• Tidak ada hasil yang ditemukan

Work centered analysis of online services development industrial business license at Bogor, Tangerang, and Bekasi Regency

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Work centered analysis of online services development industrial business license at Bogor, Tangerang, and Bekasi Regency"

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

WORK CENTERED ANALYSIS

PADA PELAYANAN

ONLINE

PERIZINAN USAHA INDUSTRI KABUPATEN BOGOR,

TANGERANG, DAN BEKASI

HERLY NURRAHMI

SEKOLAH PASCARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Work Centered Analysis pada Pelayanan Online Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

Herly Nurrahmi

(3)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(4)

PERIZINAN USAHA INDUSTRI KABUPATEN BOGOR,

TANGERANG, DAN BEKASI

HERLY NURRAHMI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Komputer pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)
(6)
(7)

Judul Tesis : Work Centered Analysis pada Pelayanan Online

Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi

Nama Mahasiswa : Herly Nurrahmi Nomor pokok : G651100241

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc. Dr. Yani Nurhadryani S.Si, M.T. Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Pascasarjana Ilmu Komputer

Dr.Yani Nurhadryani S.Si, M.T. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 5 Februari 1987, dari pasangan Bapak Drs. R. Joko Harianto M.Si dan Ibu Osmaili sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Work Centered Analysis Pada Pelayanan Online Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi” dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Meuthia Rachmaniah M.Sc dan Dr. Yani Nurhadryani S.Si, M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, ibunda, ayah, herly nurrahma, butsainah fadhilah, rekan-rekan S2 Ilkom angkatan 12, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan tesis ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki tesis ini. Atas perhatian penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, Juli 2012

(12)

ABSTRACT

HERLY NURRAHMI. Work Centered Analysis of Online Services Development Industrial Business License at Bogor, Tangerang, and Bekasi Regency. Supervised by MEUTHIA RACHMANIAH, and YANI NURHADRYANI. The development of information and communication technologies has delivered a model of public services through e-Government. The aims of this study was to analyse business process of industrial business license at Regency of Bogor, Tangerang, and Bekasi, and to develop business process formula by using application template in general. The background of this study was because of the difficulties encountered for businesses to apply for industries licensing. Those difficulties for example the application process was not effective, efficient and transparent. The method of work centered analysis was used to analyse the business process of industrial business licensing service. Meanwhile, the waterfall method was used to develop application template. By using work analysis framework, it can be observed the part of system in industrial business license system that can be computerized by online application template. The proposed business process of industrial business license consists of six parts: information, administrative verification, document validation, technical verification, processing, and validation. Improvement process were done by eliminating the process of taking registration form, creating invitation letter to the technical team, creating agency notes, discussion of results from field visit, correction license format, elimination of approval sign, and elimination recording. The application template that has been developed based on e-Government was expected to improve business license services performance efectively, efficiently, and transparantly that accordance with the objectives of good governance. application template of Industrial business license can be used as registration and disposition facilities.

(13)

RINGKASAN

HERLY NURRAHMI. Work Centered Analysis pada Pelayanan Online Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Dibimbing oleh MEUTHIA RACHMANIAH, dan YANI NURHADRYANI.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan model pelayanan publik yang dilakukan melalui e-Government. Pelayanan pemerintah yang birokratis dan kaku dapat dieliminir melalui pemanfaatan e-Government menjadi lebih fleksibel dan lebih berorientasi pada kepuasan pengguna. e-Government menawarkan pelayanan publik yang dapat diakses 24 jam, kapanpun dan dari manapun pengguna berada.

Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik, demikian juga perizinan yang terkait dengan usaha. Proses perizinan, khususnya perizinan usaha industri, secara langsung akan berpengaruh terhadap keinginan dan keputusan calon pengusaha maupun investor untuk menanamkan modalnya.

Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi yaitu dengan menganalisis proses bisnis pelayanan perizinan usaha khususnya perizinan usaha industri serta mengembangkan template aplikasi. Analisis proses bisnis dilakukan dengan menggunakan metode work centered analysis (WCA), sedangkan pengembangan

template aplikasi menggunakan metode Waterfall.

Analisis proses bisnis menggunakan enam komponen kerangka work centered analysis (WCA) yakni, konsumen, produk, proses bisnis, pelaku, informasi, dan teknologi. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode

work centered analysis (WCA) pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi masing-masing terdapat perbedaan antara tiap komponen yang pada dasarnya mempunyai fungsi kerja yang sama. Pada sistem perizinan usaha industri manual terdapat proses validasi dan pengecekan lapangan pendaftaran yang. Pada sistem perizinan usaha industri yang terotomatisasi berupa adanya pendaftaran online, disposisi online, upload dokumen permohonan, pengiriman status proses permohonan secara online, dan integrasi proses pendaftaran sampai keluarnya izin,

Formulasi proses bisnis yang diusulkan dilakukan berdasarkan hasil analisis proses bisnis keseluruhan. Usulan formulasi proses bisnis pada izin usaha industri dapat dibagi menjadi enam bagian yakni, informasi, verifikasi administrasi, verifikasi teknis, validasi data, pengolahan, dan pengesahan. Perbaikan proses dilakukan dengan menghilangkan proses pengambilan formulir pendaftaran, pembuatan surat undangan kepada tim teknis, pembuatan nota dinas, pembahasan hasil kunjungan lapangan, pemeriksaan format izin, penghapusan paraf, dan penghapusan pencatatan.

Template aplikasi dibuat dengan menggunakan bahasa pemograman

Hypertext Markup Language (PHP). Template aplikasi perizinan usaha industri dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas pendaftaran dan disposisi. Template aplikasi juga dapat link pada website Badan Pelayanan Perizinan dengan menginstal pada

(14)

keamanan. Dari segi legalitas diharapkan adanya fitur tanda terima untuk proses pendaftaran dan disposisi untuk melegalkan proses yang telah dilakukan.

(15)

Ruang Lingkup Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Penelitian Sebelumnya ... 7

Definisi, Konsep, Manfaat dan Model Tahap e-Government ... 7

Pelayanan publik ... 12

Perizinan ... 13

Kebijakan e-Government di Indonesia ... 14

KajianPerkembangan Perizinandi Indonesia... 15

Perkembangan e-Government di Indonesia ... 16

Proses Bisnis ... 17

Metode Pengembangan Sistem ... 19

Kerangka Penelitian ... 21

Pengumpulan Data dan Informasi ... 21

Analisis Sistem ... 22

Formulasi Proses Bisnis ... 23

Rekomendasi Template ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Data dan Informasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi ... 25

Analisis Sistem Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi ... 32

Rekomendasi Template Perizinan Usaha Industri... 46

Analisis Template Usulan ... 46

Desain Template Usaha Industri ... 50

Pembuatan sistem (code) Template Perizinan Usaha Industri ... 53

Uji Coba Template Perizinan Usaha Industri ... 53

(16)

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tahapan e-Government World Bank ... 11 2 Tahapan e-Government Gartner Group ... 12 3 Tahapan e-Government United Nations ... 12 4 Perbandingan Komponen Work Centered Analysis pada Sistem Perizinan Usaha

Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi ... 39

5 Usulan Sistem Otomatisasi dan Sistem Manual... 46

(18)
(19)
(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Elemen dalam Work Centered Analysis (Alter, 1996) ... 19

2 Model Waterfall (Pressman, 2005) ... 19

3 Alur Proses Penelitian ... 21

4 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bogor ... 25

5 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor ... 26

6 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang ... 27

7 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang (Perbup, 2010) ... 28

8 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi... 30

9 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bekasi ... 31

10 Analisis Kondisi Eksisting Proses Bisnis Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor ... 34

11 Usulan Kondisi Eksisting Proses Bisnis Perizinan Usaha Industri Kabupaten Tangerang ... 35

12 Analisis Kondisi Eksisting Proses Bisnis Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bekasi ... 37

13 Analisis Proses Bisnis Sistem Izin Usaha Industri menggunakan Kerangka Work Centered Analysis (WCA) ... 48

14 Diagram Konteks Sistem Izin Usaha Industri ... 50

15 Desain user interface halaman Utama ... 52

16 Struktur Menu Admin ... 52

17 Struktur Menu Pemohon ... 52

18 Entity Relation Diagram (ERD) ... 53

(21)
(22)
(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Gambar Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi ... 67

2 Standard Operation Procedure (SOP) ... 68 3 Formulir Pendaftaran Perizinan Usaha Industri ... 71

4 Data flow Diagram Level 1 ... 90 5 Data Flow Diagram Level 2 ... 91

(24)
(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan

kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi saat ini telah begitu

pesat, sehingga menempatkan suatu bangsa didasarkan atas seberapa jauh bangsa

itu menguasai kedua bidang tersebut di atas. Bangsa Indonesia merupakan salah

satu bangsa yang hidup dalam lingkungan global, maka mau tidak mau juga harus

terlibat dalam penguasaan Iptek, khususnya untuk kepentingan bangsa sendiri.

Untuk mencapai maksud tersebut pemerintah menuangkannya dalam tujuan dan

arah Pembangunan Nasional, salah satunya yaitu pada Bidang Iptek.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,

aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai sektor tengah mengalami perubahan.

Begitu juga pada sektor pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah,

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan model

pelayanan publik yang dilakukan melalui e-Government. Pelayanan pemerintah yang birokratis dan kaku dapat dieliminir melalui pemanfaatan e-Government

menjadi lebih fleksibel dan lebih berorientasi pada kepuasan pengguna. e-Government menawarkan pelayanan publik yang dapat diakses 24 jam, kapanpun dan dari manapun pengguna berada. Pemerintahan 24 jam mengacu pada integrasi

dari layanan publik pada masyarakat sebagai pelanggan pelayanan publik

(Tambouris, 2001). Bisnis dan pemerintah di seluruh dunia memanfaatkan internet

untuk teknologi melayani pelanggan. Internet sebagai saluran penyampaian

layanan memungkinkan kedua lembaga swasta dan publik untuk memberikan

layanan mereka 24 jam, sehingga memungkinkan mereka untuk menjadi lebih

responsif terhadap kebutuhan pelanggan mereka (West, 2004). Menyadari akan

besarnya manfaat e-Government, pemerintah Indonesia sejak tahun 2003 telah mengeluarkan kebijakan tentang penerapan e-Government dalam bentuk Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003.

Instruksi Presiden No 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional

(26)

komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-Government) akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan. Saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat

dan pemerintah daerah otonom yang berinisiatif mengembangkan pelayanan

publik melalui jaringan komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web.

Namun, implementasi mayoritas situs web Pemerintah Daerah Otonom masih

berada pada tingkat pertama (persiapan) dan hanya sebagian kecil yang telah

mencapai tingkat dua (pematangan), sedangkan tingkat tiga (pemantapan) dan

empat (pemanfaatan) belum tercapai. Artinya, implementasi e-Government di

Indonesia baru pada tahap awal, sehingga banyak lembaga pemerintah yang

menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan e-Government, ternyata baru pada

tahap web presence (Sosiawan, 2008). Salah satu departemen yang telah sukses

melaksanakan e-Government adalah Departemen Keuangan. Pelaksanaan e-Government di lingkungan Departemen Keuangan melakukan layanan secara terintegrasi, baik lewat internet maupun lewat jaringan komputer (Juliarta, 2012)

Rekonstruksi hubungan antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia

mengalami perubahan yang signifikan pasca terselenggaranya otonomi daerah.

Instrumen desentralisasi turut mengubah pengelolaan sumber daya lokal sebagai

bentuk pendelegasian wewenang dari pusat pada daerah otonom untuk lebih

mandiri. Pelayanan pendukung dari aktivitas usaha seperti izin usaha, kepastian

hukum, dan iklim usaha yang kondusif pun peranannya tidak lagi tersentralisasi

pada pemerintah pusat semata. Pemerintah daerah kini diharapkan menjadi aktor

lokal dalam menciptakan sistem perizinan yang mendukung mekanisme kegiatan

usaha dan pengelolaan sumber daya daerah bagi kemaslahatan masyarakat lokal.

Setelah sebelas tahun kebijakan desentralisasi bergulir sebagai wahana

perubahan bagi daerah, gradasi tingkat kesejahteraan dan efektivitas pelayanan di

daerah otonomi masih belum merata. Tujuan otonomi daerah yang diharapkan

mampu menjadi katalis dalam mendekatkan pelayanan kepada masyarakat lokal

tidak tercipta secara komprehensif, justru cenderung berjalan parsial (tidak sama

di setiap tempat). Indikasi ini antara lain terlihat dari ketidaksiapan beberapa

pemerintah daerah untuk menciptakan mekanisme pelayanan perizinan usaha

(27)

Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik dan

salah satu dari beberapa persoalan dalam kegiatan usaha di Indonesia. Secara

umum ada tiga persoalan terkait izin untuk kegiatan usaha yaitu prosedur yang

berbelit, tingginya biaya, dan ketidakpastian hukum (pudyatmoko, 2008) Proses

perizinan, khususnya perizinan usaha industri, secara langsung akan berpengaruh

terhadap keinginan dan keputusan calon pengusaha maupun investor untuk

menanamkan modalnya. Dampak paling penting dari e-Government pada permohonan izin mengemudi adalah mempercepat proses dan kualitas layanan

yang lebih baik dalam hal respon dan reliabilitas tetapi tidak dalam hal akses dan

keamanan (Ramessur, 2009). Demikan pula sebaliknya, jika proses perizinan

tidak efisien, berbelit-belit, dan tidak transparan baik dalam hal waktu, biaya,

maupun prosedur akan berdampak terhadap menurunnya keinginan orang untuk

mengurus perizinan usaha industri, dan mencari negara lain yang prosesnya lebih

jelas dan transparan. Hal ini tentu saja selanjutnya akan berdampak terhadap

ketersediaan lapangan kerja dan masalah-masalah ketenagakerjaan lainnya.

Di Singapura pelayanan perizinan usaha online (Online Business Licensing Service/OBLS) bertujuan mempersingkat berbagai perizinan yang dikelola oleh berbagai instansi yang diperlukan untuk menjalankan usaha di Singapura

(Thomson & Koh 2010). Dari survei lembaga pemerintah yang dilakukan oleh

Janowski et al. pada tahun 2004, pelayanan perizinan yang menonjol di antara beberapa layanan perizinan yang disediakan oleh pemerintah adalah perizinan

usaha (Janowski diacu dalam Ojo et al., 2007 ). Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan analisis proses bisnis pelayanan perizinan usaha khususnya usaha

industri pada Badan Pelayanan Perizinan di Kabupaten Bogor, Tangerang dan

Bekasi dengan menggunakan template perizinan usaha industri untuk

meningkatkan transparansi, efisiensi, efektivitas, kecepatan, ketepatan dan

kemudahan pelayanan kepada masyarakat. Analisis proses bisnis akan dilakukan

dengan menggunakan work centered analysis (WCA). WCA menyediakan cara yang mudah untuk meringkas sistem kerja (Alter, 2008). Kajian proses bisnis

dilakukan oleh Hughes et al. (2007) pada pemerintahan lokal dan pusat yang diubah menjadi terpusat, menghasilkan fungsi pemerintahan yang baik,sedangkan

(28)

memberikan pelayanan dalam bidang usaha industri. Penelitian ini dilakukan dari

segi proses bisnis karena berdasarkan pada Permenpan No. 12 tahun 2011 yang

menyangkut reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi proses bisnis dengan

melakukan penyederhanaan proses (streamlining/simplification), penghilangan proses yang tidak perlu (elimination), pembuatan proses yang sama sekali baru, pengotomatisasian proses (automation). Kabupaten Bogor, Bekasi dan Tangerang dipilih sebagai objek penelitian ini karena merupakan penyangga daerah DKI

Jakarta (Inpres No. 13 tahun 1976) dan juga Peraturan Presiden Republik

Indonesia nomor 54 tahun 2008 mengenai Botabek (Bogor Tangerang Bekasi)

sebagai Kawasan Strategis Nasional karena wilayah tersebut mempunyai

pengaruh sangat penting secara nasional dari sektor ekonomi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan, sebagai berikut:

1. Melakukan analisis proses bisnis perizinan usaha industri dengan

menggunakan work centered analysis (WCA);

2. Membuat formulasi proses bisnis usaha industri dengan mengembangkan

template perizinan usaha industri.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempunyai ruang lingkup, sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor,

Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi dengan fokus pembahasan dari

segi aspek proses bisnis pada perizinan usaha industri;

2. Work Centered Analysis (WCA) sebagai metode analisis proses bisnis pada perizinan usaha industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi

Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat, sebagai berikut:

1. Hasil analisis yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam hal proses

(29)

2. Usulan proses bisnis untuk perizinan usaha industri Kabupaten Bogor,

Tangerang, dan Bekasi agar pelayanan publik menjadi lebih efisien, efektif,

(30)
(31)

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Sebelumnya

Penelitian terkait e-Government dilakukan oleh Tambouris (2001) yang melakukan kajian usulan dari sistem platform Governmental Markup Language

(GML). GML akan menjadi aplikasi Extensible Markup Language (XML) untuk mendukung life-event dan akan dipromosikan sebagai standar untuk mendukung interoperabilitas antara portal nasional dan instansi pemerintahan lain yang

menyediakan konten ke portal. Penelitian pada pelayanan perizinan usaha online

(Online Business Licensing Service/OBLS) dilakukan oleh Thomson & Koh pada tahun 2010, yang menghasilkan usulan konseptual tentang multi-agensi pada

lembaga terkait perizinan usaha. Penelitian ini menghasilkan kajian keberhasilan

pelayanan perizinan usaha online (Online Business Licensing Service/OBLS) dari segi biaya dan kenyamanan. Penelitian lainnya terkait layanan perizinan juga

dilakukan oleh Ramessur (2009). Penelitian ini membahas mengenai e-Governance dan Online Public Services dengan studi kasus pemerintahan Mauritania. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa e-Governance telah meningkatkan penyediaan layanan e-service dalam segi informasi yang lebih jelas, kualitas baik, layanan modern dan proses yang cepat tetapi masih kurang

dari segi keamanan.

Definisi, Konsep, Manfaat dan Model Tahap e-Government

Perkembangan teknologi informasi telah membuka cakrawala baru dalam

memperbaiki sistem pemerintahan tradisional yang boros biaya, tidak efisien, dan

lambat, sehingga tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman (Yong, 2003).

Saat ini pemerintah dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya sehingga

dapat melayani masyarakat dengan lebih baik. Transformasi dari government 1.0

ke government 2.0 selain dapat memperbaiki sistem lama juga diharapkan untuk

(32)

Konsep e-Government dideskripsikan secara beragam oleh masing-masing individu atau komunitas. Hal tersebut dapat di lihat dari berbagai definisi di

bawah ini mengenai e-Government dengan sudut pandang berbeda:

1. Bank Dunia (World Bank) 2001, mendefinisikan e-Government sebagai: “E-Government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government.”

2. United Nation Development Programme (UNDP) 2002, mendefinisikan

e-Government sebagai: “E-government is the application of Information and Communication Technology (ICT) by government agencies.” (UN-DPEPA, 2002).

3. Scholl (2003) menyatakan bahwa e-Government adalah semua proses warga negara dalam pemerintahan yang diselenggarakan melalui

perantara jaringan komputer.

4. Nurhadryani (2009) menyatak bahwa e-Governance adalah

e-Governance dapat diartikan sebagai penggunaan Information Communication Technologies (ICTs) dalam proses governance dimana terdapat banyak sektor yang terlibat (tidak hanya sectorpublik tapi juga

sektor privat dan sektor non-pemerintah) serta terjadi antar level

governance yang berbeda (level 1 international, regional 1, nasional, regional 2 dan local).

Secara umum, e-Government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi

warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan.

e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik. Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau

Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business (G2B), serta

Government-to-Government (G2G). Tujuan penerapan e-Government adalah untuk mencapai suatu tata pemerintahan yang baik (good governance). Komponen tata pemerintahan yang baik (good governance) yakni responsive, transparent,

(33)

Menurut Indrajit (2002) konsep e-Government berkembang didasarkan atas tiga kecenderungan:

1. Masyarakat bebas memilih bilamana dan darimana yang bersangkutan

ingin berhubungan dengan pemerintahnya untuk melakukan berbagai

transaksi atau mekanisme interaksi yang diperlukan selama 24 jam

sehari dan tujuh hari seminggu (non-stop);

2. Untuk menjalankan mekanisme interaksi tersebut masyarakat dapat dan

boleh memilih berbagai kanal akses (multiple channels), baik yang sifatnya tradisional (konvensional) maupun yang paling moderen, baik

yang disediakan oleh pemerintah maupun kerja sama antara pemerintah

dengan sektor swasta atau institusi non komersial lainnya;

3. Pemerintah dalam hal ini berperan sebagai koordinator utama yang

memungkinkan berbagai hal yang diinginkan masyarakat tersebut

terwujud, artinya pemerintah akan membuat sebuah suasana yang

kondusif agar tercipta sebuah lingkungan penyelenggaraan pemerintahan

seperti yang dicita-citakan rakyatnya tersebut.

Sementara itu pada sisi lain menurut Indrajit (2002) e-Government dianggap sebagai internet-based government (pemerintahan online yang berbasis internet). Namun, terdapat juga teknologi pemerintahan elektronik non-internet yang dapat

digunakan dalam konteks ini, seperti; telepon, faksimil, personal digital assistant

(PDA), short message service (SMS), multimedia messaging service (MMS), jaringan dan layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth, closed circuit television (CCTV), sistem penjejak (tracking systems), Radio Frequency Identification (RFID), indentifikasi biometrik, manajemen dan penegakan peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas (KTP), kartu pintar (smart card) serta aplikasi near field communication (NFC) lainnya, teknologi polling station, penyampaian layanan pemerintahan berbasis TV (Television) dan radio, e-letter, fasilitas komunitas online, newsgroup dan electronic mailing list, chat online, serta teknologi pesan instan (instant messenger). Ada pula sejumlah sub-kategori dari e-Government spesifik seperti mobile government (m-government),

(34)

sebenarnya tidak berhenti pada pemanfaatan jaringan teknologi komunikasi

informasi berupa internet saja tetapi penggunaan teknologi komunikasi dan

informasi lain atau terpadu yang ikut mendukung pelaksanaan pemerintahan

dalam rangka menuju pada efisiensi dan efektivitas pelayanan publik.

Efisiensi terdiri atas dua elemen yaitu waktu dan biaya (Tjahjono, 2009).

Efisiensi waktu sebagai proses peningkatan kecepatan melalui standarisaasi,

digitalisasi dan otomasi disamping pemrosesan informasi yang lebih cepat dimana

meningkatan efisiensi waktu. Efisiensi biaya terdiri dari biaya yang sulit untuk

diukur (intangible cost) dan biaya yang bisa diukur (tangible cost). Dampak teknologi informasi komunikasi (TIK) terhadap biaya yang sulit diukur berupa

berkurangnya sosialisasi, penurunan moral dari dampak penggunaan teknologi

informasi komunikasi (TIK) dan internet. Tangible cost contohnya adalah biaya

hardware, software, dan layanan telekomunikasi. Disamping biaya, teknologi informasi komunikasi (TIK) juga berdampak pada manfaat (benefit), baik berupa manfaat yang mudah dihitung (tangible benefit) maupun manfaat yang sulit dihitung (intangible benefit). Dengan demikian maka dapat diperoleh suatu karakteristik konsep e-Government sebagai berikut (Indrajit, 2002):

1. Merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan

masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder); 2. Melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet);

3. Memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan.

Dari konsep yang komprehensif di atas maka diketahui beberapa manfaat

dari pelaksanaan e-Government antara lain (Indrajit, 2002):

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder -nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal

kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);

3. Mengurangi secara signifikan biaya administrasi, relasi, dan interaksi

(35)

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan

sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang

berkepentingan;

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat

dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan

dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada;

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara

merata dan demokratis.

Proses menuju e-Government adalah proses evolusi yang terdiri atas beberapa tahap atau fase-fase pengembangan. Beberapa tulisan analitik telah

dilakukan oleh Gartner Group, World Bank maupun United Nations (PBB).

Masing-masing lembaga ini menyusun suatu konsep model tahapan e Government. Ketiga model tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Model World Bank

Tahapan yang didefinisikan oleh World Bank merupakan model yang paling

sederhana. Model ini mengukur derajat interaksi yang diciptakan dari sistem (situs

web) yang dimiliki oleh pemerintah. Bentuk-bentuk keterlibatan ini seragam

dengan model tahapan klasik yang banyak dikutip tentang evolusi situs web di

dunia komersial. Tiga tahap tersebut adalah (a) Publish, (b) Interact, (c) Transact

(Andersen & Henriksen, 2006).

Tabel 1 Tahapan e-Government World Bank Tahap 1

Model Gartner menambah tahap keempat sebagai suatu tahapan akhir yang

mentransformasikan birokrasi pemerintahan untuk menghasilkan kualitas

pelayanan publik yang lebih baik. Tiga tahap awal model Gartner selaras dengan

(36)

Tabel 2 Tahapan e-Government Gartner Group

3. Model United Nations (PBB)

Model ini merupakan model yang dipakai oleh Badan Administrasi

Pemerintahan PBB, (Division for Public Administration and Development Management, UNPAN) untuk mengklasifikasikan tahapan e-Government dari negara-negara yang disurvei dalam laporan tahunannya tentang “E-Government Readiness Report”. Dalam model ini tahapan awal dipecah menjadi dua tahap yaitu: tahapan “Presence A” yang masih sangat sederhana (disebut sebagai tahap

Emerging) dan tahapan “Presence B” dengan fitur-fitur tambahan yang lebih kompleks (disebut sebagai tahap Enhanced). Secara keseluruhan tahapan dalam model PBB ini dibagi menjadi lima tahapan yaitu: (a) Emerging, (b) Enhanced, (c) Interaction, (d) Transactional, (e) Seamless(Andersen & Henriksen, 2006).

Tabel 3 Tahapan e-Government United Nations Tahap 1

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh

instansi pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Kemenpan,

(37)

(kematangan) yang berbeda, dari mulai informasi prosedur layanan, adanya

dukungan online untuk download dan upload formulir dan dokumen pendukung serta untuk layanan transaksi.

Pelayanan publik dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Kemdagri, 2008)

yaitu :

1. Kelompok pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan publik;

2. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik;

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dihasilkan publik.

Pelayanan publik dapat diselenggarakan dengan pola-pola sebagai berikut :

1. Fungsional, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara

pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya;

2. Terpusat, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan secara tunggal oleh

penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari

penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan;

3. Terpadu Satu Atap, merupakan penyelenggaraan layanan oleh beberapa

Kantor/Dinas/Badan yang membuka loket secara bersama-sama;

4. Terpadu Satu Pintu, merupakan penyelenggaraan terpadu yang seluruh

prosesnya dilakukan dalam satu lokasi dan dikoordinasi oleh satu

Kantor/Dinas/Badan;

5. Gugus Tugas, yaitu pelayanan yang diberikan oleh petugas pelayanan publik

secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi

pemberi layanan tertentu.

Perizinan

Menurut Kemdagri Nomor 20 Tahun 2008, izin adalah dokumen yang

dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan

lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya

seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan

perizinan adalah pemberian legalitas kepada orang atau pelaku usaha/kegiatan

(38)

menurut Ojo et al. (2007) adalah layanan yang memberikan berbagai macam hak akses pemerintahan kepada warga negara, bisnis, dan asosiasi. Perizinan

memungkinkan suatu penggunaan layanan yang lebih luas dari sarana untuk

merancang strategi bisnis dan relasi (Gangadharan & Andrea, 2011).

Kebijakan e-Government di Indonesia

Kebijakan Pengembangan dan Strategi e-Government terdapat pada Inpres nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government yang berisi: “Pengembangan e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan)

elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan

efisien”. Melalui pengembangan e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan

pemanfaatan teknologi informasi. Adapun tingkatan e-Government menurut Inpres nomor 3 Tahun 2003, yakni :

1. Tingkat 1: Persiapan, meliputi pembuatan situs informasi di setiap

lembaga, penyiapan SDM, penyiapan sarana akses yang mudah,

misalnya warnet dan lain-lain;

2. Tingkat 2: Pematangan, meliputi pembuatan situs informasi publik

interaktif dan pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga

lain;

3. Tingkat 3: Pemantapan, meliputi pembuatan situs transaksi pelayanan

publik dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan

lembaga lain;

4. Tingkat 4: Pemanfaatan, meliputi pembuatan aplikasi untuk pelayanan

yang bersifat interagency relationship (G2G), Government to Business

(G2B) dan Government to Citizen (G2C ) yang terintegrasi.

Menurut panduan dari Kominfo (2003), isi minimal pada setiap situs web

pemerintah daerah (pemda) mencakup:

(39)

Menjelaskan secara singkat tentang keberadaan pemerintahan daerah

(pemda) bersangkutan (sejarah, moto, lambang dan arti lambang, lokasi

dalam bentuk peta, visi, dan misi).

2. Pemerintahan Daerah

Menjelaskan struktur organisasi yang ada di pemda bersangkutan

(eksekutif, legislatif) beserta nama, alamat, telepon, email dari pejabat

daerah. Jika memungkinkan biodata dari pimpinan daerah ditampilkan

agar masyarakat luas mengetahuinya.

3. Geografi

Menjelaskan antara lain keadaan topografi, demografi, cuaca dan iklim,

sosial dan ekonomi, budaya dari daerah bersangkutan. Semua data

dalam bentuk numerik atau statistik harus mencantumkan nama instansi

dari sumber datanya.

4. Peta Wilayah dan Sumberdaya

Menyajikan batas administrasi wilayah dalam bentuk peta wilayah (dari

Bakosurtanal) dan juga sumberdaya yang dimiliki oleh daerah

bersangkutan dalam bentuk peta sumberdaya (dikeluarkan oleh instansi

pemda yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pembuat peta) yang

dapat digunakan untuk keperluan pengguna.

5. Peraturan/Kebijakan Daerah

Menjelaskan peraturan daerah (perda) yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah daerah bersangkutan. Melalui situs web pemerintah daerah

ini semua perda yang dikeluarkan disosialisasikan kepada masyarakat

luas.

6. Buku Tamu

Tempat untuk menerima masukan dari pengguna situs web pemda

bersangkutan.

KajianPerkembangan Perizinandi Indonesia

Salah satu jenis pelayanan publik yang memiliki indikasi buruk dalam

penyelengaraannya adalah pelayanan perizinan. Pelayanan perizinan selama ini

dianggap sebagai salah satu faktor penghambat masuknya investasi

(40)

tahapan untuk memulai bisnis di Indonesia yaitu mencapai 12 tahapan. Sementara

waktu yang dibutuhkan untuk memulai bisnis mencapai 151 hari atau yang

terlama kedua di Asia.

Buruknya kinerja pelayanan perizinan oleh birokrasi bukan saja terjadi di

tingkat nasional tapi yang paling krusial justru di tingkat daerah. Seiring dengan

otonomi daerah, bentuk kebijakan yang paling popular di tingkat daerah adalah

perizinan. Perizinan di satu sisi merupakan wujud nyata kewenangan daerah dan

di sisi lain merupakan sumber pendapatan daerah. Meskipun pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan tentang penyelenggaraan pelayanan publik,namun

sampai pada tataran pemerintahan daerah masih belumdirespons secara optimal.

Perkembangan e-Government di Indonesia

Dinamika pemerintahan di Indonesia sangat berpengaruh dalam

perkembangan e-Government Indonesia. Dilihat dari pelaksanaan aplikasi e-Government, data dari Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) dan Kementrian Dalam Negeri (Kemdagri), menunjukkan bahwa Indonesia baru

memiliki:

1. 6.788 domain go.id (Pandi, 2012);

2. 399 website pemerintah daerah (pemda) Kabupaten (Kemdagri, 2010);

3. 98 website pemerintahan daerah (pemda) Kota (Kemdagri, 2010)

Beberapa pemerintah daerah (pemda) memperlihatkan kemajuan cukup

berarti. Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan e-Government

untuk proses pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga berprestasi baik dalam pelaksanaan e-Government seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara,

Pemkot Yogyakarta, Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab

Kutai Timur, Pemkab Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, dan Pemkab Malang.

Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong

rendah jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2007

berbagai data yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII)

memberikan jumlah pelanggan internet masih pada kisaran 25 juta. Rendahnya

(41)

lebarnya kesenjangan digital (digital divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dalam berbagai pertemuan Internasional.

Banyak orang menganggap apabila suatu Kota atau Kabupaten berhasil

melakukan Pelayanan Publiknya berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK),

maka untuk Kota/Kabupaten lain bahkan pelayanan pemerintahan lainnya pasti

berhasil. Kenyataan tidak sesederhana itu karena karakteristik Kabupaten-Kota

yang satu dengan Kabupaten/Kota yg lain berbeda. Otonomi daerah ada plus

minus nya bagi jalannya pemerintahan. Demikian pula dampaknya terhadap

pembangunan e-Government didaerah maupun dipusat. Tidak mudah untuk mengintegrasikan Sistem aplikasi sebagaimana blue print sistem aplikasi e-Government yang sudah dibuat 2004 oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi. Adanya Dewan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional

(DeTIKNas) yang sudah dibentuk satu setengah tahun yang lalu, belum terasa

kiprahnya bagi pembangunan e-Government di daerah-daerah (Provinsi maupun pemerintah kabupaten/Kota). Semula Komunitas Teknologi Informasi

Komunikasi (TIK) sangat berharap keberadaan DeTIKNas akan menjadi

Akselerator pembangunan e-Government di Indonesia. Ternyata belum..Beberapa contoh dalam hal ini Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK), Single Identity

Number (SIN) yang sejak 2004 sudah dicanangkan. Hal ini juga terungkap pada

evaluasi 1 tahun DeTIKNas. Kalaupun ada pemerintah kabupaten/Kota yang

menonjol e-Government nya. Pemerintah pusat, dalam hal ini departemen departemen terkait tidak bisa banyak berharap, demikian pula pemerintah daerah

yang mayoritasnya tidaklah memprioritaskan pembangunan e-Government

(Usman, 2008)

Proses Bisnis

Proses bisnis merupakan suatu langkah ataupun aktivitas yang saling

berhubungan dengan menggunakan orang, informasi dan sumber daya lainnya

untuk menciptakan nilai/value suatu produk kepada internal/eksternal customer (Alter, 1996). Pengertian proses bisnis lainnya menurut Kementrian

Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) & Reformasi Birokrasi (RB) nomor

(42)

sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sedangkan menurut Laudon & Laudon

(2006) proses bisnis adalah suatu cara unik dalam mengorganisasi aktivitas kerja,

informasi, dan pengetahuan untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang

bernilai. Proses bisnis merupakan arus kerja konkret dari aktivitas kumpulan

pengetahuan, material dan informasi. Proses bisnis pada perusahaan dapat menjadi

sumber kekuatan kompetitif jika proses tersebut memungkinkan perusahaan untuk

berinovasi secara lebih baik. Proses bisnis dapat juga berarti kewajiban jika

didasarkan pada cara kerja yang sudah ketinggalan zaman yang menghalangi

kemampuan reaktif dan efisiensi organisasi.

Menurut Lindsay et al. (2003) proses bisnis adalah kumpulan kegiatan yang berhubungan dan terstruktur yang dilakukan oleh satu atau lebih organisasi untuk

beberapa tujuan tertentu. Dalam sebuah organisasi hasil proses bisnis merupakan

hasil dalam penyediaan layanan atau dalam produksi barang, bagi para

stakeholder internal atau eksternal. Untuk menggambarkan bisnis proses dapat menggunakan empat perspektif antara lain (Corradini et al. , 2010):

1. Bisnis proses sebagai mesin deterministik;

2. Bisnis proses sebagai sistem dinamis yang kompleks;

3. Bisnis proses interaksi umpan balik;

4. Bisnis proses sebagai konstruksi sosial.

Untuk memahami suatu proses bisnis maka dapat digunakan Work Centered Analysis yang melihat proses bisnis merupakan dari sebuah sistem. Work Centered Analysis terdiri atas enam elemen sebagai berikut (Alter, 1996):

1. Konsumen/Pemakai, merupakan konsumen internal maupun eksternal yang

memanfaatkan keluaran (output) dari proses bisnis; 2. Produk, merupakan keluaran (output) dari proses bisnis;

3. Proses bisnis, merupakan langkah atau aktivitas yang menggunakan orang,

informasi, dan sumber lainnya untuk menciptakan produk yang memiliki

nilai tambah kepada pengguna atau pemakai baik dari sisi internal maupun

eksternal;

4. Participant/ pelaku, merupakan orang yang terlibat secara langsung dalam sistem;

(43)

6. Teknologi, didefinisikan sebagai perangkat komputer dan telekomunikasi

yang menggunakan proses bisnis.

Hubungan antara keenam elemen diatas dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1 Elemen dalam Work Centered Analysis (Alter, 1996)

Metode Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem yang digunakan adalah pendekatan model waterfall.

Waterfall dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada

(Pressman, 2005). Di bawah ini adalah representasi model proses waterfall. Metode waterfall merupakan metode pengembangan sistem informasi yang dapat dijadikan dasar dalam pembangunan sistem informasi.

Gambar 2 Model Waterfall (Pressman, 2005)

Pada Gambar diatas terlihat empat tahapan model waterfall yakni, analisis sistem (analysis). Pada tahap analisis dilakukan proses analisis pada sistem, yang dapat berupa analisis terhadap kebutuhan data dan informasi yang harus dipenuhi,

analisis terhadap upaya pengembangan, serta alternatif pemecahan masalah untuk

(44)

tahapan perancangan sistem berfokus pada perancangan perangkat lunak atau

program (arsitektur software) dengan menentukan struktur data yang digunakan, detail algoritma prosedural serta perancangan terhadap antarmuka (design interface). Desain dikerjakan setelah kebutuhan selesai dikumpulkan secara lengkap. Pada fase pembuatan sistem (coding) yakni, hasil perancangan harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang dapat dibaca. Desain program

diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemrograman

yang sudah ditentukan. Setelah fase perancangan sistem (design) fase selanjutnya adalah pengujian sistem (testing) yakni pengujian berfokus pada logika internal perangkat lunak dan pada eksternal fungsional, yaitu mengarahkan pengujian

untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang

dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan.

Pada tahap ini juga dilakukan pengetesan terhadap pengoperasian yang berujung

(45)

METODE PENELITIAN

Kerangka Penelitian

Pada penelitian ini, langkah yang dilakukan berdasarkan kerangka penelitian

yang dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini:

Gambar 3 Alur Proses Penelitian

Pengumpulan Data dan Informasi

Dari kajian studi pustaka, selanjutnya dikumpulkan berbagai data dan

informasi yang terkait dengan proses bisnis pelayanan perizinan usaha industri

yang berlaku di Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor, Tangerang dan

Bekasi dengan menggunakan metode kualitatif. Penggumpulan data dilakukan

(46)

Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan Bidang Data, Pemproresan, dan

Informasi untuk menggali data dan informasi mengenai aspek-aspek perizinan

usaha. Observasi dilakukan terhadap struktur dan fungsi yang terkait dengan

pelayanan perizinan pada struktur organisasi di Badan Pelayanan Perizinan

Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi. Telaah dokumen dilakukan untuk

penggalian data dan informasi dari berbagai dokumen baik berupa buku dan

surat-surat keputusan. Data yang digunakan pada pengujian template adalah data

dummy.

Analisis Sistem

Analisis sistem akan dilakukan dari segi proses bisnis dan pengguna.

Analisis proses bisnis akan dilakukan dengan menggunakan WCA (Work Centered Analysis). Pada WCA akan terdapat enam elemen yakni pengguna, produk, proses bisnis, partisipan, informasi dan teknologi (Alter, 1996).

1. Konsumen, terdiri atas konsumen eksternal dan internal. Penguna

eksternal dan internal dari sistem kerja adalah orang-orang yang menerima

dan menggunakan output dari sistem kerja. Konsumen internal adalah

orang yang berada di dalam struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu dalam sistem kerja perizinan usaha industri untuk menciptakan

nilai tambah sebelum produk atau jasa dihasilkan organisasi digunakan

oleh konsumen eksternal. Konsumen eksternal adalah orang yang

menerima dan menggunakan output dari sistem kerja perizinan usaha

industri diluar dari struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu.

2. Produk, dapat berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh sistem

perizinan usaha industri. Biasanya terdiri atas informasi, benda fisik, dan

pelayanan.

3. Partisipan/pelaku, merupakan pelaku dalam sistem kerja perizinan usaha

industri yang melakukan pekerjaan.

4. Bisnis proses, merupakan serangkaian langkah atau kegiatan pada

perizinan usaha industri yang menggunakan orang, informasi, dan sumber

daya lain untuk menciptakan nilai baik bagi konsumen internal maupun

(47)

5. Informasi, digunakan atau dihasilkan dalam sistem kerja perizinan usaha

industri.

6. Teknologi, yang digunakan dalam sistem kerja perizinan usaha industri

Output dari analisis ini yakni apakah izin usaha industri dapat dilakukan

komputerisasi atau tidak.

Formulasi Proses Bisnis

Dalam tahapan formulasi ini adalah kegiatan menyusun formula untuk dasar

proses bisnis perizinan usaha industri. Formulasi proses bisnis pada izin usaha

industri mengacu pada peraturan dari Kementrian Perindustrian terkait pemberian

izin usaha industri dan hasil analisis proses bisnis yang dilakukan pada tahap

sebelumnya. Selanjutnya sesuai dengan salah satu tujuan reformasi birokrasi maka

formulasi proses bisnis juga mempertimbangkan perbaikan proses dengan

melakukan (Permenpan dan RB, 2011):

• Penyederhanaan proses (streamlining/simplification - S); • Penghilangan proses yang tidak perlu (elimination - E);

• Pembuatan proses yang sama sekali baru (reengineering - R); atau • Pengotomatisasian proses (automation - A).

Berdasarkan peraturan terkait pemberian izin usaha industri serta tujuan

perbaikan reformasi birokrasi maka formulasi proses bisnis dilakukan dengan

melihat beberapa komponen (Inpres, 2003), seperti:

a. Efisiensi, dapat mempersingkat waktu pelayanan perizinan usaha

industri,

b. Efektif, pelayanan perizinan usaha industri yang tepat guna,

c. Transparansi, keterbukaan pelayanan perizinan usaha industri.

Rekomendasi Template

Usulan template dilakukan berdasarkan formulasi proses bisnis dan

direpresentasikan dengan menggunakan template perizinan usaha industri. Template ini sebagai tool (alat) untuk merealisasikan rekomendasi yang dibuat. Rekomendasi proses bisnis dilakukan dengan dibuat pengembangan dari sistem

(48)

waterfall. Langkah-langkah pengembangan template pada perizinan usaha industri antara lain:

1. Analisis: tahapan analisis dilakukan dengan menggunakan work centered analysis (WCA). Analsis ini menghasilkan apakah sistem pada izin usaha industri pada Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi dapat dilakukan

komputerisasi atau tidak. Jika dapat dilakukan komputerisasi maka

selanjutnya akan dilakukan perancangan sistem.

2. Perancangan sistem (design): tahapan perancangan sistem berfokus pada perancangan perangkat lunak atau program (arsitektur software) template

izin usaha industri.

3. Implementasi sistem (coding): hasil perancangan diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang dapat dibaca. Desain template diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemograman Hypertext Markup Languange (PHP)

4. Pengujian sistem (testing): Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode blackbox sesuai dengan fungsi-fungsi pada template perizinan usaha industri.

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dan Informasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor,

Tangerang, dan Bekasi

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor

a. Struktur organisasi

Struktur organisasi dan hubungan kerja satuan kerja perangkat daerah Pemerintah

Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 4. Dari garis organisasi pada Gambar

4 dapat dilihat bahwa Bupati adalah pemegang tertinggi pemerintahan Kabupaten

Bogor. Pada izin usaha industri, Bupati mengeluarkan undang-undang terkait izin

usaha industri dalam peraturan daerah nomor 26 tahun 2008. Selain Bupati

kelurahan dan kecamatan juga mempunyai pengaruh pada izin usaha industri

yakni, mengeluarkan surat keterangan domisili usaha dari yang diketahui oleh

kecamatan. Berdasarkan struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Bogor termasuk kedalam lembaga teknis. Sedangkan struktur

organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada

Gambar 5.

(50)

Gambar 5 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor

b. Jenis Pelayanan Perizinan

Jenis pelayanan perizinan yang dilayani di Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BPPT) Kabupaten Bogor, yakni izin terkait:

1. Tata Ruang & Bangunan, terdiri atas: izin lokasi, izin mendirikan

bangunan gedung (IMBG), izin rumija (Rumah Milik Jalan), dan izin

peruntukan penggunaan tanah (IPPT).

2. Ketentraman & Ketertiban, terdiri atas izin gangguan (HO).

3. Lingkungan Hidup, terdiri atas izin pembuangan limbah, dan izin

pengeboran air bawah tanah.

4. Usaha, Perindustrian, dan Perdagangan, terdiri atas: izin usaha

perdagangan, izin usaha peternakan, izin usaha perikanan, izin

perluasan industri, izin usaha industri, tanda daftar industri, tanda

daftar perusahaan, tanda daftar gudang, izin tempat usaha, dan izin

usaha rumah potong hewan.

5. Konstruksi, terdiri atas izin usaha jasa konstruksi.

6. Bidang Ketenagakerjaan, terdiri atas izin mempekerjakan tenaga asing

(51)

7. Izin Lain, terdiri atas izin kepariwisataan, izin penyelenggaraan

reklame, serta izin salon tipe c dan d.

Setiap layanan perizinan mempunyai persyaratan dan Standard Operating Procedure (SOP) yang berbeda-beda yang diatur dalam peraturan daerah Kabupaten Bogor.

c.

Mekanisme Pelayanan Perizinan Usaha Industri

Alur mekanisme pelayanan perizinan usaha industri di Kabupaten Bogor

dapat dilihat pada Lampiran 2a. Informasi tentang mekanisme perizinan usaha

industri di Kabupaten Bogor dapat diakses melalui website http://bpt.bogorkab.org/. Saat ini tahapan perkembangan e-Government pada perizinan usaha industri di Kabupaten Bogor berada pada tahap presence, yang hanya memiliki website berupa informasi.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dan hubungan kerja satuan kerja perangkat daerah

Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang

Dari garis organisasi pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa Bupati sebagai

pemegang tertinggi pemerintahan Kabupaten Tangerang. Pada izin usaha industri,

(52)

pokok dan fungsi (tupoksi) pelayanan perizinan kabupaten Tangerang dapat

dilihat pada peraturan Bupati nomor 32 tahun 2010. Berdasarkan struktur

organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang termasuk ke

dalam lembaga teknis. Kelurahan dan kecamatan juga mempunyai pengaruh pada

izin usaha industri. Kelurahan mengeluarkan Surat Keterangan Domisili Usaha

dari yang diketahui oleh kecamatan. Sedangkan struktur organisasi Badan

Pelayanan Perizinan Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Tangerang (Perbup, 2010)

Berdasarkan struktur organisasi pada Gambar 7, Bidang Pelayanan Perizinan II

merupakan bidang yang mempunyai wewenang dalam bidang pelayanan perizinan

usaha industri. Bidang Pelayanan II mempunyai tugas menyelenggarakan

pelayanan dan penelitian bahan pengajuan berkas perizinan bidang perekonomian,

yang salah satunya adalah izin usaha industri.

b. Jenis Layanan Perizinan

Jenis pelayanan perizinan yang dilayani di Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang, yakni izin terkait:

1. Tata Ruang dan Bangunan, terdiri atas izin mendirikan bangunan (IMB),

izin Lokasi (IL), dan Izin Pemanfaatan Ruang (IPR).

(53)

3. Lingkungan Hidup, terdiri atas izin pembuangan limbah cair (IPCL), izin

pengeboran, izin pengambilan air (SIPA), izin pengusaha pengeboran air

tanah, izin penurapan mata air, izin instalasi bor, izin galian, dan izin juru

bor.

4. Usaha, Perindustrian dan Perdagangan, terdiri atas izin reklame, izin usaha

industri (IUI), izin usaha perdagangan (IUP), izin gudang (IG), izin usaha

waralaba, surat izin usaha perikanan (SIUP), surat izin penangkapan ikan

(SIPI), surat izin kapal penangkap ikan (SIKPI), dan izin usaha

peternakan.

5. Konstruksi, terdiri atas izin usaha jasa kontruksi (IUJK).

6. Bidang Ketenagakerjaan, terdiri atas izin operasional PJTKI, penerbitan

izin LPTKS lingkup Kabupaten, dan perpanjangan IMTA.

7. Izin lain, terdiri atas izin penyelenggaraan parkir, izin usaha dibidang

pelayanan pemakaman dan penguburan, izin penyelenggaraan kursus dan

kelembagaan.

Setiap layanan perizinan tersebut mempunyai persyaratan dan Standard Operating Procedure (SOP) yang berbeda-beda, yang diatur dalam peraturan Bupati tahun 2010.

c. Mekanisme proses pelayanan perizinan

Alur mekanisme pelayanan izin usaha industri dapat dilihat pada Lampiran 2b.

Saat ini sistem pada pelayan perizinan terpadu (SIPINTER) di Kabupaten

Tangerang kondisi yang ada semuanya bersifat client-server dan beroperasi hanya di kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang.

Sistem informasi (SIPINTER) yang ada saat ini sudah mampu menangani

sebagian dari proses pelayanan perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang seperti proses entry data untuk pendaftaran, pindah kepemilikan, pindah tempat, pindah bidang usaha. Aplikasi

SIPINTER digunakan oleh bagian-bagian tertentu di Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang. Dimana prosesnya diawali oleh

pendaftaran sampai dengan keluarnya Dokumen. Pada bagian Pendaftaran

merupakan bagian yang sangat penting karena merupakan pintu gerbang

(54)

pelayanan perizinan Kabupaten Tangerang dapat diakses melalui www.bp2t.com. Pendaftaran perizinan usaha industri dapat dilakukan dengan melalui website

tersebut secara online atau langsung ditunjukkan pada kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Tangerang. Saat ini tahapan perkembangan

e-Government pada perizinan usaha industri di Kabupaten Tangerang berada pada tahap presence, yang hanya memiliki website berupa informasi.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bekasi

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dan hubungan kerja satuan kerja perangkat daerah

Pemerintah Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini:

Gambar 8 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi

Dari garis organisasi pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa Bupati adalah

pemegang tertinggi pemerintahan Kabupaten Bekasi. Pada izin usaha industri,

Bupati mengeluarkan undang-undang terkait dalam keputusan dan peraturan

bupati. Standard Operating Procedure (SOP) pelayanan perizinan terpadu kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Keputusan Bupati Nomor 503 Tahun 2010.

Berdasarkan struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Bekasi termasuk kedalam lembaga teknis Kelurahan dan kecamatan juga

mempunyai pengaruh pada izin usaha industri. Kelurahan mengeluarkan surat

(55)

struktur organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bekasi dapat dilihat

pada Gambar 9.

!"

Gambar 9 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bekasi

b. Jenis Layanan Perizinan

Jenis pelayanan perizinan yang dilayani di Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BPPT) Kabupaten Bekasi, yakni izin terkait:

1. Tataruang dan Bangunan, terdiri atas izin lokasi, master plan/site plan,

dan izin peruntukan pengembangan tanah (IPPT).

2. Ketentraman dan Ketertiban, terdiri atas izin undang-undang

gangguan/HO.

3. Lingkungan Hidup, terdiri atas izin pembuangan limbah cair (IPLC).

4. Usaha, Perindustrian, dan Perdagangan, terdiri atas surat izin usaha

perdagangan (SIUP), surat izin usaha kepariwisataan (SIUK), izin usaha

perikanan, penerbitan tanda daftar industri (TDI) / izin usaha industri

(IUI), tanda daftar perusahaan (TDP), dan izin reklame.

5. Konstruksi, terdiri atas surat izin usaha jasa konstruksi (SIUJK).

6. Bidang Ketenagakerjaan, terdiri atas izin mempekerjakan tenaga kerja

warga negara asing (IMTA).

7. Izin Lain terdiri atas, izin kerja malam wanita, izin praktek dokter hewan

klinik hewan, izin pendirian sekolah, surat pertimbangan pemanfaatan

lahan (SPPL), rekomendasi pemasangan lampu PJU, dan pemakaian

(56)

Setiap layanan perizinan mempunyai persyaratan dan Standard Operating Procedure (SOP) yang berbeda-beda, yang diatur dalam keputusan Bupati Kabupaten Bekasi nomor 503 tahun 2010.

c. Mekanisme Pelayanan Perizinan

Mekanisme pelayanan perizinan pada Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Bekasi dapat dilihat dari Lampiran 2c. Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Bekasi mempunyai alamat website http://bppt-kabbekasi.com/. Saat ini website

belum dapat digunakan karena belum diresmikan. Saat ini tahapan perkembangan

e-Government pada perizinan usaha industri di Kabupaten Bekasi berada pada tahap presence, yang hanya memiliki website berupa informasi.

Analisis Sistem Perizinan Usaha Industri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan Bekasi

Analisis sistem dilakukan dengan menggunakan metode WCA (Work Centered Analysis). WCA terdiri atas enam elemen yaitu: (1) Konsumen, (2) Produk, (3) Proses Bisnis, (4) Pelaku, (5) Informasi, dan (6) Teknologi. Analisis

dilakukan pada izin usaha industri di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi.

Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor

Sistem kerja pelayanan izin usaha industri pada Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 10. Lama permohonan

pelayanan perizinan usaha industri pada Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten

Bogor sepuluh hari kerja seperti tercantum pada Standard Operation Procedure

(SOP) (Lampiran 2a).

a. Konsumen

Komponen konsumen merupakan pengguna sistem kerja eksisting pada

perizinan usaha industri (Lampiran 2a). Komponen internal terdiri atas,

petugas informasi, petugas pemrosesan, dan Kepala Badan. Sedangkan

komponen konsumen eksternal terdiri atas pemohon atau pelaku bisnis

yang akan mengajukan permohonan perizinan usaha industri. Pemohon

atau pelaku bisnis pada sistem kerja perizinan usaha industri merupakan

(57)

b. Produk

Komponen Produk yang dihasilkan pada sistem kerja perizinan usaha

industri di Kabupaten Bogor terdiri atas, informasi pendaftaran, formulir

pendaftaran dan persyaratan (Lampiran 3a), resi penerimaan berkas,

udangan tim teknis, surat penolakan, surat rekomendasi, dan surat izin

usaha industri selanjutnya akan digunakan oleh konsumen.

c. Proses Bisnis

Komponen proses bisnis pada sistem kerja perizinan usaha industri di

Kabupaten Bogor terdiri atas, mengisi formulir pendaftaran, mengecek

kelengkapan berkas permohonan, validasi berkas permohonan, melakukan

verifikasi lapangan, melakukan pembahasan hasil kunjungan lapangan,

rekomendasi/penolakan, mengolah izin, pemeriksaan format izin,

penandatangan izin, pencatatan dan penomoran, pengarsipan,

menyerahkan surat izin. Proses bisnis tersebut merupakan kegiatan untuk

menghasilkan produk dengan menggunakan pelaku, informasi dan

teknologi.

d. Pelaku

Komponen pelaku pada sistem kerja eksisting perizinan usaha industri di

Kabupaten Bogor terdiri atas: petugas informasi, petugas pemrosesan, dan

Tim teknis/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) (Lampiran 2a).

Komponen pelaku tersebut digunakan pada proses bisnis sistem kerja

perizinan usaha industri untuk menghasilkan produk.

e. Informasi

Komponen informasi pada sistem kerja eksisting perizinan usaha industri

di Kabupaten Bogor terdiri atas: persyaratan pendaftaran, penerimaan

berkas pendaftaran, kelengkapan berkas pendaftaran, rekomendasi, dan

penyerahan surat izin.

f. Teknologi

Komponen teknologi pada sistem kerja eksisting perizinan usaha industri

di Kabupaten Bogor terdiri atas Microsoft Access. Komponen teknologi tersebut digunakan pada proses bisnis sistem kerja perizinan usaha industri

Gambar

Gambar 1 Elemen dalam Work Centered Analysis (Alter, 1996)
Gambar 5.
Gambar 5 Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Bogor
Gambar 10 Analisis Kondisi Eksisting Proses Bisnis Perizinan Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.11 Jika staf tidak merekodkan pergerakan masuk dan pulang daripada pejabat dan tanpa ada rekod permohonan cuti atau tugasan rasmi yang lain, ia dikira satu

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang Berjudul “Laporan Asuhan

Layanan situs jejaring sosial Facebook dalam bentuk fitur group ini memudahkan dalam mengelompokkan sebuah kelas atau mata pelajaran tertentu. Kelompok yang sudah

Pengawasan Bidang/Layanan Usaha Jasa Inspeksi Teknis Subbidang/Sub Layanan Jasa Enjiniring Fase Konstruksi dan Instalasi Pekerjaan Teknik Sipil Keairan(31003).

Membawa dokumen asli dan 1 (satu) Set Fotocopy dari data-data formulir isian kualifikasi yang diinput di dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada

Sukses atau tidaknya suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yang paling dominan yaitu proses produksinya, sebab proses produksi adalah suatu kegiatan

Dari gambar 1, menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan anak dengan sindrom down dengan pendengaran normal akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa

CMS menggambarkan pertumbuhan ekspor dengan tiga efek komposisi, yaitu (1) Efek pertumbuhan standar (growth effect) yang mengambarkan keuntungan yang diperoleh suatu