• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV (High Conservation Value) di perkebunan kelapa sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV (High Conservation Value) di perkebunan kelapa sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

DI

KABUPATEN

(

Studi Kasus di PT

KONSERVASI SU

INSTI

I PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

TEN KETAPANG, KALIMANTAN BA

PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Grah

PT Lanang Agro Bersatu

)

OMAN NURROHMAN

DEPARTEMEN

SI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOW

FAKULTAS KEHUTANAN

NSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

BARAT

aha Permai dan

(2)

Oman Nurrohman. E34070113. Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu. Dibawah Bimbingan: (1) Siswoyo dan (2) Ervizal A.M. Zuhud

Berdasarkan hasil kajian High Conservation Value (HCV) yang telah dilakukan oleh Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c) di PT Agro Lestari Mandiri (PT ALM), PT Kencana Graha Permai (PT KGP) dan PT Lanang Agro Bersatu (PT LAB) Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, ditemukan jumlah jenis tumbuhan berturut-turut sebanyak 278, 180 dan 300 jenis. Namun data dan informasi mengenai potensi tumbuhan berguna belum diketahui. Data dan informasi tentang potensi tumbuhan berguna yang dibutuhkan sebagai dasar pengelolaan dalam upaya pelestarian tumbuhan berguna belum tersedia, sehingga perlu dilakukan penelitian ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Juni 2011. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi dan studi pustaka, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Data yang dikumpulkan adalah foto atau gambar spesies tumbuhan berguna. Sedangkan untuk identifikasi spesies tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi : nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, bagian yang digunakan, ekologi, serta teknik budidaya. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Zuhud et.al. (1994), Zuhud et.al. (2003), PROSEA (1992), dan Rudjiman et.al. (2003).

Jenis tumbuhan berguna yang ditemukan pada areal studi dapat dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegunaan, yaitu: obat (PT ALM: 103 species, PT KGP: 85 species dan PT LAB: 137 spesies), hias (PT ALM: 24 spesies, PT KGP: 15 spesies dan PT LAB: 25 spesies), aromatik (PT ALM: 15 spesies, PT KGP: 10 spesies dan PT LAB: 26 spesies), pangan (PT ALM: 67 spesies, PT KGP: 55 spesies dan PT LAB: 86 spesies), pakan ternak (PT ALM: 16 spesies, PT KGP: 19 spesies dan PT LAB: 23 spesies), pestisida nabati (PT ALM: 7 spesies, PT KGP: 4 spesies dan PT LAB: 7 spesies), serat (PT ALM: 16 spesies, PT KGP: 9 spesies dan PT LAB: 13 spesies), pewarna dan tanin (PT ALM: 12 spesies, PT KGP: 8 spesies dan PT LAB: 13 spesies), bahan bangunan (PT ALM:74 spesies, PT KGP: 34 spesies dan PT LAB: 71 spesies), ritual adat (PT ALM: 12 spesies, PT KGP: 15 spesies dan PT LAB: 13 spesies), anyaman dan kerajinan (PT ALM: 32 spesies, PT KGP: 19 spesies dan PT LAB: 32 spesies), kayu bakar (PT ALM: 24 spesies, PT KGP: 18 spesies dan PT LAB: 28 spesies) dan kegunaan lainnya (PT ALM: 20 spesies, PT KGP: 12 spesies dan PT LAB: 15 spesies).

(3)

Permai and PT Lanang Agro Bersatu) Under Supervision of: (1) Siswoyo dan (2) Ervizal A.M. Zuhud

Based on the result of High Conservation Value (HCV) study which performed by Tim Terpadu (2010a, 2010b dan 2010c) in PT Agro Lestari Mandiri (PT ALM), PT Kencana Graha Permai (PT KGP), dan PT Lanang Agro Bersatu (PT LAB) Ketapang regency, West Kalimantan found respectively 278, 180 and 300 plant species. But, from those data, data and information about useful plants wasn’t found. Data and information about potential of useful plants, which needed as a base for management of useful plants conservation efforts, haven’t provided yet, thus this research was needed.

The objective of this research to identify potential useful plants in the area of oil palm plantations in Ketapang, West Kalimantan. The experiment was conducted in April 2011 to June 2011. The Data are collected include: data of plant species in the study area, the general condition of the location, population data, socio-economic conditions and community data in the entire study area. While identification of useful plants species is done by cross-check with books/literature that consist of some information about: local name, including: local name, scientific name, family, habitus, uses, used parts, ecology, and cultivation techniques. The books/literature that used for identifying are , Heyne (1987), Zuhud et al (1994), Zuhud et al (2003), PROSEA (1992), and Rudjiman et al (2003).

Based on data analysis, plant species in the study area are grouped into 13 groups of uses, they are medicine (PT ALM: 103 species, PT KGP: 85 species and PT LAB: 137 species), oramental (PT ALM: 24 species, PT KGP: 15 species and PT LAB: 25 species), aromatic (PT ALM: 15 species, PT KGP: 10 species and PT LAB: 26 species), food (PT ALM: 67 species, PT KGP: 55 species and PT LAB: 86 species), fodder (PT ALM: 16 species, PT KGP: 19 species and PT LAB: 23 species), pesticides (PT ALM: 7 species, PT KGP: 4 species and PT LAB: 7 species), fiber (PT ALM: 16 species, PT KGP: 9 species and PT LAB: 13 species), dyes (PT ALM: 12 species, PT KGP: 8 species and PT LAB: 13 species), building material (PT ALM:74 species, PT KGP: 34 species and PT LAB: 71 species), ritual (PT ALM: 12 species, PT KGP: 15 species and PT LAB: 13 species), rattan and handicraft (PT ALM: 32 species, PT KGP: 19 species and PT LAB: 32 species), firewood (PT ALM: 24 species, PT KGP: 18 species and PT LAB: 28 species) and other uses (PT ALM: 20 species, PT KGP: 12 species dan PT LAB: 15 species).

(4)

POTENSI TUMBUHAN BERGUNA

PADA AREAL HCV (

High Conservation Value

)

DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT

(

Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan

PT Lanang Agro Bersatu

)

OMAN NURROHMAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV ( High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)”

adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai Karya Ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

(6)

Judul Penelitian : Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)

Nama Mahasiswa : Oman Nurrohman

NRP : E34070113

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas : Kehutanan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 1984030 1 003

(7)

Penulis dilahirkan di Kuningan, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada 16 September 1989 sebagai putra pasangan Alim dan Eti Umiyati. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Ciporang, lulus pada tahun 2001, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP N 1 Kuningan, lulus pada tahun 2004, dan sekolah menengah atas di SMA N 1 Kuningan, lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis lolos Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Institut Pertanian Bogor dengan memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian yang kami rangkum dalam penulisan skripsi berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)”.

Karya tulis ini merupakan hasil pemikiran yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya dan mudah-mudahan dapat dijadikan rujukan atau acuan adanya suatu perubahan dalam pengelolaan sumberdaya alam sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Disamping itu, dengan adanya pemanfaatan sumberdaya alam sebagai alternatif penunjang kebutuhan hidup manusia diharapkan dapat meningkatkan upaya efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi upaya pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit.

(9)

ii Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan hasil penelitian (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu dan Ayahanda tercinta, adik tersayang serta seluruh keluarga besar atas kasih sayang, do’a, dan motivasi yang selalu tercurahkan kepada penulis, 2. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud,

MS. sebagai dosen pembimbing dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini,

3. Ibu Resti Meilani, S.Hut, M.Si. selaku ketua sidang dan Ibu Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar, M.Agr. selaku dosen penguji yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini,

4. Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah menyediakan tempat selama penelitian ini berlangsung,

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kehutanan dan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak membantu dalam administrasi dan pelaksanaan penelitian,

6. Bapak dan Ibu Dosen Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan di IPB,

7. Sahabat kontrakan Sahdu_07, Aryo, Erul, Zia dan Lukman serta non-Sahdu_07, Ade, Sobri, Fahmi, dan Faris atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah terjalin,

8. Rekan seperjuangan, Nayunda Pradma Widyaninggar yang senantiasa membantu dan merepotkan selama penelitian berlangsung,

(10)

iii 10.Teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

serta keluarga besar FAHUTAN IPB atas kebersamaan, pengalaman, tawa, canda, dukungan, dan motivasi kepada penulis,

11.Bapak dan Ibu guru SDN II Ciporang, SLTP N 2 Kuningan, dan SMA N 1 Kuningan yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengajaran, nasehat, dan arahan kepada penulis,

12.Keluarga besar HIMARIKA Kuningan atas kekeluargaan dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis,

13.Seluruh pihak terkait yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam pelaksanaan penelitian yang tidak sempat disebutkan satu-persatu.

(11)

iv Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Kerangka Pemikiran ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Berguna Indonesia... 4

2.2 Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia ... 11

2.2 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat sekitar Hutan ... 12

2.2 Tipe Ekosistem ... 13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 16

3.2 Alat dan Bahan ... 16

3.3 Metode ... 16

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Agro Lestari Mandiri ... 23

4.2 PT Kencana Graha Permai ... 26

4.3 PT Lanang Agro Bersatu ... 29

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna ... 33

5.1.1 PT Agro Lestari Mandiri ... 33

(12)

v

5.1.3 PT Lanang Agro Bersatu ... 46

5.2 Pemanfaatan Tumbuhan ... 54

5.2.1 Kelompok Kegunaan... 55

5.2.1.1 Tumbuhan Obat ... 55

5.2.1.2 Tumbuhan Pangan ... 59

5.2.1.3 Tumbuhan Hias ... 62

5.2.1.4 Tumbuhan Aromatik ... 63

5.2.1.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak ... 65

5.2.1.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida nabati ... 66

5.2.1.7 Tumbuhan Penghasil Serat ... 67

5.2.1.8 Tumbuhan Pewarna ... 69

5.2.1.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan ... 70

5.2.1.10 Tumbuhan Untuk Ritual Adat ... 72

5.2.1.11 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan ... 73

5.2.1.12 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar ... 74

5.2.1.13 Kegunaan Lainnya... 75

5.2.2 Keterkaitan Budaya Masyarakat Dayak terhadap Hutan ... 76

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 79

5.5 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(13)

vi

No. Halaman

1. Jenis dan metode pengumpulan data ... 16

2. Klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan ... 20

3. Klasifikasi kelompok dan macam penyakit/penggunaan ... 21

4. Jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Tayap berdasarkan matapencaharian ... 25

5. Rekapitulasi spesies tumbuhan berguna di areal studi ... 33

6. Sebaran spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri ... 34

7. Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan ... 39

8. Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai .... 40

9. Kekayaan habitus pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai ... 43

10.Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan ... 45

11.Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Lanang Agro Bersatu ... 47

12.Kekayaan spesies berdasarkan famili ... 49

13.Status kelangkaan tumbuhan di PT. Lanang Agro Bersatu ... 51

14.Klasifikasi kegunaan tumbuhan di areal studi ... 54

15.Beberapa spesies tumbuhan obat yang berada pada areal studi ... 57

16.Rekapan kelompok penyakit pada areal studi ... 58

17.Beberapa spesies penghasil pangan pada areal studi ... 59

18.Tingkatan habitus spesies penghasil pangan ... 61

19.Beberapa spesies tumbuhan hias di areal studi ... 62

20.Beberapa spesies tumbuhan aromatik di areal studi ... 64

21.Beberapa spesies penghasil pakan ternak di areal studi ... 65

22.Spesies penghasil pestisida nabati di areal studi ... 67

23.Beberapa spesies tumbuhan penghasil serat pada areal studi... 68

24.Beberapa spesies penghasil bahan pewarna ... 69

25.Beberapa spesies penghasil bahan bangunan pada areal studi ... 71

26.Beberapa spesies tumbuhan untuk ritual adat ... 72

27.Beberapa spesies penghasil tali, anyaman, dan kerajinan ... 73

28.Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar... 75

(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian... 3

2. Famili dengan spesies terbesar di PT Agro Lestari Mandiri ... 37

3. Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT. Agro Lestari Mandiri ... 38

4. Beberapa famili dengan jumlah spesies tertinggi ... 43

(15)

viii

1. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri ... 85

2. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai ... 86

3. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu ... 87

4. Daftar spesies tumbuhan pada areal studi ... 88

5. Daftar famili yang ditemukan pada areal studi ... 101

6. Spesies tumbuhan berguna pada areal studi ... 104

7. Lokasi pengamatan pada areal studi ... 132

8. Sebaran tumbuhan berguna di PT Agro Lestari Mandiri ... 134

9. Sebaran tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu ... 142

10.Daftar spesies tumbuhan obat di areal studi ... 152

11.Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di areal studi ... 156

12.Daftar spesies tumbuhan hias di areal studi ... 159

13.Daftar spesies penghasil aromatik di areal studi ... 160

14.Daftar spesies penghasil pakan ternak di areal studi ... 161

15.Daftar spesies penghasil serat pada areal studi ... 162

16.Daftar spesies penghasil bahan pewarna di areal studi ... 163

17.Daftar spesies penghasil bahan bangunan di areal studi ... 164

18.Daftar spesies tumbuhan ritual adat di areal studi ... 167

19.Daftar spesies tumbuhan penghasil kerajinan dan anyaman ... 168

20.Spesies penghasil kayu bakar di areal studi ... 170

21.Spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya pada areal studi... 171

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dengan luasan hutan hujan tropis terbesar di Indonesia. Kawasan konservasinya meliputi kawasan hutan cagar alam seluas 153.275 ha, taman nasional seluas 1.252.895 ha, hutan wisata alam mencapai 29.310 ha dan hutan lindung mencakup areal seluas 2.307.045 ha. Ada pun suaka alam lainnya mencapai 210.100 ha. Kawasan budidaya hutan meliputi hutan produksi terbatas seluas 2.445.985 ha, hutan produksi biasa 2.265.800 ha, dan hutan produksi konversi mencapai 514.350 ha.

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Ketapang didominasi oleh hutan dan perkebunan disamping perumahan dan peruntukan lain. Kabupaten Ketapang memiliki luas perkebunan kelapa sawit terbesar (28,87%) dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Kalimantan Barat. Luas perkebunan kelapa sawit di kabupaten ini menurut laporan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat adalah 1.356.227 Ha yang dikelola oleh 79 perusahaan kelapa sawit. Berdasarkan hasil rekapitulasi perkembangan perizinan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat, luasan tersebut terbagi kedalam lima kategori proses perizinan yaitu (1) izin lokasi (380.020 Ha) dimiliki oleh 25 perusahaan, (2) informasi lahan (217.900 Ha) dimiliki oleh 13 perusahaan, (3) IUP (492.432 Ha) dimiliki oleh 29 perusahaan, (4) izin sudah HGU (285.875 Ha) dimiliki oleh 12 perusahaan, dan (5) HGU (66.710 Ha).

(17)

Di sisi lain, pemanfaatan tak terkendali oleh masyarakat menjadi sebuah masalah tersendiri bagi upaya pelestariannya. Tingginya pemanfaatan spesies tumbuhan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan usaha budidayanya sehingga tingkat keterancaman jenisnya tinggi. Disamping itu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian spesies tumbuhan masih kurang terlihat. Apabila hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan spesies tumbuhan berguna tersebut akan berkurang baik dari kuantitas maupun kualitasnya sehingga ancaman kepunahannya sangat besar.

1.2 Tujuan

Mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pihak pengelola dalam rangka upaya pelestarian dan pemanfaatannya.

1.4 Kerangka Pemikiran

Ancaman kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan dilindungi pada areal perkebunan saat ini sangat mengkhawatirkan. Permasalahan yang saat ini ada dapat menghilangkan manfaat ekologi yang terkandung dalam spesies tumbuhan berguna jika tidak ada upaya pelestarian dan pemanfaatan yang dilakukan secara lestari. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan secara lestari, yaitu: (1) Budaya masyarakat, (2) Ketersediaan tentang teknik pemanenan, (3) Ketersediaan infromasi tentang potensi tumbuhan, dan (4) Ketersediaan informasi tentang bagian tumbuhan yang dibudidayakan.

(18)

3

Secara sekematis kerangka pemikiran kajian potensi tumbuhan berguna di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat disajikan pada Gambar 1.

Kondisi Akan Datang Kondisi Saat Ini

• Keanekaragaman spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri sebanyak 343 jenis, PT Kencana Graha Permai sebanyak 205 jenis, dan PT Lanang Agro Bersatu sebanyak 349 jenis

• Pemanfaatan tumbuhan oleh

masyarakat belum dilakukan secara lestari

• Potensi tumbuhan berguna belum diketahui

• Data dan informasi tentang potensi tumbuhan berguna tersedia

• Keberadaan tumbuhan

dilindungi dan langka

terjamin

• Data dan informasi tentang budidaya tumbuhan berguna tersedia

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan berguna di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.

Identifikasi informasi bagian tumbuhan yang

dibudidayakan

Pemanfaatan Tumbuhan Kekayaan Tumbuhan

Berguna Identifikasi budaya

masyarakat dayak

Identifikasi potensi tumbuhan berguna

Upaya pelestarian dan pemanfaatannya Ancaman

• Kelangkaan dan kepunahan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Berguna Indonesia 2.1.1 Pengertian

Tumbuhan merupakan organisme yang dapat tumbuh dan berkembangbiak secara vegetative maupun generative dengan cirinya adalah bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak sendiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) mendefinisikan tumbuhan sebagai segala sesuatu yang tumbuh, segala sesuatu yang hidup dan berbatang, berakar, berdaun dan lain-lain (seperti rumput, pohon, bambu, perdu, semak, dan lain-lain). Sedangkan Berguna memiliki persamaan kata yaitu bermanfaat, berfaedah, ada gunanya, mendatangkan kebaikan. Sehingga pengertian tumbuhan berguna adalah tumbuhan yang memiliki manfaat dan faedah serta berguna bagi kehidupan manusia

2.1.2 Pengelompokan

Tumbuhan berguna Indonesia dikelompokan berdasarkan manfaat atau kegunaan yang telah diketahui oleh masyarakat. pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh berbagai etnis di Indonesia sangat beranekaragam. Purwanto dan Walujo (1992) dalam Kartikawati (2004) menggolongkan tumbuhan kedalam 12 kegunaan meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, pangan, bangunan, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyaman, perlengkapan upacara adat, obat-obatan dan kosmetik, kegiatan sosial dan kegiatan lainnya.

2.1.2.1 Tumbuhan Obat

(20)

5

banyaknya bangunan, maka banyak tumbuhan obat menjadi hilang dari habitatnya.

Menurut Zuhud dan Haryanto (1994) tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional. Zuhud dan Haryanto (1994) menambahkan bahwa tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan tradisional yang telah digunakan sejak lama di Indonesia.

Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan secara empiris, etnobotani, dan etnofarmakologi (Djauhariya dan Hernani 2004). Sangat dan Larashati (2002) menyatakan Penggunaan tumbuhan obat didalam kehidupan masyarakat tradisional masih tergolong tinggi. Masyarakat menggunakan tumbuhan obat sebagai bahan baku dari jamu untuk menjadikannya sebagai bagian dari pengobatan herbal.

2.1.2.2 Tumbuhan Hias

(21)

2.1.2.3 Tumbuhan Aromatik

Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun pada produk rumah tangga lainnya. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian tumbuhan (Agusta 2000 dalam Kartikawati 2004)

Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian dikenal dengan istilah penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah tangga (Kartikawati 2004).

Tanaman penghasil minyak atsiri termasuk dalam family Pinaceae, Labiateae, Comporitae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rhizoma), yang merupakan bahan baku produk farmasi dan kosmetik alamiah disamping digunakan sebagi kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Beberapa jenis tumbuhan penghasil aroma adalah jahe (Zingiber officinalle), kenanga (Cananga odorata), kayu manis (Cinnamomomum burmanii) dan sebagainya.

2.1.2.4 Tumbuhan Penghasil Pangan

Tumbuhan pangan adalah kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (jika dimakan ternak dinamakan pakan). Jenis penghasil pangan yaitu tumbuhan yang mengadung karbohidrat, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.

(22)

7

(Moeljopawiro dan Manwan 1992). Lebih lanjut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Komoditas utama, seperti padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max Merr), kacang tanah (Arachsis hypogeal L.), jagung (Zea mays L.) dan sebagainya 2. Komoditas potensial, seperti sorgum (Andropogon sorgum), sagu (Metroxylon

spp) dan sebagainya

3. Komoditas introduksi, seperti ganyong (Canna edulis Ker.), jawawut (Panicum viridae L.), kara (Dolicchos lablab L.) dan sebagainya.

Uluk et al. (2001) menerangkan bahwa masyarakat dayak di Taman Nasional Kayan Mentarang memanfaatkan buah-buahan sebagai sumber vitamin yang penting dan sangat digemari. Buah-buahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dayak diantaranya adalah Durio oxleyamus, Durio zibethinus, Dimocarpus longan, Nephelium lappaceum, Nephelium maingayi, Mangifera caesia, Mangifera indica, Artocarpus integer, Artocarpus lancetifolius, Lansium domesticum, Xanthophyllum excelsa, dan lain-lain. Rata-rata ada 8 sampai 12 jenis buah-buahan yang dipanen per keluarga per kampung. Sekitar 17% sampai 38% dipanen dari hutan liar dan selebihnya dipetik dari hasil yang ditanam di kebun.

2.1.2.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak

Tumbuhan penghasil pakan ternak adalah seluruh jenis tumbuhan yang diberikan kepada hewan pemeliharaan baik langsung maupun dicampur. Menurut Manetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Jenis ini bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai. Misalnya di padang rumput, pematang sawah, tebing, dan tanaman penutup pada perkebunan. Salah satu jenisnya adalah rumput pahit (Axonopus compressus).

(23)

yang lain, meningkatkan kesuburan tanah dan tahan terhadap perusakan oleh hama, penyakit dan hewan.

2.1.2.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.

Pestisida nabati adalah racun hama yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas (Arafah 2005). Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan untuk mengendalikan mikroorganisme pengganggu tumbuhan atau tanaman. Fungsinya bisa sebagai penolak, penarik, pemandul, pembunuh dan bentuk lainnya.

Menurut Asdyanasari (2009), tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:

1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak dan srikaya.

2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah daun wangi dan selasih.

(24)

9

4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi).

5. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih.

2.1.2.7 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin

Tumbuhan pewarna adalah jenis tumbuhan yang dapat memberikan pengaruh warna terhadap benda baik berpa makanan, minuman, atau benda lainnya setelah diolah sebelumya. Penelitian Rifai dan Waluyo (1992) terhadap kehidupan suku Madura menyebutkan bahwa proses peramuan zat pewarna dari tumbuhan adalah suatu kejelian dari nenek moyang yang telah turun-temurun mengolah dan memanfaatkan jenis tumbuhan sebagai sumber daya nabati yang diketahui mengadung zat warna. Jenis-jenis tumbuhan penghasil warna diantaranya adalah daun suji (Pleomele angustifolia) untuk warna hijau, kunyit (Curcuma domestica) pengahasil warna kuning, dan sebagainya.

Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pepangan atau bagian lain terutama daun, buah dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tannin berupa kulit samak yang banyak manfaatnya, selain samak kulit juga dapat menyamak jala, tali dan layar. Tanin juga digunakan sebagai perekat, pewarna dan mordan (Lemmens & Soetjipto, 1999).

2.1.2.8 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan

(25)

(Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon zwageri), dan sebagainya.

2.1.2.9 Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan

Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, ada yang bersifat spiritual magis dan ritual. Demikian pula pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara. Indonesia yang terdiri kurang lebih 350 etnis dapat memberikan gambaran pemanfaatn tumbuhan di masing-masing tempat yang khususnya dipakai dalam berbagai upacara. Dalam upacara-upacara adat yang dilakukan, terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup, tumbuhan banyak dipakai (Kartiwa & Wahyono 1992).

Tumbuhan dalam masyarakat adat memegang peranan yang penting dalam hal ritual dan keagamaan. Seperti keberadaan tepung ketan yang sangat istimewa pada masyarakat Dayak Meratus dalam kehidupannya. Sifat ketan yang butir-butirnya saling merekat erat bila ditanak dan tahan lama menempatkannya sebagai sesajen yang harus selalu ada dalam setiap ritual adat (Kartikawati 2004). Kartiwa dan Martowikrido (1992) menjelaskan bahwa tumbuhan yang dipakai dalam ritual adat dan keagamaan memiliki ciri :

1. Sifat-sifat dari tumbuhan tertentu, khususnya bungan dihubungkan dengan sikap feminism, ini sering dihubungkan dalam upacara pemberian nama pada anak perempuan, diberi nama : dahlia, mawar, lili, dan melati.

2. Sifat tumbuhan dan nama tanaman yang diasosiasikan dengan kata-kata yang mengandung nilai baik, misalnya dalam upacara perkawinan jawa. Misal pisang raja (agar memiliki kedudukan yang tinggi), kantil (kesetiaan adalah kunci kebahagiaan rumah tangga), dan sirih (perlambang keakraban).

3. Tanaman yang digunakan sebagai pengharum dan bumbu-bumbu untuk pengawetan mayat (upacara kematian di Tana Toraja), antara lain limau (Citrus histrix DC), daun kelapa (Cocos nucifera L.), dan berbagai rempah-rempah lainnya.

2.1.2.10 Tumbuhan Anyaman dan Kerajinan

(26)

11

lebih dari 21 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk dibuat kerajinan yang berasal dari perdu berkayu dan tumbuhan pohon. Diantaranya jenisnya adalah petai Cina (Leucaena leucocephala), biji flamboyan (Delonix regina), Bambusa vulgaris, dan lainnya.

2.1.2.11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Hampir semua jenis tumbuhan berkayu dapat dijadikan bahan untuk kayu bakar. Namun tentunya ada beberapa kriteria seperti (Sutarno, 1996 dalam Arafah, 2005):

1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim,

2. Pertumbuhan tajuk baik, setiap tumbuh pertunasan yang baru,

3. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat,

4. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan,

5. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar, 6. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar.

2.2 Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia

Hutan hujan tropis Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang tidak bisa diabaikan keberadaanya. Potensi flora yang terkandung di dalamnya sangat beraneka ragam. Hutan tropis lndonesia merupakan 10% dari hutan tropis dunia dan 40-50% hutan tropis Asia. Di dalam hutan tropis ‘Indonesia terdapat sekitar 4.000 spesies pohon, 267 spesies di antaranya merupakan spesies komersil. Hutan tropika Indonesia juga merupakan habitat bagi 500 spesies mamalia (100 spesies di antaranya endemik) dan 1.500 spesies burung (IUCN, 1992).

Sekitar 4.000 jenis pohon dimanfaatkan sebagai kayu gergajian dan pertukangan, namun dari jumlah tersebut baru sekitar 400 jenis yang dikenal secara ekonomi. Potensi yang terpendam dalam hutan hujan tropis tidak hanya berupa kayu gergajian dan pertukangan, namun dapat berupa tumbuhan berguna yang nilainya jauh lebih besar daripada potensi kayu di hutan.Wilayah lndonesia mencakup tiga wilayah vegetasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, yaitu (Sormin, 1990) :

(27)

2. Wilayah Australia: mencakup Irian Jaya, Maluku, dan Sunda Kecil yang dicirikan oleh dominannya Famili Araucariaceae dan Myrtaceae.

3. Wilayah Transisi, meliputi Sulawesi dan Jawa yang didominasi oleh Myrtacea dan Verbenacea.

Dibandingkan dengan negara-negara Asia-Pasifik, Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati (Biodiversity Index) tertinggi (Paine, 1997 dalam Setiawan, 2001). Walaupun kepulauan Indonesia hanya mewakili 1,3% luas daratan dunia, tetapi memiliki 25% species ikan dunia, 17% spesies burung, 16% reptil dan amphibi, 12% mamalia, 10% tumbuhan dan sejumlah invertebrata, fungi, dan mikroorganisme (Gautam et al. 2000).

2.3 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Sekitar Hutan

Tumbuhan bagi masyarakat sekitar hutan merupakan suatu bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat sekitar hutan umumnya memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari hutan untuk berbagai keperluan individu maupun kelompoknya. Penelitian Uluk et al. (2001) mengenai masyarakat Dayak di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang membuktikan bahwa pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar hutan sampai saat ini masih terus dilakukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang sangat tergantung pada berbagai jenis hasil hutan. Tercatat sebanyak 139 sampai 214 jenis hasil hutan yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai sumber makanan, obat, bahan bangunan, sumber penghasil uang tunai, upacara dan kebudayaan.

(28)

13

tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga inti (umbun), namun dilakukan secara bersama-sama dalam satu bubunan (Kartikawati 2004).

Hubungan yang erat antara masyarakat dengan sumber daya alam dengan kehidupan sehari-hari tercermin pada ketergantungan hidup mereka terhadap sumber daya alam yang tersedia. Oleh karena itu, mereka membuat tatanan adat istiadat yang mengatur pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungannya, seperti sistem perladangan, sistem pemungutan hasil hutan dan pelestarian sumber daya hutan.

2.4 Tipe Ekosistem

Ekosistem dapat dianggap sebagai komunitas dari seluruh tumbuhan dan satwa termasuk lingkungan fisiknya, yang secara bersama-sama berfungsi sebagai suatu unit yang tidak terpisahkan atau saling tergantung satu sama lain. Odum (1993) menerangkan bahwa ekosistem adalah suatu unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan diantara keduanya saling mempengaruhi. Indriyanto (2008) menyebutkan bahwa formasi ekosistem hutan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dominan terhadap pembentukan dan perkembangan komunitas dalam ekosistem hutan.

Ekosistem yang berbeda memiliki komunitas yang berbeda dan pola interaksi antara biota dan lingkungan biofisiknya juga berbeda. Kekayaan spesies tumbuhan pada tiap ekosistemnya berbeda-beda tergantung kepada struktur penyusunnya. Krebs (1985) menyebutkan ada enam faktor yang menyebabkan perubahan keanekaragaman jenis organisme dalam suatu ekosistem yaitu (1) Waktu, (2) Pemangsaan, (3) Heterogenitas ruang, (4) Persaingan, (5) Stabilitas lingkungan, dan (6) Produktivitas.

2.4.1 Hutan Dataran Rendah

(29)

dataran rendah di areal ijin ini sebagian besar berasal dari famili Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, dan famili Fabaceae. Penelitian Kuswanda dan Antoko (2008) menyebutkan bahwa pada hutan dataran rendah (hutan sekunder) didominasi oleh spesies yang berasal dari famili Dipterocarpaceae yaitu meranti (Shorea gibbosa Brandis).

Kekayaan spesies tertinggi di hutan dataran rendah umumnya terdapat pada areal sempadan sungai. Ekosistem riparian sepanjang sungai mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai filter untuk mengendalikan laju erosi dan sedimentasi agar tidak masuk sungai. Selain itu sempadan sungai juga memiliki fungsi sebagai koridor pergerakan satwa dari berbagai habitat yang berbeda dan tempat pengungsian satwa yang habitatnya semakin menipis (Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 837/Kpts/Um/11/1980, pada ekosistem riparian harus dilakukan upaya perlindungan yang disebut sebagai sempadan sungai dengan batas 50-100 meter kiri-kanan sepanjang sungai tergantung besarnya sungai.

2.4.2 Hutan Kerangas

Hutan kerangas merupakan suatu tipe hutan yang berada pada tanah miskin hara. Umumnya tumbuh berkelompok pada hutan hujan dipterocarpaceae campuran dengan kondisi pH tanah antara 3 – 5,5 (Kartawinata 1990). Komposisi floristik hutan kerangas bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi biasanya terdapat jenis tertentu yang secara konsisten selalu ada dan mencirikan tipe hutan ini terutama dengan tipe tanah podosol (Riswan 1987 dalam Kissinger 2002).

(30)

15

2.4.3 Rawa Air Tawar

Rawa air tawar merupakan daerah rendah yang selalu tergenang air. Spesies yang ada dalam ekosistem rawa umumnya tahan terhadap tanah yang tergenang air. Beberapa ciri dari tipe ekosistem rawa adalah ekosistem hutan yang tidak terpengaruh oleh iklim, terdapat pada daerah dengan kondisi tanah yang selalu tergenang air tawar, pada daerah yang terletak dibelakan hutan payau (mangrove) dengan jenis tanah aluvial, dan kondisi aerasinya yang buruk (Santoso 1996 dalam Indriyanto 2008).

(31)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Perpustakaan Fakultas Kehutanan IPB dan perpustakaan LSI IPB serta pengambilan dokumentasi gambar dilakukan di Kebun Raya Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: laptop merk Asus Eee PC dengan program Microsoft Excel dan Microsoft Word, buku panduan lapang tumbuhan berguna Indonesia, kamera digital dan alat tulis-menulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: dokumen hasil penelitian dan dokumen analisis vegetasi serta dokumen hasil kajian High Conservation Value (HCV) yang telah dilakukan pada PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai, dan PT Lanang Agro Bersatu Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari: data jenis tumbuhan di areal studi, foto jenis tumbuhan berguna, kondisi umum lokasi, data kependudukan pada masing-masing areal studi dan data kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar areal studi.

Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data

Data dan Informasi yang dikumpulkan Metode Pengumpulan Data

1. Spesies Tumbuhan di areal studi : Studi Pustaka

(Data diolah dari laporan survey HCV Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c)) a. Nama lokal

b. Nama ilmiah

c. Nama famili

d.Habitus

2. Spesies Tumbuhan Berguna di Kalimantan Barat :

(32)

17

Data dan Informasi yang dikumpulkan Metode Pengumpulan Data

b.Habitus c.Habitat d.Status e.Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunakan

g.Cara penggunaan

3. Foto spesies tumbuhan Observasi Lapang

Kondisi Umum Lokasi Penelitian : Studi Pustaka

a.Letak geografis b.Luas areal c.Batas wilayah d.Topografi

e.Pola penggunaan lahan f.Iklim

g. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

3.3.2.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari pustaka dan literatur serta foto/gambar dari spesies yang terdapat di areal studi. Data diperoleh dari berbagai pustaka dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Tim Terpadu. 2010a. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Agro Lestari Mandiri dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

2. Tim Terpadu. 2010b. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Kencana Graha Permai dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(33)

4. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I – IV. Badan Litbang Kehutanan. Yayasan Wana Jaya. Jakarta.

5. Rudjiman, Andriyanti DT, Indriyanto, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I, Saraswati R. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1-5. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta.

6. Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Hikmat A, Sandra E, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI – X. Kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta.

7. Verheij EWM., Coronel RE., editor. 1992. PROSEA No. 2 : Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation. Bogor.

8. Lemmens, R.H.M.J, N.W. Soetjipto. 1999. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 3. Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA. Balai Pustaka Bekerjasama dengan PROSEA Indonesia. Bogor.

9. Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pengenalan dan Pemanfaatan Tumbuhan Penunjang. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. Bogor.

10. Hanan, A. 1992. Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan Bahan Kerajinan di Sekitar Pintu Masuk Kebun Raya Bogor. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:Bogor.

11. Djauhariya E, Hernani. 2004. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Jakarta: Penebar Swadaya.

12. Zuhud, E.A.M., Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, IPB – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).

3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data

(34)

19

ilmiah, famili, habitus, bagian yang digunakan, manfaat dan kegunaan, serta potensi dan penyebarannya. Secara lengkap hasil identifikasi disusun berdasarkan famili dan spesies dilanjutkan dengan analisis potensi dan manfaat serta tipe ekosistemnya.

Dalam pengolahan data diperlukan adanya proses penyuntingan dan pengkodean data yang dilakukan melalui program Microsoft Excel dan Microsoft Word. Keduanya memiliki fungsi untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian data lebih lanjut.

1. Penyuntingan Data

Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk menyunting kembali catatan guna mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya. Data yang disunting merupakan data-data yang telah diperoleh dari lokasi penelitian.

2. Pengkodean Data

Pengkodean data dilakukan untuk klasifikasi terhadap data-data yang diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau pada informasi tertentu. Tujuan dari kegiatan pengkodean data ini yaitu untuk mempermudah penyusunan hasil penelitian.

3.4 Pengolahan Data

3.4.1 Identifikasi Tumbuhan Berguna

Identifikasi jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan cek silang melalui program Microsoft Excel (penyuntingan dan pengkodean data) yang kemudian dicocokkan dengan berbagai buku atau literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi: nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Zuhud et al. (1994), Zuhud et al. (2003), Rudjiman et al. (2003) dan PROSEA (1992).

3.4.2 Identifikasi Informasi Budidaya

(35)

budidayanya. Cek silang diperoleh melalui berbagai buku atau literatur tentang informasi budidaya spesies tumbuhan. Literatur yang digunakan antara lain Rudjiman et al. (2003), Zuhud et al. (1994), dan Zuhud et al. (2003).

3.4.3 Identifikasi Karakteristik Budaya Masyarakat

Identifikasi dilakukan dengan melakukan penelusuran berbagai buku atau literatur mengenai karakteristik budaya masyarakat Dayak di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Buku dan literatur yang digunakan yaitu: Tim Terpadu (2010a), Tim Terpadu (2010b), Tim Terpadu (2010c), Sangat HM et al. (2000) dan Bamba (1996).

3.5 Analisis Data

Hasil identifikasi tumbuhan yang telah diperoleh kemudian disusun berdasarkan spesies dan familinya untuk dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Setiap spesies tumbuhan dianalisis mengenai potensi, habitus, kegunaan, bagian yang dibudidayakan dan bagian tumbuhan yang digunakan.

1. Klasifikasi Kelompok Kegunaan

Data hasil identifikasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan manfaat dari masing-masing tumbuhan, seperti tersaji pada pada Tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan

No Kelompok Kegunaan

1 Tumbuhan obat

2 Tumbuhan hias

3 Tumbuhan aromatic

4 Tumbuhan penghasil pangan

5 Tumbuhan pakan ternak

6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 7 Tumbuhan penghasil serat

8 Tumbuhan bahan pewarna dan tannin

9 Tumbuhan penghasil bahan bangunan

10 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan 11 Tumbuhan anyaman dan kerajinan

12 Tumbuhan penghasil kayu bakar

13 Lainnya

(36)

21

2. Klasifikasi Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat

Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 3.

Tabel.3.Klasifikasi.kelompok dan macam penyakit/penggunaan

No Kelompok

Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan

1 Gangguan.Peredaran Darah

Darah kotor, kanker darah, kurang darah, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah

2 Keluarga Berencana (KB) KB, membatasi kelahiran, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB

3 Penawar Racun Digigit lipat, digigit serangga, keracunan jengkol,

keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan

4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka

5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes

6 Penyakit Gangguan Urat Syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf

7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, saki gigi, dan penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan gigi

8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal 9 Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan

darah tinggi (hipertensi), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung

10 Penyakit Kanker/Tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kanker dan tumor

11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), raja singa/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin 12 Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak

datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan 13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak,

borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit. 14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak,

dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit kuning

15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan malaria

16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan mata 17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas,

sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut

(37)

No Kelompok

Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan

sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan persendian

19 Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga terasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga

20 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang

nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum

21 Penyakit tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang

22 Penyakit saluran

pembuangan

Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan penyakit saluran pembuangan 23 murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, disentri, sakit usus, kolera, muntaber,, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Asma, batuk, flu, influenza, pilek, sesak nafas, sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran penafasan/THT

25 Perawatan Kehamilan dan Persalinan

Keguguran, perawatan sebelum/sesudah

melahirkan/persalinan, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran

26 Perawatan Organ Tubuh Wanita

Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan organ tubuh wanita

27 Perawatan Rambut, Muka, Kulit

Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka, dan kulit

28 Sakit Kepala dan Demam Sakit kepala, demam, demam pada anak-anak, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam

29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat

tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.

(38)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 PT Agro Lestari Mandiri 4.1.1 Aspek Fisik Kawasan

Laporan Tim Terpadu (2010a) menyebutkan bahwa perkebunan PT. Agrolestari Mandiri sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Bupati Ketapang No. 385 Tahun 2004 tanggal 21 Desember 2004, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 27.500 ha. Perkebunan PT. Agrolestari Mandiri terletak di Desa Nanga Tayap, Sungai Kelik, Lembah Hijau I, Lembah Hijau II, Siantau Raya, Tajok Kayong, dan Sp3 Sembelangaan, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin ini terletak di 01o28’03’-01o38’44” LS dan 110o22’29”-110o36’53” BT

4.1.2 Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi areal PT. Agrolestari Mandiri termasuk kedalam tipe iklim A dengan nilai Q rata-rata 0 %, yaitu iklim tropika basah tanpa bulan kering yang nyata dengan vegetasi alami hutan hujan tropis dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.245 mm dan rata-rata jumlah hari hujan tahunan 183 hari.

4.1.2.1 Curah Hujan dan Hari Hujan

Bulan-bulan basah (> 100 mm/bulan) yang merupakan musim penghujan di daerah ini terjadi hampit sepanjang tahun, sedang bulan kering (< 60 mm/bulan) tidak pernah terjadi karena bulan-bulan kering di daerah ini tidak pernah terjadi karena bulan-bulan terkering di daerah ini tidak sampai di bawah 60 mm/bulan. Curah hujan tertinggi adalah sebesar 4.443 mm pada tahun 1998 dan terendah adalah sebesar 1.518 mm pada tahun 1997. Curah hujan bulanan tertinggi adalah sebesar 407 mm pada bulan Desember dan terendah adalah 149 mm pada bulan Agustus.

4.1.2.2. Suhu Udara

(39)

4.1.2.3. Kelembaban Udara

Kelembaban udara di areal studi tergolong lembab sepanjang tahun. Kelembaban udara relatif rata-rata antara 85 – 95%.

4.1.3. Topografi dan Kelerengan

Areal konsesi PT. Agrolestari Mandiri berada pada ketinggian tempat 10 sampai 180 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Agrolestari Mandiri bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar berada pada kelas lereng datar (0 - 5%).

4.1.4 Geologi dan Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Indonesia lembar ketapang skala 1: 250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1993, menunjukkan bahwa areal rencana perkebunan kelapa sawit PT Agrolestari Mandiri terdiri atas formasi sedimen tanah muka dan formasi batun gunung api tersier.

Bedasarkan peta tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 500.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1993, jenis tanah (menurut Sistem Dudal-Soepraptohardjo, 1957-1961) yang dominan yang menyusun areal PT. Agrolestari Mandiri adalah tanah Podsolik Merak Kuning (PMK) atau jenis tanah ultisol (menurut USDA Soil Taxonomy (1975 – 1990). Jenis tanah PMK tersebut merupakan tanah marjinal dengan tingkat kesuburan tanah relatif rendah. Sifat kimia tanahnya antara 4,80 – 5,60 (tergolong masam) dan C-organik berkisar antara 1,19 – 1,26% (tergolong rendah). Sedang sifat fisik tanahnya, antara lain struktur tanah adalah remah/granuler sampai blocky dan permeabilitasnya berkisar antara 0,32 cm/jam sampai 7,65 cm/jam.

4.1.5 Hidrologi

(40)

25

standar untuk kebutuhan konsumsi penduduk setempat dan tenaga kerja perkebunan serta pengairan tanaman kelapa sawit nantinya.

4.1.6 Komposisi Vegetasi

Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Agrolestari Mandiri sebanyak 584 jenis, dimana sebanyak 346 jenis telah teridentifikasi nama ilmiahnya dan sebanyak 238 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 346 jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan kedalam 80 famili.

4.1.7 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan matapencahariannya, jenis mata pencaharian penduduk di Kecamatan Nanga Tayap dapat dibedakan kedalam petani, nelayan, pengusaha sedang/besar, pengrajin, buruh tani, nuruh bangunan, buruh pertambangan, pedagang, pengangkutan, PNS, ABRI, pensiaunan (PNS/ABRI), dan peternak. Jumlah pendduduk terbanyak adalah bermatapencaharian sebagai petani (11.453 jiwa), sedangkan terendah adalah bermatapencaharian sebagai nelayan (5 jiwa). Seperti yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Tayap berdasarkan matapencaharian

No. Jenis Matapencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Petani 11.453

2 Nelayan 5

3 Pengusaha sedang/besar 9

4 Pengrajin 11

5 Buruh tani 871

6 Buruh bangunan 16

7 Buruh pertambangan 125

8 Pedagang 66

9 Pengangkutan 196

10 PNS 219

11 ABRI 20

12 Pensiaunan (PNS/ABRI) 20

13 Peternak 2.030

(41)

sebanyak 9.917 jiwa. Jumlah total kepala keluarga di Kecamatan Nanga Tayap sebanyak 5.039 KK. Dilihat dari kelompok umurnya, jumlah pendduduk di Kecamatan Nanga Tayap sebagian besar berada pada kelompok umur 25-55 tahun, yaitu sebanyak 7.881 jiwa; sedangkan paling sedikit berada pada kelompok umur >80 tahun.

4.2. PT Kencana Graha Permai

4.2.1. Aspek Fisik Kawasan

Berdasarkan laporan Tim Terpadu (2010b), perkebunan PT. Kencana Graha Permai sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Dinas Perkebunan Ketapang No. 551.31/0459/Disbun C Tanggal 17 Maret 2005, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 11.295,48 ha. Perkebunan tersebut sudah melakukan kegiatan operasional di lapangan sejak tahun 2007. Luas areal yang telah dibuka dan ditanami sampai Bulan Maret 2010 seluas 6.739,11 ha, dengan rincian : tahun 2007 seluas 1.876,95 ha, tahun 2008 seluas 2.595,23 ha, tahun 2009 seluas 2.070,41 ha, dan taun 2010 (sampai bulan Maret) seluas 196,52 ha.

Perkebunan PT. Kencana Graha Permai terletak di Desa Rangkong Jaya, Randai, Batu Payung Dua, dan Belaban, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin ini terletak di 2o 7’00”-2o9’00” LS dan 110o29’13” – 110o37’03” BT

4.2.2 Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi areal PT. Kencana Graha Permai termasuk kedalam tipe iklim A dengan nilai Q rata-rata 0%, yaitu iklim tropika basah tanpa bulan kering yang nyata dengan vegetasi alami hutan hujan tropis dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.184 mm dan rata-rata jumlah hari hujan tahunan 191 hari.

(42)

27

hingga 28˚C, dengan kecepatan angin antara 7 – 9 knots/jam. Kelembaban udara di areal studi tergolong lembab sepanjang tahun. Kelembaban udara relatif rata-rata antara 85 – 95%.

4.2.3. Topografi dan Kelerengan

Areal konsesi PT. Kencana Graha Permai berada pada ketinggian tempat 20 sampai 180 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Kencana Graha Permai bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar berada pada kelas lereng datar (0 - 5%).

4.2.4. Geologi dan Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Indonesia lembar ketapang skala 1: 250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1993, menunjukkan bahwa areal rencana perkebunan kelapa sawit PT Kencana Graha Permai terdiri atas formasi sedimen tanah muka dan formasi batun gunung api tersier.

Bedasarkan peta tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 500.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1993, jenis tanah (menurut Sistem Dudal-Soepraptohardjo, 1957-1961) yang dominan yang menyusun areal PT. Kencana Graha Permai adalah tanah Podsolik Merak Kuning (PMK) atau jenis tanah ultisol (menurut USDA Soil Taxonomy (1975 – 1990).

Jenis tanah PMK tersebut merupakan tanah marjinal dengan tingkat kesuburan tanah relatif rendah. Sifat kimia tanahnya antara 4,80 – 5,60 (tergolong masam) dan C-organik berkisar antara 1,19 – 1,26% (tergolong rendah). Sedang sifat fisik tanahnya, antara lain struktur tanah adalah remah/granuler sampai blocky dan permeabilitasnya berkisar antara 0,32 cm/jam sampai 7,65 cm/jam.

4.2.5. Hidrologi

(43)

4.2.7 Komposisi Vegetasi

Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Kencana Graha Permai sebanyak 295 jenis, dimana sebanyak 205 jenis telah teridentifikasi nama ilmiahnya dan sebanyak 90 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 205 jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan kedalam 70 famili.

4.2.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Laporan Tim Terpadu (2010c) menyatakan bahwa Areal ijin PT. Kencana Graha Permai secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang. Wilayah perkebunan ini terletak tidak jauh dari Kota Marau. Sedangkan desa-desa yang termasuk dalam areal ijin tersebut terdiri dari 4 (empat) desa di Kecamatan Marau, yaitu Desa Rangkong Jaya, Randai, Batu Payung Dua, dan Belaban.

Berdasarkan data Kecamatan Marau Dalam Angka Tahun 2009 yang direkapitulasi oleh Tim Terpadu (2010b), jumlah penduduk di Kecamatan Marau adalah 10.563 jiwa dan kepadatan penduduk 9,11 jiwa/km2. Rata-rata sex rasio antara penduduk laki-laki dengan perempuan mencapai 111. Adapun angka Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Marau dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup nyata. Tahun 2004 mencapai 9.923 jiwa, Tahun 2005 meningkat menjadi 10.001 jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 10.70 jiwa, tahun 2007 meningkat menjadi 10.318 jiwa, tahun 2008 menjadi 10.563 jiwa. Jarak antar dusun dalam desa umumnya sudah relatif dekat 1-2 km. Meskipun beberapa dusun ada yang agak jauh. Akses menuju dusun satu ke dusun lainnya bisa dicapai dengan jalan darat dengan kondisi jalan berupa jalan tanah.

Matapencaharian penduduk di desa sekitar PT. Kencana Graha Permai terbesar adalah petani kebun (penyadap karet) dan ladang. Sedangkan matapencaharian lainnya adalah pedagang, karyawan, PNS, buruh bangunan dan lainnya. Ada beberapa penduduk yang memiliki pekerjaan utama sebagai pengumpul hasil hutan seperti madu, getah jelutung, akar rotan, dan hasil hutan lainnya, namun tergantung tingkat musiman yang telah di prioritaskan dalam proses pengambilan hasil.

(44)

29

4.3.1 Aspek Fisik Kawasan

Perkebunan PT. Lanang Agro Bersatu sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Bupati Ketapang No. 117 Tahun 2007 tanggal 22 Maret 2007, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 20.000 ha. Luas areal berdasarkan hasil digitasi pengeplotan pada peta dasar seluas 15.008,00 ha. Perkebunan tersebut sudah melakukan kegiatan operasional di lapangan sejak tahun 2010. Kegiatan yang sudah dilakukan masih terbatas pada pembibitan tanaman sawit.

Perkebunan PT. Lanang Agro Bersatu terletak di Desa Jago Bersatu, Sandai Kiri, Penjawaan, Muara Jekak, Petai Patah, dan Demit, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin PT Lanang Agro Bersatu terletak di 01o10’34,2’-01o19’47,6” LS dan 110o 25’44,6”-110o40’51,0” BT

4.3.2. Iklim

Untuk menggambarkan keadaan iklim di daerah perkebunan dan sekitarnya dipergunakan data stasiun terdekat yaitu stasiun Meteorologi Airport Rahadi Usman, Ketapang. Secara rinci keadaan iklim ini disajikan pada Tabel 3.1. Secara umum iklim di daerah survei berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, lokasi studi termasuk dalam klasifikasi iklim tropis (simbol Afaw) yaitu isothermal hujan tropik dengan musim kemarau yang panas (suhu rata-rata dalam bulanan terpanas > 220C) tanpa bulan kering. Sedangkan menurut klasifikasi iklim Oldeman termasuk dalam Zone Agroklimat A yaitu bulan basah > 9 bulan dan bulan kering < 2 bulan.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan berguna di
Tabel.3.Klasifikasi.kelompok dan macam penyakit/penggunaan
Tabel 7 Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan
Gambar 4 Beberapa famili dengan jumlah spesies tertinggi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kempiskan adonan, tusuk-tusuk dengan garpu lalu potong adonan kecil-kecil &amp; bulatkan (kira2 sebesar bola golf) Lalu pipihkan adonan kedalam loyang yang telah diberi sedikit

Sisi lain dari hukum akumulasi modal dari kapitalisme adalah berlangsungnya proletarisme petani (proses pemisahan petani dari alat produksinya, yakni tanah,

• Bagi mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Statistik Sosial Lanjutan tidak perlu mengambil mata kuliah Teknik Formulasi Kebijakan, bagi yang belum mengambil

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari jurnal karangan Natasya Putri Andini dengan judul “Pengaruh Viral Marketing Terhadap Kepercayaan Pelanggan dan

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi terhadap parameter bobot segar konsumsi tanaman antara konsentrasi biourine dan dosis nitrogen (Tabel

Penciptaan sebuah karya seni yang menarik dan unik membutuhkan pemahaman dan pengetahuan tentang perkembangan trend jaman sekarang yang terjadi dilingkup masyarakat,

(4) Apakah terdapat pengaruh signifikan secara simultan keterlibatan kerja, disiplin kerja,dan kompensasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada Pabrik