• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI

KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015

Oleh ROSMAYATI

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar dari KKM

yang ditentukan ≥66 siswa yang tuntas 29%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD di SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, menggunakan lembar observasi siswa, kinerja guru pada proses pembelajaran, sedangkan untuk mengetahui hasil belajar menggunakan tes.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Hal ini ditunjukan data pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 60%. Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 89,16%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, dengan nilai 69,33 sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa dengan nilai 79,33.

(2)
(3)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI

KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015

Skripsi

Oleh ROSMAYATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Rosmayati, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda bernama

Hi. Yahya Rusdi dan Ibunda bernama Hj. Marliyah, lahir di Pasar Baru, 11 Juli

1976. Penulis lulus Sekolah MIN Kedondong pada tahun 1984, penulis

melanjutkan ke MTs Swasta Mathla Ul Anwar Kedondong pada lulus pada tahun

1992. Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Hazairin dan dikaruniai tiga

orang puteri. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan sekolah Paket C Kemudian

pada tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah S1 Dalam Jabatan FKIP Universitas

(8)

PERSEMBAHAN

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan, dengan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku

2. Suamiku tercinta Hazairin, terima kasih atas doa restunya 3. Ketiga buah hatiku

4. Teman-teman sejawat yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasinya.

5. Semua keluarga besar serta teman-temanku 6. Almamaterku tercinta Universitas Lampung

Terima kasih atas segala dukungan serta doa restu yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

(9)

Moto

Dengan belajar jembatan emas munuju kesuksesan

(10)

SANWACANA

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas

dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Margodadi Waylima Pesawaran”

telah dapat diselesaikan.

Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini

terutama kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Selaku Dekan beserta jajaran Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd selaku ketua program studi PGSD

4. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang membimbing

sampai skripsi ini terselesaikan.

5. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Pd, selaku dosen pembahas, yang telah

memberikan masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Akademik PGSD FKIP Universitas

(11)

7. Bapak Nasrulloh, S.Pd selaku Kepala SDN 2 Margodadi Kabupaten

Pesawaran yang telah memberi ijin penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VI SDN 2 Margodadi yang telah berpartisipasi aktif

dalam kegiatan melaksanakan penelitian

9. Seluruh Dewan Guru SDN 2 Margodadi Kabupaten Pesawaran, terima

kasih atas kerjasama dan bantuannya.

Pesawaran, Juli 2014

(12)

DAFTAR ISI

1.5 Tujuan Penelitian……….. 5

1.6 Manfaat Penelitian………. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA dan KERANGKA BERPIKIR 2.1Pengertian Belajar……… 7

2.2Aktivitas Belajar……….. 8

2.3Hasil Belajar……… 9

2.4Ilmu Pengetahuan Sosial…….……… 11

2.5Model Pembelajaran Cooperative Learning……… 13

2.6Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning………… 16

2.7Kerangka Pikir……….. 18

2.8Hipotesis Tindakan ……… 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian……… 20

3.2Setting Penelitian ……… 20

3.3Subjek Penelitian……..……… 21

3.4Rencana Tindakan………. 21

3.5 Teknik Pengumpulan Data……….. 23

3.6Alat Pengumpul Data………. 23

3.7Analisis Data……… 26

3.8Rencana Pelaksanaan……… 27

(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Propil SDN 2 Margodadi……… 31

4.2Hasil Penelitian ………. 32

4.2 Siklus I………... 32

4.3 Siklus II………. 41

4.4 Pembahasan ……… 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan……… 52

5.2Saran………. 53

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Rerata Hasil Ulangan IPS Kelas VI……… 3

3.1Lembar Aktivitas Siswa………. 23

3.2Kategori Penilaian Kinerja Guru……….. 24

3.3 Kategori Skor Kinerja guru………. 25

3.4Kategori Penilaian Kinerja Guru……….. 25

3.5 Hasil Belajar Siswa……… 25

3.6 Kategori Skor Aktivitas Siswa………. 26

3.7 Kategori Penilaian Aktivitas Siswa……….. 26

4.1 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1……… 35

4.2 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2………..………. 36

4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I……… 38

1.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I……… 39

4.5 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1……… 44

4.6 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2………..………. 45

1.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II……… 47

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir……… 19

3.1Alur Siklus Penelitian………. 21

4.1Grafik Aktivitas Siswa Siklus I………. 38

4.2Grafik Hasil Belajar Siklus I………. 40

4.3Grafik Aktivitas Siswa Siklus II………. 46

4.4Grafik Hasil Belajar Siklus II………. 48

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Ijin Penelitian dari Dekan FKIP……… 54

2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian……… 55

3. Silabus IPS Kelas IV……….. 56

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 58

5. LKS Siklus I Pertemuan Pertama …………..……… 64

6. LKS Siklus I Pertemuan Kedua………. 65

7. Lembar Evaluasi Siswa Siklus I ……… 66

8. Lembar Kunci Jawaban……….. 67

9. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1………. 68

10. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2……… 69

11. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ………..……… 70

12. Hasil Belajar Siswa Siklus 1………. 71

13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……… 72

14. LKS Siklus I Pertemuan Pertama …………..……… 77

15. LKS Siklus I Pertemuan Kedua………. 78

16. Lembar Evaluasi Siswa Siklus I ……… 79

17. Lembar Kunci Jawaban……….. 80

18. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1………. 81

19. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2……… 82

20. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ………..……… 83

(17)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (Trianto. 2009: 1).

Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, proses pembelajaran di

sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) harus dapat memberikan peluang

kepada anak untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang

beriman, berilmu, cakap, mandiri serta kreativitas seperti kemampuan berpikir,

bereksplorasi dan bereksperimen dan juga kemampuan untuk bertanya dan

berpendapat.

Berdasarkan fungsi tersebut di atas, maka guru mempunyai peran dan kedudukan

yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

(18)

2

Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,

makmur dan beradab.

Pasal 19 tahun 2005 menyebutkan: proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, melihat

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Depdiknas (2005 :17).

Mengacu pada pasal 19 tahun 2005, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru

dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan

kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya

guna kepentingan pengajaran.

Menurut Nasution (2008: 25) hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri

individu, yang tidak halnya berupa pengetahuan, tetapi juga kecakapan, sikap,

pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.

Berdasarkan hasil observasi di SD 2 Margodadi, pada tanggal 23 Januari 2014

diperoleh data hasil belajar siswa rendah dengan rata-rata kelas 62, sedangkan

KKM yang telah ditentukan 66. Siswa yang memperoleh nilai ≥66 hanya 4 siswa atau 29%, sedangkan 71% siswa belum mencapai KKM. Data hasil belajar siswa

(19)

3

Tabel 1 Hasil Ulangan IPS Semester Ganjil Siswa Kelas V

No Rentang Nilai Banyaknya

Siswa

Sumber: Nilai IPS Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014

Ada beberapa faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar diantaranya guru lebih

banyak memberikan materi pelajaran melalui metode ceramah, sedangkan siswa

hanya pasif dan mendengarkan, sehingga pembelajaran terkesan membosankan

dan membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kurang bervariasinya guru dalam menggunakan metode dan model,

pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat dalam mengikuti

pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, peneliti selaku guru IPS mencoba

melakukan perbaikan dengan cara Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 2

Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran

2014/2015.

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa pasif pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Guru lebih banyak memberikan materi dengan menggunakan metode

(20)

4

3. Kurang bervariasinya guru menggunakan metode pembelajaran, sehingga

proses pembelajaran tidak menarik perhatian siswa

4. Pembelajaran terkesan membosankan membuat siswa kurang berkonsentrasi

5. Rendahnya hasil belajar IPS nilai ≥66 hanya 29%.

6. Rendahnya aktivitas belajar siswa, dikarenakan belum diterapkannya model

pembelajaran Cooperative learning tipe STAD.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini

hanya dibatasi pada: Aktivitas dan hasil belajar, model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD kelas V SDN 2 Margodadi Waylima Kabupaten Pesawaran,

pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015.

1.4 Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut: rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS peserta

didik di kelas VI SDN 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.

Dengan demikian permasalahan yang diajukan adalah:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS

di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten

Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe

(21)

5

Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran

2013/2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS melalui model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi

Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi

Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peserta didik

Memberikan pengalaman kepada siswa dengan belajar menggunakan

model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

1.6.2 Bagi Guru

a. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD sebagai

masukan dalam pembelajaran IPS dan dapat digunakan sebagai

alternatif pembelajaran

b. Meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme diri

(22)

6

2.6.3 Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan

kualitas sekolah, juga dapat menambah kondusifnya hubungan antar

guru karena mereka harus bekerja sama satu dengan yang lain.

b. Memberikan masukan yang baik untuk mengadakan pembaharuan

dalam rangka memajukan program sekolah.

