PENGAWASAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TERHADAP PEMENUHAN JAM MENGAJAR
GURU SERTIFIKASI Oleh
CINDY GADENSA
Setiap guru sertifikasi diwajibkan untuk memenuhi jam mengajar yaitu 24 jam dalam sepekan sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 40 tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan, namun pada kenyataannya terdapat guru yang tidak memenuhi kewajiban tersebut dan melakukan pelanggaran dalam memenuhi jam mengajar, tetapi menerima tunjangan sertifikasi. Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi? (2) Apakah faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam mengawasi pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi?
Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi pustaka. Pengolahan data meliputi tahapan seleksi data, klasifikasi data dan penyusunan data. Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara tidak melaksanakan pengawasan secara maksimal terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi, hal ini diketahui dari tidak adanya pengawasan dalam bentuk inspeksi mendadak (sidak) terhadap guru sertifikasi. Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara hanya menerima laporan tertulis dari pihak sekolah mengenai pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi. (2) Faktor-faktor penghambat pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi terdiri dari: a) Kurang optimalnya pengawasan dari Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan jam mengajar 24 jam tatap muka, sehingga menjadi celah bagi guru sertifikasi untuk menggunakan jasa orang lain dalam rangka memenuhi ketentuan jam mengajar tersebut. b) Belum diterapkannya teknologi perekam kehadiran guru dalam proses belajar mengajar, sehingga presensi guru masih dilaksanakan secara manual, dan hal ini dijadikan celah bagi guru sertifikasi untuk melakukan pelanggaran pemenuhan jam mengajar.
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan untuk membentuk suatu tim khusus untuk mengawasi guru sertifikasi (2) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara disarankan merealisasikan pengadaan finger print di sekolah-sekolah dalam rangka memantau kehadiran guru sertifikasi dalam memenuhi ketentuan jam mengajar.
ABSTRACT
SUPERVISION OF EDUCATION AND CULTURE DEPARTMENT ON LAMPUNG NORTH DISTRICT TOWARD FULFILLMENT OF
TEACHING HOURS BY CERTIFICATION TEACHER By
CINDY GADENSA
Each certification teacher are required to meet the teaching hours are 24 hours a week as stipulated in Government Regulation No. 74 Year 2005 regarding Teachers. Therefore, the necessary supervision mechanisms for teachers certified to meet these obligations and did not foul in meeting teaching hours. The problems of this study are: (1) How is the supervision of the Department of Education of North Lampung district on the fulfillment of teaching hours certification teacher ? (2) Is the limiting factor for North Lampung District Education Office in overseeing the fulfillment of teaching hours certification teacher ?
The approach used is a matter of juridical normative and empirical approach. Data collected by field studies and literature. Data processing includes the data selection process, classification of data and compilation of data. Analysis of the data used is qualitative juridical analysis.
The results showed: (1) preventive supervision through socialization and guidance to certification teacher , which aims to make them understand and comply with the provisions of the certification of teachers teaching hours as stipulated Education Ministry Regulation No. 30 of 2011 concerning Amendment to the Regulation of the Minister of National Education No. 39 of 2009 on Compliance Workload of Teachers and Education Unit Supervisor. Besides reporting implemented by the school regarding the fulfillment of the certification of teachers teaching hours as a form of school to certification teacher to teach in schools. (2) The factors inhibiting the supervision of the Department of Education of North Lampung district on the fulfillment of the certification of teachers teaching hours consisting of: a) Less than optimal supervision of the Department of Education on the fulfillment of teaching hours 24 hours face to face, so that a gap for certification teacher to use the services of others in order to comply with the teaching hours. b) There implementation of teacher attendance recording technology in the learning process, so that the presence of teachers is still carried out manually, and it is used as a loophole for certification teacher for compliance violations teaching hours.
Suggestions in this study were: (1) the Head of Education of North Lampung regency is advisable to establish a special team to oversee certification teacher (2) Head of Education of North Lampung regency is recommended to realize procurement finger print in schools in order to monitor the presence of certification teacher in comply teaching hours.
PENGAWASAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TERHADAP PEMENUHAN JAM MENGAJAR GURU SERTIFIKASI
Oleh
CINDY GADENSA Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
pada
Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Cindy Gadensa, dilahirkan di Kotabumi
Lampung Utara pada tanggal 19 November 1993 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara, buah hati pasangan
Bapak Gatot Suryono S.Kom dan Ibu Sari Kartika.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-Kanak
(TK) Muslimin pada tahun 1998. Melanjutkan pendidikan dasar di SD 04 Tanjung
Aman Kotabumi Lampung Utara diselsaikan pada tahun 2005. Kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pondok Pesantren
Daar El–Qolam di Tangerang diselsaikan pada tahun 2008 dan SMA Al-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.
Pada Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN dan mengambil bagian Hukum Asministrasi
Negara (HAN). Penulis menjadi anggota Himpunan Mahasisa Hukum Administrasi
Negara (HIMA HAN) tahun 2013/2014. Kemudian pada tahun 2015 penulis
menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya ilmiah ini kepada:
Kedua Orang Tuaku
Yang telah merawat dan membesarkanku dengan kesabaran serta selalu berdoa
untuk keberhasilanku
Adik Adikku
Jovano, Gerelio, Delvino yang selalu memberi semangat dalam hidup
Sahabat Sahabat
Semua sahabat yang telah memberikan dukungan motivasi, menemani suka duka,
dan pendengar keluh kesah selama proses penyeselesaian skripsi ini
Almamater Universitas Lampung
Tempat dimana aku mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman
M O T O
Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
- Evelyn Underhill-
Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan
kedisiplinan.
-Chairul Tanjung-
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
- Confusius-
Aku datang, aku bimbingan, aku ujian, aku revisi, dan aku menang.
SAN WACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah
SWT, sebab karena rahmat dan karunianya-Nya semata, maka penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul: Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap Pemenuhan Jam Mengajar Guru Sertifikasi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan sehingga dapat terselsaikanya
skripsi ini ialah berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis menyampikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi
Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Pembimbing I (satu)
yang telah memberikan saran dan keritik kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi
membantu, mengarahkan, dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini
dengan baik;
4. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas I (satu) yang telah memberikan
saran dan keritik kepada penulis agar skripsi ini terselsaikan dengan baik.
