• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot Karkas, Non Karkas, Potongan Komersial Karkas Dan Komponen Karkas Domba Ekor Tipis Jantan Pada Genotipe Gen Calpastatin Yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bobot Karkas, Non Karkas, Potongan Komersial Karkas Dan Komponen Karkas Domba Ekor Tipis Jantan Pada Genotipe Gen Calpastatin Yang Berbeda"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

BOBOT KARKAS, NON KARKAS, POTONGAN KOMERSIAL

KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS DOMBA EKOR

TIPIS JANTAN PADA GENOTIPE GEN

CALPASTATIN

YANG BERBEDA

P SKRIPSI P WIDA SATRIAWAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(2)

RINGKASAN

Wida Satriawan. D14062904. 2011. Bobot Karkas, Non Karkas, Potongan Komersial Karkas dan Komponen Karkas Domba Ekor Tipis Jantan pada Genotipe Gen Calpastatin yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.

Karkas merupakan produk utama usaha peternakan ternak potong. Karkas dipotong menurut potongan komersialnya. Selain karkas, masih ada juga bagian non karkas yang dapat dimakan. Pada Umumnya, untuk mengetahui kualitas karkas dari suatu ternak dilakukan setelah ternak tersebut dipotong, akan tetapi kemajuan dalam bidang biologi molekuler memungkinkan upaya tersebut dapat dilakukan sebelum ternak dipotong yaitu identifikasi DNA, dengan cara mencari keragaman gen yang mengontrol sifat ekonomis. Calpastatin merupakan sebuah gen yang berfungsi untuk menghambat degradasi protein sel-sel otot. Hal tersebut juga dapat dijadikan acuan dalam melakukan proses seleksi. Peningkatan aktivitas calpastatin menyebabkan terjadinya pertambahan massa otot (hyperthropy) dan penurunan keempukan daging. Keragaman gen calpastatin diduga terkait dengan sifat pertumbuhan domba lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan komponen karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan pada genotipe gen calpastatin yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan pada bulan Maret sampai Oktober 2010 di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan ternak domba ekor tipis jantan sebanyak sembilan ekor dengan bobot rata-rata 21,41±2,35 kg. Perlakuan terdiri atas dua taraf, yaitu genotipe MM dan genotipe MN dengan ulangan sebanyak lima dan empat kali. Peubah yang diamati adalah bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas dan komponennya, bobot non karkas dan komponennya, persentase karkas, potongan komersial karkas dan komponen karkas pada potongan komersial karkas. Rancangan yang digunakan adalah uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan genotipe gen calpastatin tidak berpengaruh terhadap perkembangan komponen karkas dan non karkas kecuali bobot daging pada potongan shank dan breast.

Kata-kata kunci: Gen calpastatin, Domba ekor tipis, Komponen karkas dan non karkas.

(3)

ABSTRACT

Carcass Weight, Non Carcass, Commercial Cuts and Components of Carcass Male Thin Tail Sheep in Different

Genotypes Calpastatin Gene

Satriawan, W., H. Nuraini, and C. Sumantri

Calpastatin is the spesific inhibitor of µ- and m-calpain. Calpastatin activity is related with the rate of postmortem proteolysis and tenderness. Increase in calpastatin activity has the effect of increasing muscle mass (hyperthropy) and decrease in meat tenderness. Calpastatin can be used as an indicator for the selection of livestock that have a high carcass quality. Purpose of this research is to find out the relationship between gene genotype of calpastatin with the growth of carcass and non carcass component of male thin tale sheep. Experimental design used is the Tukey test with two genotypes (MM and MN). Result showed that genotype differences in calpastatin gene was significantly different to slaughter weight, empty body weight, carcass weight, percentage of carcass and non carcass weight. Component carcass and non carcass weight was not affect also by the research. This research also did not affect the commercial cut of carcass. In addition, this research did not affect the physical composition of commercial cut, except for weight of meat on the shank and breast cut (P<0,05).

Keywords: Calpastatin gene, Thin tail sheep, Carcass and non carcass component.

(4)

BOBOT KARKAS, NON KARKAS, POTONGAN KOMERSIAL

KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS DOMBA EKOR

TIPIS JANTAN PADA GENOTIPE GEN

CALPASTATIN

YANG BERBEDA

WIDA SATRIAWAN D14062904

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

(5)

Judul : Bobot karkas, non karkas, potongan komersial karkas dan komponen karkas domba ekor tipis jantan pada genotipe gen calpastatin yang berbeda

Nama : Wida satriawan NIM : D14062904

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si) (Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP: 19640202 198903 2 001 NIP: 19591212 198603 1 004

Mengetahui, Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP: 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 24 Maret 2011 Tanggal Lulus:

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 September 1987 di Majalengka, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Jumadi dan Ibu Iis Isnaniah. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1993 di Sekolah Dasar negeri 1 Ranji Kulon, Majalengka dan diselesaikan pada tahun 1999. Pendidikan menengah pertama dimulai pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jatiwangi, Majalengka. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jatiwangi, Majalengka dan diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) IPB dan menjalani Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun di IPB. Penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada 2007 dan mengambil Minor Manajemen Fungsional. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) sebagai staf Divisi Pengembangan Organisasi periode 2006-2007 dan sebagai Sekretaris Umum periode 2008-2009, Majalah EMULSI IPB sebagai staf Divisi Marketing periode 2006-2008, dan Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB sebagai anggota periode 2007-2009. Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Mahasiswa Majalengka (HIMMAKA) sebagai staf Departemen Dalam Negeri periode 2006-2008. Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung, pada tahun 2009. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) pada tahun 2007/2008 dan 2008/2009.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puja, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tak terhitung dan tak ternilai jumlahnya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabi’in, ulama dan juga kepada kita semua sebagai pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Skripsi dengan judul “ Bobot Karkas, Non Karkas, Potongan Komersial Karkas dan Komponen Karkas Domba Ekor Tipis Jantan pada Genotipe Gen Calpastatin yang Berbeda” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot karkas, non karkas, potongan komersial karkas dan komponen karkas domba ekor tipis jantan pada genotipe gen calpastatin yang berbeda selama delapan bulan. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi kalangan akademisi dan praktisi untuk meningkatkan kemampuan dan produktifitas sesuai dengan bidang masing-masing.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah turut membantu proses penyusunan skripsi ini, dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan didalamnya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi dunia pendidikan dan peternakan.

Bogor, April 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Klasifikasi Ternak Domba ... 2

Domba Ekor Tipis ... 3

Bobot Potong ... 3

Bobot dan Persentase Karkas ... 3

Bobot Non Karkas ... 4

Potongan Komersil Karkas ... 4

Komponen Karkas ... 5

Daging ... 5

Tulang ... 5

Lemak ... 6

Keragaman Gen Calpastatin ... 6

Hubungan Antara Sistem Calpastatin dengan Sifat Pertumbuhan ... 6

METODE ... 8

Lokasi dan Waktu ... 8

Materi ... 8

Prosedur ... 9

Rancangan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Keadaan Umum Penelitian ... 14

Karkas dan Non Karkas ... 15

(9)

Halaman

Komponen Non Karkas ... 18

Potongan Komersial Karkas ... 20

Distribusi Daging pada Potongan Komersial ... 22

Distribusi Lemak Subkutan pada Potongan Komersial ... 24

Distribusi Lemak Intermuskular pada Potongan Komersial ... 25

Distribusi Tulang pada Potongan Komersial ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

UCAPAN TERIMA KASIH ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria Humidicola, Umbi Ubi Jalar

dan Konsentrat ... 15 2. Rataan Bobot Potong, Bobot Tubuh Kosong, Bobot Karkas, Bobot

Setengah Karkas Kanana dan Kiri, Persentase Karkas dan Bobot Non

Karkas ... 16 3. Rataan Bobot dan Persentase Total Komponen Karkas ... 17 4. Rataan Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas Organ

Eksternal ... 19 5. Rataan Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas Organ Internal .. 20 6. Rataan Bobot dan Persentase Potongan Komersial Karkas ... 21 7. Rataan Bobot dan Persentase Daging pada Potongan Komersial

Karkas ... 22

8. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Subkutan pada Potongan

Komersial Karkas ... 24 9. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Intermuskular pada Potongan

Komersial Karkas ... 26 10.Rataan Bobot dan Persentase Tulang pada Potongan Komersial

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Uji Tukey Bobot Potong dengan Minitab ... 36

2. Hasil Uji Tukey Bobot Tubuh Kosong dengan Minitab ... 36

3. Hasil Uji Tukey Bobot Karkas dengan Minitab ... 36

4. Hasil Uji Tukey Bobot Non Karkas dengan Minitab ... 36

5. Hasil Uji Tukey Persentase Karkas dengan Minitab ... 36

6. Hasil Uji Tukey Bobot Komponen Non Karkas dengan Minitab ... 36

7. Hasil Uji Tukey Persentase Komponen Non Karkas dengan Minitab .. 40

8. Hasil Uji Tukey Bobot Komponen Karkas dengan Minitab ... 43

9. Hasil Uji Tukey Persentase Komponen Karkas dengan Minitab ... 44

10.Hasil Uji Tukey Bobot Potongan Komersial Karkas dengan Minitab .. 44

11.Hasil Uji Tukey Persentase Potongan Komersial Karkas dengan Minitab ... 46

12.Hasil Uji Tukey Bobot Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Leg dengan Minitab ... 47

13.Hasil Uji Tukey Bobot Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Shank dan Breast dengan Minitab ... 48

14.Hasil Uji Tukey Bobot Daging, Lemak Subkutan dan Lemak Intermuskular pada Potongan Flank dengan Minitab ... 48

15.Hasil Uji Tukey Bobot Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Neck dan Shoulder dengan Minitab ... 49

16.Hasil Uji Tukey Bobot Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Flate dengan Minitab ... 50

17.Hasil Uji Tukey Bobot Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Rack dengan Minitab ... 50

18.Hasil Uji Tukey Bobot Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Loin dengan Minitab ... 49

19.Hasil Uji Tukey Persentase Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Leg dengan Minitab ... 52

20.Hasil Uji Tukey Persentase Daging, Lemak Subkutan, Lemak Intermuskular dan Tulang pada Potongan Shank dan Breast dengan Minitab ... 53

(13)

Nomor Halaman 22.Hasil Uji Tukey Persentase Daging, Lemak Subkutan, Lemak

Intermuskular dan Tulang pada Potongan Neck dan Shoulder dengan

Minitab ... 54 23.Hasil Uji Tukey Persentase Daging, Lemak Subkutan, Lemak

Intermuskular dan Tulang pada Potongan Flate dengan Minitab ... 55 24.Hasil Uji Tukey Persentase Daging, Lemak Subkutan, Lemak

Intermuskular dan Tulang pada Potongan Rack dengan Minitab ... 55 25.Hasil Uji Tukey Persentase Daging, Lemak Subkutan, Lemak

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan populasi penduduk, tingkat kesejahteraan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani menyebabkan meningkatnya permintaan sumber protein hewani yang berupa daging. Jumlah kebutuhan daging domba pada tahun 2008 mencapai 51.894 ton atau 2,5% dari jumlah konsumsi protein hewani lainnya dan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan daging yang cukup besar tersebut belum dapat dipenuhi dari produksi daging domba dalam negeri, meskipun jumlah populasi ternak domba sebesar 9,61 juta ekor dan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan (Dirjennak, 2008). Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak menjadi lebih baik dengan cara perbaikan mutu genetik domba lokal yang ada di Indonesia, salah satunya yaitu domba Ekor Tipis. Keunggulan dari domba Ekor Tipis adalah bersifat prolifik, beranak sepanjang tahun dan dapat beradaptasi baik di lingkungan Indonesia, tetapi domba Ekor Tipis ini mempunyai kelemahan yaitu produktivitas karkas yang dihasilkan masih rendah.

Peningkatan mutu genetik domba Ekor Tipis dapat dilakukan dengan cara seleksi. Kemajuan dalam bidang biologi molekuler memungkinkan upaya seleksi dapat dilakukan pada tingkat DNA, yaitu dengan cara mencari keragaman gen yang mengontrol sifat ekonomis, salah satunya gen calpastatin. Calpastatin merupakan sebuah gen yang berfungsi untuk menghambat degradasi protein sel-sel otot. Peningkatan aktivitas calpastatin menyebabkan terjadinya pertambahan massa otot (hyperthropy) dan penurunan keempukan daging. Keragaman gen calpastatin diduga terkait dengan sifat pertumbuhan domba lokal.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan komponen karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan pada genotipe gen calpastatin yang berbeda.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ternak Domba

Menurut Blakely dan Bade (1991) domba sudah sejak lama diternakkan orang, tetapi hanya sedikit saja yang mengetahui asal mula dilakukannya seleksi dan domestikasi domba. Domba dianggap keturunan dari jenis liar seperti Mouflon, yaitu sejenis domba yang berekor pendek. Varietas-varietas yang terdapat di Eropa dan Asia adalah merupakan stok dasar untuk menghasilkan wool, daging, kulit dan susu. Nampaknya jelas bahwa praktek-praktek seleksi tidak hanya menyingkirkan instink liarnya serta membiarkannya semakin tergantung pada manusia dalam hal tatalaksana dan produksi, tetapi juga ekor domba itu menjadi lebih panjang. Hampir semua bangsa domba yang sekarang mempunyai ekor yang panjang.

Domba adalah suatu spesies hewan yang hampir tidak memiliki instink untuk mempertahankan diri serta begitu besar ketergantungannya pada manusia. Tidak seperti hewan-hewan yang lain, domba mempunyai kecenderungan untuk cepat menyerah terhadap tekanan yang dialaminya. Domba menghasilkan dua produk utama yaitu daging dan wool. Cara seleksi untuk domba bervariasi, tergantung pada tujuan pemanfaatan domba itu. Pada kelas-kelas untuk tujuan dipotong, domba jantan dewasa (jantan kastrasi sebelum mencapai masa kelamin) adalah yang paling umum diperbandingkan, meski yang betinapun dapat pula diperbandingkan (Blakely dan Bade, 1991).

Domba termasuk golongan hewan-hewan bertulang belakang. Klasifikasi domba menurut Blakely dan Bade (1991) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Klass : Mammalia Ordo : Artiodactyla Familia : Bovidae Genus : Ovis Species : Ovis aries

(16)

Domba Ekor Tipis

Menurut Subandriyo dan Djajanegara (1996) domba lokal terdiri atas dua bangsa yaitu domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Asal-usul domba ini tidak diketahui dengan pasti. Namun diduga berasal dari India dan domba ekor Gemuk berasal dari Asia Barat. Domba ekor tipis mempunyai karakteristik reproduksi yang spesifik, yang dipengaruhi oleh gen Prolifikasi dan dapat beranak sepanjang tahun (Subandriyo dan Djajanegara, 1996). Tetapi domba ini kurang produktif jika diusahakan secara komersial karena karkas yang dihasilkan sangat rendah (45-55% dari bobot hidup) dan pertumbuhannya lambat (Mulliadi, 1996).

Domba ekor tipis ini memiliki tubuh yang kecil, untuk domba jantan dewasa 15-20 kg, biasanya berwarna putih disertai belang hitam di sekitar mata dan hidung. Domba jantan memiliki tanduk sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. Sebagian besar domba ekor tipis ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan sedikit di Jawa Timur. Domba ekor tipis memiliki tubuh ramping, bercak hitam pada sekitar mata atau hidung, pola warna tubuh sangat beragam, kualitas wol yang rendah (kasar), serta ekor tipis, pendek dan tidak tampak timbunan lemak (Mulliadi, 1996).

Bobot Potong

Bobot potong adalah bobot tubuh ternak sebelum dipotong. Sedangkan bobot tubuh kosong adalah bobot potong setelah dikurangi dengan bobot isi saluran pencernaan dan empedu. Bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian dari karkas yang berupa daging menjadi lebih besar (Soeparno, 2005). Menurut Sunarlim dan Setiyanto (2005), bobot potong ternak domba lokal jantan pada umur dua tahun adalah 25,8 kg sedangkan bobot potong betina adalah 25,13 kg.

Bobot dan Persentase Karkas

(17)

Persentase karkas merupakan perbandingan bobot karkas dan bobot potong. Menurut Sunarlim dan Setiyanto (2005), bobot karkas domba lokal jantan pada umur dua tahun adalah 12,53 kg dan persentase karkasnya adalah 44,18%, sedangkan ternak betina memiliki bobot karkas 11,7 kg dan persentase karkasnya 43,01%.

Bobot Non Karkas

Komponen non karkas menurut Lawrie (2003) adalah darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, intestine, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut). Persentase bobot organ internal (perut, usus, hati, paru-paru, jantung, pankreas, linmpa, ginjal, oesophagus dan kantong kemih) antara 32-33% dari bobot potong. Persentase bobot organ eksternal (kepala, empat kaki bagian bawah, ekor, kulit, kelenjar usus, penis, dan skrotum) adalah 20-24%, sedangkan persentase bobot darah lebih kurang 4%. Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen, retikulum, omasum, usus besar, usus kecil, dan total alat pencernaan, tetapi menurunkan berat kepala, kaki dan limpa. Perlakuan nutrisional termasuk spesies pastura mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap berat non karkas internal seperti hati, paru-paru, jantung dan ginjal, sedangkan berat komponen non karkas eksternal, terutama kepala dan kaki, tidak terpengaruh (Soeparno, 2005).

Potongan Komersial Karkas

(18)

Komponen Karkas

Karkas dan potongan karkas dapat diuraikan secara fisik menjadi komponen jaringan daging tanpa lemak (lean), lemak, tulang dan jaringan ikat (fascia). Perubahan komponen karkas dengan meningkatnya berat karkas disebabkan pertumbuhan diferensial jaringan karkas. Perubahan komponen karkas sebanding dengan bertambahnya bobot karkas. Soeparno (2005) menyatakan tulang merupakan komponen yang tumbuh dan berkembang paling dini kemudian disusul oleh daging atau otot dan yang paling akhir jaringan lemak. Proporsi komponen karkas dan potongan karkas yang dikehendaki konsumen adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas proporsi daging tanpa lemak yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang optimal.

Daging

Menurut Soeparno (2005), daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan ganguan kesehatan bagi yang memakannya. Daging adalah komponen utama karkas. Karkas juga tersusun dari lemak jaringan adipose, tulang, tulang rawan, jaringan ikat dan tendo. Komponen-komponen tersebut menentukan ciri-ciri kualitas dan kuantitas daging. Daging domba memiliki serat yang lebih halus dibandingkan dengan daging lainnya, jaringannya sangat padat, berwarna merah muda, konsistensinya cukup tinggi, lemaknya terdapat dibawah kulit yaitu antara otot dan kulit.

Tulang

(19)

Lemak

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Awalnya pertumbuhan lemak sangat lambat, tetapi pada saat memasuki masa penggemukan, pertumbuhannya meningkat dan cepat. Perlemakan mula-mula terjadi disekitar organ-organ internal, ginjal dan alat pencernaan kemudian lemak disimpan pada jaringan ikat sekitar urat daging dibawah kulit sebelum urat daging dan antara urat daging. Jaringan lemak yang terdapat diantara serat-serat urat daging tidak hanya memperlunak daging, tetapi juga memperlezat rasa. Urut-urutan yang lebih lengkap tentang perkembangan kedewasaan lemak depot adalah intermuskular, perirenal atau canel, lemak ginjal, lemak subkutan dan omental atau caul (Soeparno, 2005).

Keragaman Gen Calpastatin

Gen calpastatin dengan simbol CAST terletak diantara dua penciri apit mikrosatelit MCM527 dan BMS1247 pada posisi lokus 5q15–q21 antara 96,057-96,136 Mb. Hasil analisis Quantitative Traits Loci (QTL) menunjukkan bahwa gen calpastatin berasosiasi kuat dengan sifat pertumbuhan pada domba silang balik antara Domba Ekor Tipis dengan domba Merino (Margawati, 2005). Palmer et al. (1998) melaporkan bahwa terdapat keragaman gen calpastatin domba Dorset pada bagian ekson 1C, intron 1 dan ekson 1D (no.akses GenBank AF016006 dan AF016007). Hasil pemotongan produk PCR dengan enzim restriksi MspI dan NcoI menghasilkan dua alel, yaitu alel M dan N. Enzim restriksi MspI menghasilkan produk 336 dan 286 bp sedangkan NcoI menghasilkan potongan produk 374 dan 248 bp.

(20)

didefinisikan sebagai hyperplasia yaitu pertambahan jumlah sel melalui proses mitosis, dan hypertropi yaitu bertambahnya ukuran atau volume sel-sel otot. Kejadian hypertropi ini erat kaitannya dengan sistem calpain-calpastatin yang terdapat dalam jaringan tubuh (Koohmaraie et al.,1995).

Calpain merupakan sebuah enzim proteolytic terkait dengan ion kalsium (Ca2+), yang ada dalam dua bentuk, yaitu μ-calpain dan m-calpain. μ-calpain merupakan calpain yang memerlukan ion Ca2+ dalam konsentrasi rendah, sedangkan m-calpain merupakan calpain yang memerlukan ion Ca2+ dalam konsentrasi tinggi. Calpain berfungsi untuk mendegradasi protein sel-sel otot (myofibril) di dalam jaringan otot (Carlin et al., 2006). Aktivitas calpain dalam jaringan otot postmortem dapat menyebabkan struktur protein sel otot menjadi lemah. Hal ini berakibat pada kualitas daging yang menjadi lebih empuk. Selain μ-calpain dan m-calpain, dalam sistem calpain juga terdapat calpastatin. Calpastatin ini merupakan inhibitor terhadap fungsi μ-calpain dan m-calpain, ketika aktivitas degradasi protein pada jaringan otot hewan hidup menurun, maka aktivitas calpastatin meningkat (Morgan et al. 1993).

(21)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan pada bulan Maret sampai Oktober 2010.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan adalah ternak domba ekor tipis jantan umur satu setengah tahun sebanyak sembilan ekor dengan berat badan pada awal pemeliharaan sebesar 20,08±2,3 kg dan pada akhir pemeliharaan sebesar 21,41±2,35 kg. Proses pemeliharaan dilakukan selama tujuh bulan.

Data Genotipe

Data genotipe gen calpastatin yang digunakan merupakan data yang sudah diperoleh pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan ternak yang sama dari Laboratorium Genetik Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pakan

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

Obat-obatan

Untuk mencegah dan mengobati penyakit pada ternak selama pemeliharaan diberikan obat cacing Apridazol dan juga vitamin B kompleks.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang individu dengan ukuran 125 x 50 x 150 cm dan setiap kandang terdiri atas dua ekor domba. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan untuk rumput dan tempat air minum dari ember plastik. Peralatan yang digunakan selama penelitian antara lain timbangan pegas

(22)

dengan kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot badan domba, karung bekas sebagai penopang domba pada saat ditimbang, timbangan digital, plastik, ember, kertas label, pisau, chiller, nampan, gergaji mesin pemotong karkas, bandsaw, scalpel dan pinset.

Prosedur

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan selama delapan bulan pada bulan Maret sampai Oktober 2010 di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil. Pakan yang diberikan yaitu rumput Brachiaria humidicola sebanyak 2 kg/ekor/hari pada pagi dan sore hari dan kulit ubi jalar sebanyak 150 gram/ekor/hari pada siang hari selama empat bulan pertama. Pada tiga bulan terakhir, pakan yang diberikan adalah rumput Brachiaria humidicola sebanyak 2 kg/ekor/hari pada pagi dan sore hari dan konsentrat sebanyak 150 gram/ekor/hari pada siang hari. Pakan yang diberikan sekitar 10% dari bobot badan domba. Rumput Brachiaria humidicola ditempatkan dalam tempat pakan yang telah tersedia pada kandang sedangkan kulit ubi jalar dan konsentrat diberikan dalam wadah kecil agar tidak tercecer yang sebelumnya telah ditimbang menggunakan timbangan. Air minum diberikan ad libitum di dalam ember plastik. Selain itu, diberikan juga obat cacing Apridazol dan juga vitamin B kompleks. Obat cacing yang berbentuk cair diberikan melalui mulut domba dengan menggunakan suntikan, sedangkan vitamin B kompleks diberikan dengan cara dicampur kedalam air minum. Pada minggu kedua periode pemeliharaan dilakukan pencukuran bulu dan pemandian domba. Pada minggu keempat di bulan ke enam periode pemeliharaan dilakukan pencukuran bulu dan pemandian domba untuk kedua kalinya.

Pemotongan Ternak

(23)

menghindari pencemaran pada karkas oleh isi saluran pencernaan serta untuk mendapatkan bobot tubuh kosong. Pemotongan dilakukan dengan memotong bagian leher dekat tulang rahang bawah sehingga semua pembuluh darah, oesophagus dan trakea terpotong untuk mendapatkan pengeluaran darah yang sempurna. Darah ditampung dan ditimbang sebagai darah tertampung. Ujung oesophagus diikat untuk mencegah cairan rumen mengalir keluar dan mencemari karkas.

Kepala dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito atlantis, kemudian ditimbang sebagai bobot kepala. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpo metacarpal dan sendi tarso metatarsal. Keempat kaki tersebut ditimbang sebagai bobot kaki. Untuk melepaskan kulit, hewan digantung pada kaki belakang di tendon Achilles. Kulit disayat dari anus sampai di bagian leher, kemudian dari arah kaki belakang dan kaki depan menuju sayatan tersebut. Kulit setelah dilepaskan, kemudian digantung sebagai bobot kulit. Untuk mengeluarkan organ tubuh dari ronggga perut dan rongga dada, dilakukan penyayatan pada dinding abdomen sampai dada. Sebelumnya, rektum dibebaskan dan diikat untuk mencegah feses keluar, mengotori karkas dan mengurangi penyusutan.

Semua organ tubuh, terdiri atas hati dan empedu, limpa, ginjal, jantung, paru-paru dan trakea, dikeluarkan dan dibebaskan dari lemak dan ditimbang dan dicatat bobotnya. Alat pencernaan dengan isinya dibersihkan dari lemak perut dan oesophagus dengan isi dan usus dengan isi, ditimbang bobotnya. Setelah dibersihkan dan dikeringkan, maka bobot perut dan oesophagus kosong serta bobot usus kosong dapat diperoleh. Bobot isi saluran pencernaan diperoleh dari bobot perut dan oesophagus dengan isi serta bobot usus dengan isi dikurangi dengan bobot perut dan oesophagus kosong serta bobot usus kosong. Kemudian, perut dan oesophagus kosong diurai menjadi oesophagus, rumen, retikulum, omasum dan abomasum lalu ditimbang bobotnya. Karkas segar ditimbang bobotnya sebagai bobot karkas segar, kemudian dibungkus dalam kantong plastik yang diikat erat dan diberi label agar tidak tertukar, lalu disimpan dalam chiller pada suhu 4°C untuk diuraikan keesokan harinya.

Metode Penguraian Karkas

(24)

belakang dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) sampai sakral (Ossa vertebrae sacralis). Masing-masing separuh karkas ditimbang sebagai bobot karkas sebelah kiri dan kanan.

Karkas sebelah kanan dipotong menjadi delapan potongan sesuai dengan potongan komersial domba yaitu neck dan shoulder, rack, loin, leg, shank dan breast, flate serta flank kemudian ditimbang bobotnya. Masing-masing dari potongan komersial tersebut kemudian diurai menjadi daging, tulang, lemak subkutan dan lemak intermuskular kemudian ditimbang bobotnya.

Rancangan

Perlakuan pada penelitian ini adalah perbedaan genotipe gen calpastatin. Perlakuan terdiri atas dua macam genotipe yaitu MM dan MN dengan ulangan sebanyak lima dan empat kali. Data hasil penelitian diuji dengan menggunakan uji Tukey. Model rancangan menurut (Gasper, 1994) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

t = nilai uji Tukey Xi = rataan taraf ke-i Xj = rataan taraf ke-j

ni = jumlah sampel taraf ke-i nj = jumlah sampel taraf ke-j Si = ragam taraf ke-i

Sj = ragam taraf ke-j Peubah yang Diamati

1) Bobot Potong: Domba yang akan dipotong dipuasakan selama 18 jam kemudian ditimbang

2) Bobot Tubuh Kosong: Bobot potong dikurangi dengan bobot isi saluran pencernaan

3) Bobot Karkas: Ternak yang telah dipotong dan dipisahkan dari darah, kepala, kaki, kulit, dan jeroan

(25)

a) Neck dan Shoulder: Potongan karkas yang terdapat pada bagian leher mulai dari CervicalVertebrae ke-1 sampai ThoracicVertebrae ke-5

b) Rack: Potongan karkas yang terdapat pada bagian rusuk mulai dari ThoracicVertebrae ke-6 sampai ThoracicVertebrae ke-12

c) Loin: Potongan karkas yang terdapat pada bagian pinggang mulai dari ThoracicVertebrae ke-13 sampai LumbarVertebrae ke-12

d) Shank dan Breast: Potongan karkas yang terdapat pada bagian lengan dan dada mulai dari sendi Carpo Metacarpal sampai costae ke-5

e) Flate: Potongan karkas yang terdapat pada bagian dada mulai dari Costae ke-6 sampai Costae ke-12

f) Flank: Potongan karkas yang terdapat pada bagian sisi mulai dari proyeksi ujung Costae ke-13 yang ditarik lurus ke ujung perut dan berbatasan dengan Leg)

g) Leg: Potongan karkas yang terdapat pada bagian paha mulai dari Sacral Vertebrae ke-1 sampai sendi Tarso Metatarsal

6) Bobot Komponen Non Karkas:

a) Kepala: Kepala dipisahkan dari tubuh pada sendi occipito atlantis

b) Kaki: Kaki dipisahkan dari tubuh. Kaki depan pada sendi carpo metacarpal, dan kaki belakang pada sendi tarso metatarsal

c) Kulit: Ternak yang telah dipotong digantung pada bagian tendon Achiles kemudian kulit dipisahkan dari tubuh dengan cara disayat menggunakan pisau kecil

d) Darah: Pada saat dipotong leher domba diletakkan diatas plastik sebagai tempat menampung darah

f) Organ dalam: Dibuat sayatan lurus ditengah-tengah perut, dan isi rongga dada serta rongga perut dikeluarkan seperti rumen, retikulum, omasum, abomasum, oesophagus, jantung, hati, limpa, paru-paru dan trakea, usus, alat kelamin dan testes

7) Bobot Komponen Karkas:

(26)

b) Lemak Subkutan: Lemak Subkutan dipisahkan dari tulang, daging dan lemak intermuskular pada tiap potongan komersial. Lemak subkutan merupakan lemak yang berada di antar kulit dan otot bagian luar, kemudian ditimbang

c) Lemak Intermuskular: Lemak Intermuskular dipisahkan dari tulang, lemak subkutan dan daging pada tiap potongan komersial. Lemak intermuskular merupakan lemak yang berada di antara otot atau daging, kemudian ditimbang

d) Tulang: Tulang dipisahkan dari daging, lemak subkutan dan lemak intermuskular pada tiap potongan komersial, kemudian ditimbang

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian berada di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil dan Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang berlokasi di kecamatan Darmaga. Penelitian dilakukan di kandang penggemukan yang terdiri atas tiga blok dengan kapasitas tampung 15 ekor per blok untuk ternak besar. Kandang individu yang digunakan untuk penelitian terletak di blok bagian pinggir. Tipe kandang yang digunakan merupakan tipe dinding tertutup dan tipe atap gravitasi (gable type). Satu kandang diisi dengan dua ekor ternak karena ukuran ternak tidak terlalu besar dan untuk memudahkan dalam pemberian pakan.

(a) (b) Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Unit Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Jonggol (UP3J) dengan jenis domba ekor tipis sebanyak sembilan ekor. Pakan yang diberikan selama empat bulan pertama periode pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola dan kulit ubi jalar. Hasil pengukuran pertambahan bobot badan (PBB) yang dihasilkan selama tujuh bulan pemeliharaan hanya sebesar 1,33±1,22 kg dan karena hasil tersebut dirasa kurang maka pada tiga bulan berikutnya kulit ubi jalar diganti dengan konsentrat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pakan yang diberikan hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup pokoknya saja sehingga cadangan energi yang seharusnya tersimpan dalam daging dan lemak menjadi tidak optimal. Rumput Brachiaria

(28)

humidicola diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari sedangkan kulit ubi jalar dan konsentrat diberikan satu kali sehari pada siang hari. Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan nutrisi dari rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria Humidicola, Umbi Ubi Jalar dan

Konsentrat

Pakan BK PK SK LK abu BET

N

TDN Ca P GE

B. humidicola1) 100 8,94 27,28 2,34 7,65 53,79 43,88 - - -

Umbi ubi jalar2) - 5,11 3,48 1,27 - - - 0,95 0,78 1,085

Konsentrat3) 100 16

-17

14 -15 6-7 - - 60

-65

- - -

Keterangan: 1) Alwi, 2009 (Dalam persen BK) 2) Herawati, 2002 (Dalam gram As feed)

3)

Dalam persen BK

PK = Protein Kasar TDN = Total Digestible Nutrient

SK = Serat Kasar Ca = Calcium

LK = Lemak Kasar P = Phospor

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen GE = Gross Energy

Gangguan kesehatan yang terjadi selama penelitian adalah penyakit cacingan. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, penyakit cacingan ditandai dengan nafsu makan yang normal tetapi tidak diikuti dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dimungkinkan penyebabnya adalah pemberian rumput yang masih basah dan diduga terdapat larva cacing yang ikut masuk ke dalam saluran pencernaan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat cacing merk Apridazol yang berbentuk cair. Pemberian dilakukan melalui mulut domba dengan menggunakan suntikan. Selain itu, ternak juga diberikan vitamin B kompleks yang diberikan dengan cara dicampurkan ke dalam air minum.

Karkas dan Non Karkas

(29)

Berdasarkan hasil uji Tukey menunjukkan bahwa genotipe gen calpastatin yang berbeda tidak berpengaruh terhadap bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas, persentase karkas dan bobot non karkas pada domba ekor tipis. Artinya perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan nilai yang relatif sama antar perlakuan pada semua peubah yang diamati.

Tabel 2. Rataan Bobot Potong, Bobot Tubuh Kosong, Bobot Karkas, Bobot Setengah Karkas Kanan dan Kiri, Persentase Karkas dan Bobot Non Karkas

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Bobot potong (kg) 20,56±2,27 19,13±2,09 19,85±2,18 Bobot tubuh kosong (kg) 16,66±1,48 15,4±1,32 16,03±1,40 Bobot karkas (kg) 8,17±0,69 7,57±0,53 7,87±0,61 Bobot Setengah Karkas Kanan (kg) 4,07±0,37 3,78±0,32 3,93±0,35 Bobot Setengah Karkas Kiri (kg) 3,87±0,49 3,63±0,27 3,75±0,38 Persentase karkas (%) 39,95±3,99 39,68±1,80 39,82±2,90 Bobot non karkas (kg) 12,4±1,97 11,57±1,58 11,99±1,78

Rataan bobot potong, bobot kosong, bobot karkas, bobot setengah karkas kanan dan kiri serta bobot non karkas berturut-turut yaitu 19,85 kg, 16,03 kg, 7,87 kg, 3,93 kg, 3,75 kg dan 11,99 kg. Rataan persentase karkas yang dihasilkan yaitu ±39,82%. Persentase karkas yang diperoleh pada penelitian ini tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penelitian Rasmani (2010) yang mendapatkan hasil persentase karkas sebesar 40,69%-44,91%. Penelitian tersebut menggunakan domba lokal jantan dengan perlakuan perbedaan kecepatan pertumbuhan. Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil yang didapatkan Rasmani (2010), maka domba yang digunakan pada penelitian ini termasuk ke dalam kategori domba yang lambat tumbuh.

(30)

Komponen Karkas

Komponen utama karkas terdiri atas jaringan tulang, daging dan lemak. Tulang sebagai kerangka tubuh, merupakan komponen yang tumbuh dan berkembang paling dini kemudian disusul daging atau otot dan yang paling akhir jaringan lemak. Soeparno (2005) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat dan komposisi kimia komponen karkas. Rataan bobot dan persentase total komponen karkas domba ekor tipis jantan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Bobot dan Persentase Total Komponen Karkas1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Total Daging (gram) 2472±314 2197±170 2334,5±242 (%) 60,66±3.19 58,42±5,69 59,54±4.44 Total Lemak Subkutan (gram) 169,7±73,4 218,9±20,6 194,3±47

(%) 4,06±1,66 6,04±0,46 5,05±1,06 Total Lemak Intermuskular (gram) 307±109 250,4±50,5 278,7±79,75

(%) 7,66±2.96 6,79±1,57 7,23±2,27 Total Tulang (gram) 872,3±72,9 914±139 893,15±105,95

(%) 21,71±3,63 24,48±5,25 23,10±4,44

Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot setengah karkas kanan

Berdasarkan hasil uji Tukey, perbedaan genotipe gen calpastatin tidak berpengaruh nyata terhadap bobot karkas dan komponennya. Artinya dengan perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan bobot dan persentase yang relatif sama antar perlakuan pada semua peubah yang diamati. Hal tersebut disebabkan karena bobot potongnya pun tidak berbeda. Bobot potong berkorelasi positif dengan bobot karkas. Komponen karkas seperti daging, lemak subkutan, lemak intermuskular dan tulang pada tiap-tiap potongan komersial karkas juga secara umum tidak berbeda nyata sehingga menghasilkan total komponen karkas yang tidak berbeda juga.

(31)

Brachiaria humidicola dan ransum komplit yang berbeda menghasilkan persentase daging dari karkas domba sebesar 54,52%, tulang 19,36%, dan lemak 11,69%. Sedikit variasi yang terjadi disebabkan karena pada penelitian Nurmalasari (2008) tidak dipisahkan antara lemak subkutan dan lemak intermuskular serta dilakukan pemisahan antara jaringan ikat dengan daging. Komponen karkas akan berubah dengan bertambahnya bobot karkas. Berdasarkan gambaran komposisi komponen karkas ini dapat dilihat bahwa daging merupakan produksi utama dari karkas, kemudian diikuti oleh tulang, lemak intermuskular dan lemak subkutan.

Komponen Non Karkas

Komponen non karkas menurut Lawrie (2003) adalah darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut). Rataan bobot dan persentase komponen non karkas organ eksternal domba ekor tipis jantan dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan genotipe gen calpastatin terhadap bobot dan persentase komponen non karkas baik organ internal maupun organ eksternal. Artinya dengan perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan bobot dan persentase yang relatif sama antar perlakuan pada semua peubah yang diamati.

(32)

Tabel 4. Rataan Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas Organ Eksternal1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Darah tertampung (gram) 832±129 841,5±79 836,75±104 (%) 4,03±0,26 4,42±0,36 4,23±0,31

Kepala (gram) 1794±181 1638±111 1716±146

(%) 8,75±0,69 8,60±0,53 8,68±0,61

Kulit (gram) 1395±115 1388±217 1391,5±166

(%) 6,84±0,90 7,29±1,17 7,07±2,07 Kaki (gram) 494,8±57,80 509,1±56,80 501,95±57,30

(%) 2,37±0,33 2,68±0,36 2,53±0,35

Ekor (gram) 57±8,35 60,4±18,1 58,7±26,45

(%) 0,28±0,04 0,32±0,09 0,3±0,07 Alat kelamin (gram) 61,9±21,4 62,13±7,71 62,02±29,11

(%) 0,30±0,08 0,32±0,04 0,31±0,06

Testes (gram) 250,2±47,6 259,8±28,40 255±38

(%) 1,23±0,25 1,37±0,20 1,3±0,23

Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot potong

(33)

Tabel 5. Rataan Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas Organ Internal1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Hati + empedu (gram) 314,4±19,40 322,3±31,10 318,35±50,50 (%) 1,54±0,17 1,69±0,05 1,62±0,11 Limpa (gram) 42,40±7,07 38,63±7,66 40,52±7,37

(%) 0,21±0,03 0,21±0,04 0,21±0,04

Paru-paru + trakea (gram) 218,20±23,90 196,80±21,10 207,50±22,5 (%) 1,06±0,08 1,04±0,17 1,05±0,25 Jantung (gram) 123,8±28 113,1±13,8 118,45±20,9

(%) 0,60±0,08 0,59±0,02 0,60±0,05

Rumen (gram) 52,3±13 72±19,10 62,15±16,05

(%) 0,26±0,06 0,38±0,10 0,32±0,08

Retikulum (gram) 83,25±5,55 64±20,90 73,63±13,23

(%) 0,43±0,05 0,34±0,13 0,39±0,09

Omasum (gram) 92±20,6 74.25±8.7 83.13±14.65

(%) 0,48±0,15 0,39±0,08 0,44±0,23

Abomasum (gram) 129,6±47 138,3±29,2 133,95±38,10

(%) 0,65±0,20 0,72±0,09 0,69±0,15

Oesophagus (gram) 43,88±4,31 41,13±7,12 42,51±5,72

(%) 0,22±0,02 0,22±0,04 0,22±0,03

Usus (gram) 907±116 834,8±49,5 870,9±165,5

(%) 4,42±0,33 4,39±0,30 4,41±0,32

Lemak Omental (gram) 178,1±41,6 142,90±46,10 160,5±43,85

(%) 0,88±0,27 0,76±0,30 0,82±0,29

Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot potong

Potongan Komersial Karkas

(34)

yang sudah ada yaitu menurut FAO (1991). Rataan bobot dan persentase potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan hasil uji Tukey, bobot dan persentase delapan potongan komersial karkas tidak berbeda nyata. Artinya perbedaan genotipe gen calpastatin menghasilkan hasil yang relatif sama. Hal tersebut disebabkan karena bobot dan persentase karkas yang diperoleh juga tidak berbeda nyata.

Tabel 6. Rataan Bobot dan Persentase Potongan Komersial Karkas1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Forequarter

Neck dan Shoulder (gram) 1209,8±95,90 1119±114 1164,4±104,95 (%) 29,80±1,17 29,82±4,09 29,81±2,63 Rack (gram) 330,80±27,80 296,40±28,40 313,60±28,10

(%) 8,17±0,81 7,90±1,10 8,04±0,96 Shank dan Breast (gram) 416±57,50 385,43±6,59 400,72±32,05

(%) 10,37±2,07 10,26±0,79 10,32±1,43 Flate (gram) 212,20±87 173,80±23,60 193±55,30 (%) 5,13±1,62 4,62±0,65 4,88±1,14 Hindquarter

Loin (gram) 389,10±65,60 349,40±48,50 369,25±57,05 (%) 9,60±1,58 9,36±1,98 9,48±1,78

Leg (gram) 1254±154 1197±116 1225,50±135

(%) 30.80±1,53 31,84±3,66 31,32±2,60 Flank (gram) 99,10±33,10 88,30±16,60 93,70±24,85

(%) 2,41±0,59 2,36±0,54 2,39±0,57

Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot setengah karkas kanan

(35)

persentase terkecil didapatkan dari potongan flank yaitu sebesar 1,43%. Potongan komersial karkas berbeda tergantung bangsa, tipe, umur dan derajat perlemakan (Devendra and McLeroy, 1982).

Distribusi Daging pada Potongan Komersial

Otot akan berubah menjadi daging setelah ternak dipotong. Daging merupakan komponen karkas yang mempunyai nilai ekonomis sekaligus merupakan faktor utama penentu kualitasnya. Berat daging pada masing-masing potongan komesial karkas berbeda-beda karena letak dan bobot potongan komersial tersebut. Rataan bobot dan persentase daging pada potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot dan Persentase Daging pada Potongan Komersial Karkas1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Forequarter

Neck dan Shoulder (gram) 768,40±88,50 672±66,10 720,20±77,30 (%) 63,38±3,37 60,06±1,11 61,72±2,24 Rack (gram) 183,60±23,10 156,80±16 170,20±19,55

(%) 55,46±4,72 52,91±2,55 54,19±3,64 Shank dan Breast (gram) 215,90±11,70a 188,53±5,28b 202,22±8,49

(%) 52,75±8,24 48,92±1,64 50,84±4,94 Flate (gram) 127,70±51,80 115,30±17,70 121,50±34,75

(%) 60.30±11,20 66,38±5,26 63,34±8.23 Hindquarter

Loin (gram) 250,10±48,30 216,40±22,20 233,25±35,25 (%) 64,14±2,18 62,35±5,67 63,25±3,93

Leg (gram) 864±125 795,50±70 829,75±97,50

(%) 68,80±2,71 66,16±0,82 67,48±3,53 Flank (gram) 61,60±39,70 52,03±9,64 56,82±24,67

(%) 58,70±18,10 60,10±12,40 59,40±15,25

(36)

Berdasarkan hasil uji Tukey dapat dilihat bahwa perlakuan genotipe gen calpastatin yang berbeda tidak mempengaruhi bobot dan persentase daging potongan komersial karkas kecuali pada bobot shank dan breast (P<0,05). Artinya domba ekor tipis dengan genotipe gen calpastatin yang berbeda menunjukkan hasil yang relatif sama kecuali pada bobot daging pada potongan shank dan breast.

Rataan bobot daging paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian leg yaitu sebesar 829,75 gram dan rataan daging paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian flank yaitu sebesar 56,82 gram. Hal itu disebabkan karena terdapat banyak otot pada leg dengan ukuran yang besar, begitu juga sebaliknya dengan flank. Rataan persentase daging paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian leg yaitu sebesar 67,48% dan persentase daging paling rendah adalah potongan komersial bagian shank dan breast yaitu sebesar 50,84%. Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian Sunarlim dan Setiyanto (2005) yang menggunakan kambing kacang dan domba lokal jantan dengan pakan campuran tepung gaplek (20%) dan konsentrat (80%) yang diberikan sebanyak 3% dari bobot badan serta rumput gajah. Sunarlim dan Setiyanto (2005) mendapatkan hasil bahwa persentase daging kambing dan domba tidak berbeda nyata dimana persentase daging paling tinggi adalah bagian leg yaitu sebesar 20,5-21,7% sedangkan persentase daging paling rendah adalah flank yaitu sebesar 1,7-2,3%.

(37)

Distribusi Lemak Subkutan pada Potongan Komersial

Lemak subkutan adalah jaringan tubuh yang ditempatkan dengan baik untuk meningkatkan bentuk luar. Lemak subkutan berfungsi sebagai pelindung karkas dari proses pendinginan dan akan mempengaruhi kualitas daging. Pada Tabel 8 dapat dilihat rataan bobot dan persentase lemak subkutan pada potongan komersial karkas. Tabel 8. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Subkutan pada Potongan Komersial

Karkas1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4) Forequarter

Neck dan Shoulder (gram) 28,40±20,70 36,80±31,90 32,60±26,30 (%) 2,29±1,70 3,49±3,43 2,89±2,57 Rack (gram) 21,50±17,30 22,83±6,35 22,17±11,83

(%) 6,49±5,45 7,65±1,80 7,07±3,63 Shank dan Breast (gram) 18,20±11,80 36,80±14,60 27,50±13,20

(%) 4,31±2,89 9,53±3,73 6,92±3,31 Flate (gram) 16,80±11,70 7,40±10,60 12,10±11,15

(%) 9,21±7,19 4,18±6,20 6,70±6,70 Hindquarter

Loin (gram) 23,60±10,2 13,80±4,45 18,70±7,33 (%) 6,13±2,97 4,13±1,98 5,13±2,48 Leg (gram) 35,50±25,10 69,50±25,40 52,50±25,30

(%) 2,91±2,06 5,73±1,68 4,32±1,87 Flank (gram) 25,70±17,10 31,90±14,40 28,80±15,75

(%) 28,30±21,60 35,1±10,9 31,7±16,25

Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot potongan komersial karkas

(38)

libitum menghasilkan diameter dan jumlah sel lemak subkutan yang lebih tinggi daripada pemberian pakan konsentrat yang dibatasi.

Rataan bobot lemak paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian leg yaitu sebesar 52,50 gram dan paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian loin yaitu sebesar 18,70 gram. Tingginya bobot lemak dibagian leg dapat disebabkan karena bobot potongan paha juga tinggi dengan area yang luas yang mengakibatkan bobot lemak subkutan pun relatif tinggi. Rataan persentase lemak subkutan paling tinggi adalah potongan komersial bagian flank yaitu sebesar 31,70% dan persentase lemak subkutan paling rendah adalah potongan komersial bagian neck dan shoulder yaitu sebesar 2,89%. Sunarlim dan Setiyanto (2005) melaporkan bahwa persentase lemak paling tinggi adalah bagian leg dan shoulder. Perbedaan ini disebabkan karena terdapat perbedaan dalam menentukan potongan komersial karkas domba serta pada penelitian tersebut tidak dipisahkan antara lemak subkutan dengan lemak intermuskular.

Distribusi Lemak Intermuskular pada Potongan Komersial

Lemak intermuskular adalah lemak yang berada di antara otot atau daging. Lemak ini berfungsi untuk merekatkan otot, sehingga dapat menghasilkan konformasi tubuh yang baik dan otot dapat melakukan kerja dengan optimal. Rataan bobot dan persentase lemak intermuskular pada potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 9.

(39)

Tabel 9. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Intermuskular pada Potongan Komersial Karkas1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Forequarter

Neck dan Shoulder (gram) 122,40±32,30 104,90±37,60 113,65±34,95 (%) 10,17±2,72 9,21±2,67 9,69±2,70 Rack (gram) 20,94±4,79 21,40±3,72 21,17±4,26

(%) 6,42±1,91 7,18±0,67 6,80±1,29 Shank dan Breast (gram) 51,60±35,20 33,15±7,63 42,38±21,42

(%) 11,65±6,99 8,61±2,04 10,13±4,52 Flate (gram) 19,90±23,80 11,95±3,96 15,93±13,88

(%) 7,91±6,53 6,84±1,91 7,38±4,22 Hindquarter

Loin (gram) 20,56±4,43 29,20±14,2 24,88±9,32 (%) 5,42±1,38 8,14±3,68 6,78±2,53 Leg (gram) 62,90±42,50 48,80±11,10 55,85±26,8

(%) 5,11±3,39 4,09±0,94 4,60±2,17 Flank (gram) 8,84±9,07 1±2 4,92±5,54 (%) 9,9±11,3 1,01±2,01 5,46±6,66

Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot potongan komersial karkas

Rataan bobot lemak intermuskular paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian neck dan shoulder yaitu sebesar 113,65 gram dan rataan daging paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian flank yaitu sebesar 4,92 gram. Rataan persentase lemak intermuskular paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian shank dan breast yaitu sebesar 10,13% dan persentase lemak intermuskular paling rendah adalah potongan komersial bagian leg yaitu sebesar 4,60%. Sunarlim dan Setiyanto (2005) melaporkan bahwa persentase lemak paling tinggi adalah bagian leg dan shoulder.

(40)

yang lebih lengkap tentang perkembangan kedewasaan lemak depot adalah intermuskular, perirenal atau canel, lemak ginjal, lemak subkutan dan omental atau caul (Soeparno, 2005).

Distribusi Tulang pada Potongan Komersial

Tulang merupakan jaringan pembentuk kerangka tubuh yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ternak. Untuk menciptakan fungsi tersebut maka tulang berkembang lebih awal atau masak dini jika dibandingkan dengan jaringan otot dan jaringan lemak. Tulang merupakan salah satu bagian dari komponen karkas. Proporsi tulang yang berbeda-beda pada setiap potongan mencerminkan perbedaan dari potongan komersial. Rataan bobot dan persentase tulang pada potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 10.

Berdasarkan hasil uji Tukey dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan genotipe gen calpastatin tidak mempengaruhi bobot dan persentase tulang pada potongan komersial karkas. Artinya domba ekor tipis dengan genotipe gen calpastatin yang berbeda menunjukkan hasil yang relatif sama. Rataan bobot tulang paling tinggi adalah potongan komersial karkas bagian neck dan shoulder yaitu sebesar 275,50 gram dan rataan tulang paling rendah adalah potongan komersial karkas bagian flank yaitu sebesar 0 gram. Hal itu disebabkan karena pada bagian neck dan shoulder mempunyai ukuran tulang yang besar, sedangkan dibagian flank tidak terdapat tulang sama sekali karena terdapat dibagian perut yang berfungsi melindungi organ-organ perut.

(41)

Tabel 10. Rataan Bobot dan Persentase Tulang pada Potongan Komersial Karkas1)

Peubah Genotipe (n) Rata-rata

MM (5) MN (4)

Forequarter

Neck dan Shoulder (gram) 278,80±20,80 272,20±32,70 275,50±26,75 (%) 23,30±3,08 24,26±0,95 23,78±2,02 Rack (gram) 94,9±14,8 89,8±10,9 92,35±12,85

(%) 28,75±4,35 30,30±2,11 29,53±3,23 Shank dan Breast (gram) 127±24 120,7±11,7 123,85±17,85

(%) 30,43±2,79 31,30±2,88 30,87±2,84 Flate (gram) 41,7±20,3 35,43±5,93 38,57±13,12

(%) 19,59±3,87 20,41±2,32 20±3,10 Hindquarter

Loin (gram) 89,5±18,3 129±72,7 109,25±45,5

(%) 23,01±3,08 35,40±16,40 29,21±9,74 Leg (gram) 240,4±64,1 267,2±27,5 253,8±45,8 (%) 19,64±6,18 22,33±0,95 20,98±3,57

Keterangan: 1) Persentase terhadap bobot potongan komersial karkas *Tidak terdapat tulang pada bagian flank

Secara umum hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Supriyanto (2010) yang menyatakan bahwa perbedaan genotipe gen calpastatin yaitu MM dan MN tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan ukuran-ukuran tubuh domba ekor tipis. Genotipe MM dan MN kemungkinan memiliki karakteristik yang tidak terlalu berbeda karena memiliki alel dominan yang sama yaitu alel M. Palmer et al. (1998) menyatakan bahwa genotipe MN terdiri atas 77% alel M dan 23% alel N. Alel M diduga memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan alel N. Diyono (2007) menyatakan bahwa domba lokal jantan dengan genotipe MN mempunyai rataan bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe NN.

(42)

yaitu anak domba, masa sapih dan ternak dewasa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas calpastatin pada anak domba paling tinggi dibandingkan yang lain dan aktivitas calpastatin pada ternak dewasa paling rendah. Pada penelitian ini ternak yang digunakan adalah ternak umur satu setengah tahun yang dapat dikategorikan sebagai ternak dewasa sehingga aktivitas calpastatin telah menurun dan tidak mengakibatkan perbedaan yang nyata pada hasil yang didapatkan pada penelitian ini.

Selain itu, kemungkinan kekurangan kandungan Ca2+ dalam pakan yang digunakan dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh dalam penelitian ini karena menurut Carlin et al. (2006), calpastatin membutuhkan Ca2+ dalam menghambat aktivitas calpain. Pakan diketahui dapat mempengaruhi bobot komponen karkas maupun non karkas, tetapi dalam penelitian Ibrahim et al. (2008) menunjukkan hasil bahwa pakan tidak berpengaruh terhadap aktivitas calpastatin. Pada penelitian tersebut menggunakan pakan yang berenergi tinggi dan pakan yang berenergi rendah sebagai perlakuannya.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Genotipe MM mempunyai bobot daging pada potongan shank dan breast lebih tinggi (P<0,05) daripada genotipe MN, sedangkan untuk komponen karkas dan non karkas yang lainnya tidak menghasilkan perbedaan yang nyata.

Saran

Penelitian mengenai gen calpastatin ini perlu dilakukan lebih lanjut dengan menggunakan domba dengan umur yang berbeda sehingga pengaruh gen calpastatin akan terlihat. Kandungan nutrisi dari pakan yang diberikan juga harus lebih diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi domba sehingga ekspresi gen calpastatin yang dihasilkan juga menjadi optimal.

(44)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Ibu dan ayah penulis (Ibu Iis Isnaniah dan Bapak Jumadi) yang selalu memberi dukungan, doa, motivasi, dan materi serta adik penulis Indah Mustika Putri yang terus setia mengingatkan agar tetap semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si. dan Prof. Dr. Ir Cece Sumantri, M.Agr.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Bapak Ahmad Yani, STP. M.Si, selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingannya selama ini. Kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si dan Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si selaku dosen penguji sidang, serta Ir. Afton Atabany, M.Si selaku panitia sidang, terima kasih atas masukan dan sarannya untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

Rekan-rekan satu penelitian, Dari Saputra, Bapak Ihsan dan Bapak Bramada. Terima kasih atas kerjasamanya selama penelitian. Teman-teman IPTP 43 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT meridhoi pertemuan dan perpisahan kita. Terakhir kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga dicatat sebagai amal baik di sisi Allah SWT, amin.

Bogor, April 2011

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, M. 2009. Bobot potong, bobot karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan pada berbagai level penambahan kulit singkong dalam ransum. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Black, A., P. A. Schoknecht, S. L. Ralston & S. A. Shapses. 1999. Diurnal variation and age differences in the biochemical markers of bone turnover in horses. J Anim Sci. 77:75-83.

Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan: B. Srigandono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Carlin, K. R. M., E. Huff Lonergan, L. J. Rowe & S. M. Lonergan. 2006. Effect of oxidation, pH and ionic strength on calpastatin inhibition of µ - and m-calpain. J Anim Sci. 84:925-937.

Christensen, K. L., D. D. Johnson, R. L. West, D. D. Hargrove, T. T. Marshall & A. L. Rogers. 1991. Factors influencing intermuscular fat and other measures of beef chuck composition. J Anim Sci. 69:4461-4468.

Devendra, C. & G. B. McLeroy. 1982. Sheep Breeds. In: C. Davendra dan G. B. McLeroy (Eds). Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS Longman Group Ltd. London.

Devendra, C. & M. Burns. 1994. Produksi Kambing didaerah Tropis. Terjemahan: H. Putra. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Dikeman, M. E., L. V. Cundiff, K. E. Gregory, K. E. Kemp & R. M. Koch. 1998. Relative contributions of subcutaneous and intermuscular fat to yields and predictability of retail product, fat trim, and bone in beef carcasses. J Anim Sci. 76:1604-1612.

Dirjennak. 2008. Informasi data impor daging domba. www.ditjennak.go.id [19 Januari 2011]

Diyono, R. 2007. Identifikasi keragaman gen calpastatin domba lokal (Ovis Aries) dengan metode PCR-RFLP dan hubungannya dengan bobot badan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Food and Agriculture Organization of The United Nations. 1991. Guidelines for slaughtering, meat cutting and further processing.

www.fao.org/docrep/004/t0279e/T0279E05.htm [28 Maret 2011]

Gasper, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV Armico, Bandung.

Herawati, U. A. 2002. Kecernaan bahan kering, protein dan retensi nitrogen kelinci jantan persilangan lepas sapih yang diberi ransum pellet ubi jalar. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ibrahim, R. M., D. E. Goll, J. A. Marchello, G. C. Duff, V. F. Thompson, S. W. Mares & H. A. Ahmad. 2008. Effect of two dietary concentrate levels on

(46)

tenderness, calpain and calpastatin activities, and carcass merit in Waguli and Brahman steers. J Anim Sci. 86:1426-1433.

Koohmaraie, M., S. D. Shackelford, T. L. Wheeler, S. M. Lonergan, & M. E. Doumit. 1995. A muscle hypertrophy condition in lamb (callipyge): characterization of effects on muscle growth and meat quality traits. J. Anim. Sci. 73:3596–3607.

Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Terjemahan: Aminuddin Parakkasi. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Loveridge, N. 1999. Bone: more than a stick. J Anim Sci. 77:190-196.

Margawati, E. T. 2005. Pemetaan quantitative traits loci (QTL) sifat pertumbuhan pada populasi domba silang balik ekor tipis dan merino. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Morgan, J. B., T. L.Wheeler, M. Koohmaraie, J. W. Savell, & J. D. Crouse. 1993. Meat tenderness and the calpain proteolytic system in the longissimus muscle of young bulls and steers. J. Anim. Sci. 71:1471.

Mulliadi, D. 1996. Sifat penotif domba priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nurmalasari. 2008. Komposisi fisik potongan komersial karkas domba lokal jantan

dengan rasio pemberian pakan yang berbeda selama dua bulan penggemukkan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ou, B. R., H. H. Meyer & N. E. Forsberg. 1991. Effects of age and castration on activities of calpains and calpastatin in sheep skeletal muscle. J Anim Sci. 69:1919-1924.

Palmer, B. R., N. Roberts, J. G. H. Hickford, & R. Bickerstaffe. 1998. Rapid communication : PCR- RFLP for MspI and NcoI in the ovine calpastatin gene. American Society of Animal Science.

Rasmani. 2010. Komposisi fisik dan potongan komersial karkas domba local jantan pada tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda dengan pemeliharaan secara intensif. Skripsi. Fakultas Peternkan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Schoonmaker, J. P., F. L. Fluharty & S. C. Loerch. 2004. Effect of source and

amount of energy and rate of growth in the growing phase on adipocyte cellularity and lipogenic enzyme avtivity in the intramuscular and subcutaneous fat depots on Holstein steers. J Anim Sci. 82:137-148.

Subandriyo & A. Djajanegara. 1996. Potensi produktivitas ternak domba di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Departemen Pertanian Bogor, Bogor.

(47)

Sunarlim, R. & H. Setiyanto. 2005. Potongan komersial karkas kambing kacang jantan dan domba lokal jantan terhadap komposisi fisik karkas, sifat fisik dan nilai gizi daging. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. Hal 672-679.

Supriyanto, J. 2010. Pertumbuhan anak domba periode pra sapih dari induk dengan genotipe calpastatin (CAST) dan pakan yang berada di UP3J Jonggol. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(48)
(49)

1. Hasil Uji Tukey Bobot Potong dengan Minitab

95% CI for difference: (-2.13270, 5.00270)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.98 P-Value = 0.363 DF = 6

2. Hasil Uji Tukey Bobot Tubuh Kosong dengan Minitab

Two-sample T for bobot tubuh kosong taraf N Mean StDev SE Mean MM 5 16.66 1.48 0.66 MN 4 15.40 1.32 0.66 Difference = mu (MM) - mu (MN) Estimate for difference: 1.26000

95% CI for difference: (-1.02835, 3.54835)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.35 P-Value = 0.227 DF = 6

3. Hasil Uji Tukey Bobot Karkas dengan Minitab

Two-sample T for bobot karkas panas taraf N Mean StDev SE Mean MM 5 8.166 0.686 0.31 MN 4 7.565 0.525 0.26 Difference = mu (MM) - mu (MN) Estimate for difference: 0.601000

95% CI for difference: (-0.387204, 1.589204)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1.49 P-Value = 0.187 DF = 6

4. Hasil Uji Tukey Bobot Non Karkas dengan Minitab

Two-sample T for bobot non karkas

taraf N Mean StDev SE Mean MM 5 12.40 1.97 0.88 MN 4 11.57 1.58 0.79 Difference = mu (MM) - mu (MN) Estimate for difference: 0.826000

95% CI for difference: (-2.069721, 3.721721)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.70 P-Value = 0.511 DF = 6

5. Hasil Uji Tukey Persentase Karkas dengan Minitab

Two-sample T for persentase non karkas taraf N Mean StDev SE Mean

MM 5 60.05 3.99 1.8 MN 4 60.32 1.80 0.90 Difference = mu (MM) - mu (MN) Estimate for difference: -0.271500

95% CI for difference: (-5.409033, 4.866033)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0.14 P-Value = 0.897 DF = 5

6. Hasil Uji Tukey Bobot Komponen Non Karkas dengan Minitab  Darah Tertampung

95% CI for difference: (-181,17658; 161,37658)

Gambar

Gambar 1. Potongan Komersial Karkas Domba (FAO, 1991)
Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria Humidicola, Umbi Ubi Jalar dan Konsentrat
Tabel 2. Rataan Bobot Potong, Bobot Tubuh Kosong, Bobot Karkas, Bobot Setengah Karkas Kanan dan Kiri, Persentase Karkas dan Bobot Non Karkas
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERSENTASE KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS AYAM KAMPUNG DEIVGAN PEMBERIAN.. PAKAN MENGANDUNG BUNGKIL INTI SAWIT

Hal ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan dan distribusi potongan komersial karkas (daging) pada ke-13 item potongan karkas dari kedua bangsa sapi (ACC dan BX) relatif sama..

Pengaruh Ransum Terhadap Potongan Karkas. Komersial

Perbedaan BCS dari domba mempengaruhi bobot potong, bobot karkas, bobot tubuh kosong dan persentase karkas, karena deposit lemak atau otot yang ada dalam tubuh

Perbedaan genotipa domba tidak berpengaruh nyata terhadap komponen produk sampingan dan persentase potongan komersial karkas, sedangkan mutu daging domba komposit cukup baik

Hasil analisis ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa semua variabel yang diujikan yaitu bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas, dan persentase karkas menunjukkan

Hal ini menunjukkan bahwa keragaman gen MSTN pada ekson 2 memiliki asosiasi terhadap bobot potong, bobot karkas, bobot potongan komersial ayam sentul umur 20 minggu.

Persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa persentase tulang dalam karkas domba garut dengan bobot potong 25