• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 KARANG ENDAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 KARANG ENDAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 KARANG

ENDAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN

2012/2013

OLEH TIKA FRANSISKA

Penelitian ini berlatarbelakang dari rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah. Tujuan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dan media grafis.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 50,41% dengan kualifikasi cukup aktif, siklus II sebesar 62,58% dengan kualifikasi aktif, dan siklus III sebesar 81,50% dengan kualifikasi sangat aktif. Persentase hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus I sebesar 62,50%, siklus II sebesar 70,84%, dan siklus III sebesar 83,33%. Peningkatan hasil belajar siswa didukung uji perbedaan hasil tes formatif dengan menggunakan t-tes, didapatkan hasil thitung (siklus I-II) = 6,617 > ttabel= 2,069 dan thitung (siklus II-III) = 7,830 > ttabel= 2,069 pada α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

(3)
(4)
(5)
(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian... 6

1.5 Manfaat Penelitian... 6

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 8

2.2 Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) 2.2.1 Pengertian Model Cooperative Learning……….. 9

2.2.2 Tujuan Model Cooperative Learning……….. ... 10

2.2.3 Prinsip-Prinsip Model Cooperative Learning ... 11

2.2.4 Unsur-unsur Model Cooperative Learning ………... 12

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning... 13

2.2.6 Tipe-tipe Model Cooperative Learning………...…….. 14

2.3 Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw 2.3.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 15

2.3.2 Ciri-ciri Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 16

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning Tipe Jigsaw ... 16

2.3.4 Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw ………. 17

2.4 Media Pembelajaran 2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 20

2.4.2 Fungsi Media Pembelajaran ... 21

(7)

vii

2.5.2 Fungsi Media Grafis ... 23

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis ... 24

2.6 Pengertian Belajar ... 25

2.7 Aktivitas Belajar ... 26

2.8 Hasil Belajar ... 27

2.9 Pengertian Matematika ... 29

2.10 Hipotesis Tindakan ... 30

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………. 31

3.2 Setting Penelitian ... 33

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4 Alat Pengumpul Data ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 35

3.6 Prosedur Penelitian ... 39

3.7 Indikator Keberhasilan ... 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 3 Karang Endah ... 46

4.2 Prosedur Penelitian 4.2.1 Deskripsi Awal ... 47

4.2.2 Refleksi Awal ... 47

4.2.3 Persiapan Pembelajaran ... 48

4.3 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian 4.3.1 Pelaksanaan Penelitian ... 49

4.3.2 Hasil penelitian siklus I ... 49

1) Perencanaan siklus I ... 49

2) Pelaksanaan siklus I ... 50

3) Hasil Observasi Siklus I ... 55

4) Refleksi Siklus I ... 57

5) Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 58

4.3.3 Hasil Penelitian Siklus II 1) Perencanaan siklus II ... 59

2) Pelaksanaan siklus II ... 59

3) Hasil Observasi Siklus II... 66

4) Refleksi Siklus II ... 68

5) Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus III ... 68

4.3.4 Hasil Penelitian Siklus III 1) Perencanaan Siklus III ... 69

2) Pelaksanaan Siklus III ... 70

3) Hasil Observasi Siklus III ... 76

4) Refleksi Siklus III ... 77

4.4 Pembahasan 4.4.1Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 79

4.4.2 Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 82

(8)
(9)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar Observasi Kinerja Guru ………... 34

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… 35

3. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ………. 36

4. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru ………. 37

5. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ………. 38

6. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ……… 49

7. Kinerja Guru Siklus I ……….………. 56

8. Kinerja Guru Siklus II………..………. 67

9. Kinerja Guru Siklus III ………..………..…….. 76

10. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ………. 80

11. Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus ………. 81

12. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ……….. 84

(10)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Posisi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Jigsaw ... 18 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ………... 32 3. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I, II, III ………….. 80 4. Grafik Peningkatan Kinerja Guru Siklus I, II, III ………... 82 5. Grafik Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, III …………... 85 6. Grafik Persentase Kentutasan Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, III …… 87

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya penting untuk perkembangan jasmani dan rohani peserta didik dalam pembangunan, dan bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No. 20 Th. 2003 pasal 1.1 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

(12)

Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan mutu proses pembelajaran. Dalam proses ini guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah letak berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar, dan melatih, tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas, kondisi siswa dalam menerima pelajaran, untuk semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran matematika.

Secara lebih khusus pembelajaran matematika di SD yang terdapat dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

(13)

pembelajaran yang membosankan dan monoton, kurang menarik minat siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi demikian mengakibatkan kurangnya kemampuan bekerja sama dan lemahnya pengembangan potensi diri siswa.