5. Bapak Agus Triyono, S.H., M.H. selaku Pembahas II (dua) yang telah
memberikan saran dan keritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi agar
terselsaikan dengan baik.
6. Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. (alm) selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan arahan kepada penulis. Terimakasih kepada waktu
yang telah diluangkan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
7. Ibu Marlia Eka, S.H., M.H. selaku penerus Pembimbing Akademik yang telah
memberi motivasi kepada penulis.
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
banyak mengajari dan member ilmu kepada saya.
9. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lampun Utara beserta segenap jajarannya
yang telah memberikan izin, bantuan dan informasi yang penulis butuhkan dalam
pelaksanaan penelitian ini
10.Keluarga besar HIMA HAN dan seluruh angkatan 2011, terima kasih telah
menjadi bagian perjalanan selama menuntut ilmu di Universitas Lampung ini.
11.Teman - teman seperjuangan dari awal belajar di almamater ini Annisa Dian P,
Chelsilia Hernidons, Clara Lucky, Astari Maharani. Yang selalu memberi
Pratiwi, Gasela Febrianda, Yolanda Fisivicia, Suzana Irwan, Dhana Feby Rena,
Rani Utami, Bella Viranda, Hindiana Sava, Lady Usa, Surya Asmara, Hayyuni
Arwan, Rizki Aprilia. Semoga kita selalu bersama dan sukses buat kita semua.
AMIN;
13.Teman-teman yang seperti saudara sendiri Nunik Iswardhani, Mia Respani, Irvan
Alvero, Andhika Salavi dan Michael Glenn.
14.Sahabat tersayang yang selalu ada Khumaira, Andre Kurnia Juliansyah, Dendy.
15.Seseorang yang menjadi penyemangat sehari hari penulis, Wailim Aldrin.
16.Rekan- Rekan KKN Desa Purwosari, Batanghari Nuban, Lampung Timur atas
pengalaman luar biasa selama 40 harinya.
17.Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis akan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Sedikit harapan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.
Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8
1.2.1 Permasalahan ... 8
1.2.2 Ruang Lingkup... 8
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Pengawasan ... 10
2.1.1 Pengertian Pengawasan ... 10
2.1.2 Macam-Macam Pengawasan ... 11
2.1.3 Metode dan Prosedur Pengawasan ... 12
2.2 Pengertian Guru ... 18
2.3 Pengertian Sertifikasi Guru ... 23
2.4 Proses Pengusulan Guru Sertifikasi ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Pendekatan Masalah ... 38
3.2 Sumber dan Jenis Data... 38
3.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 40
3.4 Prosedur Pengolahan Data ... 41
3.5 Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1 Gambaran Umum Dinas Pendidikan Lampung Utara ... 42
4.2 Pengawasan Dinas Kabupaten Lampung Utara terhadap Pemenuhan Jam Mengajar Guru Sertifikasi ... 44
4.2.1 Pengawasan Preventif oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara... 46
4.3.1 Kurangnya Pengawasan dari Dinas Pendidikan dalam
Bentuk Sidak ... 64
4.3.2 Belum Diterapkannya Teknologi Perekam Kehadiran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar ... 65
BAB V PENUTUP ... 68
5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Saran ... 69
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan
nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional, sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas
terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan
menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional diarahkan kepada:
1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran
5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat
6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu
tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap
usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada
peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Guru adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat1
Guru harus memiliki kemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran,
penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping
1
3
itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban sebagai berikut:
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis
2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan
3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.2
Permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah secara ideal guru
memiliki kinerja yang baik sebagai penggerak untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya dalam penyelenggaraaan pendidikan, namun pada kenyataannya
motivasi yang diharapakan tersebut tidak selalu berkembang secara wajar dan
lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam
pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat di luar pribadi guru.
Salah satu penyebab rendahnya kinerja guru tersebut dilatar belakangi oleh
keadaan ekonomi guru yang kurang memadai, kondisi di lapangan mencerminkan
keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan, seperti adanya guru yang bekerja
sambilan baik yang sesuai dengan profesinya maupun di luar profesi mereka,
terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan
sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Implikasinya
adalah apabila guru memiliki kinerja yang rendah maka akan berdampak pada
rendahnya kinerja mereka di sekolah.
2
Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap profesi dan kesejehteraan guru
dalam kapasitasnya sebagai pelaksana pendidikan nasional. Perhatian pemerintah
tersebut di antaranya dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Perhatian tersebut pada
dasarnya bertujuan agar para guru dapat meningkatkan profesionalitas dan
kinerjanya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik di lembaga
pendidikannya masing-masing.3
Sertifikasi terdiri dari sertifikasi guru yang diperoleh melalui penilaian portofolio
maupun Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) sebagaimana diatur oleh
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007. Penilaian
portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk
penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi
akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi
akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah,
pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan penghargaan yang
relevan dengan bidang pendidikan. Guru yang tidak lulus penilaian portofolio
dapat melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus atau mengikuti
PLPG yang diakhiri dengan ujian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.
3
5
Pada era otonomi daerah, pendapatan yang diterima guru bervariasi, baik ditinjau
dari jenjang sekolah maupun lokasi daerah. Tunjangan guru di sekolah pada
jenjang yang lebih rendah adalah lebih rendah dari pada tunjangan guru di sekolah
yang lebih tinggi. Demikian pula, tunjangan guru di sekolah yang berada di kota
adalah lebih tinggi daripada tunjangan guru di sekolah yang berada di pinggir kota
dan desa. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan sekolah dan
kemampuan orang tua dalam memberikan sumbangan dana terhadap sekolah.
Ekonomi orang tua di perkotaan adalah cenderung lebih kuat dibandingkan
dengan ekonomi orang tua di pinggir kota dan desa. Sedangkan, besarnya
tunjangan kepada guru yang diberikan sekolah didasarkan atas Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan kekuatan orang tua siswa.
Setiap guru sertifikasi diwajibkan untuk memenuhi jam mengajar yaitu 24 jam
dalam sepekan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2005 tentang Guru, tetapi pada kenyataannya guru sertifikasi tidak memenuhi
kewajiban tersebut dan melakukan pelanggaran dalam memenuhi jam mengajar.
Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara menghimbau guru untuk memenuhi
kewajiban jam mengajar sebagaimana disampaikan pada Kepala Unit Pelaksana
Teknis Daerah (KUPTD) Dikdas di 23 kecamatan dan pengawas sekolah di
Kabupaten Lampung Utara. Kewajiban memenuhi jam mengajar tersebut harus
dilaksanakan sebagai melalui sertifikasi, guru telah diberikan tunjangan profesi
guru sertifikasi cukup besar. Untuk guru swasta SD, SMP dan SMA sebesar Rp
1,5 juta/bulan dan guru PNS dari SD, SMP dan SMA sebesar 1 bulan gaji pokok
sertifikasi yang dia terima. Pembayarannya, bagi 2.894 orang guru sertifikasi se-
Lampung Utara (terdiri dari 807 guru SD, 1.256 guru SMP dan 921 guru SMA)
dilakukan per tri wulan melalui via transfer.4
Hal ini sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendidikan Kabupaten
Lampung Utara sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lampung Utara,
yaitu merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis
operasional di bidang pelayanan pendidikan yang meliputi data dan informasi,
pengelolaan pelayanan pendidikan pada TK dan SD, SMP, SMU dan SMK,
pendidikan non formal dan pelayanan pengembangan kebudayaan serta
melaksanakan ketatausahaan Dinas.
Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2012 mengatur bahwa beban
mengajar 24 jam tersebut terdiri dari komponen-komponen yaitu mengajar
sebanyak 12 jam pada satuan pendidikan (sekolah) tempat guru tersebut diangkat
sebagai guru sertifikasi dan sebanyak 12 jam mengajar dengan mata pelajararan
yang sama di sekolah lain, termasuk menjadi Guru Bina atau pamong pada
sekolah terbuka, dan sebagai tutor pada lembaga pendidikan formal lainnya.
Artinya guru sertifikasi harus memenuhi ketentuan mengajar sebanyak 24 jam.
Salah seorang guru bernama Sentot Fatnur, S.Pd, yang mengajar di salah satu
SMK Negeri di Kabupaten Lampung Utara, mengajukan gugatan kepada Dinas
4
7
Pendidikan dan Bupati melalui kuasa hukumnya, Herwanto Semenguk, S.H.,
karena sertifikasinya dicabut secara sepihak karena dianggap melakukan
pelanggaran disiplin dan tidak memenuhi ketentuan sebagai guru sertifikasi. Guru
tersebut mengajukan gugatan agar nama baiknya yang telah dicemarkan
dipulihkan kembali dan hak-haknya sebagai guru sertifikasi dikembalikan seperti
semula. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 24 /BKBH/FH.UNILA/X/2014
Tanggal 22 Oktober 2014, menggugat Surat Keputusan Bupati Lampung Utara
Nomor: 800/30/III/30-LU/2014 Tentang Penurunan Pangkat Setingkat Lebih
Rendah Selama 1 (Satu) tahun a.n Sdr. Sentot Fatnur, S.Pd / NIP. 19620325
198203 1 002 Tertanggal 28 Agustus 2014 yang diterbitkan oleh Bupati.
Penggugat terasa dirugikan, sebab penggugat merupakan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung
Nomor : 600/UP/1982 Tertanggal 27 Februari 1982 dan telah dinyatakan lulus
Sertifikasi sebagai Guru Profesional sesuai dengan Sertifikat Pendidik Nomor
070932203989 Tertanggal 07 Februari 2009 yang dikeluarkan oleh Lembaga
Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi bagi guru dalam Jabatan, Rektor
Universitas Lampung. Penggugat pada tahun 2013 menerima Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dengan Jangka Waktu Penilaian
Bulan Januari s.d. Desember 2013 dan mendapatkan Nilai Rata-Rata 88,93
dengan sebutan Baik, Tertanggal 31 Desember 2013.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian dan
1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup
1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara
terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi?
2. Apakah faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara
dalam mengawasi pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi?
1.2.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian penelitian adalah Hukum Administrasi Negara yang dibatasi
pada masalah sebagai berikut:
1. Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap
pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.
2. Faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam
mengawasi pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.
1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara
terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat bagi Dinas Pendidikan Kabupaten
9
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan dan
kajian Hukum Administrasi Negara, khususnya yang berkaitan dengan
pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Utara terhadap
pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna:
a. Sebagai sumbangan pemikiran dan kontribusi ilmiah bagi Dinas
Pendidikan Kabupaten Lampung Utara dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pemenuhan jam mengajar guru sertifikasi.
b. Sebagai salah satu referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawasan
2.1.1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna
lebih menjamin bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu juga merupakan usaha sadar dan
sistemik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang diambil
dalam organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.5
Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,
perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah ditentukan. Jelasnya pengawasan
harus berpedoman terhadap rencana (planning) yang telah diputuskan, perintah
(order) terhadap pelaksanaan pekerjaan (performance), tujuan dan kebijaksanaan
yang telah ditentukan sebelumnya.6
Upaya untuk mendapatkan pengawasan yang efektif, maka perlu dipenuhi
prinsip-prinsip dari pengawasan itu sendiri, antara lain:
5
Malayu. S. P. Hasibuan Organisasi dan Manajemen. Rajawali Press. Jakarta. 2002. hlm. 64
6
11
a. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi.
b. Pengawasan harus bersifat objektif, jujur, dan mendahulukan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi.
c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut
peraturan-peraturan yang berlaku, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang
telah ditetapkan, dan berorientasi terhadap tujuan dalam pekerjaan.
d. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.
e. Pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti dan tepat.
f. Pengawasan harus bersifat terus-menerus (continue).
g. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feedback) terhadap
perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan, dan
kebijaksanaan untuk waktu yang akan datang. 7
Pengawasan tidak hanya sekali dilakukan, tetapi harus secara terus-menerus serta
mempunyai hubungan satu sama lain. Pengawasan merupakan bagian yang
terintegrasi dengan manajemen, aparat dari pengawasan diusahakan sekecil
mungkin. Oleh karena itu, aparat pengawasan merupakan orang-orang tang
memiliki tugas dan fungsi dalam struktur organisasi yang ditentukan secara teliti.
2.1.2 Macam-Macam Pengawasan
Pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu pengawasan dari
dalam, pengawasan dari luar, pengawasan preventif, dan pengawasan represif.
a. Pengawasan dari dalam (internal control): pengawasan dari dalam, berarti
pengawasan yang dilkukan oleh aparat atau unit pengawasan yang dibentuk di
7Ibid.
dalam organisasi itu sendiri. Aparat atau unit pengawasan ini bertindak atas
nama pimpinan organisasi. Aparat atau unit pengawasan ini bertugas
mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan pimpinan.
b. Pengawasan dari luar organisasi (external control): pengawasan external
berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar
organisasi itu. Aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi tersebut
adalah aparat pengawas yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi
itu, atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya.
c. Pengawasan Preventif, pengawasan preventif ialah pengawasan yang
dilaksanakan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud dari
pengawasanpreventif ini adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau
kesalahan dalam pelaksanaan.
d. Pengawasan Repressif, pengawasan repressif ialah pengawasan yang
dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya
pengawasan repressif ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan
pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.8
2.1.3 Metode dan Prosedur Pengawasan
Metode pengawasan merupakan pengukuran, atau penetapan opini yang pada
hakekatnya merupakan pengambilan keputusan dengan demikian merupakan hasil
pemikiran rasional. Metode-metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur
penyelenggaraan di unit-unit pengawasan adalah:
8
13
a. Observasi langsung adalah yang paling dianggap paling meyakinkan dan
paling banyak digunakan.
b. Metode statistik atau statistikal harus digunakan untuk mengawasi
aktivitas-aktivitas yang banyak sekali mengandung detail-detail teknis, atau
frekuensinya begitu tinggi sehingga sukar untuk diikuti pancaindera dan
perhatian manusia biasa. Untuk itu kita pergunakan metode yang mengandung
pengumpulan data yang banyak sekali serta memerlukan pengolahan data
statistik untuk dapat mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi.
c. Metode laporan banyak juga dipergunakan sejak dahulu, dan terdiri atas
tanggungjawab atas suatu usaha, pekerjaan, atau proyek.9
Enam metode lain dalam pengawasan yakni pengawasan langsung, pengawasan
tidak langsung, pengawasan formal, pengawasan informal, pengawasan
administratif, dan pengawasan teknis. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Pengawasan langsung ialah apabila aparat pengawasan atau pimpinan
organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan
pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verifikatif, maupun dengan sistem
investigatif. Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakan
perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan
sistem pengawasan langsung atasan ini disebut built in control.
b) Pengawasan tidak langsung ialah apabila aparat pengawasan atau pimpinan
organisasi melakukan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hanya melalui
laporan-laporan yang masuk kepadanya. Laporan-laporan tersebut dapat
9
berupa kata-kata, deretan angka-angka atau statistik yang berisi gambaran atas
hasil yang telah tercapai sesuai dengan pengeluaran biaya atau anggaran yang
telah direncanakan. Kelemahan pengawasan tidak langsung ini adalah tidak
dapat segera diketahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tersebut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.
c) Pengawasan formal ialah pengawasan secara formal dilakukan oleh unit atau
aparat pengawasan yang bertindak atas nama pimpinan organisasinya atau
atasan daripada organisasi itu. Dalam pengawasan ini biasanya telah
ditentukan prosedur, hubungan dan tata kerjanya. Maksud laporan dari
pengawasan ini agar pimpinan selalu dapat mengikuti perkembangan dari
segala hal yang terjadi dalam organisasinya.
d) Pengawasan informal ialah pengawasan yang tidak melalui saluran formal
atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya
dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi
(pribadi) atau secara incognito. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan
kekakuan dalam hubungan antara atasan dengan bawahan.
e) Pengawasan administratif ialah pengawasan yang meliputi bidang: keuangan,
kepegawaian dan material.
f) Pengawasan teknis ialah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik,
misalnya: pemeriksaan terhadap pembangunan gedung, pemerikasaan
terhadap pembuatan kapal, pemeriksaan terhadap penanaman padi di sawah,
15
Pemeriksaan ini meliputi jenis kuantitatif (jumlah atau volume) dan kualitatif
(mutu) dan biaya yang diperlukan setiap satuannya.10
Beberapa prosedur pengawasan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Hal yang perlu dipertimbangkan bahwa pimpinan atau atasan secara periodik
harus mengadakan observasi terhadap bawahannya, yaitu mengenai cara
bekerja, sistem bekerjanya dan hasil-hasil pekerjaannya serta mengenai
pengaruh dari kegiatan observasi tersebut. Observasi sebaiknya direncanakan
dan dilakukan secara sistematis.
b. Pemberian contoh
Pemberian contoh merupakan suatu hal yang harus dilakukan pemimpin,
karena pemberian contoh seringkali dapat membantu dari kegiatan
pengawasan itu sendiri. Hal ini dikarenakan pemberian contoh oleh pimpinan
biasanya akan dijadikan norma yang diikuti oleh bawahan. Jadi dapat
dikatakan bahwa apa yang dilakukan pimpinan seharusnya dikerjakan juga
oleh bawahan. Pimpinan akan segera menindak bawahannya apabila pimpinan
tersebut tidak dapat mengerjakannya.
c. Catatan dan laporan
Pencatatan dan pelaporan mempunyai nilai pengawasan, sekalipun dalam
penggunaannya diperlukan waktu dan tenaga yang banyak. Pencatatan dan
pelaporan ini merupakan hal yang penting bagi organisasi sebagai suatu alat
pembuktian.
10
d. Pembatasan wewenang
Pembatasan wewenang perlu dilakukan supaya tidak terjadi penyimpangan.
Suatu jabatan dalam organisasi perlu dilakukan pembatasan wewenang agar
tidak melebihi wewenang yang telah diberikan sehingga kemungkinan adanya
penyimpangan dalam penggunaan wewenang dapat dihindarkan.
e. Menentukan peraturan-peraturan, perintah-perintah, dan prosedur
Dalam menentukan peraturan, perintah dan prosedur pengawasan, pimpinan
mempunyai peranan penting dalam pengawasan tugas rutin dan dapat
mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dari pelaksanaan yang
dilakukan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi.
Peraturan pada umumnya melarang bentuk tingkah laku yang khusus atau
apabila diizinkan dapat mengganggu usaha-usaha serta membahayakan
kehidupan suatu organisasi. Perintah adalah memberikan informasi kepada
individu-individu apa yang harus dikerjakan sesuai dengan situasi yang
mengkin terjadi pada suatu waktu yang terus-menerus dan dapat berulang.
Sedangkan prosedur adalah mengatur kegiatan yang harus dilakukan yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan melalui anggota-anggota suatu organisasi
untuk melayani dan menerima dalam suatu situasi tertentu.
f. Anggaran
Anggaran merupakan suatu petunjuk untuk mengembangkan dan memajukan
organisasi, juga merupakan suatu alat penilaian suksesnya suatu rencana. Di
samping itu anggaran merupakan suatu alat pengawasan (control) yang dapat
menghubungkan antara rencana pelaksanaan dan pengawasan. Pengawasan
17
lingkupnya. Dari anggaran itu juga akan diketahui kekurangan-kekurangan
dari perencanaan sebagai dasar untuk meninjau kembali anggaran untuk
anggaran selanjutnya. Apabila dana tidak ditinjau kembali berarti perencanaan
anggaran kurang sempurna, sebab rencana hanya dapat berjalan dengan
sumber dana yang diperlukan.
g. Sensor
Sensor adalah suatu tindakan pengamanan agar kesalahan-kesalahan yang
akan diperbuat dapat segera dicegah dan diperbaiki. Dengan kata lain sensor
merupakan tindakan preventif yaitu untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan.
h. Tindakan disiplin
Pengawasan melalui tindakan disiplin akan mempunyai pengaruh sampai di
mana tindakan yang bersifat korektif dan refresif itu dijalankan. Sensor yang
merupakan bentuk yang lunak dari tindakan disiplin, mungkin akan dapat
membantu perbaikan dalam beberapa hal. Tetapi dalam hal lain mungkin perlu
dilakukan tindakan disiplin yang lebih keras. 11
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pengawasan ditujukan kepada
seluruh kegiatan yang sedang berlangsung, sering tidak mudah melakukan
pengukuran hasil kerja para anggota organisasi secara tuntas dan final.
Pengawasan sebagai tindakan korektif terhadap gejala penyimpangan,
penyelewengan dan pemborosan harus bisa diambil.
11
2.2 Pengertian Guru
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 dinyatakan, guru termasuk pendidik yaitu tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik
perguruan tinggi. Selanjutnya pada Pasal 24 Ayat (1) dinyatakan bahwa pendidik
harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga
ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan
pribadinya dan kemampuan yang berbeda-beda, oleh karena dibutuhkan guru
yang memiliki kompetensi dalam pembelajaran di kelas.12
Kompetensi tidak terlepas dari peraturan-peraturan yang memiliki keterkaitan
dengan hal tersebut. Beberapa peraturan yang terkait dengan kompetensi guru
yaitu: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen. Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
12
19
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru
dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga
di masjid, di surau atau mushola dan di rumah. Tugas yang harus dilaksanakan
oleh guru sangat berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini
sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru
merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan. Guru memiliki tugas dan fungsi seseorang sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan pengevaluasi murid, dalam
semua kegiatan belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut bukanlah suatu hal yang
mudah, di butuhkan suatu sikap profesionalisme untuk menunjang kelancaran
tugas-tugas profesi guru tersebut.13
Guru yang berkompetensi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki
keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya
memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang di
bina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut
13
dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta
mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah.
b) Pemahaman terhadap peserta didik
Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga
mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak
didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia
yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi
problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang
tepat.
c) Pengembangan perangkat pembelajaran seperti kurikulum/silabus
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional
yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d) Perancangan pembelajaran
Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan
sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir
telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat
mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan
21
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi
sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan
menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan
menggunakan teknologi.
g) Evaluasi hasil belajar
Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan
meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan
pendekatan. Guru untuk dapat mengevaluasi harus dapat merencanakan
penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat
kesimpulan dan solusi secara akurat.
h) Pengembangan peserta didik
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak,
menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.14
Guru sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru
menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang
menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.
Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas, juga mengajar itu dapat
dilakukan pula pada sekelompok murid di luar kelas atau di mana saja. Mengajar
adalah merupakan salah satu komponen dari kompetensi-kompetensi pendidikan
atau guru, yang setiap guru harus menguasai, terampil dalam melaksanakan tugas
14
mengajar itu. Mengajar pada hakikatnya adalah memberikan bimbingan kepada
anak dalam proses belajar mengajar, hal ini selaras dengan pendapat bahwa
mengajar adalah kegiatan guru membimbing dan mendorong murid memperoleh
pengalaman yang berguna bagi perkembangan semua potensi yang dimilikinya
semaksimal mungkin.
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar,
berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial di
bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di
bidang kependidikan harus berperan dan aktif dan menempatkan kedudukannya
sebagai tenaga profesional, sesuai tuntutan yang berkembang. Dalam arti diri guru
tidak hanya sebagai pengajar saja akan tetapi sebagai pendidik yang membimbing
dan memberikan pengarahan serta menuntun siswa dalam belajar. Berdasarkan
dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang sangat kompleks di dalam
proses belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat
didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai
dengan profesi dan tanggung jawabnya.15
Perkembangan dunia pendidikan sangat pesat, disadari atau tidak bahwa yang
menentukan bakat bukan hanya intelegensia (kecerdasan), melainkan juga
keterampilan, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi untuk berprestasi.
Keterampilan atau daya cipta memungkinkan munculnya penemuan-penemuan
baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia
lainnya. Seorang guru harus mampu mendukung perbedaan individu, mendukung
15
23
imajinasi, menjauhkan siswa dari rasa takut, dan kemampuan menelaah siswa
secara individu.
2.3 Pengertian Sertifikasi Guru
Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen disebutkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan Pasal 1 Ayat
(1), yang dimaksud dengan sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.
Sertifikat pendidik diberikan setelah yang bersangkutan terbukti telah memenuhi
dua persyaratan utama yaitu kualifikasi pendidikan minimum dan penguasaan
kompetensi guru. Untuk kualifikasi pendidikan minimum, buktinya dapat
diperoleh melalui ijazah (D4/S1), namun sertifikat pendidik sebagai bukti
penguasaan kompetensi minimal sebagai guru harus dilakukan melalui suatu
evaluasi yang cermat dan komprehensif dari aspek-aspek pembentuk sosok guru
yang kompeten dan profesional.
Guru sebagai agen pembelajaran di Indonesia diwajibkan memenuhi tiga
persyaratan yaitu kualifikasi pendidikan minimum, kompetensi, dan sertifikasi
pendidik. Ketiga persyaratan untuk mendapatkan sertifikat pendidik tersebut
merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga profesional.16
16
Tuntutan evaluasi yang cermat dan komprehensif ini berlandaskan pada isi
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 11 ayat (3) tentang Guru dan
Dosen, yang menyebutkan bahwa sertifikasi pendidik dilaksanakan secara
objektif, transparan, dan akuntabel. Jadi sertifikasi guru dari sisi proses akan
berbentuk uji kompetensi yang cermat dan komprehensif. Jika seorang guru/calon
guru dinyatakan lulus dalam uji kompetensi ini, maka dia berhak memperoleh
sertifikat pendidik. Bentuk uji kompetensi dalam pelaksanaan sertifikasi guru
terdiri dari ujian tertulis dan ujian kinerja. Untuk melengkapi kedua jenis tersebut,
peserta sertifikasi juga akan diminta untuk menyusun self appraisal dan
portofolio.
Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan seorang guru
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah dan sekaligus
memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan
lulus uji sertifikasi. Manfaat uji sertifikasi adalah Pertama, melindungi profesi
guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat
merusak citra profesi guru itu sendiri. Kedua, melindungi masyarakat dari praktik
pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya
peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumberdaya manusia di negeri
ini. Ketiga, menjadi wahana penjamin mutu guru dan juga berfungsi sebagai
kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga
penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial
dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku. 17
17
25
Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan.
Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan
kepada msyarakat. Secara khusus guru di tuntut untuk memberikan layanan
professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga
guru yang dikatakan profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru
yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di
kelas yang perlu mendapat perhatian. Standar profesi merupakan prosedur dan
norma-norma serta prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman agar
keluaran (out put) kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga
kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.
Standar di atas menunjukkan bahwa profesi guru merupakan profesi yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab guru akan selalu berhadap
dengan siswa yang memiliki karakteristik dan pengetahuan yang berbeda-beda
maka untuk membimbing siswa agar berkembang dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang secara tepat berubah, sehingga tuntutan ini
mengharuskan guru untuk memenuhi standar penilaian yang ditetapkan, salah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa sertifikasi profesi guru
merupakan suatu sarana atau instrumen untuk mencapai tujuan yaitu menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil
pendidikan, meningkatkan martabat guru dan meningkatkan profesionalitas guru.
Melalui sertifikasi profesi guru ini maka diharapkan guru akan termotivasi untuk
mengaktualisasikan dirinya dalam merealisasikan berbagai tujuan tersebut.
Kaitannya antara sertifikasi profesi guru dengan kinerja guru terletak pada
tumbuhnya dorongan di dalam diri guru untuk melakukan berbagai kinerja secara
profesional demi mencapai kualitas pendidikan dengan tambahan ilmu
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperolehnya melalui program
sertifikasi profesi guru. Secara ideal sertifikasi profesi guru bertujuan bukan untuk
mendapatkan tunjangan profesi, tetapi untuk dapat menunjukkan bahwa guru
yang mengikuti program sertifikasi telah memiliki kompetensi sebagaimana
disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Sementara itu tunjangan profesi
merupakan konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang
dimaksud. Dengan demikian maka diharapkan guru memiliki pemahaman bahwa
untuk memperoleh sertifikat profesi harus mempersiapkan diri dengan belajar
yang benar untuk menghadapi sertifikasi. Pemahaman yang demikian akan
membawa dampak positif, yaitu adanya kesadaran bahwa sertifikasi profesi guru
dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja guru dalam berbagai aktivitasnya dalam
27
Setiap guru sertifikasi memperoleh tunjangan profesi melalui dana transfer
diberikan kepada guru yang telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan mengenai penerima tunjangan profesi guru yang melaksanakan tugas
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kriteria guru penerima tunjangan
profesi melalui transfer daerah berdasakan Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru adalah sebagai berikut:
1. Guru yang mengajar pada satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian
Pendidikan kecuali guru pendidikan agama
2. Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu nomor
regristasi guru oleh Kementerian Pendidikan
3. Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan
4. Mengajar sebagai Guru Kelas atau Guru Mata Pelajaran pada satuan
pendidikan yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya;
5. Memenuhi beban kerja sebagai Guru dengan kewajiban melaksanakan tugas
paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu bagi guru atau ekuivalen dengan
24 jam tatap muka per minggu apabila guru tersebut:
a) Mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, mengajar
paling sedikit 6 jam tatap muka per minggu atau membimbing 40 (empat
puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru
bimbingan dan konseling/konselor
b) Mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan,
80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang
berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor
c) Mendapat tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan, kepala
laboratorium, kepala bengkel, kepala unit produksi mengajar paling sedikit
12 jam tatap muka per minggu;
d) Bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling paling sedikit mengampu 150
peserta didik pada satu atau lebih satuan pendidikan;
e) Bertugas sebagai guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu paling
sedikit 6 (enam) jam tatap muka per minggu;
6. Berusia paling linggi 60 (enam puluh) tahun/belum pensiun;
7. Tidak beralih status dari guru atau pengawas sekolah;
8. Tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi lain selain satuan pendidikan
dan tidak merangkap sebagai pejabat eksekutif, yudikatif dan legislatif;
Pemberian tunjangan profesi dihentikan apabila guru penerima tunjangan profesi
memenuhi satu atau beberapa keadaan sebagai berikut:
a. meninggal dunia;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. tidak bertugas lagi sebagai guru pada satuan pendidikan;
d. sedang mengikuti tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e. tidak memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka atau tidak memenuhi
ekuivalen 24 jam tatap muka;
f. tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang
29
sebelum kelulusan Tahun 2009 sebagaimana Daftar Penyesuaian/Konversi
Bidang Studi Sertifikasi Sebelum dan Setelah Tahun 2009.
g. memiliki jabatan rangkap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
h. mutasi menjadi pejabat struktural;
i. pensiun, diberhentikan sebagai guru, meninggal dunia;
2.4 Proses Pengusulan Guru Sertifikasi
Proses Operasional Standar (POS) sertifikasi guru melalui Pendidikan Profesi
Guru Dalam Jabatan (PPGJ) sebagaimana dijelaskan dalam Kemendikbud,
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan dan Sosialisasi
a. Publikasi Data Guru
1) Guru yang belum bersertifikat berdasarkan pada pemutahiran data guru
yang dilakukan secara on-line pada aplikasi Padamu Negeri
2) Nilai UKA Tahun 2013 dan 2014
3) Data akan dipublikasikan melalui website www.sergur.kemdiknas.go.id
b. Penyusunan Pedoman Sertifikasi Guru melalui PPGJ
1) Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ
2) Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi Guru melalui PPGJ
3) Pedoman Penyusunan dan Penilaian RPL Sertifikasi Guru melalui
2. Tahap Seleksi dan Penetapan Peserta
a. Penyusunan Daftar Calon Peserta UKA
1) Dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan Kabupaten/kota,
berdasarkan data yang diterima dari Badan PSDMPK-PMP dan LPMP
menyusun daftar calon peserta UKA.
2) Dinas pendidikan harus memastikan bidang studi yang akan dipilih oleh
guru dalam mengikuti UKA.
3) Nama guru yang dinominasikan sebagai calon peserta UKA diumumkan
melalui pengumuman yang ditempel di papan pengumuman sekolah dan
dinas pendidikan.
Dinas pendidikan menginstruksikan kepala sekolah agar:
1) Menyampaikan informasi tentang keikutsertaan dalam UKA kepada guru
yang bersangkutan.
2) Guru yang bersangkutan dapat menyetujui/mengkoreksi bidang studi
yang akan dipilih dalam UKA.
3) Daftar calon peserta UKA guru tersebut dikirim ke LPMP dan Badan
PSDMPK-PMP.
b. Pemilihan Bidang Studi UKA oleh Guru
1) Guru harus memilih/menentukan bidang studi yang diikuti dalam UKA.
2) Bidang studi yang dipilih harus tercantum dalam Kurikulum 2013 dan
linier dengan kualifikasi S1/D-IV yang dimiliki.
3) Bidang studi yang akan diujikan harus sesuai dengan bidang studi
31
4) Khusus bagi guru produktif SMK, soal uji kompetensi didasarkan atas
program studi keahlian bukan berdasarkan paket keahlian.
5) Informasi lengkap tentang program studi keahlian dan paket keahlian
dapat dilihat pada Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.
c. Menetapkan Lokasi UKA
1) LPMP berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota
untuk menentukan tempat uji kompetensi (TUK).
2) Lokasi TUK yang ditetapkan harus mempertimbangkan kemudahan
akses ke lokasi dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
3) Pelaksanaan UKA dengan sistim off-line dapat menggunakan ruang kelas
di sekolah atau ruang sidang/ruang pertemuan kantor dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota.
4) UKA dengan sistim on-line dilaksanakan di sekolah yang sudah pernah
menjadi tempat uji kompetensi (TUK) pada pelaksanaan UKA on-line.
d. Daftar Peserta UKA per Lokasi TUK
1) LPMP menyusun daftar guru peserta UKA per TUK berdasarkan
pertimbangan asal sekolah/domisili guru, kapasitas TUK dan
pengelompokan bidang studi yang dipilih.
2) Masing-masing calon peserta akan memperoleh Kartu Peserta Uji
Kompetensi yang dicetak dari AP2SG-PPGJ.
3) LPMP harus menginformasikan dan mengirim undangan dan Kartu
Peserta Uji Kompetensi kepada guru calon peserta UKA paling lambat 2
4) Surat undangan dan kartu disampaikan langsung kepada guru
bersangkutan dan dialamatkan ke sekolah tempat mengajar.
5) LPMP juga harus membuat pengumuman berupa daftar nama peserta,
tempat dan tanggal pelaksanaan UKA, ditempel di papan pengumuman
LPMP, dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota serta dimuat di
website LPMP.
6) Guru wajib meneliti/ memastikan kebenaran/kesesuaian nomor peserta,
kode bidang studi sertifikasi dan soal uji kompetensi yang akan diikuti,
penggantian kode bidang studi tidak dapat dilakukan pada saat uji
kompetensi berlangsung.
7) Koreksi bidang studi yang tercantum dalam Kartu Peserta Uji
Kompetensi kepada LPMP melalui dinas pendidikan masing-masing.
8) Kartu Peserta Uji Kompetensi sesuai bidang studi yang baru/dikoreksi
akan diberikan oleh panitia sebelum pelaksanaan UKA di TUK.
e. Pelaksanaan Uji Kompetensi Awal (UKA)
1) Uji kompetensi secara off-line atau on-line bertempat di TUK yang telah
ditetapkan bersama oleh LPMP dan dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota.
2) Seluruh calon peserta sertifikasi guru melalui PPGJ Tahun 2015 yang
sudah dicantumkan dalam Daftar Calon Peserta UKA harus mengikuti uji
kompetensi awal sesuai bidang studi yang dipilih dan dilaksanakan di
33
3. Calon Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ
a. Penetapan Calon Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ
1) Badan PSDMPK-PMP berdasarkan hasil UKA guru Tahun 2013/2014
dan 2015 menetapkan peserta sertifikasi guru Tahun 2015.
2) Daftar peserta sertifikasi guru Tahun 2015 dikirimkan ke dinas
pendidikan provinsi/ kabupaten/kota dengan tembusan ke LPMP dan
LPTK penyelenggara
b. Daftar Calon Peserta Sertifikasi Guru melalui PPGJ Tahun 2015
1) Dinas pendidikan provinsi menyusun daftar calon peserta sertifikasi
guru Tahun 2015.
2) Dinas pendidikan kabupaten/kota menyusun daftar calon peserta
sertifikasi guru melalui PPGJ Tahun 2015.
3) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengumumkan nama guru
calon peserta sertifikasi guru Tahun 2015 melalui kepala sekolah
tempat guru mengajar dan papan pengumuman dinas pendidikan.
c. Penyusunan Berkas Administrasi
Berkas administrasi yang harus disusun oleh calon peserta sertifikasi guru
melalui PPGJ Tahun 2015 adalah:
1) Fotokopi Ijazah S-1 atau D-IV, serta Ijazah S-2 dan atau S-3 (bagi yang
memiliki)
2) Fotokopi SK pangkat/golongan terakhir
4) Fotokopi SK pengangkatan sebagai guru sejak pertama menjadi guru
sampai dengan SK terakhir
5) Pasfoto terbaru berwarna (enam bulan terakhir dan bukan polaroid)
ukuran 3x4 cm sebanyak 4 lembar
6) Surat Pernyataan dari calon peserta bahwa berkas/dokumen yang
diserahkan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya
Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik harus menyertakan:
1) Surat Keputusan Mutasi dari Bupati/Walikota sebagai tindak lanjut dari
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor
05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun
2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil.
2) Surat keterangan dari kepala sekolah dan disetujui oleh kepala dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota bagi guru bukan PNS yang sudah
dimutasi oleh yayasan.
3) Fotocopy Sertifikat Pendidik yang legalisasi oleh LPTK penyelenggara.
4) Dokumen/berkas yang dikumpulkan harus dilengkapi dengan format
verifikasi kelengkapan dokumen/berkas sebagaimana Lampiran 6 yang
telah diisi. Format verifikasi kelengkapan data ini kemudian diteruskan
ke dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota dan LPMP untuk diisikan
pada kolom yang bersangkutan.
35
Setiap pergantian jenis dokumen/berkas diberi pembatas kertas berwarna.
1) Pengumpulan berkas dimulai setelah pengumuman penetapan peserta,
paling lambat tanggal 15 Maret 2015.
2) Data guru yang akan mengikuti sertifikasi guru melalui PPGJ harus
benar dan valid karena akan digunakan sebagai dasar untuk menetapkan
soal uji kompetensi, bidang studi sertifikasi guru, dan data yang akan
dicantumkan dalam sertifikat pendidik.
d. Verifikasi Berkas Administrasi Guru oleh Dinas Pendidikan
1) Berkas administrasi guru calon peserta sertifikasi diverifikasi dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan mengirimkan hasil ke LPMP.
2) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/ kota berkewajiban memverifikasi
keabsahan ijasah S-1/D-IV peserta sertifikasi dengan menggunakan
instrumen yang telah ditetapkan.
e. Verifikasi Berkas Administrasi Guru oleh LPMP
1) LPMP memeriksa kembali kelengkapan persyaratan, memilah dan
mengelompokkan calon peserta sertifikasi menurut asal sekolah/
domisili guru dan bidang studi yang akan diikuti.
2) LPMP melakukan verifikasi kelengkapan dengan cara mengisi format
verifikasi kelengkapan data yang sudah diisi oleh guru dan dinas
pendidikan provinsi/kabupaten/kota.
3) Setelah verifikasi/persetujuan dilakukan, maka sistem AP2SG- PPGJ
4) Berkas administrasi guru yang sudah diverifikasi LPMP dan dinyatakan
belum lengkap akan dikembalikan ke guru melalui dinas pendidikan
yang bersangkutan untuk diperbaiki.
f. Pengumpulan Berkas Administrasi Yang Diperbaiki Dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota mengumpulkan berkas administrasi guru yang
harus diperbaiki untuk diteruskan ke guru yang bersangkutan.
g. Perbaikan Berkas Administrasi oleh Guru
1) Guru memperbaiki berkas administrasi sesuai dengan koreksi dari dinas
pendidikan dan LPMP.
2) Berkas perbaikan diserahkan kembali ke dinas pendidikan untuk
diverifikasi ulang dan diteruskan ke LPMP
3) Perbaikan berkas administrasi oleh guru diserahkan ke dinas pendidikan
4) Guru yang tidak menyerahkan berkas sampai batas waktu tersebut
dinyatakan gugur sebagai calon peserta PPGJ.
h. Mencetak Format B.1
LPMP mencetak Format B1 berdasarkan daftar calon peserta yang telah
memenuhi persyaratan administrasi, ditandatangani oleh Kepala LPMP dan
mengirim ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan LPTK.
i. Mencetak Format A.1
1) Dinas pendidikan mencetak Format A1 sebanyak 2 (dua) rangkap,
ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota
atau pejabat yang ditunjuk dan dibubuhi stempel pengesahan.
2) Dinas pendidikan mengirim 1 lembar Format A1 yang telah
37
j. Menerima Format A.1
1) Peserta sertifikasi guru melalui PPGJ menerima Format A1 asli (bukan
foto kopi) dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2) Format A1 wajib dibawa peserta pada saat datang mengikuti proses
pelaksanaan sertifikasi guru melalui PPGJ di LPTK.
3) Guru menerima Format A1 sebagai tanda persetujuan untuk menyiapkan
dokumen RPL.18
Berdasarkan uraian di atas di atas, maka dapat di gambarkan bagan alur
[image:50.595.119.511.373.632.2]pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Alur Pelaksanaan Sertifikasi Guru
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
dan pendekatan yuridis empiris.
a. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan
(library research) dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis
teori-teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian.
b. Pendekatan yuridis empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan
pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas yang ada berdasarkan
hasil wawancara di lokasi penelitian19
3.2Sumber dan Jenis Data
Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari da