabkan perbedaan metode aksesnya. Topologi mesh merupakan topologi jaringan yang digunakan pada kondisi dimana tidak adanya hubungan komunikasi yang terputus secara absolut, topologi ini merefleksikan desain internet yang memiliki multipath ke berbagai lokasi. Dalam tugas akhir ini jaringan MAN dihubungkan secara mesh dimana implementasi jaringan MAN tersebut adalah menghubungkan universitas-universitas yang berada di kota Medan yakni USU, UMA, UMSU dan UISU.

Tugas akhir ini menganalisis kinerja dari EIGRP pada topologi mesh terhadap jaringan MAN menggunakan simulator Cisco Packet Tracer 5.3 dimana parameter-parameter yang dilihat pada simulasi ini antara lain delay, packet loss, dan throughput. Diharapkan pada tugas akhir ini dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai kinerja dari EIGRP.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Merancang topologi mesh dan mengkonfigurasi routing protokol EIGRP dalam jaringan MAN menggunakan simulator Cisco Packet Tracer 5.3.

(15)

1.3 Tujuan Tugas Akhir

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menghasilkan sebuah jaringan dengan routing protokol EIGRP. Adapun parameter yang dianalisis untuk menilai kinerja jaringan tersebut delay, packet loss dan throughput

1.4 Batasan Masalah

Untuk mencapai sebuah penelitian yang diharapkan, maka penulis ingin memfokuskan tugas akhir ini melalui batasan masalah sebagai berikut:

1. Membahas bagaimana merancang jaringan MAN dengan Simulator Cisco Packet Tracer.

2. Hanya membahas routing protokol EIGRP. 3. Hanya membahas jaringan dengan topologi mesh.

4. Tidak membahas secara mendalam tentang isi keseluruhan fitur yang ada pada simulator Cisco Packet Tracer 5.3.

1.5 Metode Penelitian

Adapun metode penulisan yang digunakan pada penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur, yaitu mengumpulkan dan mempelajari konsep jaringan sesuai dengan topik tugas akhir ini baik dari buku-buku referensi, jurnal maupun dari artikel-artikel yang tersedia di internet, dan lain-lain.

2. Simulasi, yaitu suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk menganalisis tugas akhir ini.

3. Studi analisis, yaitu dengan melakukan analisis dan perhitungan terhadap data-data yang diperoleh dari hasil simulasi.

1.6Sistematika Penulisan

(16)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: DASAR TEORI

Bab ini memuat tentang berbagai materi yang diperlukan untuk memahami jaringan secara umum dan teori EIGRP yang akan digunakan untuk menjustifikasi hasil.

BAB III: PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN

Bab ini berisi tentang perancangan jaringan, pengenalan software Cisco Packet Tracer, menjelaskan item-item tools yang digunakan pada software Cisco Packet Tracer, perancangan jaringan, dan hasil konfigurasi EIGRP serta pengujian jaringan.

BAB IV: ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL

Bab ini membahas tentang perancangan jaringan dan analisis kinerja EIGRP dengan parameter yakni delay, packet loss, dan throughput.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Sejarah Perkembangan Teknologi Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang menghubungkan dua node atau lebih menggunakan media komunikasi berupa kabel (wire) atau tanpa kabel (wireless) sebagai perantara serta membutuhkan protokol komunikasi untuk bisa saling berbagi informasi. Jaringan komputer memungkinkan kita bekerja bersama-sama untuk meningkatkan penggunaan sumber daya yang ada dalam sebuah perusahaan/organisasi, komunikasi dan arus informasi semakin cepat [3].

Konsep jaringan komputer lahir pada tahun 1940-an di Amerika pada sebuah proyek pengembangan komputer model I di laboratorium Bell Harvard University. Memanfaatkan perangkat komputer yang harus dipakai bersama-sama untuk mengerjakan beberapa proses tanpa harus membuang waktu maka dibuatlah proses beruntun sehingga program bisa djalankan dalam sebuah komputer dengan kaidah antrian. Pada tahun 1950-an jenis komputer membesar dan dituntut dapat melayani beberapa terminal maka ditemukan sebuah konsep Time Sharing System (TSS) seperti Gambar 2.1. Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah host komputer. Dalam proses TSS mulai nampak perpaduan teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang pada awalnya berkembang masing-masing [3].

Time Sharing System

Terminal Terminal Terminal Terminal

Host

(18)

Perkembangan jaringan komputer selanjutnya mengikuti revolusi yang terjadi pada perkembangan PC (Personal Computer). Produksi massal PC menjadikan kepemilikan perangkat ini semakin mudah. Seiring dengan hal itu, jaringan mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun antar komputer (Peer to Peer System) tanpa melalui komputer pusat. Maka mulai berkembanglah teknologi jaringan lokal yang dikenal dengan LAN (Local Area Network). Kemampuan LAN semakin meningkat dalam melakukan pertukaran data dan pesan antar komputer dalam area geografis yang relatif kecil. Komputer lain dapat saling berbagi informasi serta bertindak sebagai penyedia (server) [4].

Perkembangan tuntutan komunikasi dan berbagi informasi semakin diperlukan, sehingga diciptakan MAN (Metropolitan Area Network) yang melakukan interkoneksi lintas LAN menggunakan jalur-jalur yang mendukungnya seperti media telepon maupun media interkoneksi lainnya. Sistem MAN tidak dibatasi oleh permasalahan geografis seperti pada sistem LAN.

2.2 Jenis-Jenis Jaringan

Berdasarkan area kerja dan letak geografis maka jaringan komputer dibedakan menjadi LAN (Local Area Network), MAN (Metropolitan Area Network), WAN (Wide Area Network).

2.2.1 LAN(Local Area Network)

Suatu kumpulan dari komputer yang dapat saling berbagi informasi hanya dalam satu lokasi, seperti dalam satu ruang atau satu gedung, disebut sebagai jaringan LAN (Local Area Network). LAN merupakan rancangan dasar jaringan komputer. Gambar 2.2 menunjukan model jaringan LAN [4].

(19)

Dalam jaringan LAN, satu komputer biasanya di jadikan sebuah bank data (server), yang digunakan untuk menyimpan perangkat lunak (software) yang mengatur aktifitas jaringan ataupun sebagai perangkat lunak yang dapat digunakan oleh komputer-komputer yang terhubung ke dalam network. LAN dapat dihubungkan satu sama lain melalui perantara sebuah media seperti kabel jaringan, komunikasi wireless, sehingga setiap node komputer dapat saling melakukan akses [4].

2.2.2 MAN (Metropolitan Area Network)

MAN (Metropolitan Area Network) adalah gabungan dari beberapa jaringan LAN dan ruang lingkupnya berada dalam satu lokasi/ kota. Areanya bisa mencapai jarak 50 KM. Misalnya jaringan yang menghubungkan kantor dengan kantor atau gedung yang satu dengan gedung lain yang letaknya berjauhan tetapi masih berada dalam satu lokasi/kota [4]. Model jaringan MAN seperti Gambar 2.3. Sebagai sebuah jaringan komputer MAN memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

.

METROPOLITAN AREA NETWORK

Gambar 2.3 Model Jaringan MAN [4]

Kelebihan MAN antara lain :

1. Server kantor pusat dapat berfungsi sebagai pusat data dari kantor cabang. 2. Komunikasi dapat berlangsung dengan cepat dan mudah. Contohnya

(20)

Kekurangan MAN antara lain :

1. Biaya operasional yang mahal.

2. Bila terjadi masalah seperti trouble shooting maka akan menjadi sangat rumit pada saat melakukan perbaikan.

3. Instalasi infrastrukturnya tidak mudah.

2.2.3 WAN (Wide Area Network)

WAN merupakan suatu jaringan komputer yang memliki daerah cakupan geografis yang luas, terlihat pada Gambar 2.4. Mencakup sebuah negara antara negara bahkan antara benua. Gambaran dari WAN berbeda dengan internet, meskipun wilayah cakupan sama-sama luas. Komunikasi WAN masih bersifat privat terbatas pada suatu organisasi/perusahaan sedangkan internet bersifat publik dan bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat [4].

Router C Router A

Router B

Switch B Switch C

Switch A KOTA A

KOTA B KOTA C

Gambar 2.4 Model Jaringan WAN [4]

2.3 Topologi Jaringan

(21)

2.3.1 Topologi Bus

Topologi bus adalah topologi dimana seluruh workstation dan server dihubungkan menggunakan sebuah kabel tunggal atau kabel pusat seperti pada Gambar 2.5. Keunggulan topologi bus adalah pengembangan jaringan atau penambahan workstation baru dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu workstation lain. Kelemahan dari topologi bus yakni bila terjadi masalah di sepanjang kabel pusat maka seluruh jaringan juga akan mengalami gangguan [5].

Workstation Workstation Workstation Workstation Workstation

Printer Server

Gambar 2.5 Topologi Bus [5]

2.3.2 Topologi Ring

Pada topologi ring semua workstation dan server dihubungkan sehingga membentuk suatu pola berbentuk lingkaran atau cincin. Kelemahan topologi ini adalah setiap node dalam jaringan akan selalu ikut serta mengelola informasi yang dilewatkan dalam jaringan, sehingga jika terjadi gangguan di suatu node maka seluruh jaringan akan terganggu. Keunggulan topologi ring adalah tidak terjadi tabrakan pengiriman data karena hanya satu node dapat mengirimkan data [5]. Model topologi ring diperlihatkan pada Gambar 2.6.

Workstation

(22)

2.3.3 Topologi Star

Pada topologi star setiap workstation dihubungkan langsung ke server atau hub seperti Gambar 2.7. Keunggulan topologi star adalah adanya kabel tersendiri untuk setiap workstation ke hub, maka bandwidth atau lebar jalur komunikasi dalam kabel akan semakin lebar sehingga meningkatkan unjuk kerja jaringan. Jika terjadi gangguan pada jalur kabel maka gangguan hanya terjadi dalam komunikasi antara workstation yang bersangkutan dengan hub, jaringan secara lainnya tidak mengalami gangguan. Kelemahan dari topologi star adalah kebutuhan kabel yang lebih banyak [5].

Workstation

Workstation

Workstation

Workstation Workstation

Workstation Workstation

HUB

Workstation

Gambar 2.7 Topologi Star [5]

2.3.4 Topologi Tree

Topologi tree disebut juga sebagai topologi jaringan bertingkat seperti pada Gambar 2.8. Topologi ini biasanya digunakan untuk interkoneksi antar sentral dengan hirarki yang berbeda. Untuk hirarki yang lebih rendah digambarkan pada lokasi yang rendah dan semakin keatas mempunyai hirarki semakin tinggi [5].

(23)

2.3.5 Topologi Mesh

Topologi mesh digunakan pada kondisi dimana tidak ada hubungan komunikasi terputus secara absolut antar node komputer. Topologi ini merefleksikan desain internet yang memiliki multipath ke berbagai lokasi [5]. Gambar 2.9 menunujukkan topologi mesh.

Workstation

Workstation Workstation

Workstation Workstation

Gambar 2.9 Topologi Mesh [5]

Hal penting yang harus dilakukan dalam perancangan jaringan adalah pemilihan topologi jaringan yang digunakan, karena topologi akan menentukan hubungan fisik antara perangkat-perangkat jaringan. Topologi yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah mesh. Berikut ini kelebihan dari topologi mesh [5] :

1. Memiliki sifat robust, sehingga pada saat jalur mengalami kegagalan masih ada jalur alternatif.

2. Semua server terkoneksi secara langsung.

3. Keamanan dan privasi data pada topologi lebih terjamin.

4. Mendukung fault tolerant atau toleransi kesalahan. Fault tolerant adalah kemampuan jaringan untuk dapat mengantisipasi kegagalan yang terjadi.

2.4 Perangkat Jaringan

(24)

2.4.1 Router

Router merupakan perangkat pada lapisan network yang berfungsi meneruskan data dengan cara memeriksa network addressnya dan memutuskan apakah suatu data pada sebuah LAN harus tetap di LAN itu atau diteruskan ke jaringan lain. Router dapat melakukan koneksi sejumlah jaringan untuk bertindak sebagai gateway dari sebuah LAN. Router juga dapat memberikan pilihan jalur terbaik untuk transmisi paket data pada jaringan dengan algoritma routing tertentu. Pada praktisnya router mempunyai banyak modul yang dapat dipasang pada bagian belakang router sesuai dengan inteface yang diinginkan seperti Ethernet, Fast Ethernet, Giga Ethernet dan kabel serial. Konfigurasi router dilakukan dengan menggunakan IOS command [6]. Gambar 2.10 menunjukkan contoh sebuah router.

Gambar 2.10 Router Cisco [6]

2.4.2 Switch

Switch bekerja pada lapisan data link memungkinkan sejumlah segmen fisik LAN untuk dihubungkan satu sama lain membentuk satu jaringan yang lebih besar. Switch meneruskan (forwarding) data berdasarkan database yang dibuat berdasarkan MAC (Medium Accses Control) address. MAC address merupakan identitas suatu perangkat.

(25)

Gambar 2.11 Switch Cisco [6]

2.4.3 Pengkabelan

Pada router dan switch digunakan kabel RJ-45 (Register Jack-45). RJ-45 adalah konektor delapan kabel yang digunakan untuk menghubungkan komputer sebuah LAN, yang berupa UTP (Unshielded Twisted Pair) atau STP (Shielded Twisted Pair). Kabel RJ-45 ini mendukung transfer data berkecepatan tinggi. Terdapat 2 macam konfigurasi pengkabelan dengan fungsi yang berbeda yaitu kabel straight-through dan kabel croosover [6]. Gambar 2.12 menunjukan pemasangan kabel RJ-45.

Gambar 2.12 Pemasangan Kabel RJ-45 [6]

a) Kabel Straight-Through

(26)

Gambar 2.13 Konfigurasi Kabel Straight-Through [6] b) Kabel Croosover

Kabel crossover merupakan kabel yang memiliki susuanan berbeda antara ujung satu dengan ujung satunya. Kabel crossover digunakan untuk menghubungkan 2 perangkat yang sejenis. Contohya menghubungkan host ke host, switch ke switch dan router ke host [6]. Gambar 2.14 menunjukkan kombinasi warna kabel croosover.

Gambar 2.14 Konfigurasi Kabel Croosover [6]

2.5 Lapisan OSI dan TCP/IP

(27)

berkomunikasi dari sebuah aplikasi pada sebuah komputer melewati media jaringan ke aplikasi yang berada pada komputer lain.

OSI menjadi perhatian utama dalam interkoneksi jaringan karena model ini telah mengakomodasi beberapa fitur yang diperlukan untuk melakukan pertukaran data. Dalam perkembangan selanjutnya, teknologi OSI masih menjadi standar lapisan protokol yang digunakan sebagai acuan hingga terciptanya TCP/IP. Secara de jure model protokol OSI masih menjadi acuan, akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya secara de facto model TCP/IP telah diikuti dan menjadi populer dikalangan pengguna jaringan [7].

2.5.1 OSI(Open System Interconnection)

Model OSI merupakan model konseptual yang terdiri dari tujuh lapisan seperti Gambar 2.15 dimana setiap lapisannya mempunyai fungsi jaringan yang spesifik dan saling mendukung satu sama lain. Model ini telah dikembangkan oleh International Organization For Standarization (ISO) ditahun 1984, dan telah menjadi model arsitektur jaringan acuan dalam komunikasi antar komputer [7].

Gambar 2.15 Lapisan OSI [7]

Ketujuh lapisan dari model OSI dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisan atas berkaitan dengan aplikasi dan implementasi secara umum sebuah software. Lapisan bawah berurusan dengan fungsi transportasi data [7].

a. Lapisan 1 : Physical

(28)

b. Lapisan 2 : Data Link

Lapisan Data Link bertanggungjawab memberikan transfer data yang terjamin bebas dari eror atau kesalahan.

c. Lapisan 3 : Network

Lapisan Network, bertanggungjawab untuk mengarahkan perjalanan (routing) melalui internetwork dan bertanggungjawab mengelola sistem pengalamatan network. Router merupakan perangkat yang bekerja dilapisan network.

d. Lapisan 4 : Transport

Lapisan Transport, bertanggungjawab memastikan proses pengiriman data dilakukan dengan baik.

e. Lapisan 5 : Session

Lapisan Session, bertanggungjawab dalam membuka, mengatur dan mengakhiri suatu hubungan komunikasi.

f. Lapisan 6 : Presentation

Lapisan Presentation, memastikan bahwa suatu data dapat terbaca oleh suatu sistem.

g. Lapisan 7 : Application

Lapisan Application, berfungsi sebagai interface anatar user dan komputer. Bertanggungjawab dalam menyediakan pelayanan jaringan untuk proses aplikasi.

2.5.2 TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol)

TCP/IP adalah sekumpulan protokol komunikasi yang distandarkan untuk intenet dan jaringan sejenis dalam proses pertukaran data dari satu komputer ke komputer lain. Protokol TCP/IP dikembangkan pada akhir dekade 1970-an sebagai sebuah protokol standar untuk menghubungkan komputer-komputer dalam sebuah jaringan yang luas (MAN). Protokol ini menggunakan skema pengalamatan yang sederhana yang disebut IP address, yang mengizinkan hingga beberapa ratus komputer saling berhubungan satu sama lain [7].

(29)

karena pemakaian yang luas. Jika referensi model OSI terdiri dari 7 lapisan, referensi model TCP/IP terdiri atas empat lapisan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Lapisan TCP/IP [7]

Adapun fungsi masing-masing dari layer TCP/IP yakni sebagai berikut [7]: a. Lapisan Network Access

Memiliki fungsi yang mirip dengan data link pada OSI. Lapisan ini mengatur penyaluran data frame-frame data pada media fisik yang digunakan. Lapisan ini memberikan servis untuk deteksi dan koreksi kesalahan dari data yang ditransmisikan.

b. Lapisan Internet

Lapisan Internet berfungsi untuk menghubungkan dua perangkat ke jaringan yang berbeda. Pada lapisan ini dipergunakan IP untuk menyediakan fungsi routing melintasi jaringan yang bermacam-macam. Protokol ini diterapkan tidak hanya pada ujung sistem namun juga pada jalur-jalurnya. Tugas lapisan internet adalah untuk mengirimkan paket-paket IP ke tempat tujuan seharusnya. c. Lapisan Transport

Lapisan Transport mendefinisikan cara-cara melakukan pengiriman data antara end to end host. Lapisan ini menjamin bahwa informasi yang diterima pada sisi penerima adalah sama dengan informasi yang dikirimkan pada pengirim.

d. Lapisan Application

(30)

2.6 IP Address (Internet Protocol Address)

IP address atau Internet Protocol Address merupakan bilangan yang digunakan sebagai pengenal tiap-tiap alat yang berada pada jaringan. IP address ditujukkan untuk mengetahui lokasi perangkat dalam sebuah jaringan. Pada jaringan MAN peralatan komputer berada didalam jaringan yang berbeda-beda, maka disinilah paket-paket data dikirimkan menggunakan router berdasarkan IP address yang sudah ditentukan. IP address terdiri dari bilangan 32 bit dibagi menjadi 4 bagian setiap bagian terdiri dari 8 bit [8], seperti pada Gambar 2.17.

IP address terbagi menjadi 2 bagian yaitu networkadress (net ID) dan host address (host ID). Net ID berperan dalam menandai kelompok setiap jaringan dimana setiap mesin pada jaringan yang sama menggunakan network address yang sama dan host address (host ID) dipasang pada sebuah jaringan dimana tidak boleh terdapat dua atau lebih mesin yang menggunakan alamat yang sama. Banyaknya bit yang digunakan oleh network dan host address diatur oleh subnet mask. Subnet mask terbentuk dari bilangan 0 dan 1. Bit 1 mewakili bagian dari network address dan bit 0 mewakili bagian dari host address.

Gambar 2.17 Pembagian Bit IP Address [8]

IP address dikelompokan dalam lima kelas, yaitu kelas A, B, C, D dan E. Perbedaannya terletak pada ukuran dan jumlah. IP address kelas A dan IP address kelas B digunakan untuk jaringan berukuran besar dan sedang. IP

address kelas C untuk pembagian jaringan yang banyak, namun

(31)

1.Kelas A

Bit IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang host ID 24 bit. Jadi pada kelas A terdapat 0-127 network dengan tiap network dapat menampung sekitar 16 juta host. IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar.

0 – 127 0 - 255 0 - 255 0 - 255

0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhhh

2. Kelas B

Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai antara 128-191. Net ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 192.168.26.161, network ID = 192.168 dan host ID = 26.161. Pada IP address kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network sekitar 65 ribu host.

128 - 191 0 - 255 0 - 255 0 - 255

10nnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh

3. Kelas C

Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 110. Net ID terdiri 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki 256 host.

192-223 0 - 255 0 - 255 0 - 255

110nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhhh

4. Kelas D

(32)

5. Kelas E

IP address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum, 4 bit pertama IP address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara 248-255.

2.7 Pengenalan Routing Protokol

Routing merupakan proses berpindahnya data melalui jaringan dengan melalui beberapa segmen jaringan menggunakan peralatan yang disebut router. Sedangkan Routing protokol adalah sekumpulan aturan atau standar yang menentukan bagaimana router pada jaringan berkomunikasi dan bertukar informasi satu sama lain. Router sebagai pengatur rute akan memilihkan jalur data yang tepat sesuai dengan arah yang ingin dituju data [2][9].

Pada aplikasinya, router akan mengolah informasi tentang arah jalur paket data menjadi skema yang disebut tabel routing. Tabel routing berisi informasi berupa sumber dan tujuannya dari router pada jaringan yang digunakan untuk mengirimkan data melalui segmen jaringan tertentu. Sebuah router tidak akan menjalankan paket yang tidak diketahui tujuannya [9].

2.7.1 Tabel Routing

Tabel routing adalah tabel yang berisi informasi informasi yang digunakan untuk meneruskan paket ke tujuan dan tersimpan dalam router. Router merekomendasikan tentang jalur yang digunakan untuk melewatkan paket berdasarkan informasi yang terdapat pada tabel routing. Informasi yang terdapat didalam tabel routing dapat diperoleh melalui perantara administrator (secara manual mengisi tabel routing) atau melalui router tetangga yang saling bertukar informasi tabel routing. Tabel routing pada umumnya berisi informasi tentang yakni [9] :

a. Alamat network tujuan.

b. Interface router lokal yang terdekat dengan network tujuan.

(33)

2.7.2 Routing Statis

Pada routing statis administrator jaringan akan melakukan update secara manual ke tabel routing-nya. Administrator akan memasukkan ke dalam tabel routting dan memilih port dimana router tersebut menempatkan data. Routing statis memiliki kelebihan berupa tidak ada bandwith yang digunakan diantara router dan selain itu terdapat keuntungan dari aspek keamanan karena proses routing benar-benar diawasi oleh administrator. Disisi lain kerugiannya adalah keterbatasan kemampuan dari administrator sendiri karena semua proses menjaga (maintaining) dan penambahan jaringan harus dilakukan secara manual oleh administrator [9].

2.7.3 Routing Dinamis

Pada routing dinamis protokol-protokol digunakan untuk mencari jaringan dan memperbaharui routing tabel yang berisi jalur-jalur paket data. Penggunaan

routing dinamis pada dasarnya lebih mudah dilakukan karena seorang

administrator jaringan hanya sekali mengkonfigurasi router-router pada jaringan dengan selanjutnya router-router tersebut dapat menentukan sendiri dengan mengirimkan paket data-data. Routing dinamis bergantung pada alogaritma dari masing protokol untuk memilih jalur yang terbaik dengan pertimbangan-pertimbangan seperti ketersediaan bandwith pada jalur yang akan dilalui dan panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket dari sumber ke tujuan [9].

2.8Dasar Routing Protokol

Terdapat sejumlah hal penting untuk dibahas guna memahami routing dinamis. Hal tersebut adalah tipe-tipe routing protokol dan komunikasi antar router [2].

2.8.1 Tipe – Tipe Routing Protokol

Terdapat 3 (tiga) tipe routing protokol antara lain Distance Vector, Link State dan Hybrid [2].

(34)

2.8.1.1Distance Vector

Protokol yang bersifat distance vector akan mencari jalur terbaik ke sebuah jaringan lain yang terpisah dengan mempertimbangkan jaraknya. Setiap paket data melewati router, hal ini disebut hop. Jalur dengan jumlah hop paling sedikit akan dipakai sebagi jalur untuk mentransmisikan data. Terminologi „vector‟ mengindikasikan arah ke jaringan lain tersebut. Protokol yang tergolong distance vector adalah RIP dan IGRP, dua protokol ini mengirimkan sebuah routing tabel ke router tetangga yang terhubung langsung [2]. Gambar 2.18 memperlihatkan tipe routing protokol distance vector.

Gambar 2.18 Tipe Routing Protokol Distance Vector [2]

2.8.1.2Link State

Pada protokol yang bersifat link state atau disebut shortest path protocol. Router yang menggunakan protokol jenis ini membuat tiga tabel terpisah. Sebuah tabel dialokasikan untuk memantau jalur dari router tetangga yang langsung terhubung, sebuah tabel menentukan topologi dari seluruh jaringan dan sebuah lagi digunakan untuk routing tabel. Link state mengirimkan informasi tebaru ke seluruh router yang ada di seluruh jaringan [2]. Gambar 2.19 memperlihatkan tipe routing protokol link state.

(35)

2.8.1.3Hybrid

Hybrid protokol adalah merupakan kombinasi dari distance vector dan link state, dimana distance vector cocok digunakan pada network yang jarang diubah topologinya dan dibentuk oleh router-router dengan jenis interface yang sama maka proses pemantauan jalur dapat dilakukan secara sederhana dan akurat. Namun jika network relatif dinamis, mudah berubah dan terdiri dari router dan interface yang berbeda maka link state lebih unggul [2]. Protokol Hybrid hadir setelah Cisco sistem membuat routing protokol EIGRP.

2.8.2 Komuniasi Antar Router

Untuk berkomunikasi dengan router tetangganya router melakukan dengan empat cara, yaitu unicast, broadcast multicast dan anycast [9].

1) Unicast tersebut akan mengirimkan paket data tersebut ke sejumlah alamat yang diinginkan.

3) Multicast

Sebuah source mengirimkan paket data ke sekelompok tujuan yang telah mempunyai alamat tertentu yang spesifik.

4) Anycast

Merupakan variasi dari multicast. Pada anycast, paket data akan dikirimkan oleh router ke tujuan yang dianggap paling dekat dari sebuah kelompok.

(36)

yang beroperasi dengan protokol yang sama dan saling berbagi informasi routing yang sama [10].

EIGRP merupakan protokol yang bersifat hybrid, dikatakan hybrid karena menggabungkan kelebihan yang ada pada distane vector dan link state, dimana EIGRP mengirim update informasi tentang jaringan sekaligus untuk mencapai tujuan, merupakan karakterisik dari distance vector, disamping itu EIGRP mensikronkan routing tabel antara router tetangga dan mengirim informasi terbaru ketika terjadi perubahan topologi. Hal inilah yang membuat EIGRP sesuai untuk network yang sangat besar. Kelebihan EIGRP dibandingkan dengan protokol lain yaitu kecepatan konvergensinya dimana pada saat jaringan mengalami masalah atau gangguan maka router akan segera melakukan update routing, dan kemampuan update secara persial yaitu router mengirimkan update ke router lain ketika terdapat rute baru dalam routing tabel, serta mendukung protocol-protocol layer network yang berbeda melalui modul-modul yang disebut protocol-dependent modules (PDMs) [10][11].

Router yang telah dikonfigurasi menggunakan EIGRP menyimpan semua routing tetangganya, sehingga dengan mudah melakukan adaptasi pada rute alternatif. Jika tidak ada rute yang cocok EIGRP akan segera melakukan query tetangga atau menanyakan, untuk mencari rute alternatif tersebut. Hal ini terus dijalankan hingga rute alternatif ditemukan. EIGRP menggunakan DUAL (Diffusing Update Algoritm) dalam mencari dan menjaga jalur terbaik [11].

2.10 Mekanisme Kerja EIGRP

Untuk mendukung proses routing yang cepat dan handal EIGRP menggunakan beberapa fitur yaitu, RTP (Reliable Transport Protocol), Neighbor Discovery/Recovery, EIGRP Metric, DUAL (Diffusing Update Algoritm) [12].

2.10.1 RTP (Reliable Transport Protocol)

(37)

tetangga yang terdafar dalam routing tabel namun tidak memberikan balasan, maka router tersebut akan mengirim ulang paket data secara muticast hanya ke router tetangga yang tidak memberikan balasan. EIGRP menggunakan empat tipe paket data untuk berkomunikasi dengan router tetangganya yakni hello, update acknowledgement, query dan relpy [12].

i.Hello

Hello yaitu paket data yang disebarkan secara multicast untuk mencari router yang akan dijadikan sebagai router tetangga seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Pengiriman Paket Hello [12]

ii. Update

Update digunakan untuk mengirimkan update informasi routing. Update-update ini dapat berupa unicast untuk router tertentu atau multicast untuk beberapa router yang terhubung.

iii. Acknowledgement

(38)

Gambar 2.21 Pengiriman Paket Update dan Acknowledgement [12]

iv. Query dan reply

Query dan reply dikirimkan pada saat alamat yang ingin dituju tidak mempunyai feasible sensor. Paket query dikirimkan secara multicast, dan paket reply dikirimkan sebagai respon untuk meminta pemilihan jalur ulang. Ilustrasi pengiriman paket query dan reply diperlihatkan pada Gambar 2.22.

Gambar 2.22 Pengiriman Paket Query dan Reply [12]

2.10.2 Neighbor Discovery/Recovery

(39)

2.10.3 EIGRP Metric

Metric adalah jalur terbaik yang dilewati oleh source dalam mencapai network tujuan. EIGRP memlih jalur terbaik suatu jaringan berdasarkan perhitungan bandwidth dan delay pada interface router. Bandwidth suatu interface didefinisikan sebagai suatu nilai konsumsi data yang tersedia dihitung dalam satuan kbps. Sedangkan delay adalah waktu paket didalam sistem, delay pada semua interface bernilai konstan yang diukur dalam satuan mikrodetik. Adapun formula untuk perhitungan metric yakni [13]:

EIGRP Metric =

256 : IGRP menggunakan 24 bit untuk menentukan rute

metric sedangkan EIGRP menggunakan 32 bit, maka

perbedaan antara kedua metric 8 bit atau 28 = 256

Berikut ini contoh kasus perhitungan metric EIGRP yakni [14]:

Disediakan topologi yang ditunjukkan pada Gambar 2.23 dimana masing-masing router dihubungkan dengan link serial. Kemudian tentukan nilai metric dan path terbaik jika router D ingin mengirim data ke router A.

A

(40)

Dari Gambar 2.23 diperlihatkan masing-masing router dihubungkan dengan link serial sehingga memiliki delay yang sama yakni 20000 µs. Lalu ada dua kemungkinan rute atau path yang akan ditempuh yaitu D-C-B-A atau D-E-B. Jika dilihat link antara B-C memiliki minimal bandwidth terlambat pada rute D-C-B-A sedangkan pada link E-A memiliki minimal bandwidth terlambat pada rute D-E-A. Maka dengan menggunakan formula perhitungan metric dapat dihitung nilai masing-masing rute sebagai berikut :

Untuk rute D-C-B-A

Dengan membandingkan metric 1 dan 2 maka metric 2 memiliki nilai yang lebih kecil maka metric 2 yang menjadi rute terbaik menuju router A.

2.10.4 DUAL (Diffusing Update Algoritm)

EIGRP menggunakan algoritma DUAL untuk mencari dan menjaga jalur terbaik atau terpendek yang dapat melewati data ke setiap jaringan yang terpisah. DUAL memilih rute-rute berdasarkan tabel pada feasible succesor [11].

(41)

karakter diffusing atau membaur dari DUAL. Pada cara kerjanya, DUAL memiliki terminologi atau istilah – istilah yang biasa digunakan antara lain sebagai berikut [11][12] :

i. Feasible Distance

Adalahrute terbaik yang dapat ditemui pada routing tabel. ii. Advertise Distance/Repoted Distance

Merupakan laporan nilai metric dari router tentang cost menuju network yang dikirim ke router tetangga.

iii. Successor

Adalah Rute terbaik ke suatu tujuan yang terpisah. Rute ini digunakan oleh EIGRP untuk meneruskan trafik data ke suatu tujuan dan rute ini akan disimpan di routing tabel.

iv. Feasible Successor

Adalah jalur yang jaraknya kurang dari feasible distance yang dianggap sebagai rute cadangan

2.11 EIGRP Tabel

EIGRP menyediakan tiga buah tabel dalam melakukan operasi routing yaitu neigbor tabel, topology tabel dan routing tael [12].

2.11.1 Neighbor Tabel

(42)

2.11.2 Topology Tabel

Topology tabel berisi daftar semua path (menuju ke semua network yang diketahui). Didalamnya terdapat daftar semua successor, feasible successor (FS), dan feasible distance (FD). DUAL bekerja pada topology tabel untuk menentukan succssor pembentukan routing tabel.

2.11.3 Routing Tabel

(43)

BAB III

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN

3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data

Perancangan jaringan dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan simulator Cisco Packet Tracer. Adapun diagram alir metode pengambilan data yakni seperti Gambar 3.1.

Mulai

Konfigurasi EIGRP

Terkoneksi ke Setiap PC?

Analisis Kinerja Parameter Jaringan

Selesai

Tidak

Ya Perancangan Topologi Mesh

Setiap interface sudah saling

terhubung?

Melakukan setting interface setiap perangkat

Tidak

Ya

(44)

Perancangan jaringan ini diimplementasikan dengan menghubungkan beberapa gedung universitas yang berada dikota Medan. Adapun lokasi-lokasi yang akan dihubungkan yakni USU, UMA, UMSU dan UISU seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 .

UMSU

UISU

USU UMA

Gambar 3.2 Lokasi Perancangan di Kota Medan

3.2 Pengenalan Software Cisco Packet Tracer

Cisco Packet Tracer adalah salah satu aplikasi yang dibuat dan dikembangkan oleh Cisco. Cisco Packet Tracer mensimulasikan cara kerja suatu jaringan berdasarkan topologi dan konfigurasi yang diberlakukan oleh penggunanya persis seperti aslinya [15]. Cara untuk mendapatkan software Packet

Tracer hanya dengan mengakses website dan mendownload-nya lewat

(45)

Gambar 3.3 Tampilan Awal Packet Tracer [15]

Simulator Packet Tracer memiliki beberapa tampilan awal menu utama pada aplikasinya yang memiliki fungsi masing-masing seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.4.

(46)

1. Tampilan Menu

Kolom menu pada bagian atas sebelah kiri ini merupakan bagian yang setiap software-nya berguna sebagai pilihan menu dari sekelompok perintah, diantaranya adalah menu File, Edit, Options, View, Tools, Extensions dan Help.

2. Shortcut

Kolom shortcut memudahkan untuk menjalankan suatu perintah yang diinginkan dengan cepat. Pada bagian ini terdapat shortcut seperti New, Open, Save, Print, Activity Wizard, Copy, Paste, Undo, Redo, Zoom In, Zoom Reset, Zoom Out, Drawing Palette dan Custom Device Dialog. Dan pada sisi kanan juga akan ditemukan shortcut Network Information dan Contents.

3. Alat Umum

Bagian ini menyediakan akses yang biasanya menggunakan peralatan workspace. Bagian ini merupakan sebuah perintah, antara lain : memilih (Select), memindahkan tata ruang (Move Layout), menempatkan catatan (Place Note), menghapus (Delete), memeriksa (Inspect), serta menambahkan PDU sederhana dan kompleks (Resize Shape).

4. Logical dan Physical Workspace

Pada bagian ini disediakan dua macam workspace, yaitu Logical dan Physical. Dimana Logical Workspace merupakan tempat untuk membuat sebuah simulasi jaringan komputer. Physical Workspace merupakan tempat untuk memberi suatu dimensi physical ke topologi jaringan komputer. Hal tersebut bisa memberikan pengertian skala dan penempatan suatu jaringan komputer pada suatu lingkungan.

5. Tempat/Area Kerja

(47)

6. Realtime / Simulation

Pada bagian ini tersedia dua fitur yang diantaranya mode Realtime dan mode Simulation. Dimana dalam mode Realtime, jaringan seperti device yang nyata dengan respon yang real-time untuk semua aktivitas jaringan. Dalam mode Simulation, user dapat melihat dan mengendalikan waktu interval, transfer data, serta penyebaran data melalui jaringan yang telah dirancang.

7. Network Component Box

Bagian ini merupakan tempat dimana untuk memilih alat dan koneksi yang akan digunakan pada workspace untuk membuat sebuah jaringan komputer. Dalam bagian ini juga terdapat dua fitur yaitu pemilihan peralatan dan koneksi serta pemilihan jenis peralatan dan koneksi yang lebih spesifik contohnya jenis penghubung dan jenis kabel.

8. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi

Bagian ini merupakan bagian dari kolom tujuh, dimana pada kolom tersebut digunakan untuk memilih sebuah alat yang digunakan dan ditempatkan pada workspace. Alat tersebut antara lain adalah Routers, Switches, Hubs, Wireless Device, Connections, End Devices, Wan Emulation, Custom Made Devices dan Multiuser Connection.

9. Pemilihan Jenis Alat / Koneksi Spesifik

Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian diatas, dimana alat koneksi yang telah dipilih akan dibagikan menjadi beberapa jenis-jenisnya secara lebih rinci. Alat dan koneksi yang telah dispesifikasikan tersebutlah yang akan digunakan dalam rancangan atau pembuatan jaringan yang sesuai dengan keinginan.

10. Jendela Informasi Status

(48)

3.3Perancangan Jaringan

Langkah – langkah awal pengimplementasian dengan menggunakan software Packet Tracer adalah sebagai berikut :

1. Membuat model jaringan dan memilih perangkat yang mendukung protokol yang akan dipakai dan menentukan penghubung antara perangkat.

2. Mengalokasikan IP untuk port-port perangkat pada jaringan. Setelah langkah-langkah awal dilakukan maka jaringan siap dikonfigurasi dengan routing protokol EIGRP.

3. Kemudian menganalisis kinerja EIGRP dengan menggunakan parameter delay, packet loss dan throughput.

3.3.1 Model Jaringan

Model jaringan yang akan disimulasikan diperlihatkan pada Gambar3.5. Dari gambar model jaringan tersebut dapat dilihat terdapat empat jaringan yakni USU, UMA, UMSU dan UISU masing-masing membentuk jaringan komputer sendiri. Setiap jaringan memiliki IP address-nya masing-masing dengan kelas yang sama untuk dapat berkomunikasi dan menggunakan switch agar semua PC dapat terhubung.

ROUTER USU

ROUTER UISU ROUTER

UMSU

ROUTER UMA

Gambar 3.5 Model Jaringan Simulasi

(49)

Model jaringan pada Gambar 3.5 kemudian direalisasikan pada softwere Packet Tracer untuk selanjutnya akan disimulasikan. Model jaringan dibuat pada kolom 5 area kerja Packet Tracer, kemudian memilih perangkat-perangkat yang akan digunakan pada perancangan yang telah tersedia pada kolom 7. Hasil model jaringan yang akan disimulasikan diperlihatkan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Realisasi Model Jaringan Pada Packet Tracer

3.3.2 Pengalokasian IP Address

Pengalokasian IP address diperlukan untuk mengidentifikasi suatu host pada suatu jaringan, Tabel 3.1 menunjukkan alokasi IP address pada masing-masing lokasi universitas disesuaikan dengan jumlah host yang ada. IP address dibuat dengan cara klik pada perangkat yang ingin diberi IP address, pilih desktop, pilih IP configuration, kemudian masukkan nomor IP address.

Tabel 3.1 Alokasi Alamat IP Pada Masing-masing Lokasi

No Lokasi Jumlah

Host Alokasi IP

1 Universitas (I) USU 10 192.168.1.8 - 192.168.1.17

2 Universitas (II) UMA 10 192.168.2.8 - 192.168.2.17

3 Universitas (III) UMSU 10 192.168.3.8 - 192.168.3.17

(50)

Pengalokasian IP address selanjutnya dilakukan untuk masing-masing router yang digunakan. Tabel 3.2 menunjukkan alamat IP address untuk interfaceinterface yang ada pada router dimana setiap jaringan mengunakan. Alokasi IP address dipilih berdasarkan karakteristik dari router dimana pada koneksi interface suatu router ke router lain berada pada subnet mask 255.255.255.0. Pengalokasian IP address dilakukan pada menu yang ditunjukan Gambar 3.7

Gambar 3.7 Menu Pengalokasian IP Address Pada Packet Tracer Perintah-perintah yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Untuk Fast Ethernet 1. enable

2. configure terminal

3. interface fa 0/0  Misal yang akan di setting adalah fast ethernet 0/0. 4. ip address 192.168.3.1

subnetmask 255.255.255.0

5. no shutdown

6. end

b. Untuk Serial

1. enable

2. configure terminal

3. interface serial 2/0  Misal yang akan di setting adalah serial 2/0 ip route 192.168.10.1

subnetmask 255.255.255.0

4. no shutdown

(51)

3.3.3 Konfigurasi dengan Protokol EIGRP

Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu jaringan adalah mengkonfigurasi router-router dengan protokol yang telah ditentukan agar dapat berkomunikasi meskipun berada pada jaringan yang berbeda. Masing-masing router akan dikonfigurasi dengan menggunakan protokol EIGRP. Protokol EIGRP akan memanajemen empat jaringan tersebut dan akan menunjukkan kinerjanya.

Adapun cara mengkonfigurasi router dengan protokol EIGRP pada Packet Tracer yakni dengan mengklik router yang akan mulai dikonfigurasi setelah itu muncul tampilan menu pilih CLI (Command Line Interface). Pada CLI konfigurasi router siap untuk dilakukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Router Interface IP Address

USU

Fast Ethernet 0/0 192.168.1.1 Serial 2/0 192.168.8.1 Serial 3/0 192.168.5.1 Serial 6/0 192.168.7.1

UMA

Fast Ethernet 0/0 192.168.2.1 Serial 1/0 192.168.10.1 Serial 1/1 192.168.8.2 Serial 1/2 192.168.9.1

UMSU

Fast Ethernet 0/0 192.168.3.1 Serial 2/0 192.168.10.2 Serial 3/0 192.168.6.2 Serial 6/0 192.168.7.2

UISU

(52)

Gambar 3.8 Tampilan Menu CLI

Konfigurasi tiap-tiap router EIGRP dapat dilihat ada Lampiran I. Berikut ini perintah-perintah yang digunakan pada menu CLI untuk mengkonfigurasi router dengan menggunakan protokol EIGRP.

Router USU:

router# configure terminal

router(config)#hostname RouterUSU

RouterUSU (config)#interface fastethernet0/0

RouterUSU (config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0 RouterUSU (config-if)#no shutdown

RouterUSU (config-if)#exit RouterUSU (config)# serial 2/0

RouterUSU (config-if)#ip address 192.168.8.1 255.255.255.0 RouterUSU (config-if)#no shutdown

RouterUSU (config-if)#exit

RouterUSU (config)#interface serial 3/0

RouterUSU (config-if)#ip address 192.168.5.1 255.255.255.0 RouterUSU (config)#interface serial 6/0

(53)

Setelah masing-masing router telah selesai dikonfigurasi dengan protokol EIGRP maka untuk memastikan bawa router-router telah saling mengenali satu sama lain, verifikasi dilakukan dengan menggunakan perintah „show ip route’ pada IOS command line. Gambar 3.9 adalah hasil eksekusi yang dilakukan pada Router USU.

Gambr 3.9 Tampilan Hasil Konfigurasi Protokol EIGRP

Dari hasil verifikasi yang telah dilakukan dengan perintah „show ip eigrp route’ kode “C” menunjukkan bahwa Router USU terhubung secara fisik dengan suatu network menggunakan interface tertentu. Sedangkan kode “D” menunjukkan Router USU terhubung ke suatu network dengan menggunakan protokol EIGRP [11]

3.3.4 Pengujian Jaringan

Setelah melewati proses – proses berupa pengaktifan interface, pengalokasian IP, dan pengkonfigurasian routing protokol dengan EIGRP, maka selanjutnya dilakukan pengujian jaringan dengan Ping test. Ping atau Packet Internet Groper adalah sebuah program utilitas yang digunakan untuk memeriksa konektivitas jaringan [7]. Cara melakukan ping test sebagai berikut:

 klik salah satu PC dari satu gedung, contoh gedung USU

 klik menu desktop kemudian pilih command prompt

(54)

3.4 Parameter Sistem

Berikut ini parameter yang dapat dihitung terkait dengan analisis kinerja EIGRP yaitu Delay, Packet Loss, dan Throughput.

3.4.1 Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik atau juga waktu proses yang lama [16].

Persamaan perhitungan Delay [16] :

Delay Rata-rata =

Tabel 3.3 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Delay (versi TIPHON) [17]

Kategori Besar Delay (ms)

Packet Loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet Loss dapat terjadi karena sejumlah faktor, mencakup penurunan sinyal dalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, dan paket yang corrupt yang menolak untuk transit serta kesalahan hardware jaringan [16].

Persamaan perhitungan Packet Loss [16] :

(55)

Tabel 3.4 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Packet Loss (versi TIPHON) [17]

melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi [16]. Nilai throughput pada suatu jaringan dapat dikategorikan berdasarkan standarisasi TIPHON seperti pada Tabel 3.3.

Persamaan perhitungan Throughput [16] : Throughput Rata-rata=

(sec)

Tabel 3.3.Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Throughput (versi TIPHON) [17]

(56)

BAB IV

ANALISIS KINERJA

ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL

4.1 Umum

Kinerja suatu jaringan sangat bergantung dari routing protokol jaringan yang digunakan. Kebutuhan akan konektivitas yang cepat dapat menunjang terpenuhinya layanan sesuai dengan yang diharapkan pengguna. Sama juga halnya pada jaringan yang berbeda namun tetap ingin saling berbagi paket data dengan nilai waktu tundaan seminimal mungkin serta paket yang diterima sama persis dengan paket yang dikirim.

Pada bab IV dianalisis bagaimana kinerja dari EIGRP sebagai routing protokol yang digunakan pada topologi mesh yang diimplementasikan pada universitas yang berada di kota Medan yakni USU, UMA, UMSU dan UISU dan jaringan ini dirancang menggunakan simulator Cisco Packet Tracer. Parameter yang menjadi bahan analisis adalah delay, packet loss dan throughput kemudian untuk melihat seberapa meningkatnya kinerja dari EIGRP maka dibandingkan dengan routing protokol RIP (Routing Information Protocol).

4.2 Analisis Perancangan

Pengujian dilakukan pada masing-masing jaringan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.1, dimana dilakukan sebanyak 10 kali pengujian.

Tabel 4.1 Pengujian Jaringan

Asal (Soure) Tujuan (Destination)

USU UMA, UMSU, UISU

UMA USU, UMSU, UISU

UMSU USU, UMA, UISU

(57)

Dari hasil perancangan simulasi menggunakan simulator Cisco Packet Tracer maka didapat masing-masing nilai dari parameter delay, packet loss dan throughput.

4.2.1 Analisis Delay

Hasil pengujian untuk delay dalam jaringan menggunakan routing protokol EIGRP dapat dilihat pada lampiran II. Nilai rata-rata delay menurut Cisco Packet Tracer diperlihatkan pada Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.

(58)
(59)

Tabel 4.4 Lanjutan

Selanjutnya pengujian yang sama untuk delay dilakukan juga sebanyak 10 kali pada jaringan :

- UMA ke USU, UMSU dan UISU - UMSU ke USU, UMA, dan UISU - UISU ke USU, UMA dan UMSU

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter delay keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Untuk Delay

Pengujian Jaringan Delay Rata-Rata (ms)

USU ke UMA 4,87

USU ke UMSU 4,88

(60)

Tabel 4.5 Lanjutan

Pengujian Jaringan Delay Rata-Rata (ms)

Dari hasil pengujian delay yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata delay untuk kinerja dari EIGRP tergolong dalam kategori sangat bagus karena berada dalam kisaran <150 ms.

4.2.2 Analisis Packet Loss

Hasil pengujian packet loss dalam jaringan menggunakan routing EIGRP dapat dilihat pada lampiran II. Nilai rata-rata packet loss menurut Cisco Packet Tracer diperlihatkan pada Tabel 4.6, Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.

Tabel 4.6 Pengujian Packet Loss USU ke UMA

Uji

Pengujian Jaringan

Jumlah Jumlah Packet

(61)

Tabel 4.6 Lanjutan

Uji

Pengujian Jaringan

Jumlah Jumlah Packet

Ke- Paket Paket Loss

Tabel 4.7 Pengujian Packet Loss USU ke UMSU

Uji

Pengujian Jaringan

Jumlah Jumlah Packet

(62)

Tabel 4.7 Lanjutan

Uji

Pengujian Jaringan

Jumlah Jumlah Packet

Ke- Paket Paket Loss

Tabel 4.8 Pengujian Packet Loss USU ke UISU

Uji

Pengujian Jaringan

Jumlah Jumlah Packet

(63)

Tabel 4.8 Lanjutan

Uji

Pengujian Jaringan

Jumlah Jumlah Packet

Ke- Paket Paket Loss

Selanjutnya pengujian yang sama untuk packet loss dilakukan juga sebanyak 10 kali pada jaringan :

- UMA ke USU, UMSU dan UISU - UMSU ke USU, UMA, dan UISU - UISU ke USU, UMA dan UMSU

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter packet loss keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Untuk Packet Loss

(64)

Tabel 4.9 Lanjutan

Pengujian Jaringan Packet Loss Rata-Rata (%)

Dari hasil pengujian packet loss secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.9 maka disimpulkan bahwa rata-rata packet loss untuk kinerja dari EIGRP tergolong dalam kategori bagus karena berada diantara 3 – 14 %.

4.2.2 Analisis Throughput

Hasil pengujian untuk throughput menggunakan routing protokol EIGRP dapat dilihat pada lampiran II. Nilai rata-rata throughput menurut Cisco Packet Tracer diperlihatkan pada Tabel 4.10, Tabel 4.11 dan Tabel 4.12.

Tabel 4.10 Pengujian Throughput USU ke UMA

Uji

Pengujian Jaringan

Besar Waktu Waktu Throughput

(65)

Tabel 4.10 Lanjutan

Uji

Pengujian Jaringan

Besar Waktu Waktu Throughput

Ke- Data Max Min (kbps)

Throughput Rata-Rata 99,57

Tabel 4.11 Pengujian Throughput USU ke UMSU

Uji

Pengujian Jaringan

Besar Waktu Waktu Throughput

(66)

Tabel 4.11 Lanjutan

Uji

Pengujian Jaringan

Besar Waktu Waktu Throughput

Ke- Data Max Min (kbps)

Throughput Rata-Rata 98,74

Tabel 4.12 Pengujian Throughput USU ke UISU

Uji

Pengujian Jaringan

Besar Waktu Waktu Throughput

(67)

Tabel 4.12 Lanjutan

Uji

Pengujian Jaringan

Besar Waktu Waktu Throughput

Ke- Data Max Min (kbps)

Throughput Rata-Rata 92,56

Selanjutnya pengujian yang sama untuk throughput dilakukan juga sebanyak 10 kali pada jaringan :

- UMA ke USU, UMSU dan UISU - UMSU ke USU, UMA, dan UISU - UISU ke USU, UMA dan UMSU

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan maka didapat parameter throughput keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Untuk Throughput

Pengujian Jaringan Throughput Rata-Rata (kbps)

USU ke UMA 99,57

USU ke UMSU 98,74

USU ke UISU 92,56

(68)

Tabel 4.13 Lanjutan

Pengujian Jaringan Throughput Rata-Rata (kbps)

UMA ke UMSU 96,09

UMA ke UISU 75,06

UMSU ke USU 78,17

UMSU ke UMA 71,72

UMSU ke UISU 96,50

UISU ke USU 70,97

UISU ke UMA 87,42

UISU ke UMSU 74,43

Dari hasil pengujian throughput yang secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 4.13 dapat dilihat kemampuan jaringan memiliki performa yang rendah dengan nilai 70,97 kbps hal ini disebabkan kepadatan trafik yang semakin lama menyebabkan router mengalami penurunan daya tahan [16]. Hasil rata – rata throughput diperoleh 70,97 kbps – 99,57 kbps tergolong dalam kategori bagus karena berada pada 76 – 100 kbps.

4.3 Analisis Peningkatan Kinerja EIGRP

Setelah hasil parameter keseluruhan delay, packet loss dan throughput dari

routing protokol EIGRP didapat maka selanjutnya parameter tersebut

dibandingkan dengan routing protokol RIP hal ini dilakukan untuk menganalisis seberapa meningkatnya kinerja EIGRP.

(69)

Tabel 4.14 Perbandingan Rata-Rata Kinerja EIGRP dengan RIP

Dari hasil perbandingan rata-rata kinerja EIGRP dengan RIP yang ditunjukkan pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa EIGRP mengalami peningkatan kinerja. Untuk parameter delay EIGRP memiliki rata-rata 4,26 ms dan RIP memiliki rata-rata 10,18 ms, hal ini berarti EIGRP mengalami penurunan untuk delay sebesar 58,13%.

Pada parameter packet loss EIGRP memiliki rata-rata 4,85% packet loss dan RIP memiliki rata-rata 8,60% packet loss, hal ini membuktikan EIGRP mengalami peningkatan kinerja dengan berkurangnya packet loss sebesar 43,55%.

Pada parameter throughput EIGRP memiliki rata-rata 85,77 kbps dan RIP memiliki rata-rata 62,15 kbps, maka dalam hal kemampuan pengiriman data EIGRP memiliki peningkatan kinerja sebesar 38,01%.

No. Parameter Kinerja Jaringan

Routing Protokol

EIGRP RIP

1. Delay

(ms) 4,26 10,18

2. Packet Loss

(%) 4,85 8,60

3.

Throughput

Gambar

Gambar 2.17 Pembagian Bit IP Address [8]
Gambar 2.18 Tipe Routing Protokol Distance Vector [2]
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Pengambilan Data
Gambar 3.3 Tampilan Awal Packet Tracer [15]
+7

Referensi

Dokumen terkait

4) There are 111 apples to be distributed to 9 children. The number of apples received by each child is different. The child receiving the smallest number of apples is kid #1

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa pembelajaran melalui media langsung dapat mengenalkan pola hidup sehat

48  ASRM   ASURANSI RAMAYANA Tbk 

As is in the planar case, one can perform various operations on this manipulator Jacobian to obtain different corresponding robots that still have the property of optimal

[r]

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan Keberhasilan program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan tahun 2016 diukur dengan indikator kinerja jumlah kemitraan