Mengatasi berbagai kendala di atas, dibutuhkan kreativitas guru untuk memiliki dan melaksanakan model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, dan mendorong pengembangan potensi dalam dirinya serta kemampuan bekerja sama dalam menemukan makna dari apa yang telah dipelajarinya.

(14)

KKM yang ditentukan. Melihat hal itu, diperlukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang bervariasi dan menarik bagi siswa.

Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di atas sesuai dengan teori Isjoni (2007: 54) yang menyatakan bahwa model cooperative learning tipe jigsaw dianggap mampu mendorong siswa aktif dan membantu

dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Perbaikan pembelajaran tidak cukup dengan penggunaan model saja, tetapi juga dengan berbagai faktor pendukung lainnya seperti media dan alat pembelajaran. Media pembelajaranpun sangat berperan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar. Sebagaimana pendapat Sadiman (2006: 28) media grafis termasuk media visual. Media grafis ini berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Asyhar (2012: 57) yang menyatakan bahwa media grafis memiliki fungsi yang menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan apabila hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Tampaknya masih sedikit guru yang mempergunakan media grafis dalam pembelajaran matematika. Sebaiknya guru mempersiapkan berbagai macam media yang dapat dipergunakan untuk pembelajaran, terutama media grafis untuk pembelajaran matematika.

(15)

mengangkat judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Dengan Media Grafis Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah di antaranya:

1. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centre) serta guru belum menggunakan variasi model pembelajaran

2. Guru belum menggunakan media pembelajaran secara maksimal saat pembelajaran

3. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika sebab banyak diantara siswa yang mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menyampaikan materi, siswa kurang antusias bahkan terkesan pasif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta siswa membuat kegaduhan sendiri saat proses pembelajaran

4. Rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas masih di bawah KKM yaitu < 60.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(16)

IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah penerapan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013, melalui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis

2. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis

1.5Manfaat Penelitian

Adapun harapan dari penelitian ini agar dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa, yaitu meningkatnya pemahaman siswa dan lebih termotivasi serta meningkatnya kemampuan berfikir yang lebih baik sehingga dapat memperoleh pengalaman belajar melalui aktivitas belajar.

(17)

3. Sekolah, yaitu dapat menjadi bahan rujukan sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa baik untuk mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Penggunaan istilah ”model” lebih dikenal dalam dunia fashion. Akan tetapi dalam pembelajaranpun istilah ”model” juga banyak dipergunakan. Sebagaimana pendapat Mills (dalam Suprijono, 2009: 45) menyatakan bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Sedangkan Suprijono (2009: 45) menyatakan bahwa, model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2010: 51) yang menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

(19)

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 2.2.1 Pengertian Model Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif berpartisipasi menemukan konsep dasar individu dengan pembelajaran kelompok. Definisi cooperative learning banyak diungkapkan oleh para pakar, diantaranya Suprijono (2009: 54) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Menurut Johnson dan Johnson (dalam Isjoni, 2007: 17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke

dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok. Cooperative learning merupakan model yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa.

(20)

2.2.2 Tujuan Model Cooperative Learning

Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu sebagai berikut.

a. Hasil belajar akademik

Tujuannya adalah untuk memperbaiki prestasi belajar siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lainnya adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja dan kolaborasi (Ibrahim dalam Isjoni, 2007: 27).

Sedangkan Isjoni, 2007: 21, mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya cooperative learning adalah sebagi berikut.

(21)

b) Pertanggungjawaban individu

c) Kesempatan yang sama untuk berhasil.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari model cooperative learning yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademik, menerima keragaman teman, serta mengembangkan keterampilan sosial siswa.

2.2.3 Prinsip-prinsip Model Cooperative Learning

Dalam model cooperative learning terdapat prinsip-prinsip yang harus diketahui, yaitu sebagai berikut:

a) Belajar siswa aktif

Prinsip ini menekankan pada student center. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan belajar dengan berdiskusi, membangun dan menemukan konsep-konsep materi bersama kelompoknya, dan membuat laporan akhir individu dan kelompok atas kerja sama yang telah dilakukan.

b) Belajar kerjasama

Proses belajar dilalui siswa dengan bekerja sama dalam kelompok untuk memahami dan memperdalam materi. Siswa saling membantu temannya, menguji dan berdiskusi untuk mempelajari materi sampai setiap anggota dalam kelompok dapat memahami materi.

c) Pembelajaran partisipatorik

(22)

d) Reactive Teaching

Melalui model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga akan timbul sikap menerima dan ketertarikan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

e) Pembelajaran yang menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan sangat dipengaruhi oleh peran guru untuk menciptakan suasana belajar yang hangat, guru bersikap ramah degan bertutur kata penuh kasih sayang kepada siswa-siswanya (Asma, 2006: 14-15).

2.2.4 Unsur-unsur Model Cooperative Learning

Cooperative learning memiliki unsur-unsur yang harus dipahami

agar tidak terjadi kesalahpahaman, yaitu meliputi:

a. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka (tenggelam atau berenang bersama).

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki

tujuan yang sama.

(23)

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning 2.2.5.1 Kelebihan Model Cooperative Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing jika diterapkan dalam proses kegiatan pembelajaran. Kelebihan atau keunggulan cooperative learning meliputi:

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana kelas yang menyenangkan

e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru

f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman yang menyenangkan (Jarolimek & Parker dalam Isjoni, 2007: 24).

2.2.5.2 Kekurangan Model Cooperative Learning

Cooperative learning memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut.

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

(24)

c. Selama kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan meluas hingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu.

d. Saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif (Isjoni, 2007: 27)

2.2.6 Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Cooperative learning memiliki beberapa tipe yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana Komalasari (2010: 62) mengemukakan model cooperative learning memiliki bermacam-macam tipe, yang merupakan variasi dari model pembelajaran tersebut. Diantaranya model Jigsaw, Student Teams Achievment Division (STAD), Teams Game Tournament (TGT), Think

Pair Share (TPS), dan Number Head Together (NHT).

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Isjoni (2011: 50) mengemukakan dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi model yang diterapkan, yaitu diantaranya Student Teams Achievment Division (STAD), Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, Group Resume, Number Head Together (NHT), Jigsaw, dan lain-lain.

(25)

2.3 Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

2.3.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Model cooperative learning tipe jigsaw merupakan sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan oleh Isjoni (2007: 54), cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal.

Menurut Trianto (2009: 74), dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Sebagaimana menurut Slavin (2010: 246), jigsaw adalah salah satu dari model-model kooperatif yang paling fleksibel.

Sedangkan Rusman (2011: 217), menyatakan bahwa arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Cooperative learning tipe jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah

gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

(26)

siswa memiliki tanggung jawab untuk mempelajari masalah tersebut dan menyampaikan atau mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

2.3.2 Ciri-ciri Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Setiap model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus untuk membedakan antara model yang satu dengan model yang lain. Ciri-ciri cooperative learning tipe jigsaw, yaitu:

a. Setiap anggota tim terdiri dari 4 – 6 orang yang disebut kelompok asal. Kelompok asal merupakan kelompok awal yang dibentuk oleh guru secara heterogen baik dari tingkat pemikiran, jenis kelamin dan latar belakang sosial maupun ekonomi.

b. Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli merupakan kelompok yang terbentuk dari anggota kelompok asal yang memiliki atau mendapatkan materi yang sama. c. Kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai

keahliannya.

d. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi, Suyatno dalam Yusiriza (2011).

(27)

a. Kelebihan model cooperative learning tipe jigsaw

1) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan.

2) Guru dapat memberikan seluruh kreatifitas kemampuan mengajar. 3) Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan

yang dihadapi dalam mempelajari materi

4) Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.

b. Kelemahan model cooperative learning tipe jigsaw

1) Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah.

2) Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran.

2.3.4 Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Cooperative learning memiliki beberapa langkah-langkah pada implementasinya dalam proses pembelajaran. Begitu pula dalam model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Menurut Huda (2011: 118), mengemukakan bahwa teknis pelaksanaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang pertama, setiap kelompok disajikan informasi yang sama. Kemudian, setiap anggota kelompok yang mendapatkan bagian persoalan yang sama berkumpul

menjadi ”kelompok ahli” untuk bersama-sama mempelajari dan

memecahkan persoalan tersebut. Setelah itu, mereka kembali kekelompoknya masing-masing untuk mengajarkan topik yang lebih spesifik dari informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya. Setelah itu, setiap anggota diuji secara individual melalui kuis. Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis ini akan menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka.

(28)

tipe jigsaw menurut Komalasari (2011: 65-66) dan Stephen, Sikes, and Snapp (dalam Rusman, 2011: 220) yaitu sebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan ke dalam + 4 orang anggota tim b. Tiap orang dalam tim diberi bagian yang berbeda

c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka

e. Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

f. Tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi g. Guru memberi evaluasi

h. Penutup

Proses pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 1 Posisi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Jigsaw (sumber: Muncarno, 2009: 27)

Cooperative learning tipe jigsaw dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa, guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing, siswa dituntut bekerja sama positif dimana setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi atau mengajarkan materi tersebut kepada anggota

A1 A2 A3 A4

B1 B2 B3 B4

C1 C2 C3 C4

D1 D2 D3 D4

A1 B1 C1 D1

A2 B2 C2 D2

A3 B3 C3 D3

(29)

kelompok yang lain. Dengan tahapan pelaksanaannya yang terdiri dari 6 langkah seperti yang telah peneliti simpulkan dari berbagai pendapat para ahli, yaitu:

a. Siswa dibentuk kelompok yang heterogen baik dari tingkat pengetahuan, jenis kelamin maupun latar belakang sosial dan ekonomi yang beranggotakan 4 – 5 orang

b. Siswa membaca dan mempelajari materi atau bahan ajar yang diberikan oleh guru untuk menemukan informasi

c. Siswa yang memiliki materi yang sama membentuk kelompok ahli untuk mendiskusikan

d. Setelah selesai diskusi kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompok awal untuk menyampaikan atau menjelaskan materi tersebut pada teman satu tim

e. Siswa mengerjakan tes atau tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.

(30)

2.4 Media Pembelajaran

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses komunikasi. Menurut Asyhar, (2011: 7), pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Di sini media pembelajaran berperan untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.

Menurut Hernawan (2007: 54) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan media pembelajaran, menurut Gerlach & Ely (dalam Asyhar, 2011: 7) memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Media pembelajaran menurut Musfiqon (2012: 26) merupakan alat komunikasi dan sumber informasi yang berfungsi untuk menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit dijelaskan secara verbal. Materi pembelajaran akan lebih mudah dan jelas jika dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran.

(31)

sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien.

2.4.2 Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran yaitu sebagai pengantar pesan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa lebih mudah dalam menerima informasi yang disampaikan, serta menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa ingin tahu lebih banyak. Salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai sarana untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Ada dua fungsi media pembelajaran yang perlu diketahui, yaitu:

a. Fungsi pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran Apabila dalam materi ajar yang bersifat abstrak dan rumit/kompleks diajarkan kepada siswa, maka siswa hanya akan berfikir/berangan-angan secara biasa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Kehadiran media sebagai alat bantu dalam menjelaskan suatu bahan yang bersifat abstrak sangat diperlukan guna mencapai tujuan dari pengajaran yang telah ditetapkan.

b. Fungsi kedua media adalah sebagai sumber belajar

(32)

2.4.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Setiap jenis media pembelajaran memiliki perbedaan dan digolongkan berdasarkan kriteria tertentu. Sebagaimana pendapat Asyhar (2012: 44-45) meskipun beragam jenis dan format media sudah dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran, namun pada dasarnya semua media tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

a) Media visual

Media visual merupakan jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. b) Media audio

Media audio merupakan jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik.

c) Media audio-visual

Media audio-visual merupakan jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dengan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.

d) Multimedia

(33)

2.5 Media Grafis

2.5.1 Pengertian Media Grafis

Media grafis merupakan media yang sering digunakan dalam proses pembelajaran. Sebagaimana pendapat Daryanto (2010: 19) media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengihtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian.

Menurut Sardiman (2006: 28) media grafis termasuk media visual. Media grafis ini berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain. Media grafis dimaksudkan untuk mengihtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. Saluran yang digunakan menyangkut indera penglihatan.

2.5.2 Fungsi Media Grafis

(34)

Menurut Daryanto (2012: 19) menyatakan fungsi media grafis secara umum untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Sedangkan menurut Musfiqon (2012: 73) fungsi media grafis secara khusus berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Asyhar (2012: 57) mengungkapkan fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan apabila hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa fungsi media grafis yaitu menyajikan suatu informasi atau pesan pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa.

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis

Betapapun baiknya sebuah media grafis pasti memiliki kelebihan di satu sisi dan di sisi lain memiliki pula kekurangan, seperti halnya yang diungkapkan Udin (2012), yaitu:

1) Kelebihan Media Grafis

a. Dapat menerjemahkan ide-ide yang abstrak ke dalam bentuk yang lebih realistik

b. Dapat ditemukan dalam buku-buku pelajaran, majalah, surat kabar, kalender dan perpustakaan

c. Mudah menggunakannya

d. Dapat digunakan pada semua jenis dan jenjang pendidikan e. Menghemat waktu dan tenaga dan juga menarik perhatian siswa f. Harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media

pengajaran lainnya

(35)

h. Sifatnya konkret dan lebih realistis 2) Kekurangan Media Grafis

a) Terkadang ukurannya terlalu kecil untuk digunakan pada kelompok siswa yang cukup besar

b) Pada umumnya hanya dua dimensi yang tampak, sedangkan dimensi yang lainnya tidak jelas

c) Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh d) Tanggapan bisa berbeda-beda terhadap gambar yang sama

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian dengan indikator keberhasilan (a) menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media grafis, (b) melibatkan siswa dalam pemanfaatan media grafis, (c) memberikan kesan dan pesan yang menarik dengan media yang digunakan, dan (d) menggunakan media secara efektif dan efisien.

2.6 Pengertian Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya, Sardiman (2010: 20).

(36)

makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, Budiningsih (2005: 80).

Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kemudian menurut Hernawan (2007: 2) belajar adalah proses perubahan tingkah laku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan beberapa teori yang telah diuraikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang lebih baik. Sehingga dari yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar merupakan kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

2.7 Pengertian Aktivitas Belajar

Kunandar (2011: 277) menyatakan bahwa aktivitas siswa merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS.

(37)

melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23) mengartikan aktivitas sebagai kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu pekerjaan guna mencapai tujuan tertentu. Dalam melakukan aktivitas terjadi kegiatan oleh individu atau kelompok guna mencapai tujuan tertentu dengan melalui beberapa tahapan yang telah direncanakan.

Hanafiah dan Suhana (2010: 23) aktivitas juga dapat diartikan sebagai suatu proses aktivitas pembelajaran yang harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani dan rohani. Sehingga terjadi perubahan dalam perilakunya secara tepat, cepat, mudah, dan benar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Adapun indikator yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah (a) siswa memperhatikan penjelasan dari guru, (b) merespon aktif pertanyaan lisan guru, (c) aktif mengajukan pertanyaan, (d) dapat bekerja sama dalam kelompok, dan (e) mengerjakan tugas dari guru.

2.8 Pengertian Hasil Belajar

(38)

Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat (Hamalik, 2001: 33-35).

Hasil belajar terbagi menjadi beberapa ranah pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bloom (dalam Suprijono, 2009: 5 – 7) mengatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Domain afektif yaitu sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, dan karakterisasi. Sedangkan domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinezed. Ada empat aspek ranah psikomotorik yaitu menirukan, memanipulasi, pengalamiahan dan artikulasi.

(39)

pembelajaran dengan indikator menggunakan atau memanfaatkan media grafis.

2.9 Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan di Sekolah Dasar. Johnson dan Rising (Suwangsih, 2006: 4) mengemukakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol yang padat, lebih berupa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Adji (2006: 34) yang menyatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna dan pengertiannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan kuantitatif sehingga memudahkan manusia untuk berpikir yang logis. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam penalaran, ide, proses yang terbentuk dari pikiran-pikiran manusia.

2.10 Hipotesis Tindakan

(40)
(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan berupa suatu siklus atau daur ulang berbentuk spiral yang setiap langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Kemmis dan Tagart dalam Wiraatmadja, 2006: 66).

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan metode penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik di dalam kelas.

(42)

bersama. Prosedur ini merupakan pedoman wajib dalam melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui hasil yang ingin dicapai peneliti guna evaluasi pembelajaran sehingga lebih optimal. Secara garis besar di dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui yaitu, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Siklus tindakan dalam penelitian ini diadaptasi dari rancangan penelitian tindakan kelas oleh Arikunto, dkk. (2006: 74).

[image:42.595.117.514.336.632.2]

Siklus Tindakan Pembelajaran

Gambar 2. Siklus Tindakan Pembelajaran Arikunto, dkk. (2006: 74)

Refleksi II Pengamatan/

pengumpulan data II Pelaksanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Permasalahan baru hasil refleksi

Refleksi I Pengamatan/

pengumpulan data I Pelaksanaan tindakan I Perencanaan tindakan I Permasalahan Apabila permasalahan belum terselesaikan

Siklus berikutnya sesuai kebutuhan

(terpenuhinya indikator)

Refleksi II Pengamatan/

pengumpulan data II Pelaksanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Permasalahan baru hasil refleksi

Refleksi I Pengamatan/

pengumpulan data I Pelaksanaan

tindakan I Perencanaan

tindakan I Permasalahan

Siklus berikutnya sesuai kebutuhan

(43)

3.2Setting Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 10 perempuan.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan di kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah, Lampung Tengah.

3.2.3 Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dilakukan selama lima bulan terhitung dari bulan Desember 2012 sampai dengan bulan April 2013 pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Teknik Tes

Tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150).

(44)

3.3.2 Teknik Nontes

Teknik nontes dapat dilakukan melalui observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis di kelas IVB akan lebih efektif, apa pengaruhnya untuk siswa serta bagaimana pembelajaran yang dilakukan. Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung.

3.4 Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes dan lembar observasi.

3.4.1 Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan observer untuk mengamati aktivitas siswa maupun kinerja guru saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan.

[image:44.595.161.513.572.740.2]

Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kinerja guru adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

No Kegiatan Guru Skor

(1-5) 1. Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim

belajar/kelompok kooperatif.

2. Memberikan materi agar dibaca dan dipelajari oleh siswa untuk menemukan informasi

3. Membentuk kelompok asal dan kelompok ahli

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari agar disampaikan kepada teman sekelompoknya

(45)
[image:45.595.164.514.142.243.2]

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator Aktivitas Siswa

No Kegiatan Siswa Skor (1-5)

1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Merespon aktif pertanyaan lisan guru 3. Aktif mengajukan pertanyaan

4. Kerja sama dalam kelompok 5. Mengerjakan tugas dari guru

3.4.2 Tes

Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa isian yang dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu pada setiap pertemuan ketiga diakhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.

3.5 Teknik Analisis Data 3.5.1 Data Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas:

a. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung

terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut

direkap dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa.

Data kualitatif pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis

menggunakan teknik persentase.

Keterangan:

NA = Nilai Aktivitas

(46)

JS = Jumlah Skor yang diperoleh siswa

SM = Total Skor Maksimum ideal dari aspek yang diamati (sumber Aqib, 2009: 41)

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi.

b. Nilai rata-rata aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

X = Nilai rata-rata yang dicari Σx = Jumlah nilai

n = Jumlah aspek yang dinilai (sumber dari Muncarno, 2009: 15)

[image:46.595.177.512.522.685.2]

Setelah diperoleh presentase hasil aktivitas siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi.

Tabel 3. Kualifikasi hasil observasi aktivitas siswa Nilai Aktivitas (NA) yang

diperoleh Kualifikasi

80% ≤ NA ≤ 100% Sangat aktif

60% ≤ NA < 80% Aktif

40% ≤ NA < 60% Cukup Aktif

20% ≤ NA < 40% Kurang Aktif

0% ≤ NA < 20% Sangat Kurang Aktif

(47)

c. Data kinerja guru dalam pembelajaran

Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Analisis kualitatif pada lembar observasi kinerja guru menggunakan teknik persentase.

Keterangan:

NK = Nilai Kinerja

TS = Total Skor yang diperoleh

SM = Total Skor Maksimum ideal dari aspek yang diamati (sumber Aqib, 2009: 41)

Setelah diperoleh persentase mengenai kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi.

Tabel 4. Kualifikasi hasil observasi kinerja guru Nilai kinerja (NK) Yang

Diperoleh Kualifikasi

80 % ≤ NK ≤ 100 % Sangat Baik

60 % ≤ NK ≤ 80 % Baik

40 % ≤ NK ≤ 60 % Cukup

20 % ≤ NK ≤ 40 % Kurang

0 % ≤NK ≤ 20 % Sangat kurang

(sumber Prayitno, 2010: 49) 3.5.2 Data Kuantitatif

Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan

(48)

a. Nilai hasil belajar kognitif siswa secara individu diperoleh dengan

rumus

Keterangan:

NA = Nilai Akhir yang dicari

SB = Skor yang diperoleh dari jawaban yang benar pada tes

TS = Total Skor maksimum dari tes

(sumber Purwanto, 2008: 112)

b. Perolehan hasil belajar siswa merupakan akumulasi dari hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor dengan persentase kognitif 70%, afektif 10%, dan psikomotor 20%. Sehingga nilai akhir hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

NA = 70% C + 10% A + 20%P

Apabila nilai akhir yang diperoleh > 60 maka dikategorikan tuntas, sedangkan jika < 60 dikategorikan tidak tuntas

c. Persentasi ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan rumus sebagai berikut:

[image:48.595.173.510.545.737.2]

× 100

Tabel 5. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Tingkat Keberhasilan (%) Arti

> 80 % Sangat tinggi

60-79 % Tinggi

40-59 % Sedang

20-39 % Rendah

< 20 % Sangat rendah

(49)

3.5.3 Uji Hipotesis Untuk Mengetahui Peningkatan Tes Hasil Belajar

Uji perbedaan peningkatan tes hasil belajar/tes formatif tiap pertemuan

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan hasil tes formatif tiap pertemuan dan tiap siklus (tes formatif pertemuan 2- tes formatif pertemuan 1) xd = deviasi masing-masing subyek (d-md)

= jumlah kuadrat deviasi d.b = ditentukan denga N-1

Pengambilan keputusan menggunakan angka pembanding t tabel dengan kriteria sbb:

a. Jika t hitung > t tabel H0 ditolak ; H1 diterima b. Jika t hitung < t tabel H0 diterima; H1 ditolak (sumber: Muncarno, 2009: 26-32)

3.6 Prosedur Penelitian

Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

3.6.1 Siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah:

(50)

b) Menyiapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan.

c) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru sesuai dengan standar kompetensi yang akan diajarkan. d) Menyusun LKS dan media grafis

e) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal (± 15 Menit) a) Salam

b) Menertibkan siswa dan menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif

c) Menentukan jumlah kelompok dan guru menginformasikan bahwa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa d) Membagikan topi bernomor untuk memudahkan dalam

mengamati aktivitas siswa

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai setiap siswa

f) Guru menyampaikan apersepsi dengan memperlihatkan media grafis yang berisi gambar yang berkaitan dengan pecahan pada sebuah karton.

(51)

2) Kegiatan Inti (± 45 Menit) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Memfasilitasi siswa dengan menampilkan media grafis berupa karton yang berisi gambar yang berkaitan dengan pecahan

2. Melibatkan siswa dalam mencari informasi mengenai arti dari pecahan

3. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyan yang diajukan oleh guru

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Meminta siswa berkumpul bersama kelompok yang telah ditentukan pada kegiatan awal

2. Memfasilitasi setiap kelompok siswa dengan pemberian lembar topik

3. Meminta siswa untuk membaca dan mempelajari lembar topik yang telah diberikan

4. Meminta siswa membentuk kelompok ahli yang terdiri dari siswa-siswi yang mendapatkan materi yang sama

(52)

6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, dan menyelesaikan LKS yang diberikan

7. Meminta semua siswa dari kelompok ahli kembali kekelompok awalnya, dan mengajari teman-teman satu kelompoknya tentang materi yang telah didiskusikan dengan kelompok ahli

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Melakukan tanya jawab pada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami siswa

2. Memberikan penguatan kepada siswa

3. Bersama dengan siswa bertanya jawab meluruskan kesalahpahaman tentang materi yang telah dipelajari

3) Kegiatan Penutup (± 10 Menit) Dalam kegiatan penutup, guru:

1. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dipelajari

2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan 3. Memberikan salam penutup

3. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh

(53)

Lembar observasi yang disiapkan meliputi lembar observasi tentang

aktivitas siswa dan kinerja guru.

4. Refleksi

Pada tahap ini hal yang dilakukan oleh peneliti dan guru antara lain:

1) Menganalisis temuan saat pelaksanaan observasi.

2) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis.

3) Melakukan refleksi terhadap penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis.

4) Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

3.6.2 Siklus II

1. Perencanaan

Pada siklus II ini kegiatan dibuat dengan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru seperti siklus sebelumnya berdasarkan refleksi pada siklus I yang membedakan hanya materinya.

2. Pelaksanaan

(54)

3. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi

yang disiapkan meliputi lembar observasi tentang aktivitas siswa dan

kinerja guru.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap siklus II, kemudian menyimpulkan hasil refleksi sebagai acuan untuk perencanaan di siklus berikutnya.

3.6.3 Siklus III 1. Perencanaan

Pada siklus III ini kegiatan dibuat dengan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru seperti siklus sebelumnya berdasarkan refleksi pada siklus II yang membedakan hanya materinya.

2. Pelaksanaan

Pada siklus III tindakan yang dilakukan sama seperti siklus I dan II yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I dan II. 3. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. Lembar observasi

yang disiapkan meliputi lembar observasi tentang aktivitas siswa dan

(55)

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap siklus III, kemudian menyimpulkan hasil refleksi sebagai acuan untuk perencanaan di siklus berikutnya bila indikator keberhasilan belum tercapai.

3.7 Indikator Keberhasilan

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IVB SD Negeri 3 Karang Endah pada pembelajaran matematika dengan menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis dalam pembelajaran matematika, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase aktivitas siswa per siklus. Pada siklus I memperoleh persentase sebesar 50,41% dengan kualifikasi “cukup” dan meningkat pada siklus II menjadi 62,58% dengan kualifikasi “aktif” dan pada siklus III meningkat menjadi 81,50% dengan kualifikasi “sangat aktif”. Peningkatan antara siklus I dengan siklus II adalah sebesar 12,17%, dan peningkatan antara siklus II dengan siklus III adalah sebesar 18,92%.

(57)

siklus I sebesar 62,50% dengan tingkat keberhasilan tinggi. Pada siklus II meningkat sebesar 8,34% menjadi 70,84% dengan tingkat keberhasilan tinggi, dan pada siklus III meningkat sebesar 12,49% menjadi 83,33% dengan tingkat keberhasilan sangat tinggi. Berdasarkan peningkatan rata-rata aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I-II dan siklus II-III dilakukan uji perbedaan nilai tes formatif dengan analisis uji t-tes, didapatkan thitung (siklus I-II) mencapai 6,617 dan thitung (siklus II-III) mencapai 7,830 dengan ttabel sebesar 2,069 dengan ketentuan α = 0,05. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka thitung (siklus I-II) = 6,617 > ttabel = 2,096 dan thitung (siklus II-III) = 7,830 > ttabel = 2,096.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini peneliti memberikan saran dalam menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw dengan media grafis pada pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1) Siswa

Siswa diharapkan dapat bertanggung jawab akan tugas yang diberikan guru baik tugas individu maupun kelompok dan siswa dapat berkonsentrasi pada proses pembelajaran, khususnya pada saat guru menjelaskan. Siswa harus berani untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran khususnya saat mengemukakan pertanyaan tentang materi yang belum jelas.

2) Guru

(58)

dapat berjalan dengan efektif. Inovasi pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif yang dapat membuat agar siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus lebih menguasai materi pembelajaran pada aspek mengaitkan materi dengan realitas kehidupan dan lebih kreatif dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan yang dapat menstimulasi siswa untuk berani mengemukakan pertanyaan.

3) Sekolah

Sekolah dapat melakukan inovasi pembelajaran dengan penggunaan LKS dan media dalam proses pembelajaran serta dengan pengembangan model-model pembelajaran untuk dapat mengoptimalisasi pelaksanaan pembelajaran.

4) Peneliti selanjutnya

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Nahrowi & Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI PRESS. Bandung

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Depdiknas. Jakarta.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Refrensi Jakarta. Jakarta.

Azis. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif. http: //azisgr. blogspot. Com /2010 /05 /model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html. Diakses tanggal 30 September 2012. @14.10

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta.

Dimyati & Moedjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Suhana, Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT. Rafika Aditama. Bandung.

Hernawan, Asep Henry. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Huda, Miftahul. 2007. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Peneraan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

(60)

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Balai Pustaka. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Stastistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Prayitno, Edi & Sri Wulandari. 2010. Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas

Dalam Pembelajaran Matematika Di SD (Versi Ebook). Pusat Pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta..

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Santyasa, I Wayan. 2007. Landasan Konseptual Media Pendidikan.http://file.upi.edu/Direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/19470 4171973032/media_pembelajaran.pdf. Diakses pada tanggal 1 Desember 2012 @06.00 WIB

Sardiman, A. M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert, E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, Dan Praktik. Nusa. Jakarta.

Solihatin, Etin, Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

(61)

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Bandung.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Kencana Prenada Media Group. Surabaya.

Udin. 2012. Penggunaan Media Grafis. http : // www . uin – alauddin . ac . id / download – 09 % 20 Penggunaan %20Media%20Grafis%20-%20Safei.pdf. Diakses pada tanggal 2 Desember 2012. @ 07.00 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Citra Umbara. Bandung.

Wiraatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT. Rosdakarya. Jakarta.

Gambar

Tabel
Gambar 1 Posisi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Jigsaw
Gambar 2. Siklus Tindakan Pembelajaran Arikunto, dkk. (2006: 74)
Tabel 1. Indikator Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kalibrasi dan validasi NIRS dilakukan terhadap kadar air dan kafein biji kopi. Model kalibrasi merupakan model yang menunjukkan tingkat korelasi antara fisiko kimia

Panwas Pilkada Sleman akan laporkan calon bupati Sleman yang kampanyedi Luar Jadwal Sahabat MQ/ Panwas pilkada Sleman/ akan laporkan pada KPU dan Tantib/ jika calon

Perhitungan % Efisiensi Vit.E Yang Terikat Pada Matriks GIF % Efisiensi Vitamin E yang terperangkap pada matriks:. % Efisiensi Vit.E yang terperangkap pada

Nah Sabahat MQ/ Latar belakang seperti apa yang mendorong pemerintah kota mengeluarkan kebijakan tersebut?/ apakah pemerintah kota juga telah merancang sedemikian aturan

Sahabat MQ/ Pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik (TDL) rata-rata 10%/ di bulan Juli 2010 nanti// Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PLN -

Profil Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dan Implementasi Bagi Layanan Dasar Bimbingan Dan Konseling Di SMK.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Prinsip kerja alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini, menggunakan dua besi berbentuk bulat ( flat burr ) yang terdapat gerigi disekelilingnya berukuran lebih kecil

[r]