BAB 1
Pendahuluan
1.1.
Latar BelakangPsoriasis adalah penyakit inflamasi kronis yang tidak menular dan tidak mengancam jiwa namun dapat menyebabkan rasa gatal dan sebagian akan berkembang menjadi artritis. Dalam beberapa kasus penderita akan mengalami gangguan baik dalam aktivitas sehari-hari, hubungan seksual, serta emosional.1
Psoriasis dikarakteristikkan dengan adanya hiperproliferasi keratinosit, gangguan diferensiasi, neoangiogenesis, dan inflamasi. Penyebab dari penyakit sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas. Namun dikatakan bahwa psoriasis adalah penyakit kulit genetik yang dicetuskan oleh hiperaktivitas dari imunitas bawaan kulit. Selain genetik, dikatakan lingkungan juga berperan dalam penyakit psoriasis.1
fibroblas, Antigen-Presenting Cells (APC), sel T, dan sel endotel dikatakan menjadi kandidat defek utama psoriasis. Penelitian dan telaah literatur ilmiah yang bertujuan menjelaskan penyebab terjadinya psoriasis juga telah dilakukan.5,6
Angiogenesis dikatakan memiliki peranan dalam patogenesis psoriasis, yang ditunjukkan dengan adanya dilatasi dan perlekukkan pembuluh darah di papila dermis. Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dikatakan meningkat pada kulit psoriatik. Kulit transgenic mice pada penelitian yang membahas mengenai peran VEGF, menimbulkan kondisi menyerupai psoriasis pada kulit.7
Man et al menemukan bahwa kalsium meningkatkan ekspresi VEGF dan
Vascular Endothelial Growth Factor Receptor (VEGFR) pada epidermis
psoriatik. Ketika ekspresi VEGF diblok oleh pengobatan bevacizumab, kalsium terus meningkatkan kadar protein dari VEGFR yang tidak bergantung pada VEGF.Krueger et al mencetuskan hipotesis bahwa aktivasi T helper (Th)1 yang dimediasi imunitas seluler menyebabkan produksi berlebih dari sitokin proinflamasi, termasuk Tumor Necrosis Factor Alfa (TNFα), Interleukin-2 (IL-2),
Interferon Gamma (IFN ), dan Transforming Growth Factor Beta (TGF ). TGF
selanjutnya akan menstimulasi keratinosit untuk memproduksi VEGF.7
Suatu studi klinis mendemonstrasikan peningkatan yang signifikan dari kadar serum dan plasma dari VEGF pada penderita dengan psoriasis. Lebih lanjut dikatakan kadar serum VEGF ini berkorelasi dengan tingkat keparahan dari penyakit yang dinilai dengan perhitungan skor PASI.9
Publikasi seputar VEGF dalam patogenesis psoriasis vulgaris semakin diminati, hal ini dibuktikan dengan adanya lebih dari 1100 makalah penelitian yang ditemukan. Namun, tidak mungkin untuk mengutip semua publikasi yang relevan, dan juga belum ditemukannya studi yang terpublikasi mengenai korelasi ini di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.8
Hal inilah yang mendorong niat peneliti, untuk meneliti lebih lanjut hubungan kadar VEGF serum ini dengan tingkat keparahan suatu psoriasis. Dengan adanya proses perjalanan kronis, tingkat kekambuhan yang tinggi, proses pengobatan yang cukup sulit dan kompleksitas dari patogenesis psoriasis ini, menyebabkan topik dari psoriasis ini menarik untuk dipelajari.
1.2.
Rumusan MasalahBagaimanakah hubungan kadar VEGF serum dengan skor PASI penderita psoriasis vulgaris di RSUP. H Adam Malik Medan?
1.3.
HipotesisTerdapat hubungan yang bermakna antara kadar VEGF serum dengan skor PASI penderita psoriasis vulgaris di RSUP. H Adam Malik Medan
1.4.
Tujuan Penelitian1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan kadar VEGF serum dengan skor PASI penderita psoriasis vulgaris di RSUP. H Adam Malik Medan
1.4.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui kadar VEGF serum penderita psoriasis vulgaris di RSUP. H Adam Malik Medan.
1.5.
Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah : a. Bagi praktisi medis:
Bertambahnya pemahaman mengenai psoriasis vulgaris yang akan meningkatkan strategi penatalaksanaan dalam pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
b. Bagi pengembangan keilmuan:
1. Meningkatkan pengetahuan di dalam bidang biologi molekuler dalam lingkup Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, khususnya mengenai peran VEGF dalam psoriasis vulgaris.