• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS JINTAN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) TERHADAP BAKTERI Vibrio alginolyticus MELALUI PROFIL HISTOPATOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS JINTAN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) TERHADAP BAKTERI Vibrio alginolyticus MELALUI PROFIL HISTOPATOLOGI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS JINTAN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI

IMUNOSTIMULAN PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) TERHADAP BAKTERI Vibrio alginolyticus MELALUI PROFIL HISTOPATOLOGI

Oleh

Ahmad Fauzy1), Tarsim2), dan Agus Setyawan3)

Efektifitas jintan hitam (Nigella sativa) sebagai immunostimulan kakap putih (Lates calcarifer) terhadap bakteri Vibrio alginolyticus dapat diamati melalui profil histopatologi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian jintan hitam terhadap imunitas kakap putih yang diuji tantang dengan bakteri V. alginolyticus melalui pengamatan profil histopatologi. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan (0%, 2,5%, 5%, dan 7,5% jintan hitam/kg pakan) dan 3 ulangan. Tingkat kerusakan jaringan dinilai berdasarkan jumlah kerusakan yang ditemukan pada jaringan tersebut, dengan kisaran nilai 0 hingga 5. Skoring pada tiap perlakuan diperoleh dari nilai rata-rata tingkat kerusakan jaringan. Berdasarkan perbandingan tingkat kerusakan jaringan pada profil histopatologi menunjukkan hasi yang berbeda nyata. Tingkat kerusakan jaringan pada penambahan 7,5%, 5%, dan 2,5% jintan hitampada pakan secara berturut-turut adalah 0,333, 0,733, dan 1,267. Penambahan 0% jintan hitam dalampakan menunjukkan tingkat kerusakan jaringan tertinggi dengan nilai1,867. Penambahan 7,5% jintan hitam dalam pakan tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan ikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jintan hitam efektif sebagai immunostimulan kakap putih dalam mencegah infeksi bakteri Vibrio alginolyticus berdasarkan pengamatan profil histopatologi.

Kata kunci: Kakap putih, Jintan hitam, Vibrio alginolyticus, Histopatologi abstraa

1)

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2)

(2)

ABSTRACT

EFFECTIVITY OF BLACK CUMIN (Nigella sativa) AS

IMUNOSTIMULANT TO BARRAMUNDI (Lates caclarifer) AGAINST Vibrio alginolyticus THROUGH OF HISTOPATHOLOGIC PROFILE

By

Ahmad Fauzy1), Tarsim2), and Agus Setyawan3)

The effectivity of black cumin (Nigella sativa) as immunostimulant to barramundi (Lates calcarifer) against Vibrio alginolyticus can observed by histopathologic profile. The purpose of the research was to determine the effect of black cumin against the tissue damage level of barramundi was infected with V. alginolyticus

through of histopathological observation profile. The study consisted of four treatments (0 %, 2.5 %, 5 %, and 7.5 % black cumin/kg feed) and triplicately. The tissue damage level was scored based on amount of tissue damage that found it, with range of score 0 untill 5. Scored on each treatment was result average of the tissue damage level. Based on histopathologic profile comparation of the tissue damage level has significant different. Tissue damage level on the additional 7,5%, 5% and 2,5% black cumin in feed have 0,333, 0,733, and 1,267 respectively. The additional 0 % black cumin in feed had the highest level of damage with 1.867. The additional 7,5% black cumin in fish food was not caused fish tissue damage. The conclusion of this research is the black cumin was effective as immunostimulant to barramundi in preventing bacterial infection of

Vibrio alginolyticus based on observation of histopathologic profile.

Keywords:Barramundi, black cumin, Histopathologic profile, Vibrio alginolyticus

1)

Student in Department of Aquaculture, Faculty of Agriculture, University of Lampung 2)

(3)

EFEKTIFITAS JINTAN HITAM (Nigella sativa) SEBAGAI

IMUNOSTIMULAN PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) TERHADAP BAKTERI Vibrio alginolyticus MELALUI PROFIL HISTOPATOLOGI

Oleh

AHMAD FAUZY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandarlampung pada tanggal 2 November 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Yahya dan Ibu Suryati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Tunas Harapan Bandarlampung pada tahun 2004. Menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada tahun 2007 serta menamatkan pendidikan di SMA Negeri 7 Bandarlampung pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat). Selama menjadi mahasiswa penulis ikut organisasi di Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) pada tahun 2011-2012 dan sebagai koordinator bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) pada tahun 2012-2013. Penulis juga pernah mengikuti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian sebagai anggota Komisi Akademik pada rahun 2012-2013.

(8)

Misi. Sebagai mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi, penulis mempunyai banyak pengalaman tambahan berupa sering diadakan Diklat untuk mahasiswa Bidik Misi.

Selama menikmati masa perkuliahan juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Margosari, Pringsewu selama 40 hari di awal tahun 2013. Dan pada bulan Juli 2013 selama 30 hari penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Balat Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dengan judul

(9)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahakan sebagai tanda baktiku

kepada kedua orang tua,

Ayah dan Ummi yang selalu

mendo’akan dan menyemangatiku

serta selalu yakin padaku

bahwa aku bisa melewati ini semua.

Untuk adikku

yang selalu menjadi tempat berbagi suka duka dan

menjadikan diriku kuat

dalam menyelesaikan studi ini.

