• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV

SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SUNAIDAH

Penelitian ini berawal dari rendahnya perolehan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus-siklus tindakan, yang berlangsung sebanyak 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi untuk data aktivitas belajar dan tes untuk hasil belajar. Teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran 2013/2014.

(3)
(4)
(5)
(6)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 3

C. Rumuasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian. ... 4

E. Manfaat Penelitian. ... 4

F. Ruang Lingkup. ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions. ... 8

1. Pengertian Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions. ... 8

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division... 11

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. ... 14

2. Tujuan Model Kooperatif. ... 15

3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif. ... 16

4. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif. ... 16

C. Belajar. ... 17

1. Belajar. ... 19

2. Aktivitas Belajar. ... 19

3. Hasil Belajar. ... 21

4. Matematika. ... 23

a. Pengertian Matematika. ... 23

b. Pembelajatan Matematika di SD... 24

c. Tujuan Matematika. ... 25

E. Hipotesis Tindakan. ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. ... 28

B. Setting Penelitian. ... 29

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Teknik Analisis Data. ... 30

E. Indikator Keberhasilan ... 33

(7)

A. Prosedur Penelitian. ... 41

B. Hasil Penelitian. ... 42

1. Pelaksanaan Siklus I. ... 44

2. Pelaksanaan Siklus II. ... 55

3. Pelaksanaan Siklus III. ... 68

C. Pembahasan . ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 88

B. Saran ... 89

(8)

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang

teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa

depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik

dari Sekolah Dasar, untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja

sama. Kemampuan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki PBM diantaranya

mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain

kajian seorang guru agar bisa diterima siswa yang nantinya akan menciptakan

suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bisa menerima

(9)

pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil

belajarpun akan meningkat.

Perhatian terhadap pembelajaran matematika tidak hanya sekedarnya

karena matematika merupakan mata pelajaran yang masih dianggap sulit,

menakutkan dan bahkan tidak jarang seorang siswa drop out karena takut

dengan pelajaran matematika. Hal ini karena mata pelajaran matematika

banyak memiliki objek yang abstrak dan dibangun melalui proses pelajaran

menalar deduktif, yaitu suatu kebenaraan yang diperoleh melalui akibat ynag

logis.

Kurangnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar

telah lama menjadi bahan pikiran setiap guru kelas di sekolah dasar, hal ini

terlihat bahwa pada umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang

bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran.

Kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh

dalam proses belajar mengajar, karena akan mengakibatkan suasana kelas

kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa kurang, serta

antara siswa dengan siswa tidak terjadi, sehingga siswa cenderung bersikap

pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada akhirnya hasil

belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKM yang telah

ditetapkan. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian

terhadap siswa terhadap mekanisme belajar mengajar yaitu dengan

(10)

Bilangan pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong dengan Model Student Teams Achievement Divisions (STAD).

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa

kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu

tertarik dengan pelajaran Matematika, karena selama ini pelajaran

matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan bersifat klasik.

Dikatakan proses pembelajaran bersifat klasik karena, peserta didik di buat

pasif, mereka duduk dan mendengarkan ceramah guru, lalu mencatat materi

pelajaran dan mengerjakan latihan atau tugas yang diperintah guru.

Sebaliknya guru mendominasi proses pembelajaran dengan metode ceramah

tanpa divariasikan dengan berbagai metode dan pendekatan yang lebih tepat

dengan sifat dan karakteristik siswa maupun mata pelajaran yang diajarkan

sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar siswa di kelas IV SD Negeri

3 Bojong Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur pada pelajaran

Matematika.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti bersama dengan

guru mempertimbangkan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu

Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), karena melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan akan lebih mendalami pengetahuan

dan menyadari pengalaman belajar.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan

suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul

(11)

Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada,

yaitu:

1. Rendah aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong

Lampung Timur.

2. Rendah hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong

Lampung Timur, hanya 6 siswa yang telah tuntas dan 21 siswa yang belum

mencapai KKM 5,0.

3. Kurangnya minat belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong

Lampung Timur.

4. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan

rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model

STAD bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran

(12)

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model

STAD bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran

2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui Model STAD bagi

siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui Model STAD bagi siswa

kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model STAD dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

matematika kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Apabila pembelajaran model STAD ini dapat dirasakan manfaat dan

kebenarannya dalam menyelesaikan suatu masalah, maka guru, para

tenaga pendidik, kepala sekolah, dan para peneliti lainnya dapat

(13)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa yaitu :

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung

Timur.

b. Bagi Guru yaitu :

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan guru bahwa model STAD merupakan salah satu model

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat

diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata

pelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah yaitu :

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil

belajar siswa, dan sebagai pencapaian visi Sekolah.

d. Bagi Peneliti

menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan

model-model pembelajaran khususnya model STAD pada mata

pelajaran matematika.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam penelitian ruang lingkup

penelitian sebagai berikut:

a. Aktivitas belajar adalah kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran

(14)

Memperhatikan penjelasan guru, (3) Mengerjakan LKS atau tugas, (4)

Siswa bertanya, (5) Bisa menjawab pertanyaan.

b. Hasil Belajar adalah kemampuan siswa yang digambarkan oleh nilai

yang dicapai siswa pada mata pelajaran matematika, nilai tes diperoleh

setelah pembelajaran pada setiap akhir siklus.

c. Pembelajaran tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa

belajar dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang yang

(15)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) 1. Pengertian Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions

(STAD)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student teams achievement divisions). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman- temannya di Universitas John Hopkin.STAD merupakan

pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dalam

pelaksanaannya siswa dikelompokkan ke dalam 4- 5 orang tiap

kelompoknya.Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki- laki dan

perempuan, berasal dari berbagai, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk

memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu

atau dua minggu siswa diberi kuis.Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan

dengan skor dasar untuk menentukan skor peningkatan individu dan skor

kelompok. Ada lima komponen utama dalam dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student teams achievement divisions) yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan

penghargaan kelompok.Dalam laporan ini penulis mengambil salah satu

(16)

Teknik mengajar STAD dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai

metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam

teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman

siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran

menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama

siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan

untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran STAD adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends 1997:

111).

STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam

pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru

mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga

merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

STAD didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus

siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota

(17)

dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk

mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 1994: 2ι).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama

bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang

topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian

siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada

anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari

sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran STAD, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga

yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.

Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok

asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami

topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan

topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:

1. Penyajian kelas.

2. Belajar kelompok.

3. Kuis.

4. Skor Perkembangan.

(18)

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe

StudentTeams Achievement Division (STAD). 1. Penyajian kelas

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi

pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.

Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan

terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian

materi pelajaran.

a) Pembukaan

1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan

mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan

demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata,

atau cara lain.

2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk

menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada

pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan

(19)

b) Pengembangan

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajari siswa dalam kelompok.

2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah

memahami makna bukan hapalan.

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan.

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau

salah.

5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok

masalahnya.

c) Latihan Terbimbing

1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang

diberikan.

2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan

soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri

sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.

Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan

langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah

(20)

untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat

digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk

mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif,

guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah,

mereview konsep atau menjawab pertanyaan.

Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka

bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.

3) Bagikan lembar kegiatan siswa.

4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau

satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari.

Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus

mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya.

Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu

kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan

dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan

kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan

dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai

mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai

(21)

untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi

siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan

teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam

kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya

bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya

untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan

sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk

menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam

kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan

disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

4. Penghargaan Kelompok

Langkah yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung

nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat

atau penghargaan kelompok yang lain.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28),

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

(22)

pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan

sosial yang bermuatan akademik.

Slavin (dalam Isjoni, 2011: 1η) menyatakan bahwa “pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan

bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”.

Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan

kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu

siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan pada mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan

pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan

pembelajaran yang efektif.

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini

(200θ: 4) adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat

menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan

keterampilan sosial”. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: ηι)

menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan

(23)

Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa

bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat

memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan

kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan

pemecahan masalah. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah

untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan

memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Tujuan

model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan aktivitas

belajar dan hasil belajar siswa.

3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam

pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

b) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.

c) Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.

d) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok

4. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai berikut:

a) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

(24)

c) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu

Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan pada model

pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama

dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa

dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan

pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya.

C. Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984: 252) belajar

merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian

menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang

ditimbulkan oleh lainnya.

Menurut WJS.Purwadarminta (2002: 12) belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut james O. Whittaker

(Djamarah, Syaiful Bahri, 1999: 21) Belajar adalah Proses dimana tingkah

laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut R.

Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, 1999: 22) Belajar adalah suatu proses

untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan

(25)

Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun

nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau

dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki

keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu.

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia

didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis

sampai aktualisasi diri.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.

(26)

6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.

7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

8. Untuk mengisi waktu luang.

Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk

memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi

penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan

baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat,

apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus

memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.

1. Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan/keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai

suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas

merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus

dihubungkan. Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Selanjutnya Sardiman (1994:

24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia

dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep

ataupun teori”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

(27)

dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak

terciptanya situasi belajar aktif.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para

ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101)

membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang

digolongkan ke dalam 8 langkah:

1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, seperti: menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.

7. Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan,

bergairah, berani, tenang dan gugup.

Mengerjakan matematika mengandung makna aktivitas guru

mengatur kelas sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif

sehingga siswa dapat belajar metematika. Aktifnya siswa selama proses

belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau

motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila

ditemukan ciri – ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau

siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu

(28)

Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu

segi proses dan dari segi hasil.

Menurut Hamalik (2001: 2κ), belajar adalah “Suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah

laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan

sikap. Sedangkan, Sardiman (2004: 22) menyatakan: “Belajar merupakan

suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang

mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan

siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan

di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

2. Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2001: 159) bahwa hasil belajar menunjukkan

kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator

adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006: 36)

hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan

biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan

menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36) hasil belajar adalah hasil yang

ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan

(29)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses

pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru

setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Menurut Sudjana, (2004: 22) Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga

macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).

Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh

siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni

faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004:

39). Berdasarkan pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri

siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga faktor dari

luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas

pembelajaran (Sudjana, 2004: 39)

(30)

Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi

oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal

(internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian

hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya

usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk

penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai

aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian

terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam

berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan

tingkah laku secara kuantitatif.

3. Matematika

1. Pengertian Matematika

Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno μά μα

(máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian

matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya

adalah μα ματ ός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. Secara khusus, di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.

Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa Inggris, seperti juga

(31)

berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μα ματ ά (ta

mathēmatiká), yang dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya berarti

"segala hal yang matematis".[9] Tetapi, di dalam bahasa Inggris, kata benda mathematics mengambil bentuk tunggal bila dipakai sebagai kata kerja. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat

sebagai math di Amerika Utara dan maths di tempat lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika)

Suatu hasil interaksi manusia dengan lingkungan adalah

munculnya konsep matematika. Konsep-konsep matematika merupakan

hasil abstraksi ide-ide yang diperoleh manusia dari hasil pengamatan

alam semesta. Secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika adalah

ilmu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkis sehingga konsep-konsep matematika saling bertoleransi

dan konsep-konsep ini berdasarkan pada konsep-konsep yang telah ada

pada ide-ide sebelumnya.

2. Pembelajaran Matematika di SD

Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak

dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu

perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar

khususnya pada mata pelajaran matematika. Tidak terdapat definisi

matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua pakar matematika.

Definisi-definisi yang muncul tentang matematika tergantung pada tujuan

(32)

karakteristik matematika yang membedakan dari ilmu pengetahuan yang

lain, antara lain:

b. Memiliki objek kajian abstrak

c. Bertumpu pada kesepakatan

d. Berpola pikir dedukatif

e. Memiliki simbol yang kosong dari arti

f. Memperhatikan semesta pembicaraan

g. Kosisten dalam sistemnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur

matematika tersusun atas pertanyaan atau aksioma, definisi dan

pengertian bukan pangkal atau teorema. Memperhatikan kekhasan

matematika tersebut maka dalam mempelajari konsep matematika tidak

dapat hanya semata-mata menghafal definisi, aksioma dan lain-lain,

namn ditekankan kepada kemampuan mencerna, mengolah kembali

konsep-konsep matematika ini menjadi alat pengolah atau penyelesaian

masalah.

3. Tujuan Belajar Matematika

Untuk memenuhi kebutuhan akan belajar, masyarakat

menyelenggarakan sekolah sebagai tempat pendidikan dan pengajaran.

Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar

tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku.

Pengajaran menunjukan suatu yang mengandung terjadi proses

(33)

sedang belajar. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membantu

anak menjadi orang dewasa mandiri dalam kehidupan bermasyarakat.

Orang yang dewasa adalah orang yang tahu akan dirinya apa adanya dan

dapat mempergunakan kemampuannya secara penuh.

Matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan, tujuan dari

pembelajaran matematika ini adalah menanamkan daya nalar. Sedangkan

pangkal dari tujuan belajar matematika adalah keterampilan memecahkan

masalah. Tujuan pembelajaran matematika menjadi tujuan yang bersifat

formal dan material. Tujuan yang bersifat formal lebih menekankan

kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan

yang bersifat material lebih menerapkan kepada kemampuan menerapkan

matematika dan keterampilan matematika.

Tujuan belajar dikatakan tercapai apabila telah terjadi transfer

belajar. Transfer belajar berarti pemindahan hasil belajar dari mata

pelajaran yang satu kemata pelajaran yang lain atau ke kehidupan di luar

sekolah. Kemampuan mentrasfer ini dapat kita lihat pada saat peserta

didik mempraktekkan keterampilannya ke berbagai situasi atau masalah.

Segala usaha dikerahkan agar peserta didik berhasil menguasai

pengetahuandan keterampilan matematika untuk dapat memecahkan

masalah-masalah baik di matematika itu sendiri maupun di ilmu yang

lain. Bila usaha ini berhasil, dikatakan transfer belajar tercapai. Dengan

demikian, transfer belajar berkenaan dengan adanya konsep atau teorema

(34)

konsep dan teorema ini dapat dipergunakan untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa proses belajar mengajar Matematika merupakan

suatu proses belajar yang dilakukan dengan sadar dan terarah dimana

individu belajar dengan tujuan untuk melatih cara berfikir dan bernalar

serta melatih kemampuan memecahkan masalah.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

oleh peneliti sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran matematika

menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang

lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk., 2007: 13). Menurut

Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK)

adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas

atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Aidin Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi

dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata

tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.

Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu

rangkaian siklus kegiatan.

(36)

hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika

siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar

tempat lain di bawah arahan guru

B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 (ganjil) tahun pelajaran

2013/2014 dimulai dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2013.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Bojong Jalan Raya

Bojong Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

3. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun

Pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 27 orang, yang terdiri dari 13

orang laki-laki dan 14 orang perempuan, dikarenakan siswa tersebut belum

memenuhi target nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah, maka perlu

diadakan penelitian tindakan kelas. Dipilihnya kelas ini yang menjadi

subyek dalam penelitian karena kelas ini termasuk yang menjadi tugas

penulis sebagai guru Matematika dan dari segi prestasi cukup refresentatif

(37)

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data

kualitatif diperoleh dari hasil observasi penilaian aktivitas siswa dan kinerja

guru pada setiap siklus. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes

tertulis pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan lembar

observasi.

a) Tes tertulis untuk mengukur hasil belajar siswa yang diberikan kepada

siswa pada akhir pelaksanaan siklus.

b) Lembar observasi yang digunakan oleh teman sejawat untuk

mengamati aktivitas siswa maupun kinerja guru saat pembelajaran

dilaksanakan.

c) Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar

siswa dan juga aktivitas kinerja guru selama proses pembelajaran.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara mengumpulkan data

untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Sedangkan analisa

kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan

penguasaan materi yang akan diajarkan guru.

(38)

siklus dianalisis untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan

pembelajaran:

1. Análisis kualitatif, digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas:

a. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap

aktivitas siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat

dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif

pada lembar observasi kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik

persentase:

NP = X 100 %

Keterangan :

NP = Nilai Persen yang dicari atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati

100 = Bilangan tetap

(Sumber Purwanto, 2008: 102)

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian

dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada

[image:38.595.169.523.651.749.2]

tabel 1 dibawah ini

Tabel 1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Nilai Aktivitas (NA) yang diperoleh Kualifikasi

80% ≤ NA ≤ 100% Sangat Aktif

60% ≤ NA ≤ 80% Aktif

40% ≤ NA ≤ 60% Cukup Aktif

20% ≤ NA ≤ 40% Kurang Aktif

0% ≤ NA ≤ 20% Sangat Kurang Aktif

(39)

b. Data kinerja guru dalam pembelajaran.

Data kinerja guru diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap

kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran, data tersebut dicatat

dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa. Data kualitatif

pada lembar observasi kinerja guru dianalisis menggunakan teknik

persentase:

NP = X 100 %

Keterangan :

NP = Nilai Persen yang dicari atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati

100 = Bilangan tetap

(Sumber Purwanto, 2008: 41)

Setelah diperoleh persentase hasil kinerja guru, kemudian

dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada

tabel 2 dibawah ini

Tabel 2. Kualifikasi Hasil Observasi Kinerja Guru Nilai Aktivitas (NA) yang diperoleh Kualifikasi

80% ≤ NA ≤ 100% Sangat Aktif

60% ≤ NA ≤ 80% Aktif

40% ≤ NA ≤ 60% Cukup Aktif

20% ≤ NA ≤ 40% Kurang Aktif

0% ≤ NA ≤ 20% Sangat Kurang Aktif

(Sumber Purwanto, 2008: 49)

2. Analisis Kuantitatif

a. Data yang didapat berupa data kuantitatif seperti test hasil belajar

(40)

S = X 100 %

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar

N = Skor maksimum dari test

100 = Bilangan tetap

(Sumber Adaptasi Purwanto, 2008: 112)

b. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus:

Nilai rata-rata kelas (X) = Keterangan :

X = Rata-rata hitung nilai n = Banyaknya siswa

Xi = Nilai Siswa

(Sumber Heryanto,dkk, 2009: 42)

c. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

menggunakan rumus:

Ketuntasan Klasikal = x 100%

(Sumber Purwanto, 2008: 102)

E. Indikator Keberhasilan

Apabila 75% siswa telah memahami tentang materi tentang

penjumlahkan dan pengurangkan bilangan bulat, dan 75% siswa

(41)

Achievement Divisions (STAD), maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.

F. Rencana Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas menurut Arikunto (2006: 3) mengemukakan “Penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama”. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja

untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal

yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama

antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam

menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Arikunto

(2006: 63) mengemukakan “Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan

peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara

bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang dihadapi guru dan/atau

siswa di sekolah.

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus

permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti

dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila

diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya

(42)

pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya

adalah:

(1) Penetapan fokus permasalahan (2) Perencanaan tindakan

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi) (5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut (Adlan 2011: 18)

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat

[image:42.595.121.464.342.710.2]

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK

(Adlan 2011: 19)

Permasalahan PerencanaanTindakan - I PelaksanaanTindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

(43)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan

siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui

keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus

pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk

menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat

berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk

mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil.

Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai

berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan

untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus

sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian

tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap

meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan

perbaikan rencana dalam setiap siklus.

a. Tahap Perencanaan 1) Materi

Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran

secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat

lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, dan

lembar jawaban dari kegiatan tersebut.

(44)

Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang dengan cara mengurutkan siswa

dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya.

Menentukan skor dasar. Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan

prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD. Selain

itu, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat digunakan

sebagai skor dasar.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

1) Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang akan

dipelajari. Untuk memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran

yang baru.

2) Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit.

Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat memulai dengan

menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk

berkooperatif, menggali pengetahuan prasyarat, dan sebagainya.

3) Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan,

lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar

untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara

anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan

pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban

diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan.

4) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan

(45)

dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antar

anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk

melengkapi jawaban kelompok tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan

pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci

jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya

serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.

5) Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan

menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan

cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak

diperkenankan untuk bekerja sama.

6) Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar

skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi

skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual

merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

7) Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan

individual berdasarkan selisih perolehan skor dasar dengan skor kuis

terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin

perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun sebagai

berikut :

- Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin

- 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

- Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin

(46)

- Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran

berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah

disediakan.

d. Tahap Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan

permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan

siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran

siklus sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mengembangkan

penelitiannya dengan dua siklus sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan alokasi waktu 4 x 35

menit dengan rincian 3 x 35 menit untuk pertemuan dan 1 x 35 menit

untuk evaluasi dengan indikator mengetahui sifat bilangan, melakukan

operasi tambah dan kurang bilangan bulat, menemukan sifat-sifat

operasi tambah dan kurang pada bilangan bulat, menggunakan

sifat-sifat operasi tambah dan kurang dengan mengaitkannya dalam

kejadian sehari-hari.

(47)

a. Perencanaan tindakan siklus I

b. Pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pembelajaran materi pokok

operasi hitung bilangan.

c. Observasi siklus I

d. Refleksi siklus I

2. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dengan alokasi waktu 3 x 35

menit dengan rincian 2 x 35 menit untuk pertemuan dan 1 x 35 menit

untuk evaluasi dengan indikator melakukan operasi kali dan bagi

bilangan bulat, menemukan sifat-sifat operasi kali dan bagi pada

bilangan bulat, menggunakan sifat-sifat operasi kali dan bagi dengan

mengaitkannya dalam kejadian sehari-hari. Langkah-langkah

perlaksanaan penelitian sebagai berikut:

a. Perencanaan tindakan siklus II

b. Pelaksanaan tindakan siklus II yaitu pembelajaran materi pokok

Operasi Hitung Bilangan.

c. Observasi siklus II

d. Refleksi siklus II

Pada evaluasi hasil tindakan ini peneliti dapat melihat tingkat

keberhasilan dan ketercapaian tujuan tindakan, yaitu untuk

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran STAD sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan

aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun

Pelajaran 2013/2014.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong Tahun Pelajaran

2013/2014.

3. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Bojong

(49)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan

saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri 3 Bojong Lampung Timur

2. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan guru bahwa model STAD merupakan salah satu model

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat

diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran

matematika.

3. Bagi Sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan

hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian visi sekolah.

4. Bagi peneliti berguna menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam

menerapkan model-model pembelajaran khususnya model STAD pada materi

pelajaran sifat-sifat operasi bilangan bulat, dan para peneliti lainnya dapat

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika diakses tanggal 21 April 2013

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara Nasution S. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta. PT. Bumi Aksara

Purwanto, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta..

Suharsimi Arikunto, Suharjono Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensido Offset

Suryabrata Sumardi. 1984. Metodologi penelitian, Jakarta. PT. Raja Grafindo Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta. PT. Prestasi Pustaka Diknas. 2006.Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas. Wardani, I. G. A. K dkk. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas

Terbuka.

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV (empat)/ 1 (Satu)

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit ( 2 x pertemuan)

Siklus ke : 1 (satu)

Standar Kompetensi

1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam

pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung

I. Tujuan Pembelajaran

Melalui penjelasan guru, tanya jawab, penugasan dan diskusi kelompok dalam

bentuk STAD siswa mampu: Mengetahui jenis operasi hitung

Memberikan contoh sehari-hari yang berhubungan dengan operasi hitung

Melakukan penjumlahan dan perkalian dengan nol

Melakukan perkalian dengan satu

II. Materi Pembelajaran

(61)

III.Metode Pembelajaran

Ceramah

Tanya jawab

Penugasan

Diskusi kelompok

IV.Langkah-Langkah Pembelajaran

a) Kegiatan Awal (± 20 Menit)

Menertibkan kelas

Salam pembuka

Absensi

Apersepsi

Guru bertanya kepada siswa tentang sifat komutatif atau disebut

juga sifat pertukaran

Guru mengarahkan jawaban siswa dan menyampaikan tujuan

pembelajaran

Pre tes

a) Kegiatan Inti (± 35 Menit)

Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran yang

akan dibahas yaitu pecahan dan urutannya.

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembagian kelompok dalam

bentuk STAD, dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 dan 5 orang, dan setiap siswa akan mendapatkan materi yang berbeda,

kemudian siswa yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul

(62)

kembali lagi ke kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut

kepada anggota kelompoknya.

Siswa di bagi menjadi 6 kelompok yamg terdiri dari 4 orang.

Setiap siswa di berikan materi yang berbeda yaitu:

Bahan pertama : jenis operasi hitung diberikan kepada ahli satu. Bahan kedua : contoh sehari-hari yang berhubungan dengan operasi

hitung diberikan kepada ahli dua.

Bahan ketiga : penjumlahan dan perkalian dengan nol diberikan

kepada ahli tiga.

Bahan keempat : perkalian dengan satu diberikan kepada ahli

empat.

Setiap siswa yang mendapatkan materi yang sama berkumpul menjadi satu

untuk memahami materi tersebut.

Selanjutnya siswa kembali ke kelompok asalnya.

Setiap siswa menjelaskan materi yang mereka dapat kepada anggotanya

masing-masing.

Siswa bersama guru mengadakan tanya jawab.

b) Kegiatan Akhir (± 15 Menit)

Guru bersama siswa membuat kesimpulan

Post tes

V. Media dan Sumber Belajar

Chart : Operasi hitung bilangan

(63)

VI.Penilaian

Penilaian hasil

Bojong, 18 September 2013

Observer Mahasiswa

ISMI ROSNAYATI, S.Pd.I SUNAIDAH

NIP 19730717 200604 2 003 NPM 1113137032

Mengetahui

Kepala SDN 3 Bojong

(64)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV (empat)/ 1 (Satu)

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit ( 2 x pertemuan)

Siklus ke : 1 (Satu)

Standar Kompetensi

1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam

pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung

Indikator

Operasi Hitung Bilangan

I. Tujuan Pembelajaran

Melaui penjelasan guru, tanya jawab, penugasan dan diskusi kelompok dalam

bentuk STAD siswa mampu:

Melakukan perkalian dua angka dengan angka sebelas

Melakukan penjumlahan dan perkalian tiga bilangan berurutan

Mengidentifikasi sifat penyebaran dalam perhitungan

II. Materi Pembelajaran

(65)

III.Metode Pembelajaran

Ceramah

Tanya jawab

Penugasan

Diskusi kelompok

IV.Langkah-Langkah Pembelajaran

a) Kegiatan Awal (± 20 Menit)

Menertibkan kelas

Salam pembuka

Absensi

Apersepsi

 Guru bersama siswa menyanyikan lagu yang berjudul ”Mari Berhitung”

Ayo kawan kita semua

Bersama-sama belajar pecahan

Ayo jumlahkan, ayo kurangkan

Lalu tulis jawabannya

Hitung-hitung mari kita semua

Bersama-sama belajar hitung

 Pre tes

b) Kegiatan Inti (± 35 Menit)

Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran yang

(66)

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembagian kelompok dalam

bentuk STAD, dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 orang, dan setiap siswa akan mendapatkan materi yang berbeda,

kemudian siswa yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul

menjadi satu untuk membahas materi tersebut, setelah itu siswa akan

kembali lagi ke kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut

kepada anggota kelompoknya.

Siswa di bagi menjadi 6 kelompok yamg terdiri dari 4 orang.

Setiap siswa di berikan materi yang berbeda yaitu:

Bahan pertama : penjumlahan dan perkalian tiga bilangan bulat

diberikan kepada ahli satu.

Bahan kedua : perkalian dua angka dengan angka sebelas diberikan

kepada ahli dua.

Bahan ketiga : penjumlahan dan perkalian tiga bilangan berurutan

diberikan kepada ahli tiga.

Bahan keempat : sifat penyebaran dalam perhitungan diberikan

kepada ahli empat.

Setiap siswa yang mendapatkan materi yang sama berkumpul menjadi satu

untuk memahami materi tersebut.

Selanjutnya siswa kembali ke kelompok asalnya.

Setiap siswa menjelaskan materi yang mereka dapat kepada anggotanya

masing-masing.

(67)

c) Kegiatan Akhir (± 15 Menit)

Guru bersama siswa membuat kesimpulan

Post tes

V.Media dan Sumber Belajar

Chart : gambar-gambar pecahan

Sumber belajar: Matematika 4, penerbit Erlangga

VI.Penilaian

Penilaian hasil

Bojong, 25 September 2013

Observer Mahasiswa

ISMI ROSNAYATI, S.Pd.I SUNAIDAH

NIP 19730717 200604 2 003 NPM 1113137032

Mengetahui

Kepala SDN 3 Bojong

(68)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV (empat)/ 1 (Satu)

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit ( 2 x pertemuan)

Siklus ke : 3 (dua)

Standar Kompetensi

1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam

pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

1.2. Mengurutkan bilangan

I. Tujuan Pembelajaran

Melaui penjelasan guru, tanya jawab, penugasan dan diskusi kelompok dalam

bentuk STAD siswa mampu:

Menulis lambang bilangan sesuai dengan nilai tempat

Membandingkan dua bilangan yang melibatkan nilai tempat

Mengurutkan nilai bilangan dari yang terkecil atau terbesar

II. Materi Pembelajaran

Operasi Hitung Bilangan  MengurutkanBilangan

- Mengurutkan bilangan dari bilangan yang paling kecil 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

(69)

III.Metode Pembelajaran

Ceramah

Tanya jawab

Penugasan

Diskusi kelompok

IV.Langkah-Langkah Pembelajaran

a)Kegiatan Awal (± 20 Menit)

Menertibkan kelas

Salam pembuka

Absensi

Apersepsi

Guru bersama siswa menyanyikan lagu yang berjudul ”Mari Berhitung”

Ayo kawan kita semua

Bersama-sama belajar pecahan

Ayo jumlahkan, ayo kurangkan

Lalu tulis jawabannya

Hitung-hitung mari kita semua

Bersama-sama belajar hitung

Pre tes

b) Kegiatan Inti (± 35 Menit)

Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran yang

(70)

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembagian kelompokdalam

bentu STAD, dimana siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 orang, dan setiap siswa akan mendapatkan materi yang berbeda, kemudian

siswa yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul menjadi satu

untuk membahas materi tersebut, setelah itu siswa akan kembali lagi ke

kelompok asalnya untuk menjelaskan materi tersebut kepada anggota

kelompoknya.

Siswa di bagi menjadi 6 kelompok yamg terdiri dari 4 orang.

Setiap siswa di berikan materi yang berbeda yaitu:

Bahan pertama : menulis nama dan bilangan diberikan kepada ahli

satu.

Bahan kedua : menulis bentuk panjang sua

Gambar

Tabel 1. Kualifikasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Gambar 1.  Siklus Kegiatan PTK

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi yang dirancang baik dari aspek pasar, aspek hukum, aspek sosial budaya, aspek manajemen, aspek finansial maupun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Project Based Learning berbantu Instagram terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 8

Sedangkan kausalitas Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Hutang Luar Negeri (HLN) nilai Error Correction Term (ECT) model 2 sebesar 0.434919, sehingga model ECM02 yang dipakai dalam

Sebuah Tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Ubaidilla

Dari hasil penelitihan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan yang signifikan antara manajemen kelas dengan tingkat prestasi belajar siswa pada mata

Penelitian ini merupakan penelitian langsung untuk memperoleh informasi tentang peranan pameran nasional Java Expo dalam dunia kepariwisataan di Kota Surakarta, yang disusun

[r]

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak