• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

sativa) TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA

MENCIT YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Hania Asmarani Rahmanita

NIM: 1111103000048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Saya menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan do’a dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp. GK selaku Ketua Program Studi dan untuk seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing saya selama menjalani masa didik di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah 3. dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS. dan dr. Nurmila, M. Kes.

selaku dosen pembimbing yang bersedia menyediakan waktu serta selalu sabar memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada peneliti dari awal hingga akhir penelitian ini.

4. Dr. Flori Ratna Sari, PhD dan dr. Lucky Briliantina, M.Biomed selaku penguji sidang laporan penelitian ini

(6)

vi

7. Lisna Fauziah, S.Far,Apt yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu peneliti dalam melakukan proses ekstraksi 8. Suryani, S.Si yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik

dan saran selama proses penelitian berlangsung

9. Bapak Satpam dan Office BoyFKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa membukakan pagar saat penelitian di hari libur

10.Teman seperjuangan peneliti, Herlina Rahmah dan Nadisha Refira yang selalu ada dan siap membantu, memberikan semangat serta saran dan kritiknya selama penelitian berlangsung

11.Teman – teman VLDL tercinta, Leily Badrya, Yofara Maulidia Muslihah, Madinatul Munawwaroh, Tiara Putri Methas, Raeiza Olyvia, dan Muflikha Mayaziatas segala bentuk motivasi yang diberikan

12.Sahabatku, Laksmita Oktaviani, Shoffie Rahmawati, dan Meilinda Sari yang setia menemani di kala suka dan duka serta menjadi penyemangat bagi peneliti

13.Dimas Bagus Pamungkas, Johan Lazuardi, Fahrizal Haris Harahap, Radhita Mufida dan Indah Nunik yang membantu selama proses penelitian 14.Seluruh teman – teman PSPD 2011 atas segala bantuan dan semangat yang

diberikan selama 3 tahun pendidikan preklinik

Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti menerima adanya kritik dan saran yang membangun untuk penelitian ini

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi masyarakat dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 11 September 2014

(7)

vii

Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sperma pada mencit yang diinduksi oleh gentamisin. Mencit strain DDY jantan dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing – masing 5 ekor mencit. Kelompok 1 (K1) merupakan kontroltanpa perlakuan, kelompok 2 (K2) diinduksi gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB secara injeksi intraperitoneal selama 10 hari dan kelompok 3 (K3) diinduksi gentamisin selama 10 hari seperti K2 dan diberikan ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa)dengan dosis 1 g/kgBB i.p selama 21 hari selanjutnya. Semua mencit diterminasi pada hari ke-39 dan diambil bagian vesicula seminalis untuk pembuatan preparat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gentamisin menurunkan jumlah sperma mencit secara bermakna. Jumlah sperma pada kelompok yang ditambahkan ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang hanya diinduksi gentamisin. Ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) meningkatkan jumlah sperma mencit yang diinduksi gentamisin.

Kata kunci : Gentamisin, Jumlah Spermatozoa, Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa), Mencit

ABSTRACT

Hania Asmarani Rahmanita. Medical Education Program. The Effect of Black Seed Extract (Nigella sativa) on Spermatozoa Count of Gentamycin Induced Mice.

The aim of the study is to determine the effect of Nigella sativa seed extract on spermatozos count ofgentamycin induced mice. Male DDY mice were divided into three groups, with five animals for each group. Gentamycin was administered via intraperitoneal injection at 1 g/kg body weight and extract of Nigella sativa was similarly injected at a dose 1 g/kg body weight for the next 21 days. All mice were sacrified on day 39 and seminal vesicle was excised in order to make wet preparation of sperm. Group 1 (K1) served as control, group 2 (K2) was induced by gentamycin, and group 3 (K3) was inducedby gentamycin and was followedby adding Nigella sativa. Gentamycin decreased the number of spermatozoa. Higher spermatozoa count demonstrated in group treated with Nigella sativa (K3) compare with that in the groupinduced by gentamycin. Black Seed (Nigella sativa) extractimprove the number of spermartozoa of gentamycin induced mice

(8)

viii

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1 2.1.1. Anatomi Organ Reproduksi Pria... 2.1.1.1 Testis... 2.1.1.2 Duktus Sistem Reproduksi Pria... 2.1.1.3 Kelenjar Aksesorius... 2.1.2. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria... 2.1.2.1. Kontrol Hormon Reproduksi Pria... 2.1.2.2. Spermatogenesis... 2.1.2.3. Maturasi Sperma di Epididimis... 2.1.2.4. Penyimpanan Sperma... 2.1.3.1 Model Infertilitas Pria pada Hewan Coba 2.1.4. Analisis Semen... 2.1.5. Gentamisin... 2.1.5.1 Struktur Kimia... 2.1.5.2 Mekanisme Kerja... 2.1.5.3 Pengaruh Gentamisin terhadap Fertilitas... 18 2.1.6. Jintan Hitam (Nigella sativa)... 28

2.1.6.1 Kandungan Kimiawi Jintan Hitam (Nigella sativa)... 2.1.6.2 Efek biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Infertilitas...

(9)

ix

3.2.Waktu dan Tempat Penelitian... 3.2.1 Waktu Penelitian...

3.4.1. Alat Penelitian... 38

3.4.2. Bahan Penelitian... 38

3.5.Identifikasi Variabel... 3.8.Organisasi Penelitian... 42

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 43

4.1.Hasil Penellitian... 44

(10)

x

Gambar 2.1. Potongan sagital organ reproduksi pria... 5

Gambar 2.2. Testis potongan sagital... 6

Gambar 2.3. Perdarahan testis... 7

Gambar 2.4. Testis dan struktur disekitarnya... 10

Gambar 2.5. Kontrol hormone reproduksi pria... 11

Gambar 2.6. Proses Spermatogenesis... 12

Gambar 2.7. Spermatogenesis dan hubungannya dengan sel sustentakular 14 Gambar 2.8. Spermiogenesis... 15

Gambar 2.9. Spermatozoon matang... 15

Gambar 2.10.Tipe aglutinasi berdasarkan letak penempelan... 24

Gambar 2.11.Morfologi sperma... 26

Gambar 2.12.Struktur kimia gentamisin... 27

Gambar 2.13.Bunga Nigella sativa... 30

Gambar 2.14.Biji Nigella sativa... Gambar 2.15.Struktur kimia thymoquinone... Gambar 4.1. Gambaran mikroskopik jumlsh sperma K1,K2,K3... 31 33 44 Gambar 6.1. Surat keterangan sehat mencit... 54

Gambar 6.2. Surat hasil determinasi tumbuhan... 54

Gambar 6.3. Bukti pembelian etanol 70%... 56

Gambar 6.4. Proses pencucian biji jintan hitam (Nigella sativa)... 57

Gambar 6.5. Proses penjemuran biji jintan hitam (Nigella sativa)... 57

Gambar 6.6. Proses penghalusan biji jintan hitam (Nigella sativa)... 57

Gambar 6.7. Proses maserasi... 57

Gambar 6.8. Proses filtrasi... 58

Gambar 6.9. Filtrat mengandung pelarut... 58

Gambar 6.10. Proses evaporasi... 58

Gambar 6.11. Ekstrak kental biji jintan hitam (Nigella sativa)... 58

Gambar 6.12. Adaptasi hewan sampel... 59

Gambar 6.13. Pengukuran BB awal... 59

Gambar 6.14. Induksi gentamisin 5mg/kgbb i.p pada K2 dan K3... 59

Gambar 6.15. Pemberian ekstrak Nigella sativa 1g/kgbb i.p pada K3.... 59

Gambar 6.16. Proses Terminasi... 59 Gambar 6.17. Pengambilan vesikula seminalis mencit... Gambar 6.18. Pengeluaran cairan darivesikula seminalis mencit... Gambar 6.19 Sperma dilarutkan dalam larutan george... Gambar 6.20 Sperma diamati di bawah mikroskop...

(11)

xi

Tabel 2.1. Komposisi Semen... 18 Tabel 2.2. Distribusi abnormalitas hasil analisis sperma terhadap

infertilitas ... 21 Tabel 2.3. Klasifikasi derajat aglutinasi... Tabel 2.4. Derajat motilitas sperma...

