MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
SUNAIDAH
Penelitian ini berawal dari rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2013/2014.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah. ... 3
C. Rumuasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian. ... 4
E. Manfaat Penelitian. ... 4
F. Ruang Lingkup. ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions. ... 8
1. Pengertian Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions. ... 8
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division... 11
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. ... 14
2. Tujuan Model Kooperatif. ... 15
3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif. ... 16
4. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif. ... 16
C. Belajar. ... 17
1. Belajar. ... 19
2. Aktivitas Belajar. ... 19
3. Hasil Belajar. ... 21
4. Matematika. ... 23
a. Pengertian Matematika. ... 23
b. Pembelajatan Matematika di SD... 24
c. Tujuan Matematika. ... 25
E. Hipotesis Tindakan. ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. ... 28
B. Setting Penelitian. ... 29
C. Teknik Pengumpulan Data ... 30
D. Teknik Analisis Data. ... 30
E. Indikator Keberhasilan ... 33
A. Prosedur Penelitian. ... 41
B. Hasil Penelitian. ... 42
1. Pelaksanaan Siklus I. ... 44
2. Pelaksanaan Siklus II. ... 55
3. Pelaksanaan Siklus III. ... 68
C. Pembahasan . ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 88
B. Saran ... 89
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa
depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik
dari Sekolah Dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja
sama. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki PBM diantaranya
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain
kajian seorang guru agar bisa diterima siswa yang nantinya akan menciptakan
suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bisa menerima
pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil
belajarpun akan meningkat.
Perhatian terhadap pembelajaran matematika tidak hanya sekedarnya
karena matematika merupakan mata pelajaran yang masih dianggap sulit,
menakutkan dan bahkan tidak jarang seorang siswa drop out karena takut
dengan pelajaran matematika. Hal ini karena mata pelajaran matematika
banyak memiliki objek yang abstrak dan dibangun melalui proses pelajaran
menalar deduktif, yaitu suatu kebenaraan yang diperoleh melalui akibat ynag
logis.
Kurangnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar
telah lama menjadi bahan pikiran setiap guru kelas di sekolah dasar, hal ini
terlihat bahwa pada umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang
bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran.
Kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh
dalam proses belajar mengajar, karena akan mengakibatkan suasana kelas
kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa kurang, serta
antara siswa dengan siswa tidak terjadi, sehingga siswa cenderung bersikap
pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada akhirnya hasil
belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKM yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian
terhadap siswa terhadap mekanisme belajar mengajar yaitu dengan
Bilangan pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong dengan Model Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa
kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu
tertarik dengan pelajaran Matematika, karena selama ini pelajaran
matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan bersifat klasik.
Dikatakan proses pembelajaran bersifat klasik karena, peserta didik di buat
pasif, mereka duduk dan mendengarkan ceramah guru, lalu mencatat materi
pelajaran dan mengerjakan latihan atau tugas yang diperintah guru.
Sebaliknya guru mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah
tanpa divariasikan dengan berbagai metode dan pendekatan yang lebih tepat
dengan sifat dan karakteristik siswa maupun mata pelajaran yang diajarkan
sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar siswa di kelas IV SD Negeri
3 Bojong Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur pada pelajaran
Matematika.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti bersama dengan
guru mempertimbangkan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu
Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), karena melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan akan lebih mendalami pengetahuan
dan menyadari pengalaman belajar.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan
suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul
Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada,
yaitu:
1. Rendah aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong
Lampung Timur.
2. Rendah hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong
Lampung Timur, hanya 6 siswa yang telah tuntas dan 21 siswa yang belum
mencapai KKM 5,0.
3. Kurangnya minat belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong
Lampung Timur.
4. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan
rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model
STAD bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran
2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model
STAD bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran
2013/2014?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model STAD bagi
siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur.
2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model STAD bagi siswa
kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model STAD dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur, sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Apabila pembelajaran model STAD ini dapat dirasakan manfaat dan
kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para
tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa yaitu :
Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung
Timur.
b. Bagi Guru yaitu :
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan guru bahwa model STAD merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata
pelajaran matematika.
c. Bagi Sekolah yaitu :
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil
belajar siswa, dan sebagai pencapaian visi Sekolah.
d. Bagi Peneliti
menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan
model-model pembelajaran khususnya model STAD pada mata
pelajaran matematika.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam penelitian ruang lingkup
penelitian sebagai berikut:
a. Aktivitas belajar adalah kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran
Memperhatikan penjelasan guru, (3) Mengerjakan LKS atau tugas, (4)
Siswa bertanya, (5) Bisa menjawab pertanyaan.
b. Hasil Belajar adalah kemampuan siswa yang digambarkan oleh nilai
yang dicapai siswa pada mata pelajaran matematika, nilai tes diperoleh
setelah pembelajaran pada setiap akhir siklus.
c. Pembelajaran tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) 1. Pengertian Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student teams achievement divisions). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman- temannya di Universitas John Hopkin.STAD merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dalam
pelaksanaannya siswa dikelompokkan ke dalam 4- 5 orang tiap
kelompoknya.Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki- laki dan
perempuan, berasal dari berbagai, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk
memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu
atau dua minggu siswa diberi kuis.Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan
dengan skor dasar untuk menentukan skor peningkatan individu dan skor
kelompok. Ada lima komponen utama dalam dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student teams achievement divisions) yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan
penghargaan kelompok.Dalam laporan ini penulis mengambil salah satu
Teknik mengajar STAD dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai
metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam
teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran
menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan
untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran STAD adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends 1997:
111).
STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam
pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru
mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga
merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
STAD didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 1994: 2ι).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang
topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada
anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran STAD, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok
asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
1. Penyajian kelas.
2. Belajar kelompok.
3. Kuis.
4. Skor Perkembangan.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe
StudentTeams Achievement Division (STAD). 1. Penyajian kelas
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi
pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan
terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian
materi pelajaran.
a) Pembukaan
1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan
mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan
demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata,
atau cara lain.
2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk
menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada
pelajaran tersebut.
3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan
b) Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah
memahami makna bukan hapalan.
3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau
salah.
5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok
masalahnya.
c) Latihan Terbimbing
1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang
diberikan.
2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan
langsung diberikan umpan balik.
2. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah
untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat
digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif,
guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah,
mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka
bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau
satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari.
Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus
mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya.
Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu
kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan
dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan
kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan
dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai
mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai
untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi
siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan
teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam
kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya
bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya
untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan
sebagainya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam
kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
4. Penghargaan Kelompok
Langkah yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung
nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat
atau penghargaan kelompok yang lain.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28),
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan
sosial yang bermuatan akademik.
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 1η) menyatakan bahwa “pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”.
Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan
kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu
siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan
pembelajaran yang efektif.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini
(200θ: 4) adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan
keterampilan sosial”. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: ηι)
menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa
bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat
memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan
kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan
pemecahan masalah. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah
untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Tujuan
model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa.
3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
b) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.
c) Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.
d) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok
4. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif
Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai berikut:
a) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
c) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu
Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan pada model
pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama
dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa
dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan
pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya.
C. Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984: 252) belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya.
Menurut WJS.Purwadarminta (2002: 12) belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut james O. Whittaker
(Djamarah, Syaiful Bahri, 1999: 21) Belajar adalah Proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut R.
Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, 1999: 22) Belajar adalah suatu proses
untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun
nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau
dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki
keinginan untuk belajar:
1. Adanya dorongan rasa ingin tahu.
2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia
didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis
sampai aktualisasi diri.
4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
8. Untuk mengisi waktu luang.
Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk
memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi
penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan
baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat,
apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus
memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.
1. Aktivitas Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan/keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai
suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas
merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus
dihubungkan. Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Selanjutnya Sardiman (1994:
24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia
dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak
terciptanya situasi belajar aktif.
Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para
ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101)
membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
digolongkan ke dalam 8 langkah:
1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)
2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.
4. Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.
5. Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.
7. Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan,
bergairah, berani, tenang dan gugup.
Mengerjakan matematika mengandung makna aktivitas guru
mengatur kelas sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif
sehingga siswa dapat belajar metematika. Aktifnya siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila
ditemukan ciri – ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau
siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu
Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu
segi proses dan dari segi hasil.
