• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Manajemen Naungan Stup terhadap Aktivitas Terbang `Galo-galo (Trigona drescheri) di Sumanik Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Manajemen Naungan Stup terhadap Aktivitas Terbang `Galo-galo (Trigona drescheri) di Sumanik Sumatera Barat"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MANAJEMEN NAUNGAN STUP TERHADAP

AKTIVITAS TERBANG

GALO-GALO

(

Trigona drescheri)

DI SUMANIK SUMATERA BARAT

HADI PUTRA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Manajemen Naungan Stup terhadap Aktivitas Terbang Galo-galo (Trigona drescheri) di Sumanik Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Hadi Putra

(4)

ABSTRAK

HADI PUTRA. Pengaruh Manajemen Naungan Stup terhadap Aktivitas Terbang

Galo-galo (Trigona drescheri) di Sumanik Sumatera Barat. Dibimbing oleh ASNATH MARIA FUAH dan HOTNIDA CH SIREGAR.

Trigona drescheri merupakan spesies stingless bees yang berpotensi memproduksi propolis dan produktivitasnya dipengaruhi oleh aktivitas terbang pekerja. Atap asbes dan PVC digunakan sebagai naungan dalam penelitian ini dengan tujuan memperoleh informasi tentang aktivitas terbang lebah Trigona. Pengamatan dilakukan selama 10 menit per jam, yakni dari pukul 07.00-18.00. Suhu udara, kelembaban relatif, dan intensitas cahaya juga diukur. Waktu pengamatan pada pukul 07.00-17.00 meningkatkan aktivitas terbang lebah dan mencapai jumlah tertinggi antara pukul 15.00-17.00, kemudian menurun hingga pukul 18.00. Suhu udara (r=0.980 dan R2=0.962 pada asbes; r=0.976 dan R2=0.953 pada PVC) dan kelembaban relatif (r=0.979 dan R2=0.960 pada asbes; r=0.984 dan R2=0.970 pada PVC) nyata (P<0.05) mempengaruhi aktivitas terbang

T. drescheri. Intensitas cahaya tidak berpengaruh terhadap aktivitas terbang. Suhu 25-30 oC dan kelembaban relatif 60%-78% merupakan kondisi optimal bagi T. drescheri untuk beraktivitas terbang. Stup yang diletakkan di bawah atap PVC menghasilkan aktivitas terbang lebah yang nyata lebih tinggi (P<0.05) dari pada atap asbes.

Kata kunci: aktivitas terbang, atap asbes, atap PVC, stingless bees, Trigona

ABSTRACT

HADI PUTRA. Hive Shade Management Effect on Galo-galo (Trigona drescheri) Flight Activity in Sumanik West Sumatra. Supervised by ASNATH MARIA FUAH and HOTNIDA CH SIREGAR.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

DepartemenIlmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PENGARUH MANAJEMEN NAUNGAN STUP TERHADAP

AKTIVITAS TERBANG

GALO-GALO

(

Trigona drescheri)

DI SUMANIK SUMATERA BARAT

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Manajemen Naungan Stup terhadap Aktivitas Terbang `Galo-galo (Trigona drescheri) di Sumanik Sumatera Barat Nama : Hadi Putra

NIM : D14090095

Disetujui oleh

Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS Pembimbing I

Ir Hotnida CH Siregar, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian adalah aktivitas terbang T. drescheri, dengan perlakuan naungan atap asbes dan PVC.

Terima kasih kepada Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS dan Ir Hotnida CH Siregar, MSi selaku pembimbing, serta Dr Rika Raffiudin atas informasi dan hasil diskusi yang bermanfaat. Penghargaan juga Penulis sampaikan kepada Prof Dr Siti Salmah Idrus dari Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, yang telah membimbing dan membantu identifikasi sampel T. drescheri. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga kepada teman-teman IPTP 46 yang telah memberi dukungan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 5

Aktivitas Terbang T. drescheri 6

Pengaruh Suhu di Kedua Atap terhadap Aktivitas Terbang T. drescheri 8 Pengaruh Kelembaban Relatif Kedua Jenis Atapterhadap Aktivitas Terbang

T. drescheri 10

Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Aktivitas Terbang T.drescheri 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tanaman sumber pakan dan resin dalam radius 100 meter 6 2 Koefisien korelasi dan determinasi intensitas cahaya terhadap rataan

aktivitas terbang T. drescheri di bawah naungan asbes dan PVC 13

DAFTAR GAMBAR

1 Sampel Trigona dalam botol berisi alkohol dan spesimen ratu dari

koloni (kanan) 3

2 Ukuran dan bentuk stup T. drescheri 3

3 Model naungan dan penempatan stup berdasarkan arah mata angin 4 4 Peta lokasi Nagari Sumanik, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat 5 5 Aktivitas terbang T. drescheri pada atap asbes dan PVC 7

6 Ilustrasi aliran udara di bawah naungan 8

7 Aktivitas terbang T. drescheri pada berbagai suhu lingkungan di lokasi penelitian (a) serta aktivitas terbang dan suhu lingkungan selama waktu

pengamatan (b) 9

8 Aktivitas terbang T. drescheri pada berbagai kelembaban relatif di lokasi penelitian (a) serta aktivitas terbang dan kelembaban relatif

selama waktu pengamatan (b) 11

9 Hubungan waktu pengamatan, suhu, dan intensitas cahaya pada atap

asbes dan atap PVC 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji t rataan aktivitas terbang 17

2 Analisis ragam waktu pengamatan terhadap aktivitas terbang pada atap

asbes 17

3 Uji banding Tukey HSD waktu pengamatan pada atap asbes terhadap

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lebah yang menghasilkan madu dalam jumlah banyak dan memiliki sengat untuk perlindungan koloni adalah jenis Apis mellifera, A. cerana, dan A. dorsata. Jenis lebah yang tidak menyengat (stingless bee), yaitu lebah dari bangsa Meliponini yang memiliki 24 genus dan salah satunya adalah genus Trigona

(Michener 2007). Lebah Trigona tersebut terdapat di negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Michener 2007). Beberapa spesies Trigona yang diidentifikasi oleh Sakagami dan Inoue (1985) terdapat di Sumatera Barat, salah satunya adalah T. drescheri yang berpotensi untuk dibudidayakan.

Lebah Trigona memproduksi madu dalam jumlah terbatas tetapi produksi propolisnya lebih banyak dari lebah Apis (Siregar et al. 2011). Propolis bagi koloni Trigona bermanfaat sebagai bahan sarang dan juga mekanisme pertahanan koloni terhadap penyakit dan predator dari luar. Saat ini sebagaimana dilaporkan Lotfy (2006), propolis sudah dimanfaatkan sebagai bahan antibakteri dan antivirus bagi manusia.

Potensi lebah Trigona sebagai penghasil propolis yang bermanfaat bagi manusia merupakan sebuah potensi, namun budidayanya kurang ditunjang oleh informasi teknis yang memadai. Informasi teknik budidaya masih terbatas dan belum banyak penelitian yang dilakukan tentang karakteristik dan habitat yang cocok untuk budidaya.

Produksi propolis dipengaruhi banyak faktor antara lain berat koloni, ketersediaan pakan, lingkungan dan aktivitas terbang yang berkaitan erat dengan peran lebah dalam meningkatkan produksi propolis (Guntoro 2013). Menurut Mahindru (2007), beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas terbang adalah intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban relatif.

Salah satu upaya budidaya yang mempertimbangkan faktor iklim terhadap produksi lebah adalah dengan menggunakan naungan (atap). Jenis atap yang banyak digunakan dalam budidaya Trigona tradisional adalah asbes dan PVC yang memiliki daya tembus cahaya matahari. Perbedaan sifat atap tersebut dapat mempengaruhi mikroklimat di bawah naungan. Sejauh mana pengaruh mikroklimat terhadap aktivitas terbang Trigona, perlu dikaji.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh naungan beratap asbes dan PVC terhadap aktivitas terbang T. drescheri.

Ruang Lingkup Penelitian

(12)

2

penggunaan naungan atap asbes dan PVC yang berbeda daya tembus cahayanya. Mikroklimat seperti temperatur, kelembaban relatif, dan intensitas cahaya mempengaruhi aktivitas terbang lebah (Hepburn dan Radloff 2011), sehingga berkontribusi terhadap produktivitas koloni (Guntoro 2013). Modifikasi mikroklimat menggunakan jenis atap naungan yang berbeda diharapkan dapat meningkatkan produktivitas Trigona. Penelitian dilakukan di Nagari Sumanik yang terletak di daerah khatulistiwa dan berpotensi untuk budidaya T. drescheri

dengan menggunakan tipe naungan yang berbeda.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai tanggal 28 Mei 2012 dan berakhir tanggal 28 Juli 2012. Penelitian dilakukan di Nagari Sumanik, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat dan Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.

Bahan

Hewan yang digunakan adalah T. drescheri berjumlah 6 koloni dengan kisaran bobot 173.33-223.33 gram yang telah diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang. Spesies T. drescheri digolongkan ke ordo Hymenoptera, famili Apidae, bangsa Meliponini, genus Trigona Jurine, dan subgenus Tetragonula Moure (Lewbart 2012; Michener 2007; Sakagami dan Inoue 1985). Bahan lain yang digunakan adalah stup lebah, atap asbes, dan atap PVC transparan putih.

Alat

(13)

3 Prosedur

Identifikasi Trigona

Tiga lebah pekerja yang terbang keluar dari tiap stup diambil dan dimasukkan ke botol berisi alkohol 70% (Gambar 1) lalu ditutup rapat. Botol tersebut telah diberi label sesuai nomor stup asal lebah pekerja. Keenam botol yang sudah terisi sampel lebah pekerja diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.

Persiapan Stup, Naungan, dan Koloni

Papan kayu dipotong dan dipaku membentuk balok persegi panjang untuk dijadikan stup T. drescheri (Gambar 2). Stup berjumlah enam buah, terdiri dari tiga stup beratap asbes dan tiga stup beratap PVC. Pada salah satu sisi stup disediakan lubang berdiameter 1 cm sebagai pintu keluar-masuk lebah. Setiap stup diberi nomor sesuai perlakuan dan ulangan.

Gambar 2 Ukuran dan bentuk stup T. drescheri

Stup digantung di bawah naungan dengan posisi sebagaimana ditampilkan pada Gambar 3, yakni letak atap sedikit miring untuk menghindari air hujan membasahi pintu stup. Sisi atap yang posisinya lebih rendah menghadap utara agar panas dan sinar matahari pagi dan sore hari dapat diperoleh dengan mudah. Jarak antar kotak dalam satu naungan adalah 5 cm.

(14)

4

Trigona drescheri diperoleh dari dinding dan rusuk rumah gadang yang sudah tidak dihuni. Sarang dikeluarkan perlahan kemudian dimasukkan ke stup yang telah dibuat, tiap koloni ditempatkan dalam satu stup.

Pengumpulan Data

Penimbangan bobot stup dan koloni dilakukan di awal dan akhir pemeliharaan dengan timbangan digital. Aktivitas terbang (jumlah lebah yang masuk dan keluar stup) selama 30 hari dicatat setiap satu jam sekali selama 10 menit, dimulai dari pukul 07.00-18.00 menggunakan handcounter. Temperatur dan kelembaban relatif udara serta intensitas cahaya diukur sesaat sebelum aktivitas terbang diukur dengan thermohygrometer dan luxmeter di bawah atap perlakuan. Jenis tanaman di sekitar stup juga dicatat.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua perlakuan dan tiga ulangan untuk setiap perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah 1) atap asbes yang tidak tembus sinar matahari; dan 2) atap PVC yang tembus sinar matahari. Model matematika menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah:

Yij= μ+Pi+εij

Analisa Data

Data aktivitas terbang di kedua atap dianalisis dengan uji-t, sedangkan di antara waktu pengamatan diuji dengan analisis ragam. Pengaruh suhu atau kelembaban relatif terhadap aktivitas di kedua atap dianalisis dengan uji-t. Data yang dianalisis merupakan hasil perkalian antara suhu atau kelembaban dan aktivitas terbang di setiap naungan. Koefisien korelasi serta determinasi suhu, kelembaban relatif, dan intensitas cahaya terhadap aktivitas terbang dihitung dengan program Microsoft Excel 2007. Semua data dianalisis pada taraf uji 5%. Perkembangan bobot koloni (PBK) dihitung dengan persamaan:

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Nagari Sumanik (0.39 oLS; 100.58 oBT) berada di 10 kilometer di utara Kota Batusangkar dan 4 kilometer di timur Nagari Rao-Rao, letak geografis dalam wilayah administratif Kabupaten Tanah Datar (BNPB, 2009) dapat dilihat pada Gambar 4. Nagari Rao-Rao (0.38 oLS; 100.56 oBT) merupakan salah satu lokasi ditemukannya spesimen T. drescheri (Sakagami dan Inoue 1985), yang berada pada ketinggian 695 meter di atas permukaan laut. Terdapat banyak rumah gadang yang tidak dihuni di lokasi ini, sehingga T. drescheri membangun koloni pada celah sisi jendela dan pintu yang terbuat dari kayu, sebagaimana yang ditemukan oleh Sakagami dan Inoue (1985) di Nagari Rao-Rao.

(16)

6

Tabel 1 Tanaman sumber pakan dan resin dalam radius 100 meter Nama Tanaman Nama Latin Sumber Pakan

Pollen Nektar Resin

Tanaman sumber pakan di lokasi penelitian tidak diamati berdasarkan musim berbunga. Penelitian selanjutnya disarankan mengamati musim berbunga tanaman pakan. Menurut Guntoro (2013), ketersediaan pakan dan musim berbunga mempengaruhi ativitas terbang Trigona.

Aktivitas Terbang T. drescheri

Total aktivitas terbang T. drescheri di bawah atap asbes dan PVC selama 30 hari masing-masing berkisar antara 7-423 ekor dan 19-639 ekor. Kisaran tersebut lebih tinggi dari T. laeviceps di kebun polikultur selama tiga bulan yaitu 44-277 ekor (Guntoro 2013). Perbedaan tersebut kemungkinan ada hubungannya dengan perbedaan spesies dan bobot awal koloni yang digunakan. Rataan bobot koloni awal T. drescheri dalam penelitian ini adalah sebesar 173.33-223.33 gram, lebih tinggi dari T. laeviceps yang diamati Guntoro (2013) di kebun polikultur (60.71 gram). Hilario et al (2000) menyatakan bahwa lebah pekerja pada koloni yang lebih besar memiliki aktivitas terbang yang lebih tinggi.

Hasil uji t menunjukkan bahwa perbedaan bahan atap berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap rataan aktivitas terbang T. drescheri. Rataan aktivitas terbang lebah T. drescheri yang berada di bawah atap asbes nyata lebih rendah dari atap PVC(P<0.05), yaitu 288.57±146.45 ekor dibandingkan 443.42±209.74 ekor, hasil ini mempengaruhi produktivitas lebah.

Waktu dalam satu hari berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap aktivitas terbang T. drecheri, baik di bawah atap asbes maupun PVC, dan aktivitas tertinggi pada pukul 15.00-17.00. Rataan terendah pada kedua atap terjadi pada pukul 07.00. Waktu hingga pukul 17.00 menyebabkan aktivitas terbang T. drescheri

(17)

7

Keterangan : = Atap Asbes; = Atap PVC;

a, b : Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan rataan aktivitas harian yang berbeda pada atap asbes (P<0.05);

m, n : Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan rataan aktivitas harian yang berbeda pada atap PVC (P<0.05);

*,** : Superskrip tanda bintang yang berbeda menunjukkan rataan aktivitas harian yang berbeda pada atap asbes dan PVC (P<0.05)

Gambar 5 Aktivitas terbang T. drescheri pada atap asbes dan PVC

Perbedaan tersebut ada hubungannya dengan perbedaan lokasi dan kemungkinan perbedaan spesies dan tanaman yang ada disekitar lokasi penelitian. Lokasi yang lebih dekat dengan garis khatulistiwa menyebabkan lama siang hari di Nagari Sumanik lebih panjang, matahari terbit pada pukul 06.30 dan terbenam pada pukul 18.40, sedikit berbeda dengan tempat lain termasuk di Kecamatan Cijeruk (Jawa Barat) yang pada umumnya matahari terbit sekitar pukul 06.00 dan terbenam sekitar pukul 17.30. Aktivitas yang masih tinggi pada pukul 18.00 disebabkan cahaya matahari yang masih terlihat pada jam tersebut, dan menurun pada saat matahari mulai terbenam pada pukul 18.30.

Jenis dan ketersediaan tanaman sumber pakan mempengaruhi pola aktivitas terbang Trigona. Di Nagari Sumanik terdapat 10 tanaman sebagai sumber pakan T. drescheri. Tanaman pakan yang terbatas dan kehadiran koloni liar (2 koloni) di lokasi pengamatan menyebabkan lebah pekerja dari koloni yang dipelihara beraktivitas terbang lebih tinggi untuk mendapatkan pakan yang cukup. Koloni

Trigona, sesuai karakteristiknya (Siregar 2012) mencari pakan secara beramai-ramai untuk mengatasi persaingan antar sesama lebah terhadap sumber pakan yang terbatas.

(18)

8

lebih dari tiga bulan untuk membangun koloni sehingga waktu pemanenan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang relatif cepat (Salatnaya 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemindahan atau pemecahan koloni disarankan dilakukan pada musim tanaman berbunga sehingga pakan tersedia secara cukup untuk lebah.Selain dipengaruhi oleh pakan, lokasi, dan bobot awal, aktivitas terbang pekerja pada koloni yang dipelihara juga dipengaruhi oleh faktor iklim.

Pengaruh Suhu di Kedua Atap terhadap Aktivitas Terbang T. drescheri

Kisaran suhu lingkungan pada naungan yang beratap asbes dan PVC masing-masing adalah 22.14-30.30 oC dan 22.22-30.44 oC. Sebagian besar panas matahari yang menembus lapisan atap PVC menyebabkan naungan tersebut dapat meneruskan panas yang diterima. Selain itu naungan yang dibuat hanya di bagian atas stup sehingga sirkulasi udara bebas dan suhu udara di bawah atap PVC tidak terlalu panas (ilustrasi pada Gambar 6).

Gambar 6 Ilustrasi aliran udara di bawah naungan

Sirkulasi udara yang lancar menyebabkan pertukaran udara yang lancar di bawah atap PVC sehingga peralihan dari panas ke dingin atau sebaliknya berjalan normal. Penjelasan tersebut merupakan penyebab suhu di bawah atap PVC tidak terlalu berbeda dari suhu udara di bawah atap asbes.

(19)

9

Keterangan : = Aktivitas pada Atap PVC; = Aktivitas pada Atap Asbes; = Suhu di Bawah Atap PVC; =Suhu di Bawah Atap Asbes

Gambar 7 Aktivitas terbang T. drescheri pada berbagai suhu lingkungan di lokasi penelitian (a) serta aktivitas terbang dan suhu lingkungan selama waktu pengamatan (b)

Hasil pada Gambar 7a menunjukkan bahwa, hingga suhu 30 oC, rataan aktivitas terbang lebah yang diberi naungan atap asbes dan PVC meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Hal tersebut dibuktikan melalui nilai koefisien korelasi yang tinggi, yaitu 0.980 dan 0.976 masing-masing untuk atap asbes dan PVC. Korelasi positif antara suhu dan aktivitas terbang juga berlaku pada spesies

stingless bees lainnya, yaitu Plebeia pugnax Moure di São Paulo (23 oLS; 46 oBB) (Hilario et al.2001), M. asilvai Moure di Santa Terezinha (10 oLS; 50.50 oBB) (Souza et al. 2006), dan T. laeviceps di Jawa Barat (Guntoro 2013).

Koefisien determinasi suhu terhadap rataan aktivitas terbang di bawah atap asbes dan PVC berturut-turut adalah 0.962 dan 0.953. Kurva aktivitas terbang T. drescheri di bawah atap asbes dan PVC masing-masing 96.2% dan 95.3% menjelaskan bahwa respon aktivitas terbang ditentukan oleh suhu. Penelitian terdahulu (Guntoro 2013) pada T. laeviceps di kebun polikultur menunjukkan hasil aktivitas terbang yang lebih rendah dibandingkan T. drescheri yang diberi naungan asbes dan PVC (96.2% dan 95.3%).

Hasil uji t menunjukkan pengaruh suhu terhadap rataan aktivitas terbang T. drescheri di bawah atap asbes nyata lebih rendah (P<0.05) dari pada PVC.

Stingless bees seperti serangga lainnya, memiliki sistem pengaturan panas

heterothermic. Sistem tersebut menyebabkan suhu tubuh cepat berubah sesuai suhu lingkungan sekitar (Matthews dan Matthews 2010). Ukuran tubuh yang kecil

y = -2,102x2+ 162,4x - 2575

22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00

(20)

10

(4.8-4.9 mm) (Sakagami dan Inoue 1985), dan luas permukaan tubuh lebih besar menyebabkan T. drescheri lebih mudah kehilangan panas, namun juga cepat memperoleh panas dari lingkungan.

Perbedaan suhu lingkungan yang terjadi, walaupun dalam jumlah kecil, sangat mempengaruhi suhu tubuh T. drescheri. Hal ini diindikasikan oleh jumlah individu lebah yang melakukan aktivitas terbang berbeda antara kedua jenis atap naungan. Pada perbedaan suhu kedua jenis atap sebesar 0.14 oC (Asbes: 30.30 oC; PVC: 30.44 oC), diperoleh selisih rataan aktivitas terbang sebesar 192,67 ekor.

Aktivitas terbang T. drescheri di bawah atap asbes dan PVC mengalami peningkatan sebesar 84 dan 152 ekor pada suhu 25 oC dan mencapai peningkatan optimal pada suhu sekitar 30 oC. Spesies stingless bees lainnya seperti M. asilvai

Moure dan Tetragona clavipes aktivitas terbangnya mengalami peningkatan bertahap hingga mencapai suhu 27 oC dan 33 oC (Souza et al. 2006 dan Rodrigues

et al. 2007).

Waktu dari pukul 07.00 hingga 14.00 menyebabkan suhu di bawah atap asbes dan PVC mengalami peningkatan dengan suhu lingkungan maksimal 30.30 o

C dan 30.44 oC di bawah atap asbes dan PVC (Gambar 7b). Suhu kemudian mengalami penurunan secara bertahap selama pengamatan hingga pukul 18.00. Udara merupakan konduktor panas yang buruk sehingga peningkatan suhu udara tidak langsung terjadi pada saat yang sama ketika panas dari matahari merambat ke bumi (Ahrens 2012). Panas dari matahari tidak langsung meningkatkan suhu udara karena dibutuhkan waktu beberapa lama agar panas yang diterima permukaan bumi merambat ke udara. Hal tersebut menjelaskan suhu udara masih meningkat hingga mencapai puncaknya saat pukul 14.00 lalu suhu udara menurun hingga matahari terbenam sekitar pukul 18.00.

Suhu udara yang relatif rendah (22-23 oC) di pagi hari menyebabkan jumlah lebah T. drescheri yang melakukan aktivitas terbang sedikit (7-48 ekor pada atap asbes dan 19-93 ekor pada atap PVC) (Gambar 7b). Panas dari permukaan tanah yang mulai merambat dan terkumpul ke udara pada siang hari menyebabkan peningkatan aktivitas T. drescheri. Aktivitas terbang yang tinggi pada pukul 15.00-17.00 (423-414 ekor pada atap asbes dan 620-639 ekor pada atap PVC) terjadi karena suhu udara masih meningkat dan terjadi akumulasi maksimum pantulan panas dari permukaan tanah masih ke udara. Pada pukul 18.00 suhu udara menurun secara perlahan, T. drescheri masih melakukan aktivitas terbang, dan berhenti beaktivitas setelah matahari terbenam, yaitu pukul 18.40.

Faktor suhu dalam budidaya Trigona sangat penting untuk lebah pekerja dapat beraktivitas optimal. Kisaran suhu yang harus dipertahankan dalam budidaya T. drescheri adalah 25-30 oC. Nilai koefisien korelasi dan determinasi suhu terhadap rataan aktivitas terbang T. drescheri pada atap asbes dan PVC tidak berbeda jauh, namun berdasarkan hasil uji t terhadap pengaruh suhu dengan aktivitas terbang, atap PVC dapat dijadikan sebagai pilihan utama sebagai bahan naungan stup T. drescheri.

Pengaruh Kelembaban Relatif Kedua Jenis Atap terhadap Aktivitas Terbang T. drescheri

(21)

11 60%-78% merupakan kisaran optimal untuk rataan aktivitas terbang T. drescheri

dalam penelitian ini berdasarkan Gambar 8a. Kisaran yang hampir sama juga terjadi pada M. bicolor bicolor yaitu pada 60-89% (Hilario et al. 2000) dan T. laeviceps pada 68%-83% (Guntoro 2013).

Perbedaan kelembaban relatif yang tidak terlalu jauh antara perlakuan atap asbes dan PVC terjadi karena penyebab yang sama dengan kecilnya perbedaan suhu udara. Bangunan naungan masih dapat dilalui udara dengan bebas sehingga udara akan melewati bangunan naungan dalam waktu yang singkat dengan asumsi kecepatan angin yang sama di bawah kedua bangunan naungan. Menurut Hepbrun dan Radloff (2011), kelembaban relatif juga mempengaruhi aktivitas terbang lebah. Pengaruh kelembaban relatif terhadap aktivitas terbang dapat dilihat pada Gambar 8a.

Keterangan : = Aktivitas pada Atap PVC; = Aktivitas pada Atap Asbes;

= Kelembaban Relatif di Bawah Atap PVC; = Kelembaban Relatif di Bawah Atap Asbes

Gambar 8 Aktivitas terbang T. drescheri pada berbagai kelembaban relatif di lokasi penelitian (a) serta aktivitas terbang dan kelembaban relatif selama waktu pengamatan (b)

Berbeda dengan pengaruh faktor suhu terhadap aktivitas terbang, peningkatan kelembaban relatif di bawah atap asbes dan PVC menurunkan rataan aktivitas terbang T. drescheri. Hubungan tersebut diindikasikan oleh garis regresi yang menurun ke kanan bawah. Nilai korelasi antara kelembaban relatif dan

61,00 66,00 71,00 76,00 81,00 86,00 91,00

(22)

12

rataan aktivitas terbang di bawah atap asbes dan PVC masing-masing 0.979 dan 0.984 menjelaskan bahwa kelembaban relatif memiliki hubungan kuat dengan rataan aktivitas terbang T. drescheri. Korelasi negatif kelembaban relatif terhadap rataan aktivitas terbang juga terjadi pada spesies stingeless bees lainnya seperti M. bicolor bicolor (Hilario et al. 2000), M. asilvai Moure (Souza et al. 2006), dan T. laeviceps di Kecamatan Cijeruk (Guntoro 2013).

Koefisien determinasi kelembaban relatif terhadap rataan aktivitas terbang lebah yang dipelihara di bawah atap asbes dan PVC berturut-turut adalah 0.960 dan 0.970. Kurva rataan aktivitas terbang T. drescheri di bawah atap asbes dan PVC (Gambar 8a) menjelaskan bahwa respon aktivitas terbang ditentukan oleh kelembaban relatif untuk masing-masing perlakuan adalah 96%-97%. Kelembaban relatif juga memberi pengaruh pada rataan aktivitas terbang spesies

stingless bees lainnya seperti T. laeviceps, namun pengaruh yang dihasilkan lebih rendah dari T. drescheri, yaitu 61%.

Pengaruh kelembaban relatif dengan respon rataan aktivitas terbang T. drescheri di bawah atap asbes lebih rendah dari hasil yang diperoleh pada atap PVC (P<0.05). Stingless bees merupakan serangga yang berukuran hampir sama dengan semut. Serangga kecil yang memiliki laju metabolisme tinggi cenderung lebih aktif bila berada pada keadaan lingungan yang tidak terlalu lembab (Lighton and Bartholomew 1988). Stingless bees akan mengalami peningkatan laju metabolisme ketika terbang, yang menyebabkan meningkatnya laju respirasi (Chown dan Nicolson 2004). Cairan dari dalam tubuh akan keluar melalui organ respirasi agar sisa metabolisme dapat keluar dan proses metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancar. Kelembapan relatif yang tinggi akan menghambat pengeluaran cairan dari dalam tubuh ketika terbang. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme dari dalam tubuh terhambat keluar dan proses metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Kelembapan relatif yang terlalu rendah akan mempercepat keluarnya cairan dari dalam tubuh saat terbang dan tubuh akan kekurangan cairan dalam jumlah banyak.

Aktivitas terbang T. drescheri akan meningkat seiring meningkatnya suhu dan waktu pengamatan hingga pukul 14.00, namun akan menurun bila kelembaban relatif meningkat (Gambar 8b). Kelembaban relatif akan berkurang semakin siang hari dan meningkatnya suhu udara. Hal tersebut disebabkan suhu udara yang semakin panas akan meningkatkan pergerakan molekul uap air dan kecenderungan terjadinya kejenuhan uap air akan berkurang sehingga kelembaban relatif akan berkurang (Ahrens 2012).

Berdasarkan hasil uji t, pengaruh kelembaban relatif dengan rataan aktivitas terbang menunjukkan bahwa atap PVC dapat disarankan sebagai salah satu pilihan untuk pembuatan bahan naungan stup T. drescheri sehingga dapat diperoleh aktivitas terbang yang optimal. Kelembaban relatif yang tinggi (92%) pada pukul 07.00-08.00 dapat menghambat aktivitas terbang, namun kendala tersebut dapat diatasi dengan menurunnya kelembaban relatif menjadi 87% pada pukul 09.00. Menurut Sihombing (2005), tanaman menghasilkan nektar yang banyak saat kelembaban tinggi dan tidak terjadi penguapan nektar sehingga

(23)

13 Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Aktivitas Terbang T.drescheri

T. drescheri di bawah atap asbes dan PVC mulai beraktivitas pada kisaran intensitas cahaya 1.23-10.49 kilolux dan 1.91-46.05 kilolux. Kisaran tersebut lebih rendah dari yang dibutuhkan T. laeviceps untuk beraktivitas di kebun polikultur (4.01-140.46 kilolux) (Guntoro 2013).

Atap PVC yang transparan akan meneruskan sebagian besar cahaya matahari ke stup, berbeda dengan atap asbes yang tidak transparan sehingga mengurangi aliran cahaya matahari ke stup. Intensitas cahaya yang terbaca pada stup di bawah atap asbes bersumber dari cahaya yang datang dari sisi-sisi naungan. Stup di bawah atap PVC mendapatkan intensitas cahaya lebih tinggi karena disamping cahaya matahari yang menembus lapisan transparan PVC, juga berasal dari sisi naungan. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas terbang lebah menurut Hepburn dan Radloff (2011) adalah intensitas cahaya. Pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas terbang T.drescheri yang diamati dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Koefisien korelasi dan determinasi intensitas cahaya terhadap rataan

aktivitas terbang T. drescheri di bawah naungan asbes dan PVC Jenis Atap Koefisien Korelasi

Nilai koefisien korelasi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa intensitas cahaya memiliki hubungan yang rendah dengan rataan aktivitas terbang T. drescheri. Koefisien determinasi (44.6%) menjelaskan bahwa respon aktivitas terbang ditentukan oleh intensitas cahaya, atap asbes memberikan respon yang rendah terhadap aktivitas terbang T. drescheri. Data aktivitas terbang T. drescheri di bawah atap PVC tidak bisa dijelaskan karena nilai determinasi (16.2%) sangat rendah untuk dapat menjelaskan hubungannya dengan aktivitas terbang lebah. Hasil yang sama juga dilaporkan terjadi pada P. pugnax Moure (Hilario et al.

2001), yang menunjukkan rendahnya pengaruh intensitas cahaya terhadap aktivitas terbang.

(24)

14

Keterangan : = Kurva Suhu Udara; = Kurva Intensitas Cahaya;

Gambar 9 Hubungan waktu pengamatan, suhu, dan intensitas cahaya pada atap asbes dan atap PVC

(25)

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Aktivitas terbang T. drescheri lebih tinggi pada stup yang diberi naungan atap PVC dibandingkan yang diberi naungan atap asbes. Korelasi positif antara suhu dan kelembaban relatif berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.

Saran

Naungan stup budidaya disarankan tidak berdinding agar sirkulasi udara berjalan lancar dan mikroklimat di bawah naungan relatif stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Ahrens CD. 2012. Essentials of Meteorology, an Invitation to the Atmosphere, Sixth Edition. California (US): Brooks/Cole.

[BNPB] Badan Nasional Penanggulanagn Bencana (ID). 2009. Peta administrasi Kabupaten Tanah Datar [Internet]. [diunduh 2012 November 21]. Tersedia dari http://http://geospasial.bnpb.go.id/2009/10/13/peta-administrasi-kabupaten-tanah-datar/.

Chown SL, Nicolson SW. 2004. Insect Physiological Ecology: Mechanisms and Patterns. New York (US): Oxford University Press.

Guntoro YP. 2013. Aktivitas dan produktivitas lebah Trigona laeviceps di kebun polikultur dan monokultur pala (Myristica fragrans) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Heard TA. 1999. The role of stingless bees in crop pollination. Annu. Rev. Entomol. 44: 183-206.

Hepburn HR, Radloff SE. 2011. Honeybees of Asia. New York (US): Springer. Hilario SD, Imperatriz-Fonseca VL, Kleinert A de MP. 2000. Flight activity and

colony strength in the stingless bee Melipona bicolor bicolor (Apidae, Meliponinae). Rev. Brasil. Biol. 60(2): 299-306.

Hilario SD, Imperatriz-Fonseca VL, Kleinert A de MP. 2001. Responses to climatic factors by foragers of Plebeia pugnax Moure (In Litt.) (Apidae, Meliponinae). Rev. Brasil. Biol. 61(2): 191-196.

Kubitzki K. 1998. Flowering Plants. Monocotyledons: Alismatanae and Commelinanae (except Gramineae). Germany (DE): Springer.

Lewbart GA. 2012. Invertebrate Medicine. West Sussex (GB): John Wiley & Sons, Inc.

(26)

16

Litz RE. 2009. The Mango: Botany, Production and Uses. Oxfordshire (GB): CABI Publishing.

Lotfy M. 2006. Biological activity of bee propolis in health and disease. Asian Pac J Cancer Prev. 7: 22-31.

Mahindru. 2007. Beekeeping. India (IN): APH Publishing.

Matjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Cetakan ke-2.Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Matthews RW, Matthews JR. 2010. Insect Behavior. New York (US): Springer. Michener CD. 2007. The Bees of The World. Maryland (US): The Johns Hopkins

University Press.

[PPP] Pusat Perlebahan PRAMUKA. 2003. Lebah Madu Cara Beternak dan Pemanfaatan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Rodrigues M, Santana WC, Freitas GS, Soares AEE. 2007. Flight activity of

Tetragona clavipes (Fabricius, 1804) (Hymenoptera, Apidae, Meliponini at the São Paulo University Campus in Ribeirão Preto. Biosci. J. 23(1): 118-124. Sakagami SF, Inoue T. 1985. Taxonomic notes on three bicolorous Tetragonula

stingless bees in Southeast Asia. Kontyu, Tokyo 53(1): 174-189.

Salatnaya H. 2012. Produktivitas lebah Trigona spp. sebagai penghasil propolis pada perkebunan pala monokultur dan polikultur di Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sihombing DTH. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Siregar HCH, Fuah AM, Octaviany Y. 2011. Propolis Madu Multikhasiat. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Siregar HCH. 2012. Komunikasi pada Trigona. Tidak dipublikasikan.

Souza BA, Carvalho CAL, Alves RMO. 2006. Flight activity of Melipona asilvai

(27)

17 Lampiran 1 Uji t rataan aktivitas terbang

Rataan Aktivitas Terbang

Lampiran 2 Analisis ragam waktu pengamatan terhadap aktivitas terbang pada atap asbes

Source DF SS MS F P

PUKUL 11 707 831 643 48.3 3.67 0.0037 Error 24 420 572 175 23.8

Total 35 1 128 403

Lampiran 3 Uji banding Tukey HSD waktu pengamatan pada atap asbes terhadap respon aktivitas terbang dan menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB tahun 2009.

Organisasi yang pernah diikuti Penulis adalah Paduan Suara Mahasiswa Agria Swara (bendahara humas, tahun 2011-2012) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB (staf public relations, tahun 2010-2011). Penulis juga aktif sebagai dalam kepanitiaan seperti kepala divisi public relations

Bina Desa Fapet IPB 2011 dan kepala divisi PDD pada Fapet Goes to Pimnas

2011 dan D’Catra 2011. Penulis juga tergabung dalam tim PKMP Trigona yang

Gambar

Gambar 2  Ukuran dan bentuk stup T. drescheri
Gambar 3  Model naungan dan penempatan stup berdasarkan arah mata angin
Gambar 4. Nagari Rao-Rao (0.38 oLS; 100.56 oBT) merupakan salah satu lokasi
Gambar 5  Aktivitas terbang T.  drescheri pada atap asbes dan PVC
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral.. Penyebab stenosis

Pekerjaan Persiapan pada Pekerjaan Pembangunan Dan Perluasan Masjid Shiraathal Mustaqim (Tahap III) sebagai lanjutan pekerjaan harus dimanfaatkan secara efektif

A. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis, koordinasi, pembinaan dan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang perhubungan. Melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan

Penelitan ini bertujun untuk mengetahui tentang 1) penanaman peguatan peduli lingkungan hidup melalui gerakan pramuka pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ngemplak

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat temuan hasil investigasi penelitian yang memuat beberapa faktor tandingan (rival explanations) yang juga menjadi penyebab masalah kurang saji

Skripsi yang berjudul &#34;Perbedaan Keakuratan Dimensi Panjang Gigi Kaninus Rahang Atas Pada Tipe Kepala Brakicephalic Dengan Modifikasi Sudut Penyinaran Vertikal Menggunakan

Beberapa media cetak diatas adalah media cetak yang dibuat untuk media promosi acara Pemilihan Cak dan Ning Surabaya, dengan warna terang dan model yang ceria mewakili