(12)

xii ATP : Adenosine triphosphate BTB : Blood Testis Barrier

cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate DDY :Deutschland, Denken, Yoken FSH : Follicle Stimulating Hormone GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone I.P : Intraperitoneal

(13)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Infertilitas merupakan salah satu hal yang kerap dibicarakan dan banyak terjadi di masyarakat. Menurut WHO, definisi dari infertilitas adalah gangguan reproduksi dimana tidak terjadi kehamilan setelah 12 bulan atau lebih pada pasangan yang aktif berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi.1 Menurut data dari WHO terdapat sekitar 50-80 juta pasangan mengalami infertilitas di dunia. Pada tahun 2010 didapatkan data insidensi infertilitas sebanyak 48.5 juta dari pasangan suami-istri di seluruh dunia, terutama di negara berkembang.2-4 Tingkat infertilitas tertinggi terdapat di Benua Asia dan Afrika diantaranya Indonesia, Nepal, Republik Afrika Selatan dengan insidensi masing – masing (4,2% , 9,1% , dan 6,9%)5 Pria memilliki kontribusi yang cukup besaryaitu sekitar 50% mengenai masalah infertilitas tersebut.6 Pada pria, sekitar 32,4% infertilitas berkaitan dengan kualitas semen yang kurang baik seperti jumlah sperma yang dihasilkan rendah, morfologi sperma yang abnormal, dan motilitas sperma yang mengalami gangguan. Salah satu faktor penyebab penurunan kualitas semen yang paling utama adalah produksi Reactive Oxygen Species yang berlebihan seperti ion hidroksil, superoksida, hidrogen peroksida, hipoklorit, dan radikal peroksil. Yang menyebabkan stres oksidatif dan menurunkan kualitas sperma. Stres oksidatif dapat disebabkan oleh faktor eksogen dan endogen seperti merokok, efek sinar ultraviolet, dan metabolisme obat seperti antibiotik salah satunya adalah gentamisin.7-8

(14)

Secara normal, terdapat mekanisme dalam tubuh untuk melindungi diri dari akumulasi ROS yaitu dengan produksi antioksidan. Antioksidan enzimatik terdiri dari Superoxide dismutases (SOD), katalase, dan Gluthathione peroxidase. Sedangkan, antioksidan non enzimatik diantaranya Vitamin C, Vitamin E, dan karotenoid.10-11 Antioksidan juga didapatkan dari berbagai jenis tanaman diantaranya biji jintan hitam (Nigella sativa) 10,12

Ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dikenal juga dengan sebutan habatussaudah berasal dari biji tumbuhan nigella sativa, yaitu tumbuhan biseksual dari Family Ranunculaceae yang dipercaya oleh masyarakat sebagai obat dari berbagai penyakit sejak zaman Rasulullah.12 Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

ماسلا م الإ ،ءاد لك م ءافش ءاد سلا حلا إ

“Sesungguhnya pada habbatussauda’ terdapat obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian”12

Seorang ulama dan dokter muslim yang terkenal Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab tibbun nabawi menjelaskan tentang habbatu saudah,

،ادج عفا لا ثك

“Habbatus sauda memiliki sangat banyak manfaat, sabda Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, “obat untuk segala macam penyakit”, sebagaimana firman Allah, “Menghancurkan segala sesuatu dengan perintahan Rabb-nya”. Yaitu

segala sesuatu yang bisa hancur dan semisalnya. Dan habbatus sauda

bermanfaat menyembuhkan segala macam penyakit yang bersifat dingin dan

penyakit yang bersifat panas dan kering.”12

Dari penelitian terdahulu diketahui Nigella sativa memiliki banyak manfaat bagi tubuh salah satunya sebagai antioksidan. Pada penelitian juga didapatkan bahwa Nigella sativa dapat meningkatkan kualitas dari sperma.10,12

(15)

ada penelitian yang melaporkan efek Nigella sativa terhadap model hewan dengan infertilitas yang diinduksi oleh gentamisin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek Nigella sativa terhadap jumlah sperma akibat gentamisin. Selain itu bertujuan untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai efek Nigella sativa terhadap jumlah spermatozoa sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk infertilitas pada pria.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di dalam latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: Apakah ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dapat menimbulakn efek terhadap jumlah spermatozoa pada mencit yang diinduksi gentamisin?

1.3Hipotesis

Pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dapat meningkatkan jumlah spermatozoa zmencit yang diinduksi gentamisin.

1.4Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui efek pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sperma mencit yang diinduksi gentamisin.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui perbedaan jumlah spermatozoa mencit yang diberikan gentamisin disertai pemberiaan ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dan tanpa pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa).

1.5Manfaat

1.5.1 Bagi Peneliti

(16)

- Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian menggunakan hewan coba di bidang kesehatan terutama kasus fertilitas.

1.5.2 Bagi Masyarakat

- Memberikan bukti mengenai efektivitas dari ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sperma.

- Memperkenalkan obat herbal sebagai pilihan lain pengobatan untuk infertilitas pada pria.

1.5.3 Bagi Institusi

- Memberikan hasil berupa data tambahan mengenai efek pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sperma akibat stres oksidatif yang diinduksi antibiotik gentamisin.

(17)

5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasasan Teori

2.1.1. Anatomi Organ Reproduksi Pria

Gambar 2.1. Potongan sagital organ reproduksi pria. Terlihat organ reproduksi pria terdiri dari testis, sistem duktus, dan kelenjar aksesorius

Sumber: Tortora,2009

Organ reproduksi pria seperti terlihat pada gambar 2.1 terdiri dari:

a. Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan mensekresikan hormon. b. Sistem duktus (terdiri dari epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius,

dan urethra) berfungsi untuk penyimpanan dan pematangan sperma serta merupakan jalur transportasi sperma.

(18)

d. Struktur pendukung lainnya seperti penis yang berfungsi untuk mendukung testis.13

2.1.1.1Testis

A. Struktur Testis

Testis adalah sepasang organ yang berbentuk oval. Testis kiri berada di bagian yang lebih rendah dari testis kanan di dalam skrotum dengan panjang 5 cm dan diameter 2,5 cm. Berat tiap testis (satu buah) yaitu 10-15 gram.13-14 Terlihat pada gambar 4.2 secara histologi, testis terdiri dari 2 lapisan yaitu tunica albugenia yang merupakan kapsul putih yang terdiri dari jaringan ikat dan tunica vaginalis yaitu membran serosa yang menutupi testis.13Tunica albuginea membentuk septa-septa di dalam testis yang membagi testis menjadi bebeapa bagian – bagian yang disebut lobus. Tiap 200-300 lobus terdapat satu sampai tiga tubulus semeniferus. Tubulus semeniferus merupakan tempat terjadinya spermatogenesis.13

Gambar 2.2. Testis potongan sagital. Terlihat dua lapisan testis yaitu tunica vaginalis dan tunica albuginea

(19)

B. Perdarahan Testis

Testis diperdarahi oleh arteri testikular. Arteri testikular berasal dari aorta setinggi pembuluh darah renal. Arteri testikular beranastomosis dengan arteri yang menuju ke vas deferens memberikan nutrisi dan oksigen untuk vas deferens dan epididimis. Pleksus vena pampiniform merupakan satu-satunya vena di bagian testis, di bagian kanan vena ini menuju ke vena cava inferior dan di bagian kiri menuju ke vena renalis.14

C. Jalur Limfatik Testis

Jalur limfatik pada testis seperti jalur limfatik pada umumnya yaitu bersama dengan aliran dari vena dan melewati nodus limfatikus para aorta setinggi pembuluh darah renal.14

Gambar 2.3 Perdarahan testis. Terlihat arteri testikular dan pleksus vena pampiniform

(20)

D. Persarafan Testis

Testis dipersarafi oleh serat-serat saraf simpatik Thoracal10 melalui pleksus renalis dan aorta. Serat-serat aferen tersebut menghantarkan nyeri dari testis ke arah pinggang.14

2.1.1.2Duktus Sistem Reproduksi Pria

A. Duktus testis

Duktus terdiri dari tubulus seminiferus yang berlanjut menjadi bagian duktus yang sangat pendek dan membentuk jaring – jaring duktus dalam testis yang disebut rete testis. Kemudian setelah rete testis akan terdapat duktus yang bergelung yang disebut duktus eferen dalam epididimis dan menuju duktus epididimis.13

B. Epididimis

Epididimis seperti terlihat pada gambar 2.4 berbentuk menyerupai koma berukuran panjang 4 cm yan berada di bagian batas posterior dari testis. Tiap epididimis terdiri dari duktus epididimis yang bergulung Epididimis terbagi menjadi bagian caput epididimis yaitu bagian yang berada paling superior dari epididimis yang berhubungan dengan duktus eferen dari testis, bagian corpus epididimis yaitu bagian yang lebih sempit di pertengahan epididimis, serta bagian

cauda epididimis yang merupakan bagian terkecil dan berada paling inferior. Pada

bagian cauda epididimis berhubungan dengan duktus (vas) deferens. Duktus epididimis memiliki panjang 6 m apabila tidak dalam keadaan tergulung. Disusun oleh epitel berlapis semu dan otot polos. Epididimis berfungsi untuk pematangan sperma terjadi selama 14 hari.13

C. Duktus Deferens

(21)

mukosa duktus deferens terdiri dari epitel berlapis semu dan lamina propria(jaringan ikat areolar). Lapisan muskularisnya terdiri dari muscularis

longitudinal di bagian terluar dan terdalam serta muscularis sirkular pada bagian

tengah lapisan muskularis.13

D. Funiculus Spermaticus

Funiculus spermaticus merupakan struktur yang berjalan secara ascending

keluar dari skrotum. Terdiri duktusdeferens, arteri testikular, vena di bagian testis (pleksus pampiniformis), saraf otonom, pembuluh limfatik, dan MusculusCremaster.13

E. Duktus Ejakulatorius

Duktus ejakulatorius memiliki panjang 2 cm dan terbentuk dari gabungan duktus-duktus yang berasal dari vesika seminalis sertaampulla duktus deferens. Duktus ejakulatorius berada superior dari prostat dan berjalan secara inferior anterior dari prostat. Duktus ejakulatorius berakhir pada uretra pars prostatika.13

F. Uretra

Uretra pada laki-laki berfungsi untuk sistem ekskresi urin dan sistem reproduksi. Berfungsi untuk mengalirkan urin dan semen. Berukuran panjang 20 cm. Terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

 Uretra pars prostatika

Memiliki panjang 2-3 cm dan berjalan melewati prostat.  Uretra pars membranosa

Kelanjutan dari uretra pars prostatika yaitu uretra yang berjalan secara inferior melewati otot perineum. Memiliki panjang sekitar 1 cm.

 Uretra pars spongiosa

(22)

Gambar 2.4 Testis dan struktur disekitarnya

Sumber: Salladin,2004

2.1.1.3Kelenjar Aksesoris

Kelenjar aksesoris pada sistem reproduksi pria terdiri dari vesikula seminalis , prostat, dan kelenjar bulbouretra.13

A. Vesikula Seminalis

Terdiri dari jaringan ikat dan lapisan otot polos dibawahnya. Duktus pada vesika seminalis membentuk cabang-cabang yang menyerupai labirin.Vesika

seminalis mensekresikan cairan kekuningan yang menyusun 60% dari semen.

Cairan ini akan meninggalkan duktus di vesika seminalis menuju duktus ejakulatorius.13,15

B. Prostat

(23)

C. Kelenjar Bulbouretra (Kelenjar Cowper)

Kelenjar bulbouretra atau kelenjarcowper adalah kelenjar yang berwarna kecoklatan berbentuk sferis berdiameter 1 cm. Kelenjar bulbouretra mensekresikan cairan yang berfungsi sebagai lubrikan dari penis dan menetralkan keasaman akibat urin yang tertinggal pada daerah uretra yang dapat merusak sperma.13,15

2.1.2. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria 2.1.2.1Kontrol Hormon Reproduksi Pria

Gambar 2.5 Kontrol hormon reproduksi pria

Sumber: Sherwood,2010

1. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH.

(24)

3. LH bekerja pada sel leydig yang berfungsi untuk meregulasi sekresi testosteron.

4. FSH bekerja pada sel sertoli yang berfungsi pada spermatogenesis. 5. Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig memberikan

negative-feedback terhadap LH dengan 2 cara, yaitu dengan bekerja pada

hipotalamus menghambat GnRH sehingga secara tidak langsung FSH dan LH yang dihasilkan juga menurun dan dengan bekerja terhadap hipofisis anterior dengan menghambat LH secara selektif. 6. Inhibin yang dihasilkan oleh sel sertoli memiliki negative-feedback

terhadap FSH dengan bekerja pada hipofisis anterior dan menghambat FSH secara selektif.16

2.1.2.2Spermatogenesis

Gambar 2.6 Proses Spermatogenesis

Sumber: Sherwood,2010

(25)

anakan berdiferensiasi menjadi spematozoa (sperma). Terjadi di tubulus seminiferus selama masa aktif seksual disebabkan oleh stimulasi hormon-hormon anterior pituitary gonadotropic, dimulai pada rata-rata usia 13 tahun dan berlanjut

sepanjang kehidupan, berlangsung selama 64- 74 hari dari spermatogonium menjadi sperma 16-17

Spermatogenesis meliputi 3 tahapan yaitu:

 Proliferasi melalui mitosis

 Meiosis

Packaging/Spermiogenesis16

A. Mitosis dan Meiosis

Sel sperma berasal dari primordial germ cells yang terbentuk di yolk sac. Pada usia 5-6 minggu kehamilan sel-sel primordial bermigrasi menuju embrio dan berkumpul di gonadal ridge. Lalu berdeferensiasi menjadi spermatogonia, yang menyusun sepanjang perifer dari tubulus seminiferus, diluar blood testis barrier (BTB).Sel sertoli berada di dinding tubulus seminiferus yang berfungsi untuk

memberi nutrisi bagi sel sperma. Sel germinal harus tetap berhubungan dengan sel sertoli agar dapat bertahan hidup, dan kontak dipertahankan oleh jembatan sitoplasma. Tight junctiondiantara sel-sel sertoli yang berdekatan di dekat lamina basal membentuk BTB yang mencegah molekul-molekul besar masuk dari jaringan interstisial dan bagian dari tubulus dekat lamina basalis (kompartemen basalis) menuju regio dekat lumen tubulus (kompartemen adluminal) dan lumen.

Spermatogonia memperbanyak diri melalui proses mitosis, menghasilkan dua tipe sel anakan yaitu spermatogonia tipe A dan tipe B. Spermatogonia tipe A tetap berada diluar BTB dan terus memperbanyak diri dari mulai pubertas sampai meninggal. Sehingga persediaan sel gamet tidak akan habis dan tetap fertil sampai usia tua.

(26)

bergerak maju ke arah lumen dan terpisah dari agen komponen darah, seperti antibodi, serta ditahan oleh bantuan tight junction. Setelah terisolasi dari darah, spermatosit primer mengalami meosis I, menghasilkan dua sel haploid spermatosit sekunder. Tiap spermatosit sekunder mengalami meiosis II, menghasilkan 4 spermatid. Setiap tahap semakin mendekati lumen tubulus.Proses spermatogenesis yang tersisa yaitu spermiogenesis. Tidak lagi terjadi pembelahan sel, tetapi terjadi pematangan dari tiap spermatid menjadi spermatozoa.15,17-18

Gambar 2.7Spermatogenesis dan hubungannya dengan sel sustentakular

Sumber: Saladin,2004

B. Packaging/Spermiogenesis

(27)

Gambar 2.8 Spermiogenesis. Pada proses ini, spermatids membuang sitoplasma ekor bertambah panjangdan menjadi spermatozoa

Sumber:Saladin,2004

Gambar 2.8.Spermatozoon matang (a) Struktur (B) Kepala dan ekor spermatozoon (TEM)

Sumber:Saladin,2004

(28)

2.1.2.1Kepala (Head)

Kepala sperma terdiri dari nukleus yang terkondensasi berisi materi kromosom yang kaya akan DNA dengan sitoplasma yang tipis dan lapisan membran sel di permukaannya, bagian kepala dilindungi oleh akrosom yaitu lisosom yg termodifikasi yang terbentuk dari apparatus golgi, berisi enzim yang identik dengan yang dimiliki lisosom diantaranya yaitu hyaluronidase (dapat mencerna filamen proteoglikan pada jaringan) dan enzim proteolitik(dapat mencerna protein)yang berperan dalam penetrasi ovum. Enzim akan bersifat inaktif sampai pada waktunya sperma berkontak dengan ovum.17-18

2.1.2.2Ekor (Tail)

Ekor dari sperma dibagi menjadi 3 regio yaitu: midpiece, principal piece, dan endpiece.Midpiece berbentuk silinder dengan panjang 5-9 µm dan lebar setengah kali lebar kepala, merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari banyak mitokondria yang mengelilingi aksonema dari flagelum. Mitokondria berfungsi untuk menghasilkan Adhenosine triphosphate (ATP) yang dibutuhkan untuk pergerakan ekor ketika sperma berjalan di traktus reproduksi wanita.

Principal piece berukuran panjang 40 - 45 µm, bagian terbesar yang

menyusun ekor sperma. Terdiri dari aksonema yang dikelilingi oleh selubung serat. Terdapat protein unik yang bernama CatSper pada bagian principal tail yang berfungsi untuk bergerak maju.

Endpiece memiliki panjang 4-5 µm, hanya terdiri dari aksonema dan

merupakan bagian yang paling sempit dari sperma. Banyak mengandung mitokondria, berperan menghasilkan energi untuk pergerakan sperma.15-17

2.1.2.3Maturasi Sperma di Epididimis

(29)

2.1.2.4Penyimpanan Sperma

Kedua testis menghasilkan 120 juta sperma setiap hari. Sperma disimpan dalam jumlah kecil di epididimis dan paling banyak disimpan di vas deferens. Sperma dapat disimpan di vas deferens selama satu bulan. Selama penyimpanan, sperma dalam keadaan inaktif dan dihambat oleh substansi inhibitorik dalam sekret duktus. Setelah ejakulasi sperma menjadi motil, dan juga memiliki kemampuan untuk memfertilisasikan sel ovum, atau disebut juga proses maturisasi.

Sel-sel sertoli dan epitel epididimis mensekresikan cairan nutrien yang diejakulasikan bersama sperma. Cairan ini mengandung hormon-hormon (termasuk testosteron dan estrogen), enzim-enzim, dan nutrisi yang penting untuk pematangan sperma.18

2.1.2.5Semen

Semen adalah cairan yang dikeluarkan pada saat terjadi orgasme. Komposisi dari semen yaitu cairan dan sperma yang berasal dari vas deferens (sekitar 10% dari jumlah total), cairan yang disekresikan oleh vesikula seminalis (sekitar 60%), cairan dari kelenjar prostat (sekitar 30%), dan sedikit dari kelenjar mukosa, terutama dari kelenjar bulbouretra. Dengan demikian, bagian terbesar menyusun dari semen adalah cairan vesikula seminalis, yang diejakulasikan paling terakhir.

Cairan prostat memberikan kesan menyerupai susu, cairan dari vesikula seminalis dan kelenjar mukosa memberikan konsistensi kental pada semen.

Terdapat prostaglandin dengan konsentrasi tinggi pada semen yg berasal dari vesika seminalis tapi fungsinya pada semen tidak diketahui. Selain itu enzim

pembekuan yang berasal dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan vesikula seminalis membentuk koagulum fibrin yang menyebabkan semen

menempel pada bagian vagina yang lebih dalam dimana terdapat serviks. Koagulum lalu lisis disebabkan oleh fibrinolisin yang terbentuk dari profibrinolisin prostat.

(30)

sperma (Normal). Sperma bergerak dengan kecepatan 3 mm/menit di saluran genital wanita. Sperma mencapai tuba uterina sekitar 30-60 menit setelah kopulasi.

Sperma dapat bertahan selama beberapa minggu di duktus genital pria, setelah diejakulasikan dalam semen, bertahan sekitar 24-48 jam pada suhu tubuh. Pada suhu yang lebih rendah sperma dapat disimpan beberapa minggu dan apabila dibekukan pada suhu dibawah -100oC sperma dapat disimpan beberapa tahun.17-18 Tabel 2.1 Komposisi Semen

Warna: Putih, Keabuan Gravitasi Spesifik: 1.028 pH 7,35 – 7,50

Jumlah sperma : Sekitar 100 juta/mL, dengan jumlah sperma abnormal <20% Komponen lainnya: Berasal dari vesika seminalis (60%

dari volume total)

Spermine Berasal dari prostat (20% dari volume total)

Sumber: Ganong,2010 (telah diolah kembali)

2.1.3. Infertilitas Pria

(31)

tidak adekuat. Pada 50% pasangan yang tidak memiliki anak, infertilitas pria ditemukan berkaitan dengan ketidaknormalan parameter semen.19

A. Penyebab infertilitas non-obstructive 1. Kelainan Hormonal

Idiopathic hypogonadotrophic hypogonadism disebabkan oleh defisiensi

dari folicle-stimulating hormone (FSH) dan lutenising hormone (LH). Penyebab kongenital utama yaitu Kallmann's syndrome yang terjadi satu di setiap 10.000 laki-laki.

2. Penyebab Genetik

Kelainan jumlah dan struktur kromosom ditemukan pada 5% laki-laki infertil. Kelainan genetik meliputi mikrodelesi dari kromosom Y, aneuploidi, dan translokasi kromosom.

3. Variococele

Kerusakan saluran vena menyebabkan gangguan pertukaran panas dari funikulus spermatikus menyebabkan peningkatan suhu skrotum dan merusak sperma.

4. Undescend testis

Pajanan testis terhadap suhu intra-abdominal yang tinggi menyebabkan kerusakan pada proses spermatogenesis.

5. Pajanan Gonadotoksin

Gonadotoksin meliputi rokok, alkohol, insektisida, logam berat 6. Penyebab iatrogenik

Meliputi antiandrogen, steroid, radioterapi, dan kemoterapi 7. Orchitis

Orchitis dapat disebabkan oleh infeksi ascending pada traktus urogenital dan dapat menyebabkan infertilitas.

8. Torsi testis

Apabila tidak dilakukan tindakan dalam 6 jam, maka dapat menyebabkan kerusakan dan pengerutan permanen dari testis akibat nekrosis iskemik

9. Trauma testis 10.Tumor testis

(32)

Antibodi antisperma diproduksi pada infertilitas autoimmune. Sel-sel germinal secara normal dipisahkan oleh BTB dengan sistem imun. Namun adanya kerusakan pada BTB menyebabkan sel germinal terpajan sistem imun dan produksi antibodi antisperma.20

B. Penyebab infertilitas obstruktif

1. Congenital absence of the vas deferens

Dapat bersifat unilateral atau bilateral. Disebabkan oleh dua tipe defek genetik dan terjadi pada 1% laki-laki infertil.

2. Obstruksi pembuluh darah

Penyebab tersering adalah obtruksi pembuluh darah di regio kanalis inguinalis atau pelvis setelah operasi hernia.

3. Obstruksi epididimis

Obstruksi setingkat epididimis biasanya disebabkan oleh inflamasi, seperti infeksi menular seksual atau infeksi traktus urinarius.

4. Obstruksi duktus ejakulatorius

Obstruksi dapat disebabkan oleh kista prostat kongenital atau batu prostat atau prostatitis.20

C. Penyebab infertilitas saat koitus 1. Disfungsi erektil

2. Ejakulasi prematur 3. Deformitas penis

Pasien dengan hipospadi atau epispadia 4. Anejakulasi

Anejakulasi (anorgasmia) primer dapat terjadi sebagai akibat dari faktor psikososial atau neurologis seperti penurunan sensitivitas organ genital atau treshold refleks ejakulasi yang tinggi. Anejakulasi sekunder disebabkan oleh

(33)

2.1.3.1Model Infertilitas Pria pada Hewan Coba

Penelitian mengenai infertilitas pria salah satunya dapat menggunakan hewan model. Hewan yang paling sering digunakan adalah tikus dan mencit. Untuk membuat hewan model menjadi infertil dapat mengubah susunan genetik maupun menggunakan induksi zat kimia.21

Beberapa gen yang berkaitan dengan infertilitas dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Gen yang berkaitan dengan defek meiosis

Terdiri dari gen SCP3 dan DMC 1 yang mengganggu pembelahan sperma pada profase dan metafase meiosis 1

2. Gen yang berkaitan dengan struktur sperma

Diantaranya yaitu defek gen EGR4 yang menyebabkan perubahan struktur dari sperma yang dihasilkan yaitu kerusakan berpisahnya bagian kepala dan ekor sperma, kepala sperma yang menekuk ke belakang, dan ekor sperma yang tefragmentasi

3. Gen yang berkaitan pada protein inti

Defek pada gen TNP1, TNP 2 menyebabkan defek pada perubahan konversi protein histone sehingga menyebabkan produksi sperma dengan morfologi abnormal.22

Zat kimia yang digunakan untuk menginduksi infertilitas sebagai mutagen poten seperti N-ethyl-N-nitrosourea (ENU) selain itu dapat digunakan zat kimia yang dapat menginduksi terbentuknya radikal bebas sehingga menyebabkan stres oksidatif dan merusak sperma, diantaranya Nitrosamine pada asap rokok dan Colchicine.21

2.1.4. Analisis Semen

Analisis semen merupakan komponen kritikal untuk menentukan infertilitas pada pria. Lima belas persen pasien dengan abnormalitas pada semen mengalami infertilitas.

Tabel 2.2. Distribusi abnormalitas hasil analisis sperma terhadap infertilitas

(34)

Adanya abnormalitas

Sumber: Parekattil,2012 (telah diolah kembali)

A. Pemeriksaan Makroskopik

Analisis sperma dimulai dengan pemeriksaan makroskopik setelah pengenceran terjadi. Lima variabel yang dinilai yaitu volume, kekentalan, warna, koagulasi, dan pH.

1. Tingkat keenceran (Liquefaksi)

Semen akan mengalami pengenceran dan menjadi lebih homogen dan pada tahap akhir hanya terdapat sedikit area yang tetap mengental. Sampel mengalami pengenceran total biasanya dalam 15 menit pada suhu kamar, meskipun dapat mencapai 60 menit atau lebih namun jarang terjadi. Apabila tidak terjadi pengenceran dalam 60 menit maka harus dilakukan pemeriksaan berikutnya.23

2. Volume

Volume semen diketahui dengan cara menghitung beratnya, tetapi dapat juga dihitung langsung. Volume semen yang diejakulasi berasal dari vesikula seminalis, kelenjar prostat, dengan kontribusi dari kelenjar bulbouretra dan epididimis.

3. Viskositas

(35)

4. Warna

Warna semen dengan tingkat keenceran yang normal dikatakan memiliki warna abu-abu seperti susu.

