• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Way Jepara

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

ISTIGFAR ROMADON

Ilmu pengetahuan alam merupakan pelajaran yang memerlukan pengalaman langsung. Berdasarkan observasi, pembelajaran IPA di SMP N 2 Way Jepara jarang melibatkan pengalaman secara langsung, sehingga diperlukan

pembelajaran yang melibatkan pengalaman siswa secara langsung, salah satunya adalah metode praktikum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode praktikum terhadap aktivitas dan keterampilan berpikir kritis serta tanggapan siswa terhadap metode praktikum.

(3)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode praktikum tidak berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok organisasi kehidupan. Akan tetapi, metode praktikum berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dan sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan metode praktikum. Aktivitas mengamati di kelas eksperimen tergolong sangat tinggi, yaitu 90,74%, aktivitas berdiskusi tergolong tinggi (76,39%), dan aktivitas mengungkapkan ide tergolong sedang (68,52%). Secara umum aktivitas belajar yang diamati di kelas eksperimen lebih tinggi daripada di kelas kontrol.

(4)
(5)
(6)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

COVER DALAM ... ii

ABSTRAK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN MAHASISWA ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Praktikum ... 10

B. Aktivitas siswa ... 13

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 15

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

(7)

xiv

H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 32

I. Pengolahan Data Angket ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 42

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN 1. Silabus ... 55

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen ... 63

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol ... 72

4. Kisi-Kisi LKS Eksperimen ... 80

5. Kisi-Kisi LKS Kontrol ... 86

6. Lembar Kerja Siswa Kelompok Eksperimen ... 92

7. Lembar Kerja Siswa Kelompok Kontrol ... 108

8. Jawaban LKS ... 118

9. Rubrik LKS ... 120

10.Kisi-Kisi Pretes dan Postes ... 127

11.Soal Pretes dan Postes ... 133

12.Rubrik Pretes dan Postes ... 137

13.Data Hasil Penelitian ... 139

14.Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 149

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses sains. Selain itu, pembelajaran biologi juga mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan dan kerja ilmiah untuk menemukan fakta, mengembangkan konsep, teori, dan hukum berdasarkan pengalaman langsung (BSNP, 2006:vii). Menurut Atmadi dan Setiyaningsih (2000 : 203), salah satu tujuan pembelajaran sains adalah mengembangkan dan menumbuhkan kebiasaan berpikir siswa. Mereka juga menambahkan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya bukan hanya untuk mencapai tujuan instruksional saja, melainkan juga keterampilan berpikir.

(9)

2 yang nyata agar mampu membuat dan melakukan asesman terhadap suatu kesimpulan.

Menurut Sardiman (2005:25) pembelajaran yang melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif untuk membina sikap,

keterampilan, dan cara berpikir kritis. Hal tersebut disebabkan karena adanya aktivitas yang lebih banyak dalam pembelajaran yang melalui praktik. Suardi (dalam Sardiman, 2005:16-17) menambahkan bahwa, adanya aktivitas siswa seperti menggunakan alat, mengamati, melakukan percobaan, menandakan adanya suatu proses belajar-mengajar. Salomon (dalam Duda, 2010:2) mengungkapkan bahwa pengalaman-pengalaman baru, mencoba,

menggunakan alat dan bereksperimen bisa didapatkan oleh siswa melalui praktikum.

Melalui pembelajaran praktikum, diharapkan siswa akan mendapatkan pengalaman dan bukti yang logis dalam sebuah pembelajaran, sehingga keterampilan berpikir kritis dapat ditumbuhkan dalam diri siswa. Hal tersebut dikarenakan, untuk dapat menumbuhkan berpikir kritis, diperlukan

pembelajaran yang memaksa siswa untuk berpikir secara mendalam serta mampu memberikan bukti pendukung dalam sebuah pengetahuan asumtif (Glaser, 1941:5). Pada saat ini, banyak guru maupun siswa hanya

memusatkan perhatian pada ranah kognitif saja, tanpa memperhatikan bagaimana keterampilan berpikir yang sebenarnya sangat diperlukan.

(10)

3 dilatih untuk berpikir kritis. Siswa lebih sering dituntut untuk mencapai nilai kognitif yang tinggi. Selain itu, jarang sekali pembelajaran yang melibatkan penyelidikan atau eksperimen melalui praktikum, baik di kelas ataupun di laboratorium IPA. Peralatan laboratorium yang ada, jarang digunakan untuk mengembangkan rasa ingin tahu melalui suatu percobaan untuk menemukan fakta, mengembangkan konsep dan teori, terutama yang berhubungan dengan IPA. Pembelajaran yang biasanya dilakukan adalah tanya jawab, latihan soal dan berdiskusi kelompok.

Kurangnya kegiatan praktikum diduga akan menyebabkan kurangnya

psikomotor siswa, sehingga pengalaman belajar secara langsung yang mereka dapatkan menjadi kurang. Kurangnya pengalaman belajar yang mereka dapatkan menyebabkan aktivitas belajar seperti mengobservasi, mencoba sesuatu yang baru, berdiskusi tentang fakta juga akan kurang. Hal tersebut diduga akan menyebabkan keterampilan berpikir kritis siswa menjadi sulit berkembang. Penyebab dari hal tersebut adalah, siswa hanya pasif menerima suatu teori dari guru lalu menghafal teori tersebut, tanpa ada rasa ingin tahu untuk mencari kebenaran dari teori tersebut melalui suatu pembuktian secara ilmiah.

(11)

4 terbiasa menemukan konsep yang sudah ada di buku, bukan berdasarkan pengalaman secara langsung.

Melalui kegiatan praktikum, diharapkan siswa mendapatkan pengalaman secara langsung dalam pembelajaran, sehingga keterampilan berpikir kritis siswa SMP Negeri 2 Way Jepara akan berkembang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Galih (2012:F5) tentang perbedaan

keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran fisika menggunakan praktikum real dan virtual di SMA N 1 Jetis. Penelitian tersebut

berkesimpulan bahwa keterampilan berpikir kritis dapat ditumbuhkan dengan menggunakan pembelajaran praktikum real maupun virtual. Selain itu Duda (2010:1) dalam penelitiannya, berkesimpulan bahwa pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Nusantara Indah Sintang, Kalimantan Barat (skor gain 0,61).

Dengan alasan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan metode praktikum terhadap aktivitas dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP N 2 Way Jepara TA.2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

(12)

5 2. Apakah penerapan metode praktikum berpengaruh nyata terhadap

aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan metode praktikum pada materi pokok organisasi kehidupan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh penerapan metode praktikum terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok organisasi kehidupan.

2. Pengaruh penerapan metode praktikum terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok organisasi kehidupan.

3. Tanggapan siswa terhadap penerapan metode praktikum pada materi pokok organisasi kehidupan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal

berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional, terutama dalam menerapkan metode praktikum dalam sebuah pembelajaran khususnya pada materi pokok organisasi kehidupan. 2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif dalam memilih serta menerapkan

(13)

6 berpikir kritis siswa dalam pembelajaran materi pokok organisasi

kehidupan.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu melatih, mengasah, serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis khususnya pada materi pokok organisasi kehidupan.

4. Sekolah, memberikan masukan untuk mengoptimalkan penerapan metode praktikum dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas

pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap istilah dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi istilah penelitian sebagai berikut :

1. Kegiatan praktikum disini merupakan kegiatan seperti mengamati tumbuhan bayam dan Rhoe discolor, menggunakan mikroskop cahaya, dan melakukan pembedahan ikan.

2. Indikator berpikir kritis yang dituntut adalah, apa yang menjadi contoh, keterampilan memberikan alasan, laporan dilakukan oleh pengamat sendiri, mencari persamaan dan perbedaan, serta menggeneralisasi. 3. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester

genap SMP N 2 Way Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013.

(14)

7 5. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas mengamati, berdiskusi, dan

menyampaikan ide.

6. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain, sedangkan aktivitas belajar siswa ditinjau melalui rasio persentase aktivitas selama proses pembelajaran.

F. Kerangka Pikir

IPA biologi bertujuan agar peserta didik dapat membangun dan menerapkan informasi serta pengetahuan secara kritis dan logis. Oleh karena itu,

pembelajaran biologi diharapkan tidak hanya menganut sistem konsep dan materi saja, tetapi juga perlu menekankan pada keterampilan khusus yang berguna untuk mengahadapi permasalahan dalam kehidupan nyata, keterampilan tersebut diantaranya adalah keterampilan berpikir kritis.

(15)

8 Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan praktikum, diharapkan akan memberikan pengalaman secara langsung yang lebih banyak daripada kegiatan pembelajaran diskusi pada umumnya. Hal ini akan

menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa terutama dalam melakukan langkah-langkah dalam praktikum. Kegiatan praktikum juga diharapkan akan meningkatkan antusias siswa dalam belajar, sehingga siswa tidak merasa bosan untuk belajar.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah penerapan metode praktikum, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis dan aktivitas siswa.

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada bagan di bawah ini.

