ABSTRACT
ANALYSIS OF ABNORMAL STOCK RETURN, TRADING VOLUME OF SHARE AND VOLATILITY OF STOCK PRICE BEFORE AND AFTER
STOCK SPLIT EVENT
(STUDY ON THE GO PUBLIC COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2010-2012)
By
Rahmat Andi Subardi
This study aims to determine the difference in abnormal stock return, trading volume of share and volatility of stock price at the time before and after the stock split. The population of this study is a registered company in Indonesia Stock Exchange stock split during the year 2010-2012. The data used in this study is secondary data. The sample consisted of 17 companies that do stock splits, sampling is determined by purposive sampling method. The period of observation in this study was 5 days before and after the stock split. This study used a different test analysis techniques paired sample t test. The results showed: (1) there is no significant difference in abnormal stock return before and after the sock split. (2) there are significant differences in the volume of stock trading before and after the stock split.(3) there were no significant differences in the volatility of the stock price at the time before and after the stock split.
ABSTRAK
ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, VOLUME PERDAGANGAN
SAHAM DAN VOLATILITAS HARGA SAHAM SEBELUM DAN
SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT
(STUDI PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2010-2012)
Oleh
Rahmat Andi Subardi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada abnormal return saham, volume perdagangan saham dan volatilitas harga saham pada saat sebelum dan sesudah stock split. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan stock split selama tahun 2010-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sampel penelitian terdiri dari 17 perusahaan yang melakukan stock split, pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive sampling. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah 5 hari sebelum dan sesudah stock split. Penelitian ini menggunakan teknik analisis uji beda paired sample t test. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return saham saat sebelum dan sesudah sock split. (2) terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split. (3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volatilitas harga saham pada saat sebelum dan sesudah stock split.
ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN VOLATILITAS HARGA SAHAM SEBELUM DAN
SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT
(Studi pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)
Oleh
Rahmat Andi Subardi
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN VOLATILITAS HARGA SAHAM SEBELUM DAN
SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT
(Studi pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)
(Skripsi)
Oleh
RAHMAT ANDI SUBARDI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27
Desember 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara,
buah cinta dari pasangan Bapak Sariyanto dan Ibu
Khumairoh. Latar belakang pendidikan formal penulis
dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) Dwi Tunggal yang
diselesaikan pada tahun 1997. Kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD)
Negeri 2 Penengahan Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004.
Penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
10 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, kemudian pada tahun
2010 penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 16 Bandar Lampung.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2013
penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Bakung, Kecamatan
MOTO
Bersemangatlah pada apa saja yang bermanfaat bagimu, minta
tolonglah pada Allah dan jangan merasa tidak mampu
-HR. Imam Muslim-
“
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum,
kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri
mereka”
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, penulis persembahkan
karya tulis ini kepada
Kedua orang tuaku, Bapak dan Mama yang sangat kucintai,
sebagai tanda baktiku terima kasih atas doa, kasih sayang dan
pengorbanan yang telah diberikan selama ini demi keberhasilan dan
masa depan yang lebih baik.
Adiku yang sangat kusayangi Intan Rizki Amelia, terima kasih
untuk keceriaan, bantuan dan doanya.
Seluruh keluarga besar ku yang selalu memberikan doa, bantuan dan
motivasi.
SANWACANA
Ahamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala kenikmatan anugerah-Nya
yang tiada terkira, sehingga penulis bisa menyelesaikan proses penyusunan skripsi
ini. Skripsi dengan judul “Analisis Abnormal Returm Saham, Volume Perdagangan Saham, dan Volatilitas Harga Saham Sebelum dan Sesudah
Peristiwa Stock Split (Studi pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)” ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Administrasi Bisnis pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis di
Universitas Lampung.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakutas Ilmu Ssosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. A. Effendi, M.M., selaku Pembantu Dekan I Fakutas Ilmu Ssosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembantu dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H. selaku pembantu dekan III Fakultas Ilmu Sosial
5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poilitik Universitas Lampung dan juga
selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, kritik dan
nasehat selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Ahmad Rifa‟i, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung serta selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan,
arahan, kritik, saran dan motivasi yang sangat membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Ibu Mediya Destalia, S.A.B., M.AB selaku Pembimbing pembantu yang telah
memberikan bimbingan, ilmu, saran, dan kritik serta motivasi yang
membangun selama proses penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Wheny Khristianto, S.Sos., M.A.B selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama masa
perkuliahan.
9. Seluruh dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
10.Ibu Mertayana selaku staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang selalu
membantu serta memberikan kemudahan dalam mengurus berkas kuliah
selama ini.
11.Keluarga tercinta, Bapak, Mama dan Adikku, yang senantiasa mendoakanku
dalam setiap sujudnya, memberikan kasih sayang, cinta, nasihat, pengorbanan
usaha yang telah kalian berikan akan menghasilkan kebahagiaan yang luar
biasa indah dunia dan akhirat.
12.Mbak Sari dan Kak Anton serta Qhinaya yang telah memberikan banyak
bantuan, semangat, doa dan motivasi.
13.Nenek, Mbah, Bude, Pakde, Wa lina dan Wa lis yang telah memberikan doa,
semangat dan motivasinya selama penulis menyelesaikan skripsi. Terimaksih
semoga semua kebaikan dan doa yang telah diberikan akan dibalas oleh Allah
SWT.
14.Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan doa, bantuan dan semangat.
Terima kasih banyak untuk semua yang telah diberikan.
15.Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan di Administrasi Bisnis
angkatan 2010: Fahmi, Ruslan Taqim, Kiki, Nikko, Ferdy, Tara, Ica, Manda,
Yulia, Lisa, Intan, Intria, Nurul, Dian S, Ade, Devi, Olla, Mala, Indah, Septi,
Melissa, Kusuma, Sespana, Mery, Elita, Dian N, Tera, Nisa, Puji, Lana, Lala,
Natalia, Lidia, Ranis, Patricia, Hari C, Nuhada, Deris, Juvan, Ferman, Ratna,
Meika, Lusi, Fauziah, Weny, Solihin, Eriyansah, Alan, Boby, Daniel, Ifan Ari,
Hari H, Yoga, Agung, Tama, Narto, Dodi, Saut, Dayu, Andi N, Alim, Arif.