2.6.4 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan model

pembelajaran cooperative learning tipe STAD, untuk meningkatkan

(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Belajar

Belajar adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan

secara aktif dalam proses pembelajaran baik bentuk interaksi siswa dengan guru

yang mengarah pada proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari

pengalaman dalam berinteraksi. Menurut Hamalik (2011: 30) seseorang telah

belajar ialah terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar akan

tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek antara lain: pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,

jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Trianto (2009: 9), belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam

berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku

kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain

yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut Djamarah (2006: 11),

belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,

(24)

8

pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang meliputi segenap aspek organisme

atau pribadi.

Berdasarkan uraian di atas belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dari pengalaman

dan hasil latihan, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap

yang meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

2.2.Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses

pembelajaran yang mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan

yang akan mengarah pada peningkatan prestasi, seperti: bertanya atau mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab pertanyaan guru, bekerja sama

dengan teman lain, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut

Abdulrahman (dalam Ali, 2008: 5), aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa

baik kegiatan jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Aktivitas siswa yang dilakukan pada saat belajar hakekatnya adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Seperti yang

dikemukakan oleh George J. Mouly dalam bukunya Psychology for Effective

Teaching, bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku

seseorang berkat adanya pengalaman.

Slameto (2003: 2) aktivitas belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

(25)

9

Paul D. dierich (dalam Hamalik. 2011: 177) membagi aktivitas belajar dalam 8

kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu: mengungkapkan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.

f. Kegiata-kegiatan metrik, yaitu: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu: minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar

adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun rohani yang

mendukung keberhasilan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang yang meliputi kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis,

menggambar, metrik, mental dan emosional.

2.3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara

individu maupun kelompok. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan

pada aspek-aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,

(26)

10

akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik

khususnya dalam mata pelajaran IPS siswa tidak lagi memperoleh nilai di bawah

KKM (65) dengan nilai rata-rata 66 dan ketuntasan siswa 80%.

Menurut Nasution (2008: 25) hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri

individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi

juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada

individu tersebut.

Menurut Bloom dalam Agus (2010: 6) hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik, hal yang sama juga diungkapkan oleh Agus

(2010: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek potensi manusia saja.

Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek: pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,

jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap (Hamalik. 200: 30).

Ada 3 teori tentang hasil belajar, yaitu:

1. Teori Disiplin Formal (The formal Discipline Theory), yaitu teori yang menekankan pada pembentukan pengertian yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman lain (Hamalik. 2011: 34).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas hasil belajar adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan yang menyangkut aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi

(27)

11

2.4. Ilmu Pengetahuan Sosial

2.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Di Indonesia pelajaran ilmu pengetahuan sosial disesuaikan dengan berbagai

prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat

dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan

sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu

lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.

Menurut Martorella (dalam Sapriya. 2008: 9) IPS adalah ilmu yang lebih

menekankan pada aspek pendidikan dari pada trasper konsep, karena dalam

pelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah

konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, keterampilan,

berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan

lingkungannya. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik

dan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai

dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Etin Solihatin, 2011:14).

Mackenzie (dalam Ischak, 2007: 1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah

semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau

dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai

anggota masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang

membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dalam konteks

sosialnya atau dengan kata lain ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota

(28)

12

2.4.2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS sebagai bidang pendidikan, tidak hanya membekali siswa dengan

pengetahuan sosial, melainkan lebih daripada itu berupaya membina dan

mengembangkan mereka menjadi SDM Indinesia yang berketerampilan sosial dan

intelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian sosial

yang bertanggung jawab.

Tujuan pembelajaran IPS secara hirarki tujuan pendidikan nasional pada tatara operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum. Solihatin (2011: 13).

Tujuan kurikuler IPS antara lain

1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.

2. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis pemecahan masalah.

