ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN PATIN (
Pangasius hypophthalmus
)
(STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)
PINDO WITOKO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa tugas akhir yang berjudul :
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)
(STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)
merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Mei 2012
ABSTRACT
PINDO WITOKO. Feasibility Study and Business Development Strategy of Hatchery of Patin Catfish (Pangasius hypophthalmus) (Case Studies on the CV. Mika Distrindo). Supervised by RIZAL SYARIEF as Chief and SAPTA RAHARJA as Member.
The development of larva production of Patin catfish has great potential to meet market demand. In this case, Lampung is one of Patin catfish enlargement center which has large aquaculture production than others. Production of Patin catfish in Lampung, in 2010 was 19.565 tonnes. Demand of Patin catfish larva is taken to anticipate, so in the future, no need to bring out the larva from the other region. Obstacles and constraints faced by the company, mainly by CV. Mika Distrindo are very diverse, from each stage of production until marketing process. Therefore, it is needed a development strategy to increase production to meet demand of Patin catfish larva for Metro region and surrounding areas. The aims of this study were: (1) To obtain information on the production process of breeding Patin catfish; (2) To know the feasibility of Patin catfish breeding; and (3) To carry out the strategy of seeding to obtain maximum profit. The analysis used descriptive and analytical methods which data that have been collected will be described or portrayed as it is. The data were collected through interviews, observation and literature study. Method of analysis was done with (1) a descriptive analysis of the production process for a portrait Patin catfish hatchery; (2) Analysis of the feasibility using Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (B/C) Ratio, Gross Benefit Cost (B/C) Ratio, Pay Back Period (PBP), and Break Even Point (BEP); (3) Analysis of internal and external matrix are using Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) matrix, and in combination in a matrix of Internal External (IE); 4) Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) matrix analysis to formulate strategic alternatives; and 5) Analysis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) for alternative decision priorities. The study results shows that CV. Mika Distrindo is feasible because the business get the financial benefit. technology, expansion of marketing network, strengthening capital, increasing sales volume, doing partnerships, taking advantage of investors, increase customer loyalty, maintain larva quality, improved system management and collaboration with stakeholders.
RINGKASAN
PINDO WITOKO. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo). Dibimbing oleh RIZAL SYARIEF sebagai ketua dan SAPTA RAHARJA sebagai anggota.
Sektor agribisnis yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangakan adalah di bidang perikanan, terutama perikanan budidaya (aquaculture). Salah satu jenis ikan konsumsi yang banyak digemari oleh masyarakat adalah ikan Patin, karena memiliki rasa daging yang enak, lezat, gurih, dan teksturnya yang sedikit kenyal serta harganya yang relatif terjangkau.
Keberhasilan usaha ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) sangat ditentukan oleh input bermutu yang diperoleh dari proses produksi yang baik. Salah satu input produksi tersebut adalah benih. Dengan meningkatnya usaha pembesaran ikan Patin, kebutuhan benih dimasyarakat juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan benih hingga saat ini belum sepenuhnya diimbangi dengan penyediaan benih dengan mutu dan kuantitas yang baik.
Pengembangan produksi benih ikan Patin memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini, Lampung merupakan salah satu sentra pembesaran ikan Patin, dimana produksi perikanan budidaya terbesar jika dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya. Produksi ikan Patin konsumsi di Propinsi Lampung pada Tahun 2010 menunjukan angka 19.565 ton.
Pemenuhan permintaan benih ikan Patin tersebut sudah mulai diupayakan, sehingga nantinya tidak perlu lagi mendatangkan benih dari luar darah. Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh para pembenih, terutama oleh CV. Mika Distrindo sangatlah beragam dimulai dari tiap tahapan produksi sampai pemasaran. Untuk itu perlu adanya strategi pengembangan yang tepat untuk menghadapi situasi yang ada pada usaha pembenihan ikan Patin, guna peningkatan produksi guna pemenuhan permintaan akan benih ikan Patin di daerah metro dan sekitarnya.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Memperoleh informasi proses produksi pada kegiatan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo; (2) Mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo; dan (3) Mendapatkan strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin yang paling efektif dalam memperoleh hasil maksimal.
Lokasi yang dijadikan tempat kajian adalah CV. Mika Distrindo yang berlokasi di Desa Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung. Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus, dimana data yang telah terkumpul dideskripsikan, atau digambarkan sebagaimana adanya.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode analisis dilakukan dengan (1) Analisis deskriptif untuk mengambarkan proses produksi dalam pembenihan kan Patin; (2) Analisis kelayakan usaha menggunakan pedekatan net present value (NPV), internal rate of return (IRR),
dievaluasi dengan matriks internal factor evaluation (IFE) untuk kekuatan dan kelemahan serta matriks external factor evaluation (EFE) untuk peluang dan ancaman, kemudian di gabungkan dalam matriks internal external (IE); 4) Analisis SWOT (strengths-weaknesses-opportunties-threats) yang memakai variabel internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh alternatif-alternatif prioritas strategi bagi pengembangan usahanya; dan 5) Analisis quantitative Strategic Planning matrix (QSPM) untuk pengambilan keputusan alternatif prioritas strategi yang tepat dan terbaik untuk diterapkan bagi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo
Dari hasil analisis kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo dikatakan layak, karena dari hasil perhitungan yang dilakukan mendapatkan hasil yang memberikan manfaat (benefit) secara financial. Indikasi kelayakan dari segi financial diketahui dari hasil perhitungan dengan kebutuhan biaya investasi Rp.509.050.000,- dan rataan biaya operasional Rp.284.100.000,- per tahun menghasilkan nilai NPV Rp.516.660.510,- ; IRR 21,42% ; Gross B/C
Ratio 5,57 ; Nett B/C Ratio 4,05 ; PBP 0,85 tahun atau 10 bulan 5 hari dan BEP pada produksi benih 2.698.006 ekor atau pada nilai penjualan Rp.539.601.139,60 (90%)
Dari hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan nilai masing masing 2,511 dan 2,565. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat ini berada di kotak di kuadran ke-lima yang berarti inti strategi yang diterapkan perusahaan adalah Strategi Pertumbuhan/Stabilitas. Hasil analisis SWOT berupa pemanfaatan kemajuan teknologi, perluasan jaringan pemasaran, penguatan modal, peningkatan volume penjualan, malakukan kemitraan, memanfaatkan investor, meningkatkan loyalitas pelanggan, mempertahankan mutu benih, perbaikan sistem manajemen dan peningkatan kerjasama dengan
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak ipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN PATIN (
Pangasius hypophthalmus
)
(STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)
PINDO WITOKO
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tugas Akhir : Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo)
Nama Mahasiswa : Pindo Witoko Nomor Pokok : F054107105
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Rizal Syarief, DESS Ketua
Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah,
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. H. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo) tepat pada waktunya. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dalam program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, berbagai pihak telah memberikan masukan dan bantuan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Rizal Syarief, DESS selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing 3. Bapak Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program
dan Penguji Luar Komisi
4. Bapak dan Ibu Dosen, serta Pegawai Sekretariat Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah membimbing, meluangkan waktunya dan memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Bapak Mika Prasetya selaku pemilik CV. Mika Distrindo beserta karyawannya yang telah membimbing, meluangkan waktunya dan memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak Firngadi (alm), Ibu Murjiem, Andhi Wicaksono, ST., Nining Isti Utami, ST., Illyasa Razzan Andhista dan Alvero Anargya Andhista tercinta yang telah memberikan do’a dan dorongan kepada penulis.
Thryanda, Jaja Subagia Dinata, Santoso, Andi Anto, Sugeng Riyanto, Pristiyanto, Robert E. Kusnadi dan Suryadi.
8. Rekan-rekan, sanak saudara yang telah membantu, memberikan dorongan dan Do’a, namun tidak dapat disebutkan penulis satu persatu karena keterbatasan tempat, semoga dapat diberikan taufik dan Hidayah-Nya selalu. Amin.
Semoga tugas akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil menengah pada umumnya dan pembenihan ikan Patin pada khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini sangat diharapkan, agar menjadi lebih sempurna dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Mei 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 14 Juni 1983 sebagai anak kedua dari ayah Firngadi (alm) dan ibu Murjiem. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SD N 2 Sumbersari, Sekolah Lanjuan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTP N 1 Metro, serta Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMU N 9 Yogyakarta. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2001. Pada bulan September 2010 penulis diterima di Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
PINDO WITOKO. Feasibility Study and Business Development Strategy of Hatchery center which has large aquaculture production than others. Production of Patin catfish in Lampung, in 2010 was 19.565 tonnes. Demand of Patin catfish larva is taken to anticipate, so in the future, no need to bring out the larva from the other region. Obstacles and constraints faced by the company, mainly by CV. Mika Distrindo are very diverse, from each stage of production until marketing process. Therefore, it is needed a development strategy to increase production to meet demand of Patin catfish larva for Metro region and surrounding areas. The aims of this study were: (1) To obtain information on the production process of breeding Patin catfish; (2) To know the feasibility of Patin catfish breeding; and (3) To carry out the strategy of seeding to obtain maximum profit. The analysis used descriptive and analytical methods which data that have been collected will be described or portrayed as it is. The data were collected through interviews, observation and literature study. Method of analysis was done with (1) a descriptive analysis of the production process for a portrait Patin catfish hatchery; (2) Analysis of the feasibility using Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (B/C) Ratio, Gross Benefit Cost (B/C) Ratio, Pay Back Period (PBP), and Break Even Point (BEP); (3) Analysis of internal and external matrix are using Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) matrix, and in combination in a matrix of Internal External (IE); 4) Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) matrix analysis to formulate strategic alternatives; and 5) Analysis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) for alternative decision priorities. The study results shows that CV. Mika Distrindo is feasible because the business get the financial benefit. Indications in terms of financial feasibility is known from Rp.516.660.510,- of NPV; 21.42% of IRR; 5.57 of Gross B/C Ratio; 4.05 of Nett B/C Ratio; 10 months and 5 days of PBP and 2.698.006 of larva production or Rp.539.601.139,60 of the value of sales. IFE score is 2.511 and EFE score is 2.565. The Company core strategy is Growth/Stability Strategy. The SWOT analysis obtains formulation of strategies including the use of advances in technology, expansion of marketing network, strengthening capital, increasing sales volume, doing partnerships, taking advantage of investors, increase customer loyalty, maintain larva quality, improved system management and collaboration with stakeholders.
ix
2.4Analisis Strategi Pengembangan Usaha ... 18
2.4.1 Faktor Internal dan Eksternal ... 18
2.4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 22
2.4.3 Matriks Internal – Eksternal ... 23
2.4.4 Matriks SWOT ... 24
2.4.5 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif ... 24
III. METODE KAJIAN
3.3.2 Menganalisis Kelayakan Usaha ... 31
3.3.3 Menganalisis pengembangan Usaha ... 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 43
4.1.1 Produksi benih Ikan Patin di Metro, Lampung ... 43
4.1.2 Perkembangan Produksi Benih Ikan Patin ... 45
4.1.3 Lokasi dan Tata Letak ... 46
4.1.4 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 46
4.1.5 Struktur Organisasi ... 47
4.1.6 Produk yang Dihasilkan ... 48
x
4.3 Analisis Lingkungan ... 49
4.3.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 50
4.3.2 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ... 55
4.4 Analisis Kelayakan Usaha ... 77
4.5 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 79
4.6 Analisa Matriks IFE dan EFE ... 84
4.6.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 84
4.6.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 85
4.7 Matriks Internal Eksternal (IE Matriks) ... 86
4.8 Analisis Matriks SWOT ... 87
4.9 Analisis Matriks QSP ... 90
4.10Implementasi Strategi ... 92
V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 95
5.2 Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
xi
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Produksi benih ikan Patin di Kota Metro dari tahun 2005-2009 ... 3 2. Produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor dari tahun 2007-2010 . 3 3. Pembenihan yang Bersertifikat di Indonesia tahun 2011 ... 5 4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ... 35 5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan ... 35 6. Matriks IFE ... 36 7. Matriks EFE ... 36 8. Matriks SWOT ... 39 9. Matriks QSP ... 41 10.Proyeksi produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama
2010-2014 dalam satuan ribu ton ... 43 11.Target produksi menurut Propinsi pada tahun 2011 ... 44 12.Jumlah karyawan CV. Mika Distrindo berdasarkan latar belakang
pendidikan ... 48 13.Jenis pakan berdasarkan umur dalam pemeliharaan benih Patin ... 65 14.Kelayakan usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo ... 78 15.Profil SWOT CV. Mika Distrindo ... 79 16.Perhitungan Matriks IFE CV. Mika Distrindo ... 85 17.Perhitungan Matriks EFE CV. Mika Distrindo ... 86 18.Rumusan strategi pengembangan dengan matriks SWOT
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Kuesioner Kajian ... 101 2. Kuesioner penentuan bobot dan rating faktor internal dan eksternal .... 107 3. Komposisi biaya investasi CV. Mika Distrindo ... 111 4. Komposisi biaya operasional CV. Mika Distrindo ... 112 5. Analisa usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo ... 113 6. Perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal
CV. Mika Distrindo ... 114 7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal
CV. Mika Distrindo ... 116 8. Perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal
CV. Mika Distrindo ... 117 9. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Usaha mikro, kecil dan menengah perlu dikembangkan karena merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerakan sektor UMKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut serta arah permintaan pasar, serta menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya serta memberikan konstribusi penting dalam ekspor dan perdagangan (Pramiyanti, 2008).
Ditinjau dari segi usaha, sektor agribisnis juga telah terbukti memiliki daya tahan terhadap krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, karena sektor usaha ini sejalan dengan basis sumberdaya (resources base) yang banyak tesedia. Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian dalam arti luas yang meliputi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan. Agribisnis juga merupakan penjumlahan semua kegiatan yang berkecimpung dalam pabrik dan distribusi alat maupun bahan pertanian, kegiatan produksi, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkan.
Sektor agribisnis yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan adalah bidang perikanan. Prospek sektor perikanan indonesia untuk ekspor sangat cerah karena permintaan dan kebutuhan ikan dunia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan dan kebutuhan tersebut sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk dan perubahan konsumsi masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat.
Salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki potensi dan banyak digemari oleh masyarakat adalah ikan Patin (Pangasius hypophthalmus), terutama di pulau Sumatera dan Kalimantan. Hal ini disebabkan rasa daging ikan Patin yang enak, lezat, gurih dan tekstur dagingnya yang sedikit kenyal. Selain itu, harga ikan Patin yang relatif terjangkau membuat masyarakat gemar mengkonsumsi ikan jenis ini, maka untuk merespon potensi permintaan tersebut, diperlukan suatu kegiatan usaha budidaya ikan Patin.
Ikan Patin merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, digemari oleh masyarakat dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan. Ikan Patin digunakan sebagai alternatif pengganti ikan Baung yang keberadaanya semakin sedikit di alam dan masih susah untuk dibudidayakan secara besar besaran. Pengembangan Ikan Patin sudah banyak dilakukan petani pembudidaya dan cenderung terus meningkat. Peningkatan usaha budidaya dilakukan dalam rangka memenuhi permintaan akan kebutuhan ikan konsumsi di masyarakat.
Keberhasilan usaha pembesaran ikan Patin sangat ditentukan oleh input yang bermutu dan proses produksi yang baik. Salah satu input produksi tersebut adalah benih. Mutu benih ikan sangat menentukan output pembesaran ikan Patin yang akan dihasilkan. Apabila benih ikan Patin mempunyai mutu yang baik maka kemungkinan besar hasil ikan Patin konsumsi bermutu baik juga. Dengan meningkatnya usaha pembesaran ikan Patin, kebutuhan akan benih di tingkat pembesaran semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan benih hingga saat ini belum sepenuhnya diimbangi dengan penyediaan benih yang bermutu baik.
sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi benih ikan Patin di Lampung. Maka tidak salah jika pemerintah menargetkan produksi benih ikan Patin yang cukup besar di daerah tersebut. Salah satu wilayah yang menjadi basis produksi benih ikan Patin di Lampung adalah Kota Metro. Berikut ini Tabel mengenai produksi benih ikan Patin di Kota Metro.
Tabel 1.Produksi benih ikan Patin di Kota Metro dari tahun 2005-2009
No Tahun Produksi Benih Ikan Patin (ekor)
1 Rata-rata Produksi Per Tahun 1.073.200 Sumber: Dinas Pertanian Bidang Perikanan Kota Metro, 2009
Produksi benih ikan Patin di Kota Metro masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pembenihan di Jawa dan daerah lainnya. Berdasarkan Tabel 1. di atas rataan produksi benih ikan Patin pertahun dari tahun 2005-2009 adalah 1.073.200 ekor. Jika dibandingkan dengan daerah lain, Kondisi pembenihan di Kota Metro berbeda jauh dengan pembenihan ikan Patin di Subang yang mampu memproduksi 18.300.000 ekor benih ikan Patin per tahun, dan di daerah Bogor yang mampu menghasilkan benih ikan Patin rataan per tahun 49.047.000 ekor. Berikut ini Tabel mengenai produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor tahun 2007-2010.
Tabel 2.Produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor dari tahun 2007-2010.
No Tahun Produksi Benih Ikan Patin (ekor)
1 Rata-rata Produksi Per Tahun 49.106.000 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2011
dan kanibalisme. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan Patin adalah jenis bakteri Aeromonas dan penyakit white spot. Kedua penyakit ini berasal dari lingkungan yang tidak terkontrol, sehingga menyebabkan benih ikan kehilangan nafsu makan, lemas, dan dapat menyebabkan kematian. Perubahan suhu air yang ekstrim mengharuskan benih beradaptasi dengan lingkungan baru. Benih yang lemah tidak dapat bertahan pada perubahan tersebut, sehingga menyebabkan kematian. Musim kemarau menyebabkan produksi telur oleh indukan berkurang, hal ini disebabkan respon ikan terhadap lingkungannya, pengaruh musim kemarau dapat menurunkan produksi telur hingga 50 %. Kanibalisme terjadi setelah telur menetas, ketika cadangan makanan (yolk sack) habis benih ikan Patin membutuhkan makanan dan dapat bersifat kanibal atau karnivora jika ketersediaan pakan di media budidaya terbatas jumlahnya.
Menurut Hubeis dan Najib (2008), keberadaan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara memuaskan dari segi mutu, ketersediaan, harga dan distribusinya. Sedangkan permintaan konsumen terhadap barang sekarang ini semakin kompleks seiring semakin banyaknya alternatif usaha yang telah ada. Situasi persaingan usaha yang tinggi memaksa CV. Mika Distrindo untuk lebih meningkatkan daya saingnya sehingga mencapai tingkatan superior competitive advantage di antara pesaingnya. Untuk itu perlu adanya strategi pengembangan usaha yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi persaingan yang ada pada usaha pembenihan ikan Patin.
Tabel 3. Pembenihan yang Bersertifikat di Indonesia tahun 2011
No Nama Kelompok
Usaha/Perusahaan Komoditas Lokasi
Produksi Benih (ekor) 1 BPBAT Cijengkol Ikan Patin Sukamandi,
Subang, Jawa Barat 18.300.000 2 BBIS Sei Tibun Ikan Patin Padang Mutung,
Kampar, Riau 1.000.000
3 Ohara Sakti Indo Pratiwi Ikan Patin Padang Mutung,
Kampar, Riau 18.000.000 4 UPR Graha Pratama
Fish Ikan Patin
Koto Masjid,
Kampar, Riau 4.500.000
5 Dolphin Farm Ikan Patin Kec. Lima Puluh,
Pekanbaru, Riau 3.400.000 6 UPR Stanum Hatchery Ikan Patin Bangkinang,
Kampar,Riau 3.600.000
7 CV. Mika Distrindo Ikan Patin Kota Metro
Lampung 3.000.000
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP, 2010
Studi kasus analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin ini untuk mengetahui tingkat kelayakan dalam usaha pembenihan ikan Patin. Selain itu untuk mendapatkan strategi guna lebih meningkatkan usaha kecil menegah pembenihan ikan Patin agar dapat lebih berkembang dan tumbuh.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana kegiatan usaha CV. Mika Distrindo dalam menghadapi kendala proses produksi pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) ?
2. Bagaimana kelayakan usaha pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) pada CV. Mika Distrindo ?
1.3Tujuan
1. Mengkaji informasi proses produksi pada kegiatan usaha pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) CV. Mika Distrindo.
2. Menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) di CV. Mika Distrindo
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pembenihan Ikan Patin 2.1.1 Karakteristik Ikan Patin
Ikan Patin termasuk ke dalam golongan Pangasidae, yaitu golongan ikan lele yang banyak terdapat di beberapa negara terutama di Benua Asia. Menurut Susanto dan Amri (1998), ikan Patin dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub-kelas : Teleostei Ordo : Ostariphysi Sub-Ordo : Siluroidae Famili : Pangasidae Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypophthalmus
Bentuk tubuh ikan Patin memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung kebiru-biruan. Panjang ikan Patin dapat mencapai 120 cm dan kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala bagian bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua (2) pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai indra peraba. Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi. Ikan Patin memiliki sirip ekor yang membentuk cagak dan bentuknya simetris, sirip duburnya panjang terdiri dari 30-33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil.
Habitat ikan Patin di sungai-sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar (Kottelat et al., 1993). Ikan Patin hidup di alam bebas dan biasanya bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai, atau kali. Ikan ini baru keluar dari liang persembunyiannya pada waktu malam hari atau ketika hari mulai gelap. Hal ini sesuai dengan sifat hidupnya yang nocturnal (aktif pada malam hari). Ikan Patin siam merupakan ikan pemakan segala (omnivora). Secara alami makanan ikan Patin siam berupa ikan-ikan kecil, detritus, serangga, udang-udangan, moluska, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis makannya yang beragam tersebut oleh para ahli ikan Patin dikategorikan sebagai ikan omnivore, atau pemakan segala (Subamia et al., 2003).
Dari segi rasa, daging ikan Patin memiliki karakteristik yang khas. Dari semua jenis ikan keluarga lele-lelean, ikan Patin merupakan jenis unggulan dan paling dicari. Dari segi kandungan gizi, nilai protein daging ikan Patin cukup tinggi yaitu mengandung 68,6 %. Kandungan lemak sekitar 5,85 %, abu 3,5 % dan air 59,3 % (Mehyuddin, 2010).
Ikan Patin sulit memijah secara alami dan termasuk ikan yang mempunyai sifat musiman. Ikan ini tidak sanggup melakukan ovulasi karena perkembangan gonad berhenti pada fase istirahat. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang berbeda dengan sungai sebagai habitat alaminya (Subamia et al., 2003). Pemijahan ikan Patin dilakukan melalui pemijahan buatan (induced breeding) melalui bantuan rangsangan hormonal. Hormon yang sering digunakan untuk memacu ovulasi dan pemijahan adalah kelenjar hipofisa yang diperoleh dari ikan donor dan hormon sintetik yang banyak dijual di pasaran seperti hormon
2.1.2 Proses Produksi Benih Ikan Patin
Proses produksi atau budidaya adalah kegiatan memelihara (reproduksi, produksi dan penanganan) organisme spesifik dalam sarana akuatik dengan lingkungan yang terkontrol. Budidaya juga dapat diartikan sebagai kegiatan membesarkan organisme dalam air dengan komponen-komponen kimia, fisika dan biologi lingkungan perairan seperti mutu air dan gizi, baik mutu maupun kuantitas, hama dan lain-lain (Khairuman dan Amri, 2008).
Guna memperoleh hasil produksi yang tinggi maka diperlukan benih yang baik. Benih yang digunakan dalam proses budidaya sebaiknya adalah benih yang memenuhi persyaratan fisik (ukuran, bentuk dan warna) serta tahan dan bebas dari serangan penyakit. Selain itu benih yang dipilih adalah benih yang mudah beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan, pertumbuhan cepat dan relatif mudah diperoleh. Biasanya ukuran benih yang digunakan dalam usaha pembesaran adalah 1,5-2 inci per ekor.
Penyediaan benih ikan Patin dapat dilakukan dengan dua (2) cara yaitu dengan menangkap benih yang ada di perairan umum dan dengan memijahkan ikan pemeliharaan tersebut di kolam, atau dengan cara pembuahan buatan. Pembuahan buatan biasanya dilakukan terhadap ikan-ikan yang sulit, atau belum dapat memijah di kolam buatan dengan alasan ketidakcocokan faktor-faktor ekologis. Teknik pembuahan buatan memberikan kemungkinan meningkatkan produksi benih tiap induk dan mengendalikan prosesnya setiap saat sesuai dengan yang dikehendaki.
Teknik pembuahan buatan ini dilakukan dengan menyuntikan hormon ekstrak yang diperoleh dari kelenjar hipofisa donor ikan mas. Pembuahan telur dapat dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu :
a. Pembuahan alami artinya membiarkan pembuahan terjadi dengan sendirinya dalam bak pemijahan.
Ikan Patin termasuk ikan omnivora yang cenderung karnivora, sehingga kriteria makanan alami yang baik untuk larva ikan Patin adalah terlihat oleh ikan, melayang-melayang di dalam air, enak dan tidak mengejutkan ikan. Keberhasilan larva ikan Patin dalam memilih makanan alaminya juga tergantung pada kombinasi faktor biologi dan fisika, yaitu ukuran makanan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva, kepadatan makanan, makanan yang bergerak, tingkat kekurangan air, pergerakan larva dan makanan yang tidak transparan.
Menurut Kordi (2005), selain pakan, sarana yang diperlukan dalam usaha pembenihan ikan Patin untuk skala kecil berupa :
a. Wadah
Wadah merupakan suatu tempat untuk penetasan dan pemeliharaan telur. Wadah yang digunakan ada beberapa macam, tergantung fungsinya, yaitu :
1) Akuarium, berfungsi sebagai tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan Patin. Ukuran akuarium yang disarankan adalah (80x40x40) cm3. 2) Kolam pemeliharaan induk berfungsi untuk memelihara induk dengan
ukuran kolam disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihahara dengan kepadatan adalah 0,25 kg/m2. Ukuran kolam yang biasa digunakan seluas 3x3 m2 dengan kedalaman air 100 cm.
3) Kolam pemberokan berfungsi untuk menempatkan induk hasil seleksi dari kolam pemeliharaan induk sebagai penyimpanan sementara. Dinding kolam pemberokan sebaiknya dibuat tidak kasar dan diberi Styrofoam, karena sifat ikan Patin yang suka menabrak dinding apabila terkejut guna menghindari induk ikan terluka.
4) Bak penampungan cacing berfungsi untuk menampung cacing rambut yang merupakan pakan alami bagi benih ikan Patin, dimana bak ini dipertahankan agar air selalu mengalir dengan kedalaman 10-25 cm.
b. Peralatan lain
Menurut Prahasta dan Masturi (2008), beberapa peralatan penting yang harus ada dalam usaha pembenihan ikan Patin adalah :
1) Aerator berfungsi untuk menjaga ketersediaan oksigen dalam air.
3) Kompor berfungsi untuk menjaga kondisi suhu air tetap pada kondisi suhu yang optimal (30oC), baik sebagai media penetasan telur maupun pemeliharaan larva dan benih ikan Patin.
4) Baki plastik berfungsi untuk menampung telur hasil pengurutan dan sekaligus sebagai wadah saat melakukan pembuahan buatan (fertilisasi). 5) Gelas berfungsi untuk menampung dan mengencerkan sperma ikan Patin. 6) Bulu ayam berfungsi untuk mengaduk telur pada proses pembuahan telur. 7) Serokan ikan berfungsi untuk menangkap larva serta benih ikan. Sebaiknya
digunakan serokan yang berbahan halus, agar tidak menimbulkan luka saat menangkap larva atau benih ikan yang berukuran kecil.
8) Ember atau baskom, berfungsi membantu pemanenan dan pemindahan larva atau benih ikan Patin dari satu wadah ke wadah yang lainnya. Dianjurkan untuk memilih ember atau waskom yang bewarna terang agar mempermudah pengelolaan larva atau benih.
9) Selang plastik, berfungsi untuk membuang kotoran dan mengganti air pada media pemeliharaan. Selang yang diperlukan terdiri dari dua (2) ukuran selang. Selang ukuran kecil (diameter 1 cm) untuk membersihkan kotoran di akuarium dan memanen larva. Selang berukuran lebih besar (diameter 2 cm) untuk mengganti air media pemeliharaan.
10)Pompa air, berfungsi untuk mempermudah pengelolaan air di dalam unit pembenihan ikan Patin.
11)Sumber listrik, merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi berjalannya usaha pembenihan ikan Patin, khususnya untuk kegiatan penetasan telur dan pemeliharaan larva.
2.2Kelayakan Usaha
terkait dengan usaha tersebut misalnya investor, kreditur dan pemerintah. Pendirian dan pengembangan usaha layak dilaksanakan ditinjau dari beberapa aspek antara lain aspek organisasi, aspek pemasaran, aspek teknik/operasi dan aspek keuangan (Zubir, 2006).
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan sejumlah sumberdaya untuk memperoleh manfaat. Analisis proyek dilakukan untuk mangambil keputusan dalam menentukan pemilihan investasi yang tepat dari berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan (Pramudya, 2011). Kegiatan ini membutuhkan biaya yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu.
Hal pertama yang dikaji berkaitan dengan analisis kelayakan usaha meliputi biaya bangunan fisik, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan proyek (Zubir, 2006). Pembangunan sarana dan prasarana tersebut meliputi:
a. Pembelian tanah (termasuk biaya pematang tanah, pembuatan saluran air, lapangan parkir, tanaman dan pemagaran).
b. Biaya pembangunan (pabrik, kantor, gudang, mess karyawan, pos satpam dan bangunan penunjang lainnya).
c. Biaya pembelian mesin-mesin dan pemasangannya (termasuk biaya tenaga ahli yang digunakan).
d. Biaya instalasi listrik, air dan sebagainya. e. Biaya pembelian kendaraan.
f. Biaya pembelian peralatan kantor, perabot dan lain lain.
Menurut Ibrahim (2003), faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis menyangkut beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek pasar dan pemasaran meliputi perkiraan peluang pasar, perkembangan pasar, penetapan harga dan langkah kebijakan pendukung.
b. Aspek teknik dan teknologi meliputi lokasi usaha/proyek yang direncanakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, jenis dan jumlah investasi yang diperlukan.
d. Aspek ekonomi dan keuangan meliputi perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi, break even point, pay back period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas, dan dampak proyek terhadap perekonomian masyarakat.
Modal kerja sangat dibutuhkan dalam memulai usaha guna menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk operasional perusahaan sehari-hari yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam dalam harta lancar dalam bentuk piutang usaha, persediaan bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi dan bahan penunjang (termasuk bahan bakar), serta sejumlah kas minimum yang dibutuhkan untuk dana cadangan (Zubir, 2006).
Perhitungan kelayakan usaha yang paling utama didasarkan pada kriteria
Net Present Value (NPV). Inti dari konsep NPV adalah nilai bersih dari arus kas masuk dan keluar yang dihitung pada saat ini atau periode nol. NPV dapat dikatakan dapat menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi (Zubir, 2006). NPV merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2005). Menurut Pramudya (2011), NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya. Jika NPV bernilai positif (NPV > 0), maka proyek layak untuk dilaksanakan dan sebaliknya jika NPV bernilai negatif (NPV < 0), maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
Kriteria lain yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah
Internal rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Analisis IRR akan mencari pada tingkat bunga berapa akan dihasilkan NPV sama dengan nol, sedangkan PBP menghitung kapan atau berapa lama NPV akan menjadi nol (Zubir, 2006). Jika biaya modal (discount rate) suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan dan sebaliknya.
besar dari tingkat diskonto, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat diskonto, maka proek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Gray, 1992).
Break even Point (BEP) merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini, maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1993).
Penilaian prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, seorang analisis keuangan memerlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali digunakan adalah risiko yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Analisis dan penafsiran sebagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan dari pada analisis terhadap data keuangan saja (Husnan dan Enny, 1995).
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Istilah profitabilitas merujuk pada beberapa indicator, atau rasio yang berbeda-beda yang biasa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan (Downey dan Erickson, 1989). Penilaian profitabilitas
merupakan ukuran kemampuan perusahaan perorangan atau badan untuk menghasilkan laba dengan memperhatikan modal yang digunakan. Dalam rencana pembangunan perusahaan, analisis ini sangat penting karena profitabilitas
mengambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Maka sebagai dasar penilaian perusahaan, penilaian profitabilitas sangat penting (Harmaizar, 2006)
Zelvina (2009) meneliti mengenai pendapatan usaha pembenihan dan pemasaran benih ikan patin di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa benih patin yang dihasilkan sebesar 224.000 ekor dan harga benih patin per ekor Rp80,- sehingga penerimaan usaha setiap siklusnya Rp17.920.000. Biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp14.178.767, sehingga memberikan tingkat pendapatan sebesar Rp3.760.900 per siklus, R/C rasio 1,26.
Sedangkan menurut hasil penelitian Hasanudin (2011) mengenai efisiensi teknis dan pendapatan usahatani pembenihan ikan Patin Di Kota Metro Lampung menunjukkan bahwa rataan hasil sebesar 71.875 ekor dan harga benih per ekor Rp.150,- dengan penerimaan usaha setiap siklusnya Rp.10.781.250,-. Biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.3.246.690,-, sehingga memberikan tingkat pendapatan sebesar Rp.7.534.560,- per siklus, dengan nilai R/C ratio 3,32. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan input-input, penerimaan, pengeluaran dan pendapatan usahatani yang dapat menjadi acuan dalam membandingkan antara pembenihan ikan patin di Bogor dan Kota Metro.
2.3Manajemen Strategi
Pengertian strategi dalam bidang ekonomi dan manajemen sangat bervariasi. Johnson & Schooles dalam Hutabarat & Huseini (2006), mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk memperoleh keunggulan melalui konfigurasi sumberdaya dalam lingkungan yang berubah-ubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi keharapan pihak yang berkepentinggan.
Sementara Henry Mintzberg dalam Hutabarat & Huseini (2006) mendefinisikan strategi sebagai 5 P yaitu:
1. Strategi sebagai perspektif, dimana strategi dalam membentuk misi yang mengambarkan perspektif kepada semua aktifitas.
2. Strategi sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing.
3. Strategi sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan.
5. Strategi sebagai pola kegiatan dimana dalam suatu strategi dibentuk suatu pola yaitu umpan balik dan penyesuaian.
Hamel dan Prahalad (1994) dan Umar (2001), mendefinisikan srategi sebagai tindakan yang bersifat incremental, terus-menerus dan dilakukan berdasarkan apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang. Strategi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: startegi generik, strategi utama dan strategi fungsional. Strategi generik merupakan suatu pendekatan strategi perusahaan secara umum untuk menggungguli pesaing, yang akan ditindaklanjuti dengan strategi operasional, yaitu strategi utama.
Manajemen strategi diartikan sebagai suatu proses yang mengandung beberapa implikasi penting, yaitu (1) suatu perubahan pada sembarang komponen akan mempengaruhi beberapa atau semua komponen yang lainnya; (2) perumusan dan implementasi strategi terjadi secara berurutan; (3) perlunya umpan balik dari pelembagaan, tinjauan ulang (review), dan evaluasi terhadap tahap-tahap awal proses ini; dan (4) perlunya memandang proses ini sebagai suatu sistem yang dinamis (Pearce dan Robinson, 1997).
David (1998) menyatakan bahwa manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. Purnomo dan Zulkieflimansyah (1996), menyebutkan bahwa manajemen strategi merupakan suatu proses yang senantiasa berkesinambungan dan lingkungan organisasi senantiasa berubah, sehingga organisasi pun harus terus menerus dimodifikasi untuk memastikan bahwa yang diinginkan tercapai.
Manajemen strategik terdiri dari tiga proses yaitu pembuatan strategi, yang meliputi pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. Proses berikutnya adalah penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan. Proses yang ketiga adalah evaluasi atau pengontrolan strategi, mencakup usaha-usaha seluruh hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan perusahaan serta mengambil langkah langkah perbaikan bila diperlukan (Wahyudi, 1996).
Proses manajemen strategi dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan yang objektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk mengkoordinasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi tidak menentu (David, 1998).
Dalam menyusun strategi bisnis untuk menghadapi perubahan lingkungan bisnis dan persaingan, langkah awal yang perlu dilakukan adalah penetapan visi dan misi organisasi. Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa misi adalah pernyataan tentang sasaran-sasaran strategi perusahaan, tujuan utama strategi dan bagian-bagian identitas perusahaan yang penting. Pada umumnya misi mencakup pernyataan bisnis yang dianut oleh perusahaan, landasan yang digunakan perusahaan dalam mencari keunggulan bersaing dalam bisnisnya, untuk kepentingan siapa perusahaan dioperasikan dan kriteria yang digunakan untuk menilai kerja perusahaan.
David (1998) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi perusahaan, yaitu: tahap input, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap input merangkum informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi strategi dengan melakukan evaluasi factor internal
(IFE) dan evaluasi factor eksternal (EFE) perusahaan. Tahap selanjutnya adalah analisis matriks I-E untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks SWOT untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan.
Analisis SWOT terdiri dari Strength (kekuatan), yaitu sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kekuatan dapat terkandung dalam sumberdaya keuangan, citra perusahaan, kepemimpinan pasar. Weaknees
(kelemahan) yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan, seperti keterampilan pemasaran dan citra merk. Opportunities (peluang) yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang seperti segmen pasar yang tadinya terabaikan. Threats (ancaman) yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, seperti masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar dan sebagainya.
2.4Analisis Strategi Pengembangan Usaha 2.4.1 Faktor Internal dan Eksternal a. Faktor Internal
Menurut David (2006), beberapa faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan, antara lain :
1) Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima (5) aktifitas dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf dan pengendalian. Perencanan terdiri dari semua aktifitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian berkaitan dengan semua kualitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan desain organisasi, spesialisasi pekerjaan dan analisis pekerjaan. Fungsi pemotivasian berkaitan erat dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukan staf berkaitan dengan pengelolaan sumber daya, yaitu administrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara penerimaan, pelatihan dan pengembangan manajemen. Pengendalian diri dari semua aktifitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasil konsisten dengan yang direncanakan.
2) Pemasaran
Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Keputusan mendasar yang harus dibuat untuk menentukan pemasaran yang tepat adalah keputusan dalam bauran pemasaran.
3) Sumber daya Manusia (SDM)
Masalah SDM sering menjadi faktor utama dalam sebuah perusahaan. Kegiatan mengelola orang-orang yang merupakan unsur dasar organisasi sering kali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan SDM.
4) Produksi dan Operasional
banyaknya bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Tenaga kerja menyangkut pengelolaan tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial. Mutu bertujuan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan bermutu tinggi. Keputusan spesifik termasuk kendali mutu, mengambil contoh, pengujian, pemastian mutu dan kendali biaya. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat berarti sukses dan gagalnya suatu usaha.
5) Keuangan
Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing usaha kecil dan daya tarik keseluruhan sebagai investor. Menetapkan kekuatan keuangan usaha kecil dan kelemahan amat penting untuk memutuskan alternatif strategi secara efektif.
b. Faktor Eksternal
Faktor strategi eksternal yang dimiliki organisasi meliputi peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan trend
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan, atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan, sebagian besar berada di luar kendali organisasi (David, 2006)
Menurut David (2006), faktor eksternal dalam perusahaan yang mempengaruhi positioning perusahaan, yaitu :
1. Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi suatu usaha beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada daya tarik potensial dari berbagai strategi. Faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju inflasi, ketersediaan kredit, tingkat pajak dan trend pertumbuhan ekonomi.
2. Kebijakan Pemerintah dan Politik
3. Teknologi
Teknologi ini digunakan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Kekuatan teknologi mengambarkan peluang dan ancaman utama yang dapat dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru yang lebih baik, menciptakan rangkaian produksi yang lebih pendek.
4. Pesaing
Persaingan di antara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh di antara kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat menghasilkan, karena menyediakan keunggulan bersaing atau strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat jika jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan.
5. Ancaman Pendatang Baru
Ancaman pendatang baru ke dalam suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumberdaya yang cukup besar. Besarnya ancaman masuk pendatang baru ini tergantung pada hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Sumber utama hambatan masuk industri diantaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, pemasok dan akses saluran distribusi.
6. Kekuatan tawar Menawar Konsumen
Konsumen selalu menginginkan mutu produk yang tinggi, pelayanan yang baik dan harga murah. Konsumen yang kuat sering dapat negosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik.
7. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
8. Ancaman Produk Substitusi
Perusahaan perusahaan yang berada pada suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk substitusi. Produk substitusi ini akan menjadi ancaman apabila mutunya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi.
2.4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah dengan menggunakan matriks IFE. Sedangkan untuk mengarahkan perumusan strategi yang merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat persaingan digunakan matriks EFE (David, 1998).
Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut (Rangkuti, 2008) :
a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Didaftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan organisasi. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan presentase, rasio atau angka perbandingan. Kemudian dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.
b. Penentuan Bobot Setiap Variabel
setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:
1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal c. Penentuan Peringkat (Rating)
Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing-masing terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-masing faktor strategik yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini, dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat 1-4.
Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang (skor 3-4), dimana skala 1 berarti sangat tinggi, respon superior terhadap perusahaan. Dan skala 2 berarti rendah, respon kurang terhadap perusahaan. Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat 1-4.
Untuk faktor-faktor kelemahan merupakan kebalikan dari faktor kekuatan (skor 3-4), dimana skala 1 berarti sangat tidak lemah dan skala 2 berarti sangat lemah. Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rata–rata peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan.
2.4.3 Matriks Internal–Eksternal
a. Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7, 8) b. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang sudah ditetapkan (sel 4 dan 5).
c. Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9)
2.4.4 Matriks SWOT
Analisis matriks Strenght Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) merupakan salah satu alat analisis yang dapat mengambarkan secara jelas keadaan yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut David (2006), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga (3) tahap, yaitu:
a. Tahap pengumpulan data, dengan meringkas informasi input dasar yang dipergunakan untuk merumuskan strategi,
b. Tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal,
c. Tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.
Alat analisis untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT dapat mengambarkan dengan jelas peluang dan ancaman dari luar yang dihadapi serta disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matriks ini menghasilkan empat (4) set alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
2.4.5 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
keputusan strategi pemasaran produk seperti Paired Comparison, Metode Bayes
dan metode perbandingan eksponensial.
Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dalam pengambilan sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pengambilan keputusan dengan menggunakan metode Bayes dilakukan melalui pengkualifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dalam suatu bilangan antara 0 dan 1. Namun seringkali hal ini dianggap sebagai probabilitas pribadi, atau subyektif dimana bobot Bayes didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman, dan latar belakang pengambilan keputusan. Keunggulan dari QSPM adalah set strategi dapat dievaluasi secara bertahap, atau bersama sama. Selain itu, QSPM membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan. Kelebihan lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan perencanaan strategi untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dalam proses keputusan. QSPM dapat meningkatkan mutu pilihan strategi dalam perusahaan multinasional karena banyak faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan sekaligus.
III. METODE KAJIAN
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV. Mika Distrindo. Lokasi usaha pembenihan ikan patin tersebut beralamatkan di Desa Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung. Pelaksanaan kajian kurang lebih selama empat (4) bulan, yaitu pada bulan November 2011 – Februari 2012.
3.2Metode Kerja
Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus dimana data yang telah terkumpul akan dideskripsikan atau digambarkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi lingkungan perusahaan (internal dan eksternal) dilakukan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner, observasi langsung dan studi kepustakaan. Menurut Supranto (2003), data internal adalah data dari suatu organisasi yang menggambarkan organisasi tersebut. Sementara data eksternal merupakan data dari pembanding dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Hasil identifikasi kemudian dianalisis, sehingga dapat diketahui posisi perusahaan saat ini, selanjutnya dilakukan analisis kelayakan usaha dan prospek pengembangan usaha ke depan yang dapat diimplementasikan.
3.2.1 Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga (3) metode, yaitu :
a. Wawancara
b. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada proyek penelitian. Pengamatan mencakup keadaan atau situasi sebenarnya yang dilakukan obyek penelitan dalam menjalankan usaha untuk mengetahui kelayakan usahanya.
c. Studi Pustaka
Menelaah referensi dan bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti agar memperoleh landasan teori. Data sekunder digunakan sebagai data tambahan dalam menunjang analisis. Data sekunder mencakup data kualtitatif dan kualitatif yang diperoleh dari literatur bersumber pada buletin, jurnal-jurnal ilmiah, makalah, surat kabar dan ulasan para pakar atau melalui sarana internet.
3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan untuk melihat kelayakan dan pengembangan usaha pembenihan ikan patin adalah seperti terlihat pada Gambar 1
a. Melakukan identifikasi permasalahan yang ada pada umumnya seperti permintaan ikan patin konsumsi semakin meningkat, peningkatan permintaan bibit ikan patin, kebutuhan bibit bermutu dan penerapan teknologi aplikasi dalam pembenihan
b. Merumuskan strategi pengembangan usaha yang merupakan suatu rangkaian aktivitas perusahaan. Perumusan strategi dimulai dengan memproduksi benih dengan mutu, kuantitas dan kontinuitas yang baik, peningkatan penguasaan teknis produksi benih ikan patin, serta perluasan dan pengembangan usaha pembenihan ikan patin.
c. Melakukan analisis catatan keuangan, catatan manajerial dan pengembangan usaha. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif atas data perusahaan bertujuan untuk melihat kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan. d. Mencari permasalahan yang dihadapi perusahaan akibat berubahnya
e. Melakukan strategi pengembangan usaha yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Perubahan yang terjadi pada lingkungan internal dan eksternal perusahaan memberi pengaruh atas pencapaian strategi dalam mengembangkan usaha pembenihan ikan patin di CV. Mika Distrindo. Analisis lingkungan internal diarahkan pada identifikasi kekuatan dan kelemahan yang mencakup bidang-bidang fungsional dalam perusahaan, sedangkan analisis lingkungan eksternal perusahaan meliputi analisis luar lingkungan dengan tujuan mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman-ancaman yang harus dihindari.
f. Analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal yang sudah dilakukan kemudian dimasukkan ke dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Total skor dari masing-masing matriks tersebut dipadukan ke dalam matriks Internal-External (IE) untuk merumuskan suatu strategi dengan memadukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Dari matriks tersebut dapat dilihat profil atau gambaran perusahaan saat ini, mengetahui posisi perusahaan berada dan memberikan masukkan pada perusahaan untuk mempertahankan usahanya. Kemudian dianalisis dengan menggunakan SWOT ( Strengths-Weaknesses-Opportunties-Threats) yang memakai peubah internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh alternatif-alternatif prioritas strategi bagi pengembangan usahanya.
g. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang merupakan tahap terakhir untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dikenali sebelumnya. Prioritas urutan strategi yang harus dilakukan untuk pengambilan keputusan alternatif prioritas strategi yang tepat dan terbaik untuk diterapkan bagi pengembangan perusahaan sesuai dengan misi dan tujuan perusahaan yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan.
Gambar 1. Kerangka pemikiran kajian meningkat
Peningkatan permintaan bibit ikan patin Kebutuhan bibit bermutu
Penerapan teknologi aplikasi dalam pembenihan
Matriks QSP
Matriks IE dan Matriks SWOT
Strategi Pengembangan Usaha Terpilih Alternatif-Alternatif Strategi Pengembangan Usaha
Matriks IFE Matriks EFE Kekuatan & Kelemahan Peluang & Ancaman
Analisis Lingkungan Gross B/C ratio, PBP, dan
BEP
Memproduksi benih dengan mutu, kuantitas dan kontinuitas yang baik Peningkatan penguasaan teknis produksi benih ikan patin
Perluasan dan pengembangan usaha pembenihan ikan patin
3.3Aspek Kajian
Kajian yang dilakukan pada usaha pembenihan ikan patin CV. Mika Distrindo adalah:
3.3.1 Kondisi Umum
Analisis kondisi umum dilakukan untuk mengenal lebih jauh mengenai usaha pembenihan ikan patin dari obyek penelitian. Aspek yang dianalisis meliputi aspek manajemen, pemasaran serta aspek teknis dan produksi. Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer maupun sekunder.
3.3.2 Menganalisis Kelayakan usaha
Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net
B/C ratio, Gross B/C ratio, PBP, dan perhitungan BEP (titik impas). Untuk menganalisis kelayakan usaha diperlukan data keuangan perusahaan. Data yang diperoleh dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk analisis proyeksi keuangan. Analisis proyeksi keuangan dilakukan dengan metode cash flow. Hasil proyeksi keuangan menjadi dasar bagi perhitungan NPV, IRR, Net B/C ratio, Gross B/C ratio, PBP, dan BEP.
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara benefit dan cost yang telah diperhitungkan nilainya saat ini pada tingkat bunga tertentu (Ibrahim, 2003). Rumus untuk menghitungNPV adalah sebagai berikut: