• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Kewenangan Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akibat Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Kewenangan Negara"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

TUNG ASIDO ROHANA M NIM: 110200311

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

(2)

AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

TUNG ASIDO ROHANA M NIM: 110200311

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui/Diketahui Oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

(WINDHA, S.H., M.Hum)

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.

FAKULTAS HUKUM

(3)

ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

Tung Asido Rohana M *) Bismar Nasution **) Mahmul Siregar ***)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang didirikan oleh negara dengan dana yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan dari pendirian BUMN adalah untuk mengelola sektor-sektor strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karenanya, untuk meningkatkan kinerja BUMN, maka dilakukanlah kebijakan privatisasi yang mengurangi kewenangan negara di dalam BUMN. Oleh karena itu penulisan skripsi mengenai Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara sangat menarik untuk dilakukan. Adapun permasalahan yang yang dibahas di dalam skrispsi ini adalah bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia, kemudian bagaimana pengaturan mengenai privatisasi dan yang terakhir adalah bagaimana akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode hukum normatif dengan dilakukan penelitian kepustakaan guna memperoleh data-data sekunder yang dibutuhkan, meliputi bahan hukum primer, sekunder, tersier yang terkait dengan permasalahan. Keseluruhan data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif guna memperoleh penjelasan dari masalah yang dibahas.

Hasil penelitian menunjukanbahwa pertama, BUMN adalah penggerak perekonomian dan pelaku ekonomi nasional yang pendiriannya didasari pada pasal 33 UUD 1945 dengan tujuan pendiriannya adalah untuk mencari keuntungan sebagai fungsi ekonominya dan melakukan menyelenggarakan kemanfaatan umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebagai fungsi sosialnya; kedua, privatisasi adalah penjualan saham milik negara kepada pihak swasta yang berarti terjadi peralihan fungsi yang dilakukan sektor publik kepada sektor swasta guna meningkatkan efisiensi, kinerja, keuntungan, dan peran masyarakat di dalam BUMN; ketiga, bahwa dengan dilaksanakannya kebijakan privatisasi BUMN, maka kewenangan Negara yang dijalankan oleh Menteri di dalam BUMN hanya sebatas seberapa besar saham negara didalam perusahaan tersebut.

Kata Kunci :Akibat Hukum, Privatisasi, BUMN, Kewenangan Negara

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, dan sembah penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus

Kristus atas segala berkat dan karunia yang Dia berikan kepada penulis hingga

saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak mungkin

penulis dapat melakukan sesuatu hal apapun tanpa berkat dan karunia yang hanya

dari Tuhan Yesus Kristus.

Skripsi ini berjudul “AKIBAT HUKUM PERIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA” merupakan tugas akhir bagi penulis dan juga merupakan syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum

di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk itu penulis sangat bangga

dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Secara khusus, penulis mengucap syukur dan terima kasih kepada keluarga

penulis, Budiman Malau, S.E (Bapak), Linda Roida Sialalahi (Mama), Mariana

Yunita Malau, S.S (Kakak), Debora Nani Asian Malau, S.PAK (Kakak), dan Ruth

Rumintang Mutiara Malau. Terima kasih atas segala doa, dukungan, nasihat serta

canda tawa yang telah diberikan kepada penulis selama penulis menjalankan masa

perkuliahan hingga akhir. Dukungan dan doa dari keluarga merupakan motivasi

besar bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan

sehingga penulis menerima kritik dan saran yang membangun yang dapat

digunakan untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Namun, terlepas dari segala

(5)

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi

ini. Dan untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan S.H., M.H., DFM. selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Joiverdia Arifiyanto S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik;

6. Ibu Windha S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

7. Bapak Ramli Siregar S.H., M.Hum. selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I

yang telah memberikan waktu, saran dan arahan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan waktu, saran dan arahan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

10. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

(6)

11. Keluarga Besar penulis, yang telah memberikan dukungan dan nasihat kepada

penulis (Ompung, Uda, Nanguda, dll).

12. Sahabat saya, Andres (aja) Sitohang yang tidak memberikan bantuan apa -apa

terhadap penulisan skripsi ini tapi karena sudah berteman sejak kecil ya mau

gak mau harus ditulis lah namanya, gak enak nanti sama dia kalo gak ditulis.

13. Kepada sahabat/teman/kawan di Oragnisasi Non-Formal GASTER, kepada

Chandro Situmorang (Bang Toyib), Devid Juhendri Lubis (Appara), Bruno

Saragih (Asikk..Baik...), Juanda Bongis Putra Tampubolon (si Anak Manja),

Vincent Arbi Nadeak (Margasatwa), Guntur Sukarno Gultom (Kepala Suku),

Leider Tirta Silalahi (Tulang Rorobot), Rio Setiadi Silalahi (Tulang

Punggung), Antonia Romaria Sidabutar (ya gitulah), Choky Desrian Saragih

(Penakluk Wanita, argggg), Syahputra SibagaHappy (Tandem Lapangan

Tengah), Arius Prima Lumbanbatu (Gak Berani ahhh), Timoteus Banjarnahor

(Tapping....), Iva Ferdinandu Halawa (Lompat Terus), Dani Christopher

Sinaga (Tunggal Sekarang, haha), Richard TGS (Wi-Fi), Masmur Purba

(Racer Kaban Jahe nih), Michael (No Caption), M. Ikhwan Adabi (Mie Aceh

Satu, hehe), Lambok J.S Hutauruk (Anak Pendeta). Terima kasih untuk

kegembiraan yang telah kalian berikan, walau terlalu ekstrim bercandaannya

(SAPMA GEMBEL...BELAJAR!!!).

14. Kawan-kawan jumpa diangkot, Aditya Simbolon (Tulang), Jhon Perdana

Purba, Rolas Putri, Ari Pareme, Philipus Jans Damanik (Appara), Irryn Bukit,

(7)

15. Kawan-kawan Pro Evolution Soccer, Adhy Pardamean Siahaan, Togar

Albertus Nainggola, Tulang Rorobot dan Tulang Punggung.

16. Teman dekat penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis

Agnestesia Rizky Riatur Rumondang Panjaitan.

17. Teman-teman SMA penulis, Jonathan, Yoshua, Inno, Killa, Acell, Titan,

Pilip.

18. Teman-teman Seksi Acara, kepada Tulus Pardamean (Koor), Rika Sitompul

(Wakoor), Imelda Rosari Sinurat, Novi (Nocik) Sihaloho, Stephani

Situmorang, Christin Tobing, Guntur, Via Situmorang, Holly Apriliani, Alex

Sandro, dan Kartika Manroe.

