ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI
KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015
Oleh ROSMAYATI
Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar dari KKM
yang ditentukan ≥66 siswa yang tuntas 29%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD di SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, menggunakan lembar observasi siswa, kinerja guru pada proses pembelajaran, sedangkan untuk mengetahui hasil belajar menggunakan tes.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Hal ini ditunjukan data pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 60%. Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 89,16%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, dengan nilai 69,33 sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa dengan nilai 79,33.
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SISWA KELAS VI SDN 2 MARGODADI
KABUPATEN PESAWARAN TP 2014/2015
Skripsi
Oleh ROSMAYATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Rosmayati, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda bernama
Hi. Yahya Rusdi dan Ibunda bernama Hj. Marliyah, lahir di Pasar Baru, 11 Juli
1976. Penulis lulus Sekolah MIN Kedondong pada tahun 1984, penulis
melanjutkan ke MTs Swasta Mathla Ul Anwar Kedondong pada lulus pada tahun
1992. Pada tahun 1993 penulis menikah dengan Hazairin dan dikaruniai tiga
orang puteri. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan sekolah Paket C Kemudian
pada tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah S1 Dalam Jabatan FKIP Universitas
PERSEMBAHAN
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan, dengan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku
2. Suamiku tercinta Hazairin, terima kasih atas doa restunya 3. Ketiga buah hatiku
4. Teman-teman sejawat yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasinya.
5. Semua keluarga besar serta teman-temanku 6. Almamaterku tercinta Universitas Lampung
Terima kasih atas segala dukungan serta doa restu yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
Moto
Dengan belajar jembatan emas munuju kesuksesan
SANWACANA
Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas
dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Margodadi Waylima Pesawaran”
telah dapat diselesaikan.
Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
terutama kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Selaku Dekan beserta jajaran Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd selaku ketua program studi PGSD
4. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang membimbing
sampai skripsi ini terselesaikan.
5. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Pd, selaku dosen pembahas, yang telah
memberikan masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Akademik PGSD FKIP Universitas
7. Bapak Nasrulloh, S.Pd selaku Kepala SDN 2 Margodadi Kabupaten
Pesawaran yang telah memberi ijin penelitian.
8. Siswa-siswi kelas VI SDN 2 Margodadi yang telah berpartisipasi aktif
dalam kegiatan melaksanakan penelitian
9. Seluruh Dewan Guru SDN 2 Margodadi Kabupaten Pesawaran, terima
kasih atas kerjasama dan bantuannya.
Pesawaran, Juli 2014
DAFTAR ISI
1.5 Tujuan Penelitian……….. 5
1.6 Manfaat Penelitian………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA dan KERANGKA BERPIKIR 2.1Pengertian Belajar……… 7
2.2Aktivitas Belajar……….. 8
2.3Hasil Belajar……… 9
2.4Ilmu Pengetahuan Sosial…….……… 11
2.5Model Pembelajaran Cooperative Learning……… 13
2.6Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning………… 16
2.7Kerangka Pikir……….. 18
2.8Hipotesis Tindakan ……… 19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian……… 20
3.2Setting Penelitian ……… 20
3.3Subjek Penelitian……..……… 21
3.4Rencana Tindakan………. 21
3.5 Teknik Pengumpulan Data……….. 23
3.6Alat Pengumpul Data………. 23
3.7Analisis Data……… 26
3.8Rencana Pelaksanaan……… 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Propil SDN 2 Margodadi……… 31
4.2Hasil Penelitian ………. 32
4.2 Siklus I………... 32
4.3 Siklus II………. 41
4.4 Pembahasan ……… 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan……… 52
5.2Saran………. 53
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1Rerata Hasil Ulangan IPS Kelas VI……… 3
3.1Lembar Aktivitas Siswa………. 23
3.2Kategori Penilaian Kinerja Guru……….. 24
3.3 Kategori Skor Kinerja guru………. 25
3.4Kategori Penilaian Kinerja Guru……….. 25
3.5 Hasil Belajar Siswa……… 25
3.6 Kategori Skor Aktivitas Siswa………. 26
3.7 Kategori Penilaian Aktivitas Siswa……….. 26
4.1 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1……… 35
4.2 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2………..………. 36
4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I……… 38
1.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I……… 39
4.5 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1……… 44