Keterangan : X = Variabel bebas (Penerapan metode praktikum),Y dan Z = Variabel terikat, Y= kemampuan berpikir kritis siswa, Z= aktivitas siswa Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

HO = penerapan metode praktikum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Way Jepara pada materi pokok organisasi kehidupan.

Y

Z

(16)

9 H1 = penerapan metode praktikum berpengaruh secara signifikan terhadap

(17)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktikum

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu pelajaran yang dalam

mempelajarinya memerlukan pengalaman langsung. Dalam hal ini salah satu cara mendapatkan pengalaman langsung tersebut adalah dengan praktikum menggunakan alat-alat yang mendukung. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006:451), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), biologi merupakan salah satu mata pelajaran dalam Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, dan menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja. Kegiatan yang memanfaatkan alat laboratorium tersebut merupakan suatu kegiatan praktikum.

(18)

11 Mudyahardjo, 2001 : 9), hal tersebut dapat terjadi karena ilmu berisi konsep dan konsep tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman secara langsung.

Pengalaman secara langsung tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan praktikum. Seperti metode pembelajaran lainnya, pembelajaran yang menerapkan metode praktikum juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Sagala ( dalam Anggraini, 2012:23-24), kelebihan pembelajaran dengan metode praktikum antara lain :

a. Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau dari buku.

b. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang sains dan teknologi.

c. Dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah seperti bekerjasama, bersikap jujur, terbuka, kritis dan bertoleransi.

d. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.

e. Memperkaya pengalaman siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis.

f. Mengembangkan sikap berpikir ilmiah.

g. Hasil belajar akan bertahan lama dan terjadi proses internalisasi.

Sedangkan kekurangan metode praktikum dalam pembelajaran antara lain : a. Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu

mudah diperoleh dan murah.

b. Setiap praktikum tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena terdapat faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan. c. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua hal dapat dijadikan materi

eksperimen.

d. Sangat menuntut penguasaan dan perkembangan materi, serta fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.

(19)

12 bersifat dinamis, yang dapat diperoleh dari pengalaman aktif dan bukan merupakan gambaran dari dunia luar. Menurutnya, setiap orang perlu membangun pemahaman, pengetahuan dan gagasanannya melalui interaksi sosial dengan orang lain. Pengetahuan tersebut akan bermakna bagi seseorang melalui suatu proses aktif dan kebermaknaannya dapat dirasakan pada saat menghadapi masalah dalam lingkungannya (Sudargo, 2009:9).

Berdasarkan pendapat Nuryani dkk.(dalam Sudargo, 2009:9), semua bentuk praktikum yang ada di sekolah dapat mengefektifkan pembelajaran IPA yang memang memerlukan pengalaman secara langsung. Bentuk Praktikum di sekolah menurutnya ada tiga, yaitu :

1. Bentuk praktikum latihan : yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar, misalnya menggunakan mata untuk melakukan observasi mikroskopis, bekerja secara aman di laboratorium, menggunakan peralatan dengan tepat, dan melaksanakan kegiatan praktikum secara benar.

2. Bentuk praktium investigasi (penyelidikan): yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Dalam praktikum ini siswa bekerja hampir seperti seorang ilmuan, siswa mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menerapkannya dalam kegiatan

praktikum, serta menganalisis dan mengevaluasi hasilnya. Bentuk praktikum ini memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar divergen thinking dan memanipulasi variabel.

(20)

13 Praktikum jenis ini dapat terwujud apabila siswa diberi kesempatan untuk memahami fenomena alam dengan segenap inderanya (peraba, pengecap, pembau, penglihat, dan pendengar). Pengalaman langsung ini menjadi prasyarat utama untuk memahami bahan ajar. Bentuk praktikum ini dapat berformat discoveri terbimbing ataupun bebas.

Ketiga jenis praktikum tersebut sangat diperlukan terutama oleh siswa untuk memupuk rasa ilmiah. Terlebih lagi dalam pembelajaran IPA yang memang memerlukan sikap-sikap tersebut dan jika terus dikembangkan dapat

memupuk keterampilan berpikir kritis siswa.

B. Aktivitas Siswa

Berdasarkan arti kata di dalam kamus pintar Bahasa Indonesia (Yasin,

(21)

14 Sanjaya (2009 :130) berpendapat bahwa aktivitas belajar bukan hanya

kegiatan yang menggunakan fisik saja, melainkan juga memerlukan psikis, yaitu mental. Senada dengan pernyataan Sanjaya tersebut, Rohani (2004:6) menyatakan bahwa aktivitas belajar siswa dibagi aktivitas fisik dan aktivitas mental. Menurutnya, aktivitas fisik adalah keaktifan peserta didik dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Peserta didik tidak hanya melihat, duduk dan mendengarkan, atau hanya pasif di dalam pembelajaran. Aktivitas psikis (kejiwaan) merupakan aktivitas yang melibatkan daya jiwa untuk bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pembelajaran.

Piaget ( dalam Rohani dan Abu, 1995 : 7) menyatakan bahwa aktivitas fisik dan psikis memiliki hubungan yang erat. Hal tersebut dikarenakan seorang anak akan terus berpikir sepanjang ia berbuat atau melakukan aktivitas. Diedrich (dalam Sardiman, 2005:101) mengklasifikasikan aktivitas, yaitu:

1. Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi salam, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, misalnya mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

(22)

15 6. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang.

Aktivitas-aktivitas tersebut bukanlah bagian yang terpisah, misalnya dalam aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai perasaan tertentu. Setiap pelajaran terdapat aktivitas-aktivitas yang dapat dimaksimalkan ( Rohani da Abu, 1995 : 9).

Hamalik (2001:175) berpendapat tentang penggunaan asas aktivitas.

Menurutnya, penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran siswa, oleh karena itu beberapa anjurannya adalah:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral.

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa

4. Pengajaran di sekkolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

C. Keterampilan Berpikir Kritis

(23)

16 melihat bahwa IQ sebagai kecerdasan bawaan, sehingga orang dengan IQ sangat rendah tidak mungkin menunjukkan keterampilan berpikir. Sedangkan orang dengan IQ sangat tinggi dapat dipastikan merupakan pemikir yang efektif. Dalam kenyataanya, IQ tinggi tidak selalu berhubungan dengan keterampilan berpikir secara luas.

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, ‘berpikir’ merupakan keterampilan

dalam melaksanakan suatu pekerjaan, yang mendorong kecerdasan untuk bekerja. Kecerdasan yang tinggi mungkin berhubungan dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi, namun hal ini tidak selamanya benar. Sebab mungkin saja orang dengan kecerdasan sedang juga memiliki keterampilan berpikir yang tinggi. Hal ini utarakan oleh Surya (2011:128) yang menyebutkan bahwa di negara maju seperti Inggris, Jerman, Prancis, dan AS telah menerapkan pembelajaran yang super aktif dan super kritis bagi semua pelajar termasuk pelajar dengan tingkat kecerdasan lemah. Hasilnya siswa dengan tingkat kecerdasan lemah tidak kalah dengan pelajar yang tingkat kecerdasan tinggi untuk kemampuan berpikir kritisnya. Menurut de Bono (dalam Sudargo, 2009:13), keterampilan berpikir tidak dapat berkembang secara alamiah, sebab keterampilan berpikir harus diperkaya oleh berbagai stimulus lingkungan dan suasana yang beragam.

(24)

17

An investigation whose purpose is to explore a situation, phenomenon quation or problem to arrive at hypothesis or conclusion about it that integrates all available information and that therefore can be convincingly justified.

Hal ini dikuatkan oleh pendapat Surya (2011:5) yaitu, orang yang berpikir kritis tidak akan secara langsung menerima informasi yang diterimanya tanpa bukti kebenaranya.

Berpikir kritis merupakan proses yang kompleks dan jika dilakukan dengan benar dapat membantu kita untuk menguji gagasan secara sistematis untuk pemahaman yang lebih baik, baik yang berkaitan dengan masalah maupun konsekuensi dari suatu kegiatan. Paul dan Elder (dalam Sudargo, 2009:13) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dipilah menjadi delapan fungsi yang saling berhubungan dimana masing-masing fungsi mewakili bagian penting dari kualitas berpikir dan hasilnya secara menyeluruh, yaitu :

1. Question of issue : merupakan kesadaran untuk mempertanyakan sesuatu yang memang diperlukan

2. Purpose : ada kebutuhan yang sesuai dengan tujuan / hasil yang akan dicapai melalui proses inkuiri untuk mengidentifikasi tujuan.

3. Information : menjawab pertanyaan membutuhkan informasi yang sesuai dan informasi ini merupakan bahan untuk mengembangkan gagasan dan mensintesa pemikiran baru.

4. Concept : merupakan teori, definisi, aturan, dan hukum yang

(25)

18 5. Assumtions : merupakan anggapan dasar yang tidak perlu dibuktikan

kebenaranya.

6. Point of view : merupakan sudut pandang seseorang dalam menalar dan berpikir, merupakan bagian dari berpikir kritis yang melibatkan proses interpretasi dan memahami sesuatu.

7. Interpretation and inference : pada saat berpikir kita memadukan informasi baru dengan gagasan ke dalam sudut pandang yang telah ada, konsep, dan asumsi. Interpretasi diperlukan untuk memahami data dan menarik keseimpulan.

8. Implication and consequences : merupakan akibat dari menalar dan berpikir, karena berpikir kritis bukan suatu entitas tunggal, melainkan proses untuk menghasilkan sesuatu.

Menurut Chaffe (dalam Surya, 2011:130) berpikir kritis merupkan berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri, yang

kemudian ditambahkan oleh Johnson (dalam Surya, 2011:130) bahwa maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain mennggunakan bukti dan logika.

(26)

19 observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan dan komunikasi yang akan membimbing dan menentukan sikap dan tindakan.

Menurut Thomas (Satriyo dalam Arbaitin, 2010), berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunkasi. Berpikir kritis adalah suatu keharusan dalam memecahkan masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan keilmuan.

Indikator berpikir kritis telah diungkapkan oleh Ennis (dalam Costa, 1985 : 54) pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan Indikatornya. Keterampilan

a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan

b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin. c. Menjaga pikiran terhadap

situasi yang sedang dihadapi

2. Menganalisis argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan.

b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan. c. Mengidentifikasi alasan

yang tidak dinyatakan. d. Mencari persamaan dan

perbedaan.

e. Mengidentifikasi dan menangani

ketidakrelevanan. f. Mencari struktur dari

sebuah. pendapat/argumen g. Meringkas.

(27)

20 menjawab pertanyaan

klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

b. Apa yang menjadi alasan utama?

c. Apa yang kamu maksud dengan?

d. Apa yang menjadi contoh? e. Apa yang bukan contoh? f. Bagaiamana

mengaplikasikan kasus tersebut?

g. Apa yang menjadikan perbedaannya? h. Apa faktanya? i. Apakah ini yang kamu

katakan?

j. Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu? 2. Membangun

Keterampilan dasar

4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak?

a. Keahlian

b. Mengurangi konflik interest

c. Kesepakatan antar sumber d. Reputasi

e. Menggunakan prosedur yang ada

f. Mengetahui resiko g. Keterampilan memberikan

alasan

h. Kebiasaan berhati-hati 5. Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi

a. Mengurangi

praduga/menyangka b. Mempersingkat waktu

antara observasi dengan laporan

c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang

sangat diperlukan e. Penguatan

f. Kemungkinan dalam penguatan

g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam

menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas

kredibilitas criteria

3 . Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi

a. Kelas logika

b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasikan

pernyataan 7. Menginduksi dan

mempertimbangkan

(28)

21

hasil induksi

8. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi.

c. Mengaplikasikan konsep ( prinsip-prinsip, hukum dan asas)

9. Mendefinisikan istilah dan ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh

b. Strategi definisi. c. Konten (isi) 10 . Mengidentifikasi

asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan

b. Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen 5. Strategi dan

taktik

11. Memutuskan suatu tindakan

a. Mendefisikan masalah. b. Memilih kriteria yang

mungkin sebagai solusi permasalahan.

c. Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi. d. Memutuskan hal-hal yang

akan dilakukan. e. Merivew.

f. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi dengan

orang lain

a. Memberi label. b. Strategi logis. c. Srtrategi retorik.

d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

(29)

22 diberi perlakuan pembelajaran pasif (misal ceramah). Implikasi hasil

penelitian ini adalah pembelajaran praktikum dapat membantu siswa untuk belajar dan memahami konsep secara lebih baik.

Hasil penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Erica Suchman dkk.(2001 dalam Sudargo, 2009:15). Dari hasil penelitian mereka dinyatakan bahwa sebagian siswa yang dikenai berbagai strategi

pembelajaran kolaboratif seperti praktikum, akan sangat menghargai inovasi pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif ini mereka rasakan sangat

(30)

23

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di SMP Negeri 2 Way Jepara semester genap TP. 2012/2013.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Way Jepara yang terdiri atas tiga kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII 2 (sebagai kelompok eksperimen) dan kelas VII 3 (sebagai kelompok kontrol) yang dipilih dengan teknik puposive sampling (Sudjana, 2006:261).

C.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimetal semu (quasi eksperimen) dengan desain pretes-postes. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan metode praktikum dan kelas kontrol diberikan perlakuan menggunakan metode diskusi. Setelah itu kedua kelompok diberi pretes dan postes sebelum dan sesudah pembelajaran.

(31)

24

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas VII2) II = Kelas kontrol (kelas VII3)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan metode praktikum

C = Perlakuan di kelas kontrol pembelajaran dengan metode diskusi kelompok

O1 = Pretes O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok ekuivalen (Riyanto 2001:43)

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian.

Langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut : 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :

a. Melakukan wawancara secara nonformal dengan guru IPA SMP Negeri 2 Way Jepara.

b. Membuat surat izin observasi ke sekolah.

c. Mengadakan observasi ke SMP Negeri 2 Way Jepara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang keadaan sekolah yang menjadi ojek penelitian dan mengamati keadaan siswa secara langsung. d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan kelas

(32)

25

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes, postes, lembar

observasi aktifitas siswa beserta observernya (dua orang), dan membuat angket tanggapan siswa.

g. Membentuk kelompok diskusi yang bersifat heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik dan jenis kelamin siswa. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan menggunakan metode praktikum untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan langkah sebagai berikut :

a. Kelas eksperimen

o Kegiatan awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok organisasi kehidupan

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memerhatikan arahan

dan penjelasan dari guru, “kalian tahu, tembok dari kelas ini tersusun dari benda apa? apa yang kalian pikirkan ketika mengamati susunan batu bata yang menyusun kelas ini ?”. 3) Selanjutnya siswa mendapatkan motivasi belajar dari guru,”

(33)

26

ini, kita harus memiliki sifat yang kritis, dengan sifat yang kritis kita akan mendapatkan informasi yang akurat, hal ini disebabkan karena orang yang kritis biasanya tidak akan menerima informasi secara mentah-mentah tanpa pengkajian yang maksimal. Semoga melalui pembelajaran ini kita dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis”.

o Kegiatan inti

1) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS praktikum sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya.

2) Siswa melakukan pengamatan dengan alat dan bahan yang telah disediakan dalam kelompoknya.

3) Siswa mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sekelompoknya.

4) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

5) Siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil pengamatan dan hasil diskusi.

6) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

o Kegiatan penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

2) Siswa memerhatikan guru yang memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

(34)

27

b. Kelas Kontrol

o Kegiatan awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok sistem organisasi kehidupan di luar mata pelajaran IPA.

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memerhatikan arahan

dan penjelasan dari guru, “ kalian tahu, tembok ruangan ini tersusun dari benda apa? apa yang kalian pikirkan ketika mengamati susunan batu bata yang menyusun kelas ini ?” 3) Selanjutnya siswa mendapatkan motivasi belajar dari guru,”

apakah kalian sebelumnya juga memikirkan hal tersebut (batu bata yang menyusun ruangan)?, sebagai generasi penerus bangsa ini, kita harus memiliki sifat yang kritis, dengan sifat yang kritis kita akan mendapatkan informasi yang akurat, hal ini disebabkan karena orang yang kritis biasanya tidak akan menerima informasi secara mentah-mentah tanpa pengkajian yang maksimal. Semoga melalui pembelajaran ini kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis”.

o Kegiatan inti

1) Setiap siswa mendapatkan LKS dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang LKS tesebut.

(35)

28

4) Siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil pengamatan dan hasil diskusi.

5) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

o Kegiatan penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru..

2) Siswa memerhatikan guru yang memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

3) Siswa memerhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

4) Siswa mengerjakan soal postes (di luar waktu penelitian)

E.Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif berupa aktivitas siswa dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran menggunakan metode praktikum, sedangkan data kuantitatif

adalah keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan

postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes dalam

bentuk N-gain.

2. Teknik Pengumpulan Data

(36)

29

Nilai pretes diambil sebelum dilaksanakan pertemuan pertama pada

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol(di luar jam pelajaran

IPA), sedangkan nilai postes diambil pada jam pelajaran lain(di luar

jam IPA) baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk

soal yang diberikan adalah berupa soal uraian sebanyak 5 soal. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

100

x N R S

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto, 2008 : 112).

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa diperoleh dari kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Indikator aktivitas siswa dinilai dengan memberikan tanda checklis(√) dan hal ini peneliti dibantu oleh dua orang observer (Sudjana, 2006 :182).

c. Lembar Angket Tanggapan siswa

(37)

30

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan N-gain. Untuk mendapatkan N-gain menggunakan rumus Meltzer (dalam Hake, 1999:1)

Skor N-Gain = xpostes –x pretes

Skor maks−xpretes

Tabel 2. Kriteria N-gain.

Kategoriindeks N-gain

Interpretasi

(<g>) < 0,3 Rendah 0,7 > (<g>) > 0,3 Sedang (<g>) > 0,7 Tinggi

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji U dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa :

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Liliefors dengan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk, 2002: 118).