Menurut Hamalik (2001: 2κ), belajar adalah “Suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah
laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan
sikap. Sedangkan, Sardiman (2004: 22) menyatakan: “Belajar merupakan
suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang
mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan
siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan
di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
2. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2001: 159) bahwa hasil belajar menunjukkan
kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator
adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006: 36)
hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan
menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang
ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru
setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Menurut Sudjana, (2004: 22) Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga
macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).
Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh
siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004:
39). Berdasarkan pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri
siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga faktor dari
luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana, 2004: 39)
Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal
(internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian
hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya
usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian
terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan
tingkah laku secara kuantitatif.
3. Matematika
1. Pengertian Matematika
Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno μά μα
(máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian
matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya
adalah μα ματ ός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. Secara khusus, di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.
Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga
berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μα ματ ά (ta
mathēmatiká), yang dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya berarti
"segala hal yang matematis".[9] Tetapi, di dalam bahasa Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat
sebagai math di Amerika Utara dan maths di tempat lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika)
Suatu hasil interaksi manusia dengan lingkungan adalah
munculnya konsep matematika. Konsep-konsep matematika merupakan
hasil abstraksi ide-ide yang diperoleh manusia dari hasil pengamatan
alam semesta. Secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika adalah
ilmu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hirarkis sehingga konsep-konsep matematika saling bertoleransi
dan konsep-konsep ini berdasarkan pada konsep-konsep yang telah ada
pada ide-ide sebelumnya.
2. Pembelajaran Matematika di SD
Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak
dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu
perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar
khususnya pada mata pelajaran matematika. Tidak terdapat definisi
matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua pakar matematika.
Definisi-definisi yang muncul tentang matematika tergantung pada tujuan
karakteristik matematika yang membedakan dari ilmu pengetahuan yang
lain, antara lain:
b. Memiliki objek kajian abstrak
c. Bertumpu pada kesepakatan
d. Berpola pikir dedukatif
e. Memiliki simbol yang kosong dari arti
f. Memperhatikan semesta pembicaraan
g. Kosisten dalam sistemnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur
matematika tersusun atas pertanyaan atau aksioma, definisi dan
pengertian bukan pangkal atau teorema. Memperhatikan kekhasan
matematika tersebut maka dalam mempelajari konsep matematika tidak
dapat hanya semata-mata menghafal definisi, aksioma dan lain-lain,
namn ditekankan kepada kemampuan mencerna, mengolah kembali
konsep-konsep matematika ini menjadi alat pengolah atau penyelesaian
masalah.
3. Tujuan Belajar Matematika
Untuk memenuhi kebutuhan akan belajar, masyarakat
menyelenggarakan sekolah sebagai tempat pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar
tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku.
Pengajaran menunjukan suatu yang mengandung terjadi proses
sedang belajar. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membantu
anak menjadi orang dewasa mandiri dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang yang dewasa adalah orang yang tahu akan dirinya apa adanya dan
dapat mempergunakan kemampuannya secara penuh.
Matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan, tujuan dari
pembelajaran matematika ini adalah menanamkan daya nalar. Sedangkan
pangkal dari tujuan belajar matematika adalah keterampilan memecahkan
masalah. Tujuan pembelajaran matematika menjadi tujuan yang bersifat
formal dan material. Tujuan yang bersifat formal lebih menekankan
kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan
yang bersifat material lebih menerapkan kepada kemampuan menerapkan
matematika dan keterampilan matematika.
Tujuan belajar dikatakan tercapai apabila telah terjadi transfer
belajar. Transfer belajar berarti pemindahan hasil belajar dari mata
pelajaran yang satu kemata pelajaran yang lain atau ke kehidupan di luar
sekolah. Kemampuan mentrasfer ini dapat kita lihat pada saat peserta
didik mempraktekkan keterampilannya ke berbagai situasi atau masalah.
Segala usaha dikerahkan agar peserta didik berhasil menguasai
pengetahuandan keterampilan matematika untuk dapat memecahkan
masalah-masalah baik di matematika itu sendiri maupun di ilmu yang
lain. Bila usaha ini berhasil, dikatakan transfer belajar tercapai. Dengan
demikian, transfer belajar berkenaan dengan adanya konsep atau teorema
konsep dan teorema ini dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa proses belajar mengajar Matematika merupakan
suatu proses belajar yang dilakukan dengan sadar dan terarah dimana
individu belajar dengan tujuan untuk melatih cara berfikir dan bernalar
serta melatih kemampuan memecahkan masalah.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan
oleh peneliti sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika
menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang
lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk., 2007: 13). Menurut
Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas
atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Aidin Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi
dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata
tersebut adalah sebagai berikut.
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.
Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu
rangkaian siklus kegiatan.
hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika
siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar
tempat lain di bawah arahan guru
B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 1 (ganjil) tahun pelajaran
2013/2014 dimulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2013.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Bojong Jalan Raya
Bojong Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.
3. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun
Pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 27 orang, yang terdiri dari 13
orang laki-laki dan 14 orang perempuan, dikarenakan siswa tersebut belum
memenuhi target nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah, maka perlu
diadakan penelitian tindakan kelas. Dipilihnya kelas ini yang menjadi
subyek dalam penelitian karena kelas ini termasuk yang menjadi tugas
penulis sebagai guru Matematika dan dari segi prestasi cukup refresentatif
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari hasil observasi penilaian aktivitas siswa dan kinerja
guru pada setiap siklus. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes
tertulis pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan lembar
observasi.
a) Tes tertulis untuk mengukur hasil belajar siswa yang diberikan kepada
siswa pada akhir pelaksanaan siklus.
b) Lembar observasi yang digunakan oleh teman sejawat untuk
mengamati aktivitas siswa maupun kinerja guru saat pembelajaran
dilaksanakan.
c) Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar
siswa dan juga aktivitas kinerja guru selama proses pembelajaran.
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara mengumpulkan data
untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Sedangkan analisa
kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan
penguasaan materi yang akan diajarkan guru.
siklus dianalisis untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran:
1. Análisis kualitatif, digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas:
a. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap
aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat
dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif
pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik
persentase:
NP = X 100 %
Keterangan :
NP = Nilai Persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap
(Sumber Purwanto, 2008: 102)
Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian
dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada
[image:38.595.169.523.651.749.2]tabel 1 dibawah ini
Tabel 1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Nilai Aktivitas (NA) yang diperoleh Kualifikasi
80% ≤ NA ≤ 100% Sangat Aktif
60% ≤ NA ≤ 80% Aktif
40% ≤ NA ≤ 60% Cukup Aktif
20% ≤ NA ≤ 40% Kurang Aktif
0% ≤ NA ≤ 20% Sangat Kurang Aktif
b. Data kinerja guru dalam pembelajaran.
Data kinerja guru diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap
kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran, data tersebut dicatat
dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif
pada lembar observasi kinerja guru dianalisis menggunakan teknik
persentase:
NP = X 100 %
Keterangan :
NP = Nilai Persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap
(Sumber Purwanto, 2008: 41)
Setelah diperoleh persentase hasil kinerja guru, kemudian
dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada
tabel 2 dibawah ini
Tabel 2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru Nilai Aktivitas (NA) yang diperoleh Kualifikasi
80% ≤ NA ≤ 100% Sangat Aktif
60% ≤ NA ≤ 80% Aktif
40% ≤ NA ≤ 60% Cukup Aktif
20% ≤ NA ≤ 40% Kurang Aktif
0% ≤ NA ≤ 20% Sangat Kurang Aktif
(Sumber Purwanto, 2008: 49)
2. Analisis Kuantitatif
a. Data yang didapat berupa data kuantitatif seperti test hasil belajar
S = X 100 %
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor/item yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari test
100 = Bilangan tetap
(Sumber Adaptasi Purwanto, 2008: 112)
b. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus:
Nilai rata-rata kelas (X) = Keterangan :
X = Rata-rata hitung nilai n = Banyaknya siswa
Xi = Nilai Siswa
(Sumber Heryanto,dkk, 2009: 42)
c. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal
menggunakan rumus:
Ketuntasan Klasikal = x 100%
(Sumber Purwanto, 2008: 102)
E. Indikator Keberhasilan
Apabila 75% siswa telah memahami tentang materi tentang
penjumlahkan dan pengurangkan bilangan bulat, dan 75% siswa
Achievement Divisions (STAD), maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
F. Rencana Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas menurut Arikunto (2006: 3) mengemukakan “Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama”. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja
untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal
yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama
antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam
menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Arikunto
(2006: 63) mengemukakan “Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan
peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara
bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang dihadapi guru dan/atau
siswa di sekolah.
Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus
permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti
dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila
diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya
pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya
adalah:
(1) Penetapan fokus permasalahan (2) Perencanaan tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan
(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi) (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6) Perencanaan tindak lanjut (Adlan 2011: 18)
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat
[image:42.595.121.464.342.710.2]dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK
(Adlan 2011: 19)
Permasalahan PerencanaanTindakan - I PelaksanaanTindakan - I
Pengamatan/ Pengumpulan
Data - I SIKLUS - I
Permasalahan baru, hasil
Refleksi
Refleksi - I
Perencanaan Tindakan - II
Pelaksanaan Tindakan - II
Pengamatan/ Pengumpulan
Data - II SIKLUS - II
Refleksi - I Permasalahan
baru, hasil Refleksi
SIKLUS - II
Bila Permasalahan Belum Terselesaikan
Refleksi - II
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan
siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui
keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus
pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk
menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat
berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk
mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil.
Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai
berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan
untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus
sebelumnya
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap
meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan
perbaikan rencana dalam setiap siklus.
a. Tahap Perencanaan 1) Materi
Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran
secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat
lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, dan
lembar jawaban dari kegiatan tersebut.
Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang dengan cara mengurutkan siswa
dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya.
Menentukan skor dasar. Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan
prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD. Selain
itu, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat digunakan
sebagai skor dasar.
b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan
1) Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang akan
dipelajari. Untuk memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran
yang baru.
2) Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit.
Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat memulai dengan
menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk
berkooperatif, menggali pengetahuan prasyarat, dan sebagainya.
3) Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan,
lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar
untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara
anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan
pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban
diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan.
4) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan
dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antar
anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk
melengkapi jawaban kelompok tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan
pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci
jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya
serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.
5) Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan
menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan
cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak
diperkenankan untuk bekerja sama.
6) Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar
skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi
skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual
merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.
7) Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan
individual berdasarkan selisih perolehan skor dasar dengan skor kuis
terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin
perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun sebagai
berikut :
- Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin
- 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
- Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
- Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin
c. Tahap Observasi
1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran
berlangsung.
2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah
disediakan.
d. Tahap Refleksi
Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan
permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan
siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran
siklus sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengembangkan
penelitiannya dengan dua siklus sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan alokasi waktu 4 x 35
menit dengan rincian 3 x 35 menit untuk pertemuan dan 1 x 35 menit
untuk evaluasi dengan indikator mengetahui sifat bilangan, melakukan
operasi tambah dan kurang bilangan bulat, menemukan sifat-sifat
operasi tambah dan kurang pada bilangan bulat, menggunakan
sifat-sifat operasi tambah dan kurang dengan mengaitkannya dalam
kejadian sehari-hari.
a. Perencanaan tindakan siklus I
b. Pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pembelajaran materi pokok
operasi hitung bilangan.
c. Observasi siklus I
d. Refleksi siklus I
2. Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dengan alokasi waktu 3 x 35
menit dengan rincian 2 x 35 menit untuk pertemuan dan 1 x 35 menit
untuk evaluasi dengan indikator melakukan operasi kali dan bagi
bilangan bulat, menemukan sifat-sifat operasi kali dan bagi pada
bilangan bulat, menggunakan sifat-sifat operasi kali dan bagi dengan
mengaitkannya dalam kejadian sehari-hari. Langkah-langkah
perlaksanaan penelitian sebagai berikut:
a. Perencanaan tindakan siklus II
b. Pelaksanaan tindakan siklus II yaitu pembelajaran materi pokok
Operasi Hitung Bilangan.
c. Observasi siklus II
d. Refleksi siklus II
Pada evaluasi hasil tindakan ini peneliti dapat melihat tingkat
keberhasilan dan ketercapaian tujuan tindakan, yaitu untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran STAD sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun
Pelajaran 2013/2014.
2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran
2013/2014.
3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur
2. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan guru bahwa model STAD merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran
matematika.
3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan
hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian visi sekolah.
4. Bagi peneliti berguna menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam
menerapkan model-model pembelajaran khususnya model STAD pada materi
pelajaran sifat-sifat operasi bilangan bulat, dan para peneliti lainnya dapat
DAFTAR PUSTAKA
Aidin Adlan 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia
Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar: Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika diakses tanggal 21 April 2013
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara Nasution S. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta. PT. Bumi Aksara
Purwanto, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta..
Suharsimi Arikunto, Suharjono Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensido Offset
Suryabrata Sumardi. 1984. Metodologi penelitian, Jakarta. PT. Raja Grafindo Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta. PT. Prestasi Pustaka Diknas. 2006.Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas. Wardani, I. G. A. K dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas
Terbuka.
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (empat)/ 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit ( 2 x pertemuan)
Siklus ke : 1 (satu)
Standar Kompetensi
1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung
I. Tujuan Pembelajaran
Melalui penjelasan guru, tanya jawab, penugasan dan diskusi kelompok dalam
bentuk STAD siswa mampu: Mengetahui jenis operasi hitung
Memberikan contoh sehari-hari yang berhubungan dengan operasi hitung
Melakukan penjumlahan dan perkalian dengan nol
Melakukan perkalian dengan satu
II. Materi Pembelajaran
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Penugasan
Diskusi kelompok
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
a) Kegiatan Awal (± 20 Menit)
Menertibkan kelas
Salam pembuka
Absensi
Apersepsi
Guru bertanya kepada siswa tentang sifat komutatif atau disebut
juga sifat pertukaran
Guru mengarahkan jawaban siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran
Pre tes
a) Kegiatan Inti (± 35 Menit)
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran yang
akan dibahas yaitu pecahan dan urutannya.
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembagian kelompok dalam
bentuk STAD, dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 dan 5 orang, dan setiap siswa akan mendapatkan materi yang berbeda,
kemudian siswa yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul
kembali lagi ke kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut
kepada anggota kelompoknya.
Siswa di bagi menjadi 6 kelompok yamg terdiri dari 4 orang.
Setiap siswa di berikan materi yang berbeda yaitu:
Bahan pertama : jenis operasi hitung diberikan kepada ahli satu. Bahan kedua : contoh sehari-hari yang berhubungan dengan operasi
hitung diberikan kepada ahli dua.
Bahan ketiga : penjumlahan dan perkalian dengan nol diberikan
kepada ahli tiga.
Bahan keempat : perkalian dengan satu diberikan kepada ahli
empat.
Setiap siswa yang mendapatkan materi yang sama berkumpul menjadi satu
untuk memahami materi tersebut.
Selanjutnya siswa kembali ke kelompok asalnya.
Setiap siswa menjelaskan materi yang mereka dapat kepada anggotanya
masing-masing.
Siswa bersama guru mengadakan tanya jawab.
b) Kegiatan Akhir (± 15 Menit)
Guru bersama siswa membuat kesimpulan
Post tes
V. Media dan Sumber Belajar
Chart : Operasi hitung bilangan
VI.Penilaian
Penilaian hasil
Bojong, 18 September 2013
Observer Mahasiswa
ISMI ROSNAYATI, S.Pd.I SUNAIDAH
NIP 19730717 200604 2 003 NPM 1113137032
Mengetahui
Kepala SDN 3 Bojong
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (empat)/ 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit ( 2 x pertemuan)
Siklus ke : 1 (Satu)
Standar Kompetensi
1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung
Indikator
Operasi Hitung Bilangan
I. Tujuan Pembelajaran
Melaui penjelasan guru, tanya jawab, penugasan dan diskusi kelompok dalam
bentuk STAD siswa mampu:
Melakukan perkalian dua angka dengan angka sebelas
Melakukan penjumlahan dan perkalian tiga bilangan berurutan
Mengidentifikasi sifat penyebaran dalam perhitungan
II. Materi Pembelajaran
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Penugasan
Diskusi kelompok
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
a) Kegiatan Awal (± 20 Menit)
Menertibkan kelas
Salam pembuka
Absensi
Apersepsi
Guru bersama siswa menyanyikan lagu yang berjudul ”Mari Berhitung”
Ayo kawan kita semua
Bersama-sama belajar pecahan
Ayo jumlahkan, ayo kurangkan
Lalu tulis jawabannya
Hitung-hitung mari kita semua
Bersama-sama belajar hitung
Pre tes
b) Kegiatan Inti (± 35 Menit)
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran yang
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembagian kelompok dalam
bentuk STAD, dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 orang, dan setiap siswa akan mendapatkan materi yang berbeda,
kemudian siswa yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul
menjadi satu untuk membahas materi tersebut, setelah itu siswa akan
kembali lagi ke kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut
kepada anggota kelompoknya.
Siswa di bagi menjadi 6 kelompok yamg terdiri dari 4 orang.
Setiap siswa di berikan materi yang berbeda yaitu:
Bahan pertama : penjumlahan dan perkalian tiga bilangan bulat
diberikan kepada ahli satu.
Bahan kedua : perkalian dua angka dengan angka sebelas diberikan
kepada ahli dua.
Bahan ketiga : penjumlahan dan perkalian tiga bilangan berurutan
diberikan kepada ahli tiga.
Bahan keempat : sifat penyebaran dalam perhitungan diberikan
kepada ahli empat.
Setiap siswa yang mendapatkan materi yang sama berkumpul menjadi satu
untuk memahami materi tersebut.
Selanjutnya siswa kembali ke kelompok asalnya.
Setiap siswa menjelaskan materi yang mereka dapat kepada anggotanya
masing-masing.
c) Kegiatan Akhir (± 15 Menit)
Guru bersama siswa membuat kesimpulan
Post tes
V.Media dan Sumber Belajar
Chart : gambar-gambar pecahan
Sumber belajar: Matematika 4, penerbit Erlangga
VI.Penilaian
Penilaian hasil
Bojong, 25 September 2013
Observer Mahasiswa
ISMI ROSNAYATI, S.Pd.I SUNAIDAH
NIP 19730717 200604 2 003 NPM 1113137032
Mengetahui
Kepala SDN 3 Bojong
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (empat)/ 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit ( 2 x pertemuan)
Siklus ke : 3 (dua)
Standar Kompetensi
1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
1.2. Mengurutkan bilangan
I. Tujuan Pembelajaran
Melaui penjelasan guru, tanya jawab, penugasan dan diskusi kelompok dalam
bentuk STAD siswa mampu:
Menulis lambang bilangan sesuai dengan nilai tempat
Membandingkan dua bilangan yang melibatkan nilai tempat
Mengurutkan nilai bilangan dari yang terkecil atau terbesar
II. Materi Pembelajaran
Operasi Hitung Bilangan MengurutkanBilangan
- Mengurutkan bilangan dari bilangan yang paling kecil 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Penugasan
Diskusi kelompok
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
a)Kegiatan Awal (± 20 Menit)
Menertibkan kelas
Salam pembuka
Absensi
Apersepsi
Guru bersama siswa menyanyikan lagu yang berjudul ”Mari Berhitung”
Ayo kawan kita semua
Bersama-sama belajar pecahan
Ayo jumlahkan, ayo kurangkan
Lalu tulis jawabannya
Hitung-hitung mari kita semua
Bersama-sama belajar hitung
Pre tes
b) Kegiatan Inti (± 35 Menit)
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran yang
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembagian kelompokdalam
bentu STAD, dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 orang, dan setiap siswa akan mendapatkan materi yang berbeda, kemudian
siswa yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul menjadi satu
untuk membahas materi tersebut, setelah itu siswa akan kembali lagi ke
kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut kepada anggota
kelompoknya.
Siswa di bagi menjadi 6 kelompok yamg terdiri dari 4 orang.
Setiap siswa di berikan materi yang berbeda yaitu:
Bahan pertama : menulis nama dan bilangan diberikan kepada ahli
satu.
Bahan kedua : menulis bentuk panjang sua