4.6 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2………..………. 45
1.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II……… 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir……… 19
3.1Alur Siklus Penelitian………. 21
4.1Grafik Aktivitas Siswa Siklus I………. 38
4.2Grafik Hasil Belajar Siklus I………. 40
4.3Grafik Aktivitas Siswa Siklus II………. 46
4.4Grafik Hasil Belajar Siklus II………. 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Ijin Penelitian dari Dekan FKIP……… 54
2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian……… 55
3. Silabus IPS Kelas IV……….. 56
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 58
5. LKS Siklus I Pertemuan Pertama …………..……… 64
6. LKS Siklus I Pertemuan Kedua………. 65
7. Lembar Evaluasi Siswa Siklus I ……… 66
8. Lembar Kunci Jawaban……….. 67
9. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1………. 68
10. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2……… 69
11. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ………..……… 70
12. Hasil Belajar Siswa Siklus 1………. 71
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……… 72
14. LKS Siklus I Pertemuan Pertama …………..……… 77
15. LKS Siklus I Pertemuan Kedua………. 78
16. Lembar Evaluasi Siswa Siklus I ……… 79
17. Lembar Kunci Jawaban……….. 80
18. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1………. 81
19. Lembar Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 2……… 82
20. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ………..……… 83
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Trianto. 2009: 1).
Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, proses pembelajaran di
sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) harus dapat memberikan peluang
kepada anak untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman, berilmu, cakap, mandiri serta kreativitas seperti kemampuan berpikir,
bereksplorasi dan bereksperimen dan juga kemampuan untuk bertanya dan
berpendapat.
Berdasarkan fungsi tersebut di atas, maka guru mempunyai peran dan kedudukan
yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
2
Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur dan beradab.
Pasal 19 tahun 2005 menyebutkan: proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, melihat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Depdiknas (2005 :17).
Mengacu pada pasal 19 tahun 2005, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan
kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya
guna kepentingan pengajaran.
Menurut Nasution (2008: 25) hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri
individu, yang tidak halnya berupa pengetahuan, tetapi juga kecakapan, sikap,
pengertian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.
Berdasarkan hasil observasi di SD 2 Margodadi, pada tanggal 23 Januari 2014
diperoleh data hasil belajar siswa rendah dengan rata-rata kelas 62, sedangkan
KKM yang telah ditentukan 66. Siswa yang memperoleh nilai ≥66 hanya 4 siswa atau 29%, sedangkan 71% siswa belum mencapai KKM. Data hasil belajar siswa
3
Tabel 1 Hasil Ulangan IPS Semester Ganjil Siswa Kelas V
No Rentang Nilai Banyaknya
Siswa
Sumber: Nilai IPS Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014
Ada beberapa faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar diantaranya guru lebih
banyak memberikan materi pelajaran melalui metode ceramah, sedangkan siswa
hanya pasif dan mendengarkan, sehingga pembelajaran terkesan membosankan
dan membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
Kurang bervariasinya guru dalam menggunakan metode dan model,
pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, peneliti selaku guru IPS mencoba
melakukan perbaikan dengan cara Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 2
Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran
2014/2015.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa pasif pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Guru lebih banyak memberikan materi dengan menggunakan metode
4
3. Kurang bervariasinya guru menggunakan metode pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran tidak menarik perhatian siswa
4. Pembelajaran terkesan membosankan membuat siswa kurang berkonsentrasi
5. Rendahnya hasil belajar IPS nilai ≥66 hanya 29%.
6. Rendahnya aktivitas belajar siswa, dikarenakan belum diterapkannya model
pembelajaran Cooperative learning tipe STAD.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini
hanya dibatasi pada: Aktivitas dan hasil belajar, model pembelajaran cooperative
learning tipe STAD kelas V SDN 2 Margodadi Waylima Kabupaten Pesawaran,
pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015.
1.4 Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut: rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS peserta
didik di kelas VI SDN 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.
Dengan demikian permasalahan yang diajukan adalah:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS
di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten
Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
5
Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran
2013/2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS melalui model pembelajaran
cooperative learning tipe STAD di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi
Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran
cooperative learning tipe STAD di kelas VI SD Negeri 2 Margodadi
Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peserta didik
Memberikan pengalaman kepada siswa dengan belajar menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.
1.6.2 Bagi Guru
a. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD sebagai
masukan dalam pembelajaran IPS dan dapat digunakan sebagai
alternatif pembelajaran
b. Meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme diri
6
2.6.3 Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan
kualitas sekolah, juga dapat menambah kondusifnya hubungan antar
guru karena mereka harus bekerja sama satu dengan yang lain.
b. Memberikan masukan yang baik untuk mengadakan pembaharuan
dalam rangka memajukan program sekolah.
2.6.4 Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan model
pembelajaran cooperative learning tipe STAD, untuk meningkatkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Belajar
Belajar adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan
secara aktif dalam proses pembelajaran baik bentuk interaksi siswa dengan guru
yang mengarah pada proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari
pengalaman dalam berinteraksi. Menurut Hamalik (2011: 30) seseorang telah
belajar ialah terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar akan
tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek antara lain: pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Trianto (2009: 9), belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku
kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain
yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut Djamarah (2006: 11),
belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,
8
pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang meliputi segenap aspek organisme
atau pribadi.
Berdasarkan uraian di atas belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dari pengalaman
dan hasil latihan, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap
yang meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
2.2.Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses
pembelajaran yang mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi, seperti: bertanya atau mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab pertanyaan guru, bekerja sama
dengan teman lain, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Menurut
Abdulrahman (dalam Ali, 2008: 5), aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa
baik kegiatan jasmani maupun rohani yang mendukung keberhasilan belajar.
Aktivitas siswa yang dilakukan pada saat belajar hakekatnya adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Seperti yang
dikemukakan oleh George J. Mouly dalam bukunya Psychology for Effective
Teaching, bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku
seseorang berkat adanya pengalaman.
Slameto (2003: 2) aktivitas belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
9
Paul D. dierich (dalam Hamalik. 2011: 177) membagi aktivitas belajar dalam 8
kelompok, yaitu:
a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu: mengungkapkan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.
f. Kegiata-kegiatan metrik, yaitu: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu: minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun rohani yang
mendukung keberhasilan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang yang meliputi kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis,
menggambar, metrik, mental dan emosional.
2.3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individu maupun kelompok. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan
pada aspek-aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
10
akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik
khususnya dalam mata pelajaran IPS siswa tidak lagi memperoleh nilai di bawah
KKM (65) dengan nilai rata-rata 66 dan ketuntasan siswa 80%.
Menurut Nasution (2008: 25) hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri
individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi
juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan penghargaan diri pada
individu tersebut.
Menurut Bloom dalam Agus (2010: 6) hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik, hal yang sama juga diungkapkan oleh Agus
(2010: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi manusia saja.
Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek: pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap (Hamalik. 200: 30).
Ada 3 teori tentang hasil belajar, yaitu:
1. Teori Disiplin Formal (The formal Discipline Theory), yaitu teori yang menekankan pada pembentukan pengertian yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman lain (Hamalik. 2011: 34).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan yang menyangkut aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi
11
2.4. Ilmu Pengetahuan Sosial
2.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Di Indonesia pelajaran ilmu pengetahuan sosial disesuaikan dengan berbagai
prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat
dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan
sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu
lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.
Menurut Martorella (dalam Sapriya. 2008: 9) IPS adalah ilmu yang lebih
menekankan pada aspek pendidikan dari pada trasper konsep, karena dalam
pelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah
konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, keterampilan,
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik
dan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Etin Solihatin, 2011:14).
Mackenzie (dalam Ischak, 2007: 1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah
semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau
dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang
membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dalam konteks
sosialnya atau dengan kata lain ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota
12
2.4.2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS sebagai bidang pendidikan, tidak hanya membekali siswa dengan
pengetahuan sosial, melainkan lebih daripada itu berupaya membina dan
mengembangkan mereka menjadi SDM Indinesia yang berketerampilan sosial dan
intelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian sosial
yang bertanggung jawab.