Untuk sahabat-sahabatku

serta semua pihak yang ikut membantu

menyelesaikan skripsi ini.

(10)

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya

kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.

(QS Al-Ankabut [29]: 6)

Bila kamu tak tahan lelahnya belajar,

Maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan

~ Imam Syafi’i ~

Katakana pada hatimu bahwa kau bias melampauinya

~ Ahmad Fauzy ~

Bisa karena terbiasa

(11)

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahamat dan dan karunia – Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Efektifitas Jintan Hitam (Nigella sativa) Sebagai Imunostimulan Pada Kakap Putih (Lates calcarifer) Terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus Melalui Profil Histopatologi “.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua program studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Esti Harpeni, S.T, MAppSc selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan motivasi penuh dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Tarsim, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

(12)

6. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku dosen pembahas atas segala kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

7. Ibu Rini, Ibu Agi, Ibu Tuti, Ibu Yuli, Pak Febri, dan seluruh Staf Karyawan Keskanling BBPBL, yang telah membimbing penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Ibunda dan ayahanda atas cinta dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan

dan dukungan serta do’a yang selalu dipanjatkan demi kelancaran,

keselamatan dan kesuksesan hingga penulis bisa sampai pada tahap ini. 9. Adikku (Aziz) yang senantiasa membuat penulis kuat dalam

menjyelesaikan studi ini.

10.Teman-teman satu tim penelitian (Asry, Ely, Aulia, Septi, dan bang Rahmat) yang selalu solid dan kompak sampai akhir penelitian.

11.Sahabat seperjuangan Aris dan Pebri yang selalu ada disaat susah maupun senang, yang selalu ada untuk penulis dari menjadi mahasiswa sampai terselesaikannya skripsi dan telah menemani penulis menjalankan hari-hari dikampus serta menjadi tempat menuangkan isi hati.

12. Teman–teman seperjuangan angkatan 2010, terimakasih atas kekompakan kesolodan, kebersamaan, dan persaudaraan kita selama ini sehingga kita semua mampu menghadapi berbagai masalah bersama-sama..

13.Seluruh warga Budidaya Perairan Unila angkatan 2008, 2009, 2011, 2012 sampai 2013.

(13)

Hanya dengan Do’a yang dapat penulis berikan untuk membalas budi semuanya. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2014

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Kerangka Pikir ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat ... 4

1.5. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kakap Putih (lates calcarifer) ... 5

2.2. Vibrio alginolyticus……….. ... 7

2.3. Nigella sativa ... 7

2.4. Sistem Imun pada Ikan ... 11

2.5. Histopatologi ... 13

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 15

3.2. Alat dan Bahan ... 15

3.3. Desain Penelitian ... 17

3.4. Persiapan Penelitian ... 18

(15)

3.4.2. Hewan Uji ... 18

3.4.3. Media Uji ... 18

3.4.4. Pencampuran Ekstrak Jintan Hitam dalam Pakan ... 19

3.5. Pelaksanaan Penelitian 3.5.1. Pemberian Perlakuan ... 19

3.5.2. Uji Kohabitasi Bakteri Vibrio alginolyticus... 19

3.5.3. Uji Tantang dengan Bakteri Vibrio alginolyticus... 20

3.5.4. Parameter Pengamatan

c) Dehidrasi, Clearing, dan Impregnasi ... 22

d) Embeding ... 23

4.2.1. Perbandingan Tingkat Kerusakan Jaringan Antar Perlakuan... . 27

4.2.2. Perubahan Abnormalitas Ikan Kontrol Positif ... . 29

4.2.3. Perubahan Abnormalitas Ikan dengan Penambahan Jintan Hitam 0% (Kontrol Negatif) ... . 31

(16)

4.2.5. Perubahan Abnormalitas Ikan dengan Penambahan Jintan

Hitam 5% ... . 34

4.2.6. Perubahan Abnormalitas Ikan dengan Penambahan Jintan Hitam 7,5% ... . 36

4.3. Analisis Kualitas Air ... . 42

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... . 44

5.2. Saran ... . 44

DAFTAR PUSTAKA ... ..45

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formulasi Campuran Pakan Dengan Jintan Hitam ... 14

2. Hasil Pengamatan Perubahan Makroskopis Dan Jumlah Kematian Ikan

Setelah Diinjeksi Dengan Vibrio alginolyticus Selama 7 Hari ... 26 3. Perbandingan Tingkat Kerusakan Jaringan Antar Perlakuan ... 28 4. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Ikan Kontrol Positif ... 30 5. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

0% (Kontrol Negatif) ... 31 6. Persentase Perubahan Jaringan Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

0% (Kontrol Negatif)) ... 31 7. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

2,5% ... 33 8. Persentase Perubahan Jaringan Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

2,5% ... 33 9. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

5%... 34 10. Persentase Perubahan Jaringan Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

5%... 35 11. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

7,5% ... 35 12. Persentase Perubahan Jaringan Ikan Dengan Penambahan Jintan Hitam

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Indeks ... 49

2. Foto Pengamatan Gejala Klinis... 51

3. Proses Pembuatan Preparat Histopatologi ... 52

4. Pembuatan Larutan Buffer Formalin ... 56

5. Pembuatan Larutan Bouin... 57

6. Pembuatan Larutan Hematoxylin ... 58

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 3

2. Ikan Kakap Putih ... 9

3. Bunga dan Biji Jintan Hitam ... 10

4. Morfologi Tanaman Jintan Hitam ... 10

5. Perbandingan Tingkat Kerusakan Jaringan Antar Perlakuan ... 28

6. Perbandingan Profil Histopatologi Ginjal Kakap Putih Dengan Pewarnaan H-E Perbesaran 400x ... 37

7. Perbandingan Profil Histopatologi Hati Kakap Putih Dengan Pewarnaan H-E Perbesaran 400x ... 39

(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan budidaya kakap putih terus berkembang untuk mencukupi permintaan pasar yang semakin tinggi. Berbagai kendala timbul seiring perkembangan budidaya kakap putih baik dalam tahap pembenihan maupun tahap pendederan. Serangan penyakit menjadi kendala besar bagi pelaku usaha budidaya kakap putih. Salah satu penyebab terjadinya kematian pada pembenihan dan pembesaran kakap putih adalah infeksi bakteri. Infeksi bakteri pada budidaya kakap putih didominasi oleh bakteri jenis Vibrio alginolyticus dan Vibrio harveyi

(Novriadi R.,2010).

Pengobatan infeksi bekteri menggunakan antibiotik sangat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan resistensi, penumpukan residu pada daging ikan dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, dilakukan penanggulangan penyakit secara preventif melalui peningkatan sistem imun non spesifik melalui pemberian immunostimulan.

(21)

2

dari Nigella sativa yang banyak dikenal masyarakat antara lain sebagai anti parasit, anti mikroba, anti inflamasi, memperbaiki fungsi hepar dan ginjal, mengobati gangguan pernafasan dan pencernaan, serta dapat digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kandungan kimia yang dominan terkandung pada tanaman ini adalah thymoquinon yang salah satu fungsinya adalah sebagai hepatoprotektor Thymoquinone menyebabkan tidak aktifnya protein bakteri dengan membentuk kompleks inversibel dengan asam amino

nukleofilik sehingga protein kehilangan fungsinya (Permata M.K. 2009).

Jintan hitam sebagai immunostimulan terhadap bakteri V.alginolyticus dapat diamati melalui profil histopatologi dengan membandingkan ikan yang diinfeksi

V.alginolyticus, diberi jintan hitam, dan kombinasi keduanya. Oleh karena itu perlunya kajian mengenai aplikasi jintan hitam sebagai imunostimulan ikan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio alginolyticus.

1.2. Kerangka Pikir

(22)

3

Gambar.1 Kerangka Pemikiran

Oleh karena itu, berbagai bahan herbal digunakan dalam pencegahan penyakit jenis bakteri. Bahan herbal berfungsi untuk memicu sistem imun non spesifik pada ikan sehingga mampu menahan serangan bakteri. Salah satu bahan alami yang digunakan untuk pencegahan penyakit ini adalah ekstrak jintan hitam. Efektifitas jintan hitam sebagai immunostimulan terhadap bakteri V.alginolyticus

dapat diamati melalui profil histopatologi dengan membandingkan ikan yang diinfeksi V.alginolyticus, diberi jintan hitam, dan kombinasi keduanya. Analisis data dilakukan dengan membandingkan profil histologi ikan dengan dan tanpa perlakuan. Gambaran histologi yang diamati adalah ukuran sel, warna, dan kerusakan jaringan seperti penumpukan zat besi pada pembuluh darah

Pengobatan

Menggunakan Pencegahan

Efektifitas Vibriosis

(Vibrio alginolyticus) Kakap putih.

(23)

4

(hemosiderin), nekrosis, hipertropi, sel-sel yang lisis, dan infiltrasi leukosit. Tingkat kerusakan jaringan dari tiap organ dianalisis menggunakan uji annova. Tingkat kerusakan diperileh dari gambar jaringan yang diambil melalui mikroskop dengan perbesaran 40 kali.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap imunitas kakap putih yang diuji tantang menggunakan bakteri

Vibrio alginolyticus melalui pengamatan profil histolopatologi.

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi imunitas kakap putih yang diberi ekstrak jintan hitam terhadap tingkat patogenisitas bakeri Vibrio alginolitycus.

1.5. Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0 = τi = 0 (Tidak ada pengaruh penambahan ekstrak jintan hitam terhadap

imunitas kakap putih yang terinfeksi bakteri Vibrio alginolyticus)

H0 = τi ≠ 0 (Terdapat pengaruh penambahan ekstrak jintan hitam terhadap

(24)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kakap putih (Lates calcarifer)

Pada beberapa daerah di Indonesia ikan Kakap Putih dikenal dengan beberapa nama seperti: Pelak, Petakan, Cabek, Cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Dubit Tekong (Madura),Talungtar, Pica-pica, Kaca-kaca (Sulawesi). Kakap Putih termasuk dalam family Centroponidae, secara lengkap taksonominya adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub Filum : Vebrata Kelas : Pisces

Ordo : Percomorphi

Famili : Centropomidae Genus : Lates

Spesies : Lates calcarifer

(25)

6

Gambar 2. Ikan kakap putih (Mayunar, 2002)

Kakap putih sebenarnya adalah ikan liar yang hidup di laut. Namun setelah di lakukan penelitian kakap putih memiliki habitat yang sangat luas. Kakap putih dapat hidup di daerah laut yang berlumpur, berpasir, serta di ekosistem mangrove. Nelayan sering mendapatkan kakap putih ketika melaut. Ikan kakap yang hidup di laut lebih besar ukurannya di bandingkan yang di pelihara di air payau atau di air tawar. Hal itu mungkin di sebabkan karena makanannya banyak di habitat aslinya. Kakap putih juga dapat hidup di air payau. Kakap putih akan menuju daerah habitat aslinya jika akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur yang menetas akan beruaya menuju pantai dan larvanya akan hidup di daerah yang bersalinitas 29-30 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap putih tersebut akan beruaya ke air payau (Mayunar,2002).

