• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Organ Pencernaan Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Organ Pencernaan Ayam Broiler"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

INTAN JUNITA TRI HADYANTI. Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Organ Pencernaan Ayam Broiler. Dibimbing oleh SRI ESTUNINGSIH dan MAWAR SUBANGKIT.

Jintan hitam atau Nigella sativa merupakan salah satu tanaman obat yang terkenal di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan histopatologi organ pencernaan ayam (proventrikulus, ventrikulus, duodenum, dan pankreas) pada ayam broiler setelah diberi N. sativa. Ayam (DOC) dengan jumlah 100 ekor dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, kelompok kontrol (K) diberi vaksin ND dan IBD, kelompok A diberi vaksin ND, IBD, AI, dan ekstrak N. sativa, kelompok B diberi vaksin ND, IBD, dan ekstrak N. sativa. Ekstrak N. sativa diberikan selama lima minggu dengan rute per oral. Setiap minggu mulai dari minggu ke-2 hingga minggu ke-6 ayam diambil secara acak sebanyak tiga ekor dari masing-masing kelompok untuk diuji histopatologi, ayam dinekropsi dan diambil sampel organ untuk difiksasi dengan Neutral Buffered Formalin (BNF) 10% kemudian dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam menurunkan jumlah sel radang submukosa; mengurangi ketebalan koilin serta jumlah sel radang submukosa ventrikulus; meningkatkan persentase keutuhan epitel, jumlah dan luas vili serta jumlah kripta; meningatkan persentase sel asinar aktif dan bobot badan ayam. Berdasarkan hasil tersebut mengindikasikan bahwa N. sativa memiliki potensi untuk menjaga saluran pencernaan serta menurunkan jumlah sel radang.

Kata kunci : ayam broiler, histopatologi duodenum, histopatologi pankreas, histopatologi proventrikulus, histopatologi ventrikulus, N. sativa

ABSTRACT

INTAN JUNITA TRI HADYANTI. Histopathological Studies of Black Cumin (Nigella sativa) Extract Benefits in Broiler Chickens Digestive Organs. Supervised by SRI ESTUNINGSIH and MAWAR SUBANGKIT.

(2)

histopathology slides stained with Haematoxylin Eosin (HE). The results showed that the extract of N. sativa reduced number of inflammatory cells in proventriculus; decrease of ventriculus koilin thickening while decreasing the number of inflammatory cells of ventriculus; increased the percentage of intact epithelium, increasing the number and extensive of intestinal villi; and increasing the number of bowel crypts; increase the number active acinar of pancreas and increase the body weight. This result indicate that extracts of N. sativa has the protective potency on gastrointestinal tract of broiler chickens and reduce the number of the inflammatory cells.

(3)

STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK

JINTAN HITAM (

Nigella sativa

) PADA ORGAN

PENCERNAAN AYAM BROILER

INTAN JUNITA TRI HADYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Organ Pencernaan Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

(6)

ABSTRAK

INTAN JUNITA TRI HADYANTI. Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Organ Pencernaan Ayam Broiler. Dibimbing oleh SRI ESTUNINGSIH dan MAWAR SUBANGKIT.

Jintan hitam atau Nigella sativa merupakan salah satu tanaman obat yang terkenal di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan histopatologi organ pencernaan ayam (proventrikulus, ventrikulus, duodenum, dan pankreas) pada ayam broiler setelah diberi N. sativa. Ayam (DOC) dengan jumlah 100 ekor dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, kelompok kontrol (K) diberi vaksin ND dan IBD, kelompok A diberi vaksin ND, IBD, AI, dan ekstrak N. sativa, kelompok B diberi vaksin ND, IBD, dan ekstrak N. sativa. Ekstrak N. sativa diberikan selama lima minggu dengan rute per oral. Setiap minggu mulai dari minggu ke-2 hingga minggu ke-6 ayam diambil secara acak sebanyak tiga ekor dari masing-masing kelompok untuk diuji histopatologi, ayam dinekropsi dan diambil sampel organ untuk difiksasi dengan Neutral Buffered Formalin (BNF) 10% kemudian dibuat preparat histopatologi dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam menurunkan jumlah sel radang submukosa; mengurangi ketebalan koilin serta jumlah sel radang submukosa ventrikulus; meningkatkan persentase keutuhan epitel, jumlah dan luas vili serta jumlah kripta; meningatkan persentase sel asinar aktif dan bobot badan ayam. Berdasarkan hasil tersebut mengindikasikan bahwa N. sativa memiliki potensi untuk menjaga saluran pencernaan serta menurunkan jumlah sel radang.

Kata kunci : ayam broiler, histopatologi duodenum, histopatologi pankreas, histopatologi proventrikulus, histopatologi ventrikulus, N. sativa

ABSTRACT

INTAN JUNITA TRI HADYANTI. Histopathological Studies of Black Cumin (Nigella sativa) Extract Benefits in Broiler Chickens Digestive Organs. Supervised by SRI ESTUNINGSIH and MAWAR SUBANGKIT.

(7)

histopathology slides stained with Haematoxylin Eosin (HE). The results showed that the extract of N. sativa reduced number of inflammatory cells in proventriculus; decrease of ventriculus koilin thickening while decreasing the number of inflammatory cells of ventriculus; increased the percentage of intact epithelium, increasing the number and extensive of intestinal villi; and increasing the number of bowel crypts; increase the number active acinar of pancreas and increase the body weight. This result indicate that extracts of N. sativa has the protective potency on gastrointestinal tract of broiler chickens and reduce the number of the inflammatory cells.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI HISTOPATOLOGI MANFAAT EKSTRAK

JINTAN HITAM (

Nigella sativa

) PADA ORGAN

PENCERNAAN AYAM BROILER

INTAN JUNITA TRI HADYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Organ Pencernaan Ayam Broiler

Nama : Intan Junita Tri Hadyanti

NIM : B04080130

Disetujui oleh

Dr drh Sri Estuningsih, MSi, APVet Pembimbing I

drh Mawar Subangkit Pembimbing II

Diketahui oleh

drh H Agus Setiyono, MS PhD, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2011 ini ialah stdi histopatologi pengaruh pemberian herbal, dengan judul Studi Histopatologi Manfaat Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) pada Organ Pencernaan Ayam Broiler.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr drh Sri Estuningsih, MSi, APVet dan drh Mawar Subangkit selaku pembimbing skripsi atas ilmu, waktu, dukungan, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini. Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada mama, bapak, kedua kakak, adik, kak Adi, dan keluarga besar atas segala doa dan kasih sayangnya.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang-orang yang mendukung dan membantu penulis dalam menyusun skripsi : Dr drh Denny Widaya Lukman, MSi, drh Wahono Esthi Prasetyaningtyas, MSi, Pak Kasnadi, Pak Soleh, Pak Endang, Bibi, Mbak Kiki, dan seluruh staf Bagian Patologi FKH IPB. Teman senasib seperjuangan Mutia dan Zhaviera, Geng Ikan (Desray, Rahmah, Fatma, dan Bolas), Paguyuban tercinta (Riris, Susi, Cupu, Widia, Farah, Hafiz, Dian, Rizal, Babang, Jami, Awan, Mutia, Ridwan, Chandra), Afdi, Zani, Irene A, Kak Agung, dan Kak Bambang atas semangat, bantuan, nasihat, dan dukungannya, asisten praktikum Patsis 2012, serta seluruh Avenzoar tercinta dan nama-nama yang tidak bisa penulis cantumkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Ayam broiler 2

Vaksinasi 2

Sistem Pencernaan Ayam 2

Jintan Hitam (Nigella sativa) 4

METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Alat dan Bahan 5

Pelaksanaan Penelitian 5

Persiapan Kandang 5

Pengelompokan Ayam 5

Jadwal Vaksinasi 6

Pemberian Jintan Hitam 6

Pengolahan sampel penelitian 6

Parameter Penelitian 6

Analisis Data 7

(14)

Hasil 7 Perubahan histopatologi pada proventikulus 7 Perubahan histopatologi pada ventrikulus 10

Perubahan histopatologi pada duodenum 11

Perubahan histopatologi pada pankreas 13

Bobot badan ayam 15

Pembahasan 15

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

(15)

DAFTAR TABEL

1 Pembagian kelompok perlakuan pada ayam 5

2 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam

(Nigella sativa) pada proventrikulus ayam broiler

9 3 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam

(Nigella sativa) pada ventrikulus ayam broiler

11 4 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam

(Nigella sativa) pada duodenum ayam broiler

13 5 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam

(Nigella sativa) pada pankreas ayam broiler

14 6 Rataan bobot badan ayam (g) sebelum dan sesudah diberi ekstrak

jintan hitam (Nigella sativa)

15

DAFTAR GAMBAR

1 Bagian proventrikulus yang diamati 7

2 Fotografi mikro diameter kelenjar proventrikulus 8

3 Fotografi mikro erosi epitel proventrikulus 8

4 Fotografi mikro sel radang proventrikulus 9

5 Fotografi mikro lapisan koilin dan otot polos ventrikulus 10 6 Fotografi mikro sel radang submukosa ventrikulus 10

7 Fotografi erosi epitel dan vili duodenum 12

8 Fotografi mikro mikro kripta duodenum 12

9 Fotografi mikro sel asinar aktif pada pankreas 14

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam merupakan sumber protein hewani yang baik karena mengandung asam amino essensial yang lengkap, selain itu serat–serat dagingnya pendek dan lunak. Hidangan daging ayam digunakan sebagai sumber protein dalam diet, hal ini untuk mengurangi jumlah kalori yang diterima dalam tubuh (Muchtadi dan Sugiono 1992).

Ayam pedaging merupakan ternak yang penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring dengan meningkatnya penghasilan dan kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Selain itu, daging ayam sangat disukai karena harganya yang tergolong murah jika dibandingkan dengan harga daging asal hewan lain dan halal. Pemeliharaan ayam secara intensif dapat membuat ayam mudah mengalami stres sehingga terjadi penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh rendah maka akan mudah terjangkit berbagai macam penyakit. Hal ini menyebabkan pula respon ayam terhadap vaksinasi kurang optimal.

Pemeliharaan ayam dalam jumlah besar di peternakan akan menurunkan aktivitas sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang menurun dapat memudahkan agen infeksius (bakteri, protozoa, virus, dan cendawan) masuk ke dalam tubuh ayam melalui inhalasi ataupun oral. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh salah satunya organ pencernaan. Usaha yang dapat dilakukan agar organ pencernaan tetap berfungsi dengan baik salah satunya menjaga kualitas saluran pencernaan ayam. Pemberian herbal alami seperti ekstrak minyak jintan hitam saat ini dipercaya dapat meningkatkan fungsi organ pencernaan seperti penelitian yang telah dilakukan pada mencit (Rostika 2012). Fungsi organ pencernaan yang baik akan memberikan dampak terhadap kenaikan bobot badan ayam broiler sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam dari fungsi jintan hitam terhadap organ pencernaan ayam secara histopatologi.

Tujuan

Mempelajari histopatologi organ pencernaan (proventrikulus, ventrikulus, duodenum, dan pankreas) setelah diberi ekstrak jintan hitam.

Manfaat

(18)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan dalam keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (Wong 2004). Ayam broiler komersial sebelum masa perkembangannya hanya mempunyai tingkat produktivitas rendah karena selain menghasilkan daging juga menghasilkan telur. Para ahli genetik melakukan penelitian, persilangan, dan seleksi terus menerus hingga dihasilkan varietas ayam murni yang khusus menghasilkan daging (Fadillah 2004). Tipe pedaging yang dimaksud adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan dipanen dan diambil dagingnya sebagai sumber protein hewani bagi konsumen. Broiler umumnya dipanen pada umur 32 hari dengan berat sekitar 1.5 kg (Murwani 2010). Menurut SNI (2008), bobot DOC minimal 37 gram atau 65% dari berat awal telur tetas.

Vaksinasi

Sistem pemeliharaan ayam broiler secara intensif akan meningkatkan resiko terjadinya wabah penyakit sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam yang dipelihara terhadap berbagai penyakit infeksi (Belgis et al. 2010). Penyakit yang sering menginfeksi ayam di Indonesia antara lain salmonellosis, colibacillosis, dan Newcastle disease (ND) (Kabir 2010; CFSPH 2006; Alzeer 2008). Dibutuhkan vaksinasi untuk mencegah terjadinya penyakit pada ayam. Vaksin pada ayam broiler yang biasa diberikan di Indonesia antara lain vaksin ND, vaksin IBD, vaksin AI, dan vaksin Marek’s disease (Medion 2008).

Sistem Pencernaan Ayam

Alat pencernaan ayam terdiri dari mulut, kerongkongan (esofagus), tembolok (crop), lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot (ventrikulus), usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum), caecum (usus buntu), colon (usus besar), dan kloaka (Sturkie dan Whittow 2000). Ayam memiliki lidah tetapi tidak memiliki gigi. Langit-langit mulutnya lunak tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Paruh digunakan untuk mengambil makanan kemudian didorong ke esophagus. Kemudian dengan gerak peristaltik makanan disalurkan menuju tembolok. Tembolok merupakan bagian setelah esofagus yang melebar di salah satu sisinya berbentuk kantung berperan sebagai tempat penyimpanan makanan sementara. Sedikit bahkan tidak ada proses pencernaan di dalam tembolok kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan pada bagian ini (Polana dan Fadillah 2004).

(19)

3 ventrikulus. Bagian proventrikulus menghasilkan asam klorida (HCl) dan beberapa enzim pencernaan seperti pepsin (Lelland 1990).

Epitel dari proventrikulus adalah silindris sebaris. Terdapat lamina propria tipis sebagai pemisah dari lobulus kelenjar submukosa. Kelenjar satu dengan lainnya saling berhimpitan yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Setiap lobulus kelenjar berisi rongga sentral dengan tubulus sekresi yang langsung terhubung ke jaringan ikat interlobular. Sebuah saluran ekskretoris mengalir ke permukaan mukosa lambung. Kelenjar hanya berisi satu jenis sel yang mengeluarkan asam dan pepsinogen. Muskularis eksterna tersusun atas otot polos dengan bagian dalam berbentuk melingkar dan lapisan luar berbentuk longitudinal (Aughey dan Frye 2010).

Bagian pencernaan ayam setelah proventrikulus adalah ventrikulus atau gizzard. Ventrikulus sering juga disebut muscular stomach (lambung otot). Lokasinya berada di antara proventrikulus dan bagian usus halus. Ventrikulus memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Partikel pakan yang lebih besar menyebabkan kontraksi semakin cepat. Biasanya di dalam ventrikulus terkandung material yang bersifat membantu dalam penggilingan, seperti grit, karang, dan kerikil. Material halus akan masuk dan keluar lagi dalam beberapa menit kemudian menuju saluran usus, tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di dalam ventrikulus untuk beberapa jam (Murwani 2010).

Secara histologi ventrikulus tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan koilin, submukosa, dan lapisan otot polos. Permukaan ventrikulus dibatasi dengan produk sekresi dari kelenjar mukosa yang berupa lapisan permukaan keras membentuk kutikula atau koilin. Epitel tersusun dari silindris rendah dan bersambung dalam tubular sederhana dari kelenjar mukosa di lamina propria. Terdapat pula lapisan submukosa dan lapisan otot polos yang tebal (Aughey dan Frye 2010).

Intestinum merupakan salah satu organ sistem pencernaan. Fungsi utama saluran pencernaan, yaitu mencerna dan memecah makanan menjadi lebih kecil dan sederhana sehingga dapat diserap oleh sirkulasi tubuh guna menunjang kehidupan organisme (Frappier 2006). Bagian usus halus pada ayam memiliki panjang yang seragam, terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum memiliki vili paling panjang dan menebal pada bagian pangkal (Bacha LM dan Bacha WJ 2000).

Usus halus pada ayam mirip dengan mamalia tetapi panjangnya lebih seragam. Jaringan limfatik tersebar di dalam lamina propria dan submukosa. Lapisan ketiga dari usus adalah muskularis eksterna yang terdiri dari otot polos melingkar (Aughey dan Frye 2010).

Ayam memiliki kelenjar eksokrin dan endokrin, yaitu pankreas. Pankreas menempel pada duodenal loop. Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amilase, lipase, dan tripsin. Selain itu pankreas berfungsi juga sebagai kelenjar endokrin dengan mensekresikan hormon insulin, somatotropin, dan glukagon (Fadillah 2004).

(20)

4

Colon relatif berbentuk lurus dan pendek dan terhubung ke kloaka. Kloaka merupakan gabungan saluran urogenital, tempat keluar feses, dan saluran reproduksi (Frandson et al. 2009).

Jintan Hitam (Nigella sativa)

Jintan hitam atau black cumin (Nigella sativa) merupakan tanaman asli Eropa Selatan dan banyak ditemukan di India. Tanaman ini ditumbuhkan di berbagai daerah di dunia, khususnya Timur Tengah (Nergiz dan Otles 1993). Klasifikasi Nigella sativa (Hutapea 1994) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Ranunculales Family : Ranunculaceae Genus : Nigella

Species : Nigella sativa

Kandungan thymoquinone (TQ) di dalam minyak dan biji jintan hitam telah menunjukkan potensi obat dalam pengobatan tradisional (Salem 2005). Di Timur Tengah, jintan hitam biasa digunakan sebagai obat tradisional untuk memperbaiki kondisi kesehatan manusia (Al Saleh et al. 2006). Jintan hitam dapat meningkatkan rasio sel CD4+ dan CD8+ 55% dan peningkatan fungsi sel natural

killer sebanyak 30%, sehingga jintan hitam dapat berfungsi sebagai immunomodulator (Salem 2005). Jintan hitam sangat penting bagi Negara Arab dan pengobatan tradisional secara Islam untuk mengobati berbagai macam penyakit terutama mengobati gangguan perut dan kolik. Jintan hitam juga dianggap efektif mengatasi kejang, asma, sakit kepala, dan kecacingan (Van Wyk dan Wink 2004).

Menurut El-Dakhakhny et al. (2002), jintan hitam memiliki khasiat sebagai peningkat kekebalan tubuh, antiradang, dan antibakteri. Selain itu, jintan hitam juga dapat menghilangkan cacing dan parasit dalam usus (Topozoda et al. 1965). Penelitian yang dilakukan oleh Al-Beitawi dan Ghousein (2008) menunjukan bahwa pemberian jintan hitam pada ayam broiler dapat meningkatkan berat hidup, pertambahan berat badan, dan konsumsi pakan.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(21)

5 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) sebanyak 100 ekor, larutan gula, pakan, air minum, sekam sebagai alas kandang, dan Vitachick® (mengandung multivitamin dan antibiotik). Alat dan bahan pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE) dibutuhkan Buffered Neutral Formalin (BNF) 10%, NaCl fisiologis, aquadest, etanol konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, 96%), etanol absolut, xylol, haematoxylin C.I. 75290, eosin C.I. 45380, lithium karbonat, perekat albumin, dan parafin. Bahan untuk perlakuan berupa minyak ekstrak jintan hitam (sediaan komersil), vaksin Infectious Bursal Disease (IBD), vaksin Newcastle Disease (ND), dan vaksin Avian Influenza (AI).

Alat yang digunakan selama penelitian yaitu kandang pemeliharaan ayam dengan pemisah untuk tiga kelompok, peralatan nekropsi, object glass, cover glass, sakura® automatic tissue processor, refrigerator, mikrotom, mikroskop cahaya , dan electronic eyepiece® camera beserta seperangkat komputer untuk pengambilan gambar jaringan. Perangkat lunak ImageJ® 1.46 untuk Microsoft® Windows® untuk mengukur parameter setiap organ.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang

Sebelum digunakan, kandang terlebih dahulu didesinfeksi menggunakan deterjen dan desinfektan. Selain proses desinfeksi dilakukan juga proses pengapuran dan fumigasi menggunakan larutan formalin 10% v/v.

Pengelompokan Ayam

Penelitian ini menggunakan ayam broiler berumur satu hari (day old chick) dengan bobot berkisar 60 gram. Hari pertama diberikan larutan gula 1% untuk memberikan tambahan tenaga pada ayam. Masa adaptasi dilakukan selama satu minggu untuk mengembalikan kondisi ayam yang stress akibat pemindahan dan transportasi. Selama masa adaptasi ayam dikelompokkan menjadi dua kandang dengan jumlah masing-masing kandang 50 ekor. Ayam didistribusikan ke dalam tiga kelompok perlakuan setelah satu minggu masa adaptasi. Pengelompokan tiga kelompok ayam sebagai berikut :

Tabel 1 Pembagian kelompok perlakuan pada ayam

Kelompok Jumlah Ayam (ekor) Perlakuan

1 30 Vaksinasi ND

Vaksinasi IBD

2 35

Jintan hitam 100% (0.02 ml)/hari Vaksinasi ND

Vaksinasi IBD Vaksinasi AI

3 35

Jintan hitam 100% (0.02 ml)/hari Vaksinasi ND

(22)

6

Saat umur ayam 0-14 hari alas kandang dilapisi koran dan pakan diberikan dengan cara ditebarkan di lantai kandang. Ketika ayam berumur 14 hari alas kandang diganti menggunakan sekam padi. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum (selalu tersedia) yang ditambahkan Vitachick® setiap hari selama masa pemeliharaan (42 hari), pemberian pakan juga diberikan secara ad libitum.

Jadwal Vaksinasi

Vaksin yang diberikan adalah vaksin ND, vaksin IBD, dan vaksin AI berupa vaksin inaktif. Vaksin ND diberikan pada hari ke-11 menggunakan live vaccine strain B1 sedangkan vaksin hari ke-19 menggunakan live vaccine strain La Sota. Rute vaksinasi diberikan secara eye drop (tetes mata).

Vaksin aktif IBD diberikan secara per oral dicampur dengan susu skim tanpa lemak pada hari ke-22. Vaksin AI diberikan pada hari ke-28 menggunakan killed vaccine dengan rute pemberian sub kutan di daerah leher (Swayne 2008).

Pemberian Jintan Hitam

Jintan hitam dengan dosis 0.02 ml setiap hari pada minggu kedua hingga minggu keenam. Pemberian jintan hitam pada ayam dilakukan per oral dengan cara dicekokkan.

Pengolahan Sampel Penelitian

Pemisahan kelompok dimulai pada minggu kedua. Ayam dinekropsi satu minggu sekali dari minggu ke-2 hingga ke-6, diambil 3 ekor dari masing-masing kelompok secara acak. Organ yang diambil yaitu proventrikulus, ventrikulus, pankreas, dan duodenum kemudian difiksasi menggunakan larutan BNF 10%. Trimming (memotong organ di bagian tengah setebal 0.3 cm yang akan dijadikan preparat histopatologi) dilakukan setelah larutan BNF 10% berpenetrasi sempurna ke dalam organ. Potongan organ dibuat preparat histopatologi dengan bantuan tissue embedding console lalu diberi pewarnaan HE (Haematoxilin Eosin). Sediaan dapat diamati dengan mikroskop cahaya lalu dibuat foto menggunakan menggunakan eyepiece camera kemudian diukur sesuai parameter penelitian menggunakan software Java Image 1.46.

Parameter Penelitian

Pengamatan organ pencernaan ayam menggunakan mikroskop cahaya dan

(23)

7 dengan membagi jumlah sel asinar yang aktif dengan jumlah seluruh sel eksokrin lalu dikali 100%.

Analisis Data

Data pengamatan histopatologi terhadap seluruh parameter penelitian dicari rataan serta simpangan bakunya secara statistik dengan menggunakan Uji Sidik Ragam (ANOVA) dalam perangkat lunak SAS (Statistical Analysis System) produksi SAS Institute Inc. yang dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan secara umum terhadap daya hidup dan kesehatan DOC menunjukkan bahwa DOC cukup baik kualitasnya. Mulai minggu pertama hingga minggu kedua kematian berkisar antara 8 ekor dari 100 ekor DOC (8%). Kematian terjadi akibat trauma karena terinjak dan terjepit oleh sesama ayam, tidak ada yang menunjukkan akibat dari infeksi suatu penyakit. Maternal antibodi yang masih terdapat dalam tubuh ayam hingga minggu kedua merupakan salah satu faktor tidak ditemukannya kematian karena infeksi (Hamar et al. 2006). Perubahan Histopatologi pada Proventikulus

Berdasarkan pengamatan pada preparat histopatologi proventrikulus dalam penelitian ini, proventrikulus terdiri dari epitel penutup, submukosa, dan kelenjar (Gambar 1). Menurut Bacha LM dan Bacha WJ (2000), proventrikulus terdiri atas epitel penutup, mukosa, submukosa, dan kelenjar. Kelenjar pada proventrikulus menghasilkan pepsinogen dan HCl.

Gambar 1 Bagian proventrikulus yang diamati. Keterangan (1) epitel penutup, (2) submukosa, (3) kelenjar

1

2

(24)

8

Hasil pengamatan proventrikulus dengan parameter diameter kelenjar, persentase keutuhan epitel, dan jumlah sel radang pada submukosa dapat dilihat pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 2 Fotografi mikro diameter kelenjar proventrikulus (panah hitam)

dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B

Gambar 3 Fotografi mikro perbandingan epitel proventrikulus yang mengalami deskuamasi (panah merah) dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B

A

A

B

A

B

C

(25)

9

Gambar 4 Fotografi mikro sel radang proventrikulus (panah merah) dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B

Tabel 2 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) pada proventrikulus ayam broiler dalam luas lapang pandang 20000 µm2

Parameter Minggu ke- Kelompok

K A B

Diameter kelenjar (µm)

2 24.21 ± 0.02a 22.71 ± 1.81a 21.30 ± 0.58a

3 19.75 ± 1.91a 22.78 ± 0.95a 20.57 ± 0.34a

4 24.22 ± 1.67a 23.28 ± 1.54a 20.84 ± 0.63a

5 21.58 ± 0.05a 24.73 ± 0.92a 22.28 ± 1.18a

6 21.32 ± 2.52a

25.45 ± 3.59a 23.95 ± 0.10a

Keutuhan epitel (%)

2 44.42 ± 21.22b 61.00 ± 7.37a 53.47 ± 3.46ab

3 51.62 ± 3.21b 62.21 ± 2.08a 52.10 ± 4.51b

4 49.61 ± 2.52ab 59.42 ± 8.00a 45.96 ± 3.06b

5 56.63 ± 5.69a 63.55 ± 15.53a 56.35 ± 8.19a

6 54.93 ± 19.22b 74.01 ± 9.02a 61.71 ± 15.18ab

Jumlah sel radang

2 1.39 ± 0.40b 2.67 ± 0.08ab 3.22 ± 0.11a

3 2.86 ± 0.58a 2.62 ± 0.29a 2.74 ± 0.58a

4 2.43 ± 0.50a 2.22 ± 0.18a 3.86 ± 0.15a

5 2.49 ± 0.51a 2.12 ± 0.42a 2.34 ± 0.47a

6 2.77 ± 0.57a 1.99 ± 0.39a 1.50 ± 0.46a

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan nyata (p>0.05) pada hasil pengamatan diameter kelenjar namun pada persentase keutuhan epitel dan jumlah sel radang terdapat perbedaan nyata (p<0.05). Diameter kelenjar pada kelompok yang diberi jintan hitam cenderung meningkat dan memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok Kl. Jumlah keutuhan epitel di minggu ke-4 terdapat perbedaan nyata dengan jumlah tertinggi pada kelompok A. Keutuhan epitel pada kelompok yang diberi jintan hitam cenderung meningkat pada minggu ke-5 hingga ke-6 sedangkan kelompok

B

C

(26)

10

K memiliki keutuhan epitel yang tidak stabil. Jumlah sel radang pada minggu ke-2 memiliki perbedaan nyata dengan jumlah tertinggi pada kelompok yang diberi jintan hitam namun cenderung menurun dan lebih rendah dari kelompok K di minggu selanjutnya.

Perubahan Histopatologi pada Ventrikulus

Ventrikulus merupakan lambung pencernaan pada ayam yang berfungsi mencerna makanan secara mekanik. Parameter yang diamati adalah tebal koilin, tebal otot polos, dan jumlah sel radang submukosa (Gambar 5 dan Gambar 6). Hasil uji statistik pada ventrikulus dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 5 Fotografi mikro lapisan koilin (panah hitam) dan otot polos (panah merah) ventrikulus dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B

Gambar 6 Fotografi mikro sel radang submukosa ventrikulus (panah merah) dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B

Berdasarkan data pada Tabel 3, terdapat perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok perlakuan pada tebal koilin di minggu ke-4 dan jumlah sel radang di minggu ke-5. Hasil uji statistik untuk tebal otot polos tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata (p>0.05) antar kelompok. Kelompok A memiliki tebal koilin lebih rendah daripada kelompok K pada minggu ke-4, namun lebih tinggi dari kelompok B. Tebal koilin dalam satu kelompok setiap minggunya memiliki tebal yang bervariasi sejalan dengan waktu. Jumlah sel radang pada minggu ke-5 untuk kelompok A memiliki jumlah yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya.

A

B

A

B

C

(27)

11 Tabel 3 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) pada

ventrikulus ayam broiler dalam luas lapang pandang 20000µm2

Parameter Minggu

ke-

Kelompok

K A B

Tebal lapisan koilin (µm)

2 254.23 ± 28.67a 281.57 ± 40.00a 291.60 ± 22.63a

3 230.57 ± 143.20a 239.13 ± 143.94a 263.74 ± 19.43a

4 399.45 ± 164.80a 327.20 ± 40.51ab 322.87 ± 128.67b

5 300.58 ± 173.84a 357.06 ± 206.15a 423.50 ± 244.51a

6 359.70 ± 210.30a 306.58 ± 187.44a 346.70 ± 79.88a

Tebal otot polos (µm)

2 1117.05 ± 127.27a 1206.05 ± 261.53a 1212.77 ± 145.67a

3 1156.78 ± 396.10a 994.36 ± 104.92a 1175.62 ± 135.42a

4 1490.43 ± 128.19a 923.47 ± 142.26a 1781.64 ± 795.48a

5 1067.30 ± 227.68a 1281.04 ± 227.32a 958.39 ± 553.33a

6 1379.05 ± 591.58a 1370.15 ± 277.92a 1144.96 ± 248.46a

Jumlah sel radang

2 2.5 ± 0.21a 1.5 ± 0.31a 2.0 ± 0.14a

3 1.9 ± 0.29a 0.7 ± 0.46a 1.6 ± 0.27a

4 2.3 ± 0.27a 1.4 ± 0.17a 1.8 ± 0.25a

5 1.8 ± 0.21ab 0.7 ± 0.31b 2.8 ± 0.59a

6 1.7 ± 0.27a 1.6 ± 0.44a 2.6 ± 0.35a

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok.

Perubahan Histopatologi pada Duodenum

(28)

12

Gambar 7 Fotografi mikro erosi epitel (panah hitam) dan vili duodenum (panah merah) dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B; Perbesaran kuat erosi epitel (D) kelompok K, (E) kelompok A, (F) kelompok B

Gambar 8 Fotografi mikro kripta duodenum (panah merah) dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B Berdasarkan Tabel 4 terdapat perbedaan nyata (p<0.05) antar kelompok pada jumlah kripta, keutuhan epitel, jumlah vili, dan luas vili. Jumlah keutuhan epitel memiliki perbedaan nyata (p<0.05) pada minggu ke-5 Kelompok A memiliki jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok K, namun lebih tinggi dari kelompok B. Jumlah vili memiliki perbedaan nyata (p<0.05) pada minggu ke-5. Kelompok yang diberi jintan hitam lebih tinggi dibandingkan

A B C

A

B

C

(29)

13 dengan kelompok kontrol. Luas vili pada kelompok K bila dibandingkan dengan rata-rata kelompok A dan B memiliki nilai tertinggi di minggu ke-2, namun di minggu ke-3 hingga minggu ke-5 memiliki nilai paling rendah. Rataan luas vili pada minggu ke-6, kelompok B memiliki nilai paling tinggi, sedangkan kelompok A memiliki nilai paling rendah. Jumlah kripta pada minggu ke-2 perlakuan memiliki perbedaan nyata, kelompok A memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok B namun lebih rendah dari kelompok K. Jumlah kripta pada kelompok A dan B memiliki kecenderungan meningkat namun pada kelompok K cenderung tidak stabil.

Tabel 4 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) pada duodenum ayam broiler dalam luas lapang pandang 20000µm2

Parameter Minggu ke- Kelompok

K A B

Keutuhan epitel (%)

2 59.4 ± 19.3a 85.8 ± 6.0a 41.1 ± 8.8a

3 90.4 ± 53.1a 77.2 ± 31.2a 86.4 ± 17.1a

4 90.4 ± 63.9a 85.3 ± 17.9a 99.1 ± 1.6a

5 100.0 ± 57.7b 87.7 ± 15.4a 79.1 ± 25.2ab

6 63.6 ± 21.4a 65.6 ± 38.0a 92.4 ± 4.7a

Jumlah vili

2 6.6 ± 0.6a 5.2 ± 1.7a 4.6 ± 2.9a

3 3.8 ± 3.1a 4.5 ± 1.3a 4.4 ± 1.5a

4 5.5 ± 3.5a 4.3 ± 1.0a 4.0 ± 2.1a

5 4.3 ± 2.3b 4.5 ± 0.6a 5.7 ± 0.6a

6 6.7 ± 0.6a 6.4 ± 3.8a 4.0 ± 0.6a

Luas vili (µm2)

2 22.2 ± 1.2a 18.9 ± 5.6a 14.9 ± 12.0a

3 15.6 ± 12.6a 23.5 ± 0.2a 23.1 ± 2.1a

4 7.4 ± 0.8b 22.5 ± 0.9a 23.8 ± 4.3a

5 9.3 ± 0.9a 22.9 ± 1.9a 22.9 ± 0.7a

6 21.3 ± 3.1a 15.2 ± 12.5a 23.2 ± 0.7a

Jumlah kripta

2 128.7 ± 16.1a 164.3 ± 45.2a 117.7 ± 27.0a

3 277.3 ± 77.4a 192.0 ± 63.7a 152.0 ± 117.2a

4 264.0 ± 152.0a 197.0 ± 39.6b 177.0 ± 31.6c

5 156.0 ± 109.8a 202.0 ± 58.7a 198.0 ± 36.7a

6 250.0 ± 63.2a 202.3 ± 57.8a 250.0 ± 32.5a

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar kelompok.

Perubahan Histopatologi pada Pankreas

(30)

14

Gambar 9 Fotografi mikro sel asinar aktif (panah hitam) pankreas dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B

[image:30.595.46.496.55.772.2]

Gambar 10 Fotografi mikro pulau langerhans (panah hitam) pankreas dengan pewarnaan HE. Keterangan (A) kelompok K, (B) kelompok A, (C) kelompok B

Tabel 5 Pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) pada pankreas ayam broiler dalam luas lapang pandang 20000 µm2

Parameter Minggu ke- Kelompok

K A B

Luas pulau langerhans (µm2)

2 776.6 ± 251.3a

1920.0 ± 793.7a 1186.4 ± 680.2a

3 705.5 ± 54.1a

1888.02 ± 428.6a 1183.26 ± 591.5a

4 1271.8 ± 965.3a

2430.6 ± 530.4a 2048.50 ± 394.6a

5 1342.4 ± 1183.9a

2936.7 ± 803.5a 2568.65 ± 567.2a

6 1064.3 ± 238.5a

2966.3 ± 265.8a 2968.30 ± 575.7a

.Jumlah sel asinar aktif (%)

2 44.4 ± 1.5b 61.0 ± 1.7ab 53.5 ± 5.8a

3 51.6 ± 1.3b 62.2 ± 2.8a 52.1 ± 4.4b

4 46.0 ± 3.6b 59.4 ± 3.4a 49.6 ± 6.6ab

5 56.4 ± 4.7a 63.6 ± 2.1a 56.6 ± 2.0a

6 54.9 ± 7.6b 74.0 ± 2.1a 61.7 ± 7.6ab

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar setiap kelompok.

A B C

B

[image:30.595.86.483.524.727.2]
(31)

15 Berdasarkan Tabel 5 memperlihatkan tidak ada perbedaan nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan pada luas pulau langerhans namun terdapat perbedaan nyata (p<0.05) pada jumlah sel asinar yang aktif. Jumlah sel asinar aktif kelompok A dan B memiliki nilai yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K.

Bobot Badan Ayam

Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan absorbsi hasil pencernaan, air dan berbagai elektrolit, serta sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi. Kondisi sel-sel saluran pencernaan yang baik akan menunjang proses pencernaan yang optimal. Data bobot badan ayam sebelum diberi jintan hitam (minggu pertama) hingga minggu kelima dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan bobot badan ayam broiler (g) sebelum dan sesudah diberi ekstrak minyak jintan hitam (Nigella sativa)

Minggu ke- K A B

1 109 ± 46.7a 172 ± 26.0a 121 ± 15.9a

2 287 ± 23.0b 460 ± 51.7a 402 ± 3.0a

3 679 ± 98.1b 857 ± 15.1a 779 ± 38.4ab

4 1099 ± 58.5b 1281 ± 128.9a 1222 ± 63.6ab

5 1357 ± 15.0b 1763 ± 139.2a 1555 ± 65.2ab

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar setiap kelompok.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa perbedaan bobot badan ayam memiliki perbedaan nyata (p<0.05). Pada kelompok yang diberi jintan hitam memiliki bobot badan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Pembahasan

Kelenjar proventrikulus berfungsi untuk sekresi HCl dan enzim pencernaan seperti pepsin yang berfungsi membantu dalam proses pencernaan makanan (Lelland 1990). Diameter kelenjar pada kelompok A dan B lebih besar dibandingkan dengan kelompok K. Semakin besar diameter kelenjar, semakin banyak sekresi yang dihasilkan sehingga sekresi enzim pencernaan lebih banyak, pencernaan dapat berjalan dengan baik.

Persentase keutuhan epitel penutup proventrikulus pada minggu 2, ke-3, ke-4, dan ke-6 memiliki perbedaan nyata. Kelompok yang diberi jintan hitam cenderung memiliki nilai lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Aktivitas antioksidan memegang peranan sangat penting sebagai protektor radikal bebas (Thippeswammy dan Naidu 2005). Adanya senyawa timoquinon dalam ekstrak minyak jintan hitam sebagai antioksidan dan anti mikroba dapat menghambat peroksidasi lipid sehingga radikal bebas dapat terikat dan integritas membran sel tetap terjaga (Diamita 2009).

(32)

16

dengan jumlah tertinggi pada kelompok A. Rata-rata jumlah sel radang minggu berikutnya pada kelompok K mengalami peningkatan terus-menerus hingga minggu ke-6, sedangkan untuk kelompok A dan B mengalami penurunan. Penurunan jumlah sel radang pada submukosa proventrikulus juga dapat disebabkan adanya efek supresif yang mekanismenya mirip aktivitas anti inflamasi dari nigellon. Nigellon merupakan polimer karbonil dari thymoquinone (Thippeswammy dan Naidu 2005). Hasil penelitian Asniyah (2009) menunjukkan bahwa jintan hitam memiliki fungsi sebagai antimikroba yang ditunjukkan dari penurunan jumlah pertumbuhan Escherichia coli yang diamati secara in vitro.

Setelah melewati proventrikulus makanan akan dicerna secara mekanik pada bagian ventrikulus yang terdiri atas lapisan koilin, submukosa, dan otot polos. Koilin merupakan lapisan kutikula pada permukaan ventrikulus yang diproduksi oleh kelenjar mukosa, berfungsi sebagai pelindung dari asam dan enzim proteolitik yang disekresikan oleh proventrikulus dan trauma akibat pemecahan pakan yang sangat keras (Sturkie dan Whittow 2000). Tebal koilin pada minggu ke-4 memiliki perbedaan nyata, kelompok kontrol memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang diberi jintan hitam. Adanya efek emolien yang dapat berfungsi sebagai buffer sehingga dapat menekan penebalan lapisan koilin yang merupakan lapisan kutikula.

Otot polos memiliki peranan penting dalam proses mekanik dalam ventrikulus. Tebal otot polos dipengaruhi oleh kerja otot, semakin aktif maka akan semakin tebal. Kelompok yang diberi jintan hitam tidak memiliki pola yang khas untuk perubahan tebal otot setiap minggunya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individu karena sampling diambil secara acak.

Jumlah sel radang submukosa ventrikulus pada kelompok yang diberi jintan hitam cenderung lebih rendah dibanding kontrol. Hasil penelitian Asniyah (2009) menunjukkan bahwa jintan hitam memiliki fungsi sebagai antimikroba yang ditunjukkan dari penurunan jumlah pertumbuhan Escherichia coli yang diamati secara in vitro. Penelitian ini diperkuat dengan adanya penelitian Mashhadian dan Rakhsandeh (2005) yang menyatakan bahwa salah satu kandungan jintan hitam adalah minyak volatil. Minyak volatil ini mengandung komponen yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi, meskipun mekanisme aksi dari senyawa ini belum jelas.

Pakan yang telah digiling oleh ventrikulus akan diserap oleh duodenum. Keutuhan epitel kelompok A memiliki jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok K, namun lebih tinggi dari kelompok B. Menurut Yang et al. (2006), hasil penelitian beberapa tahun terakhir menyebutkan bahwa stres bertanggung jawab terhadap kondisi patofisiologi organ gastrointestinal seperti kerusakan epitel vili usus yang mengawali infeksi usus dan alergi pakan. Deskuamasi epitel permukaan usus merupakan suatu indikasi respon kekebalan tubuh bagian usus halus terhadap infeksi antigen. Lambert et al. (2001) menyatakan bahwa pemberian jintan hitam dapat melindungi dinding lambung dan saluran pencernaan terhadap terjadinya ulkus sampai dengan 53.56% dengan cara meningkatkan kadar musin dan glutathion, serta menurunkan kadar zat histamin dan formasi pembentukan ulkus pada organ-organ tersebut.

(33)

17 Pemberian jintan hitam dapat menambah jumlah serta luas vili duodenum. Pencernaan di usus halus ditunjang oleh vili yang merupakan bentuk khusus pada bagian mukosa. Vili merupakan penjuluran mukosa yang berbentuk jari dan merupakan ciri khas usus halus. Jumlah vili yang bertambah akan meningkatkan absorpsi makanan. Peningkatan vili menyebabkan semakin luas permukaan vili untuk absorbsi nutrien masuk ke dalam aliran darah (Mile et al. 2006; Rostinawati 2008).

Sel-sel kripta akan menyediakan sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel permukaan vili yang terbuang ke lumen usus. Sel-sel epitel yang terletak jauh di dalam kripta Lieberkuhn terus-menerus mengalami mitosis dan sel-sel baru secara perlahan-lahan bermigrasi sepanjang membran basal naik ke atas keluar dari kripta menuju tepi vili sehingga secara terus-menerus menggantikan epitel vili. Sewaktu sel-sel vili menjadi tua, sel-sel tersebut akhirnya dilepaskan ke dalam sekresi usus. Pertumbuhan yang cepat dari sel-sel baru juga membuat perbaikan ekskoriasi (kerusakan kimiawi di epitel) di dalam mukosa berlangsung cepat (Guyton dan Hall 1997). Pada hasil penelitian, jumlah kripta kelompok K dan B memiliki nilai yang sama sedangkan keutuhan epitel berbeda. Jumlah kripta akan meningkat bila terjadi kerusakan epitel, sedangkan pada kelompok B kerusakan epitel lebih rendah dibandingkan dengan kelompok K. Sel-sel kripta yang banyak pada kelompok yang diberi jintan hitam merupakan cadangan bila terjadi kerusakan epitel sehingga pergantian sel dapat berlangsung dengan cepat.

Pankreas terletak pada duodenal loop, kelenjar ini mensekresikan pancreatic juice yang membantu dalam proses pencernaan. Luas pulau langerhans ketiga kelompok pada minggu kedua hingga ke-6 tidak memiliki nilai yang berbeda jauh. Jumlah sel asinar aktif kelompok A dan B memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok K. Menurut penelitian Ramakrishna et al. (2003), ekstrak jintan hitam dapat meningkatkan produksi enzim amilase dan lipase pada pankreas. Hal serupa diungkapkan oleh Jang et al. (2004) bahwa ekstrak jintan hitam meningkatkan aktivitas tripsin dan amilase pankreas. Aktivitas kelenjar eksokrin pankreas pada kelompok yang diberi jintan hitam lebih tinggi sehingga proses pencernaan di dalam tubuh ayam dapat berlangsung dengan baik.

(34)

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jintan hitam yang diberikan pada ayam broiler selama 6 minggu dapat memberikan pengaruh baik pada organ pencernaan ayam dengan meningkatkan diameter kelenjar proventrikulus, menjaga keutuhan epitel proventrikulus, dan duodenum serta menurunkan jumlah sel radang pada submukosa proventrikulus dan ventrikulus. Selain itu, jintan hitam dapat meningkatkan kualitas duodenum dengan meningkatkan jumlah dan luas vili. Jintan hitam dapat meningkatkan pula persentase sel asinar yang aktif pada pankreas. Kelompok yang diberi jintan hitam memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian jintan hitam secara histopatologi terhadap ayam broiler yang ditantang oleh virus seperti virus ND, AI, atau IBD atau yang mengalami gangguan pencernaan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak minyak jintan hitam pada unggas yang di pelihara dalam jangka waktu lama.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada ayam broiler dengan dosis ekstrak minyak jintan hitam yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Alzeer. 2008. Diseases of Poultry 12th Edition. New Jersey (US): Blackwell. Hlm: 20-75.

Al-Beitawi N, Ghousein SSE, 2008. Effect of feeding different levels of Nigella sativa seed (black cumin) on performance, blood constituents and carcas characteristic of broiler chick. Int J Poult Sci. 7:775-778.

Al-Saleh IA, Billedo G, El-Doush. 2006. Levels of Selenium, DL-alfa-tocopherol, DL-gamma-tocopherol, all-trans-retinol, thymoquinone, and thymol in different brands of Nigella sativa L. seeds. J Food Composition Anal. 19:167-175.

Asniyah. 2009. Efek antimikroba jintan hitam (Nigella sativa) terhadap pertumbuhan Escherichia coli in vitro. J Biomed. 1:25-29.

Aughey E, Frye FL. 2010. Comparative Veterinary Histology with Clinical Correlates. London (UK): Manson Publishing. Hlm: 133-136.

(35)

19 Boudinot S. 2010. Anatomy of the gastrointestinal tract and drug absorption.

[terhubung berkala]. http://www.chemcases.com [21 Oktober 2012].

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Bibit induk (parent stock) ayam ras tipe pedaging umur sehari (DOC) menurut SNI No. 7354-2008. Jakarta: Departemen Pertanian.

Diamita AA. 2009. Pengaruh pemberian minyak wijen (Sesamum indicum Linn.) dengan cold press bertingkat terhadap kerusakan histologis lambung mencit (Mus musculus) yang diinduksi aspirin [skripsi]. Surakarta (ID): Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.

El-Dakhakhny M, Madi NJ, Lambert N, Ammon HP. 2002. Nigella sativa oil, nigellone and derived thymoquinone inhibit synthesis of 5-lipoxygenase products in polymorphonuclear leukocytes from rats. J Ethnopharmacol. 81:161-164.

Fadillah R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial ed. revisi. Tangerang (ID): PT AgroMedia Pustaka. Hlm: 3-76.

Frandson RD, Wilke WL, Fails AD. 2009. Anatomy and Physiology of Farm Animal 7th edition. New Jersey (US): Blackwell. Hlm: 251-254

Frappier BL. 2006. Digestive System. Di dalam: JA Eurell dan BL Frappier, Editor. Dellmann’s Texbook of Veterinary Histology. Ed ke-6. Oxford (UK): Blackwell. Hlm: 170-211.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Phisiology. Hlm: 987-1035.

Hamar KR, Burgess SC, Pevzner IY, Erf GF. 2006. Maternal antibody transfer from dams to their egg yolks, egg whites, and chicks in meat lines of chickens. Poult Sci. 85:1364-1372.

Hutapea JR. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III). Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hlm: 163-165.

Jang, IS, Ko YH, Yang HY, Ha JS, Kim JY, Kang SY, Yool DH, Naml, Kim DH, Lee CY. 2004. Influence of essential oil components on growth performance and the functional activity of the pancreas and small intestine in broiler chickens. Asian-Aust. J Anim Sci. 17:394-400.

(36)

20

Lambert R, Skandamis P, Coote P, Nychas G. 2001. A study of the minimum inhibitory concentration of action oregano essential oil, thymol and carvacrol. J App Microbiol. 91:453-462.

Lelland MJ. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Skotlandia (UK): Wolfe Ltd. Hlm: 53.

Mashhadian NV, Rakhshandeh H. 2005. Antibacterial and antifungal effects of Nigella sativa extracts against S. Aureus, P. Aureginosa, and C. albicans. Pak j Med Sci. 21:47-52.

Medion. 2008. Tatalaksana vaksinasi tepat. [terhubung berkala]. http//info.medion.co.id [30 Desember 2012].

Mile RD, Butcher GD, Henry PR, Littlel RC. 2006. Effect of antibiotic growth promotors on broiler performance, intestinal growth parameters, and quantitative morphology. J Poultry Sci. 85:476-485.

Moraes VMB, Malheiros RD, Bruggeman V, Collin A, Tona K, Van ASP, Onagbesan OM, Buyse J, Decuypere E, dan Macari M. 2003. Effect of thermal conditioning during embryonic development on aspects of physiological responses of broilers to heat stress. J Therm Biol. 28:133-140.

Muchtadi TR., Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hlm: 23-24

Murwani R. 2010. Broiler Modern. Semarang (ID): Widya Karya. Hlm: 2-16. Nergiz C, Otles S. 1993. Chemical composition of Nigella sativa L. seeds. J Food

Chem. 48:259-261.

Polana A, Fadillah R. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Menanggulanginya. Depok (ID): AgroMedia Pustaka. Hlm: 4-6.

Ramakrishna RR, Platel K, Srinivasan K. 2003. In vitro influence of species and spice-active principles on digestive enzymes of rat pancreas and small intestine. Nahrung Dec. 47:408-412.

Rostinawati T. 2008. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan ekstrak air kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Mycobacterium tuberculosis galur Labkes-026 (Multi Drug Resisten) dan Mycobacterium tuberculosis galur H37Rv secara in vitro [tesis]. Bandung (ID): Fakultas Farmasi. Universitas Padjadjaran. Hlm: 24-31.

(37)

21 Salem ML. 2005. Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella

sativa L. seed. Int Immunopharmacol. 5:1-9.

Sturkie PD, Whittow GC. 2000. Sturkie’s Avian Physiology. Waltham (US): Academic Pr. Hlm: 303-304.

Swayne ED. 2008. Avian Influenza. Georgia (US): Wiley. Hlm: 123.

Tabbu, CR. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Volume 2. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Hlm: 305-320.

Thippeswammy NB, Naidu KA. 2005. Antioxidant potency of cumin varietiescumin, black cumin and bitter cumin on antioxidant systems. Euro Food Res Tech. 220:472-476.

Topozoda HH, Mazloum HA, El-Dakhakhny M. 1965. The antibacterial properties of Nigella sativa seeds. J Egypt Med. 48:187-202.

Utama IH. 1998. Fungsi Pankreas. Bali (ID): Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Hlm: 20-31.

Van Wyk BE, Wink M. 2004. Medicinal Plants of The World. Singapura (SG): Times Editions. Hlm: 216.

Wong GK. 2004. A genetic variation map for chicken with 2.8 million single nucleotide. [terhubung berkala]. www.nature.com.prxy5.ursus.maine.edu/-nature/journal/v432/n7018/full/nature03156.html [15 Oktober 2012].

www.cfsph.iastate.edu. [CFSPH] Center for Food Security and Public Health. 2006. Salmonellosis. Iowa State Univ. Hlm: 1.

(38)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada 13 Juni 1990. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Eddy Silotomo dan Sunarwi. Penulis mengenyam pendidikan formal di SD Negeri Pengadilan 5 Bogor (2002), SMP Negeri 5 Bogor (2005), dan SMA Negeri 3 Bogor (2008).

(39)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam merupakan sumber protein hewani yang baik karena mengandung asam amino essensial yang lengkap, selain itu serat–serat dagingnya pendek dan lunak. Hidangan daging ayam digunakan sebagai sumber protein dalam diet, hal ini untuk mengurangi jumlah kalori yang diterima dalam tubuh (Muchtadi dan Sugiono 1992).

Ayam pedaging merupakan ternak yang penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring dengan meningkatnya penghasilan dan kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Selain itu, daging ayam sangat disukai karena harganya yang tergolong murah jika dibandingkan dengan harga daging asal hewan lain dan halal. Pemeliharaan ayam secara intensif dapat membuat ayam mudah mengalami stres sehingga terjadi penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh rendah maka akan mudah terjangkit berbagai macam penyakit. Hal ini menyebabkan pula respon ayam terhadap vaksinasi kurang optimal.

Pemeliharaan ayam dalam jumlah besar di peternakan akan menurunkan aktivitas sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang menurun dapat memudahkan agen infeksius (bakteri, protozoa, virus, dan cendawan) masuk ke dalam tubuh ayam melalui inhalasi ataupun oral. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh salah satunya organ pencernaan. Usaha yang dapat dilakukan agar organ pencernaan tetap berfungsi dengan baik salah satunya menjaga kualitas saluran pencernaan ayam. Pemberian herbal alami seperti ekstrak minyak jintan hitam saat ini dipercaya dapat meningkatkan fungsi organ pencernaan seperti penelitian yang telah dilakukan pada mencit (Rostika 2012). Fungsi organ pencernaan yang baik akan memberikan dampak terhadap kenaikan bobot badan ayam broiler sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam dari fungsi jintan hitam terhadap organ pencernaan ayam secara histopatologi.

Tujuan

Mempelajari histopatologi organ pencernaan (proventrikulus, ventrikulus, duodenum, dan pankreas) setelah diberi ekstrak jintan hitam.

Manfaat

(40)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan dalam keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (Wong 2004). Ayam broiler komersial sebelum masa perkembangannya hanya mempunyai tingkat produktivitas rendah karena selain menghasilkan daging juga menghasilkan telur. Para ahli genetik melakukan penelitian, persilangan, dan seleksi terus menerus hingga dihasilkan varietas ayam murni yang khusus menghasilkan daging (Fadillah 2004). Tipe pedaging yang dimaksud adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan dipanen dan diambil dagingnya sebagai sumber protein hewani bagi konsumen. Broiler umumnya dipanen pada umur 32 hari dengan berat sekitar 1.5 kg (Murwani 2010). Menurut SNI (2008), bobot DOC minimal 37 gram atau 65% dari berat awal telur tetas.

Vaksinasi

Sistem pemeliharaan ayam broiler secara intensif akan meningkatkan resiko terjadinya wabah penyakit sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam yang dipelihara terhadap berbagai penyakit infeksi (Belgis et al. 2010). Penyakit yang sering menginfeksi ayam di Indonesia antara lain salmonellosis, colibacillosis, dan Newcastle disease (ND) (Kabir 2010; CFSPH 2006; Alzeer 2008). Dibutuhkan vaksinasi untuk mencegah terjadinya penyakit pada ayam. Vaksin pada ayam broiler yang biasa diberikan di Indonesia antara lain vaksin ND, vaksin IBD, vaksin AI, dan vaksin Marek’s disease (Medion 2008).

Sistem Pencernaan Ayam

Alat pencernaan ayam terdiri dari mulut, kerongkongan (esofagus), tembolok (crop), lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot (ventrikulus), usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum), caecum (usus buntu), colon (usus besar), dan kloaka (Sturkie dan Whittow 2000). Ayam memiliki lidah tetapi tidak memiliki gigi. Langit-langit mulutnya lunak tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Paruh digunakan untuk mengambil makanan kemudian didorong ke esophagus. Kemudian dengan gerak peristaltik makanan disalurkan menuju tembolok. Tembolok merupakan bagian setelah esofagus yang melebar di salah satu sisinya berbentuk kantung berperan sebagai tempat penyimpanan makanan sementara. Sedikit bahkan tidak ada proses pencernaan di dalam tembolok kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan pada bagian ini (Polana dan Fadillah 2004).

(41)

3 ventrikulus. Bagian proventrikulus menghasilkan asam klorida (HCl) dan beberapa enzim pencernaan seperti pepsin (Lelland 1990).

Epitel dari proventrikulus adalah silindris sebaris. Terdapat lamina propria tipis sebagai pemisah dari lobulus kelenjar submukosa. Kelenjar satu dengan lainnya saling berhimpitan yang dipisahkan oleh jaringan ikat. Setiap lobulus kelenjar berisi rongga sentral dengan tubulus sekresi yang langsung terhubung ke jaringan ikat interlobular. Sebuah saluran ekskretoris mengalir ke permukaan mukosa lambung. Kelenjar hanya berisi satu jenis sel yang mengeluarkan asam dan pepsinogen. Muskularis eksterna tersusun atas otot polos dengan bagian dalam berbentuk melingkar dan lapisan luar berbentuk longitudinal (Aughey dan Frye 2010).

Bagian pencernaan ayam setelah proventrikulus adalah ventrikulus atau gizzard. Ventrikulus sering juga disebut muscular stomach (lambung otot). Lokasinya berada di antara proventrikulus dan bagian usus halus. Ventrikulus memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Partikel pakan yang lebih besar menyebabkan kontraksi semakin cepat. Biasanya di dalam ventrikulus terkandung material yang bersifat membantu dalam penggilingan, seperti grit, karang, dan kerikil. Material halus akan masuk dan keluar lagi dalam beberapa menit kemudian menuju saluran usus, tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di dalam ventrikulus untuk beberapa jam (Murwani 2010).

Secara histologi ventrikulus tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan koilin, submukosa, dan lapisan otot polos. Permukaan ventrikulus dibatasi dengan produk sekresi dari kelenjar mukosa yang berupa lapisan permukaan keras membentuk kutikula atau koilin. Epitel tersusun dari silindris rendah dan bersambung dalam tubular sederhana dari kelenjar mukosa di lamina propria. Terdapat pula lapisan submukosa dan lapisan otot polos yang tebal (Aughey dan Frye 2010).

Intestinum merupakan salah satu organ sistem pencernaan. Fungsi utama saluran pencernaan, yaitu mencerna dan memecah makanan menjadi lebih kecil dan sederhana sehingga dapat diserap oleh sirkulasi tubuh guna menunjang kehidupan organisme (Frappier 2006). Bagian usus halus pada ayam memiliki panjang yang seragam, terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum memiliki vili paling panjang dan menebal pada bagian pangkal (Bacha LM dan Bacha WJ 2000).

Usus halus pada ayam mirip dengan mamalia tetapi panjangnya lebih seragam. Jaringan limfatik tersebar di dalam lamina propria dan submukosa. Lapisan ketiga dari usus adalah muskularis eksterna yang terdiri dari otot polos melingkar (Aughey dan Frye 2010).

Ayam memiliki kelenjar eksokrin dan endokrin, yaitu pankreas. Pankreas menempel pada duodenal loop. Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amilase, lipase, dan tripsin. Selain itu pankreas berfungsi juga sebagai kelenjar endokrin dengan mensekresikan hormon insulin, somatotropin, dan glukagon (Fadillah 2004).

(42)

4

Colon relatif berbentuk lurus dan pendek dan terhubung ke kloaka. Kloaka merupakan gabungan saluran urogenital, tempat keluar feses, dan saluran reproduksi (Frandson et al. 2009).

Jintan Hitam (Nigella sativa)

Jintan hitam atau black cumin (Nigella sativa) merupakan tanaman asli Eropa Selatan dan banyak ditemukan di India. Tanaman ini ditumbuhkan di berbagai daerah di dunia, khususnya Timur Tengah (Nergiz dan Otles 1993). Klasifikasi Nigella sativa (Hutapea 1994) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Ranunculales Family : Ranunculaceae Genus : Nigella

Species : Nigella sativa

Kandungan thymoquinone (TQ) di dalam minyak dan biji jintan hitam telah menunjukkan potensi obat dalam pengobatan tradisional (Salem 2005). Di Timur Tengah, jintan hitam biasa digunakan sebagai obat tradisional untuk memperbaiki kondisi kesehatan manusia (Al Saleh et al. 2006). Jintan hitam dapat meningkatkan rasio sel CD4+ dan CD8+ 55% dan peningkatan fungsi sel natural

killer sebanyak 30%, sehingga jintan hitam dapat berfungsi sebagai immunomodulator (Salem 2005). Jintan hitam sangat penting bagi Negara Arab dan pengobatan tradisional secara Islam untuk mengobati berbagai macam penyakit terutama mengobati gangguan perut dan kolik. Jintan hitam juga dianggap efektif mengatasi kejang, asma, sakit kepala, dan kecacingan (Van Wyk dan Wink 2004).

Menurut El-Dakhakhny et al. (2002), jintan hitam memiliki khasiat sebagai peningkat kekebalan tubuh, antiradang, dan antibakteri. Selain itu, jintan hitam juga dapat menghilangkan cacing dan parasit dalam usus (Topozoda et al. 1965). Penelitian yang dilakukan oleh Al-Beitawi dan Ghousein (2008) menunjukan bahwa pemberian jintan hitam pada ayam broiler dapat meningkatkan berat hidup, pertambahan berat badan, dan konsumsi pakan.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(43)

4

Colon relatif berbentuk lurus dan pendek dan terhubung ke kloaka. Kloaka merupakan gabungan saluran urogenital, tempat keluar feses, dan saluran reproduksi (Frandson et al. 2009).

Jintan Hitam (Nigella sativa)

Jintan hitam atau black cumin (Nigella sativa) merupakan tanaman asli Eropa Selatan dan banyak ditemukan di India. Tanaman ini ditumbuhkan di berbagai daerah di dunia, khususnya Timur Tengah (Nergiz dan Otles 1993). Klasifikasi Nigella sativa (Hutapea 1994) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Ranunculales Family : Ranunculaceae Genus : Nigella

Species : Nigella sativa

Kandungan thymoquinone (TQ) di dalam minyak dan biji jintan hitam telah menunjukkan potensi obat dalam pengobatan tradisional (Salem 2005). Di Timur Tengah, jintan hitam biasa digunakan sebagai obat tradisional untuk memperbaiki kondisi kesehatan manusia (Al Saleh et al. 2006). Jintan hitam dapat meningkatkan rasio sel CD4+ dan CD8+ 55% dan peningkatan fungsi sel natural

killer sebanyak 30%, sehingga jintan hitam dapat berfungsi sebagai immunomodulator (Salem 2005). Jintan hitam sangat penting bagi Negara Arab dan pengobatan tradisional secara Islam untuk mengobati berbagai macam penyakit terutama mengobati gangguan perut dan kolik. Jintan hitam juga dianggap efektif mengatasi kejang, asma, sakit kepala, dan kecacingan (Van Wyk dan Wink 2004).

Menurut El-Dakhakhny et al. (2002), jintan hitam memiliki khasiat sebagai peningkat kekebalan tubuh, antiradang, dan antibakteri. Selain itu, jintan hitam juga dapat menghilangkan cacing dan parasit dalam usus (Topozoda et al. 1965). Penelitian yang dilakukan oleh Al-Beitawi dan Ghousein (2008) menunjukan bahwa pemberian jintan hitam pada ayam broiler dapat meningkatkan berat hidup, pertambahan berat badan, dan konsumsi pakan.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(44)

5 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) sebanyak 100 ekor, larutan gula, pakan, air minum, sekam sebagai alas kandang, dan Vitachick® (mengandung multivitamin dan antibiotik). Alat dan bahan pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE) dibutuhkan Buffered Neutral Formalin (BNF) 10%, NaCl fisiologis, aquadest, etanol konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, 96%), etanol absolut, xylol, haematoxylin C.I. 75290, eosin C.I. 45380, lithium karbonat, perekat albumin, dan parafin. Bahan untuk perlakuan berupa minyak ekstrak jintan hitam (sediaan komersil), vaksin Infectious Bursal Disease (IBD), vaksin Newcastle Disease (ND), dan vaksin Avian Influenza (AI).

Alat yang digunakan selama penelitian yaitu kandang pemeliharaan ayam dengan pemisah untuk tiga kelompok, peralatan nekropsi, object glass, cover glass, sakura® automatic tissue processor, refrigerator, mikrotom, mikroskop cahaya , dan electronic eyepiece® camera beserta seperangkat komputer untuk pengambilan gambar jaringan. Perangkat lunak ImageJ® 1.46 untuk Microsoft® Windows® untuk mengukur parameter setiap organ.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang

Sebelum digunakan, kandang terlebih dahulu didesinfeksi menggunakan deterjen dan desinfektan. Selain proses desinfeksi dilakukan juga proses pengapuran dan fumigasi menggunakan larutan formalin 10% v/v.

Pengelompokan Ayam

[image:44.595.114.511.607.754.2]

Penelitian ini menggunakan ayam broiler berumur satu hari (day old chick) dengan bobot berkisar 60 gram. Hari pertama diberikan larutan gula 1% untuk memberikan tambahan tenaga pada ayam. Masa adaptasi dilakukan selama satu minggu untuk mengembalikan kondisi ayam yang stress akibat pemindahan dan transportasi. Selama masa adaptasi ayam dikelompokkan menjadi dua kandang dengan jumlah masing-masing kandang 50 ekor. Ayam didistribusikan ke dalam tiga kelompok perlakuan setelah satu minggu masa adaptasi. Pengelompokan tiga kelompok ayam sebagai berikut :

Tabel 1 Pembagian kelompok perlakuan pada ayam

Kelompok Jumlah Ayam (ekor) Perlakuan

1 30 Vaksinasi ND

Vaksinasi IBD

2 35

Jintan hitam 100% (0.02 ml)/hari Vaksinasi ND

Vaksinasi IBD Vaksinasi AI

3 35

Jintan hitam 100% (0.02 ml)/hari Vaksinasi ND

(45)

6

Saat umur ayam 0-14 hari alas kandang dilapisi koran dan pakan diberikan dengan cara ditebarkan di lantai kandang. Ketika ayam berumur 14 hari alas kandang diganti menggunakan sekam padi. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum (selalu tersedia) yang ditambahkan Vitachick® setiap hari selama masa pemeliharaan (42 hari), pemberian pakan juga diberikan secara ad libitum.

Jadwal Vaksinasi

Vaksin yang diberikan adalah vaksin ND, vaksin IBD, dan vaksin AI berupa vaksin inaktif. Vaksin ND diberikan pada hari ke-11 menggunakan live vaccine strain B1 sedangkan vaksin hari ke-19 menggunakan live vaccine strain La Sota. Rute vaksinasi diberikan secara eye drop (tetes mata).

Vaksin aktif IBD diberikan secara per oral dicampur dengan susu skim tanpa lemak pada hari ke-22. Vaksin AI diberikan pada hari ke-28 menggunakan killed vaccine dengan rute pemberian sub kutan di daerah leher (Swayne 2008).

Pemberian Jintan Hitam

Jintan hitam dengan dosis 0.02 ml setiap hari pada minggu kedua hingga minggu keenam. Pemberian jintan hitam pada ayam dilakukan per oral dengan cara dicekokkan.

Pengolahan Sampel Penelitian

Pemisahan kelompok dimulai pada minggu kedua. Ayam dinekropsi satu minggu sekali dari minggu ke-2 hingga ke-6, diambil 3 ekor dari masing-masing kelompok secara acak. Organ yang diambil yaitu proventrikulus, ventrikulus, pankreas, dan duodenum kemudian difiksasi menggunakan larutan BNF 10%. Trimming (memotong or

Gambar

Tabel 1 Pembagian kelompok perlakuan pada ayam
Gambar 1  Bagian proventrikulus yang diamati. Keterangan (1) epitel penutup, (2)
Gambar 2  Fotografi mikro diameter kelenjar proventrikulus (panah hitam)
Gambar 4  Fotografi mikro sel radang proventrikulus (panah merah) dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kajian yang dilakukan oleh Materka dan Strzelecki (1998) menunjukkan metode statistik yakni orde kedua memberikan hasil lebih baik dalam mengekstrak karakteristik

Penelitian selanjutnya Martha Anna Siagian (2011), yang meneliti tentang analisis pengaruh laba akuntansi dan komponen arus kas terhadap harga saham pada perusahaan industri dasar

Fakultas/Universitas : Farmasi / Universitas Muhammadiyah Purwokerto Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang

Perencanaan jembatan ini dimulai dengan penjelasan mengenai latar belakang pemilihan konstruksi jembatan, perumusan tujuan perencanaan hingga lingkup pembahasan, dan

The publication Confessions (Penguin Classics) By Saint Augustine by simply can help you to understand having guide to review each time. It won't obligate you to constantly bring

Berdasarkan temuan empirik yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan supervisi manajerial kepala sekolah dan iklim organisasi terhadap prestasi

Sekiranya, peraturan sebagaimana tertuang dalam Pasal 35 ayat (1)) UUP dalam kasus tertentu tidak mengandung nilai keadilan, misalnya harta yang secara formil terbukti

Kualitas kayu yang semakin menurun mengakibatkan keresahan bagi masyarakat terutama para pengrajin kayu dan industri karet. Hal ini dikarenakan, semakin banyaknya penggunaan