3. Membekali peserta didik dengan kemampuan komunikasi dengan sesame warga masyarakat.

4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan.

5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi (Soemantri, 2008: 9)

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia

dengan lingkungannya, dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain ilmu yang

mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

(29)

13

merealisasikan tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila serta Undang-undang 1945. (2006: 1.10)

Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mendidik

dan membekali kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri

sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal

bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

2.5. Model Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran Cooperative Learning merupakan pembelajaran sistem pengajaran

yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas yang berstruktur. Pembelajaran Cooperative Learning dikenal

dengan pembelajaran kelompok dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam

struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

Model pembelajaran menurut Nieven (dalam Trianto, 2009: 24) suatu model

pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

Menurut Khabibah (dalam Trianto, 2006: 25) untuk memvalidasi model

pembelajaran diperlukan ahli dan praktisi. Sedangkan untuk kepraktisan dan

keefektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model

pembelajaran yang dikembangkan.

Arends (dalam Trianto, 2001: 25) menyeleksi enam model pengajaran yang

sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran

langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan

(30)

14

Kardi (dalam Trianto, 2009: 43) model pembelajaran dapat berbentuk ceramah,

demonstrasi, pelatihan, atau praktik, dan kerja kelompok.

Mariana (dalam Trianto, 1999: 27), model pembelajaran berdasarkan tujuan

pembelajaran, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.

Pada prinsip dasar pembelajaran cooperative learning tidak berubah, namun

terdapat beberapa variasi model tersebut, diantaranya: TPS, Jigsaw, TGT, NHT

dan STAD.

2.5.1. Jigsaw

Jigsaw dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1966) secara umum dalam

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa dikelompokan secara

heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari

materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara

acak ditugaskan untuk menjadi ahli dari kelompok yang berbeda (Yamin, 2005:

34)

2.5.2. Teams Games Tournamen (TGT)

Model pembelajaran TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata

pelajaran, dari ilmu eksak ataupun ilmu sosial. Model pembelajaran TGT sangat

cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam

dengan satu jawaban yang benar.

Model pembelajaran TGT atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan

secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Model pembelajaran ini

adalah siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

(31)

15

2.5.3. Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi

pelajaran tersebut. NHT melibatkan banyak siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen.

NHT merupakan model pembelajaran penomoran berpikir bersama, yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2010: 82)

2.5.4. Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD

Pembelajaran cooperative learning tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert

Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, merupakan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,

jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja

dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai

pelajaran tersebut. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD,

(32)

16

dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil

belajar yang maksimal.

Menurut Eggen dalam Wardhani (2005: 32) model pembelajaran cooperative

learning tipe STAD, siswa dikelompokan 4-5 orang yang bekerja sama saling

membantu untuk menguasai bahan ajar.

Menurut Ibrahim dkk (2000: 10) model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD, merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana

siswa dibagi dalam kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang

siswa.

Berdasarkan pengertian di atas model pembelajaran cooperative learning tipe

STAD adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-

kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang

dan rendah) yang bekerja sama saling membantu dalam menyelesaikan

permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran.

2.6. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran

kelompok kecil dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Siswa

ditempatkan menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan

pembelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan

(33)

17

Siswa diberi tes tentang materi tersebut, pada saat tes, siswa tidak diperbolehkan

untuk saling membantu.

Menurut (Trianto. 2009: 69) langkah-langkah pembelajaran cooperative learning

tipe STAD adalah sebagai beikut.

a. Perangkat pembelajaran

Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, beserta lembar jawabannya.

b. Membentuk Kelompok Kooperatif

Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen.

c. Pengaturan Tempat Duduk

Mengaturan tempat duduk dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif.

d. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok.

Menurut (Taniredja. 2013: 64) langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar jawaban.

2. Membentuk kelompok kooperatif tipe STAD, disini siswa dibentuk kelompok secara heterogen, yang bila memungkinkan ada perbedaan ras, suku, jenis kelamin, tingkat kemampuan dan daya pikir yang berbeda. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar dan akademik.

3. Menentukan skor awal, skor awal adalah nilai tes ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada tes kedua.

4. Mengatur tempat duduk, tempat duduk diatur perkelompok yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

5. Kerja kelompok, Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ada baiknya diadakan terlebih latihan kerja sama dalam kelompok yang bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok.

Menurut (Ibrahim. 2000: 145) langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah:

1. Peserta didik diberi tes awal dan diperoleh skor awal.

(34)

18

3. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik.

4. Guru menyajikan bahan pelajaran dan peserta didik bekarja dalam tim. 5. Guru membimbing kelompok peserta didik.

6. Peserta didik diberi tes materi yang telah diajarkan. 7. Memberi penghargaan kelompok.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah

pembelajaran kooperatif STAD adalah: pembelajaran, membentuk kelompok,

belajar kelompok dan pengawasan, kuis/tes, poin peningkatan individu dan

kelompok. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti akan menggunakan langkah-

langkah pembelajaran menurut pendapat Ibrahi.

2.6.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD

a. Kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

c. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

2.6.2 Kelemahan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. (Adesanjaya, 2011: 68).

2.7.Kerangka Pikir Penelitian

Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa melalui semester ganjil,

ternyata dengan pendekatan pembelajaran yang terpusat pada guru hasil belajar

siswa belum maksimal. Dari uraian diatas, dengan demikian gambaran kerangka

(35)

19 tipe STAD aktivitas dan hasil belajar IPS siswa

pembelajaran cooperative learning tipe STAD diterapkan dengan memperhatikan

langkah-langkah secara tepat, maka terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar

IPS siswa kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom

Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas.

Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan

menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang

bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan

yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hopkin (dalam Emzir.

2008: 234).

Penelitian Tindakan Kelas merupakan tindakan perbaikan guru dalam

mengorganisasi pembelajaran matematika dengan menggunakan prosedur

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Arikunto (2010: 139).

3.2.Setting Penelitian 3.2.1. Tempat

Tempat penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 2 Margodado

Kecamatn Waylima Kabupaten Pesawaran.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli-September Tahun

(37)

21

Penelitian ini dilaksanakan dengan siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Gambar I Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto:137)

3.4.1. Perencanaan

Dalam tahap menyusun perencanaan pembelajaran peneliti menentukan titik-tikik

atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,

(38)

22

pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa untuk membantu peneliti merekam

fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

3.4.2. Pelaksanaan

Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan.

Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran

yang meliputi:

1. Guru menyiapkan materi pembelajaran

2. Siswa dibagi atas beberapa kelompok.

3. Siswa ditempatkan pada kelompok belajar yang beranggotakan 3-4 orang

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.

4. Guru menyiapkan pelajaran, kemudian siswa berdiskusi dalam kelompok

5. Seluruh kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas.

3.4.3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan observer atas berbagai aktivitas siswa, saat proses

pembelajaran berlangsung, mencatat semua yang terjadi di lapangan,

menggunakan instrument yang dikumpulkan penulis. Membuat kesimpulan

setelah proses penelitian berlangsung, kemudian dianalisis untuk mengetahui

aktivitas siswa dan seberapa jauh siswa menguasai materi yang diberikan dengan

melihat hasil jawaban siswa pada Lembar Kerja Siswa.

3.4.4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan

(39)

23

menganalisis hasil belajar dan pengamatan aktivitas siswa, untuk menentukan

kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan selanjutnya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Teknik Non-tes

Teknik non-tes yang digunakan adalah observasi, teknik ini untuk mengumpulkan

data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan kinerja guru yang

diamati oleh guru mitra (observer).

3.5.2. Teknik Tes

Teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis. Tes diberikan pada akhir

pertemuan setiap siklus dalam bentuk soal tes formatif.

3.6. Alat Pengumpul Data

3.6.1. Lembar Panduan Observasi Siswa

Lembar aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1) Bertanya

atau mengajukan pendapat, 2) Mengerjakan tugas-tugas, 3) Menjawab pertanyaan

guru, 4) Bekerja sama dengan teman lain, dan 5) Bertanggung jawab terhadap

(40)

24

Tabel 3.1 Lembar aktivitas siswa

No Nama Aktivitass skor krite

Petunjuk: Berilah tanda cheklis sesuai dengan indikator yang muncul

Tabel 3.2 Rubrik Aktivitas Siswa

Aspek Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat

Kurang aktif

Kalimat sulit Kalimat sulit

(41)

25

Petunjuk: Berilah skor sesuai dengan indikator yang muncul

Skor : 5 jika siswa sangat aktif

Skor : 4 jika siswa aktif

Skor : 3 jika siswa cukup aktif

Skor : 2 jika siswa kurang aktif

Skor : 1 jika siswa sangat kurang aktif

Tabel 3.3 Kreteria Skor dan Nilai Aktivitas Siswa

No Skor Nilai Keterangan

Lembar Indek Penilaian Kinerja Guru

Tabel 3.4 Lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru

No Aspek Kinerja Guru Skor Kreteria

1 2 3 4

1 Membuka pelajaran

2 Menjelaskan tujuan pembelajaran 3 Memberikan apersepsi

4 Menjelaskan prosedur pembelajaran

5 Membentuk kelompok diskusi 6 Mengelola kelas

7 Membina kerjasama antar peserta didik

8 Memberi motivasi

9 Membimbing dan memfasilitasi 10 Memberi contoh

11 Mendorong peserta didik untuk bertanya

12 Mendorong peserta didik mengemukakan pendapat

(42)

26

Berilah tanda cheklis (√) pada kolom rubrik penilaian guru yang tersedia sesuai

dengan keterangan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Kreteria Skor dan Nilai Kinerja Guru

No Skor Nilai Keterangan Indikator

1 5 81-100 Sangat Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan sangat baik oleh guru, guru melakukannya dengan sempurna dan melibatkan seluruh siswa .

2 4

61-80

Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan dengan baik oleh guru, guru

melakukannya tanpa kesalahan dan melibatkan sebagian besar siswa .

3 3 41-60 Cukup Aktif

Aspek yang diamati dilaksanakan cukup baik oleh guru, guru

melakukannya dengan sedikit kesalahan dan melibatkan sebagian kecil siswa .

4 2

21-40

Kurang Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan kurang baik oleh guru, guru

melakukannya dengan banyak kesalahan dan tidak melibatkan siswa .

5 1

0-20

Sangat

Kurang Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan kurang

3.6.3 Tes

Tes diberikan pada akhir siklus I dan siklus II, untuk mengetahui sejauh mana

penguasaan siswa terhadap konsep yang telah diberikan.

Tabel 3.6 Hasil Belajar Siswa

No Nama Siswa Nilai Keterangan

Secara garis besar metode penelitian dibagi menjadi dua yaitu metode kualitatif

(43)

27

3.7.1. Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut.

Jumlah Skor Perolehan

Data kuantitatif adalah data yang diambil atau dikumpulkan berupa angka-angka

yang kemudian akan diolah menggunakan rumus (Suryanto, 2008: 5.4)

Jumlah Jawaban Benar

NS = x 100

Jumlah Skor

NS = nilai siswa

3.8. Rencana Pelaksanaan

3.8.1 Urutan Tindakan Penelitian Siklus I

a. Perencanaan

1. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar,

2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Aktivitas Siswa, Indeks

Penilaian Kinerja Guru (IPKG).

(44)

28

b. Pelaksanaan

Pada siklus satu pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah “peristiwa sekitar

proklamasi” kegiatan diawali dengan pembelajaran kalaboratif partisipatif antara

peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah

disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat

dalam skenario pembelajaran yang meliputi:

a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan

apersepsi.

b. Membentuk kelompok belajar tiap kelompok 3-4 orang.

c. Menjelaskan cara berdiskusi kelompok.

d. Menjelaskan materi pembelajaran tentang peristiwa menjelang proklamasi.

e. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya

f. Siswa dan guru bertanya seputar materi pembelajaran

g. Membagikan soal latihan, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa

diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.

h. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk

mempersentasikan hasil diskusi.

i. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi, memberi kesimpulan, dan

melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh observer (teman sejawat),

saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas

(45)

29

d. Refleksi

Pada langkah refleksi, peneliti membahas tentang pembelajaran yang telah

dilaksanakan, merumuskan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya

dipertahankan, kekurangannya diperbaiki untuk siklus berikutnya.

Siklus II

a. Perencanaan

1. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar.

2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Observasi Siswa, Lembar

Kinerja Guru.

3. Mempersiapkan materi permasalahan sosial di daerah.

b. Pelaksanaan

Pada siklus dua pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah “pembentukan

alat kemerdekaan NKRI” kegiatan diawali dengan pembelajaran kalaboratif

partisipatif antara peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaan berupa kegiatan

pembelajaran yang telah disusun dalam skenario pembelajaran yang meliputi:

a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan

apersepsi.

b. Siswa diminta kembali pada kelompok masing-masing

c. Menjelaskan materi pembelajaran.

d. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya

e. Siswa dan guru bertanya seputar materi pembelajaran

f. Membagikan soal latihan, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa

(46)

30

g. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk

mempersentasikan hasil diskusi.

h. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi, memberi kesimpulan, dan

melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh observer (teman sejawat),

saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembat observasi

siswa dan lembar IPKG.

4. Refleksi

Pada langkah refleksi, peneliti membahas semua hasil temuan yang ada pada

siklus II, baik kekurangan maupun kelebihanya. Jika pada siklus dua pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok ada peningkatan,

maka peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian

akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.9 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika:

1. Siswa dikatakan aktif jika 75% dari seluruh jumlah siswa dapat mengikuti

semua aspek kegiatan.

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, adalah sebagai

berikut.

1. Kinerja guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning

tipe STAD menunjukan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata

kinerja guru pada siklus I mendapat nilai 69,22 dan pada siklus II mendapat

nilai 81,73.

2. Proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif learning tipe STAD aktivitas siswa meningkat hal ini dibuktikan

dengan adanya peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II.

Aktivitas siswa siklus I dengan rata-rata 60% siswa aktif dan pada siklus II

aktivitas siswa meningkat menjadi 89’16%.

3. Hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

learning tipe STAD menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu

maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPS pada siklus I

(48)

52

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa

saran sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Hendaknya rekan-rekan guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif

learning tipe STAD, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Peneliti

Bagi para peneliti berikutnya, disarankan lebih mengembangkan lagi penggunaan

model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, sebagai salah satu bahan

penelitian dalam konteks pembelajaran di Sekolah Dasar, (SD/MI) khususnya

mata pelajaran IPS di kelas VI.

3. Bagi Lembaga

Kepada lembaga sekolah, hendaknya memfasilitasi adanya media-media

pembelajaran dalam menunjang pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu

(49)

Daftar Pustaka

Abdulrahman. 2006. Macam-macam Teori Belajar.

http:belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ di download tanggal 10 Februari 2014.

Agus, Sanjaya. 2010. Definisi Hasil Belajar: http:hasilbelajarpsikologi.com di download tanggal 10 Januari 2014.

Ali, Mohammad. 2008. Pengertian Aktivitas Belajar. Jakarta

Ades, Sanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Reneka Cipta. Jakarta

Djamarah S.B, Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Ibrahim. Dkk. 2000. Model Pembelajaran Jigsaw. http:model-model-pembelajaran.com.di download tanggal 10 Januari 2014.

Ischak. 2007. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bumi Aksara. Jakarta

Nasution Noehi. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka.

Nu’man, Soemantri. 2008. PembelajaranIPS.

http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-ips-pengertian.html

Oemar, Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS, Jakarta.

Sapriya. 2008. Pembelajaran IPS SD. Bumi Aksara, Jakarta

Slameto. 2003. Pengertian Aktivitas Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

(50)

54

Solihatin, Etin, 2011, Analisis Model Pembelajaran IPS, Bumi Aksara, Jakarta

Suryosubroto. 2002. Metode Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Taniredja, Tukiran. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Alfabeta. Bandung.

Trianto, 2009, Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya

(51)

Gambar

Tabel 1 Hasil Ulangan IPS Semester Ganjil Siswa Kelas V
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar I Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto:137)
Tabel 3.1 Lembar aktivitas siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan berpegang teguh dalam ajaran islam, kita. harus meluruskan niat kita dalm mencari ilmu dan mengamalkannya nanti agar

Kompetensi SDM mempengaruhi kepuasan kerja dan kualitas pelayanan, terbukti melalui keahlian, sifat dan motivasi dokter dan perawat yang baik, maka kualitas pelayanan

Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit kronis yang di mediasi oleh sistem imunitas sel T dan dikarakteristikkan sebagai perubahan pada pertumbuhan dan

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 27 Tahun 2013, tentang pedoman penyusunan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015/2016, di pandang perlu untuk

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah