• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN SEEDLING ANGGREK Cattleya HIBRIDA IN VITRO PADA MEDIA DASAR PUPUK LENGKAP NPK (32:10:10) DENGAN BERBAGAI JENIS ADDENDA ORGANIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTUMBUHAN SEEDLING ANGGREK Cattleya HIBRIDA IN VITRO PADA MEDIA DASAR PUPUK LENGKAP NPK (32:10:10) DENGAN BERBAGAI JENIS ADDENDA ORGANIK"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERTUMBUHAN SEEDLING ANGGREK Cattleya HIBRIDA IN VITRO PADA MEDIA DASAR PUPUK LENGKAP NPK (32:10:10) DENGAN

BERBAGAI JENIS ADDENDA ORGANIK

Oleh

Defika Dwi Pratiwi

Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman in vitro. Media harus mengandung hara makro dan mikro lengkap, vitamin, serta

zat pengatur tumbuh (ZPT). Mahalnya penggunaan bahan-bahan kimia tersebut dapat diatasi dengan cara mencari media alternatif yang ekonomis dan mudah diperoleh, namun tetap dengan mempertimbangkan kelengkapan hara. Syarat ini dipenuhi oleh pupuk lengkap NPK yang digunakan sebagai media dasar dan bahan organik sebagai asupan vitamin dan ZPT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh pupuk lengkap NPK pada pertumbuhan seedling Cattleya, (2) pengaruh pemberian berbagai jenis addenda organik pada pertumbuhan seedling Cattleya, dan (3) ada atau tidaknya interaksi antara pupuk lengkap NPK dan jenis addenda organik dalam meningkatkan pertumbuhan seedling Cattleya.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

(2)

Mei 2015. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial (4x2) dan diulang sebanyak 5 kali. Faktor pertama adalah pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) 2 g/l dan 3 g/l. Faktor kedua adalah berbagai jenis addenda organik (nanas 200 g/l, pisang ambon 100 g/l, tomat 200 g/l, dan wortel 200 g/l).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jumlah tunas dan bobot basah terbaik seedling Cattleya diperoleh pada media dasar Growmore 3 g/l, sedangkan jumlah

akar, panjang akar, dan tinggi tanaman terbaik dihasilkan oleh media dasar Growmore 2 g/l, (2) media dasar Growmore 3 g/l yang diberi penambahan tomat, pisang ambon, atau nanas menghasilkan jumlah tunas, bobot basah yang sama baiknya. Dari ketiga addenda organik tersebut yang menghasilkan persentase albino terendah adalah addenda tomat yaitu sebesar 2%, dan (3) interaksi antara media dasar Growmore dan addenda organik hanya terjadi pada panjang akar. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, media terbaik yang dapat digunakan untuk proliferasi seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro adalah Growmore (32:10:10) 3 g/l dan ekstrak tomat 200 g/l.

(3)

PERTUMBUHAN SEEDLING ANGGREK Cattleya HIBRIDA IN VITRO PADA MEDIA DASAR PUPUK LENGKAP NPK (32:10:10) DENGAN

BERBAGAI JENIS ADDENDA ORGANIK

Oleh

DEFIKA DWI PRATIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

pada

Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PERTUMBUHAN SEEDLING ANGGREK Cattleya HIBRIDA IN VITRO PADA MEDIA DASAR PUPUK LENGKAP NPK (32:10:10) DENGAN

BERBAGAI JENIS ADDENDA ORGANIK

(Skripsi)

Oleh

DEFIKA DWI PRATIWI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bunga anggrek Cattleya labiata autumalis ... 10

2. Struktur bunga anggrek Cattleya ... 12

3. (a) bunga anggrek Cattleya gigas, (b) bunga anggrek C. skinneri ... 14

4. Seedling anggrek Cattleya sebagai bahan tanam ... 22

5. Bahan-bahan yang digunakan sebagai addenda organik; (a) tomat, (b) wortel, (c) pisang ambon, (d) nanas ... 26

6. Tahap-tahap subkultur; (a) pemisahan seedling anggrek Cattleya Dari kultur sebelumnya, (b) pengambilan seedling, (c) penanaman seedling ke media, (d) botol yang telah berisi 10 seedling ... 28

7. Pengaruh media dasar pada jumlah tunas seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 31

8. Pengaruh addenda organik pada jumlah tunas seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 32

9. Pengaruh media dasar pada jumlah akar seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 33

10.Pengaruh media dasar dan addenda organik pada panjang akar seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 34

11.Pengaruh media dasar pada tinggi tanaman (seedling) anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 35

12.Pengaruh media dasar pada bobot basah seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 36

13. Pengaruh addenda organik pada bobot basah seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 37

14. Pengaruh media dasar dan addenda organik pada persentase albino seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST ... 38

15. Seedling anggrek Cattleya yang albino pada umur 12 MST ... 38

(6)

iii

(7)

iv

2.2.1 Sterilisasi Polong Buah Anggrek ... 15

2.2.2 Subkultur dan Penjarangan Seedling ... 15

(8)

v

8. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh media dasar dan addenda organik pada pertumbuhan seedling anggrek Cattleya. ... 30

9. Pengaruh media dasar dan addenda organik pada jumlah tunas seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 53

10.Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata jumlah tunas seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 53

11.Hasil analisis ragam pengaruh media dasar dan addenda organik pada jumlah tunas seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 53

12.Pengaruh media dasar dan addenda organik pada jumlah akar (helai) seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 54

13.Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata jumlah akar seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 54

14.Hasil analisis ragam pengaruh media dasar dan addenda organik pada jumlah akar seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 54

15.Pengaruh media dasar dan addenda organik pada panjang akar (cm) seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 55

16.Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata panjang akar seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 55

(9)

vi 18.Pengaruh media dasar dan addenda organik pada tinggi seedling

(cm) anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 56 19.Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata tinggi seedling

anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 56 20.Hasil analisis ragam pengaruh media dasar dan addenda organik

pada tinggi seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 56 21.Pengaruh media dasar dan addenda organik pada bobot basah (g)

seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 57 22.Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata bobot basah

seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 57 23.Hasil analisis ragam pengaruh media dasar dan addenda organik

pada bobot basah seedling anggrek Cattleya pada umur 12 MST. ... 57 24. Pengaruh media dasar dan addenda organik pada seedling anggrek

(10)
(11)
(12)

The Darkest Nights Produce The Brightest Stars

A busy life makes prayer harder,

but prayer makes a busy life easier

Allah Yang Maha Rahman yang telah mengajarkan Al-

ur’a .

Dia menciptakan manusia dan mengajarkannya pandai berbicara.

Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.

Dan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan,

(13)

Karya ini kupersembahkan kepada kedua orangtuaku tercinta,

Ibunda Sri Wihartati dan Ayahanda Eddy Gumbira (Alm),

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 September 1993 sebagai puteri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Eddy Gumbira (Alm) dan Sri Wihartati.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2005 di SD Al-Kautsar Bandar Lampung, pendidikan Sekolah Menengah Pertama tahun 2008 di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, Sekolah Menengah Atas tahun 2011 di SMA Negeri 1 Bandar Lampung. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah, Fisiologi Tumbuhan, Perbanyakan Tanaman serta menjadi mentor pada kegiatan tutorial mata kuliah umum Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Dekanat Fakultas Pertanian dan Forum Ilmiah Mahasiswa (FILMA). Penulis terdaftar sebagai anggota Bidang Pengembangan Minat dan Bakat Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) pada Periode Kepengurusan 2012−2013.

(15)

ii SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan, dan nasihat serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis selama melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Akari Edy, S.P., M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah memberi saran dan perbaikan dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 3. Ibu Sri Ramadiana, S.P., M.Si., selaku penguji dan pembahas yang telah

memberikan saran, dan perbaikan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. 4. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Si., selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan saran dan dukungan selama penulis menyelesaikan masa studi.

(16)

ii 6. Hayane A. Warganegara S.P., M.Si., Habiba N. Istiqomah, Mayasari,

Oktaviolentina, dan Dwi Safitri, selaku rekan-rekan di Laboratorium Ilmu Tanaman, yang telah membantu pelaksanaan penelitian, memberi semangat yang tak henti, dan perjuangan terbaik kepada penulis.

7. Resti Astria, Vanny Unjunan, Rezlinda Nurbaiti, Yanti Marchelina, Yenni Sofialita, Wiwik Ferawati, Ria R. Lestari, Rifky Bangsawan, Yoga Saputra, dan M. Syanda Giantara selaku teman-teman di Laboratorium Ilmu

Tanaman yang telah memberi doa dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi.

8. Sahabat-sahabat, Anggun Fiolita, Dwi K. Besari, Fitri M. Putri, Lita Andryyani, Risa Nurfaizah, Desna Herawati, Derta R. Ilyin,

Dera F. Ellezandi, Nikmatul Amalia, Malida Rahmawati, Lilis Ratnawati, Inti Marinti, Faradilla Chairunnisa, dan Dwi Aprianti atas semangat dan dukungan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melindungi dan melimpahkan rahmat dan berkat-Nya serta membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis

(17)
(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Bunga adalah salah satu komponen aspek estetika yang merupakan bagian dari hidup manusia. Salah satu bunga yang telah menarik perhatian adalah anggrek. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dalam Kingdom Plantae, anggrek diwakili oleh sekitar 750 genera yang terdiri dari 25.000−30.000 spesies. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keragaman anggrek yang sangat tinggi yang diperkirakan ada sekitar 5.000 spesies. Dengan demikian, Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara yang maju di dunia penganggrekan bila ditunjang dengan pemuliaan tanaman dan teknologi perbanyakan yang baik (Yusnita, 2010).

Badan Pusat Statistik (2015), menyebutkan bahwa produksi anggrek nasional tahun 2010−2014 mengalami kenaikan. Walaupun demikian, di Lampung, selama empat tahun terakhir produksi anggrek terus mengalami penurunan. Produksi yang semula 206.954 anggrek pada tahun 2009 menjadi 71.914 anggrek pada tahun 2014. Rendahnya produksi anggrek pada umumnya disebabkan oleh kurang tersedianya bibit bermutu, budidaya yang kurang efisien, dan penanganan

(19)

2

Anggrek Cattleya merupakan salah satu jenis anggrek yang potensial untuk dikembangkan. Seiring semakin banyaknya permintaan, berbagai upaya budidaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Cattleya. Anggrek Cattleya banyak disukai karena pada umumnya memiliki diameter bunga yang cukup besar 10−16 cm, memiliki labellum (lidah bunga) yang besar dengan beragam warna

(Widiastoety, 2005).

Secara konvensional, perbanyakan anggrek umumnya dilakukan secara vegetatif, yaitu dengan pemisahan anakan atau keiki, dan setek batang. Cara ini relatif mudah, tetapi lambat untuk membuat suatu populasi anggrek baru yang cukup banyak. Selain secara vegetatif, anggrek juga dapat diperbanyak secara generatif. Perbanyakan secara generatif melibatkan penyerbukan bunga, fertilisasi dan terbentuknya embrio dalam biji. Kebanyakan anggrek mempunyai biji yang sulit berkecambah dalam keadaan alami dan normal karena ukurannya sangat kecil dan hanya dikelilingi oleh sel-sel testa tanpa cadangan makanan. Oleh karena itu, untuk perbanyakan melalui biji diperlukan perbanyakan secara in vitro (Gunawan, 2005).

Kultur jaringan memerlukan biaya yang cukup besar. Dalam kultur anggrek in vitro, seedling anggrek ditanam dalam media agar-agar yang aseptik dengan

suplai energi hara makro dan hara mikro serta zat pengatur tumbuh (ZPT) sintetik. Penggunaan bahan-bahan kimia tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit.

(20)

3

murah. Pupuk NPK saja yang ditambah pada media kurang menunjang

pertumbuhan tanaman. Untuk memenuhinya, diperlukan asupan vitamin dan ZPT dari bahan addenda yang dapat diperoleh dari bahan-bahan organik seperti ekstrak tomat, ekstrak nanas, ekstrak wortel, dan bubur pisang ambon. Penggunaan bahan addenda organik dan pupuk NPK selain ekonomis, harganya murah dan mudah diperoleh.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut.

1. Berapakah konsentrasi Growmore 32:10:10 (2 g/l atau 3 g/l) yang

menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro terbaik? 2. Bahan addenda manakah (nanas, pisang ambon, tomat, atau wortel) yang

menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro terbaik? 3. Apakah terdapat interaksi antara konsentrasi Growmore (32:10:10) dengan

bahan addenda dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui konsentrasi Growmore yang menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro terbaik.

(21)

4

3. Mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara konsentrasi Growmore dan bahan addenda dalam menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro terbaik.

1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukaan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut.

Media kultur jaringan penting dalam suksesnya pelaksanaan kultur jaringan. Komponen utama penyusun media kultur adalah unsur hara makro dan mikro esensial. Pupuk daun memenuhi kriteria tersebut. Namun, hara esensial saja tidak cukup untuk pertumbuhan tanaman. Penambahan vitamin, asam amino, zat pengatur tumbuh (ZPT) yang terkandung dalam bahan organik yang ditambahkan dalam media kultur dapat memberikan hasil lebih baik dibandingkan komposisi yang hanya terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Beberapa contoh organik kompleks alamiah yaitu ekstrak tomat, ekstrak wortel, ekstrak nanas dan bubur pisang ambon (Sandra, 2013).

(22)

5

Wortel mengandung pigmen karotenoid dengan kadar yang cukup tinggi (Paul dan Palmer, 1975), mengandung vitamin A, senyawa karoten (pro-vitamin A),

β-karoten, dan zat pengatur tumbuh IAA (Cahyono, 2002). Nanas mengandung vitamin A, B1, dan C, selain itu juga mengandung fosfor dan zat besi (Winarni, 2012). Pisang ambon mengandung adalah vitamin A, B1, B2, B6, dan C

(Pratomo, 2013). Pisang juga diperkaya dengan auksin dan giberelin (Arditti dan Ernst, 1992). Tomat mengandung sejumlah senyawa bioaktif, seperti vitamin C, glikoalkaloid, dan karotenoid (β-karoten dan likopen) (Rosati et al., 2000).

Syaputri (2009) melaporkan bahwa media dasar Growmore (32:10:10) 2 g/l dan arang aktif 2 g/l dengan penambahan pisang ambon 0; 50; 100; dan150 g/l, media yang ditambah 100 g/l pisang ambon menghasilkan pertumbuhan seedling

anggrek Dendrobium terbaik. Selain itu, Larassati (2011) melaporkan bahwa penggunaan media dasar Growmore (32:10:10) 2 g/l yang ditambahkan bubur pisang ambon 100 g/l memberikan hasil pertumbuhan seedling anggrek Dendrobium lebih baik dibandingkan dengan pemberian bubur pisang muli,

janten, atau tanduk.

Hasil penelitian Septiana (2012) menyatakan bahwa media dasar Growmore (32:10:10) 2 g/l dengan penambahan addenda organik (tomat, kentang, tauge, atau pisang ambon) menghasilkan rata-rata pertumbuhan seedling Dendrobium dengan hasil yang lebih baik dari media dasar ½ MS dengan penambahan addenda yang sama.

(23)

6

akar anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’ yang baik. Sesylia (2012), menambahkan bahwa pemberian ekstrak wortel 100 ml/l yang ditambahkan air kelapa 200 ml/l pada media dasar MS menghasilkan pertumbuhan anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’terbaik.

Penelitian yang dilaporkan oleh Syammiah (2006) menyatakan bahwa pemberian addenda organik berupa 5% ekstrak tomat pada media dasar Knudson C

menghasilkan pertumbuhan tunas protocorm like bodies (PLBs) Dendrobium terbaik diantara addenda organik lainnya yaitu 15% air kelapa, 7,5% bubur pisang, 0,2 % ekstrak ragi, 15% ekstrak kentang, dan 5% ekstrak lidah buaya. Penelitian Mercuriani (2009) melaporkan bahwa penambahan tomat 100 g/l dalam media dasar NP (New Phalaenopsis) dan 150 ml/l air kelapa dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan serta efisiensi pembentukan embrio responsif tertinggi.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan terhadap rumusan masalah.

Anggrek Cattleya merupakan salah satu genus populer di dunia karena

keindahannya. Oleh karena keindahannya, memungkinkan permintaan anggrek Cattleya meningkat. Cara efektif untuk memperbanyak anggrek dalam jumlah

banyak dengan waktu relatif singkat adalah teknik perbanyakan secara in vitro.

(24)

7

anggrek tergolong lambat sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk memacu pertumbuhannya.

Perbanyakan secara in vitro tidak terlepas dari media apa yang akan digunakan untuk perbanyakan. Pupuk daun mengandung unsur hara makro dan mikro, terutama mengandung tiga elemen esensial dasar untuk pertumbuhan yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen berpengaruh dalam

meningkatkan pertumbuhan vegetatif, fosfor untuk inisiasi akar dan pendewasaan tanaman, dan kalium untuk memperkuat tubuh tanaman dan memperlancar metabolisme.

Selain membutuhkan unsur-unsur esensial untuk pertumbuhannya, anggrek juga memerlukan zat-zat yang mendukung pertumbuhan. Media yang digunakan juga harus diperkaya dengan ZPT dan vitamin yang dapat diperoleh dari addenda organik seperti nanas, pisang ambon, tomat, dan wortel. Setiap addenda organik memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan anggrek, hal ini

tergantung dari kandungan yang dimiliki addenda tersebut.

Kandungan-kandungan yang dimiliki oleh addenda organik akan diserap oleh tanaman yang kemudian akan terlibat dalam metabolisme tanaman. Dengan kandungan NPK lengkap pada pupuk daun yang ditambah asupan hara dari addenda organik, diharapkan metabolisme tanaman semakin baik yang akan tercermin pada

(25)

8

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penggunaan pupuk lengkap Growmore (32:10:10) pada konsentrasi 3 g/l lebih baik daripada 2g/l terhadap pertumbuhan seedling anggrek Cattleya in vitro. 2. Pemberian bahan addenda tomat menghasilkan pertumbuhan seedling anggrek

Cattleya in vitro lebih baik dibandingkan dengan bahan addenda nanas, pisang

ambon, dan wortel.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anggrek Cattleya

Cattleya merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki banyak variasi,

meliputi 113 spesies. Habitat asli Cattleya berasal dari Amerika Tengah dan Selatan termasuk Venezuela, Brasil, Peru, Meksiko, Guyana, dan Argentina. Anggrek ini termasuk tanaman epifit dan memiliki pseudobulb tebal yang dapat menyimpan banyak air dan cadangan makanan (Sessler, 1978).

Nama Cattleya berasal dari nama William Cattley, seorang hortikulturis dari Inggris. Pada saat itu, beliau mengimpor tanaman dari Brasil. Tanaman tersebut dikemas dengan dedaunan, di antara daun-daun yang digunakan sebagai

(27)

10

Gambar 1. Bunga anggrek Cattleya labiata autumalis Sumber: Orchidswiki (2009)

2.1.1 Taksonomi

Klasifikasi anggrek Cattleya (Dressler, 1993) yaitu:

Kingdom : Plantae

(28)

11

2.1.2 Morfologi

Secara morfologi anggrek terdiri atas beberapa bagian yaitu bunga, daun, batang, akar dan buah.

2.1.2.1 Bunga

Bunga terdiri atas 5 bagian utama yaitu sepal (kelopak bunga), petal (mahkota bunga), benang sari, putik dan ovari (bakal buah). Sepal merupakan pelindung bunga terluar sewaktu bunga masih kuncup. Sepal berjumlah 3 helai dengan letak membentuk segitiga. Setelah sepal, ada tiga helai petal yang juga terletak dalam bentuk segitiga. Dua helai yang diatas membentuk 1200 dengan lembar ke-3 yang lebih besar yang disebut labelum atau bibir. Labelum membentuk semacam platform tempat serangga hinggap (Gunawan, 2005).

Bunga anggrek Cattelya terbentuk pada pucuk tanaman. Jenis Cattleya berdaun satu memiliki 1−2 kuntum bunga yang berukuran besar, sedangkan jenis Cattleya berdaun 2−3 mempunyai 3−8 kuntum dengan ukuran kecil. Panjang tangkai

(29)

12

Gambar 2. Struktur bunga anggrek Cattleya Sumber: Fortner (2002)

2.1.2.2 Daun

Daun anggrek mempunyai tulang daun sejajar dengan helaian daun. Daun melekat pada batang dengan kedudukan satu helai tiap buku dan berhadapan dengan daun pada buku berikutnya atau berpasangan (Gunawan, 2005). Berdasarkan pertumbuhannya, anggrek Cattleya termasuk golongan evergreen yaitu daun tetap segar dan hijau, serta tidak gugur secara serentak. Daunnya berbentuk lebar, tebal, dan berdaging (Widiastoety, 2005).

2.1.2.3 Batang

Anggrek memiliki dua macam pola pertumbuhan, yaitu pertumbuhan monopodial dan simpodial. Anggrek yang memiliki pola pertumbuhan monopodial, batang berbentuk tunggal dengan bagian ujung batang tumbuh lurus tidak terbatas. Vanda, Arachnis, dan Aranda merupakan anggrek yang termasuk pola

(30)

13

mencapai batas maksimum. Pertumbuhan baru akan dilanjutkan oleh anakan yang tumbuh di sampingnya. Pada anggrek simpodial terdapat suatu penghubung yang disebut rizom atau batang dibawah tanah. Contoh anggrek simpodial adalah Cattleya (Gunawan, 2005).

2.1.2.4 Akar

Akar anggrek pada umumnya lunak dan mudah patah dengan ujung akar meruncing. Akar anggrek mempunyai lapisan velamen yang bersifat spongy (berongga) yang dibawahnya mengandung klorofil. Pada jenis monopodial, terdapat banyak akar aerial yaitu akar yang keluar dari batang di atas (Gunawan, 2005).

2.1.2.5 Buah

Buah anggrek merupakan buah capsular (seperti butiran) yang berbelah 6. Biji-biji anggrek di dalam buah tidak memiliki endosperm yaitu cadangan makanan seperti biji tanaman lainnya. Cadangan makanan ini diperlukan dalam

perkecambahan dan pertumbuhan awal biji (Gunawan, 2005).

2.1.3Lingkungan Tumbuh Anggrek

Anggrek Cattleya adalah anggrek yang tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 750-2.000 mdpl. Cattleya akan tumbuh dengan baik di lingkungan yang

mempunyai suhu siang 21−320C dan suhu malam 13−180

(31)

14

2.1.4Kelebihan Anggrek Cattleya

Anggrek Cattleya pada umumnya memiliki ukuran bunga yang lebih besar dibandingkan dengan anggrek lainnya, sehingga Cattleya dijuluki The Queen of Orchid. Spesies yang ukuran bunganya paling besar adalah Cattleya gigas,

namun spesies yang paling terkenal adalah Cattleya skinneri yang dijadikan sebagai bunga nasional negara Brasil (Sarwono, 2002). Bunga anggrek C. gigas dan C. skinneri ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. (a) bunga anggrek Cattleya gigas, (b) bunga anggrek C. skinneri Sumber: Mundiflora (2015) dan Wikimedia (2014).

Cattleya memiliki keanekaragaman bentuk dan warna bunga, seperti merah muda,

ungu, putih, dan oranye. Selain itu, Cattleya memiliki labellum yang besar dengan beragam warna dan ada yang berbeda warna dengan warna mahkotanya (Widiastoety, 2005). Cattleya memiliki nilai jual yang tinggi dengan harga yang relatif mahal dan umumnya digunakan sebagai aksen pemanis pada rangkaian bunga (Sarwono, 2002).

(32)

15

2.2 Perkecambahan Biji dan Pembesaran Seedling Anggrek in vitro 2.2.1Sterilisasi Polong Buah Anggrek

Polong buah anggrek yang akan ditanam harus disterilkan terlebih dahulu. Polong yang digunakan adalah polong anggrek yang sudah ¾ masak tetapi masih utuh atau belum pecah. Sterilisasi polong utuh dapat dilakukan dengan mencuci bersih polong dengan air deterjen dibawah air mengalir, merendam-kocok dalam larutan 30% pemutih pakaian selama 15 menit (1,6% NaOCl) dengan penambahan beberapa tetes surfaktan, misalnya Tween 20. Setelah itu, polong buah dibilas dengan air steril, lalu dicelupkan ke dalam ethanol 96% dan membakarnya dengan cepat. Setelah polong buah disterilkan, biji-biji anggrek di dalam polong

dikeluarkan dengan dibelah menggunakan pisau skalpel steril di dalam laminar air flow cabinet (LAFC). Biji ditebarkan di atas permukaan media, lalu botol

media yang sudah ditanami ditutup kembali (Yusnita, 2010).

2.2.2Subkultur dan Penjarangan Seedling

Subkultur merupakan pemindahan kultur dari media lama ke media yang baru untuk memperoleh pertumbuhan yang diinginkan. Salah satu tujuan subkultur adalah menggandakan propagul seperti tunas, embrio, atau kalus. Pada tahap ini, tunas dirangsang untuk membentuk tunas adventif dengan bantuan hormon sitokinin. Perangsangan dapat dilakukan dengan cara memodifikasi media tanam baik jenis maupun bentuknya (padat/cair) serta memodifikasi hormon

(jenis/konsentrasi) (Sandra, 2013).

(33)

16

semakin lamanya pengulturan, pada umur 8 minggu protokorm sudah tumbuh membesar dan menampakkan primordia daun. Pada saat primordia daun membuka, bahan tanaman dapat disebut seedling. Seedling yang tumbuh dari protokorm hasil perkecambahan biji anggrek pada botol kultur semakin lama semakin tumbuh besar, sangat padat, dan berjumlah ratusan hingga ribuan. Oleh karena itu, perlu dijarangkan dengan cara subkultur ke media baru. Hal tersebut untuk menghindari individu seedling mengalami kekurangan hara dan energi untuk pertumbuhan. Subkultur seedling ke media baru biasanya dilakukan setiap 6−8 minggu supaya dihasilkan pertumbuhan bibit yang baik (Yusnita, 2010).

2.2.3 Lingkungan Perkecambahan Biji dan Pembesaran Seedling

Kondisi lingkungan kultur untuk perkecambahan biji anggrek dapat dilakukan di ruangan dengan suhu 26−280

C, dalam kondisi terang terus-menerus atau dengan fotoperiodisitas 16 jam terang dan 8 jam gelap per hari. Lampu yang digunakan adalah lampu fluoresens dengan intensitas kurang lebih 1.000−2.000 lux. Setelah

biji sudah berkecambah dan berbentuk seedling, diperlukan cahaya dengan intensitas lebih tinggi (2.000-10.000 lux) (Yusnita, 2010).

2.2.4 Aklimatisasi

Sebelum planlet hendak dikeluarkan dari dalam botol untuk diaklimatisasi, planlet dalam botol terlebih dahulu di hardening off. Botol-botol kultur diletakkan di ruangan dengan suhu kamar, atau di shade-house atau di rumah plastik

bernaungan 60−70% selama beberapa hari untuk menguatkan jaringan seedling.

(34)

17

(vigorous), memiliki warna hijau cerah, ukuran tajuk 5−8 cm, jumlah akarnya 3−5 helai, dan jumlah daun normal yang membuka 4−5 lembar (Yusnita, 2010).

2.3 Penggunaan Pupuk Daun pada Media Kultur in vitro

Salah satu pupuk daun yang dapat digunakan pada media kultur in vitro adalah Growmore dengan konsentrasi NPK 32:10:10. Hara makro dan mikro yang terdapat dalam pupuk daun Growmore ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan hara makro dan mikro pada pupuk Growmore.

No. Unsur Hara Kandungan (%)

2.4Penggunaan Addenda Organik pada Media Kultur

(35)

18

2.4.1Wortel

Wortel mengandung pigmen karotenoid dengan kadar yang cukup tinggi. Kadar karoten dalam wortel berwarna kuning muda 7−12μg per gram, sedangkan wortel

yang berwarna kuning tua 100−170 μg per gram (Paul dan Palmer, 1975). Selain itu, wortel mengandung vitamin A, senyawa karoten (pro-vitamin A), β-karoten yang sangat tinggi dan zat pengatur tumbuh IAA (Cahyono, 2002). Kandungan pada wortel per 100 gram daging buah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan wortel per 100 gram. No Kandungan Jumlah

1 Protein 1,00 g

2 Karbohidrat 9,00 g

3 Lemak 0,20 g

4 Kalsium 33,00 mg

5 Fosfor 35,00 mg

6 Besi 0,66 mg

7 Vitamin A 835 SI 8 Vitamin B 0,6 mg 9 Vitamin C 1,90 mg Sumber: Amiruddin (2013)

2.4.2Nanas

(36)

19

Tabel 3. Kandungan nanas per 100 gram.

No Kandungan Jumlah

Vitamin yang terkandung dalam pisang ambon adalah vitamin A, B1, B2, B6, dan C. Menurut Arditti dan Ernst (1992), buah pisang mengandung hormon auksin dan giberelin. Kandungan pisang ambon per 100 gram daging buah disajikan pada Tabel 4.

(37)

20

2.4.4Tomat

Tomat mengandung sejumlah senyawa bioaktif, seperti vitamin C, glikoalkaloid, dan karotenoid (β-karoten dan likopen). Likopen merupakan karoten utama yang

terakumulasi dalam tomat matang (Rosati et al., 2000). Likopen tidak memiliki aktivitas sebagai provitamin A, namun merupakan antioksidan yang baik. (Cunningham et al., 1996). Kandungan pada tomat per 100 gram daging buah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan tomat per 100 gram.

(38)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Februari hingga Mei 2015.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan tanaman dan bahan untuk media kultur.

3.2.1.1Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah seedling anggrek Cattleya hibrida yang berumur 3 BST (bulan setelah tanam) yang berukuran

(39)

22

Gambar 4. Seedling anggrek Cattleya sebagai bahan tanam

3.2.1.2Bahan Media Kultur

Bahan media kultur yang digunakan terdiri atas pupuk lengkap (32:10:10) berupa Growmore dan addenda organik. Addenda organik yang digunakan adalah ekstrak tomat, ekstrak wortel, ekstrak nanas, dan pisang ambon. Komposisi media perlakuan ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi media perlakuan.

No Komponen Media Konsentrasi

1 Growmore 2 atau 3 g/l

2 Vitamin MS 10 ml/l

3 Air Kelapa 100 ml/l

4 Sukrosa 20 g

5 Bahan Addenda Organik nanas 200 g/l, tomat 200 g/l, wortel 200 g/l, atau pisang ambon 100 g/l

(40)

23

3.2.1.3Alat

Alat-alat yang digunakan adalah laminar air flow cabinet (LAFC), magnetic stirrer, pH meter, timbangan, labu erlenmeyer, botol kultur, petridish, keramik,

gelas ukur, alat-alat diseksi seperti pinset, spatula, skalpel, dan blade.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial 2x4. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk lengkap Growmore (32:10:10) sebagai media dasar yaitu 2 g/l dan 3 g/l. Faktor kedua adalah pemberian berbagai jenis addenda organik yaitu nanas 200 g/l, tomat 200 g/l, wortel 200 g/l, dan pisang ambon 100 g/l. Dari kedua faktor tersebut membentuk kombinasi perlakuan yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kombinasi perlakuan.

No Kombinasi perlakuan

1 Growmore 2 g/l + nanas 200 g/l 2 Growmore 2 g/l + tomat 200 g/l

3 Growmore 2 g/l + pisang ambon 100 g/l 4 Growmore 2 g/l + wortel 200 g/l

5 Growmore 3 g/l + nanas 200 g/l 6 Growmore 3 g/l + tomat 200 g/l

7 Growmore 3 g/l + pisang ambon 100 g/l 8 Growmore 3 g/l + wortel 200 g/l

(41)

24

Homogenitas data diuji dengan uji Bartlett. Apabila asumsi terpenuhi, dilakukan analisis ragam. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat merupakan langkah pertama yang harus dilakukan. Botol sebagai media kultur harus berada dalam kondisi aseptik. Botol disterilisasi menggunakan autoklaf Budenberg pada suhu 1210C dan tekanan 1,2 atm selama 30 menit. Setelah diautoklaf, bagian dalam botol dicuci untuk menghilangkan sisa media dan direndam dalam air yang diberi detergen dan desinfektan selama ± 12 jam. Botol yang telah direndam, dicuci kembali bagian dalam dan luar botol. Setelah itu, botol dibilas dengan air mengalir dan direndam dalam air panas selama 15 menit. Setelah direndam air panas, botol ditiriskan, ditutup dengan plastik, dan diikat dengan karet.

(42)

25

3.4.2 Pembuatan Media

Pembuatan media terdiri atas dua tahap, yaitu pembuatan media dasar dan pembuatan addenda organik. Pembuatan addenda organik meliputi pembuatan ekstrak addenda (nanas, tomat, dan wortel) dan pembuatan bubur pisang ambon.

3.4.2.1 Pembuatan Media Dasar

Media dasar memiliki komposisi yaitu pupuk lengkap Growmore (32:10:10), air kelapa 100 ml/l, vitamin MS 10 ml/l, dan sukrosa 20 g/l. Sebelum membuat media dasar, semua alat gelas dan non gelas yang akan digunakan dibilas dengan aquades. Pembuatan media dilakukan dengan melarutkan Growmore (32:10:10) sesuai dengan perlakuan (2 g/l atau 3 g/l), air kelapa 150 ml/l, vitamin MS 10 ml/l, dan sukrosa 20 g/l dalam aquades. Semua bahan-bahan tersebut dilarutkan sampai homogen dengan menggunakan magnetic stirrer.

3.4.2.2 Pembuatan Addenda Organik

a) Pembuatan Ekstrak Addenda Organik

(43)

26

Gambar 5. Bahan-bahan yang digunakan sebagai addenda organik; (a) tomat, (b) wortel, (c) pisang ambon, (d) nanas

Semua addenda organik dicuci dengan air mengalir dan aquades hingga bersih, serta dibilas dengan disinfektan. Sebelum diekstrak, semua addenda organik diukur 0Brix-nya dengan menggunakan hand refraktometer. Pengukuran 0Brix digunakan untuk mengetahui persen (%) padatan terlarut dalam suatu jus buah. 0

Brix nanas, tomat, dan wortel secara berurutan yaitu 2%; 4%, dan 5%. Pada penelitian sebelumnya, Septiana (2012) menggunakan tomat dengan 0Brix 2%.

Buah nanas, tomat, dan wortel yang digunakan sebanyak 200 g/l. Buah dikupas, ditimbang, dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Untuk buah tomat tidak dilakukan pengupasan. Setelah halus, bahan diberi aquades kemudian disaring dengan kapas hingga diperoleh ekstrak.

a

b

(44)

27

Masing-masing ekstrak addenda dicampurkan pada larutan media dasar. Setelah itu, larutan kembali dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer. Larutan yang telah homogen dimasukkan ke dalam labu ukur dengan

menambahkan aquades hingga tera. Larutan kembali dihomogenkan. Setelah homogen, larutan diukur keasamannya (pH) dan ditetapkan menjadi 5,8 dengan menggunakan pH meter. Jika larutan memiliki pH kurang dari 5,8 ditambahkan beberapa tetes KOH, sedangkan jika lebih dari 5,8 ditambahkan HCl.

b) Pembuatan Bubur Pisang

Jenis pisang yang digunakan adalah pisang ambon yang sudah matang. 0Brix pisang ambon yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 22%, nilai ini hampir sama dengan 0Brix pisang ambon yang digunakan pada penelitian Septiana (2012) yaitu sebesar 21%. Pisang ambon yang digunakan sebanyak 100 g/l. Pisang tidak dihaluskan menggunakan blender, melainkan dihancurkan dengan menggunakan spatula diatas petridish. Berbeda dengan ekstrak addenda, pencampuran bubur pisang ke media dasar dilakukan sesudah larutan ditera dan diukur keasamannya (pH).

(45)

28

3.4.3 Subkultur

Subkultur adalah pemindahan kultur dari media lama ke media yang baru untuk memperoleh pertumbuhan baru yang diinginkan. Seedling anggrek Cattleya yang berasal dari botol kultur sebelumnya, disubkulturkan ke media perlakuan. Setiap botol berisi 10 seedling berukuran 0,7−1 cm. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan dalam kondisi aseptik di dalam laminar air-flow cabinet (LAFC). Tahap-tahap subkultur ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Tahap-tahap subkultur, (a) pemisahan seedling anggrek Cattleya dari kultur sebelumnya, (b) pengambilan seedling, (c) penanaman seedling ke media, (d) botol yang telah berisi 10 seedling

a

b

(46)

29

3.4.4 Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada awal subkultur dan satu bulan sekali hingga berumur 3 bulan setelah seedling ditransfer ke media perlakuan (4 MST, 8 MST, dan 12 MST). Variabel pengamatan meliputi:

1. Jumlah tunas seedling

Tunas baru yang muncul dihitung per seedling. 2. Jumlah akar seedling

Jumlah akar dihitung per seedling. 3. Panjang akar seedling

Masing-masing akar diukur dari pangkal hingga ujung akar dan dirata-rata dalam satuan sentimeter (cm).

4. Tinggi seedling

Tinggi tanaman diukur dari pangkal seedling hingga ujung daun terpanjang. 5. Bobot basah

Penimbangan bobot basah seedling dilakukan pada awal penanaman seedling ke media perlakuan dan setelah 3 bulan atau 12 MST. Kesepuluh seedling pada setiap botol ditimbang dan dirata-rata untuk mengetahui bobot basah per seedling.

6. Persentase albino

(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Jumlah tunas, bobot basah terbaik, dan persentase albino terendah seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro diperoleh pada media dasar Growmore (32:10:10) 3 g/l, sedangkan jumlah akar, panjang akar, dan tinggi tanaman terbaik dihasilkan oleh media dasar Growmore (32:10:10) 2 g/l.

2. Media dasar pupuk lengkap Growmore (32:10:10) 3 g/l yang diberi

penambahan tomat, pisang ambon, atau nanas menghasilkan jumlah tunas, bobot basah yang sama baiknya. Dari ketiga bahan addenda tersebut yang menghasilkan persentase albino terendah adalah addenda tomat sebesar 2%.

(48)

47

5.2 Saran

Penulis menyarankan pada penelitan selanjutnya dilakukan hingga tahap

(49)

PUSTAKA ACUAN

Akter, S., K.M. Nasiruddin, and A. B. M. Khaldun. 2007. Organogenesis of Dendrobium orchid using traditional media and organic extract. J. Agric Rural Dev. 5(2):30−35.

Amiruddin, C. 2013. Pembuatan tepung wortel (Daucus carrota L.) dengan variasi suhu pengering. (Skripsi). Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Hasanuddin Makasar. 46 hlm.

Araujo, A. G. de., M. Pasqual, F. Villa, and F. C. Costa. 2006. Coconut water and banana pulp for in vitro growth of orchid planlets. J. Agronomy. 53(310):608−613.

Arditti, J., and R. Ernst. 1992. Micropropagation of orchids.

http://books.google.co.id. Departement of Horticulture. Diakses pada

tanggal 17 Februari 2015.

Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi Nasional. http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 17 Februari 2015.

Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 94 hlm.

Cunningham, Jr. F. X., B. Pogsos, Z. Sun, K. A. McDonald, D. Dellapenna., and E. Grantt. 1996. Functional analysis of the β and ε lucopene cyclase enzymes of Arabidopsis reveals a mechanism for control of cyclic carotenoid formation. The Plant Cell. 1(8):1613−1626.

Dressler, R. L. 1993. Philogeny and Classification of the Orchid Family. Cambridge University Press. Melbourne. Australia.

Erfa, L., Ferziana, dan Yurniansyah. 2012. Pengaruh formulasi media dan konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan protokorm anggrek

Phalaenopsis in vitro. J. Penelitian Pertanian Terapan. 12(3):169−174.

(50)

49

Ginting, Y. C. 2012. Pengaruh konsentrasi ekstrak wortel dan air kelapa terhadap pertumbuhan tunas anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’ secara in vitro pada media dasar pupuk lengkap. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.

Gnasekaran, P., R. Poobathy, M. Mahmood, M. R. Samian, and S. Subramaniam. 2012. Effect of organic additives on improving the growth of PLBs of Vanda kasem’s delight. Australian Journal of Crop Science.

6(8):1245−1248.

Gunawan, L. W. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hlm. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 360 hlm.

Hawkes, A. D. 1965. Encyclopedia of Cultivated Orchids. Faber. London. http://books.google.co.id. 602 hlm. Diakses pada tanggal 14 Februari 2015.

Kailaku, S. I., K. T. Dewandari, dan Sunarmani. 2007. Potensi likopen dalam tomat untuk kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 3(1):50−58.

Larassati, I. S. 2011. Pengaruh Berbagai Jenis Buah Pisang dan Arang Aktif terhadap Pembesaran Seedling Anggrek Dendrobium secara in vitro. (Skripsi). Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung.

Mercuriani, I. S., dan E. Semiarti. 2009. Peningkatan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan embrio anggrek bulan alam Phaleonopsis amabilis (L.) pada medium diperkaya dengan ekstrak tomat dan likopen. Prosiding Bioteknologi. Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres Perhimpunan Biologi Indonesia XIV. 1(1)360−365.

Mundiflora. 2015. Cattleya gigas. http://www.mundiflora.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2015.

Orchidswiki. 2009. Cattleya labiata. http://www.orchidswiki.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2015.

Paul, P. C., and H. H. Palmer. 1975. Food Theory and Aplication. John Wiley and Sons Inc. New York. 797 hlm.

Pratomo, A. 2013. Studi eksperimen pembuatan bolu kering substitusi tepung pisang ambon. (Skripsi). Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Universitas Negeri Semarang. 190 hlm.

(51)

50

Sandra, E. 2008. Apa itu mutasi varigata. http://eshaflora.wordpress.com. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015.

_______. 2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. IPB Press. Bogor. 112 hlm.

Sarwono, B. 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Agromedia Pustaka. Depok. 105 hlm.

Schneider, L., J. S. de. P. Araujo, and G. R. Zaffari. 2014. Seed germinatioan of Cattleya intermedia and Cattleya warneri in alternative culture media. American International Journal of Contemporary Research. 4(7):60−66. Semiarti, E., A. Indrianto, A. Purwantoro, Y. Machida, and C. Machida. 2010.

Agrobacterium-mediated transformation of Indonesian Orchid for micropropagation. Indonesian DGHE Research Competition grant HB XVII 2009−2010 and The Japanese Academic Frontier Research Grant to

CM from 2005−2010.

Septiana, V. 2012. Pengaruh media dasar dan bahan addenda pada pembesaran seedling anggrek Dendrobium in vitro. (Skripsi). Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung.

Sessler, G. J. 1978. Orchids and How to Grow Them. http://books.google.co.id. Prentice Hall Inc. New Jersey. 360 hlm. Diakses pada tanggal 10

Februari 2015.

Sesylia, A. R. 2012. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa terhadap Pertumbuhan Tunas Asal Protocorm Anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’ pada Media Murashige dan Skoog. (Skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran.

Soeryowinoto, S. M. 1974. Merawat Anggrek. Kanisus. Yogyakarta. 89 hlm. Souza, G. R. B. de., A. B. Lone, R. T. de. Faria, and K. S. de. Oliveira. 2013.

Pulp fruit added to culture medium for in vitro orchid development. J. Agronomy. 34(3):1141−1146.

Stancato, G. C., M. F. Abreu, and A. M. Furlani. 2008. The pulps of fruits in growth of epiphytic orchids. J. Agronomy. 67(1):51−57.

Syammiah. 2006. Jenis senyawa organik suplemen pada media Knudson C untuk pertumbuhan protocorm-like bodies Dendrobium bertacong blue x

Dendrobium undulatum. J. Floratek. 1(2):86−92.

Syaputri, G. 2009. Pengaruh arang aktif dan bubur pisang ambon pada pembesaran seedling Dendrobium hibrida in vitro. (Skripsi). Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung.

(52)

51

Widiastoety, D. 2005. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya. Jakarta. 119 hlm.

____________. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hlm. ____________. 2001. Perbaikan genetik dan perbanyakan bibit secara in vitro

dalam mendukung perkembangan anggrek di Indonesia. J. Litbang Pertanian. 20(4):18−21.

Wikimedia. 2014. Cattleya skinneri. http://www.wikimediacommons.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2015.

Winarni, F. 2012. Uji protein dan organoleptik telur asin hasil pengasinan menggunakan abu pelepah kelapa dengan penambahan sari buah nanas. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. 51 hlm.

Yusnita. 2010. Perbanyakan in vitro Tanaman Anggrek. Universitas Lampung. Lampung. 128 hlm.

Gambar

Tabel
Gambar 1. Bunga anggrek Cattleya labiata autumalis
Gambar 2. Struktur bunga anggrek Cattleya
Gambar 3. (a) bunga anggrek Cattleya gigas, (b) bunga anggrek C. skinneri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik umur. Distribusi hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76

Jeremy Sarkin, The African Commission on Human And People’s Rights and the Future African Court of Justice and Human Rights: Comparative Lesson from the European Court

Kegiatan pengumpulan data dalam suatu penelitian, merupakan langkah penting guna mengetahui karakteristik dari populasi yang merupakan elemen-elemen dalam objek

Bagian ini menjelaskan perbandingan implikasi kebijakan untuk meningkatkan kinerja pelayanan infrastruktur (air bersih, air limbah, drainase, dan sampah) yang dapat

hubungan antara kecerdasan emosional dengan konflik menantu mertua pada. menantu perempuan yang tinggal serumah dengan

[r]

Terdapat juga kesalahan ejaan, kata mubazir, penulisan paragraf yang terdiri dari satu kalimat bahkan kesalahan dengan tidak ditemukannya salah satu ciri-ciri bahasa

kurangnya/rendahnya sikap bersahabat siswa. Berdasarkan kondisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPS pada materi kenampakan alam dan kenampakan