(26)

7

optimalisasi produksi kakap putih di Lampung (Perikanan Budidaya Lampung, 2012).

2.2 Vibrio alginolyticus

Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kakap, diantaranya adalah penyakit borok pangkal strip ekor dan penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri ditemukan beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio alginolyticus, V. algosus, V. anguillarum dan V.fuscus (Jhonny, 2002). Diantara jenis bakteri tersebut bakteri

V. alginolyticus dan V. fuscus merupakan jenis yang sangat patogen pada ikan kakap putih.

V. alginolyticus memiliki pertumbuhan yang bersifat swarm atau bergerombol pada media padat non selektif. Ciri lain adalah bersifat gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8-1.2 cm yang berwarna kuning pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan kakap dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar 106 pada ikan

dengan berat antara 5-10 gram. Kematian masal pada benih diduga disebabkan oleh infeksi bakteri V. alginolyticus (Koesharyani, 2001).

2.3 Nigella sativa

(27)

8

sativa juga dikenal dengan nama-nama lain seperti Black cumin atauBlack Seed,

Habbatul Baraka (Inggris dan Amerika Serikat); Kalonji, Azmut,Gurat, Aof, dan Aosetta (Urdu, Hindi, Srilangka); Syuniz, Shonaiz, Al-Habbah Al-Sawada, Habbet el-baraka dan Khondria (Persia dan Pakistan). Taksonomi N. Sativa

adalah:

Tanaman ini mempunyai tinggi sekitar 20-30cm. Tanaman yang juga dikenal dengan nama black seed ini mempunyai bunga yang lembut dengan 5-10 kelopak dan biasanya berwarna biru atau putih. Bagian dari jinten hitam yang sering digunakan sebagai obat tradisional adalah bijinya.

Aplikasi jintan hitam telah dikembangkan untuk imunogenitas ikan mas (Cyprinus carpio). Jintan hitam dengan dosis 5% mampu meningkatkan titer antibodi hingga 27. Selain itu jintan hitam juga mampu meningkatkan jumlah

leukosit pada ikan dengan rendahnya nilai hematokrit yang menunjukan bahwa ikan mampu mengembalikan kondisi tubuh dalam keadaan seimbang dalam waktu 7 hari. (Trilia, 2013). Jintan hitam juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri

(28)

9

Gambar 3. Biji Jintan Hitam

1. Komposisi Kimia biji Nigella sativa

Beberapa kandungan Nigella sativa yang telah ditemukan antara lain adalah minyak nabati, saponin, karbohidrat, air, asam-asam lemak jenuh seperti asam palmitat, asam stearat, dan asam miristat; asam lemak tak jenuh seperti asam arakidonat, asam linoleat, asam oleat, dan asam almioleat; minyak atsiri yang mengandung nigellone, thymoquinone, thymohydroquinone,dithymoquinone, thymol, carvacrol, limonene, d-citronellol, pcymene dan 2-(2-methoxypropyl)-5-methyl-1,4-benzenediol; asam amino seperti arginin, lisin, leusin, metionin, tirosin, prolin dan treonin; alkaloid seperti koumarin; nigellicine, nigellidine, dan nigellimine-N-oxide; koumarin; mineral seperti kalsium, pospat, natrium dan zat besi; serat; dan air.

Dari kandungan-kandungan kimia di atas, dilaporkan bahwa komponen utama ekstrak biji jintan hitam adalah p-cymene (7.1% - 15.5%), carvacrol

(29)

10

2. Manfaat Nigella sativa

Analisis dan publikasi studi yang telah dilakukan di beberapa negara menyatakan bahwa Nigella sativa dapat digunakan sebagai anti oksidan, anti diabetes, anti kolesterol, anti kanker, anti peradangan, anti histamin, anti asma bronkial, anti infeksi bakteri, virus dan parasit dan dapat digunakan sebagai

immunomodulator. Thymoquinone yang merupakan kandungan utama dari Nigella sativa dilaporkan menunjukkan efek proteksi terhadap hepar yang ditunjukan dengan terjadinya penurunan aktivitas enzim alkaline phosphatase

dan aspartate aminotransferase.

Gambar 4. Morfologi Tanaman Jintan Hitam (Rahmi, 2011)

Mekanisme kerja jintan hitam sebagai imunostimulan adalah melalui imunitas non-spesifik yaitu dengan meningkatkan aktivitas sel natural killer (NK), dimana sel NK merupakan sel yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan sel abnormal ketika sel tersebut muncul di jaringan perifer. Jintan hitam sebagai imunostimulan melalui imunitas spesifik mampu meningkatkan rasio antara sel T helper (Th) dengan sel T suppressor (Ts)

Biji Akar

Bunga

Daun

(30)

11

3. Mekanisme Antimikroba Nigella sativa

Komponen utama N. Sativa seperti thymoquinone, thymol, a-pineme dan

p-cymene menjadi penyebab utama dalam mekanisme antimikroba dengan cara menghambat pembentukan asam nukleat (RNA) dan sintesis protein. Thymoquinone sebagai komponen utama dapat menyebabkan tidak aktifnya protein bakteri dengan membentuk kompleks inversibel dengan asam amino

nukleofilik sehingga protein kehilangan fungsinya. Selain itu senyawa kuinon juga meniadakan substrat bagi mikroorganisme untuk tumbuh (Anonim, 2007).

2.4 Sistem imun pada ikan

Sistem imun merupakan sistem pertahanan tubuh terhadap patogen penyebab penyakit. Berdasarkan responnya sistem imun terbagi menjadi sistem pertahanan alamiah (innate immunity) yang bersifat non spesifik dan pertahanan adaptif (adaptive immunity) yang bersifat spesifik (Almendras and Catap, 2002).

(31)

12

patogen. Salah satu bahan alami yang mampu meningkatkan sistem imun non spesifik adalah jintan hitam. (Trilia, 2013).

Imunostimulan adalah suatu zat yang termasuk dalam adjuvant, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi (Ellis, 1988). Imunitas atau kekebalan adalah kemampuan organisme untuk melawan semua jenis organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan atau organ (Fujaya, 2002). Secara sederhana, imunostimulan merupakan suatu substan yang merangsang atau meningkatkan sistem imun dengan berinteraksi secara langsung dengan sel-sel yang mengaktifkan sistem imun (Gannam and Schrok, 2001).

Mekanisme kerja imunostimulan dalam merangsang sistem imun tubuh adalah dengan cara meningkatkan aktivitas sel-sel fagosit. Imunostimulan meningkatkan resistensi ikan terhadap patogen secara simultan, merangsang respon imun nonspesifik dengan meningkatkan enzim lysozime, aktifitas komplemen, dan meningkatkan produksi sel darah putih. (Gannam and Schrok, 2001). Respon imun spesifik akan menghancurkan senyawa asing yang sudah dikenalnya. Sedangkan respon imun nonspesifik merupakan lini pertama terhadap serangan sel sel atipikal (sel asing, mutan yang cedera).

(32)

13

imun spesifik akan terinduksi dan akan melakukan proses pemusnahan antigen tersebut. Imunostimulan dapat berupa bakteri dan produk bakteri, yeast, kompleks karbohidrat, faktor nutrisi, ekstrak hewan, ektrak tumbuhan, dan obat-obatan sintetik (Cook et al., 2003).

2.5 Histopatologi

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam kaitannya dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penentuan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu. Histopatologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak (Hossain, 2011).

Histopatologi bertujuan untuk memeriksa penyakit berdasarkan pada reaksi perubahan jaringan. Histopatologi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Histopatologi merupakan suatu cara membuat preparat dengan menipiskan sel jaringan dari organ-organ tubuh pada ikan yang meliputi pemeriksaan makroskopik jaringan disertai seleksi sampel jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik (Hossain, 2011).

(33)

14

(34)

15

III. METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di Laboratorium Pembenihan Kuda Laut serta Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.

3.2.Alat dan Bahan

3.1.1 Persiapan Penelitian

3.1.1.1 Pengganasan Vibrio alginolyticus / Uji Kohabitasi

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengganasan V. alginolyticus adalah: a. Alat : cawan petri, pipet tetes, incubator, spuit dengan needle 26 G

ukuran 1 ml (ThermoTM), bunsen, spreader, lemari es, paraffin,

b. Bahan : Tripticase Soy Broth (TSB), media TCBS, PBS, isolat bakteri V. alginolyticus, alkohol 70%, ikan media pengganasan bakteri.

3.1.1.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Alat dan bahan yang digunakan dalam persiapan wadah dan ikan uji adalah:

(35)

16

b. Bahan : Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dengan panjang 10 cm sebanyak 40 ekor dan pakan buatan (Megami®).

3.1.1.3 Pencampuran Pakan dengan Jintan Hitam

Alat dan bahan yang digunakan dalam pencampuran pakan dengan jintan hitam adalah:

a. Alat : Timbangan digital, mangkok, spatula dan nampan.

b. Bahan : Pakan buatan (Megami®), jintan hitam (HPA™), dan putih telur (sebagai binder).

3.1.2 Tahap Pelaksanaan

3.1.2.1 Pemberian Jintan Hitam dan Uji Tantang

Alat dan bahan yang digunakan dalam pemberian vaksin dan imunostimulan adalah:

a. Alat : Spuit dengan needle 26 G ukuran 1 ml (ThermoTM).

b. Bahan : Pakan buatan (Megami®), kapsul habatussauda/jintan hitam (HPATM) dan isolat bakteri V.alginolyticus.

3.2.2.2 Pembuatan Preparat Histopatologi

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan preparat histopatologi adalah:

a. Alat : seperangkat alat bedah, botol film, kaset embedding, botol

(36)

17

b. Bahan : sampel ikan uji, buffer formalin, larutan bouine, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 95%, alkohol 100%, akuades, formalin, xylol, parafin, hematoxylin, eosin, dan entellan.

3.1.3 Pengamatan

3.2.3.1 Pengamatan Preparat Histopatologi

Alat dan bahan yang digunakan dalam analisa kualitas air adalah: a. Alat : Mikroskop binokuler, kamera, dan komputer.

b. Bahan : Preparat histopatologi yang sudah jadi.

3.2.3.2 Analisa Kualitas Air

Alat dan bahan yang digunakan dalam analisa kualitas air adalah: a. Alat : Termometer suhu, pH meter, dan DO meter.

b. Bahan : Sampel air dalam pemeliharaan ikan kakap putih.

3.3.Desain Penelitian

(37)

18

Yij = µ + τi + ϵij

Keterangan :

3.4.Persiapan Penelitian

3.4.1. Wadah

Wadah yang digunakan adalah bak plastic ukuran 60 x 40 x 40 cm3. Persiapan wadah dimulai dengan pencucian dan sterilisasi bak menggunakan kaporit serta diaerasi selama 24 jam. Pengisian air dilakukan 1 hari setelah pengeringan bak kemudian diaerasi kembali selama ± 3 hari.

3.4.2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kakap putih dengan panjang ±10 cm yang diperoleh dari BBPBL Lampung. Ikan diaklimatisasi selama satu minggu.

3.4.3. Media Uji

Media uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut dengan salinitas 30 ppt. Persiapan media uji dilakukan dengan penyaringan menggunakan filter fisik yang terdiri dari arang batok, arang kayu dan pasir. Hasil penyaringan ini ditampung dalam bak tandon besar yang selanjutnya akan digunakan sebagai stok air ketika sudah dilakukan penyiponan secara rutin.

Yij : Pengaruh perlakuan ke-I dan ulangnan ke-j µ : Rataan Umum

τi : Pengaruh dosis jintan hitam ke-i

(38)

19

3.4.4. Pencampuran Ekstrak Jintan Hitam Dalam Pakan

Pencampuran jintan hitam dalam pakan dilakukan menggunkan perekat (binder) berupa putih telur. Formulasi pakan dengan jintan hitam yang diberikan selama penelitian disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi campuran pakan dengan jintan hitam

No Perlakuan Pakan (gram) Jintan Hitam (gram) Jumlah

1. A 1000 0 1000 gram kakap putih yaitu 4% dari bobot biomassa. Penyiponan dilakukan sebanyak 50% dari volume awal dan diganti dengan air baru dari bak tandon.

3.5.2. Uji Kohabitasi bakteri Vibrio alginolyticus

Uji Kohabitasi bakteri dilakukan untuk mendapatkan isolat murni bakteri aktif yang selanjutnya digunakan pada uji tantang. Bakteri V. alginolyticus berasal dari laboratorium kesehatan ikan BBPBL Lampung. Pada uji kohabitasi bakteri dilakukan 2 tahap injeksi agar menmperoleh isolat yang mampu membuat ikan sakit. Tahap-tahap uji kohabitasi bakteri adalah:

(39)

20

2) V. alginolyticus diinjeksikan pada 3 ekor ikan stok dengan dosis 0,1 ml/ikan. Ikan diamati hingga menunjukkan gejala infeksi bakteri V. alginolyticus.

3) Bakteri V. alginolyticus diambil dari ikan sakit kemudian diinokulasi pada media TCBS, dan diinkubasi selama 18-24 jam.

4) V. alginolyticus pada media TCBS diinokulasi ke media TSB, kemudian diinkubasi selama 18-24 jam.

5) Bakteri V. alginolyticus pada media TSB diencerkan dengan larutan PBS hingga diperoleh kepadatan 24 x 107 sel/ml menggunakan standar Mc. Farland. 6) Tahap 2 hingga 5 dilakukan sekali lagi hingga bakteri V. alginolyticus dapat

digunakan pada uji tantang.

3.5.3. Uji tantang dengan bakteri Vibrio alginolyticus

Uji tantang dilakukan pada hari ke-39 setelah perlakuan. Kepadatan bakteri

V. alginolyticus yang digunakan adalah 24 x 107 sel/ml. Metode uji tantang yang digunakan adalah penyuntikan secara intra peritorial (i.p.) dengan dosis 0,1 ml/ikan

3.5.4. Parameter pengamatan 1) Kualitas air

(40)

21

2) Gejala klinis

Pengamatan gejala klinis dilakukan setelah uji tantang selama 7 hari. Gejala yang diamati mulai dari nafsu makan, cara berenang, produksi lendir, dan luka-luka yang terjadi di permukaan tubuh ikan.

3) Profil histologi

Sampel ikan yang akan diamati profil histologinya berjumlah 13 ekor. Masing-masing perlakuan diambil 3 ekor secar acak dan 1 ekor dipilih yang paling sehat secara visual sebagai kontrol positif. Organ yang digunakan untuk pengamatan profil histologi adalah mata, otak, hati, ginjal dan insang. Organ hati ginjal dan insang yang menjadi pusat pengamatan karena ketiga organ ini yang lebih efektif diamati untuk serangan bakteri. Organ mata dan otak sebagai pembanding untuk organ-organ lain dan menjadi data pendukung. Hasil pengamatan dibawah mikroskop didokumentasikan dalam bentuk gambar. Hasil pengamatan tiap perlakuan dapat dilihat perbedaannya berdasarkan tingkat prevalence. Hasil utama yang ingin diperoleh adalah perbandingan perlakuan jintan hitam dengan penambahan jintan hitam 2,5%, 5%, dan 7,5% terhadap perlakuan 0% (kontrol negatif) dan ikan yang paling sehat (kontrol positif). Jenis kerusakan jaringan yang diamati adalah perubahan ukuran sel (hiperplasia dan hipoplasia), penumpukan zat besi (Fe) pada pembuluh darah (hemosiderin), nekrosis, hipertropi, degenerasisel, dan

(41)

22

4) Relative Percent Survival (RPS)

Relative percent survival (RPS) diamati pada akhir penelitian. Tiap perlakuan dihitung jumlah ikan yang masih hidup dan yang mati, baik karena perlakuan atau akibat faktor lain. Perhitungan RPS adalah

Relative Percent Survival (RPS) = x 100%

3.5.5. Pembuatan preparat ulas 1) Nekropsi

Nekropsi adalah pembedahan ikan dan pengambilan organ-organ dalam berupa hati, ginjal, mata, insang, dan otak (Lampiran 3). Pengambilan organ dilakukan menggunakan alat bedah secara aseptik.

2) Fiksasi

Larutan fiksatif yang digunakan ada 2 jenis yaitu larutan buffer formalin 10% (Lampiran 4) dan larutan bouin (Lampiran 5). Larutan buffer formalin digunakan untuk organ hati, otak dan ginjal, sedangkan larutan bouin digunakan untuk organ insang dan mata. Perendaman organ dalam larutan fiksatif dilakukan dalam botol film dengan perbandingan larutan dan organ adalah 9 : 1 (Lampiran 3).

3) Dehidrasi, clearing, dan impregnasi

Dehidrasi jaringan dilakukan dalam larutan alkohol bertingkat dengan konsentrasi 70%, 80%, 95% dan alkohol absolut. Sebelum dilakukan dehidrasi,organ dipotong kecil-kecil dan diletakkan di kaset (Lampiran 3).

(42)

23

Tujuan dehidrasi adalah mengeluarkan air yang ada pada jaringan untuk mempermudah pengamatan sampel. Proses dehidrasi dilakukan dengan memasukkan jaringan yang sudah difiksasi kedalam larutan alkohol berturut-turut dari kadar 70% sampai 100% dengan lama perendaman tiap larutan 2 x 2 jam.

Proses clearing dilakukan menggunakan larutan xylol yang bersifat mendesak alkohol keluar. Selain itu larutan xylol juga dapat berikatan dengan parafin pada tahap imregnasi. Perendaman dalam larutan xylol dan parafin masing-masing dilakukan selama 2 x 2 jam.

4) Embedding

Proses embedding dilakukan setelah rangkaian proses dehidrasi, clearing dan impregnasi. Jaringan diletakkan pada cetakan parafin (paraffin mold) dengan posisi sesuai tujuan pemeriksaan. Paraffin cair dituang ke cetakan kemudian ditutup menggunakan cassete embedding (Lampiran 3). Bersamaan dengan proses ini parafin cair akan membeku dan membungkus jaringan.

5) Pemotongan

Proses pemotongan dilakukan dengan menggunakan mikrotome dengan ketebalan 5 µ m (Lampiran 3). Sebelum dipotong hasil cetakan dirapihkan agar dalam proses pemotongan hasilnya lebih baik. Proses ini disebut

trimming. Hasil pemotongan diregangkan pada permukaan air floating bath

(43)

24

6) Staining

Pewarnaan jaringan (staining) bertujuan untuk memperjelas jaringan serta sel-selnya sehingga mempermudah pengamatan di bawah mikroskop (Lampiran 3). Teknik pewarnaan dilakukan menggunakan standar SNI. Tahap-tahap pewarnaan terdiri dari:

a) Sampel di rendam Larutan xylol 2 x 5 menit

b) Sampel di rendam dalam Alkohol 100% dan 95% masing-masing 2 x 2 menit.

c) Sampel di rendam Hematoxyline 10 menit (Lampiran 6) d) Sampel di celupkan dalam Akuades 4-10 celup

e) Sampel di celupkan dalam Alkohol acid 1% 4-10 celup f) Sampel di rendam dalam air mengalir selama 15 menit g) Sampel di rendam dalam eosin 10 menit (Lampiran 7)

h) Sampel di rendam dalam Alkohol 95% dan 100% masing-masing 2 x 1 menit

i) Sampel di rendam Larutan xylol 3 x 2 menit

7) Mounting

(44)

25

8) Analisa histopatologi

Analisis histolpatologi dilakukan di bawah mikroskop elektrik. Pengamatan dilakukan pada bagian-bagian jaringan yang rusak dengan perbesaran 40, 100, dan 400 kali (Lampiran 3). Hasil pengamatan ini didokumentasikan dalam bentuk gambar yang kemudian akan menjadi data akhir pengamatan.

3.6. Analisis Data

(45)

45

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian jintan hitam (Nigella sativa) berpengaruh terhadap imunitas kakap putih (Lates calcarifer) yang diinjeksi oleh bakteri Vibrio alginolyticus. Penambahan jintan hitam 7,5% merupakan hasil terbaik yang diperoleh karena memiliki tingkat kerusakan paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

5.2. SARAN

(46)

45

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S., P. Hartono dan B. Kurnia. 2002. Nutrisi dan Teknik Pembuatan Pakan Ikan Kakap Putih dalam Budidaya ikan Kakap Putih (Lates carcarifer,

Bloch.) di Karamba Jaring Apung. Departemen Pertanian. Balai Budidaya Laut Lampung.Lamppung. 65 Halaman

Almendras JME and Catap ES. 2002. Immunity and Biological Methods of Disease Prevention and Control. Tighbauan Iloilo Philiphine : SEAFDEC/AQD.30 ps.

Anonim. 2007. Jintan Hitam (Nigella sativa) Sebagai Antibakteri Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.

Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta

Anonimus. 2012. Budidaya Ikan Kakap Putih. http://www.pusluh.kkp.go.id /index.php/ arsip/c/57/ Budidaya-Ikan-Kakap-Putih/?category_id=5. Diakses 15 Juni 2013

Arifianto E dan Liviawaty, E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.

Jakarta : Kanisius.

Data Statistik Perikanan Budidaya Laut Lampung, 2012

Eroschenko, V.P. 2002. Atlas Histologi difiore dengan korelasi fungsional edisi 11. Buku Kedokteran. EGC.

Fahri.M. 2009. Bakteri Pathogen Pada Budidaya Perikanan Vibrio alginolyticus.

http://elfahrybima.blogspot.com/209/01/bakteri-pathogen-pada-budidaya.html.

Fatmawati, D.I. 2009. Efek Antimikroba Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Salmonella typhi.

Gannam AL, Schrock RM. 2001. Immunostimulant in fish diet diacu dalam Nutrition and Fish Health. Food Products Press, New York. P:235-260 Genten, F., E. Terwinghe & A. Dangui. 2009. Atlas of Fish Histology. Science

(47)

46

Hartono, P., T. Tusihadi dan J. Dewi. 2001. Penyakit Viral dalam Pengelolaan Kesehatan Ikan Budidaya Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. DKP. Lampung. Halaman 53-63.

Herfiani et al. 2009. Diagnosis Penyakit Bakterial Pada Ikan Kakap putih (Lates calcarifer) Pada Keramba Jaring Apung Boneatiro Di Kabupaten Buton. Buton.

Hossain, M. dan Myung-Joo Oh. 2011. Histopathology of Marine and Freshwater Fish Lymphocystis Disease Virus (LCDV). Sains

Malaysiana, vol. 40(10): 1049–1052.

Koesharyani, I., D. Roza, K. Mahardika, F. Johnny, Zafran and K. Yuasa. 2001.

Marine Fish and Crustaceans Diseases in Indonesia In Manual for Fish Diseases Diagnosis II (Ed. by K. Sugama, K. Hatai and T. Nakai). 49 p. Gondol Research Station for Coastal Fisheries, CRIFI and Japan International Cooperation Agency.

Kungvankij, P. 1988. Guide to Marine Finfish Hatchery Management. Food And Agriculture Of United Nations. Rome.

Kurniastuty, T. Tusihadi dan P. Hartono. 2004. Hama dan Penyakit Ikan dalam

Pembenihan Ikan Kakap. Depertemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung. Bandar Lampung. Halaman 77-89.

Mayunar dan A. Genisa. 2002.Budidaya Ikan Kakap Putih. Jakarta : PT Grasindo. Novriadi, R. 2010. Aplikasi Vaksinasi Vibrio polivalen Melalui Pakan pada Ikan

Kakap Putih Untuk Peningkatan immunitas dan Laju Pertumbuhan. Balai Budidaya Laut Batam. Riau.

Permata M.K. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Terhadap Perubahan Histopatologik Hepar Mencit Balb/CYang Diinfeksi Salmonella Typhimurium.Universitas Diponegoro. Semarang Prince, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi. Edisi VI. Volume 1. EGC.

Philadelphia.

Purivirojkul, W. 2012. Histological Change of Aquatic Animals by Parasitic Infection. Diakses melalui http://dx.doi.org/10.5772/52769 InTech, pada tanggal 20 Mei 2013.

(48)

47

Tavernarakis, N & M. Driscoll. 2001. Cell/Neuron Degeneration. Academic

Press. USA.

Tjitrosoepomo. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Gambar

Gambar.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Ikan kakap putih (Mayunar, 2002)
Gambar 3. Biji Jintan Hitam
Gambar 4. Morfologi Tanaman Jintan Hitam (Rahmi, 2011)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Apakah ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa L.) dengan metode semprot. memiliki profil quick knockdown terhadap nyamuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu, apakah ada pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam ( Nigella sativa L.) terhadap

Kesimpulan penelitian ini adalah minyak jintan hitam (Nigella sativa) dapat mengurangi kerusakan histologis ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi

Penelitian efek antihelmintik ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap Ascaris suum Goeze in vitro dilakukan pada 5 kelompok perlakuan yaitu terdiri

Berdasarkan uraian di dalam latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: Apakah ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dapat menimbulakn efek

UJI POTENSI EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) ASAL INDONESIA SEBAGAI OBAT

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai penetapan kadar tanin total dari ekstrak biji jintan hitam (Nigella