Terima kasih atas pengalaman dan kebersamaannya selama ini. Tetap
semangat dan sukses untuk kita semua.
16.Teman-teman T. Rejo: Hendra, Nuhada, Gede, Bang Anjas, Melisa, Vita,
Anisa, Dewi, Yesi. Terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman berharga
yang tidak akan pernah terlupakan.
17.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada
penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 7 Juni 2014
DAFTAR ISI
2.1.2 Pasar Modal yang Efisien... 10
2.2Arti Penting Informasi... 12
2.8Volume Perdagangan Saham ... 26
2.9Volatilitas Harga Saham ... 27
2.10 Penelitian Terdahulu ... 28
3.3Populasi dan Sampel ... 38
3.3.1 Populasi ... 38
3.3.2 Sampel ... 38
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5Definisi Konseptual ... 41
3.6Definisi Operasional ... 42
3.7Teknik Analisis Data ... 42
3.7.1 Statistik Deskriptif ... 43
3.7.2 Uji Normalitas ... 43
3.7.3 Uji Hipotesis ... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.5.3 Volatilitas Harga Saham Sebelum dan Sesudah
Stock Split ... 91
V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Rata-Rata Abnormal Return 5 Hari Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 5 2.1 Penelitian Terdahulu ... 31
3.1 Daftar Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Split di BEI Periode 2010 - 2012 ... 40
3.2 Definisi Operasional ... 42
4.1 Rata-Rata Abnormal Return Saham 5 Hari Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 65
4.2 Hasi Analisis Deskriptif Rata-Rata Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 66 4.3 Rata-Rata Volume Perdagangan Saham 5 Hari Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 67 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Rata-Rata Volume Perdagangan Saham Sebelum
dan Sesudah Stock Split ... 68 4.5 Rata-Rata Volatilitas Harga Saham 5 Hari Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 70 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Rata-Rata Volatilitas Harga Saham Sebelum dan
Sesudah Stock Split ... 70 4.7 Hasil Uji Normalitas Abnormal Return Saham ... 72 4.8 Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 72 4.9 Hasil Uji Normalitas Volume Perdagangan Saham ... 73
4.10 Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Volume Perdagangan Saham Sebelum dan
4.12 Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Volatilitas Harga Saham Sebelum dan
Sesudah Stock Split ... 75
4.13 Hasil Uji Paired Sample T-TestAbnormal Return Saham ... 77
4.14 Hasil Uji Paired Sample T-Test Volume Perdagangan Saham ... 78
4.15 Hasil Uji Paired Sample T-Test Volatilitas Harga Saham ... 79
4.16 Hasil Uji Paired Sample T-Test Rata-Rata Abnormal Return Saham ... 80
4.17 Hasil Uji Paired Sample T-Test Rata-Rata Volume Perdagangan Saham ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu unsur penting dan tolak ukur bagi kemajuan
perekonomian suatu negara. Kondisi pasar modal yang tumbuh dan berkembang
dengan baik, mencerminkan tingkat perekonomian dalam keadaan yang baik di
negara tersebut. Pada prinsipnya, pasar modal merupakan sarana yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dengan pihak yang
memiliki dana (investor). Dengan adanya pasar modal investor dapat
menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh keuntungan,
sedangkan bagi emiten dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan
investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan.
Menurut Husnan (2003), pasar modal dikatakan efisien jika informasi yang
tersedia secara luas dan murah untuk para investor dan semua informasi yang
relevan telah dicerminkan dalam harga-harga sekuritas tersebut. Infomasi
merupakan kebutuhan mendasar bagi para investor dalam menentukan keputusan
berinvestasi. Investasi dipasar modal mengandung unsur ketidakpastian, sehingga
mengakibatkan risiko yang akan dihadapi oleh para pelaku pasar modal. Untuk
yang lengkap dan sesuai dengan kondisi di pasar modal. Informasi dibutuhkan
oleh para investor dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi dan
mengurangi tingkat risiko yang akan terjadi, sehingga keputusan yang diambil
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan memperoleh keuntungan. Terdapat
beberapa informasi di pasar modal yang dapat dimanfaatkan oleh investor dalam
mengurangi tingkat risiko yang akan dihadapi, salah satu informasi tersebut
adalah mengenai corporate action.
Corporate action merupakan informasi yang umumnya menarik perhatian pihak-pihak yang terkait di pasar modal, khususnya para pemegang saham. Menurut
Darmadji dan Fakhrudin (2008), Corporate Action merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun harga saham di
pasar. Salah satu bentuk dari corporate action adalah stock split. Menurut Jogiyanto (2012), pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham baru setelah pemecahan
saham adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Sedangkan menurut Fahmi
(2013), stock split adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham. Dengan adanya stock split, maka investor akan menerima tambahan jumlah saham namun proporsi kepemilikan perusahaannya tidak
berubah. Harga pasar saham tersebut akan menurun sehingga total nilai saham
yang dipegang tetap sama.
Umumnya perusahaan melakukan stock split didasari karena tingginya harga saham yang menyebabkan investor kurang mampu untuk melakukan pembelian.
saham merupakan motivasi perusahaan untuk melakukan stock split. Perusahaan melakukan stock split untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya atau dalam rentang
perdagangan yang optimal, sehingga diharapkan saham tersebut lebih aktif
diperdagangkan di pasar modal. Ketika harga saham mengalami penurunan maka
akan disertai perubahan jumlah saham yang beredar secara proporsional.