5. pH

pH semen bersal dari keseimbangan dari cairan prostat yang bersifat asam dan sekresi vesika seminalis yang basa. pH semen >7,2.23,24

B. Pemeriksaan Mikroskopik

Parameter pemeriksaan semen berdasarkan kriteria WHO, diantaranya yaitu: 1. Aggregasi/aglutinasi sperma

Mengamati terjadinya aglutinasi spermatozoa dengan sperma atau semen non sperma lainnya dan juga tempat terjadinya agglutinasi. Agglutinasi dapat terjadi namun dalam jumlah yang sedikit dan tidak mengganggu motilitas sperma. Tipe aglutinasi berdasarkan derajat penempelan :

Tabel 2.3. Klasifikasi derajat aglutinasi

Sumber:WHO,2010 (telah diolah kembali)

Grade 1: Isolated <10 spermatozoa tiap gumpalan, spermatozoa yang bebas sangat banyak

Grade 2: Moderate 10-50 spermatozoa tiap gumpalan, spermatozoa yang bebas cukup banyak

Grade 3: Large Gumpalan terdiri dari >50 spermatozoa, beberapa spermatozoa masih bebas

(36)

Tipe aglutinasi berdasarkan tempat penempelan

Gambar 2.9: Tipe aglutinasi berdasarkan letak penempelan

Sumber:WHO,2010

2. Motilitas sperma

Sperma diklasifikasikan sebagai motil atau non motil. Sperma motil akan diklasifikasikan berdasarkan derajat motilitas. Derajat Motilitas sperma yaitu: Tabel 2.4 Derajat motilitas sperma

Sumber: WHO,2010 (telah diolah kembali)

Progressively Motile (PR) Spermatozoa aktif bergerak baik secara linier atau lingkaran besar

Nonprogressive motility

(NP)

Apabila pergerakan spermatozoa tidak menyebabkan pergeseran seperti bergerak

dalam lingkaran yang kecil

(37)

Motilitasnormal yaitu (PR+NP) % =38-42% dan PR =31-34% 3. Vitalitas sperma

Yaitu mengukur fungsi integritas dari membran sel sperma. Pemeriksaan ini dilakukan terutama apabila ditemukan sperma imotil dalam jumlah yang besar berfungsi untuk megetahui apakah sperma yang imotil hidup atau mati,

Terdapat dua cara; 1)Cara pewarnaan, apabila membran masih intak maka kepala sperma tidak akan terwarna. 2) Dengan menggunakan cairan hipotonik, spermatozoa dengan membran yang intak akan mengalami pembengkakan membran dalam 5 menit.23

4. Konsentrasi sperma dan jumlah sperma

Konsentrasi sperma dihitung berdasarkan jumlah sperma per unit volume semen atau dinyatakan dalam juta/mililiter sedangkan jumlah sperma tiap ejakulasi dihitung berdasarkan volume jumlah spermatozoa di seluruh sperma yang diejakulasikan dan didapatkan dengan mengalikan konsentrasi sperma dengan volume sperma.23

5. Morfologi sperma

Spermatozoa normal terdiri dari bagian head (kepala), neck (leher), tail (ekor; meliputi midpiece dan principal piece) Spermatozoa dikatakan baik apabila baik kepala dan ekor dalam keadaan normal.

a. Head (kepala) harus halus, memiliki kontur yang teratur, dan secara umum berbentuk oval. Harus terdapart regio akrosom mencakup 40-70% area kepala. Tidak terdapat vakuola besar pada regio akrosom dan tidak lebih dari dua akrosom kecil

b. Midpiece harus ramping, reguler, dan memiliki panjang hampir menyamai kepala sperma. Aksis utama pada midpiece harus lurus dengan aksis utama pada kepala sperma.

(38)

Gambar 2.10. Morfologi sperma

Sumber:Parekattil,2010

Tabel 2.5 Perbandingan kriteria normal analisis semen berdasarkan WHO 1999 dan WHO 2010

Sumber: WHO,2010

2.1.5. Gentamisin

(39)

2.1.5.1Struktur Kimia

Aminoglikosida terdiri dari dua atau lebih gula amino yang bergabung dengan ikatan glikosidik dengan nukleus heksosa di bagian sentral.Heksosa yang terlibat biasanya baik streptidin atau 2-deoxystreptamine. Gentamisin termasuk ke dalam aminoglikosida yang hanya memiliki 2 gula amino.9

Gambar 2.11. Struktur kimia gentamisin

Sumber: Yoshizawa,1998

2.1.5.2Mekanisme kerja

Bersifat bakteriosidal atau membunuh bakteri secara langsung dengan menghambat sintesis protein. Gentamisin berdifusi melalui kanal aqueous yang terbentuk oleh protein porin di membran luar bakteri gram negatif agar dapat masuk ke dalam ruang periplasmik. Transport dari gentamisin melewati membran sitoplasma (membran dalam) beragantung pada transport elektron karena dibutuhkan potensial membran listrik agar antibiotik dapat masuk. Fase transport ini disebut Energy-dependent Phase (EDP1)

(40)

2.1.5.3Pengaruh Gentamisin terhadap Fertilitas

Fertilitas ditentukan oleh kualitas, kelainan morfologi, dan kuantitas sperma yang dihasilkan. Dimana hal tersebut ditentukan pada saat proses spermatogenesis. Salah satu mekanisme yang mengganggu spermatogenesis adalah produksi Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan pada sperma. Hal ini menyebabkan terjadinya fragmentasi DNA nukleus, peroksidasi lipid, dan pindah silang (cross link) dari protein yang dapat menyebabkan kematian sel.

Pada semen, produksi radikal bebas berasal dari dua sumber yaitu dari leukosit dan sperma. Seperti sel-sel lainnya, spermatozoa juga mengalami "oxygen-paradox" dimana spermatozoa membutuhkan ROS untuk stimulasi pada fosforilasi tirosin pada proses kapitasi. Namun ROS yang berlebihan dapat mengganggu fungsi dan kehidupan sel. Spermatozoa sangat sensitif terhadap ancaman ROS karena banyaknya jumlah polyunsaturated fatty acids di membran dan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki DNA. Peningkatan ROS berkaitan dengan penurunan motilitas sperm, retensi dari residu sitoplasma, dan kelainan pada midpiece sperma. Kerusakan pada DNA sperma menyebabkan gangguan pada spermatogenesis.

Antioksidan berfungsi melindungi spermatozoa dari abnormalitas yang diinduksi oleh ROS. Antioksidan mengikat ROS yang dihasilkan leukosit, mencegah fragmentasi DNA, mengurangi kerusakan sitoplasma pada spermatozoa, mencegah maturasi sperma premature, dan menstimulasi spermatozoa.

Cairan semen mengandung antioksidan seperti superoxide dismutase, catalase, dan glutathione peroxidase/glutathione reductase selain antioksidan

non-enzim sepeti vitamin C, urate, vitamin E, piruvat, glutathione, albumin, vitamin A, ubiquitol, taurine. dan hypotaurine

(41)

2.1.6. Jintan Hitam(Nigella sativa)

Jintan hitam (Nigella sativa Linn) atau yang dikenal dengan sebutan Upakunchika, Ajaji, Kalvanjika, Kalika, Kunchika, Kalunji,

Habbatusaaudah.Dalam bahasa inggris dikenal sebagai small fennel, black

cumin, dan black flower. Di Indonesia sendiri dikenal dengan sebutan jintan hitam . Tanaman ini memiliki daerah habitat asli di kawasan Punjab, Himachal Pradesh , Bihar, dan Assam yaitu kawasan – kawasan di India.Tetapi, sekarang jintan hitam sudah banyak dikembangbiakkan di seluruh kawasan di dunia seperti di Libanon, Syria, Israel, dan Eropa Selatan.28,30

Tanaman Nigella sativa tumbuh hingga mencapai tinggi 45 cm setiap tahunnya, berbatang halus, berbau harum, bunganya berwarna biru pucat dengan ukuran 2-2,5 cm dengan 5-10 kelopak; dengan panjang daun berukuran sekitar 2,5-5 cm; struktur biji sedikit datar, membujur, kaku, dan berbentuk seperti corong, kecil, panjangnya berukuran 0,2 cm dan lebarnya 0,1 cm, berwarna hitam. Tanaman ini mulai berbungan dan berbuah pada bulan Januari – April dan mulai ditanam pada tanah yang kering pada bulan November – April dan biji mulai berkecambah setelah 10 – 15 hari.28,30

Berdasarkan ilmu toksonomi dan klasifikasi tumbuhan jintan hitamdikelompokkan sebagai berikut:28

Kerajaan (Kingdom) : Plantae

Divisi (Division) : Magnoliophyta Kelas (Class) : Magnoliopsida Bangsa (Order) : Ranunculales Suku (Family) : Ranunculaceae Marga (Genus) : Nigella

(42)

Gambar 2.12. Tanaman Nigella sativa

Sumber : Padmaa,2010

Gambar 2.13. Bunga Nigella sativa

(43)

Gambar 2.14 biji Nigella sativa

Sumber : Padmaa,2010

2.1.6.1Kandungan Kimiawi Jintan Hitam (Nigella sativa)

A. .Biji Nigella sativa

Pada penelitian secara kualitatif ditemukan bahwa kandungan di dalam biji Nigella sativa meliputi sterols, triterpenes, tannins, flavonoid, cardiac glycoside,

alkaloid, saponin, volatile oil, coumarins, glukosinolat, dan anthraquinon. 29-31 Tabel 2.6 Komposisi biji Nigella sativa

Constituent %Range (w/w)

Oil

Protein

Carbohydrates

Fiber

Ash

Saponins Moisture

31-35,5 16-19,9 33-34 4,5-6,5 3,7-7 0,013 5-7

(44)

B. Komposisi minyak Nigella sativa

Analisis kimia dari minyak Nigella sativa menunjukkan adanya baik fixed oil dan volatile oil. Dimana fixed oil merupakan komponen terbesar dan sekitar 0,4%-0,7% dari berat biji merupakan volatile oil.

Tabel 2.7 Komposisi fixed oil Nigella sativa

Constituent %Range (w/w)

Sumber: Nickavar, 2003 (telah diolah kembali)

Komposisi volatile oil dari penelitian Adamu et al pada minyak Nigella sativa2-methyl-5 (1-methyl ethyl)-bicyclo{3.1.0}hex-2-ene sebagai unsur utama

(62,28%) dari minyak Nigella sativa dan alfa-pinene merupakan unsur penyusun dengan jumlah terkecil (2,28%) Berdasarkan penelitian El Tahir et al menunjukkan bahwa minyak Nigella sativa mengandung 18,4-24% thymoquinone dan 46% berbagai jenis alkohol primer (monoterpene) seperti p-cymene dan pinene.30Menurut Omar et al dalam volatile oil terdapat thymoquinone, dithomoquinone, thymohydroquinone, thymol, carvacrol, oxy-coumarin,

6-methoxy-coumarin dan 7-hydroxy-coumarin, alfa-hedrin.30

(45)

Terdapat 0,5-1% Kalsium, 0,6% Fosfor, 0,6% K, 0,1% Na dari berat total biji.

2. Saponin

Saponin terbanyak yaitu glycoside α-hiderin atau helixin atau melanthin. 3. Alkaloid

Tiga tipe alkaloid yang ditemukan yaitu indazole nigelicine, isoquinolone nigellimine, dan indazole alkaloid nigellidine.31

2.1.6.2Efek Nigella sativa terhadap Infertilitas

Infertilitas salah satunya ditandai dengan penurunan jumlah spermatozoa yang dihasilkan dari jumlah normal. Reactive Oxygen Species (ROS) bersifat toksik terhadap sperma sehingga sperma menjadi abnormal dan sedikit yang fungsional.

Salah satu zat yang terkandung dalam biji Nigella sativa adalah thymoquinone. Thymoquinone merupakan antioksidan poten yang bekerja sebagai

superoxidant anion scavenger.31-34 Hal ini menunjukkan bahwa thymoquinone berperan pada tahap intersepsi radikal bebas yaitu dengan mendonorkan elektronnya pada radikal bebas. 35-37

Gambar 2.12. Struktur kimia thymoquinone

(46)
(47)

5.3Kerangka Konsep

Gentamisin

Mencit

Infertilitas Nigella sativa

Jumlah sperma tetap

Jumlah sperma meningkat

(48)

2.4Definisi Operasional

(49)

37

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain eksperimental laboratorium

3.2Waktu dan Tempat 3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Bulan Maret - Agustus 2014

3.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Animal House, laboratorium Biologi, dan laboratorium Pharmacy Drug Research (PDR), gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jalan Kertamukti Nomor 05 Pisangan Ciputat, Tangerang Selatan 15419

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit strain DDY (Deutschland Denken Yoken) yang diperoleh dari Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB).

3.3.2 Sampel

3.3.2.1. Kriteria Inklusi

 Mencit jantan strain DDY

 Umur 8-12 minggu

 Berat badan 25 - 35 gr

 Sehat ditandai dengan bergerak lincah

3.3.2.2. Kriteria Eksklusi

 Tampak sakit ditandai dengan gerakan lemas dan malas

(50)

 Mencit jantan strain DDY yang mati selama masa percobaan

3.3.3 Besar Sampel

Berdasarkan Mead’s Resource Equation Formula yaitu:

E : Error Component (10-20)

N : Jumlah individu percobaan (sampel) dalam semua kelompok (Dikurang 1)

B : Blocking Component (Dikurang 1) B=0 T : Jumlah kelompok terapi (Dikurang 1)

Maka N dapat ditentukan dengan sebagai berikut: E = N – 0 – T Didapatkan jumlah sampel tiap kelompok terkecil adalah 5

Pada percobaaan ini terdapat 3 kelompok mencit:

1. Kelompok 1 : Kelompok mencit sehat (Normal)

2. Kelompok 2 : Kelompok mencit yang diberikan injeksi gentamisin 5 mg/kgBB.

3. Kelompok 3: Kelompok mencit yang diberikan ekstrak Nigella sativa 1 g/kgBB.

(51)

Besar sampel ditentukan sebesar 5 mencit per kelompok. Sehingga dibutuhkan jumlah mencit strain DDY sejumlah 15 ekor.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian

A. Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

 Pembuatan ekstrak: blender, timbangan analitik, timbangan jarum, gelas ukur, botol kaca, wadah plastik, kain, tali, pemanas waterbath, rotari evaporator, pengaduk, freezer, dan alumunium foil.

 Masa pemeliharaan hewan : timbangan untuk mengukur berat badan mencit kandang, botol minuman dan tempat makanan, spuit1 cc

 Pengambilan vesikula seminalis dan terminasi: alat bedah minor, kaca arloji, papan bedah, jarum pentul.

 Pembuatan sediaan histologi:tip dan mikropipet 100 µm dan 1000 µm, haemocytometer, deck glass, mikroskop, dan counter.

3.4.2 Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah biji jintan hitam (Nigella sativa) yang didapatkan dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO). Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah gentamisin injeksi 2 ml (40mg/ml) yang dilarutkan dalam air distilasi (aquabides) menjadi 1 mg/ml, Na Cl 0,9%, larutan george, dan etanol 70%.

3.5Identifikasi Variabel 3.5.1 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah sperma mencit.

3.5.2 Variabel Bebas

(52)

3.6 Alur Penelitian

Persiapan alat dan bahan

Adaptasi mencit diberi pakan standar (7 hari)

Pemberian perlakuan kelompok

Kelompok 2 (K2) Pakan standar + Induksi gentamisin 5 mg/kgbb i.p (10 hari)

Kelompok 3 (K3) Pakan standar + Induksi gentamisin 5 mg/kgbb i.p

(10 hari) + ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) 1

g/kgbb i.p (21 hari)

Terminasi dan pembuatan preparat spermatozoa mencit (hari ke-39)

Pengamatan terhadap jumlah spermatozoa mencit

Pengolahan data Kelompok 1(K1)

Pakan dan minum standar

(53)

3.7Cara Kerja Penelitian 3.7.1 Tahap Persiapan

1. Peneliti

-Menentukan hipotesis dasar dan tujuan khusus penelitian -Melakukan briefing dan persamaan persepsi

-Menyiapkan alat perlindungan diri

2. Laboratorium

-Perizininan laboratorium biologi, laboratorium Pharmacy Drug Research (PDR) dan animal house

3. Ekstraksi Biji Jintan Hitam (Nigella sativa)

Prosedur pembuatan ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) dilakukan dengan tiga prosedur yaitu, pengeringan, ekstraksi, dan evaporasi.

-Pengeringan

Biji jintan hitam (Nigella sativa) sebanyak 1 kg yang telah dikonfirmasi secara taksonomi kemudian dicuci sampai bersih dan dijemur dengan suhu matahari sampai kering (bebas kandungan air). -Ekstraksi

Biji jintan hitam (Nigella sativa) dihaluskan dengan blender hingga menyerupai bubuk lalu ditimbang dengan sebanyak 500 gr (sampel kering) lalu dimasukkan ke dalam panci besar dan direndam dalam etanol, kemudian dikocok hingga tercampur (sekitar 30 menit) dan diinapkan selama satu malam (12 jam) sampai mengendap.

-Evaporasi

(54)

(Nigella sativa) dimasukkan dalam botol dan disimpan dalam freezer sampai digunakan, sebelum penggunaan perlu dibiarkan terlebih dahulu agar suhu sama dengan suhu ruangan.

4. Adaptasi Hewan Sampel

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantanstrain DDY berusia 8-12 minggu dengan berat badan 25-35 gram yang diperoleh dari Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kemudian dibawa ke Animal House dan diadaptasikan dengan lingkungan barunya selama 7 hari. Pada hari ke- 0 sampai ke- 7 mencit diberikan pakan dan minuman standar yang disamakan agar seluruh mencit dalam keadaan yang sama.

3.7.2 Tahap Pengujian

1. Penginduksian dengan gentamisin

Gentamisin vial dengan sediaan 2 ml mengandung 40 mg/ml. Sesuai dengan dosis yang akan digunakan yaitu 5 mg/kgbb dengan range berat badan mencit yang digunakan sebesar 25-35 gram maka dilakukan pengenceran dengan air distilasi (aquabides) akan diberikan secara injeksi intraperitoneal selama 10 hari pada mencit kelompok 2

2. Pemberian ekstrak Nigella sativa terhadap mencit

Mencit di kelompok 3 kemudian diberikan ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) sebanyak 1 g/kgbb secara injeksi intraperitoneal, satu kali sehari selama 21 hari sedangkan kelompok 1 sebagai kontrol negatif. Dosis toksik dari ekstrak jintan hitam secara injeksi intraperitoneal yaitu 1,69 gram/kgBB untuk pelarut air dan 2,25 gram/kgBB untuk pelarut etanol.

3. Pembuatan preparat dan pemeriksaan spermatozoa

(55)

NaCl. Kemudian diambil 20 µl suspensi dan diaduk hingga homogen ke dalam 980 µl larutan george.

Kemudian campuran diambil dari tabung menggunakan dan diletakkan di atas bilik hitung NI kemudian ditutup menggunakan deck glass dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 40x pada lima lapang pandang. Lapangan pandang mikroskop diperiksa dan dihitung dengan sistematis oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali (duplo) untuk menghindari adanya kesalahan. Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam rumus:

N= Jumlah sperma pada 5 lapang pandang P= Konsentrasi pengenceran

3.7.3 Tahap Pengolahan Data

Hasil berupa data yang didapat adalah data primer hasil pengukuran di laboratorium kemudian diolah menggunakan SPSS 16.00 for Windows. Perbedaan jumlah sperma pada tiap kelompok diuji dengan test analysis of variance (ANOVA). Analisis data diawali dengan pengujian normalitas data menggunakan uji Shapiro Wilk, lalu dilakukan uji homogenitas dari varians data. Bila data tidak normal dan varians data tidak homogen maka lakukan uji Kruskal-Wallis. Data signifikan menurut ANOVA bila nilai p<0.05.

3.8Organisasi Penelitian

Dalam penelitian ini pihak-pihak yang terlibat adalah 3 mahasiswi PSPD UIN dan dengan bantuan dari dosen pembimbing serta tenaga medis laboratorium.

(56)

44

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini mengenai efek pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit jantan DDY yang diinduksi gentamisin. Efektivitas anti infertilitas jintan hitam (Nigella sativa) terlihat dari perbaikan jumlah sperma. Hasil penelitian mengenai efek pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit DDY yang diinduksi gentamisin

disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rerata Jumlah Spermatozoa

Kelompok Uji N Rerata Jumlah Spermatozoa (jt/ml) X ±SE

Kelompok Normal (K1) Kelompok Induksi Gentamisin (K2)

Kelompok Gentamisin + Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) (K3)

5 5

5

61,25±2,59

14,5 ± 1,22

83 ± 3,74

(57)

mg/kgbb i.p selama 10 hari (K2). Kelompok K1 didapatkan rerata jumlah spermatozoa 61,25±5,79. Sedangkan pada kelompok K2 didapatkan rerata jumlah

spermatozoa yang paling rendah dibandingkan K3 dan K1 yaitu 14,5 ± 2,7. Hasil ini juga dapat terlihat pada perbandingan gambar 4.1. Jumlah spermatozoa K3 terlihat lebih banyak dibandingkan spermatozoa K2 pada gambar sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan jumlah spermatozoa pada K2 dibandingkan K1. Jumlah spermatozoa K3 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah spermatozoa K2 pada gambar 4.1 sehingga. Berdasarkan data pada tabel 4.1 maka didapatkan presentase peningkatan jumlah spermatozoa sebesar 82,5% pada kelompok yang mendapat terapi ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) sebesar 1 g/kgBB secara i.p setelah diinduksi oleh gentamisin dengan dosis 5mg/kgBB selama 10 hari.

K1 K2.

K3.

(58)

4.2.Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.00 for Windows menggunakan data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah Uji One Way Anova. Sebelum dilakukan uji One Way Anova data harus memenuhi syarat yaitu data terdistribusi normal dan data memiliki varians yang sama.

Data hasil penelitan dilakukan uji normalitas sebagai syarat menggunakan uji One Way Anova. Berdasarkan uji Shapiro Wilk menunjukkan bahwa setiap varians data memiliki signifikansi (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Pada uji varians didapatkan data memiliki signifikansi (p > 0,05) yaitu p=0,113 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data sama.

Pada uji One Way Anova didapatkan nilai p=0,000. Hipotesis nol pada uji One Way Anova adalah tidak terdapat perbedaan hasil jumlah spermatozoa mencit kelompok kontrol, yang diinduksi gentamisin, dan yang diberikan gentamisin serta jintan hitam (Nigella sativa). Sedangkan hipotesis alternatifnya adalah terdapat perbedaan hasil jumlah spermatozoa pada ketiga kelompok perlakuan. Dengan hasil signifikansi data p>0,05 maka H0 ditolak dengan kesimpulan terdapat perbedaan hasil jumlah spermatozoa pada ketiga kelompok.

(59)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gentamisin dapat memengaruhi fertilitas dengan menurunkan jumlah spermatozoa akibat produksi radikal bebas yang berlebihan sesuai dengan penelitian sebelumya.

Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida. Hasil pada penelitian kali ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumya yaitu oleh Kilarkaje menyatakan bahwa pemberian gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB secara i.p selama 35 hari dapat menurunkan fertilitas disebabkan oleh produksi radikal bebas yang berlebihan, penurunan dari antioksidan, dan peroksidasin lipid yang berlebihan . Hal ini menyebabkan kerusakan pada struktur testis dan DNA dari sel germinal pada tikus Sprague Dawley.9 Pada penelitian lebih lanjut oleh Raju et al didapatkan kesimpulan bahwa pemberian gentamisin sebesar 5 mg/kgBB selama 35 hari secara i.p pada tikus strain wistar dapat menyebabkan peningkatan produksi ROS sehingga menghambat

pembelahan sel germinal, menghambat sintesis protein di testis, dan menginduksi apoptosis di vesikula seminalis.38 Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Angulo et al, diketahui bahwa gentamisin mengganggu proses spermatogenesis dengan menginduksi kerusakan oksidatif dengan meningkatkan pembentukan radikal bebas, peroksidasi lipid, dan menurunkan level antioksidan.27

Reactive Oxygen Species (ROS) yang berlebihan bersifat toksik terhadap berbagai

sel tubuh diantaranya sperma. ROS yang berlebihan dan penurunan produksi antioksidan dapat menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif pada testis dapat menyebabkan gangguan pada proses oksidasi fosforilasi. Hal ini menyebabkan produksi ROS menjadi meningkat. Stres oksidatif menyebabkan penurunan kadar antioksidan sehingga tidak mampu mengubah oksigen reaktif (O*) menjadi senyawa yang netral (O2).39 ROS menyerang 11 komponen sel diantaranya yaitu lemak. Pada sperma terutama bagian membran kaya akan lemak dalam bentuk PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid), reaksi ROS terhadap PUFA menyebabkan reaksi kimia

(60)

apoptosis secara berlebihan. Sehingga menurunkan jumlah spermatozoa matur.11 Keadaan ini ditunjukkan dengan menurunnya jumlah spermatozoa pada kelompok kontrol positif (K2) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K1).

Rerata jumlah spermatozoa pada kelompok mencit yang mendapatkan terapi ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol positif. Didapatkan peningkatan jumlah spermatozoa sebesar 85,2% pada kelompok yang diinduksi gentamisin dan mendapatkan ekstrak jintan hitam (Nigella sativa). Hal ini diduga akibat kandungan antioksidan dalam ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) yaitu thymoquinone, nigellone, carvacrol, t-anethole, 4-terpineol.40

Hasil ini sesuai dengan penelitian – penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Suzanah et al yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dengan dosis 10 mg/kgBB secara i.p selama 32 hari pada mencit strain Balb/c yang diinduksi oleh Cychlophosphamide mampu meningkatkan jumlah spermatozoa sebesar 68 %. 41

Perbedaan dengan penelitian kali ini yaitu pada zat yang digunakan untuk menginduksi kerusakan spermatozoa, dosis ekstrak yang diberikan, dan lamanya waktu pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) sehingga selisih hasil presentase perbaikan jumlah spermatozoa yang didapatkan dengan penelitian kali ini tidak terlalu besar.

Said et al menyatakan bahwa pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dengan dosis 1000 mg/kgBB oral selama 48 hari pada tikus wistar yang

(61)

sativa) adalah thymoquinone. Zat ini tidak dapat larut di dalam air. Saat digunakan air

sebagai pelarut hanya sebagian kecil kandungan zat yang terikat sehingga efek antioksidan tidak sebaik saat menggunakan pelarut etanol. Sehingga presentase peningkatan jumlah spermatozoa tidak sebesar hasil penelitian kali ini.

Nigella sativa merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki manfaat

sebagai antioksidan yaitu bekerja sebagai superoxidant anion scavenger, yaitu dengan membentuk senyawa radikal superoksida menjadi senyawa lain yang tidak reaktif. Hal ini disebabkan oleh kandungan zat thymoquinone dalam biji jintan hitam (Nigella sativa). Selain itu thymoquinone dapat meningkat produksi glutatuhione yang merupakan antioksidan dalam tubuh. Sehingga mampu mengurangi pembentukan radikal bebas dan peroksidasi lipid yang akan mengganggu integritas membran dan DNA sperma. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah produksi spermatozoa yang normal.

(62)

50

5.1.Simpulan

Berdasarkan penelitian didapatkan adanya penurunan jumlah spermatozoa yang bermakna pada kelompok mencit yang diinduksi gentamisin (K2) dibandingkan kelompok normal (K1) dan didapatkan perbaikan jumlah spermatozoa pada kelompok mencit yang diberikan gentamisin dan ekstrak jintan hitam (K3). Hal ini menunjukkan bahwa gentamisin 5 mg/kgbb i.p mampu menurunkan jumlah spermatozoa sehingga dapat digunakan sebagai model infertilitas pada hewan coba dan pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) mampu meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin sebesar 85,2%.

5.2.Saran

Saran untuk penelitian berikutnya, antara lain:

1. Dilakukan penelitian mengenai efek ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa secara in vivo

2. Dilakukan penelitian dengan parameter sperma yang lebih bervariasi baik secara makroskopik maupun mikroskopik

3. Dilakukan penelitian menggunakan dosis ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) yang bervariasi untuk mengetahui dosis terendah dan tertinggi yang memiliki efek sebagai anti infertilitas

4. Dilakukan penelitian dengan waktu pemberian ekstrak biji Nigella sativa yang lebih bervariasi untuk mengetahui waktu minimal yang dibutuhkan untuk memberikan pengaruh anti infertilitas

5. Dilakukan penelitian menggunakan metode pelarutan dari biji jintan hitam (Nigella sativa) lainnya seperti minyak atau ekstrak metanol

(63)

51

DAFTAR PUSTAKA

1. Zegers-Hochschild, Adamson GD, Mouzon J, Ishihara, Mansour R, Nygren K et al. International committee for monitoring assisted reproductive technology (ICMRT) and the world health organization (WHO) revised glossary of ART terminology. Fertility and sterility J 2009;92:1520–4

2. Montoya JM, Bernal A, Borero C. Diagnostics in assisted human reproduction.

Reprod Biomed Online 2002;5:198-210

3. Mascarenhas MN, Flaxman SR, Boerma T, Vanderpoel S, Stevens GA. National,

regional, and global trends in infertility prevalence since 1990: A systematic analysis

of 277 health surveys. PLoS Med 2009;9(12):3-10

4. Adamson P, Krupp K, Freeman A, Klausner J, Reingold A, Madhivan P. Prevelance and correlates of primary infertility among young women in Mysore, India. Indian J of Med Res. October 2011;134(4):440–446.

5. Yadollah Badr, Madaen K, Ebrahimi S, Ehsan Nejad, Koushavar H. Prevalence of infertility in Tabriz in 2004. Urology Journal 2006;3(2):87-91

6. Irvine DS. Epidemiology and aetiology of male infertility. Hum Reprod 1998;13, suppl 1:33-44.

7. Barten J. Screening for infertility in Indonesia. Results of examination of 863 infertile couples. Pubmed 1978;10(5):405-12.

8. Laurence L, John S, Keith L, Bruce C, Bjorn K. Aminoglycoside. In : Goodman and gillman’s the pharmacological basis of therapeutic.12nd Ed. New York: Mc Graw-Hill. 2011

9. Kilarkaje N. An aminoglycoside antibiotic gentamycin induces oxidative stress, reduce antioxidant reserve and impairs spermatogenesis in rats. The Journal of Toxic Sci 2008;33(1):85-96.

10.Saha R, Bhupendar K. Pharmacognosy and pharmacology of Nigella sativa. Int Res J of Phar 2011;2(11)36-39.

11.Kartikeya, Shok G, Rakesh S. Oxidative stress and male infertility. Indian J of Med Res 2009: 357-367.

(64)

13.Tortora GJ, Derrickson B, et al. The reproductive system. In : Principles of anatomy and physiology. 12th ed. USA : John Wiley & Sons, Inc. 2009. p1082-1094.

14.Ellis H. The male genital organ. In : Clinical anatomy.11stEd. Massachusetts, USA: Blackwell Publishing, Inc. 2006. p116-123.

15.Saladin K. The male reproductive system. In : Saladin: Anatomy and physiology:The unity of form and function.3rdEd. Georgia,USA:The McGraw-Hills Company 2004. p1024-1043.

16.Sherwood L. The reproductive system. In : Human Physiology : From cells to systems. 7th ed. USA : Brooks/Cole. 2010. p752-757.

17.Barrett KE et al. Endocrine and reproductive physiology. In : Ganong’s review of medical physiology. 23rd ed. USA : Mc Graw Hill. 2010.

18.Guyton AC, Hall JE. Endocrinology and reproduction. In : Textbook of medical physiology. 11st ed. Philadelphia, USA : Elsevier Saunders. 2006. p.996-1000.

19.British Acupuncture Council. Acupuncuture and male infertility. July 2011.

20.Raheem AA, Ralph D. Male infertility: Causes and investigation. In : Trends in Urology & Men's Health 2011. p8-11.

21.Jamsai D, Bryan M. Mouse models in male fertility research. Asian J of Andr 2011.p139-151.

22.Christensen G, Carrell D. Animal models of genetic causes of male infertility. Asian J of Andr 2002;4: 213-219.

23.World Health Organization. Laboratory manual for the examination and processing of human semen.5thEd. Geneva, Switzerland: WHO Press 2010. p.13-69.

24.Parekattil SJ, Agarwal A. Male Infertility: Contemporary clinical approaches, andrology, ART and antioxidant. New York, USA: Springer 2012. p15-21.

25.Wells BG et al. Infectious disease. In : Pharmacotherapy handbook. USA: Mc Graw-Hill. 2006.

26.Dominique F, Yoshizawa S, Joseph DP. Structural origins of gentamicin antibiotic action. The EMBO Journal 1998;17(22): 6437–6448.

27.Angulo C, Rodrigo M, Eduardo P, Hector M, Alex C, Franz V et al. Vitamin C and oxidative stress in the seminiferous epithelium. Biol Res.2011;44:169-180.

28.KV Peter. Handbook of herbs and spices.Vol 2.Philadelphia,USA:Woodhead Publishing. 2012.p391-411

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Semen.........................................................................
Gambar 2.1. Potongan sagital organ reproduksi pria. Terlihat organ reproduksi
gambar 4.2 secara histologi, testis terdiri dari 2 lapisan yaitu tunica albugenia
Gambar 2.3 Perdarahan testis. Terlihat arteri testikular dan pleksus vena
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laboratorium Mineralogi dan Klasifikasi Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.. The Physical Chemistry and Mineralogy

[r]

Dalam pengambilan sampel penelitian agar diperoleh hasil data yang lebih valid mengenai tingkat pemahaman konsep siswa, baik pada siswa dengan kognitif tinggi,

1) Mengurangi permeabilitas, yaitu dengan mencegah antibiotik masuk kedalam sel, dapat dilakukan dengan mengubah struktur membran. 2) Inaktivasi antibiotik, yaitu dengan

Perencanaan jembatan ini dimulai dengan penjelasan mengenai latar belakang pemilihan konstruksi jembatan, perumusan tujuan perencanaan hingga lingkup pembahasan, dan

Galur F3 padi beras yang memiliki keragaman genetik yang luas yaitu jumlah anakan produktif dan non produktif, jumlah gabah berisi, jumlah gabah hampa dan berat gabah per rumpun

Dengan tidak adanya agregat kasar pada campuran, menghasilkan rongga-rongga yang terdistribusi ke dalam massa beton serta berkurangnya berat jenis beton (Tjokrodimuljo,

A silly thing to do, you may think – but remember, I wasn’t reasoning too clearly at that time: and the only thought in my throbbing head was that if Vicki and Steven had to wait