2). PengujianHipotesis

(38)

31

Uji Hipotesis dengan uji U

a) Hipotesis

HO = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama b)Kriteria Uji

 Jika –Z tabel < Z hitung< Z tabel atau p-value> 0,05, maka Ho diterima

 Jika Z hitung< -Z tabel atau Z hitung> Z tabel, maka Ho ditolak (Martono, 2010:158).

G. Keterampilan Berpikir kritis Siswa

Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi adalah sebagai berikut:

1) Mengisi rekapitulasi nilai keterampilan berpikir kritis siswa

Tabel 3. Rekapitulasi keterampilan berpikir kritis siswa.

No Nama

Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

A B C D E Jumlah total (N)

Persentase (P) Kriteria

Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada rubrik penilaian soal di lampiran. (Arief dalam Zuriati, 2012:35).

Keterangan : A. Menggeneralisasi

B. Mencaripersamaan dan perbedaan

C. Menyebutkan contoh(apa yang menjadi contoh) D. Keterampilan memberikan alasan

(39)

32

2) Menjumlahkan skor berpikir kritis seluruh siswa / siswi

3) Menentukan persentase tiap indikator keterampilan berpikir kritis dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

P= 100%

N f

Keterangan : P = Persentase; f = Jumlah point keterampilan berpikir kritis

yang diperoleh; N = Jumlah total point keterampilan berpikir kritis (Sudijono dalam Zuriati, 2012: 34).

4) Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan

berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut : Tabel 4. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa.

Persentase (%) Kriteria 80,1-100

60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2010: 245).

H. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dalam bentuk

(40)

33

1) Mengisi lembar aktivitas siswa

Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Catatan : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai.

(Carolina dalam Zuriati, 2012: 36).

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:

A.Kegiatan mengamati

1. Melakukan pengamatan, namun tidak sesuai dengan permintaan yang ada di LKS.

2. Melakukan pengamatan dan sesuai dengan permintaan yang ada di LKS, namun tidak mampu menjawab pertanyaan yang ada di LKS berdasarkan hasil pengamatan.

3. Melakukan pengamatan, sesuai dengan permintaan, dan mampu menjawab pertanyaan yang ada di LKS berdasarkan hasil pengamatan.

B.Berdiskusi

1. Diam, tidak melakukan kegiatan diskusi.

2. Melakukan diskusi, namun tidak sesuai dengan permasalahan dalam LKS.

3. Melakukan diskusi, sesuai dengan permasalahan dalam LKS. C.Merumuskan ide/gagasan berdasarkan permasalahan yang ada dari

hasil pengamatan

1. Tidak merumuskan ide/gagasan (diam saja)

2. Merumuskan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi sistem organisasi kehidupan.

3. Merumuskan ide/gagasan sesuai dengan pembahasan pada materi sistem organisasi kehidupan.

2) Menghitung rata–rata persentase aktivitas dengan menggunakan rumus

No Nama

Aspek yang diamati

(41)

34

� = �1

� × 100%

Keterangan: � = Rata-rata persentase aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor

yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum(Sudjana, 2006:69)

3) Menafsirkan atau menentukan kategori presentase aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada tabel 6.

Tabel 6. Klasifikasi Kategori Aktivitas Siswa

Kategori aktivitas siswa (%) Interprestasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37).

I. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Metode Praktikum

(42)

35

Tabel 7. Angket tanggapan siswa terhadap penerapan metode praktikum dalam pembelajaran

No. Pernyataan-pernyataan S TS

1. Saya senang mempelajari materi pokok Sistem organisasi kehidupan melalui kegiatan praktikum.

2. Saya bisa belajar menggambar yang berhubungan dengan materi pokok sistem organisasi kehidupan melalui kegiatan praktikum

3. Saya lebih termotivasi belajar materi pokok Sistem organisasi kehidupan melalui kegiatan praktikum. 4. Saya lebih teliti dalam melakukan pengamatan dalam

materi pokok sistem organisasi kehidupan melalui praktikum

5. Saya mendapatkan pengalaman belajar yang lebih banyak, setelah mengikuti kegiatan praktikum

6. Saya mudah mengingat konsep dari materi yang dipelajari jika belajar melalui kegiatan praktikum

7. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung

8. Saya merasa kesulitan mengerjakan soal-soal di LKS melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut: 1) Menetapkan skor angket

Tabel 8. Skor per item angket

Tabel 9. Penskoran angket tanggapan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan alat laboratorium.

No. Nama

Skor siswa per item angket

Skor total

1 2 3 4 Dst

1. Siswa A 2. Siswa B

(43)

36

2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: %Xin= Persentase jawaban siswa

S= Jumlah skor jawaban

Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana dalam Zuriati, 2012:39).

3) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket dengan memberikan tanda cheklist(√)

Tabel 10. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan Alat laboratorium

Nomor Responden (siswa) Ket Frekuensi

(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan metode praktikum tidak berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis oleh siswa dengan LKS yang diberikan pada penelitian ini.

2. Penerapan metode praktikum berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. 3. Secara umum siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan

metode praktikum.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Perlu memerhatikan kondisi siswa selama kegiatan praktikum

berlangsung, sehingga seluruh siswa benar-benar melakukan kegiatan praktikum.

2. Ketika melakukan kegiatan praktikum, perlu diperhatikan materi pokok yang akan diajarkan, apakah benar-benar cocok dengan metode praktikum. 3. Perlu diperhatikan LKS dan soal yang diberikan untuk mengukur KBK

(45)
(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, B. 2012. Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran STAD Terhadap keterampilan Proses Sains Siswa (Skripsi). Unila. Bandar Lampung.

Arbaitin, N. 2010. Pengaruh Metode Dikoveri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa SMP N 1 Seputih Agung(Skripsi). Unila. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Atmadi, A. dan Y, Setyaningsih. 2000. Transformasi Pendidikan. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta.

Belina. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam

Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Depdiknas. Jakarta

Costa, A. L. (1985). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking.

Association for Supervision and Curriculum Development.Virginia.

Depdiknas. 2003. Kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran sains. Depdiknas. Jakarta.

Duda, H.J. 2010. Pembelajaran Berbasis Praktikum dan Asesmannya pada Konsep Sistem Ekskresi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI. STKIP Persada Khatulistiwa Sintang. Pontianak.

Eggen, P dan D. Kauchak. 2012. Stategi dan Model Pembelajaran. PT. Indeks. Jakarta.

Galih, R. dkk. 2012. Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada

(47)

Gie, T. L. 1985. Cara Belajar Yang Efisien. Gajah Mana University Press. Yogyakarta.

Glaser, E. 1941. Apa Itu Berpikir Kritis. http:www. blogdiar. net. Diunduh di Bandar Lampung pada tanggal 4 Oktober 2012.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Changed/Gain Scores. Indiana University USA. (Online) http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (3 Oktober 2011: 20.00 WIB).

Hamalik, O. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Tarsito. Bandung.

Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Pt Rajagrafindo Persada. Jakarta. Hasnunidah, N dan Rini R. M. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Grava Media: Yogyakarta

Meriza, N.2010. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP N 1 Bandar Lampung (skripsi). Unila. Bandar Lampung.

Mudyahardjo, R. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nurgiantoro, B. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.

Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Rohani, A. dan Abu, A. 1995. Pengelolaan pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman, A. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

Sudargo, F. 2009. Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kritis (Skripsi). Universitas

(48)

Sudjana, D. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.

Surya, H. 2011. Strategi jitu mencapai kesuksesan Belajar. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media. Jakarta.

Yasin, S. 1995. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Penerbit Amanah. Surabaya. Zuriati, Z. 2012. Pengaruh Multimedia Interaktif Terhadap Keterampilan

Berpikir Krittis Melalui Model Gi Pada Materi Pokok Sistem Gerak

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan Indikatornya.
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok ekuivalen (Riyanto  2001:43)
Tabel 2. Kriteria N-gain.
+7

Referensi

Dokumen terkait

perlindungan hukum bagi saksi terhadap tindak pidana narkotika. Bab penutup, dalam bab ini akan berisikan tentang kesimpulan

[r]

Ada tiga temuan dalam penelitian ini, yaitu (1) Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes bagi ABK disamakan dengan anak lain baik pada perencanaannya maupun pelakasaannya,

Hal ini berkaitan dengan tugas guru dalam kompetensi professional yang dicontohkan oleh guru pembimbing, dimulai dari persiapan mengajar sampai pada saat mengajar

224/MP/1961, dan berjanji pula bahwa saya akan menghindarkan diri dari perbuatan tercela baik sebagai pegawai/Pelajar maupun sebagai anggota masyarakat (misalnya

Qualification Qualification Installation Qualification Operational Performance Qualification Timing and Applicability.. Prior to purchase of

[r]

Tanggal Pembayaran atas Pembelian Saham Publik 30 Juni 2012 Tanggal Efektif Penggabungan Usaha 01 Juli 2012 Tanggal Awal Perdagangan Saham Hasil Penggabungan di Bursa 01 Juli