Peristiwa pengumuman stock split mempengaruhi keputusan jual beli yang dilakukan investor, para investor memandang bahwa perusahaan yang melakukan
stock split berusaha menyampaikan sinyal positif. Dalam signaling theory yang menyatakan bahwa peristiwa stock split dipandang sebagai sinyal positif, karena manajer perusahaan ingin menginformasikan prospek masa depan yang baik yaitu
informasi kepada investor mengenai peningkatan return di masa depan. Adanya sinyal positif yang coba disampaikan manajer perusahaan melalui keputusan stock split menurut Copeland dalam Fahmi (2012) didasarkan pada alasan bahwa pemecahan saham memerlukan biaya, sehingga hanya perusahaan yang memiliki
prospek bagus yang dapat melakukannya. Para pelaku pasar modal juga hanya
akan merespon pemberi sinyal yang kredibel atas informasi yang terdapat di pasar
modal.
Menurut Brennan dan Hughes dalam Pramana (2012) menyatakan bahwa investor tertarik berinvestasi pada saham yang benar-benar diketahui dengan pasti segala
(expected return) (Robert Ang, dalam Pramana, 2012). Abnormal return yang positif mengindikasikan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh lebih besar
yang ditunjukan dari besarnya nilai dari actual return yang merupakan return yang sesungguhnya terjadi lebih besar daripada expected return yang merupakan return yang diharapkan oleh investor.
Dengan adanya aktivitas stock split akan menimbulkan dampak penurunan harga saham yang disertai perubahan jumlah saham yang beredar secara proporsional.
Penurunan harga ini diharapkan akan diikuti dengan meningkatnya return saham, return yang meningkat akan menarik minat investor untuk melakukan investasi. Banyaknya investor yang melakukan investasi menyebabkan peningkatan jumlah
transaksi saham setelah stock split yang berdampak terhadap tingkat likuiditas. Tingkat likuiditas tersebut dapat dilihat melalui aktivitas volume perdagangan
saham. Adanya peningkatan volume perdagangan saham setelah aktivitas stock split mencerminkan likuiditas saham juga akan menjadi meningkat begitupun sebaliknya.
Peningkatan likuiditas saham juga dapat dilhat melalui volatilitas harga saham.
Volatilitas harga saham merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
melihat adanya reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter
pergerakan harga-harga saham di pasar. Menurut Fang’a, dalam Purnomo, (2010) bahwa setelah aktivitas stock split jumlah pemegang saham menjadi bertambah banyak, kenaikan tersebut karena menurunnya harga saham, volatilitas saham
menjadi bertambah besar sehingga menarik investor untuk menjual atau membeli
menandakan pasar merespon aktivitas pengumuman stock split. Sampai saat ini stock split masih menjadi salah satu pilihan yang diterapkan emiten dalam mengendalikan harga saham demi mencapai tujuan perusahaan. Hal ini terlihat
dari banyaknya perusahaan yang melakukan aktivitas stock split selama periode tahun 2010-2012 yaitu berjumlah 17 perusahaan yang tersebar dari berbagai
sektor industri di bursa efek Indonesia. Akan tetapi seringkali ditemui fenomena
yang tidak wajar di pasar modal berkaitan dengan abnormal return dan likuiditas saham pada waktu sekitar pengumuman stock split. Berikut ini daftar rata-rata abnormal return dari beberapa perusahaan sampel selama 5 hari sebelum dan sesudah dilakukannya stock split.
Tabel 1.1 Rata-Rata Abnormal Return 5 Hari Sebelum dan Sesudah Stock Split
No Kode Perusahaan Rata-rata abnormal return sebelum stock split
Sumber : www.finance.yahoo.com (data diolah)
menunjukan bahwa adanya respon pasar terhadap informasi stock split yang dilakukan oleh perusahaan.
Pada tabel 1.1 juga menunjukan bahwa tidak selamanya aktivitas stock split akan benar-benar mencerminkan informasi yang dipublikasikan oleh manajer
perusahaan akan membawa sinyal postif kapada para investor berkaitan dengan
saham yang diperdagangkan oleh perusahaan di pasar modal. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya perubahan abnormal return yang positif maupun negatif disekitar tanggal pengumuman stock split. Adanya hasil yang berbeda terhadap abnormal return juga diungkapkan oleh penelitian yang menunjukan bahwa pasar memberikan respon yang beragam terhadap peristiwa pengumuman
stock split. Bahkan beberapa penelitian yang dilakukan menunjukan kesimpulan yang berbeda mengenai dampak dari aktivitas stock split terhadap abnormal return dan likuiditas saham.
Hasil penelitian yang dilakukan Muchtar (2008) pada 21 perusahaan yang
melakukan stock split di BEJ periode 2005 sampai 2007 diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap abnormal return pada periode sebelum dan sesudah stock split sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap trading volume activity pada periode sebelum dan sesudah stock split. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hendrawijaya (2009) yang menganalisis perbandingan harga saham, volume perdagangan saham dan
abnormal return saham antara sebelum dan sesudah pemecahan saham di bursa efek indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
saham sebelum dan sesudah pemecahan saham. Sementara penelitian yang
dilakukan Pramana (2012) yang menganalisis perbandingan trading volume activity dan abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian
tentang stock split yang secara umum menghasilkan dua pendapat yang berbeda terhadap variabel-variabel yang diteliti, maka penulis tertarik untuk mengetahui
lebih jauh tentang stock split sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul yaitu: “Analisis Abnormal Return Saham, Volume Perdagangan Saham dan Volatilitas Harga Saham Sebelum dan Sesudah
Peristiwa Stock Split (Studi Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah stock split?
2 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan
saham sebelum dan sesudah stock split?
3 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara volatilitas harga saham
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah aktivitas stock split.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara volume perdagangan saham sebelum
dan sesudah aktivitas stock split.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara volatilitas harga saham sebelum dan
sesudah stock split.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang aktivitas stock split dan sebagai informasi tambahan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dalam pemilihan saham perusahaan pada saat sebelum dan
sesudah melakukan stock split. 2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan
perusahaan dalam membuat dan menerapkan kebijakan stock split untuk mencapai tujuan perusahaan.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar dan referensi bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas
(saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmadji dan
Fakhrudin, 2008). Undang - undang pasar modal dalam Moechdie dan Ramelan (2012) mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan
efek. Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan dengan jangka waktu yang
lebih panjang, yang diinvestasikan sebagai modal untuk menciptakan dan
memperluas lapangan kerja yang akan meningkatkan volume aktivitas
perekonomian yang profitable dan sehat.
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian, karena pasar modal
menjalankan fungsi ekonomi yaitu sebagai penyedia fasilitas dan wahana yang
mempertemukan investor dan emiten. Selain itu pasar modal juga dikatakan
memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi
yang diilih (Darmadji dan Fakhrudin, 2008). Sehingga dapat diketahui bahwa
pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan oleh para investor
untuk melakukan investasi guna menghasilkan keuntungan di masa depan dan
juga sebagai sarana bagi perusahaan yang ingin memperoleh dana dengan cara
menerbitkan dan menjual sekuritas.
2.1.2 Pasar Modal yang Efisien
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga
sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan (Adiningsih et al, 2001). Sedangkan menurut Husnan dalam Pramana (2012), pasar modal yang efisien adalah pasar dimana informasi tersedia secara luas, murah untuk para
investor dan semua informasi yang relevan telah dicerminkan dalam harga
sekuritas-sekuritas tersebut. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga
sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut.
Pasar modal yang efisien memiliki beberapa konsep yang berbeda menurut Blake
dalam Hendrawaty (2007) yaitu efisiensi secara alokasi (allocatively efficient), efisiensi secara operasional (operationally efficient) dan efisiensi secara informasi (informationally efficient) yaitu suatu pasar dikatakan efisien secara informasi jika harga pasar saat ini segera dan sepenuhnya merefleksikan semua informasi yang
tersedia. Walaupun terdapat beberapa konsep pasar efisien, istilah pasar efisien
pada umumnya hanya dikaitkan dengan salah satu dari tiga konsep tersebut, yaitu
Menurut Adiningsih et al (2001) ada tiga bentuk tingkatan yang menyatakan efisiensi pasar modal yaitu sebagai berikut:
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga sekuritasnya
secara penuh mencerminkan informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini
merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika pasar efisien secara bentuk
lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi
harga sekarang. Dalam keadaan ini, investor tidak dapat memperoleh tingkat
keuntungan diatas normal dengan berdasarkan pada informasi harga diwaktu
yang lalu.
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritasnya bukan
hanya menverminkan harga-harga diwaktu lalu, tetapi secara penuh
mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang
berada di laporan-laporan keuangan perusahaan. Pada pasar efisien bentuk
setengah kuat, return tak normal hanya terjadi diseputar pengumuman suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap pengumuman
tersebut.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form)
Pasar dikatakan efisien bentuk kuat jika harga tidak hanya mencerminkan
semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juga informasi yang bisa
diperoleh dari analisa fundamental tentang perusahaan dan perekonomian.
Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi
informasi yang tidak dipublikasikan (private information), sehingga dalam pasar bentuk ini tidak akan ada seorang investorpun yang bisa memperoleh
abnormal return. Dalam keadaan ini investor mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham.
2.2 Arti Penting Informasi
Investasi di pasar modal mengandung unsur ketidakpastian atau risiko yang akan
dihadapi. Apabila investor mengharapkan tingkat keuntungan yang tinggi, maka
mereka harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Untuk mengurangi
ketidakpastian dan risiko dari investasi tersebut, maka para investor sangat
membutuhkan informasi yang lengkap dan sesuai dengan kondisi di pasar modal.
Informasi merupakan salah satu unsur penting dalam aktivitas perdagangan saham
di pasar modal. Informasi sangat dibutuhkan oleh investor dalam menentukan
keputusan untuk berinvestasi. Informasi memberikan pandangan para investor
mengenai perusahaan yang mereka pilih untuk menginvestasikan dananya, tentang
bagaimana prospek perusahaan kedepannya serta harapan keuntungan yang
diperoleh secara maksimal dengan risiko yang dihadapi seminimal mungkin
(Pramana, 2012)
Perusahaan yang go public harus menjalankan prinsip keterbukaan informasi yang diimplementasikan melalui penyampaian informasi dan fakta terkait usaha atau
efeknya. Informasi yang berdasarkan prinsip keterbukaan akan dapat
mengantisipasi kemungkinan investor tidak memperoleh informasi dan fakta
disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa juga terjadi informasi
yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada orang-orang tertentu
(Ercolaw.com)
Informasi yang terkandung dalam pasar modal salah satunya berupa bentuk aksi
korporasi (corporate action), baik berupa pembagian dividen, penerbitan saham bonus, stock split dan lain sebagainya.Informasi yang diterima di pasar akan terproyeksi pada harga-harga surat berharga. Pasar akan memproses informasi
yang relevan kemudian pasar akan mengevaluasi harga saham berdasarkan harga
tersebut.
Pengumuman informasi yang dilakukan oleh perusahaan kepada para investor
merupakan pertanda bahwa pasar telah menjalankan prinsip keterbukaan. Hal ini
menyebabkan terjadinya pasar yang efisien sehingga dapat memberikan informasi
yang relevan di pasar modal, dimana informasi tersebut dibutuhkan oleh investor
dalam memperoleh keuntungan dari aktivitas perdagangan di pasar modal.
2.3 Corporate Action
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008) corporate action merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun terhadap
harga saham di pasar modal. Corporate action dapat diartikan sebagai aksi perusahaan atau langkah perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja atau
untuk melakukan corporate action dilakukan emiten guna memenuhi tujuan-tujuan tertentu seperti meningkatkan modal perusahaan, meningkatkan likuiditas
perdagangan saham dan tujuan-tujuan lain perusahaan. Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
(BelajarInvestasi.Net).
Umumnya corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepentingan pemegang saham, karena corporate action yang dilakukan emiten akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi kepemilikan
saham, jumlah saham yang akan dipegang oleh pemegang saham serta
pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham (Darmadji dan Fakhrudin 2008).
Dengan demikian, para pemegang saham harus mencermati dampak akibat
corporate action tersebut untuk mendapatkan keuntungan dari pengambilan keputusan yang tepat.
2.4 Saham
2.4.1 Pengertian Saham
Saham dapat didefinisakan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Anoraga dan
pakarti, 2013). Apabila seorang investor memiliki saham dari suatu perusahaan,
maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan
adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perseroan terbatas.
Menurut Menurut Fahmi (2013) ada beberapa definisi mengenai saham yaitu:
1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
3. Persediaan yang siap untuk dijual.
Dari beberapa definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa saham merupakan
surat berharga yang berisi tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan usaha yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan atau perseroan terbatas
yang membutuhkan pendanaan jangka panjang, dimana keuntungan yang didapat
dari kepemilikan saham tersebut yaitu melalui dividen dan capital gain.
2.4.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut jenisnya saham dibedakan menjadi dua yaitu saham biasa dan saham
istimewa.
1. Saham Biasa
Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.
Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham biasa berasal dari
pembayaran dividen dan kenaikan harga saham. Dividen akan dibayarkan
sepanjang perusahaan memperoleh laba. Besar kecilnya dividen yang diterima
Pemegang Saham (RUPS) (Muchtar, 2008). Tandelilin (2010) mendefinisikan
saham biasa (common stock) sebagai sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset
perusahaan.
2. Saham Istimewa
Saham istimewa merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti obligasi) dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti saham biasa
(Tandelilin, 2010). Menurut Fahmi (2013) saham istimewa adalah surat
berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal
(rupiah, dolar, yen dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh
pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga
bulanan).
2.4.3 Harga Saham
Menurut Weston dan Copeland dalam Dhora (2012) menyatakan bahwa harga saham merupakan alat pemantau prestasi perusahaan, selain itu harga saham juga
merupakan indeks prestasi perusahaan, yaitu seberapa jauh manajemen telah
berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham. Nilai dari suatu
perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Harga saham terbentuk dari
interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan
mereka terhadap profit perusahaan. Investor memerlukan informasi yang
berkaitan dengan pembentukan harga tersebut dalam mengambil keputusan untuk
ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu keuntungan maksimal dengan
tingkat risiko tertentu (Ciptaningsih, 2010). Berdasarkan beberapa pendapat
mengenai harga saham maka dapat diketahui bahwa harga saham merupakan
harga yang terbentuk melalui interaksi penjual dan pembeli dan harga saham
dapat dijadikan tolak ukur terhadap prestasi dan kinerja dari perusahaan.
2.5 Stock Split
2.5.1 Pengertian Stock Split
Menurut kamus istilah keuangan dan investasi dalam Pramana (2012), stock split (pemecahan saham) merupakan pemecahan sejumlah saham yang beredar dari
suatu perusahaan tanpa pembebanan apapun dalam ekuitas pemegang saham.
Stock split adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham, misalkan nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga
terdapat dua saham yang masing-masing memiliki nilai nominal setengah dari
nilai nominal awal (Fahmi, 2013). Sedangkan menurut Hendrawaty (2007) stock split merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang di tentukan. Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dari nilai
nominal perlembar saham sesuai dengan split factor.
perusahaan (Van Home dan Wachowicz, dalam Pramana 2012). Stock split membuat investor seolah olah menjadi lebih makmur karena memegang lembar
saham dalam jumlah yang lebih banyak, padahal penambahan lembar saham yang
dimiliki juga dibarengi dengan penurunan nilai per lembar saham. Meski
demikian, banyaknya peristiwa stock split yang terjadi tetap mengindikasikan bahwa stock split merupakan salah satu instrumen penting yang dipakai perusahaan di pasar modal.
Grinblatt, Masulis dan Titman dalam Hendrawijaya (2009) berpendapat bahwa pemecahan saham meski tidak memiliki nilai ekonomis memberikan sinyal yang
positif terhadap aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang. Sinyal positif
dari pengumuman pemecahan saham menginterpretasikan bahwa manajer
perusahaan akan menyampaikan prospek kinerja keuangan yang baik sehingga
dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan investor.
2.5.2 Jenis Stock Split
Menurut Irfana dalam Komariah (2010) pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu:
1. Split up adalah penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan saham dengan rasio 2:1, maksudnya adalah 2 lembar saham baru
dapat ditukar dengan 1 lembar saham lama
dengan rasio 1:2, maksudnya adalah 1 lembar saham baru dapat ditukar
dengan 2 lembar saham lama.
2.5.3 Tujuan Stock Split
Kebijakan perusahaan dalam melakukan stock split dilandasi oleh berbagai bentuk tujuan yang akan membuat perusahaan menjadi lebih baik. Menurut Fahmi (2013)
tujuan suatu perusahaan melakukan stock split adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan
publik untuk membeli saham tersebut
2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham
3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut
4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika
terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan
terjangkau
5. Menambah jumlah saham yang beredar
6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin
memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka
karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi
7. Menerapkan diversifikasi investasi
Sementara itu Scot dkk dalam Fahmi (2013) mengatakan alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split antara lain :
1. Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah
2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan saham kepada kisaran
yang teah ditetapkan
3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan berinvestasi yang berupa
peningkatan laba dan kas dividen.
2.5.4 Manfaat Stock Split
Menurut Hendrawaty (2007) beberapa pelaku pasar khususnya emiten mempunyai
pendapat bahwa stock split mempunyai manfaat diantaranya adalah:
1. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli saham yang lebih besar
2. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi
3. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga akan lebih likuid
4. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja perusahaan baik dan memiliki
prospek yang baik
2.5.5 Teori Stock Split
Latar belakang perusahaan yang melakukan stock split umumnya dijelaskan dalam teori signaling theory dan trading range theory penjelasannya yaitu sebagai berikut :
1. Signaling Theory
Baker dan Powell dalam Muchtar (2008) menjelaskan signalling theory pemecahan saham dengan menggunakan penjelasan asimetri informasi.
Manajemen memiliki informasi lebih tentang prospek perusahaan
dibandingkan pihak luar (investor). Pemecahan saham merupakan upaya
untuk menarik investor dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan
memiliki kinerja yang baik
Berdasarkan signalling theory, manajer melakukan pemecahan saham untuk memberikan sinyal positif atau ekspektasi optimis kepada publik. Sinyal
positif ini menginterpretasikan bahwa manajer perusahaan akan
menyampaikan prospek yang baik sehingga dapat dianggap mampu untuk
meningkatkan kesejahteraan investor. Stock split memberikan sinyal positif karena menurut Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa stock split memerlukan biaya transaksi yang besar misalnya biaya mencetak sertifikat baru, sehingga
hanya perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang mampu
menanggung biayanya.
2. Trading Range Theory
Trading Range Theory menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split agar dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah
karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan
daya beli investor sehingga tetap banyak investor yang mau
memperjual-belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan
Ikenberry et al. (1996) dalam Harsono (2004) juga menyatakan bahwa stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan likuiditas
perdagangan saham di bursa. Manajemen menilai harga saham terlalu tinggi
sehingga kurang menarik untuk diperdagangkan. Manajemen berupaya untuk
menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu yang lebih rendah
dibandingkan sebelumnya (Khomsiyah, dalam Purnomo, 2010). Sedangkan menurut Latifah dalam Fransisca (2012) manajemen melakukan stock split karena didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa
dengan melakukan stock split mereka dapat mengembalikan harga saham ke titik optimal harga agar tidak terlalu mahal sehingga menarik investor untuk
membeli. Ketika harga saham mulai meningkat dan terlalu tinggi
menyebabkan para investor tidak mampu lagi untuk membeli maka
peningkatan harga saham inilah yang menjadi motivasi bagi perusahaan untuk
melakukan stock split agar harga sahamnya terjangkau dan menarik minat investor untuk membelinya.
2.6 Likuiditas Saham
Likuiditas adalah kemampuan untuk bertransaksi dalam jumah besar, dengan
waktu yang singkat, dan biaya yang rendah. Sedangkan menurut Fang’a dalam Purnomo (2010) likuiditas saham merupakan jumlah transaksi saham dipasar
modal dalam periode tertentu. Suatu saham dikatakan likuid apabila saham
menyebabkan kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan dan dapat
dikenakan delisting atau dikeluarkan dari bursa efek. Semakin tinggi frekuensi transaksi, maka semakin tinggi tingkat likuiditas saham tersebut, hal ini berarti
saham tersebut diminati oleh investor. Likuiditas saham ditentukan berdasarkan
apakah saham tersebut mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu singkat dan
diminati investor. Salah satu daya tarik agar suatu saham diminati oleh investor
adalah harga yang murah serta rendahnya biaya komisi transaksi.
Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi
memberikan kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan return dibandingkan saham yang tingkat likuiditasnya rendah, sehingga tingkat likuiditas
saham biasanya akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Stock split sebagai suatu aksi yang dilakukan oleh perusahaan juga memuat informasi yang
diasumsikan akan mempengaruhi keputusan jual beli investor, pengaruh tersebut
dapat dilihat dari tingkat likuiditas saham tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas
dapat diperoleh pengertian bahwa pemecahan saham akan mempengaruhi
likuiditas saham.
2.7 Abnormal Return Saham
Pengumuman stock split dikatakan mengandung informasi, jika informasi tersebut menimbulkan reaksi pasar setelah pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (Adiningsih et al, 2001).
Berkaitan dengan peristiwa stock split, abnormal return yang positif setelah pemecahan saham dapat memberikan keuntungan di atas normal pada investor,
dan sebaliknya bila abnormal return setelah pemecahan saham negatif menunjukan bahwa tingkat keuntungan yang di dapat investor di bawah normal
(Pramana, 2012). Abnormal return umumnya menjadi fokus dalam mengamati reaksi harga atau efisiensi pasar. Return ini merupakan return yang sesungguhnya terjadi pada waktu ke t yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga
sebelumnya secara relatif, sedangkan return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diharapkan oleh investor harus dilakukan dengan mengestemasi berbagai model estimasi seperti mean-adjusted model, market model dan market adjusted model.
Dalam penelitian ini abnormal return yang digunkan adalah abnormal return yang menggunkan model estimasi market adjusted model. Market adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk megestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Abnormal return ini akan dihitung dengan selisih antara actual return dan expected return, dimana actual return merupakan perbandingan harga saham hari ini dengan harga saham sebelumnya secara relatif. Sedangkan expected return dihitung dengan return pasar yang diperoleh dari selisih IHSG pada waktu tertentu dengan IHSG
sebelumnya. Menurut Jogiyanto (2010) dengan menggunakan model ini, maka
adalah sama dengan return indeks pasar. Abnormal return saham menurut Tandelilin (2010) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
A = - … … … ... ... ... ...(2.1) Keterangan:
A = abnormal return saham i pada hari ke t = actual return saham i pada hari ke t = return pasar pada hari ke t
Actual return saham yang diperoleh dengan mencari selisih antara harga saham penutupan harian dikurangi harga saham hari sebelumnya kemudian dibagi
dengan harga saham hari sebelumnya. Actual return saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Jogiyanto ( 2010):
=
… … … ... ... ... ... (2.2)
Keterangan:
= return saham i pada hari ke t = harga saham i pada hari ke t = harga saham i pada hari ke t-1
Selanjutnya melakukan penghitungan expected return yang dihitung dengan menggunakan market adjusted model. Dalam model ini expected return merupakan return saham yang diukur dengan menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), return ini diperoleh dengan cara mencari selisih antara IHSG pada hari tertentu dikurangi IHSG hari sebelumnya kemudian dibagi IHSG hari
= –
… … … …… … … ... ... ... ... (2.3)
Keterangan:
= return pasar
= Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t-1
2.8 Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang di
perdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada
waktu tertentu (Husnan dalam Pramana 2012). Volume perdagangan saham merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Volume perdagangan
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar
terhadap peristiwa atau informasi yang berkaitan dengan suatu saham.
Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham akan menjadi
lebih murah sehingga volume perdagangan saham menjadi lebih besar dan akan
menarik investor untuk memiliki saham tersebut atau menambah jumlah saham
yang diperdagangkan. Peningkatan volume perdagangan setelah aktivitas stock split yang merupakan suatu informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan akan menyebabkan likuiditas saham semakin meningkat.
Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para
investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu
saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan
semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukan semakin
terhadap naiknya harga (Indarti dan Purba, 2011). Volume perdagangan saham
diukur dengan menggunakan indikator aktivitas volume perdagangan saham atau
TVA (Trading Volume Activity), dimana TVA dapat diperoleh dengan cara jumlah harga saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu di bagi dengan jumlah
saham yang beredar pada waktu tertentu (Husnan, 2003). Secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
=
∑ ∑…
..
(2.4)2.9 Volatilitas Harga Saham
Menurut Purnomo (2010) volatilitas harga saham merupakan suatu instrumen
yang digunakan untuk melihat adanya reaksi pasar modal terhadap informasi
melalui parameter pergerakan harga-harga saham di pasar. Menurut Lamoreux
dan Poon dalam Purnomo (2010) menyatakan bahwa setelah aktivitas stock split jumlah pemegang saham akan bertambah banyak, kenaikan tersebut dikarenakan
penurunan harga saham volatilitas harga saham menjadi lebih besar sehingga
menarik investor untuk menjual atau membeli saham, dengan demikian likuiditas
saham akan meningkat. Besarnya volatilitas menunjukan kesempatan memperoleh
keuntungan dalam jangka pendek berupa capital gain dari transaksi yang dilakukan (Manurung, 2011).
Volatilitas harga saham di ukur dengan varians (Desai dalam Purnomo 2010),
akar varians disebut simpangan baku yang siberi symbol bagi distribusi sampel
dengan n < 100 maka rumus dari varians untuk menghitung volatiitas harga saham
adalah (Purnomo 2010):
=
∑
)
2 … … … (2.5)Keterangan :
= Varians
n = Jumlah hari sebelum atau sesudah stock split X = Presentase harga saham opening dan closing
= Rata-rata presentase harga saham opening dan closing
2.10 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai stock split menunjukan bahwa peristiwa stock split untuk mesaham, volume perdaganggan saham dan volatilitas harga saham.
Beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian ini yaitu:
1. Pramana (2012) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menganalisis
perbedaan trading volume activity serta abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Penelitian ini menggunakan event study, dimana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata trading volume activity dan abnormal return selama lima hari sebelum peristiwa dan lima hari sesudah peristiwa. Sampel yang digunakan berjumlah 30 perusahaan
yang melakukan pemecahan saham selama tahun 2007 - 2011 dan terdaftar
perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
2. Sadikin (2011) dengan penelitiannya yang mengnalisis abnormal return saham dan volume perdagangan saham, sebelum dan sesudah peristiwa
pemacahan saham. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20
perusahaan. Periode pengamatan dilakukan selama 10 hari sebelum dan
sesudah periode stock split. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara TVA sebelum dan sesudah pemecahan
saham sedangkan pada abnormal return tidak ada perbedaannya.
3. Indarti dan Purba (2011) dalam penelitiannya yang bertujuan menganalisis
perbedaan harga saham dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
peristiwa stock split. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 perusahaan yang melakukan stock split di tahun 2007. Berdasarkan hasil dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari
volume perdagangan saham.
4. Purnomo (2010) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui
volume perdagangan saham sebelum dan sesudah aktivitas stock split, sedangkan volatilitas harga saham, dan tingkat spread tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Michel Hendrawijaya (2009) dalam penelitiannya yang menggunakan event study, dimana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata harga saham, abnormal return, dan volume perdagangan saham selama lima hari sebelum peristiwa dan lima hari sesudah peristiwa. Sampel yang digunakan berjumlah
28 perusahaan yang melakukan pemecahan saham selama tahun 2005 - 2008
dan terdaftar dalam BEI. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak
terdapat perbedaan abnormal return, dan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
6. Muchtar (2008) meneliti tentang reaksi pasar terhadap peristiwa stock split
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan terhadap abnormal return dan trading volume activity saham. Sampel yang digunakan sebanyak 21 perusahaan, yang melakukan stock split pada periode 2005-2007 di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasilnya menunjukkan hanya terdapat perbedaan
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Pramana (2012) Analisis perbandingan
trading volume activity dan
2 Sadikin (2011) Analisis abnormal return
saham dan volume
5 Hendrawijaya
6 Muchtar (2008) Analisis reaksi saham terhadap peristiwa stock melakukan stock split di BEJ periode 2005-2007)
Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah:
1. Pengambilan populasi perusahaan yaitu pada perusahaan yang melakukan
stock split pada periode 1 Januari 2010 sampai 31 Juni 2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Sampel perusahaan yaitu menggunakan 17 perusahaan yang terdaftar di bursa
efek indonesia periode 2010-2012 berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
2.12 Kerangka Pemikiran
Pasar modal yang efisien adalah pasar yang memberikan informasi yang jelas dan
relevan terkait aktivitas perusahaan yang tedaftar di pasar modal kepada para
investor. Informasi yang terkandung di pasar modal digunakan oleh investor
terdapat di pasar modal dan merupakan salah satu corporate action yang dapat mempengaruhi jumlah saham yang beredar dan harga saham. Stock split bertujuan untuk memecah jumlah harga saham menjadi lebih kecil dan menambah jumlah
saham yang beredar sesuai dengan ketentuan split factor. Melalui pengumuman stock split terdapat suatu kandungan informasi yang akan bereaksi pada saat sekitar pengumuman diterima. Reaksi pasar di tunjukan dengan adanya perubahan
harga saham yang biasanya di ukur dengan return sebagai nilai perubahan atau dengan menggunakan abnormal return dan likuidias saham yang dapat dilihat melalui aktivitas perubahan volume perdagangan saham dan volatilitas harga
saham.
Berdasarkan signaling theory menyatakan bahwa pengumuman stock split dapat dianggap sebagai sinyal positif dari manajemen tentang prospek perusahaan
dimasa yang akan datang. Stock split menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang bagus sehingga akan memberikan keuntungan pada investor
dengan harapan akan mendapatkan peningkatan return di masa depan bila investor melakukan transaksi. Setelah pengumuman stock split harga saham menjadi lebih murah menyebabkan banyaknya transaksi yang akan dilakukan
sehingga harga saham berubah. Perubahan yang ditandai dengan naiknya harga
saham diukur dengan adanya abnormal return yang bernilai postitif atau return yang lebih besar pada saat setelah dilakukannya stock split. Terdapatnya perubahan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split merupakan indikator dari sinyal positif yang diberikan oleh manajemen
Secara teoritis perusahaan melakukan stock split dilatar belakangi oleh trading range theory. Trading range theory menyatakan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang memotivasi perusahaan untuk melakukan stock split. Perusahaan menganggap bahwa harga saham yang terlalu tinggi akan dapat mengurangi minat
beli investor dan mengakibatkan saham menjadi tidak likuid. Dengan
dilakukannya stock split perusahaan berusaha menjaga harga sahamnya pada rentang harga yang optimal, kemudian diharapkan investor akan tertarik untuk
membeli saham dan meningkatkan likuiditas saham tersebut.
Dengan menganalisa perbedaan abnormal return saham, volume perdagangan saham, dan volatilitas harga saham pada saat sebelum dan sesudah peristiwa stock split maka akan dapat diketahui apakah suatu pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan memiliki kandungan informasi dan respon
sesungguhnya yang terjadi di pasar modal terhadap aktivitas stock split yang dilakukan oleh perusahaan. Kerangka pemikiran yang dapat digambarkan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.13 Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka pemikiran, maka peneliti mengajukan hipotesis dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Ho1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham
pada saat sebelum dan sesudah stock split
Ha1 :Terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham pada
saat sebelum dan sesudah stock split
Ho2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan
saham pada saat sebelum dan sesudah stock split
Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham
pada saat sebelum dan sesudah stock split
Ho3 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volatilitas harga saham
pada saat sebelum dan sesudah peristiwa stock split
Ha3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara volatilitas harga saham pada
saat sebelum dan sesudah peristiwa stock split
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi peristiwa. Studi peristiwa menurut Jogiyanto
(2010) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa
yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa
dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan
dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Suatu
peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman, akan
membuat pasar merespon pada waktu peristiwa itu dipublikasikan. Dalam
penelitian ini peristiwa yang terjadi adalah stock split, dan respon yang diberikan merupakan reaksi pasar yang ditunjukan dengan adanya perubahan volume
perdagangan saham, abnormal return dan volatilitas harga saham.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat
1. Nama perusahaan dan tanggal pengumuman stock split
2. Harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan stock split dalam periode pengamatan, yaitu lima hari sebelum pengumuman stock split dan lima hari sesudah pengumuman stock split.
3. Jumlah saham yang diperdagangkan secara harian
4. Jumlah saham yang beredar harian.
5. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode pengamatan yang berupa
harga saham harian.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan pemecahan saham (stock split) dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang berjumlah 22 perusahaan.
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian dari suatu objek penelitian atau
subjek yang mewakili populasi. Pengambilan sampel harus sesuai dengan kualitas
dan karakterisitik suatu populasi. Dalam penelitian sampel yang digunakan adalah
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Di dalam purposive sampling populasi yang dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memiliki kriteria yang telah di tentukan.
Perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini yang sesuai
berdasarkan kriteria yang ditentukan yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan melakukan stock split pada periode 1 januari 2010 sampai 31 juni 2012 yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
2. Perusahaan tersebut tidak melakukan corporate action lain, seperti right issue, pembagian deviden dan pembagian saham bonus yang secara langsung dapat mempengaruhi likuiditas dan return saham pada periode sekitar pengumuman stock split dari tahun 2010-2012.
3. Sampel saham yang dipilih aktif diperdagangkan selama lima hari sebelum
dan lima hari sesudah stock split.
4. Data perusahaan tersedia secara lengkap untuk kebutuhan analisis antara lain
berupa harga saham, volume perdagangan saham, jumlah saham beredar dan
tanggal stock split.
Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh 17 perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini. Daftar perusahaan yang menjadi sampel dalam
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Split di BEI 3 DILD PT Intiland Development Tbk 26 Juli 2010 4 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 8 Des 2010 5 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 12 Nov 2010 6 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk 11 Jan 2011 7 LSIP PT London Sumatrea Plantation Tbk 25 Feb 2011 8 BTPN PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 28 Mar 2011 9 INTA PT Intraco Penta Tbk 6 Jun 2011 10 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 15 Jun 2011 11 AUTO PT Astra Otopart Tbk 24 Jun 2011 12 SSIA PT Surya Semesta Internusa Tbk 7 Jul 2011 13 JTPE PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 26 Jul 2011 14 MTFN PT Capitalinc Investment Tbk 11 Jul 2011 15 PTRO PT Petrosea Tbk 6 Mar 2012 16 ASII PT Astra Internasional Tbk 5 Jun 2012 17 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk 7 Jun 2012 Sumber : www.finance.yahoo.com (data diolah)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Teknik Dokumentasi
Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
data-data atau dokumen-dokumen yang berupa catatan dan informasi yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dikumpulkan merupakan data
saham dan dicatat berdasarkan peristiwa sebelum dan sesudah stock split. Dengan adanya data tersebut, maka peneliti dapat memecahkan masalah