Tujuan pembelajaran IPS secara hirarki tujuan pendidikan nasional pada tatara operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum. Solihatin (2011: 13).
Tujuan kurikuler IPS antara lain
1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.
2. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis pemecahan masalah.
3. Membekali peserta didik dengan kemampuan komunikasi dengan sesame warga masyarakat.
4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan.
5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi (Soemantri, 2008: 9)
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya, dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain ilmu yang
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
13
merealisasikan tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila serta Undang-undang 1945. (2006: 1.10)
Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mendidik
dan membekali kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal
bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
2.5. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran Cooperative Learning merupakan pembelajaran sistem pengajaran
yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang berstruktur. Pembelajaran Cooperative Learning dikenal
dengan pembelajaran kelompok dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam
struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.
Model pembelajaran menurut Nieven (dalam Trianto, 2009: 24) suatu model
pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
Menurut Khabibah (dalam Trianto, 2006: 25) untuk memvalidasi model
pembelajaran diperlukan ahli dan praktisi. Sedangkan untuk kepraktisan dan
keefektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model
pembelajaran yang dikembangkan.
Arends (dalam Trianto, 2001: 25) menyeleksi enam model pengajaran yang
sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran
langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan
14
Kardi (dalam Trianto, 2009: 43) model pembelajaran dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan, atau praktik, dan kerja kelompok.
Mariana (dalam Trianto, 1999: 27), model pembelajaran berdasarkan tujuan
pembelajaran, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Pada prinsip dasar pembelajaran cooperative learning tidak berubah, namun
terdapat beberapa variasi model tersebut, diantaranya: TPS, Jigsaw, TGT, NHT
dan STAD.
2.5.1. Jigsaw
Jigsaw dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1966) secara umum dalam
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa dikelompokan secara
heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari
materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara
acak ditugaskan untuk menjadi ahli dari kelompok yang berbeda (Yamin, 2005:
34)
2.5.2. Teams Games Tournamen (TGT)
Model pembelajaran TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata
pelajaran, dari ilmu eksak ataupun ilmu sosial. Model pembelajaran TGT sangat
cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam
dengan satu jawaban yang benar.
Model pembelajaran TGT atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan
secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Model pembelajaran ini
adalah siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
15
2.5.3. Numbered Head Together (NHT)
Model pembelajaran NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi
pelajaran tersebut. NHT melibatkan banyak siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen.
NHT merupakan model pembelajaran penomoran berpikir bersama, yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2010: 82)
2.5.4. Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
Pembelajaran cooperative learning tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert
Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja
dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD,
16
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil
belajar yang maksimal.
Menurut Eggen dalam Wardhani (2005: 32) model pembelajaran cooperative
learning tipe STAD, siswa dikelompokan 4-5 orang yang bekerja sama saling
membantu untuk menguasai bahan ajar.
Menurut Ibrahim dkk (2000: 10) model pembelajaran cooperative learning tipe
STAD, merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana
siswa dibagi dalam kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
siswa.
Berdasarkan pengertian di atas model pembelajaran cooperative learning tipe
STAD adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang
dan rendah) yang bekerja sama saling membantu dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
2.6. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
kelompok kecil dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Siswa
ditempatkan menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan
pembelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan
17
Siswa diberi tes tentang materi tersebut, pada saat tes, siswa tidak diperbolehkan
untuk saling membantu.
Menurut (Trianto. 2009: 69) langkah-langkah pembelajaran cooperative learning
tipe STAD adalah sebagai beikut.
a. Perangkat pembelajaran
Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk Kelompok Kooperatif
Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen.
c. Pengaturan Tempat Duduk
Mengaturan tempat duduk dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif.
d. Kerja Kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok.
Menurut (Taniredja. 2013: 64) langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan lembar jawaban.
2. Membentuk kelompok kooperatif tipe STAD, disini siswa dibentuk kelompok secara heterogen, yang bila memungkinkan ada perbedaan ras, suku, jenis kelamin, tingkat kemampuan dan daya pikir yang berbeda. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar dan akademik.
3. Menentukan skor awal, skor awal adalah nilai tes ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada tes kedua.
4. Mengatur tempat duduk, tempat duduk diatur perkelompok yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.
5. Kerja kelompok, Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ada baiknya diadakan terlebih latihan kerja sama dalam kelompok yang bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok.
Menurut (Ibrahim. 2000: 145) langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD adalah:
1. Peserta didik diberi tes awal dan diperoleh skor awal.
18
3. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik.
4. Guru menyajikan bahan pelajaran dan peserta didik bekarja dalam tim. 5. Guru membimbing kelompok peserta didik.
6. Peserta didik diberi tes materi yang telah diajarkan. 7. Memberi penghargaan kelompok.
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif STAD adalah: pembelajaran, membentuk kelompok,
belajar kelompok dan pengawasan, kuis/tes, poin peningkatan individu dan
kelompok. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti akan menggunakan langkah-
langkah pembelajaran menurut pendapat Ibrahi.
2.6.1 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
a. Kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
2.6.2 Kelemahan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. (Adesanjaya, 2011: 68).
2.7.Kerangka Pikir Penelitian
Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa melalui semester ganjil,
ternyata dengan pendekatan pembelajaran yang terpusat pada guru hasil belajar
siswa belum maksimal. Dari uraian diatas, dengan demikian gambaran kerangka
19 tipe STAD aktivitas dan hasil belajar IPS siswa
pembelajaran cooperative learning tipe STAD diterapkan dengan memperhatikan
langkah-langkah secara tepat, maka terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar
IPS siswa kelas VI SD Negeri 2 Margodadi Kecamatan Waylima Kabupaten
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom
Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas.
Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan
menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan
yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hopkin (dalam Emzir.
2008: 234).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan tindakan perbaikan guru dalam
mengorganisasi pembelajaran matematika dengan menggunakan prosedur
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Arikunto (2010: 139).
3.2.Setting Penelitian 3.2.1. Tempat
Tempat penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 2 Margodado
Kecamatn Waylima Kabupaten Pesawaran.
3.2.2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli-September Tahun
21
Penelitian ini dilaksanakan dengan siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Gambar I Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto:137)
3.4.1. Perencanaan
Dalam tahap menyusun perencanaan pembelajaran peneliti menentukan titik-tikik
atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,
22
pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa untuk membantu peneliti merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
3.4.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan.
Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran
yang meliputi:
1. Guru menyiapkan materi pembelajaran
2. Siswa dibagi atas beberapa kelompok.
3. Siswa ditempatkan pada kelompok belajar yang beranggotakan 3-4 orang
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
4. Guru menyiapkan pelajaran, kemudian siswa berdiskusi dalam kelompok
5. Seluruh kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas.
3.4.3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan observer atas berbagai aktivitas siswa, saat proses
pembelajaran berlangsung, mencatat semua yang terjadi di lapangan,
menggunakan instrument yang dikumpulkan penulis. Membuat kesimpulan
setelah proses penelitian berlangsung, kemudian dianalisis untuk mengetahui
aktivitas siswa dan seberapa jauh siswa menguasai materi yang diberikan dengan
melihat hasil jawaban siswa pada Lembar Kerja Siswa.
3.4.4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan
23
menganalisis hasil belajar dan pengamatan aktivitas siswa, untuk menentukan
kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan selanjutnya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Teknik Non-tes
Teknik non-tes yang digunakan adalah observasi, teknik ini untuk mengumpulkan
data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan kinerja guru yang
diamati oleh guru mitra (observer).
3.5.2. Teknik Tes
Teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis. Tes diberikan pada akhir
pertemuan setiap siklus dalam bentuk soal tes formatif.
3.6. Alat Pengumpul Data
3.6.1. Lembar Panduan Observasi Siswa
Lembar aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1) Bertanya
atau mengajukan pendapat, 2) Mengerjakan tugas-tugas, 3) Menjawab pertanyaan
guru, 4) Bekerja sama dengan teman lain, dan 5) Bertanggung jawab terhadap
24
Tabel 3.1 Lembar aktivitas siswa
No Nama Aktivitass skor krite
Petunjuk: Berilah tanda cheklis sesuai dengan indikator yang muncul
Tabel 3.2 Rubrik Aktivitas Siswa
Aspek Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat
Kurang aktif
Kalimat sulit Kalimat sulit
25
Petunjuk: Berilah skor sesuai dengan indikator yang muncul
Skor : 5 jika siswa sangat aktif
Skor : 4 jika siswa aktif
Skor : 3 jika siswa cukup aktif
Skor : 2 jika siswa kurang aktif
Skor : 1 jika siswa sangat kurang aktif
Tabel 3.3 Kreteria Skor dan Nilai Aktivitas Siswa
No Skor Nilai Keterangan
Lembar Indek Penilaian Kinerja Guru
Tabel 3.4 Lembar Instrumen Penilaian Kinerja Guru
No Aspek Kinerja Guru Skor Kreteria
1 2 3 4
1 Membuka pelajaran
2 Menjelaskan tujuan pembelajaran 3 Memberikan apersepsi
4 Menjelaskan prosedur pembelajaran
5 Membentuk kelompok diskusi 6 Mengelola kelas
7 Membina kerjasama antar peserta didik
8 Memberi motivasi
9 Membimbing dan memfasilitasi 10 Memberi contoh
11 Mendorong peserta didik untuk bertanya
12 Mendorong peserta didik mengemukakan pendapat
26
Berilah tanda cheklis (√) pada kolom rubrik penilaian guru yang tersedia sesuai
dengan keterangan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Kreteria Skor dan Nilai Kinerja Guru
No Skor Nilai Keterangan Indikator
1 5 81-100 Sangat Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan sangat baik oleh guru, guru melakukannya dengan sempurna dan melibatkan seluruh siswa .
2 4
61-80
Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan dengan baik oleh guru, guru
melakukannya tanpa kesalahan dan melibatkan sebagian besar siswa .
3 3 41-60 Cukup Aktif
Aspek yang diamati dilaksanakan cukup baik oleh guru, guru
melakukannya dengan sedikit kesalahan dan melibatkan sebagian kecil siswa .
4 2
21-40
Kurang Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan kurang baik oleh guru, guru
melakukannya dengan banyak kesalahan dan tidak melibatkan siswa .
5 1
0-20
Sangat
Kurang Aktif Aspek yang diamati dilaksanakan kurang
3.6.3 Tes
Tes diberikan pada akhir siklus I dan siklus II, untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan siswa terhadap konsep yang telah diberikan.
Tabel 3.6 Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Secara garis besar metode penelitian dibagi menjadi dua yaitu metode kualitatif
27
3.7.1. Data kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian menggunakan rumus sebagai berikut.
Jumlah Skor Perolehan
Data kuantitatif adalah data yang diambil atau dikumpulkan berupa angka-angka
yang kemudian akan diolah menggunakan rumus (Suryanto, 2008: 5.4)
Jumlah Jawaban Benar
NS = x 100
Jumlah Skor
NS = nilai siswa
3.8. Rencana Pelaksanaan
3.8.1 Urutan Tindakan Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
1. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar,
2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Aktivitas Siswa, Indeks
Penilaian Kinerja Guru (IPKG).
28
b. Pelaksanaan
Pada siklus satu pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah “peristiwa sekitar
proklamasi” kegiatan diawali dengan pembelajaran kalaboratif partisipatif antara
peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat
dalam skenario pembelajaran yang meliputi:
a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan
apersepsi.
b. Membentuk kelompok belajar tiap kelompok 3-4 orang.
c. Menjelaskan cara berdiskusi kelompok.
d. Menjelaskan materi pembelajaran tentang peristiwa menjelang proklamasi.
e. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
f. Siswa dan guru bertanya seputar materi pembelajaran
g. Membagikan soal latihan, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa
diminta mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.
h. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk
mempersentasikan hasil diskusi.
i. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi, memberi kesimpulan, dan
melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh observer (teman sejawat),
saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas
29
d. Refleksi
Pada langkah refleksi, peneliti membahas tentang pembelajaran yang telah
dilaksanakan, merumuskan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya
dipertahankan, kekurangannya diperbaiki untuk siklus berikutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyiapkan silabus, RPP, dan bahan ajar.
2. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, Lembar Observasi Siswa, Lembar
Kinerja Guru.
3. Mempersiapkan materi permasalahan sosial di daerah.
b. Pelaksanaan
Pada siklus dua pertemuan 1 dan 2 materi pembelajaran adalah “pembentukan
alat kemerdekaan NKRI” kegiatan diawali dengan pembelajaran kalaboratif
partisipatif antara peneliti dengan guru mitra. Pelaksanaan berupa kegiatan
pembelajaran yang telah disusun dalam skenario pembelajaran yang meliputi:
a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan
apersepsi.
b. Siswa diminta kembali pada kelompok masing-masing
c. Menjelaskan materi pembelajaran.
d. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
e. Siswa dan guru bertanya seputar materi pembelajaran
f. Membagikan soal latihan, tiap kelompok diberi soal yang berbeda, siswa
30
g. Perwakilan dari kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya diminta untuk
mempersentasikan hasil diskusi.
h. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi, memberi kesimpulan, dan
melakukan refleksi pada setiap akhir kegiatan
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh observer (teman sejawat),
saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembat observasi
siswa dan lembar IPKG.
4. Refleksi
Pada langkah refleksi, peneliti membahas semua hasil temuan yang ada pada
siklus II, baik kekurangan maupun kelebihanya. Jika pada siklus dua pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok ada peningkatan,
maka peneliti dianggap cukup. Namun jika masih terdapat kekurangan, penelitian
akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
3.9 Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika:
1. Siswa dikatakan aktif jika 75% dari seluruh jumlah siswa dapat mengikuti
semua aspek kegiatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, adalah sebagai
berikut.
1. Kinerja guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning
tipe STAD menunjukan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
kinerja guru pada siklus I mendapat nilai 69,22 dan pada siklus II mendapat
nilai 81,73.
2. Proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif learning tipe STAD aktivitas siswa meningkat hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II.
Aktivitas siswa siklus I dengan rata-rata 60% siswa aktif dan pada siklus II
aktivitas siswa meningkat menjadi 89’16%.
3. Hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
learning tipe STAD menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu
maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPS pada siklus I
52
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Hendaknya rekan-rekan guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif
learning tipe STAD, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.
2. Bagi Peneliti
Bagi para peneliti berikutnya, disarankan lebih mengembangkan lagi penggunaan
model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD, sebagai salah satu bahan
penelitian dalam konteks pembelajaran di Sekolah Dasar, (SD/MI) khususnya
mata pelajaran IPS di kelas VI.
3. Bagi Lembaga
Kepada lembaga sekolah, hendaknya memfasilitasi adanya media-media
pembelajaran dalam menunjang pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu
Daftar Pustaka
Abdulrahman. 2006. Macam-macam Teori Belajar.
http:belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ di download tanggal 10 Februari 2014.
Agus, Sanjaya. 2010. Definisi Hasil Belajar: http:hasilbelajarpsikologi.com di download tanggal 10 Januari 2014.
Ali, Mohammad. 2008. Pengertian Aktivitas Belajar. Jakarta
Ades, Sanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Reneka Cipta. Jakarta
Djamarah S.B, Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Ibrahim. Dkk. 2000. Model Pembelajaran Jigsaw. http:model-model-pembelajaran.com.di download tanggal 10 Januari 2014.
Ischak. 2007. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bumi Aksara. Jakarta
Nasution Noehi. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka.
Nu’man, Soemantri. 2008. PembelajaranIPS.
http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-ips-pengertian.html
Oemar, Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS, Jakarta.
Sapriya. 2008. Pembelajaran IPS SD. Bumi Aksara, Jakarta
Slameto. 2003. Pengertian Aktivitas Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
54
Solihatin, Etin, 2011, Analisis Model Pembelajaran IPS, Bumi Aksara, Jakarta
Suryosubroto. 2002. Metode Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Taniredja, Tukiran. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Alfabeta. Bandung.
Trianto, 2009, Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya