• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR

TIPIS BERDASARKAN

BODY CONDITION SCORE

DI TPH MALEBER BOGOR

MUHAMAD RIO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Muhamad Rio

(4)

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakteristik karkas dan non karkas domba ekor tipis (DET) pada BCS yang berbeda di TPH Maleber, Bogor. Penelitian ini menggunakan 99 ekor domba ekor tipis. Ternak dikelompokkan ke dalam 3 perlakuan BCS yaitu gemuk (1), sedang (2), dan gemuk (3). Data dianalisis dengan rancangan acak lengkap menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Hasil menunjukan domba DET dengan BCS 3 (gemuk) sangat nyata lebih berat bobot potong, bobot karkas, dan bobot tubuh kosong dibanding dengan nilai BCS yang lain (kurus dan sedang). Perbedaaan BCS pada karakteristik non karkas memiliki pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) untuk komponen bobot dan pada komponen persentase pengaruh yang diberikan berbeda- beda dimana pada persentase hati dan rumen berbeda (P<0.05) namun peresentase komponen lainya selain hati, limpa dan kulit sangat berbeda nyata (P<0.01). Persentase bobot limpa, kulit dan darah tidak dipengaruhi BCS.

Kata Kunci: BCS, domba ekor tipis, karkas, non karkas

ABSTRACT

MUHAMAD RIO. Carcass and Non carcass Characteristics of Thin-tailed Sheep Based Body Condition Score at Slaughter House Maleber Bogor. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and RUDY PRIYANTO.

Body condition score (BCS) is one indicator to know high or low of fat and meat deposit on carcass and non carcass from an animal. The purpose of the research to evaluated carcass and non carcass characteristic of thin-tailed sheep (DET) on Body condition score (BCS) effect at slaughter house Maleber, Bogor. Research used 99 heads of DET. The sheep grouped into 3 group BCS, thin (1), medium (2) and fat (3) . Data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA). The result showed DET with BCS 3 (fat) were significant different higher live weight, carcass weight, and empty body weight from the other BCS (thin and medium). Carcass’s percentage on BCS effect showed same value from efect value of BCS 1, 2, and 3 . The differences of body condition score effect to non carcass characteristic were significantly (P<0.01) on weight and diverse on percentage whereby on the percentage of liver and rumen is different (P<0.05) but peresentase other components except heart, spleen and skin very different (P<0.01) . The percentage of weight from spleen, skin, and blood is not effected by BCS.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR

TIPIS BERDASARKAN

BODY CONDITION SCORE

DI TPH MALEBER BOGOR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor Nama : Muhamad Rio

NIM : D14090129

Disetujui oleh

Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I

Dr Ir Rudy Priyanto Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah karkas dan non karkas domba, dengan judul Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor.

Ungkapan terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada Bapak Suharto, Mama Nurjanah, dan seluruh keluarga, atas segala doa, kepercayaan serta motivasinya. Terima kasih yang sangat besar juga penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Dr Ir Rudy Priyanto selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Haji Agus Syaefudin Rizqon, Bapak Rusli, Bapak Herman, dan Bapak Qomar selaku pemilik dan pegawai tempat potong hewan di Maleber Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada tim penelitian yaitu Agung Juliyanto, M. Nico dan paling utama Muhammad Syihan Fahmi serta Adi Suryo dan teman- teman pandawa lima yang telah membantu dan bekerja sama selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Materi 2

Prosedur 2

Peubah yang Diamati 3

Rancangan Percobaan 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Keadaan Umum Penelitian 4

Karakteristik Karkas 5

Karakteristik Non Karkas 6

Bobot Non Karkas 6

Persentae Non Karkas 8

SIMPULAN 9

SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 11

(11)

DAFTAR TABEL

1 Rata- rata karakteristik karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda

2 Rata- rata komposisi non karkas dombda ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda

5 7 3 Persentasease komposisi non karkas domba ekor tipis

berdasarkan BCS yang berbeda 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ragam bobot potong 11

2 Analisis ragam bobot karkas 11

3 Analisis ragam persentase karkas 12

4 Analisis ragam bobot tubuh kosong 12

5 Analisis ragam bobot kepala 12

6 Analisis ragam bobot kulit 12

7 Analisis ragam bobot darah 12

8 Analisis ragam bobot kaki 12

9 Analisis ragam bobot hati 12

10 Analisis ragam bobot jantung 13

11 Analisis ragam bobot ginjal 13

12 Analisis ragam bobot limpa 13

13 Analisis ragam bobot paru 13

14 Analisis ragam bobot perut 13

15 Analisis ragam bobot usus kecil 13

16 Analisis ragam bobot usus besar 14

17 Analisis ragam bobot lemak 14

18 Analisis ragam bobot isi saluran pencernaan 14

19 Analisis ragam persentase kepala 14

20 Analisis ragam persentase kulit 14

21 Analisis ragam persentase darah 14

22 Analisis ragam persentase kaki 14

23 Analisis ragam persentase hati 14

24 Analisis ragam persentase jantung 14

25 Analisis ragam persentase ginjal 15

26 Analisis ragam persentase limpa 15

27 Analisis ragam persentase paru 15

28 Analisis ragam persentase perut 15

29 Analisis ragam persentase usus kecil 15

30 Analisis ragam persentase usus besar 15

31 Analisis ragam persentase lemak 15

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan hewan yang sudah sejak lama menjadi hewan ternak, tetapi hanya sedikit saja yang mengetahui asal mula dilakukannya seleksi dan domestikasi domba (Blakely dan Bade 1991). Domba merupakan salah satu hewan ternak ruminansia yang memiliki tingkat adaptasi cukup baik pada lingkungan tropis dan sering dimanfaatkan sebagai ternak penghasil sumber protein berupa daging. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Iklim tropis cenderung menjadikan Indonesia negara dengan kekayaan alam yang berlimpah terutama tumbuh- tumbuhan hijau. Banyaknya tumbuhan hijau dan tingkat adaptasi domba yang cukup baik menyebabkan ternak domba dapat berkembang sangat pesat di Indonesia ini. Data menurut BPS (2013) populasi domba Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan populasi 8 327 000 pada tahun 2005 meningkat menjadi 14 560 480 pada tahun 2013. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menyatakan produksi daging domba sebesar 44 357 ton/tahun naik menjadi 45 690 ton/tahun dan daerah Jawa Barat merupakan daerah dengan produksi daging domba terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 26 959 ton/tahun.

Domba ekor tipis merupakan salah satu dari ternak domba lokal Indonesia yang mempunyai populasi cukup besar dikarenakan karakteristik reproduksi prolifikasi dan dapat beranak sepanjang tahun (Subandriyo dan Djajanegara 1996). Domba ekor tipis memiliki tubuh ramping, bercak hitam pada sekitar mata atau hidung, pola warna tubuh sangat beragam, kualitas wol yang rendah (kasar), serta ekor tipis, pendek dan tidak tampak timbunan lemak (Mulliadi 1996). Kondisi tubuh ternak domba ekor tipis dapat dinilai berdasarkan Body Condition Score (BCS). BCS merupakan salah satu indikasi gemuk atau kurusnya seekor ternak yang dinyatakan dengan banyak sedikitnya lemak dan otaot yang ada pada seekor ternak, cara untuk menilainya dengan melakukan penilaian secara visual pada bagian deposit lemak dan otot serta merasakan penonjolan tulang spinosus prosesus dan transvesus spinosus dengan cara menekan telapak tangan di daerah penonjolan tulang tersebut. Sebagai salah satu ternak penghasil daging berupa karkas dan bagian non karkas sebagai hasil sampingan, BCS pada domba sangat penting untuk diketahui agar dapat memperkirakan persentase daging yang ada pada karkas ternak potong seperti domba ekor tipis.

Tujuan Penelitian

(13)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup pengukuran komponen karkas dan non karkas dengan jumlah total sampel yang diteliti sebanyak 99 ekor domba ekor tipis dengan Body Condition Score 1 = kurus, 2 = sedang dan 3 = gemuk. Penelitian dilakukan pada salah satu Tempat Pemotong Hewan (TPH) yang ada di Maleber, Bogor.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada tanggal 26 Januari hingga 28 Februari 2013. Penelitian ini dilaksanakan di tempat pemotongan hewan (TPH) milik Bapak Haji Agus Syaefudin Rizqon yang berada di Kampung Maleber, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Materi

Tempat potong hewan tersebut mempunyai kandang penampungan yang berbentuk kandang panggung dengan sistem koloni yang alasnya berupa bambu. Kandang tersebut dibagi menjadi 2 sekat/bagian, yaitu untuk domba muda berumur I0 dan domba berumur I1, I2 dan I3 dengan BCS yang beragam.

Peralatan yang digunakan yaitu terdiri dari timbangan gantung, timbangan digital, alas timbangan, ember, sepatu bot, wearpack, kamera digital, kalkulator, alat tulis, dan form data penelitian. Penelitian ini menggunakan 99 ekor domba ekor tipis dengan BCS 1 = kurus, 2 = sedang dan 3 = gemuk.

Prosedur

Tahap awal yaitu persiapan penelitian dilakukan survey tempat dan perizinan kepada pemilik TPH, selanjutnya persiapan peralatan yang akan digunakan dalam pra penelitian maupun penelitian. Pra penelitian adalah pengamatan secara umum alur pemotongan di tempat penelitian selama 1 minggu.

Domba yang akan dipotong dilakukan penimbangan untuk memperoleh bobot potong serta penilaian Body Condition Score dengan meraba deposit daging dan perlemakan di daerah loin domba. Penilaian BCS dilakukan dengan cara meraba bagian perototan serta perlemakan pada daerah punggung terutama loin

serta merasakan penonjolan tulang dari spinosus prosesus dan transvesus prosesus

(14)

3

Gambar 1 Pengecekan loin dari samping dan atas (Sumber : Tames 2010) Pemotongan dilakukan dengan cara memotong bagian atas leher dekat rahang bawah atau persendian tulang atlas (occipito-atlantis), sampai semua pembuluh darah (Vena jugularis dan Arteri carotis), trachea dan oesophagus

terpotong untuk mendapatkan pendarahan yang sempurna, kemudian darah yang keluar ditampung dan ditimbang sebagai darah tertampung. Sebelum dikuliti, domba digantung pada bagian tendon kaki belakang (tendon Achilles) dan kemudian bagian kepala dan kaki depan dipisahkan dari tubuh domba. Kulit dituris dari anus sampai leher di bagian-bagian perut dan dada, kemudian dari arah kaki belakang dan kaki depan menuju irisan tadi. Kulit setelah dilepaskan, kemudian ditimbang sebagai bobot kulit. Kepala yang telah dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantis, kemudian ditimbang sebagai bobot kepala. Setelah dikuliti, kaki belakang dipotong pada sendi tarso-metatarsal dan ditimbang bersama kaki depan yang dipotong pada sendi carpo-metacarpal sebagai bobot kaki.

Bagian tubuh yang tersisa kemudian diletakkan pada gantungan besi di bagian kaki belakang persendian tarso-metatarsal dan kemudian isi rongga perut dikeluarkan. Karkas kemudian ditimbang untuk mendapatkan bobot karkas. Isi rongga perut dan dada berupa jeroan merah (jantung, hati, ginjal, limpa, paru-paru, dan trachea) dan jeroan hijau (perut, usus halus dan usus besar) yang dikeluarkan dan ditimbang masing-masing bobotnya. Lemak yang ada di dalam rongga dada dikeluarkan dan ditimbang bobotnya sebagai lemak ommental. Saluran pencernaan setelah dibersihkan kemudian ditimbang kembali bobotnya untuk mendapatkan bobot tubuh kosong.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah bobot potong, bangsa, bobot karkas, bobot tubuh kosong, bobot komponen non karkas dan persentase non karkas.

Bobot potong, dihitung dengan cara menimbang bobot tubuh ternak sebelum dipotong;

(15)

4

paru-paru, ginjal, limpa, hati, dan lemak ommental yang melekat pada bagian tubuh;

Persentase karkas, didapat dari hasil bagi bobot karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%;

Bobot komponen non karkas, diperoleh dari penimbangan bobot darah, kepala, kaki, kulit, isi saluran pencernaan, offal hijau (usus kecil, usus besar dan lambung), dan offal merah (paru-paru, trachea, hati, limpa, jantung, ginjal, dan lemak ommental);

Persentase non karkas, diperoleh dari hasil bagi bobot non karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%;

Persentase offal merah dan offal hijau, diperoleh dari hasil penjumlahan bobot offal merah (bobot jantung, trachea, paru-paru, ginjal, limpa, dan hati) atau hasil penjumlahan offal hijau (bobot usus kecil, usus besar, dan lambung) kemudian dibagi bobot tubuh kosong dan dikalikan 100%;

Persentase isi saluran pencernaan, diperoleh dari hasil bobot isi saluran pencernaan (selisih bobot offal hijau isi dengan offal hijau kosong), kemudian dibagi bobot potong dan dikalikan 100%.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 3 BCS berbeda yaitu kurus, sedang dan gemuk. Ulangan untuk perlakuan masing-masing secara berurutan adalah 17, 60 dan 22

μ = Rataan umum karakteristik karkaskas dan non karkas

αi = Pengaruh perbedaan BCS ke-i (kurus, sedang dan gemuk) terhadap karkas dan non karkas domba

εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan BCS domba ke-i pada ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

(16)

5 Pemotongan domba hampir dilakukan setiap hari akan tetapi jadwal pemotongan tetap pada hari Senin dan Kamis yaitu berkisar 15-20 ekor/pemotongan sedangkan pada hari biasanya hanya berkisar 1-2 ekor/pemotongan atau tergantung pemesanan konsumen atau pemesanan dalam rangka aqiqah. Setiap minggu pemotongan domba mencapai 40 hingga 50 ekor yang terdiri dari berbagai domba dengan jenis dan BCS yang berbeda. Jumlah pemotongan domba ekor tipis pada BCS berbeda yang dilakukan pada tanggal 15-21 Februari 2013 sekitar 50 ekor domba yang terdiri dari berbagai jenis (garut, ekor tipis dan ekor gemuk.

Hubungan antara BCS terhadap karakteristik karskas dan non karkas ternyata juga akan mempengaruhi siklus reproduksi ternak domba tersebut dimana menurut Glaze (2009) hubungan BCS pada ternak betina akan mempengaruhi interval beranak, presentasi kebuntingan, lama penyapihan serta kekuatan anak sesaat setelah lahir. Penilaian BCS sebaiknya dilakukan saat ternak dalam kondisi ehat, tidak bunting dan sebaiknya sebelum di beri pakan atau setelah dilakukan pemuasaan.

Karakteristik Karkas

Karkas domba menurut SNI No. 3925-2008 adalah bagian tubuh domba sehat yang telah disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24- 1997, telah dikuliti, isi perut dikeluarkan, dipisahkan, kepala dan kaki mulai tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi, dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Nielsen (2003) menjelaskan bahwa bobot badan memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat kegemukan ternak, yang mana akan berkorelasi juga terhadap BCS ternak. Hasil dari pengukuran performa karakteristik karkas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rata- rata karakteristik karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang

Keterangan: angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 1% (P<0.01).

(17)

6

karkas akan mempengaruhi komposisi daging menjadi lebih besar (Soeparno 2005).

Hasil yang terdapat pada tabel 1 menunjukkan bahwa semakin besar BCS yang ada pada seekor domba maka nilai dari parameter karakteristik pada domba tersebut juga akan mengalami peningkatan. Pryce et al. (2001) dan Tames (2010) menyatakan bahwa BCS mempengaruhi karakteristik karkas. Perbedaan BCS dari domba mempengaruhi bobot potong, bobot karkas, bobot tubuh kosong dan persentase karkas, karena deposit lemak atau otot yang ada dalam tubuh ternak akan secara langsung mempengaruhi parameter- parameter dari karakteristik domba tersebut. Rianto et al. (2006) menjelaskan dengan adanya pertambahan bobot tubuh akan menyebabkan peningkatan bobot potong diikuti oleh meningkatnya bobot karkas. Meiaro (2008) juga menyatakan bahwa bobot potong pada domba lokal memiliki korelasi positif dengan bobot tubuh kosong dimana bobot potong domba secara langsung akan dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai BCS pada domba tersebut. Carvalho et al. (2010) menyatakan bahwa faktor pakan yang baik dapat menghasilkan bobot potong yang maksimal.

Pengaruh perbedaan BCS pada persentase dari bobot karkas domba ekor tipis tidak berbeda tiap perlakuannya. Hasil ini berbeda dengan Natasasmita (1979) yang menyatakan persentase karkas ternak di pengaruhi oleh faktor kondisi ternak serta isi saluran pencernaannya. Hal ini mungkin disebabkan karean perbedaaan BCS akan mempengaruhi komposisi bagian non karkas dan bagian karkas sehingga adanya penembahan berat dari bagian karkas maka akan menambah bobot dari bagian non karkas domba. Davendra (1983) yang menyatakan persentase karkas dipengaruhi berbagai faktor seperti bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, jenis kelamin, dan pengebirian.

Karakteristik Non Karkas

Bobot Non Karkas

Komposisi karkas dan non karkas pada domba merupakan bagian yang penting untuk diketahui. Karkas merupakan hasil utama dari ternak potong sedangkan bagian non karkas merupakan bagian yang biasanya merupakan hasil sampingan dari ternak potong tersebut. Bagian tubuh selain yang terdefinisi sebagai karkas pada domba merupakan bagian non karkas (Lawrie 1995). Bagian non karkas seperti ambing dan saluran reproduksi pada domba betina yang digunakan kali ini tidak diambil datanya dikarenakan pada kondisi saat penelitian di lapang bagian tersebut tidak dapat dipisahkan karena alasan akan mempengaruhi bobot serta kondisi karkas yang akan dijual dari tempat pemotongan hewan tersebut.

(18)

7 Murray dan Slezacek (1979) serta Crouse et al. (1985) menyatakan peningkatan bobot karkas segar pada domba yang memperoleh ransum berenergi tinggi meningkatkan persentase lemak, termasuk lemak ginjal, pelvic dan subkutan, sehingga dapat dikatakan perubahan perlemakan yang menjadi salah satu indikator penilaian BCS dari karkas seekor domba akan mempengaruhi juga bagian non karkas dari domba tersebut. Bagian non karkas yang diambil dari domba dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rata- rata komposisi non karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda

Komponen (Kg) Body Condition Score Rata-rata

Kurus (1) Sedang (2) Gemuk (3)

Keterangan: angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 1% (P<0.01).

Hasil menunjukan setiap parameter kecuali bobot lemak menunjukan bahwa pada BCS pengaruh yang di berikan berbeda untuk tiap perlakuan. Semakin tinggi nilai BCS yang diberikan maka semakin tinggi pula bobot dari bagian non karkas domba tersebut. Apple (1999) menyatakan semakin meningkatnya BCS akan meningkatkan bobot potong dimana Liasari (2007) menyatakan bahwa organ non-karkas akan semakin tinggi dengan meningkatnya bobot potong, sehingga dapat dikatakan bahwa BCS akan mempengaruhi bobot non karkas seekor ternak.

(19)

8

Persentase Non Karkas

Persentase Komponen non karkas, diperoleh dari hasil bobot komponen non karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%. Menurut Davendra (1983) persentase bobot organ internal (perut, usus, hati, paru paru, jantung, pancreas, limpa, ginjal, oesophagus dan kantong kemih) padadomba antara 32%-33% dari bobot potong. Persentase bobot organ eksternal (kepala, empat kaki bagian bawah, ekor, kulit, kelenjar usus, penis dan scrotum) adalah 20%-24%, sedangkan persentase bobot darah lebih kurang 4.0 %.

Pengaruh BCS berbeda pada persentase bagian non karkas menunjukkan hasil yang berbeda- beda pada tiap parameter. Persentase bobot kepala bobot kaki,bobot jantung, bobot ginjal,bobot paru, bobot usus kecil, bobot usus besar, bobot lemak, dan bobot isi saluran pencernaan terhadap BCS yang berbeda menunjukkan pengaruh yang sangat nyata berbeda (P<0.01). Pengaruh BCS yang berbeda tidak berpengaruh pada persentase bobot kulit, bobot darah, dan bobot limpa. Persentase bobot hati dan perut menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05). Hasil pengukuran dari persentase non karkas domba ekor tipis pada BCS berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Persentase komposisi non karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda

Komponen (%) Body Condition Score Rata-rata

Kurus Sedang Gemuk

Usus kecil 2.44±0.48 A 2.24±0.64 A 1.52±0.40 B 2.60±0.89

Usus besar 1.10±0.33 C 1.50±0.45 B 1.79±0.46 A 1.84±0.62

Keterangan: angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 1% (P<0.01); angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 5% (P<0.05)

(20)

9 Persentase bobot hati terhadap pengaruh BCS yang berbeda menunjukan pengaruh pada BCS 2 dan 3 berbeda tetapi pada BCS 1 tidak berbeda. Pengaruh BCS yang berbeda terhadap persentase bobot hati pada BCS 1 tidak berbeda dengan BCS 2 dan 3 dikarenakan pertumbuhan organ ini tidak berubah signifikan bagi ternak yang kurus maupun yang gemuk. Hatta (2009) menyatakan bahwa persentase limpa dan hati dalam kondisi fisiologis yang normal tetap berkembang sesuai dengan proporsi perkembangan bobot tubuh. Persentase bobot perut hasilnya menunjukkan pada BCS 1dan 2 berbeda tetapi pada BCS 3 tidak berbeda, hal ini dikarenakan pada BCS 1 dan 2 pertumbuhan perut sebagai organ pencernaan masih berkembang sesuai dengan kebutuhan ataupun tingkat konsumsi dari ternak tersebut sedangkan ternak yang memiliki BCS 3 cenderung memiliki tingkat konsumsi yang konstan atau tetap.

Persentase bobot kulit, darah dan limpa tidak berpengaruh dikarenakan. Persentase parameter bobot kepala, jantung, ginjal, paru, usus kecil, dan lemak terhadap pengaruh BCS yang berbeda menunjukan hasil dimana pengaruh BCS 1 dan 2 tidak berbeda tetapi pada BCS 3 berbeda, hal ini bisa disebabkan pengaruh komposisi lemak yang ada pada organ- organ tersebut lebih banyak bila ternak tersebut memiliki BCS tinggi dimana menurut Blakely dan Bade (1991) komposisi lemak pada ternak kurus dan sedang masih sedikit dibandingkan dengan ternak yang gemuk. Sudarmono dan Sugeng (1987) menyatakan bobot potong domba yang belum optimal dan belum mencapai masak tubuh maka kandungan lemaknya rendah.

Total secara keseluruhan dari persentase bagian non karkas domba ekor tipis di tph Meleber menunjukan bahwa pengaruh dari BCS yang berbeda memiliki nilai yang sama pada tiap perlakukannya. Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan penilai karakteristik karkas sebelumnya dsimana nilai persentase karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda tidak mengalami perbedaaan pada tiap perlaukannya. Hubungan persentase antara bagian non karkas dengan bagian karkas seekor ternak akan saling mempengaruhi dimana Davendra (1983) menyatakan persentase karkas dipengaruhi berbagai faktor seperti bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, jenis kelamin, dan pengebirian. Sehingga dapat dikatakan bila pengaruh BCS yng berbeda pada bagian non karkas domba memiliki pengaruh yang tidak berbeda.

SIMPULAN

(21)

10

yang lebih tinggi dibandingkan domba yang memiliki BCS rendah pada pemotongan di TPH Maleber Bogor.

SARAN

Pemotongan domba ekor tipis yang disembelih di TPH Maleber Bogor sebaiknya dilakukan pada kondisi tubuh gemuk guna meningkatkan efisiensi dari produksi karkas yang lebih tinggi sebagai hasil utama pemotongan.

DAFTAR PUSTAKA

Apple JK. 1999. Influence of body condition score on live and carcass value of cull beef cows. J. Anim. Sci. 77: 2610-2620.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Mutu Karkas dan Daging Kambing/ Domba. SNI 01-3929-2008. Jakarta (ID).

Blakely J, Bade DH. 1991. Ilmu Peternakan. Ed ke-4. Terjemahan: B. Srigandono. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Carvalho MC, Soeparno, Ngadiyono N. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole jantan yang dipelihara secara feedlot. Bul Petern. 34(1): 38-46.

Crouse JD, Ferrell CL and Cundiff LV. 1985. Effects of sex condition, genotype and diet on bovine growth and carcass characteristics. J. Anim. Sci. 60:1219. Davendra C. 1983. Goats Husbandry and Potential in Malaysia. Kuala Lumpur

(MLY) : Manistery of Agriculture Malaysia.

[DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Ditjennak Keswan.

Gaspersz V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Volume 2. Bandung (ID): Tarsito.

Glaze JB. 2009.Body Condition Scoring (BCS) in Beef Cattle. Tersedia pada http://osufacts.okstate.edu/bcs_pres_carl.pdf[01 Oktober 2013]

Hatta M. 2009. Karakteristik produksi karkas dan non-karkas domba jantan lokal yang diberikan pakan berbagai taraf limbah udang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Jull MA. 1979. Poultry Husbandry. Ed ke-3. New York (US): Tatu McGraw Hill. Lawrie RA. 1995. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

(ID):UI-Pr.

Liasari GH. 2007. Ukuran tubuh dan karakteristik karkas sapi hasil inseminasi buatan yang dipelihara secara intensif pada berbagai kategori bobot potong [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Meiaro A. 2008. Bobot potong, bobot karkas, dan non karkas domba lokal yang digemukkan dengan pemberian ransum komplit dan hijauan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mulliadi D. 1996. Sifat penotif domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(22)

11 Natasasmita A, Sugana N. Duljaman M, 1979. Pengaruh penggunaan pejantan Sulffolk terhadap prestasi produksi domba Priangan Betina dan prospeknya bagi pengembangan peternakan domba rakyat. Prosiding LPP. Bogor. 246-252.

Nichols D. 1996. Livestock Judging. Manhattan (US): Kansas State University. Nielsen HM, Friggens NC, Lovendhl P, Jensen J, Ingvartsen KL. 2003. Influence of

breed, parity, and stage of lactation on lactational performance and relationship between body fatness and live weight. Livestock Prod Sci 79:119-133.

Pryce JE, Coffey PM, Simm G. 2001. The Relationship Between Body Condition Score and Reproductive Performance. J. Dairy Sci. 84:1508–1515.

Purbowati E, Prurnomoadi A, Lestari CMS, Kamiyatun (ed). 2011. Karakteristik karkas sapi jawa (Studi Kasus di RPH Brebes, Jawa Tengah). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.

Subandriyo, Djajanegara A (ed). 1996. Potensi produktivitas ternak domba di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID) :Departemen Pertanian Bogor.

Tames S. 2010. What’s the Score : Sheep [ Terhubung berkala].[diakses 27 Januari 2013]; agdex9622- bcs-sheep.pdf. Tersedia pada

http://www.agric.gov.ab.ca.department/deptdocs.nsf/all/agdex9622/ FILE /bcs-sheep.pdf.

LAMPIRAN

Data yang didapat kemudian diolah menggunakan analisis Anova dengan program SAS menghasilkan data berupa Tabel Anova sebagai berikut.

(23)
(24)

13 Lampiran 11 Bobot ginjal

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 9 990.59926 4 995.29963 23.03 <.0001 Galat 96 20 828.57246 216.96430

Total 98 30 819.17172 Lampiran 12 Bobot limpa

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 7 302.37894 3 651.18947 17.65 <.0001 Galat 96 19 862.30287 206.89899

Total 98 27 164.68182 Lampiran 13 Bobot paru

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 134 074.6071 67 037.3036 20.57 <.0001 Galat 96 312 808.1404 3 258.4181

Total 98 446 882.7475 Lampiran 14 Bobot perut

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 2 108 855.068 1 604 427.534 41.22 <.0001 Galat 96 3 736 989.256 38 926.971

Total 98 1 124 118.545 Lampiran 15 Bobot usus kecil

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 278 546.177 139 273.088 18.10 <.0001 Galat 96 738 632.551 7 694.089

Total 98 1 017 178.727 Lampiran 16 Bobot usus besar

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 1 619 454.843 809 027.421 49.41 <.0001 Galat 96 1 573 368.814 16 389.258

Total 98 3 192 823.657 Lampiran 17 bobot lemak

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 1 345 662.58 6 728 331.29 53.98 <.0001 Galat 96 11 966 618.83 124 652.28

(25)

14

Lampiran 18 Bobot isi saluran penceernaan

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Galat 96 150.0069402 1.5625723

Total 98 156.0319595 Lampiran 21 Persentase darah

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 1.77544531 0.88772265 3.00 0.0545 Galat 96 28.40455310 0.29588076

Total 98 30.17999841 Lampiran 22 Persentase kaki

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 15.69850843 7.84925422 32.19 <.0001 Galat 96 23.40659199 0.24381867

Total 98 39.10510042 Lampiran 23 Persentase hati

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 1.33946044 0.66973022 3.44 0.0362 Galat 96 18.70733742 0.19486810

Total 98 10.04679785 Lampiran24 Persentase jantung

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 0.30749043 0.15374517 9.76 <.0001 Galat 96 1.51294223 0.01575891

Total 98 1.82043257 Lampiran 25 Persentase ginjal

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 0.37718891 0.18859445 24.48 <.0001 Galat 96 0.73966032 0.00770479

(26)

15

Lampiran 26 Persentase limpa

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 0.0076541 0.00382820 1.06 0.3511 Galat 96 0.34732450 0.00361796

Total 98 0.35498091 Lampiran 27 Persentase paru

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 2.30548531 1.15274266 15.66 <.0001 Galat 96 7.06687539 0.07361329

Total 98 9.37236070 Lampiran 28 Persentase perut

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 4.27109908 2.13554954 3.86 0.0243 Galat 96 53.05238888 0.55262905

Total 98 57.32348796 Lampiran 29 Persentase usus kecil

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 10.75905021 5.37952510 16.57 <.0001 Galat 96 31.16108184 0.32459460

Total 98 41.92013205 Lampiran 30 Perentase usus besar

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 4.61635106 2.30817553 12.34 <.0001 Galat 96 17.95084397 0.18698796

Total 98 22.56719503 Lampiran 31 Persentase lemak

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 117.1868093 58.5934047 8.68 <.0001 Galat 96 155.6063863 1.6208999

Total 98 272.7911956 Lampiran 32 Persentase isi saluran pencernaan

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

BCS 2 763.083829 381.541914 8.68 0.0003 Galat 96 4 218.623990 439.44000

Total 98 4 981.707819

(27)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 November 1990 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Soeharto Sahan dan Ibu Nurjanah Hamzah. Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN 6 Bekasi pada tahun 1997 hingga 2003. Kemudian penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 5 Bekasi sejak tahun 2003 hingga tahun 2006. Pendidikan selanjutnya di SMAN 10 Bekasi dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) dan pada tahun 2010 Penulis kemudian melanjutkan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.

Gambar

Gambar 1 Pengecekan loin dari samping dan atas (Sumber : Tames  2010)
Tabel 2  Rata- rata komposisi non karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang
Tabel 3 Persentase komposisi non karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki saham aktif periode 2010-2012. Perusahaan kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

REKAPITULASI

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan psikososial keluarga dengan lama rawat inap pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Arah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dapat bermain tebak-tebakan pada anak kelompok B TK Pertiwi 2 Sidodadi Masaran Sragen mengalami peningkatan pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi, pH limbah, dan massa paling baik arang aktif dari arang kulit singkong dan tongkol jagung terhadap penurunan kadar COD dan

Dengan demikian untuk menurunkan kadar besi dalam arang sekam padi dapat digunakan sebagai alternatif media filtrasi dalam pengolahan air. KESIMPULAN DAN SARAN

Model harga opsi saham tipe Amerika dengan model binomial diterapkan pada saham perusahaan Rio Tinto Plc (RIO) yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi

Kecuali instrumen ekuitas AFS, jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif dengan peristiwa