19. Kepada teman-teman Grup G, Grup C, teman-teman futsal dan teman-teman

yang tak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan kenangan bagi

penulis di masa perkuliahan.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini

terdapat kesalahan-kesalahan yang secara tidak sadar telah penulis, oleh

karenannya mohon dimaafkan serta dikoreksi. Kiranya skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan

serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Medan, Agustus 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Keaslian Penelitian ... 12

E. Tinjauan Kepustakaan ... 13

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Landasan Konstitusional BUMN di Indonesia ... 24

B. Maksud dan Tujuan Didirikannya BUMN ... 29

C. Bentuk - Bentuk BUMN ... 34

D. Kedudukan BUMN sebagai Badan Hukum ... 40

(9)

BAB III PENGATURAN PRIVATISASI BUMN

A. Sejarah Privatisasi BUMN ... 50

B. Maksud dan Tujuan Dilakukannya Privatisasi BUMN ... 57

C. Tata Cara Privatisasi BUMN ... 63

BAB IV AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP

KEWENANGAN NEGARA

A. Peran dan Wewenang Negara Sebelum Adanya Privatisasi BUMN... 76

B. Kendala Hukum dalam Privatisasi BUMN ... 83

C. Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ...100

(10)

ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP KEWENANGAN NEGARA

Tung Asido Rohana M *) Bismar Nasution **) Mahmul Siregar ***)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang didirikan oleh negara dengan dana yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Tujuan dari pendirian BUMN adalah untuk mengelola sektor-sektor strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karenanya, untuk meningkatkan kinerja BUMN, maka dilakukanlah kebijakan privatisasi yang mengurangi kewenangan negara di dalam BUMN. Oleh karena itu penulisan skripsi mengenai Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara sangat menarik untuk dilakukan. Adapun permasalahan yang yang dibahas di dalam skrispsi ini adalah bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia, kemudian bagaimana pengaturan mengenai privatisasi dan yang terakhir adalah bagaimana akibat hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode hukum normatif dengan dilakukan penelitian kepustakaan guna memperoleh data-data sekunder yang dibutuhkan, meliputi bahan hukum primer, sekunder, tersier yang terkait dengan permasalahan. Keseluruhan data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif guna memperoleh penjelasan dari masalah yang dibahas.

Hasil penelitian menunjukanbahwa pertama, BUMN adalah penggerak perekonomian dan pelaku ekonomi nasional yang pendiriannya didasari pada pasal 33 UUD 1945 dengan tujuan pendiriannya adalah untuk mencari keuntungan sebagai fungsi ekonominya dan melakukan menyelenggarakan kemanfaatan umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebagai fungsi sosialnya; kedua, privatisasi adalah penjualan saham milik negara kepada pihak swasta yang berarti terjadi peralihan fungsi yang dilakukan sektor publik kepada sektor swasta guna meningkatkan efisiensi, kinerja, keuntungan, dan peran masyarakat di dalam BUMN; ketiga, bahwa dengan dilaksanakannya kebijakan privatisasi BUMN, maka kewenangan Negara yang dijalankan oleh Menteri di dalam BUMN hanya sebatas seberapa besar saham negara didalam perusahaan tersebut.

Kata Kunci :Akibat Hukum, Privatisasi, BUMN, Kewenangan Negara

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum,1 memiliki tujuan untuk mencapai

masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Negara memiliki peran dan

kewajiban yang besar demi terciptanya keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan suatu badan

usaha yang dapat mengelola kekayaan alam yang ada di Indonesia. Dengan alasan

diatas, maka negara mendirikan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut

BUMN) yang didasari pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945).

Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) adalah badan

usaha yang didirikan oleh negara dengan dana yang berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan. Tujuan didirikannya BUMN adalah untuk turut serta

membangun perekonomian bangsa dan menciptakan kemakmuran bagi rakyat

seperti yang tertuang didalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1

(12)

Dari kutipan Pasal 33 UUD 1945 tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa negara

dibenarkan dan memang berwenang untuk memonopoli setiap sektor produksi

yang berkaitan atau berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Dan tentunya

melalui BUMN-lah sektor-sektor tersebut dikuasai dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal inilah yang merupakan maksud dan

tujuan dari didirikannya BUMN.

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu

tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang

bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis

strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang

menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas

bumi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD 1945, seyogyanya dikuasai

oleh BUMN. Tujuan yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui

penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal.

Penciptaan lapangan kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN.2

Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu komponen pengambil

keputusan penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Keputusan yang

diambil BUMN dapat mempengaruhi perilaku komponen pengambil keputusan

yang lainnya, baik sektor rumah tangga, sektor swasta maupun sektor luar negeri.

Selanjutnya, kegiatan usaha BUMN menyangkut hampir seluruh sektor ekonomi,

seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, perdagangan, keuangan, dan

2

(13)

lain dan beberapa diantaranya bergerak dalam industri hulu.3 Tentunya sebagai

industri yang berada di hulu, kebijakan dan kinerja BUMN akan mempengaruhi

setiap industri dibawahnya.

Sebelumnya, agar dapat bersaing dengan perusahaan swasta yang telah

melakukan usahanya di Indonesia, banyak BUMN yang mendapatkan tambahan

modal oleh negara karena hal itu dibenarkan oleh undang-undang. Tentu

tujuannya adalah mendapatkan suntikan dana guna meningkatkan hasil produksi

oleh perusahaan BUMN. Namun pada kenyataannya, tetap saja masih ada BUMN

yang merugi dan semakin membebani keuangan negara.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi BUMN dapat dilakukan dengan cara

restrukturisasi dan privatisasi perusahaan. Restrukturisasi adalah upaya yang

dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah

strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki

kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Restrukturisasi, dimaksudkan bagi

perusahaan yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum. Sedangkan bagi

BUMN yang tujuannya memupuk keuntungan dan bergerak dalam sektor yang

kompetitif didorong untuk melakukan privatisasi.4

Salah satu model pembenahan BUMN yang coba diterapkan di Indonesia

adalah melalui privatisasi BUMN. Oleh karena itu, sangat penting kiranya untuk

mengetahui maksud dan tujuan dari privatisasi BUMN yang dilakukan oleh

3 Happy Pardede, “Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan Dalam

Mengaudit Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Ditijau Dari UU No. 19 tahun 2003 Tentang BUMN dan UU No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara,” (Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008), hlm. 2.

4 Wahyuni Sari, “Analisa Hukum Kebijakan Privatisasi BUMN Melalui Penjualan Saham

(14)

Pemerintah. Dengan maksud dan tujuan privatisasi BUMN yang jelas, akan dapat

diketahui arah atau sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam hal

privatisasi BUMN. Selain itu, dengan tujuan yang jelas dari privatisasi BUMN

akan menetukan pula metode seperti apa yang akan digunakan dalam privatisasi

BUMN.5

Pilihan terhadap kebijakan privatisasi BUMN dilakukan karena

perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan bisnis perusahaan

(business environments). Selain itu kebijakan privatisasi BUMN juga didorong

oleh faktor ekonomi (seperti keterkaitan BUMN dengan APBN dan pajak), faktor

keuangan (strategi keuangan yang harus diambil dalam kebijakan privatisasi

sesuai dengan tujuan privatisasi tersebut), faktor property right, hukum bisnis dan

aspek politik yang seringkali menjadi penentu utama terhadap kebijakan

privatisasi BUMN di beberapa negara.6

Di Indonesia ditemukan bahwa hampir seluruh perusahaan yang dikelola

negara atau BUMN tidak menunjukkan kinerja finansial yang baik.

Pengembangan pasar tidak mampu menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi.

Laporan Bank Dunia tentang public sectordi Indonesia tahun 1999 menunjukkan

fenomena tersebut, yaitu:7

1. Kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang sebenarnya bisa

dialokasikan untuk pelayanan social.

2. Kebanyakan BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat.

5

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara: Dalam Privatisasi BUMN (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 127.

6

A. Habibullah, Op.Cit., hlm. 7.

7Ibid

(15)

3. Kebanyakan BUMN tidak efisien dibandingkan perusahaan swasta.

4. Diharapkan dengan perbaikan manajemen BUMN menghasilkan efisiensi.

Privatisasi BUMN tentunya dapat menjadi jalan yang baik guna

menghindari biaya tinggi melalui pelepasan perusahaan negara yang menguras

anggaran. Serta dapat meningkatkan daya saing perusahaan BUMN terhadap

perusahaan swasta, mengefisiensikan perusahaan dan yang terpenting adalah

menghindarkan kegiatan perusahaan BUMN dari unsur politik.

Riset yang dilakukan berdasarkan data-data empiris menggambarkan

bahwa perusahaan swasta seringkali beroperasi lebih efisien dibandingkan dengan

perusahaan negara. Pengalaman dibanyak negara membuktikan pula bahwa

kepemilikan swasta merupakan pilihan terbaik. Di sektor perbankan, terutama

milik pemerintah, menunjukan kaitan yang erat antara lambannya perkembangan

sektor keuangan dan rendahnya pertumbuhan dalam produktivitas.8

Berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan privatisasi di Amerika Latin,

Afrika, Asia, dan di negara-negara industri menunjukan bahwa privatisasi dapat

meningkatkan kesejahteraan dalam negeri (domestic welfare). Sebelas dari

duabelas kasus yang dianalisis oleh Bank Dunia (World Bank) di Chili, Malaysia,

Mexico, dan Inggris menunjukan pula bahwa perusahaan yang diprivatisasi

mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan kemampuannya lebih baik dalam

membiayai perusahaannya dibandingkan sebelum privatisasi.9

Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan swasta

lebih mendorong terjadinya efisiensi. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah

8

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I (Bandung: Books Terrace & Library, 2007), hlm. 205.

9Ibid

(16)

kebijakan agar terjadi proses privatisasi yang kondusif. Secara konseptual

privatisasi dapat terjadi atas kemauan politik (paksaan) maupun secara sukarela.

Untuk mendorong terjadinya privatisasi secara sukarela, dibutuhkan adanya

serangkaian regulasi.10

Paradigma BUMN di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke

waktu. Di masa krisis perekonomian, BUMN diarahkan untuk diprivatisasi, atau

sahamnya dijual kepada swasta, baik dengan strategi IPO (initial public offering)

melalui bursa saham maupun strategi private placement kepada investor strategis

agar hasilnya dapat membantu pemerintah mengurangi beban defisit anggaran.11

Namun sepatutnya, privatisasi tidak hanya dilakukan dengan tujuan mengurangi

beban defisit anggaran tetapi juga seharusnya privatisasi ini bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan perusahaan terhadap masyarakat. Tentu efek yang timbul

dari privatisasi adalah hilangnya sebahagian kewenangan negara didalam BUMN

dan kewenangan tersebut beralih kepada pemegang saham mayoritas, namun

negara tetap menjalankan fungsi penguasaan melalui regulasi sektoral tempat

persero yang diprivatisasi melaksanakan kegiatan usahanya. Jangan sampai

dengan beralihnya kewenangan kepada pihak swasta, fungsi dan tujuan

perusahaan BUMN tersebut berubah sehingga tidak lagi menjalankan pelayanan

publik atau menimbulkan efek penguasaan suatu sektor yang dikuasai oleh

perusahaan tersebut.

Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip transparansi,

kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Privatisasi

10

Ibid. hlm. 206.

11

(17)

dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, terjadi penurunan harga atau

perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan hanya menyangkut

masalah ekonomi semata, melainkan juga menyangkut masalah transformasi

sosial. Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisasi, sejauh mana

privatisasi bisa diterima oleh masyarakat, karyawan dan elite politik (parlemen)

sehingga tidak menimbulkan gejolak. Munculnya penolakan atau demo dari para

sta keholder, dengan demikian terdapat beberapa hal yang belum dipersiapkan

dengan matang.12

Khusus mengenai privatisasi, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU BUMN) menegaskan

bahwa privatisasi hanya dapat dilakukan terhadap BUMN yang berbentuk persero

sepanjang dimungkinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor

kegiatan yang dilakukan persero tersebut. BUMN persero dapat diprivatisasi

karena selain dimungkinkan oleh ketentuan di bidang pasar modal, juga karena

pada umumnya hanya BUMN persero yang telah bergerak dalam sektor-sektor

yang kompetitif, privatisasi senantiasa memperhatikan maanfaat bagi rakyat.13

Privatisasi tehadap BUMN menyebabkan negara tidak lagi sebagai pemilik

dari BUMN, akan tetapi sebagai pemegang saham saja. Negara yang diwakilkan

oleh menteri tidak dapat lagi melakukan hal-hal yang sebelumnya merupakan

kewenangan mutlak yang dimiliki oleh negara dan diatur didalam beberapa pasal

dalam UU BUMN, antara lain:14

12

Wahyuni Sari, Op.Cit. hlm. 25.

13

Mulhadi, Hukum Perusahaan : Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 147-148.

14

(18)

1. Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. 2. Menteri dapat memberikan kuasa dengan hak subtitusi kepada perorangan

atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS.

3. Pihak yang menerima kuasa sebagaimana yang diatur dalam ayat (2), wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan menteri untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai :

a. perubahan jumlah modal; b. perubahan anggaran dasar; c. rencana penggunaan laba;

d. penggabungan,peleburan,pengambilalihan,pemisahan,sertapembubaran persero;

e. investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. kerja sama persero;

g. pembentukan anak perusahaan atau penyertaan; h. pengalihan aktiva.

Dengan berkedudukan sebagai pemegang saham berarti negara tidak lagi

diperkenankan untuk bertindak seenaknya mencampuri urusan manajemen

perusahaan, akan tetapi harus berdasarkan dan melalui Rapat Umum Pemegang

Saham (selanjutnya disebut RUPS). Pertanggungjawaban penggunaan kekayaan

negara itu harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham dan tergantung pada

seberapa modal yang telah disetorkan oleh negara kedalam perseroan terbatas

(selanjutnya disebut PT) yang bersangkutan. Penyelenggaraan perusahaan

semakin transparan melalui pertangungjawaban direksi dalam laporan tahunan

kepada para pemegang saham dengan mekanisme RUPS. Pendek kata, negara c.q

pemerintah menjadi terbatas kekuasaan dan kewenangannya pada BUMN serta

tidak lebih sebagai peserta biasa.15

Terkait pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris, hal

tersebut ditetapkan oleh menteri yang bertindak selaku RUPS. Hal ini merupakan

15

(19)

kewenangan negara yang dijalankan oleh menteri selaku RUPS mewakili

kewenangan negara didalam BUMN. Tentunya segala bentuk kewenangan negara

didalam BUMN dijalankan oleh pemerintah sebagai badan eksekutif. Bentuk

tindakan pemerintah sebagai penguasa dalam negara hukum harus dapat

dipertangungjawabkan secara hukum. Dengan kata lain terkait privatisasi,

pemerintah sebagai penguasa harus bertangung jawab terhadap segala pengelolaan

aset negara.16

Pelaksanaan privatisasi yang terjadi sampai saat ini masih terkesan ruwet,

berlarut-larut dan tidak transparan. Proses privatisasi dari setiap BUMN dilakukan

dengan prosedur dan perlakuan yang berbeda. Pelaksaan privatisasi juga terkesan

berlarut-larut. Keputusan yang sudah diambil oleh pemerintah tidak bisa dengan

segera dilaksanakan, karena berbagai alasan. Keputusan untuk menetukan

pemenang tender privatisasi juga tidak ada aturan atau formula yang jelas,

sehingga terkesan pemerintah kurang transparan dalam proses privatisasi.17

Pertanggungjawaban hukum dalam privatisasi tidak cukup bahwa

privatisasi harus berlandaskan pada aturan hukum yang jelas tentang prosedur

privatisasinya saja, tetapi harus pula meliputi pengaturan yang jelas terhadap hasil

privatisasinya, dan pengaturan yang tegas mengenai alasan-alasan dilakukannya

privatisasi. Alasan-alasan dilakukan privatisasi harus dapat diukur sama atau lebih

kuat dari alasan negara atau pemerintah membuat atau mempertahankan sebuah

BUMN. Sebagai parameter sederhana privatisasi secara ekonomis harus lebih

16 Wuri Adriyani, “Telaah Hukum Pada Privatisasi BUMN”, Jurnal Arena Hukum

, No.1 (Januari, 2008), hlm. 1.

17

(20)

menguntungkan dan tidak menyengsarakan kehidupan ekonomis rakyat terkait

kewajiban-kewajiban public utilities pemerintah.18

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat suatu

permasalahan dengan judul“Akibat Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Kewenangan Negara.”

B.Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka penelitian

ilmiah ini lebih menitik beratkan pada proses privatisasi BUMN dan kewenangan

negara setelah adanya privatisasi tersebut. Penelitian ini memerlukan suatu

rumusan masalah yang spesifik dan dapat dijadikan acuan atau fokus

permasalahan yang kemudian akan dikaji secara mendalam menurut metode

penelitian yang ada.

Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana kedudukan BUMN dalam hukum positif di Indonesia?

2. Bagaimana pengaturan privatisasi BUMN?

3. Bagaimana akibat hukum privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan utama dari penelitian ilmiah ini adalah memenuhi syarat

guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

18

(21)

Sumatera Utara. Dan juga fungsi dari suatu penelitian adalah sebagai alat untuk

mengetahui sesuatu masalah yang akan diteliti, baik ilmu sosial, ilmu hukum,

maupun ilmu lainnya. Setiap penelitian ilmiah perlu ditegaskan tujuan-tujuan

yang hendak dicapai, agar penelitian dapat berjalan secara benar dan mencapai

tujuan yang dirumuskan. Seperti yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan

adanya permasalahan-permasalan yang telah dikemukakan diatas. Berdasarkan

hal-hal diatas maka dapat dirumuskantujuan dari penelititan ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana kedudukan BUMN dalam

hukum positif di Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaturan, sejarah, maksud dan tujuan

serta tata cara privatisasi BUMN.

c. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa peran dan wewenang negara,

kendala hukum yang timbul dalam privatisasi BUMN serta akibat hukum

yang timbul dari adanya privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara.

2. Manfaat penelitian

Sementara yang diharapkan menjadi manfaat dalam penelitian ilmiah ini

adalah:

a. Manfaat teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan

sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya,

perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang privatisasi BUMN dan

(22)

b. Manfaat praktis

Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis

dan secara umum bagi mahasiswa lain serta kepada masyarakat tentang akibat

hukum privatisasi BUMN terhadap kewenangan negara, dan juga sebagai bahan

kajian untuk para akademisi dan peneliti lainnya yang ingin mengadakan

penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai akibat hukum privatisasi BUMN

terhadap kewenangan negara.

D. Keaslian Penulisan

Guna menyelesaikan pendidikan strata satu dan mendapatkan gelar sarjana

hukum, maka penulis membuat penelitian ilmiah dan menuangkannya dalam

sebuah skripsi yang berjudul “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara”.

Demi mengetahui keaslian judul,sebelumnya dilakukan penelusuran

terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Pusat Dokumentasi dan Informasi hukum/perpustakaan

Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat

tertanggal 13 Mei 2015 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama” dan tidak terlihat adanya keterkaitan. Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ramli

Siregar (Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis, karena

(23)

skripsi lain yang terdapat di lingkungan perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian

mengenai “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Kewenangan Negara” belum pernah ada dilakukan penelitian dalam topik dan permasalahan yang sama.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran sendiri

yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori dan aturan hukum yang

diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini

disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka

serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Berikut adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan topik yang sama:

1. Maria Sevia L. Perangin-angin dengan judul “Analisis Hukum terhadap

Kepemilikan Saham Pemerintah di BUMN setelah Privatisasi BUMN di

Indonesia.”

2. Wafdansyah Anggi Husaini dengan judul “Analisis Kedudukan Keuangan

Negara dalam Badan Usaha Milik Negara Yang Sudah di Privatisasi.”

E. Tinjauan Pustaka

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu perwujudan

dari peran pemerintah di bidang ekonomi, yang tujuan utamanya adalah untuk

(24)

bidang ekonomi hanya dijalankan dalam hal mekanisme pasar tidak bisa

menyelenggarakannya (market failure), sehingga peran tersebut lebih mengarah

kepada penyedianbarang/jasa publik.19

Pengertian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut UU BUMN

adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan. BUMN adalah suatu badan usaha yang berbaju kekuasaan

pemerintah, tetapi mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai perusahaan

swasta.20 Suatu gejala universal, hampir semua negara mengenal adanya

perusahaan dengan modal milik negara yang ditanamkan kedalamnya. Umumnya

perusahaan demikian inilah yang dinamakan “perusahaan negara” yang sekarang

dikenal sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau yang didalam

kepustakaan dinamakan pula sebagai “Government Enterprise” atau “Public

Enterprise” atau “Sta te Enterprise”.21 Pendirian BUMN sendiri di dasari oleh

Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

19

RiantNugroho D dan Ricky Siahaan, BUMN Indonesia :Isu, Kebijaka n, danStrategi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005), hlm. 65.

20

Mubyarto, Ekonomi Kerakyatan (Yogyakarta: BFE UGM, 1993), hlm. 89.

21

(25)

Bedasarkan pasal inilah maka negara mendirikan suatu badan usaha yang

mengambil peran penting dalam perekonomian bangsa dengan menguasai

bidang-bidang perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak. Namun

pendirian BUMN bukan hanya karena adanya ketentuan dalam Pasal 33 UUD

1945 tetapi juga didasarkan pada pertimbangan sebagai usaha perintisan kegiataan

ekonomi yang belum dapat diselenggarakan oleh usaha swasta dan koperasi.22

Pasal 33 UUD 1945 telah memberikan suatu jangkauan yang lebih luas

bagi BUMN untuk lebih berperan dalam kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada kebijaksanaan pemeritah dalam mengembangkan BUMN

sebagai perusahaan pioneer yang ditujukan untuk memulai kegiatan ekonomi

pada bidang-bidang usaha yang bermanfaat bagi pembangunan nasional.23

2. Privatisasi BUMN

Perihal privatisasi, banyak yang memberikan definisi yang berbeda-beda.

Tenri Abeng memberi pengertian bahwa privatisasi adalah peningkatan

penyebaran kepemilikan kepada masyarakat umum dan swasta asing maupun

domestik untuk akses pendanaan, pasar, teknologi, serta kapabilitas untuk

bersaing di tingkat dunia.24

Di Indonesia, istilah privatisasi sebelumnya dikenal dengan nama

“swastanisasi”, baru setelah berdiri Kantor Menteri (Negara) BUMN, istilah ini

menjadi sangat popular. Istilah ini berkenaan dengan gagasan, kebijakan dan

program yang sangat luas cakupannya. Secara makro, privatisasi berarti

pengurangan peran negara dalam kegiatan bisnis. Dalam sisi mikro, privatisasi

22

Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hlm. 75.

23

Ibid.

24

(26)

berarti transfer kepemilikan negara kepada masyarakatnya. Alasan dilakukannya

privatisasi adalah karena pudarnya keyakinan terhadap teori negara kesejahteraan

seperti yang diperkenalkan oleh John Maynard Keyness (1883-1987) yang juga

merupakan arsitek Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Premis dasarnya

adalah bahwa menyerahkan kepemilikan dan pengelolaan sebagai kegiatan

ekonomi, apalagi yang strategis, kepada Negara adalah sia-sia. Privatisasi seluruh

kegiatan ekonomi adalah jawaban untuk meningkatkan jaminan kesejahteraan

masyarakat, karena dengan demikian mereka akan menjadi lembaga yang harus

bersaing.25

Privatisasi adalah kebijakan yang multifaset atau banyak muka. Secara

ideologis, bermakna meminimalisir peran negara. Secara manajemen bermakna

meningkatkan efisiensi pengelolaan usaha dan meningkatkan nilai perusahaan.

Secara anggaran, privatisasi dapat berarti mengisi kas negara yang sedang

“bolong.” 26

Hal-hal mengenai privatisasi diatur dalam UU BUMN Pasal 74

sampai dengan Pasal 86. Kemudian mengenai hal-hal yang belum tertuang

dalampasal tersebut, diatur secara spesifik didalam peraturan pemerintah.

3. Kewenangan negara

Kewenangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (KBBI)

adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan

tanggungjawab kepada orang lain.27 Secara umum, kewenangan adalah suatu hak

25

https://www.linkedin.com/pulse/pemerintahan-megawati-privatisasi-bumn-ke-tangan-ahmad-noormuhammad (diakses pada tanggal 04 Juli 2015)

26

Riant Nugroho Dwidjowijoto dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012), hlm. vii.

27

(27)

yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum atau bahkan negara untuk

melakukan atau tidak melakukan atau bahkan melimpahkan sesuatu hal yang

menjadi pokok dari kewenangan tersebut.

Negara adalah lanjutan dari keinginan manusia yang hendak bergaul antara

seorang dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan

hidupnya. Semakin luas pergaulan manusia dan semakin banyak kebutuhannya,

maka bertambah besar kebutuhannya kepada sesuatu organisasi negara yang akan

melindungi dan memelihara keselamatan hidupnya. Plato mengatakan bahwa

negara adalah suatu tubuh yang senantiasa maju, berevolusi, terdiri dari

orang-orang (individu-individu).28

Bilamana rumusan tersebut diatas dikaitkan dengan konsep penguasaan

negara, khususnya penguasaan negara dalam bidang ekonomi, maka dapat pula

dirumuskan bahwa penguasaan oleh negara adalah suatu kewenangan atau

wewenang formal yang ada pada negara dan memberikan hak kepada negara

untuk bertindak baik secara aktif maupun pasif dalam bidang pemerintahan

negara. Dengan kata lain, wewenang negara tidak hanya berkaitan dengan

wewenang pemerintah semata, akan tetapi meliputi pula semua wewenang dalam

rangka melaksanakan tugasnya.29

F. Metode Penulisan

Penelitian yang dilakukan secara sistematis dan teratur akan menghasilkan

data yang akurat dan juga valid, dan metode yang dipakai dalam penelitian

28

Samidjo, Ilmu Negara (Bandung: CV. Armico, 2002), hlm. 27-28.

29

(28)

sangatlah menentukan keakuratan penelitian. Metode penelitian adalah rangkaian

proses yang dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam penulisan skripsi ini,

metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma

hukum yang terdapat dalam berbagai perangkat peraturan perundang-undangan,

yang antara lain Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero), Peraturan Menteri Badan Usaha Milik

Negara Nomor : PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan

Program Tahunan Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaha Dan/Atau Profesi

Penunjang Serta Profesi Lainnya.

b. Sifat penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif yang

menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis,

faktual, dan akurat.30 Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang

berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi

30

(29)

atau hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang

tengah berlangsung.

Penelitian deksriptif juga dirancang untuk memperoleh informasi tentang

status suatu gejala saat penelitian dilakukan dan penelitian deskriptif tidak ada

perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, serta tidak ada uji hipotesis

sebagaimana yang terdapat dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini,

yang ingin dideskripsikan adalah mengenai gejala-gejala atau fenomena yang

terjadi, digambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat serta hubungan antar gejala atau fenomena yang di teliti.

2. Data penelitian

Sumber data yang diperoleh berasal dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang

termasuk dalam sumber-sumber hukum yang mencakup peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan penelitian, antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara.

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara

(30)

6) Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor :

PER-01/MBU/2010 tentang Cara Privatisasi, Penyusunan Program Tahunan

Privatisasi, Dan Penunjukan Lembaga Dan/Atau Profesi Penunjang Serta

Profesi Lainnya.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan dan sebagai

pendukung mengenai bahan hukum primer, seperti: buku-buku, termasuk

skripsi, jurnal hukum, hasil-hasil penelitian, serta makalah.

c. Bahan hukum tersier, bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus

Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

3. Teknik pengumpulan data

Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

yuridis normatif dan mempergunakan data sekunder, maka penelitian ini mengacu

kepada penelitian kepustakaan (Library Research) serta dibantu dengan media

elektronik yakni internet. Metode Library Research adalah metode yang

mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam

penulisan skripsi ini. Berupa rujukan dari beberapa buku, wacana yang

dikemukakan oleh pendapat para sarjana hukum dan sarjana lain yang sudah

mempunyai nama besar dibidangnya, koran serta majalah.

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

melakukan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan,

(31)

sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

Tujuannya adalah untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan terkait dengan

judul skripsi “Akibat Hukum Privatisasi BUMN terhadap Terhadap Kewenangan Negara.”

4. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya

merupakan kegiatan untuk mengadakan sistemasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis. Sistematisasi berarti membuat klarifikasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. Penelolaan

data yang digunakan oleh penulis adalah pengelolaan data kualitatif yakni upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.31

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan menjabarkan secara sistematis mengenai isi dari

penulisan skripsi ini. Skripsi ini terbagi atas 5 (lima) bab yang saling berkaitan

antara yang satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat

dalam skripsi ini, antara lain:

31

(32)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan

skripsi, rumusan permasalahan sebagai pembahasan yang akan

dijabarkan didalam skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan,

keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang

digunakan serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

Bab ini membahas mengenai landasan konstitusional BUMN di

Indonesia, fungsi dan tujuan didirikannya BUMN, bentuk-bentuk

BUMN, kedudukan BUMN sebagai badan hukum, serta

kedudukan BUMN sebagai bagian dari keuangan negara.

BAB III PENGATURAN PRIVATISASI BUMN

Bab ini membahas mengenai sejarah privatisasi BUMN, maksud

dan tujuan dilakukannya privatisasi BUMN dan tata cara

privatisasi BUMN.

BAB IV AKIBAT HUKUM PRIVATISASI BUMN TERHADAP

KEWENANGAN NEGARA

Bab ini membahas mengenai peran dan wewenang negara sebelum

adanya privatisasi BUMN, kendala hukum dalam privatisasi

BUMN serta akibat hukum privatisasi BUMN terhadap

(33)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini akan mengemukakan kesimpulan dari bab-bab

yang telah dibahas sebelumnya terkait akibat hukum privatisasi

BUMN terhadap kewenangan negara serta saran-saran terkait

(34)

BAB II

KEDUDUKAN BUMN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A.Landasan Konstitusional BUMN di Indonesia

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pengerak

perekonomian Indonesia yang diharapkan dapat menyokong upaya peningkatan

kesejahteraan rakyat Indonesia. Dalam perannya, BUMN tidak saja menjalankan

fungsi-fungsi produksi akan tetapi juga ikut menjalankan fungsi-fungsi pengadaan

barang dan jasa. BUMN juga memiliki peran penting karena terlibat secara

langsung dalam proses alokasi sumber daya yang bersifat ekonomi bagi

masyarakat.

Berdasarkan hasil studi tentang BUMN yang dilakukan oleh United Nation

a nd Development Orga niza tion (UNI-DO) yakni organisasi dibawah naungan

PBB untuk pengembangan industri bersama ICPE (International Center For

Public Enterprise) yang berpusat di Ljubljana, Yugoslavia, dimana dikemukakan

bahwa pada umumnya negara-negara yang mempunyai usaha negara atau BUMN

mencantumkan hasrat dan latar belakang penguasaan negara pada bidang

kehidupan yang vital dan strategis, oleh karena bidang itu menyangkut

kepentingan umum atau masyarakat banyak.32

Kehadiran maupun pendirian usaha negara atau BUMN di setiap negara

sering kali berbeda. Namun demikian, umumnya latar belakang pendirian usaha

negara atau BUMN tidak hanya didasarkan pada alasan ideologis semata,

32

(35)

akantetapi sering kali pula didasari alasan ekonomis, sosial, politik, warisan

sejarah, dan sebagainya. Keberadaan BUMN di Indonesia belum berapa lama dan

merupakan peninggalan atau warisan sejarah pemerintah Hindia Belanda melalui

program nasionalisasi, dan setelah itu baru dilekatkan pula alasan ekonomis dan

politis setelah BUMN difungsikan sebagai “a gent of development.”33

Keberadaan BUMN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari amanat Pasal

33 UUD 1945. Sebagaimana dikemukakan oleh bagian penjelasan Pasal tersebut,

Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh

semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota

masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran

orang seorang. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas azas kekeluargaan.

Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal mengenai perekonomian yang berada di

Bab XIV UUD 1945 yang berjudul “Kesejahteraan Sosial.” Kesejahteraan Sosial

adalah bagian yang tak terpisahkan dari cita-cita kemerdekaan. Dengan

menempatkan pasal 33 UUD 1945 dibawah judul Bab “Kesejahteraan Sosial,” itu

berarti pembangunan ekonomi nasional haruslah bermuara pada peningkatan

kesejahteraan sosial. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dapat dilihat

dari meningkatnya pendapatan perkapita, meningkatkan pendidikan masyarakat,

dan meningkatkan harapan hidup masyarakat, yang merupakan salah satu

parameter atau ukuran terhadap keberhasilan pembangunan suatu bangsa, bukan

semata-mata pertumbuhan ekonomi mikro. Pasal 33 UUD 1945 merupakan pasal

33Ibid

(36)

yang mulia, karena pasal ini mengutamakan kepentingan bersama masyarakat,

tanpa mengabaikan kepentingan individu orang-perorang.

Melihat penjelasan Pasal 33 UUD 1945 itu dapat diketahui bahwa ayat 1,

2 dan 3 Pasal 33 UUD 1945 pada dasarnya adalah dasar dari demokrasi ekonomi

atau sistem ekonomi kerakyatan yang hendak diselenggarakan di Indonesia.

Sebagaimana diketahui, sistem ekonomi kerakyatan adalah sebuah sistem

perekonomian yang sangat menekankan pentingnya partisipasi seluruh anggota

masyarakat dalam proses penyelenggaraan perekonomian. Sehubungan dengan

itu, dalam sistem ekonomi kerakyatan, setiap anggota masyarakat tidak dapat

hanya diperlakukan sebagai objek perekonomian. Ia adalah subjek perekonomian,

yaitu yang memiliki hak untuk berpartisipasi secara langsung dalam proses

penyelenggaraan perekonomian, serta dalam mengawasi berlangsungnya proses

perekonomian tersebut.34

Berdasarkan rumusan UUD 1945 terdapat secara eksplisit ataupun implisit

pandangan-pandangan dan nilai-nilai fundamental, UUD 1945 disamping sebagai

konstitusi politik (political constitution), juga merupakan konstitusi ekonomi

(economic constitution), bahkan konstitusi sosial (social constitution). UUD 1945

sebagai sebuah konstitusi negara secara substansi, tidak hanya terkait dengan

pengaturan lembaga-lembaga kenegaraan dan struktur pemerintahan semata.

Namun Iebih dari itu, konstitusi juga memiliki dimensi pengaturan ekonomi dan

kesejahteraan sosial yang tertuang di dalam Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33

34

(37)

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan bagi sistem ekonomi Pancasila,

yang lebih dikenal dengan demokrasi ekonomi.35

Sewaktu menyusun UUD 1945, para perintis kemerdekaan menyadari

bahwa Indonesia sebagai kolektivitas politik masih belum memiliki modal yang

cukup untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Indonesia hanya memiliki

sumber daya alam dan sumber daya manusia, sementara faktor produksi yang lain,

seperti modal dan teknologi, belum tersedia. Atas dasar kenyataan inilah

kemudian dirumuskan landasan hukum tentang asas keadilan di bidang ekonomi

dan kesejahteraan sebagaimana tertera dalam Pasal 33 UUD 1945.36

Pasal 33 UUD 1945 merupakan landasan konstitusional bagi keberadaan

BUMN di Indonesia. Memang tidak secara langsung dituliskan atau tercatat

didalam UUD 1945, namum Pasal 33 ayat UUD 1945 menyatakan bahwa

perekonomian disusun berdasarkan asas kekeluargaan, kemudian cabang-cabang

yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai

negara serta bumi dan air serta seluruh kekayaan alam dikuasai oleh negara untuk

kemakmuran rakyat.

Secara eksplisit, Pasal 33 UUD ini menyatakan bahwa negara akan

mengambil peran dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, selama Pasal 33 UUD

1945 masih tercantum dalam konstitusi, selama itu pula keterlibatan pemerintah

(termasuk BUMN) dalam perekonomian Indonesia masih tetap diperlukan.

Khusus untuk BUMN, pembinaan usaha diarahkan guna mewujudkan visi yang

telah dirumuskan.Paling tidak ada 3 visi yang saling terkait, yakni visi founding

35

http://www.lutfichakim.com/2011/12/analisis-penafsiran-pasal-33-uud-1945.html (diakses pada tanggal 08 Juli 2015)

36

(38)

fa ther yang ada dalam UUD 1945, visi dari lembaga/badan pengelolaan BUMN,

dan visi masing-masing perusahaan BUMN. Kesemuanya ini harus dapat

diterjemahkan dalam ukuran yang jelas untuk dijadikan pedoman dalam

pembinaan.37

Terkait dengan kedudukan seperti itu, maka peran BUMN dalam sistem

ekonomi kerakyatan dapat dikategorikan sebagai salah satu instrumen bagi

negara dalam mewujudkan demokrasi ekonomi, yaitu untuk menjamin

pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang. Jika

koperasi adalah instrumen demokrasi ekonomi yang dimiliki oleh para

anggotanya, maka BUMN adalah instrumen demokrasi ekonomi

yang dimiliki seluruh rakyat Indonesia.

Selanjutnya, Badan Usaha Milik Negara diatur dalam UU BUMN

(Lembaran Negara Nomor 70 Tahun 2003). Undang-undang ini mengganti tiga

undang-undang sebelumnya, yaitu Indonesische Berdrijvenwet (Stb. No. 149

Tahun 1927) sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1955; Undang-Undang Nomor 19 Prp

Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara; dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara Menjadi Undang-Undang.

Sejak diundangkannya UU BUMN, ketiga undang-undang itu dinyatakan dicabut

37Ibid

(39)

dan tidak berlaku lagi. UU BUMN mulai berlaku sejak tanggal diundangkannya,

yaitu tanggal 19 Juni 2003.38

Hal-hal diataslah yang mendasari negara dalam mendirikan BUMN

sebagai suatu badan usaha yang mengurus dan mengelola cabang-cabang produksi

yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, kemudian

bumi dan air dan kekayaan alam untuk memakmurkan kehidupan rakyat. Tidak

ada satu pasal pun didalam UUD 1945 yang menjelaskan secara rinci mengenai

BUMN. Pendirian BUMN merupakan suatu penafsiran atas Pasal 33 UUD 1945.

B. Maksud dan Tujuan Didirikannya BUMN

Pemerintah Indonesia mendirikan Badan Usaha Milik Negara dengan dua

tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial.

Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola

sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu.

Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan

listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 UUD

1945, seyogyanya dikuasai oleh BUMN. Dengan adanya BUMN diharapkan

dapat terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang

berada di sekitar lokasi BUMN. Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain

dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk

membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan lapangan kerja dicapai melalui

perekrutan tenaga kerja oleh BUMN. Upaya untuk membangkitkan perekonomian

38

(40)

lokal dapat dicapai dengan jalan mengikut-sertakan masyarakat sebagai mitra

kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha. Hal ini sejalan dengan

kebijakan pemerintah untuk memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi

yang berada di sekitar lokasi BUMN.39

Tujuan dari pendirian BUMN menurut Rees dalam Sri Maemunah, antara

lain:40

1) Guna efisiensi ekonomi yang meliputi alokasi teknologi dan manajerial. 2) Kemampuan memperoleh laba, yang merupakan sumber pendapatan negara

berupa pajak penghasilan atas laba yang diperoleh BUMN dan bagian laba yang diterima pemerintah sebagai pemilik. Meningkatkan kemampuan laba adalah penting bagi BUMN karena menjadi sumber dana intern juga merupakan sumber pendapatan pemerintah.

3) Distribusi pendapatan, merupakan alat pemerintah untuk mengadakan distribusi pendapatan melalui kebijksanaan harga di bawah rata-rata atau dengan keputusan investasi yang mengabaikan economies of scale untuk meningkatkan pendapatan riil golongan tertentu.

4) Tujuan bersifat makro, sebagai alat kebijaksanaan pemerintah mempunyai tujuan yang bersifat aggregate, antara lain untuk memperluas kesempatan kerja, memperbaiki neraca pembayaran, menekan inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan menurut Sri Maemunah sendiri, maksud dan tujuan

dilakukannya pendiran BUMN, antara lain:41

1. Menunjang perkembangan ekonomi.

2. Mencapai pemerataan secara horizontal dan vertikal melalui perintisan usaha dan pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi.

3. Menjaga stabilitas dengan menyediakan persediaan barang yang cukup terutama menyangkut hajat hidup orang banyak.

4. Mencapai efisiensi teknik agar dapat menjual dengan harga yang terjangkau tanpa mengurangi mutu dan kemampuan memupuk dana dari keuntungan. 5. Menunjang terselenggaranya rencana pembangunan.

39

Nanang Yusroni dan Dumadi Tri Restiysnto, “Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Eksistensi, Dan Kinerja Ekonomi Nasional Dalam Sistem Ekonomi Pasar,” Jurnal

Ekonomi dan Bisinis, No. 3 (April, 2007), hlm. 73.

40

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/tujuan-didirikannya-bumnbumd.html (diakses pada tanggal 11 Juli 2015)

(41)

Menurut pasal 2 ayat (1) UU BUMN berserta penjelasannya menyatakan

bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah:

1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. Dengan penjelasan bahwa BUMN diharapkan dapat menigkatkan mutu pelayanaan pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu penerimaan keuangan negara.

2. Mengejar keuntungan, dengan penjelasan bahwa meskipun maksud dan tujuan persero adalah untuk mengejar keuntungan, dalam hal-hal tertentu adalah untuk melakukan pelayanan umum. Persero dapat diberikan tugas khusus dengan memerhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dengan demikian, penugasan pemerintah harus disertai dengan pembiayaannya (kompensasi) berdasarkan perhitungan bisnis atau komersial. Sedangkan untuk perum yang tujuannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan umum, dalam pelaksanaannya harus memerhatikan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

3. Menyelanggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Dengan pejelasan bahwa maksud dan tujuan seperti ini, setiap hasil usaha dari BUMN, baik barang maupun jasa, dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Dengan penjelasan bahwa kegiatan perintisan merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, kegiatan tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi karena secara komersial tidak menguntungkan. Oleh karena itu, tugas tesebut dapat dilakukan melalui penugasan kepada BUMN. Dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang medesak, pemerintah dapat pula menugasi suatu BUMN yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum untuk melaksanakan program kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah.

BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.Penyisihan dan pengguna laba untuk keperluan pembinaan yang dimaksud, diatur dengan keputusan menteri.Sedangkan untuk usaha kecil/kopersi dimaksud dalam pasal ini adalah usaha kecil/koperasi yang menerima kriteria sebagai usaha kecil sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003).BUMN dalam batas kepatutan hanya dapat memberikan donasi untuk amal dan tujuan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 90 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003).42

42

(42)

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Dengan penjelasan bahwa kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.43

Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara

sebagai undang-undang yang pernah berlaku juga menyebutkan secara jelas

menegenai sifat pendirian BUMN, dimana BUMN merupakan suatu kesatuan

produksi yang bersifat:44

1. memberi jasa;

2. menyelenggarakan kemanfaatan umum; dan

3. memupuk pendapatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa dengan sifat

BUMN yang memberi jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum serta

memupuk pendapatan, maka disini terlihat perbedaannya secara mendasar dengan

usaha swasta dan koperasi yang mendasarkan pemupukan keuntungan sebagai hal

yang utama. Selain itu, perumusan dalam ketentuan tersebut diatas jelas pula

dimaksudkan untuk membangun suatu tatanan ekonomi nasional dengan

mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan kerja dalam

perusahaan demi terwujudnya suatu masyarakat yang adil dan sejahtera.45

Berdasarkan sifat, maksud dan tujuan pendirian BUMN seperti tersebut

diatas, maka merupakan konsekuensi logis dari perwujudan tujuan bernegara,

yakni untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan Pancasila dan

43

Ibid.

44

Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara.

45

(43)

UUD 1945, khususnya yang berkenaan dengan penguasaan negara dalam

cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

banyak. Oleh karena itu, perumusan mengenai sifat, maksud dan tujuan pendirian

BUMN itu harus pula sejalan dengan tujuan umum dari negara, yakni

meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,

sehingga sudah selayaknya jika BUMN tidak hanya difungsikan sebagai unit

ekonomi yang melaksanakan fungsi profitisasi semata, akan tetapi diharuskan

pula melaksanakan fungsi sosial.46

Masalah yang terjadi sekarang terkait maksud dan tujuan didirikannya

BUMN adalah bahwa terjadi tabrakan antara profitisasi dari BUMN dan juga

fungsi sosial yang tetap harus diemban oleh BUMN. Hal inilah yang memicu

terjadinya perdebatan diantara para kalangan yang menyatakan bahwa tujuan serta

peranan BUMN haruslah dipertegas. Namun disatu sisi, kedua hal inilah yang

menjadi ciri khas dari BUMN itu sendiri. Fungsi profitisasi dan fungsi sosial

itulah yang membedakan antara BUMN dengan koperasi ataupun dengan usaha

swasta.

Keinginan pemerintah untuk semua BUMN ke dalam bentuk BUMN

Persero dengan mengukur tingkat keberhasilan BUMN melalui pengukuran secara

kuantitatif dengan dasar return on investment (ROI), keseimbangan modal dan

aset serta keuntungan, tanpa memperhatikan maksud dan tujuan pendirian BUMN

pada awal mulanya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara merupakan suatu kesalahan yang

(44)

sangat mendasar. Seperti dikemukakan oleh Mar’ie Muhammad dan Astar Siregar

(1985), bahwa peran penting dari BUMN sangat ditentukan oleh sifat, maksud,

dan tujuan pendirian BUMN tersebut.47

C. Bentuk-Bentuk BUMN

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian

besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang

berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.48 Bentuk-bentuk BUMN

mengalami beberapa perubahan dan perkembangan. Menurut Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1960; Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983; dan Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2000, ada 3 jenis bentuk BUMN, yaitu:49

1. Perusahaan Jawatan (Perjan). Perjan sebetulnya merupakan kepanjangan dari

suatu departemen pemerintah, dan merupakan organ dari departemen yang

bersangkutan. BUMN jenis ini seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara

yang tidak dipisahkan. Karena merupakan suatu bagian dari departemen,

maka pada praktiknya memperoleh pula fasilitas-fasilitas departemen. Perjan

berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa masyarakat termasuk pelayanan

kepada masyarakat (public service) yang sifatnya tidak mencari laba

(non-commercia l corpora tion), bahkan ada penyediaan subsidi-subsidi bila

diperlukan.

47

Ibid., hlm. 78.

48

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

49

(45)

2. Perusahaan Umum (Perum). Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya

terdiri dari kekayaan negara yang dipisahkan. Oleh karena itu, Perum

merupakan badan hukum publik. Perum ini bergerak dalam bidang-bidang

usaha tertentu yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

banyak. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 dan

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 ditegaskan bahwa tugas dan tujuan untuk

kemanfaatan umum berupa penyediaan barang yang bermutu tinggi dan

sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Disini terlihat suatu pola hubungan yang meskipun cukup bersifat pelayanan

sosial tetapi bersifat business like bisa pula profit making.

3. Perusahaan Perseroan (Persero). Persero adalah BUMN yang seluruh atau

sebagian besar modalnya terdiri dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Perseroan ini berbentuk Perseroan Terbatas yang seluruh atau paling sedikit

51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

modal secara langsung.

Aminuddin Ilmar membagi usaha BUMN menjadi tiga bentuk usaha

negara, sebagai berikut:50

1. Semua perusahaan yang didirikan dan diatur menurut ketentuan IBW

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat

Dalam Pasal 2A PP 72/2016 disebutkan, penyertaan modal negara yang berasal dari kekayaan negara berupa saham milik negara pada BUMN atau perseroan terbatas kepada BUMN

19 Tahun 2003 tentang BUMN dikatakan definisi BUMN pada pasal 1 angka (1) yakni, Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau

Apabila kekayaan yang dimiliki BUMN Persero hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan tersebut dipandang sebagai milik Negara, maka pemaknaan yang demikian tidak

Jadi menurut hemat saya, kalau ada pandangan yang mengatakan bahwa nanti kalau BUMN itu atau kekayaan BUMN yang berasal dari kekayaan negara dipisahkan

3 Sedangkan dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara disebutkan Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh

Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana pengaturan kekayaan Badan Usaha Milik Negara sebagai bentuk kekayaan negara yang dipisahkan, bagaimana status hukum

Dengan kata lain, setiap BUMN dapat melakukan IPO apabila telah memenuhi ketentuan dalam Undang-undang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Peraturan Pemerintah Tentang Privatisasi