• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PENERBITAN BROSUR PEMASARAN OLEH PERUSAHAAN PENGEMBANG PERUMAHAN (DEVELOPER)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PENERBITAN BROSUR PEMASARAN OLEH PERUSAHAAN PENGEMBANG PERUMAHAN (DEVELOPER)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PENERBITAN BROSUR PEMASARAN OLEH PERUSAHAAN PENGEMBANG PERUMAHAN

(DEVELOPER)

Studi Pada PT Pualam Tunggal Sakti Oleh

Marselyna Atalanta

Perumahan saat ini telah menjadi kebutuhan primer bagi manusia, karena manusia sebagai makhluk individu dan sosial mempunyai macam-macam kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder. Rumah adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia karena rumah memiliki fungsi sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung. Penelitian ini mengkaji mengenai perlindungan hukum bagi konsumen perumahan atas penerbitan brosur yang diberikan oleh perusahaan pengembang perumahan (developer). Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah mengenai hubungan hukum antara perusahaan pengembang dengan konsumen perumahan, akibat hukum yang timbul atas penerbitan brosur yang dilakukan oleh perusahaan pengembang, dan pertanggungjawaban perusahaan pengembang atas kerugian yang diderita oleh konsumen perumahan.

Penelitian ini adalah penelitian normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif terapan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan studi dokumen terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, sedangkan data primer sebagai data penunjang diperoleh langsung melalui wawancara dengan Direktur Produksi PT Pualam Tunggal Sakti. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

(3)

Marselyna Atalanta Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan hukum antara konsumen dengan pengembang lahir saat terjadinya transaksi jual beli antara konsumen sebagai pembeli dan pengembang sebagai pelaku usaha. Melalui brosur konsumen dapat melihat spesifikasi rumah yang akan dibeli, karena brosur adalah selembaran yang berisi informasi tentang suatu produk atau jasa dari sebuah perusahaan atau informasi lain yang disusun secara sistematik. Setelah terjadi transaksi jual beli maka akan lahir hak dan kewajiban dari konsumen dan pelaku usaha. Sementara itu, akibat hukum akan timbul apabila pelaku usaha tidak menjalankan kewajibannya dengan baik dan konsumen akan mengeluh apabila hasil yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian saat melakukan transaksi jual beli. Dalam suatu kontrak apabila pelaku usaha dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik maka pelaku usaha telah melakukan prestasi, tetapi apabila pelaku usaha telah lalai dan tidak memenuhi prestasi maka akan timbul wanprestasi. Tanggung jawab pelaku usaha terjadi apabila konsumen melakukan mengeluh atas ketidakpuasan hasil yang diberikan pihak pengembang sebagaimana yang tercantum dalam brosur pemasaran atau saat terjadi transaksi jual beli.

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Marselyna Atalanta. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 16 Juli 1992 dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Hi. Marwan Aziz, S.E., M.M., dan Ibu Hj. Ir., Septirawati.

(7)

Persembahan

Alhamdulillah dengan segala ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada

Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap langkahku,

ku persembahkan karya ini kepada:

Ayah, Mama, dan adikku tercinta,

Seluruh Keluarga Besar (Alm) Hi. Djamili dan Keluarga Besar (Alm) Abdul Aziz,

serta

Almarhumah Nenek Hj. Djaisah yang aku sayangi.

Yang selalu senantiasa memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan serta

(8)

MOTO

-Semua permintaan konsumen harus dipenuhi karena konsumen tidak pernah salah dan konsumen adalah raja.

-Seberat apapun harimu, jangan biarkan orang membuatmu merasa tak pantas mendapatkan apa yang kamu inginkan. (Billy Joe Armstorng)

-Sesuatu yang terencana dengan baik hasilnya tidak akan mengecewakan.

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Perumahan atas Penerbitan Brosur Pemasaran oleh Perusahaan Pengembang Perumahan (Developer)adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi diri penulis sendiri, pembaca, serta dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang perlindungan hukum bagi konsumen perumahan.

Penyelesaian penelitian ini merupakan usaha penulis yang tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

(10)

kesediaan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum., Pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Yennie Agustine, S.H., M.H., Pembahas I yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

5. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H., Pembahas II yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

6. Ibu Aprilianti, S.H., M.H., Pembimbing Akademik, yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung; 7. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi; 8. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Mama,

dan Adikku tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, perhatian, dan selalu mendoakan serta mengharapkan keberhasilanku sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(11)

10.Om Riswandi sebagai Direktur Produksi PT Pualam Tunggal Sakti, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan riset serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat terbaikku dari Sekolah Menengah Atas Intan Oza, Masayu Indah, Desy Ariyanti, Tito Kurniawan, Yadika Gamalia, dan William, terimakasih atas persahabatan yang indah ini.

12.Sahabat-sahabatku tersayang Moehammad Rilly Patriotika, Triana Rahmadani, Ni Putu Ratih Kartikasari Meutia Kumala Sari, Jimmi Erda Perwira, Ni Putu Yudiastuti, Nasrida Yusrina, Ahmada Basyara dan Andi Kusnadi, terima kasih atas persahabatan yang tulus dan dukungannya selama ini. Semoga persahabatan kita akan terjalin selamanya.

13.Teman-teman seperjuangan Topan, Dendri, Shifra, Melia, Gusti, Devy Citra, Diah Ayu, Ario, Eka Candre, dan seluruh teman-teman Hukum Keperdataan ’10 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. Semoga kita semua sukses.

14.Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan 2010. 15.Almamater Tercinta, Fakultas HukumUniversitas Lampung.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

(12)
(13)

F. Perumahan dan Perusahaan Pengembang Perumahan (Developer)

1. Pengertian Perumahan dan Pengembang (Developer) ………....19

2. Tanggung Jawab Pengembang sebagai Pelaku Usaha ……….20

G. Kerangka Pikir ………..……..……….26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Hukum Pelaku Usaha Dan Konsumen 1. Gambaran Umum Perusahaan ………..………...34

2. Isi Brosur PT Pualam Tunggal Sakti ………...…34

3. Hubungan Hukum Konsumen Dan Pelaku Usaha ..……….35

B. Akibat Hukum Yang Muncul Antara Pengembang Kepada Konsumen Atas Penerbitan Brosur Pemasaran 1. Prestasi Dan Wanprestasi ………38

2. Macam-Macam Wanprestasi dan Pelaksanaan Kontrak ……….41

C. Tanggung Jawab Pengembang ………..43

V. PENUTUP A. Kesimpulan ………57

B. Saran ………..60

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk individu dan sosial, mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam kehidupannya. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan akan pangan (makanan) dan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan akan sandang dan papan (pakaian dan tempat tinggal).1

Di samping kebutuhan makanan dan pakaian, rumah merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia, karena rumah berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat berteduh dan tempat berlindung untuk berkumpul bersama keluarga. Rumah berbentuk sebuah bangunan yang dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi yang menempatinya.

1

(15)

2

Rumah dapat berfungsi sebagai: tempat untuk menikmati kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat, tempat berkumpulnya keluarga dan tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat.2

Dalam Pasal 28 H Amandemen Undang Undang Dasar 1945, bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat, dan oleh karena itu setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu, rumah juga merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa.

Namun hak dasar rakyat tersebut pada saat ini masih belum sepenuhnya terpenuhi. Salah satu penyebabnya adalah adanya kesenjangan pemenuhan kebutuhan perumahan yang relatif masih besar. Hal itu terjadi antara lain karena masih kurangnya kemampuan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam memenuhi kebutuhan akan rumah.

Pembangunan perumahan dan permukiman jika dilakukan secara benar akan memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan. Pembangunan perumahan dapat mendorong pertumbuhan wilayah dan ekonomi daerah, mendukung pembangunan sosial budaya dan memberikan efek multiplier terhadap sektor lain seperti penciptaan lapangan kerja baik yang langsung maupun yang tidak langsung.

2

(16)

Oleh karena itu, pembangunan perumahan dan permukiman harus didukung oleh suatu kebijakan, strategi dan program yang komprehensif dan terpadu sehingga selain mampu memenuhi hak dasar rakyat juga akan menghasilkan suatu lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, serasi, harmonis, aman dan nyaman.3

Pada saat ini masyarakat dapat lebih mudah untuk membeli rumah dengan melihat brosur pemasaran atau iklan yang ditawarkan oleh perusahaan pengembang (developer). Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit, biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras.4 Masyarakat dapat mengetahui informasi tentang perumahan yang akan dibeli. Brosur perumahan yang diterbitkan oleh perusahaan pengembang diharapkan dapat menarik keinginan masyarakat untuk membeli rumah. Oleh karena itu biasanya pihak pengembang menawarkan informasi atau point-point yang menarik perhatian, seperti spesifikasi bangunan dan informasi lain terkait dengan kualitas bangunan yang terdapat di dalam brosur.

Jadi, apabila informasi yang terdapat di dalam brosur tidak sesuai dengan hasil pembangunan maka akan mengakibatkan kerugian yang diderita oleh konsumen. Apabila suatu peristiwa yang merugikan konsumen telah terjadi, misalnya timbul kerugian akibat kesalahan dari pihak pengembang maka harus dicari apakah ada hubungan kontraktual antara konsumen dengan pelaku usaha. Maksudnya, apakah

3

Kementerian perumahan rakyat republik Indonesia, <www.kemenpera.go.id> sekilas kemenpera, diakses pada tahun 2010

4

(17)

4

antara konsumen dengan pengembang terdapat kesepakatan yang diperjanjikan sehingga mempunyai akibat hukum. Apabila telah terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli, maka konsumen berhak untuk melakukan protes atau minta ganti kerugian kepada pihak pengembang perumahan tersebut.

Apabila pengembang sudah melakukan kewajibannya untuk membangun rumah, dan telah terjadi transaksi jual beli, tetapi spesifikasinya tidak sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan di dalam brosur, maka hal ini merupakan bentuk

wanprestasi. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban (prestasi) sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.5 Wanprestasi dapat berupa: Pertama, tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya. Kedua, melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. Ketiga, melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat. Keempat, melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.6 Apabila pengembang memenuhi prestasi

tetapi tidak sesuai atau keliru, maka tuntutan wanprestasi dapat dilakukan. Pemenuhan prestasi yang diperoleh oleh konsumen merupakan akibat tidak terpenuhinya kewajiban utama pengembang yang berupa pengingkaran perjanjian mengenai spesifikasi rumah. Keadaan tersebut sudah sesuai dengan teori dalam

wanprestasi yaitu tanggung jawab untuk memberikan pemenuhan prestasi

merupakan ketentuan hukum yang disepakati oleh para pihak. Dengan demikian

5

Rohmadijawi, hukum kontrak, <www.rohmadijawi.wordpress.com>, diakses pada 10 Juni 2014

(18)

bukan undang-undang yang menentukan bentuk pemenuhan prestasi, melainkan dengan kesepakatan kedua belah pihak melalui perundingan.7

Sehubungan dengan hal itu, penulis ingin mengetahui apakah ada konsumen yang merasa tidak puas dengan hasil pembangunan yang dilakukan pihak pengembang PT Pualam Tunggal Sakti dilihat dari brosur, sesuai atau tidak kondisi perumahan yang dibangun dengan spesifikasi yang ada didalam brosur yang telah ditawarkan, dan ingin mengetahui bagaimana tanggungjawab dari pihak pengembang apabila terjadi complain dari konsumen.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian dari aspek hukum keperdataan dengan judul: “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PENERBITAN BROSUR PEMASARAN OLEH PERUSAHAAN PENGEMBANG PERUMAHAN (DEVELOPER)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan, yaitu:

a. Bagaimana hubungan hukum antara perusahaan pengembang dengan konsumen perumahan?

7

(19)

6

b. Bagaimana akibat hukum yang muncul atas penerbitan brosur yang tidak sesuai dengan kenyataan hasil pembangunan oleh perusahaan pengembang?

c. Bagaimana pertanggungjawaban perusahaan pengembang atas kerugian yang diderita oleh konsumen perumahan dikaitkan dengan brosur?

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup permasalahannya adalah: a. Ruang lingkup keilmuan

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah hubungan hukum dan tanggung jawab masing-masing pihak antara pengembang sebagai produsen dan pembeli sebagai konsumen atas penerbitan brosur pemasaran yang dilakukan pengembang. Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan, khususnya hukum perlindungan konsumen.

b. Ruang lingkup objek kajian

(20)

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Mendapatkan informasi serta mengetahui tentang bagaimana hubungan hukum antara perusahaan pengembang dengan konsumen perumahan.

b. Mengetahui dan memahami akibat hukum yang muncul atas penerbitan brosur yang dilakukan oleh perusahaan pengembang.

c. Mengetahui dan memahami bagaimana pertanggungjawaban dari perusahaan pengembang atas kerugian yang diderita oleh konsumen.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dibagi dua yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

(21)

8

2. Kegunaan Praktis

a. Secara praktis penelitian ini dapat mengkaji ketentuan dalam Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembang sebagai

produsen dan pembeli sebagai konsumen agar tidak terjadi akibat hukum atau kerugian yang diderita oleh konsumen.

c. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui dan mempelajari hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yaitu antara produsen dan konsumen dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Peumahan dan Kawasan Permukiman.

d. Memberikan gambaran bagaimana ketentuan dalam mengatur hukum perlindungan konsumen.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha

Hukum Perlindungan Konsumen menurut Az. Nasution adalah hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.1

Pengertian Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, selanjutnya disingkat

UUPK 8/1999 adalah “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.

1

(23)

10

Pengertian Konsumen dalam Pasal 1 Angka 2 UUPK 8/1999 tentang

Perlindungan Konsumen adalah “setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan’’.

Sementara itu, pengertian Pelaku Usaha dalam Pasal 1 Angka 3 UUPK 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah “setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi’’.

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Asas perlindungan konsumen dalam Pasal 2 UUPK 8/1999, yaitu:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

(24)

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/jasa yang dikonsumsi dan digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Perlindungan konsumen dalam Pasal 3 UUPK 8/1999 bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

(25)

12

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Perlindungan konsumen merupakan tujuan dari usaha yang akan dicapai atau keadaan yang akan diwujudkan. Oleh karena itu, tujuan perlindungan konsumen perlu dirancang dan dibangun secara berencana dan dipersiapkan sejak dini. Tujuan perlindungan konsumen mencakup aktivitas-aktivitas penciptaan dan penyelenggaraan sistem perlindungan konsumen. Tujuan perlindungan konsumen disusun secara bertahap, mulai dari penyadaran hingga pemberdayaan. Pencapaian tujuan perlindungan konsumen tidak harus melalui tahapan berdasarkan susunan tersebut, tetapi dengan melihat urgensinya. Misal, tujuan meningkatkan kualiatas barang, pencapaiannya tidak harus menunggu tujuan pertama tercapai adalah meningkatkan kesadaran konsumen. Idealnya, pencapaian tujuan perlindungan konsumen dilakukan secara serempak.2

2

(26)

3. Hak dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha Hak konsumen dalam Pasal 4 UUPK 8/1999, yaitu:

1. Hak atas keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

2. Hak untuk memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

3. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang yang sesuai dengan nilai tukar dan kondisi dan jaminan barang

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang yang digunakan

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

6. Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup 7. Hak untuk memperoleh ganti kerugian

8. Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat 9. Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen

Kewajiban konsumen dalam Pasal 5 UUPK 8/1999, yaitu:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang demi keamanan dan keselamatan.

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang. 3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

(27)

14

Hak pelaku uasaha dalam Pasal 6 UUPK 8/1999, yaitu:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

Kewajiban pelaku usaha dalam Pasal 7 UUPK 8/1999, yaitu:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

3. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

(28)

B. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen

Hubungan antara produsen dengan konsumen dilaksanakan dalam rangka jual beli. Jual beli sesuai Pasal 1457 KUH Perdata adalah suatu perjanjian sebagaimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam pengertian ini, terdapat unsur-unsur: perjanjian, penjual dan pembeli, harga, dan barang.

Dalam hubungan langsung antara pelaku usaha dan konsumen terdapat hubungan kontraktual (perjanjian). Jika produk menimbulkan kerugian pada konsumen, maka konsumen dapat meminta ganti kerugian kepada produsen atas dasar tanggung jawab kontraktual (contractual liability). Seiring dengan revolusi industri, transaksi usaha berkembang ke arah hubungan yang tidak langsung melalui suatu distribusi dari pelaku usaha, disalurkan atau didistribusikan kepada agen, lalu ke pengecer baru sampai konsumen. Dalam hubungan ini tidak terdapat hubungan kontraktual (perjanjian) antara produsen dan konsumen.3

C. Akibat Hukum antara Pelaku Usaha dan Konsumen

Akibat hukum akan muncul apabila pelaku usaha tidak menjalankan kewajibannya dengan baik dan konsumen akan melakukan keluhan (complain) apabila hasil yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian pada saat transaksi jual beli yang telah dilakukan. Dalam suatu kontrak atau perjanjian apabila pelaku usaha dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik maka pelaku usaha telah melakukan prestasi, tetapi jika pelaku usaha telah lalai dan tidak dapat menyelesaikan

3

(29)

16

kewajibannya dengan baik maka akan timbul wanprestasi. Wanprestasi atau cidera janji adalah tidak terlaksananya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang telah disepakati didalam kontrak. Tindakan wanprestasi ini membawa konsekuensi timbulnya hak dari pihak yang dirugikan, menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi atau penggantian. Ada tiga macam bentuk wanprestasi yaitu: wanprestasi tidak memenuhi prestasi, wanprestasi terlambat memenuhi prestasi, dan wanprestasi tidak sempurna memenuhi prestasi.

D. Brosur

1. Pengertian Brosur

Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit, biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras.

Pengertian lain dari Brosur yang lebih dikenal dengan sebutan pamflet adalah selebaran (selembar kertas) yang berisi informasi tentang suatu produk atau jasa dari sebuah perusahaan, organisasi, yayasan atau informasi lainnya yang disusun secara sistematik, yang hanya terdiri dari beberapa halaman yang dilipat tanpa menggunakan jilid.4

2. Fungsi Brosur

Brosur memiliki tiga fungsi, Pertama, fungsi Informatif: brosur biasanya digunakan untuk menginformasikan kepada pelanggan berkaitan dengan suatu perusahaan.

4

Brosur Iklan antara Fungsi dan Manfaat, <http://macam-macambrosur.blogspot.com> ,

(30)

Informasi ini berkaitan dengan presentasi perusahaan, produk baru atau layanan dari perusahaan yang menawarkan, atau perubahan nama perusahaan. Kedua, fungsi Iklan: brosur sangat penting sebagai iklan atau promosi, yang menarik dan memungkinkanm untuk mempromosikan satu atau lebih produk atau jasa. Ketiga, fungsi Identifikasi: desain brosur yang baik digunakan untuk mempertahankan kriteria yang sama melalui semua brosur perusahaan. Jika kriteria ini disatukan dalam semua jenis brosur, itu akan membuat perusahaan mudah di identifikasi. Ini akan memberikan prestise dan kredibilitas bagi perusahaan. Hal ini penting, karena tidak hanya memiliki konsep tetapi juga memiliki logo. Sebuah logo yang dirancang dengan baik sangat penting bagi setiap perusahaan untuk langkah pertama dalam memulai kampanye iklan.

Ketiga fungsi tersebut harus memiliki interaksi. Brosur tersebut harus menjadi hasil dari interaksi yang terjadi, jika tidak maka tidak akan efektif. Mungkin salah satu dari ketiga aspek tersebut lebih menonjol dari yang lain, tetapi ini tidak akan mempengaruhi desain brosur Saudara.5

E. Tanggung Jawab Pelaku Usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Tanggung jawab pelaku usaha tercantum dalam Pasal 19 UUPK 8/1999, yaitu:

1). Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

5

(31)

18

2). Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3). Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

4). Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

5). Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.

Inti dari pasal di atas adalah pelaku usaha bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul dari hasil produk/jasanya. Seperti yang di sebutkan pada pasal 19 ayat (1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

(32)

ganti rugi tidak menghapus kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsure kesalahan.6

F. Perumahan dan Perusahaan Pengembang Perumahan (Developer) 1. Pengertian Perumahan dan Pengembang (Developer)

Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.

Dalam Pasal 5 No. 4 Tahun 1992 dengan tegas disebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk menempati dan memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Dalam penjelasan pasal ini diuraikan bahwa pemenuhan hak warga negara tersebut dapat dilakukan dengan cara membangun sendiri atau dengan cara sewa, membeli secara tunai atau angsuran, hibah dan cara lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut ketentuan Pasal 19 UU No. 1 Tahun 2011 pengadaan pembangunan atau penyelenggaraan rumah dan perumahan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, yang dilaksanakan oleh

6

(33)

20

Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati dan memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Penyelenggaraan perumahan meliputi: a) perencanaan perumahan, b) pembangunan perumahan, c) pemanfaatan perumahan, dan d) pengendalian perumahan. Perumahan tersebut mencakup rumah atau perumahan beserta prasarana, dan sarana umum.7

Menurut Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974, disebutkan pengertian Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula masuk dalam pengertian developer, yaitu : Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan suatu kesatuan lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan prasarana prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya.8

2. Tanggung Jawab Pengembang (Developer) sebagai Pelaku Usaha

Di samping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh pengembang (pelaku usaha), ada tanggung jawab (Responsibility) yang harus dipikul oleh

developer (pelaku usaha) sebagai bagian dari kewajiban yang mengikat kegiatannya dalam berusaha. Sehingga diharapkan adanya kewajiban dari developer (pelaku

7

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman

8

(34)

usaha) untuk selalu bersikap hati-hati dalam menerbitkan data dan informasi yang ada didalam brosur.

Tanggung jawab (Responsibility) dapat didefinisikan sebagai suatu tanggung jawab secara hukum dari orang/badan yang menghasilkan suatu produk

(producer, manufacturer), dari orang/badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk (processor, assembler) atau mendistribusikan (seller, distributor) produk tersebut.

Berbicara mengenai tanggung jawab, maka tidak lepas dari prinsip-prinsip sebuah tanggung jawab, karena prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam perlindungan konsumen.

Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan, yaitu : a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan (liability based on fault), yaitu

prinsip yang menyatakan bahwa seseorang baru dapat diminta pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya;

b. Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab (Presumption of liability), yaitu prinsip yang menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan, bahwa ia tidak bersalah, jadi beban pembuktian ada pada tergugat.

(35)

22

d. Prinsip tanggung jawab mutlak (Strict liability), dalam prinsip ini menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan, nemun ada pengecualianpengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab.

e. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability), dengan adanya prinsip tanggung jawab ini, pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan, maka harus berdasarkan pada perundang-undangan yang berlaku.9

Tanggung jawab pelaku usaha atas kerugian konsumen dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diatur khusus dalam BAB VI, mulai dari Pasal 19 sampai dengan Pasal 28, Memperhatikan substansi Pasal 19 ayat (1) Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dapat diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi :

a. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan, b. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran,

c. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.10

Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku usaha. Hal ini berarti, bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen. Penerapan konsep product liability ternyata tidak mudah, dalam system

9

Shidarta, Ibid , hal. 58. 10

(36)

pertanggungjawaban secara konvensional, tanggung gugat produk didasarkan adanya wanprestasi (default) dan perbuatan melawan hukum (fault). Berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata, konsumen yang menderita kerugian akibat produk barang/jasa yang cacat bisa menuntut pihak produsen (pelaku usaha) secara langsung. Tuntutan tersebut didasarkan pada kondisi telah terjadi perbuatan melawan hukum. Atau dengan kata lain, konsumen harus membuktikan terlebih dahulu kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha.

Langkah pembuktian semacam itu sulit dilakukan karena konsumen berada pada kondisi yang sangat lemah dibandingkan dengan posisi pelaku usaha. Disamping sulitnya pembuktian, konsumen nantinya juga sulit mendapatkan hak ganti rugi (kompensasi) atas pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha. Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan konsep strict liability (tanggung jawab mutlak),

yaitu bahwa produsen seketika itu juga harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa mempersoalkan kesalahan darim pihak produsen.11 Jika dicermati sebenarnya UU Perlindungan Konsumen mengadopsi konsep tanggung jawab. Dalam pasal 19 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa:

“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,

pencemaran, atau kerugian yang diderita konsumen akibat mengkonsumsi

barang/jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.”

11

(37)

24

Pasal 28 UU Perlindungan Konsumen menyatakan:

“Pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur dalam gugatan ganti rugi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 22, dan pasal 23, merupakan beban

dan tanggung jawab pelaku usaha.”

Lebih lanjut apabila membicarakan mengenai tanggung jawab developer maka hal tersebut berkaitan dengan tanggung jawab moral developer kepada konsumennya. Pada umumnya developer yang bernaung dalam Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) memiliki tanggung jawab moral terhadap konsumen. Tanggung jawab moral developer ini terangkum dalam kode etik Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia yang dikenal dengan “Sapta Brata”. Adapun isi dari Sapta Brata

adalahal sebagai berikut:

1. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya senantiasa mentaati segala undang-undang maupun peraturan yang berlaku di Indonesia. 3. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa menjaga keselarasan antara kepentingan usahanya dengan kepentingan pembangunan bangsa dan negara.

(38)

5. Anggota Real Estate dalam melaksanakan usahanya, senantiasa menjunjung tinggi AD/ART Real Estate Indonesia serta memegang teguh disiplin dan solidaritas organisasi.

6. Anggota Real Estate dalam melaksanakan usahanya, dengan sesama pengusaha senantiasa saling menghormati, menghargai, dan saling membantu serta menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.

7. Anggota Real Estate Indonesia dalam melaksanakan usahanya, senantiasa memberikan pelayanan pada masyarakat dengan sebaik-baiknya.12

Tujuh kode etik tersebut merupakan pedoman bagi seluruh developer anggota Real Estate Indonesia.

12

(39)

26

Keterangan:

Untuk mempermudah dan memperjelas pembahasan dari permasalahan mengenai perlindungan hukum konsumen perumahan terhadap penerbitan brosur pemasaran, maka diuraikan secara singkat sebagai berikut:

Ketika pengembang mulai memasarkan produknya melalui brosur, flyer, baliho, iklan online dan lain-lain, konsumen bisa mulai memilih unit yang mana yang sesuai dengan keinginan konsumen. Setelah konsumen memilih kavling yang sesuai dengan keinginannya, konsumen bisa langsung menanyakan metode pembayarannya (cash atau KPR). Survey lokasi juga penting untuk melihat kondisi area yang akan dibangun perumahan. Setelah konsumen cocok dengan kondisi

perumahan tersebut, konsumen bisa melakukan pembayaran booking fee atau tanda

jadi, dengan menyetorkan sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan

yang diterapkan pihak pengembang. Dengan melakukan pembayaran booking fee

berarti menunjukan bahwa konsumen telah serius untuk membeli rumah tersebut.

(40)

Pembangunan unit ini tergantung dari luas unit yang konsumen pilih. Setelah pembangunan unit telah rampung 100%, dan sudah siap untuk melakukan serah

terima ke pembeli. Pihak pengembang biasanya akan memberikan masa retensi

selama tiga bulan setelah serah terima dilakukan. Masa retensi adalah waktu untuk

pihak developer apabila ada keluhan-keluhan mengenai bangunan dan kondisi

rumah. Selama masa retensi ini apabila ada kerusakan mengenai bangunan dan

kondisi rumah masih menjadi tanggung jawab pihak pengembang. Oleh sebab itu,

apabila pengembang melakukan wanprestasi kepada konsumen atas pembangunan perumahan yang dibangun tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang di janjikan di dalam brosur, maka akan timbul hubungan hukum, akibat hukum, dan pertanggungjawaban dari pihak pengembang.13

13

(41)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan PT Pualam Tunggal Sakti sebagai pengembang. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan hukum.

B. Jenis Penelitian

(42)

C. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian yang menimbulkan suatu gejala hukum dalam penelitian ini adalah penerbitan brosur oleh perusahaan pengembang. Untuk itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam memaparkan apa saja hubungan hukum, akibat hukum, dan pertanggungjawaban hukum antara pengembang dengan konsumen apabila pihak pengembang melakukan wanprestasi kepada konsumen.

Untuk itu, pada penelitian ini akan menggambarkan bagaimana hubungan hukum, akibat hukum, serta tanggungajawab hukum dari masing-masing pihak yang terikat yaitu antara developer dan konsumen.

D. Data dan Sumber Data

Data yang di perlukan dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

1. Data Primer

(43)

30

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari dokumen perlindungan konsumen tersebut yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas serta mempelajari peraturan perundang-undangan, dan buku-buku hukum. Data sekunder terdiri dari bahan-bahan hukum, yaitu: Pertama, bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang merupakan data sekunder yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan. Kedua, bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang memberikan penjelasan dari bahan-bahan hukum primer. Ketiga, bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang lainnyan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Contohnya, abstrak perundang-undangan, bibliografi hukum, direktori pengadilan, ensiklopedia hukum, indeks majalah hukum, kamus hukum, dan seterusnya.1

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi penelitian, Pertama di PT Pualam Tunggal Sakti, beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro No. 96 Teluk Betung Utara, Bandar Lampung. Kedua, Penelitian di lokasi proyek di Jalan Raya Karang Anyar, Kelurahan Karang Anyar. Kecamatan Jati Agung. Kabupaten Lampung Selatan.

1

(44)

F. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Menghimpun informasi dan data dari PT Pualam Tunggal Sakti berupa bagaimana apakah ada konsumen yang mengeluh atau merasa tidak puas dengan hasil pembangunan yang tidak sesuai dengan apa yang dituliskan didalam brosur.

b. Menginvertarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah dengan cara membaca, mempelajari, mengutip/mencatat, dan memahami maknanya. c. Mengkaji data yang sudah terkumpul dengan cara menelaah

literatur-literatur dan bahan kepustakaan lainnya agar mempermudah pembahasan penelitian ini serta untuk menentukan relevansinya dengan kebutuhan dan rumusan masalah.

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data:

a. Studi Pustaka, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan perlindungan konsumen yang akan dibahas dalam masalah ini.

(45)

32

bahasan penelitian ini terkait brosur pemasaran yang diterbitkan oleh pengembang.2

c. Wawancara, dilakukan dengan Direktur Produksi dari PT Pualam Tunggal Sakti. Hal ini dilakukan sebagai data pendukung dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka meliputi sumber hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur ilmu hukum dan analisis normatif terhadap perlindungan konsumen, dan penerbitan brosur pemasaran yang dilakukan oleh pengembang yang kemudian disebarkan kepada konsumen. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka yang meliputi sumber data primer yaitu perjanjian jual beli antara developer dan konsumen, perundang-undangan dan buku-buku literatur ilmu hukum yang ada. Data yang telah terkumpul, diolah melalui cara pengolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi

Identifikasi data adalah mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan proses perlindungan konsumen dan pengembang dalam memasarkan brosur perumahannya. Serta mengidentifikasi segala literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

2

(46)

2. Editing

Editing merupakan proses meneliti kembali data yang diperoleh dari berbagai kepustakaan yang ada, menelaah bagaimana pertanggungjawaban dari pihak pengembang dan akibat hukum yang muncul apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh pihak pengembang kepada konsumen. Hal tersebut sangat perlu untuk mengetahui apakah data yang telah kita miliki sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses selanjutnya. Dari data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan ini, editing dilakukan pada data yang sudah terkumpul serta diseleksi terlebih dahulu dan diambil data yang diperlukan.

3. Penyusunan Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat. Sehingga tidak ada data yang dibutuhkan terlewatkan dan terbuang begitu saja.

4. Penarikan Kesimpulan

(47)

34

G. Analisis Data

(48)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

(49)

58

perantaraan pihak lain, maka akan terjadi hubungan tidak langsung antara konsumen dan pelaku usaha.

2. Akibat hukum terjadi ketika pelaku usaha tidak menjalankan kewajibannya dengan baik dan konsumen akan melakukan keluhan apabila hasil yang diterima tidak sesuai dengan data dan informasi yang ada di dalam brosur serta perjanjian transaksi jual beli yang telah dilakukan. Dalam suatu kontrak atau perjanjian apabila pelaku usaha dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik maka pelaku usaha telah melakukan prestasi, tetapi jika pelaku usaha telah lalai dan tidak dapat menyelesaikan kewajibannya dengan baik maka akan timbul wanprestasi. Wanprestasi atau cidera janji adalah tidak terlaksananya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang telah disepakati di dalam kontrak. Tindakan wanprestasi ini membawa konsekuensi timbulnya hak dari pihak yang dirugikan, menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi atau penggantian. Ada tiga macam bentuk wanprestasi yaitu: wanprestasi tidak memenuhi prestasi, wanprestasi terlambat memenuhi prestasi, dan wanprestasi tidak sempurna memenuhi prestasi.

(50)
(51)

60

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Apabila konsumen ingin membeli rumah sebaiknya konsumen dapat teliti dalam melihat data dan informasi yang ada didalam brosur pemasaran yang diterbitkan oleh pihak pengembang, dan konsumen jangan mudah tertarik dengan fasilitas dan penawaran yang tercantum didalam brosur. Hal ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Apabila konsumen ingin membeli rumah sebaiknya transaksi jual beli dilakukan pada saat pembangunan rumah tersebut sudah jadi dengan sempurna sehingga tidak terjadi keluhan atau kerugian yang diderita oleh konsumen.

(52)

1. Buku-Buku

Hartono, Sri Redjeki. 2000. Menyongsong Sistem Hukum Ekonomi yang Berwawasan Asas Keseimbangan, dalam Kapita Selekta Hukum Ekonomi. Bandung:

Mandar Maju.

Siahaan, H.T. 2005. Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Jakarta: Panta REI

Lubis, Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis. 2013. Kepemilikan Properti di Indonesia. Bandung: CV. Mandar Maju.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti Miru Ahmadi, dan Yodo Sutarman. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Shidarta, 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Grasindo.

Makarao, M. Sadar dan Moh.Taufik. 2012. HukumPerlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: Akademia.

Saliman, R. Abdul, Hermansyah, dan Jalis Ahmad. 2005. Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sasongko, Wahyu. 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

________. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia. _______1990. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Pers

Zulham, 2013. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. ______ 2012. Strategi Membangun Bisnis Developer Property, Property Plus Indonesia.

(53)

2. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman. 3. Website

http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan_primer www.kemenpera.go.id (sekilas Kemenpera) http://id.wikipedia.org/wiki/Brosur

http://ahaproperty.blogspot.com/2013/09

http://www.kiosdigital.net/artikel-cetak-desain/apa-itu-brosur

http://macam-macambrosur.blogspot.com/2014/01/brosur-iklan-antara-fungsi-dan-manfaat

https://blog.urbanindo.com/2013/06/tata-cara-jual-beli-properti-bagian-4-membeli-properti-dari-developer. posted on 21 Juni 2013

Tanggung jawab developer yang wanprestasi dalam kontrak jual beli rumah dan hubungan hukumnya dengan perlindungan konsumen. oleh: Fanny Amalul Arifin, Universitas Brawijaya, Fakultas Hukum, Malang 2013

4. Sumber Lain

Akta keterangan pendirian Perusahaan Perseroan Terbatas PT Pualam Tunggal Sakti, tanggal 26 November 1988

Brosur PT Graha Property Centre Brosur PT Pualam Tunggal Sakti

Referensi

Dokumen terkait

Pemberi Tugas menyampaikan surat permohonan penerbitan SPPD sekaligus pencairan dana kepada PPK yang bersangkutan dengan dilampiri dengan Surat Tugas dan ditembuskan kepada

Dr Ir Satriyas Ilyas, MS Pengembangan teknologi invigorasi untuk meningkatkan mutu benih cabai dan padi Samsi Abdul Khodar A24100193 Pengembangan teknologi invigorasi untuk

dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli. Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sikap masyarakat pengguna jasa layanan transportasi udara di Surabaya pasca pemberitaan

Sementara itu, makna religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 31 Teori akan tak ada gunanya tanpa adanya suatu praktek,

Hasil ini menunjukan bahwa Ha serta hipotesis penelitan H4 diterima yang mengartikan bahwa variabel Islamic Governance, Investment Account Holder, dan Profitabilitas

Berdasarkan hasil penelitian Daya hambat ekstrak etanol limbah tomat ( Lycopersicum esculentum Mill) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara

A student asks his roommate to clean up the kitchen, the later had left in a mess the night before.. A young woman wants to get rid of a man pestering her on