• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batuan Beku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Batuan Beku"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Batuan Beku

Muhammad Alifan S. D

270110130107 Fakultas Teknik Geologi

Jalan Raya Jatinangor Kabupaten Sumedang

ABSTRAK

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi. Proses kristalisasi magma terjadi akibat penurunan suhu pada magma. Proses pembekuan akan menghasilan struktur yang beragam pada batuan beku. Kenampakan fisik serta kandungan batuan beku akan menentukan deskripsi dan klasifikasi

PENDAHULUAN

Bumi dapat didefinisikan sebagai sebuah benda padat yang tersusun dari serangkaian bola konsentris, yang setiap bagiannya terbuat dari material-material yang berbeda dalam hal komposisi dan sifat mekaniknya. Material-material tersebut diantaranya batuan yang berbeda-beda pula materi penyusunnya. Salah satu diantaranya adalah batuan beku.

Mayoritas batuan ada di kerak bumi adalah batuan beku. Presentasi keterdapatan batuan beku di kerak bumi adalah 64,7 %. Sementara batuan sedimen dan metamorf hanya 7,9 % dan 27,4 %. Bagi seorang geologist yang profesinya berkaitan erat dengan bagian dalam dari bumi, menguasai pengetahuan tentang batuan beku menjadi sangat penting.

METODOLOGI

Metode yang digunakan adalah studi literatur. Sumber-sumber yang dikutip adalah buku dan halaman di internet.

(2)

PEMBAHASAN

Pengertian Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500o–2.500oC dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Batuan beku merupakan produk akhir dari magma, yang merupakan suatu massa larutan silikat panas, kaya akan elemen-elemen volatil, dan terbentuk jauh di bawah permukaan bumi melalui reaksi panas (fusion) dari massa padatan. Bagian dari pelarutan pada bagian tengah lapisan kerak bumi (hasil dari magma primer), biasanya mempunyai komposisi basaltik, dan muncul di permukaan bumi melalui proses erupsi membentuk batuan volkanik atau ekstrusif, atau melalui pen-injeksian pada perlapisan atau rekahan-rekahan dalam kerak bumi pada kedalaman yang bervariasi membentuk batuan hipabissal (hypabyssal rocks). Magma-magma lain yang berasal dari larutan basaltik yang melalui proses differensiasi kadang-kadang juga muncul ke permukaan bumi.

Mineral-mineral yang pertamakali mulai mengkristal dari basalt (pada temperatur 11000C – 12000C) membentuk mineral spinels (kromit) & sulfida, mineral-mineral jarang, serta logam-logam berharga (spt platinum), yang sering dikenal sebagai mineral-mineral aksesoris yang terbentuk dalam jumlah yang sedikit pada tipe batuan tersebut.

Kadang-kadang pada temperatur terendah (pada range temperatur pembentukan), mengkristal silikat yang kaya akan besi & magnesium (olivin), sodium & kalsium (piroksen), serta kadang-kadang juga mengandung potasium & air (mika dan amfibol). Seri (reaksi-reaksi) pembentukan mineral pada batuan beku (basaltis) dipelajari oleh N.L. Bowen, dan urutannya dikenal dengan Deret (Series) Reaksi Bowen

Proses Kristalisasi Magma

Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya

(3)

menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi. Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.

Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass).

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair.

Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya.

Struktur Batuan Beku

Berdasarkan strukturnya batuan beku dibagi kedalam dua kelompok utama yaitu tipe batuan beku ekstrusif dan intrusif. Struktur ekstrusif dibentuk ketika magma dipaksa keluar ke permukaan. Struktur intrusif merupakan struktur yang terbentuk dibawah permukaan.

Struktur ekstrusif terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.(ex : basalt, andesit)

Hasil intrusi magma yang mengkristal akan membentuk sebuah struktur batuan intrusif,. Jika magma tersebut mengkristal dilingkungan yang berair, struktur yang cenderung terbentuk adalah Pillow Lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal karena cenderung mengikuti wujud air.

(4)

Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Jika struktur tersebut terlihat sebagai lapisan-lapisan dikarenakan magma mengkristal secara periodik struktur tersebut disebut Sheeting Joint, sedangkan Columnar Joint terbentuk akibat adanya kontraksi pada proses pendinginan sehingga mengghasilkan kekar-kekar yang tegak lurus.

Apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku struktur tersebut disebut Masif

Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur. Apabila lubang-lubang tersebut berukuran lebih besar dan arahnya tidak teratur struktur tersebut disebut Skoria. Jika lubanglubang gas tersebut terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti mineral silikat atau karbonan, magma tersebut akan membentuk struktur batuan beku Amigdaloidal.

Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi

Struktur intrusif terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar (ex : gabro, diorite, dan granit)Struktur batuan beku intrusif dapat terlihat dipermukaan bumi akibat adanya aktifitas tektonik seperti pengangkatan ataupun aktifitas erosi sehingga batuan beku intrusif dapat tersingkap dipermukaan.

Batholith dan lopolith merupakan dua jenis struktur intrusif yang paling besar, dapat mencapai 100 km2 luasnya. Semetnara batuan plutonik dengan luas tubuh kurang dari 100 km2 dinamakan stock. Pada literatur terdahulu, batholith seringkali digambarkan memiliki tepi yang curam, tubuh silinder dengan kedalaman yang cukup dalam. Dan tidak memiliki dasar. Sementara penelitian terbaru menggambarkan batholith itu merupakan tubuh intrusi berbentuk lensa raksasa. Tapi apapun bentuknya batolith tetap merupakan jenis intrusi plutonik paling besar.

Dike merupakan tipe intrusi dikordan. Hadir dalam berbagai bentuk dan komposisi dan dapat simple (terbentuk dari satu kali intrusi), multiple (dua kali intrusi), atau composite (beberapa kali intrusi dengan tipe magmayang berbeda).

Laccolith, phacolith, dan sill merupakan struktur konkordan (sejajar dengan lapisan batuan) dengan ukuran yang sedang. Laccolith lebih pendek dan lebih tebal dari sill dan memiliki cembungan yang lebih menjorok keatas mendorong layer diatasnya. Phacolith merupakan intrusi yang lenticular (membentuk lensa) yang berada pada sumbu lipatan (Gilbert 1980). Dike merupakan (pluton berbentuk tabular) yang memanjang dari atas ke bawah, Gilbert menginterpretasuikannya sebagai asal muasal magma pembawa laccolith, namun saat ini pernyataan ini masih kontroversi dan pelru bukti lanjut.

Lopolith merupakan struktur tubh batuan beku intrusif dengan bentuk atap yang melengkung (cekung). Meskipun struktur ini tidak umum dijumpai tapi merekamenarik diplajari khususnya untuk komposisi batuan yang basa dan ultrabasa karena alasan ekonomis

(5)

Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.

Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.

Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah :

Nama Batuan Kandungan Silika

Batuan Asam Lebih besar 66 %

Batuan Menengah 52 – 66 %

Batuan basa 45 – 52 %

Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah:

Nama Batuan Kandungan Silika

Leucocratic 0 – 33 %

Mesocratic 34 – 66 %

(6)

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :

A. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah. B. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap. C. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.

Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.

Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:

1. Batuan Dalam. Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.

2. Batuan Gang. Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik. 3. Batuan Gang. Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.

4. Batuan Lelehan. Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu :

 keluarga granit –riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya melebihi plagioklas.

 keluarga granodiorit –qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar

(7)

 keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir

 keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar

 keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi plagioklas

 keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar

 keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagioklas melimpah

 keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar

 keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir

 keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

Deskripsi Batuan Beku

1. Warna Batuan

Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

2. Struktur Batuan

Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan.

3. Tekstur Batuan

Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:

(8)

 Derajat kristalisasi

 Kemas

 Bentuk Kristal

 Bentuk Mineral

4. Komposisi Indeks Warna Mineral

Penentuan indeks warna mineral berdasarkan kandungan mineral mafic atau felsic. Dibagi menjadi :

a. Leucocratic : Kandungan mineral mafic 0 – 30 % b. Mesocratic : Kandungan mineral mafic 30 – 60 % c. Melanocratic : Kandungan mineral mafic 60 – 90 % d. Hypermelanic : Kandungan mineral mafic 90 – 100 %

5. Komposisi Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat, yaitu : a. Kelompok Granit – Rhyolit

Berasal dari magma yang bersifat asam, tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, terkadang terdapat hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah kecil.

b. Kelompok Diorit – Andesit

Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terusun oleh mineral plagiokklas, hornblende, piroksen, dan kuarsa biotit, ortoklas dalam jumlah kecil.

c. Kelompok Gabbro – Basalt

Tersusun dari magma basa dan terdiri dari mineral-mineral olivin, plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.

d. Kelompok UltraBasa

Terutama tersusun oleh olivin, dan piroksen. Minera lain yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.

Contoh Batuan Beku

(9)

Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, mempunyai banyak warna umumna putih, kelabu, merah jambu atau merah. Warna ini disebabkan oleh variasi warna dari mineral feldspar. Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap di permukaan bumi karena adanya erosi dan tektonik. Granit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam. Di Indonesia, granit terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya (Papua), dan lain-lain. Granit dapat digunakan sebagai bahan pengeras jalan, pondasi, galangan kapal, dan bahan pemoles lantai, serta pelapis dinding.

2. Granodiorit

Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di alam dalam bentuk batolit, stock, sill dan retas yang tersebar

di bukit Barisan, Sumatera.

3. Diorit

Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan Banjarnegara. Diorit dapat digunakan untuk pengeras jalan,

(10)

pondasi, dan lain-lain.

4. Gabro

Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang. Dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam, sehingga baik untuk lantai atau pelapis dinding. Di Pulau Jawa, batuan ini terdapat di Selatan Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu, dan Pemalang.

5. Andesit

Andesit adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit, mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung hornblenda disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut andesit piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.

(11)

6. Basal

Basal adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari gabro, mineralnya berbutir halus, berwarna hitam. Gunungapi di Indonesia umumnya menghasilkan batuan basal dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Basal yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel. Basal umumnya berlubang-lubang akibat bekas gas, terutama pada bagian permukaannya.

7. Batukaca (Obsidian)

Batukaca adalah batuan yang tidak mempunyai susunan dan bangun kristal (metamorf). Batukaca terbentuk dari lava yang membeku tiba-tiba, dan banyak terdapat di sekitar gunungapi. Pada umumnya berwarna coklat, kelabu, kehitaman atau tidak berwarna (putih seperti kaca). Batukaca yang dihancurkan dengan ukuran kecil dan dicampur dengan semen, dapat dibuat granit buatan. Di zaman purba, batuan ini banyak digunakan untuk membuat mata lembing, mata panah,

dan lain-lain.

8. Batu Apung

Batu Apung dibentuk dari cairan lava yang banyak mengandung gas. Dengan keluarnya gas dari cairan lava akan menimbulkan lubang-lubang atau gelembung-gelembung pada lava yang telah membeku. Lubang-lubang ini berbentuk bola, ellips, silinder atau tak teratur bentuknya. Dengan adanya lubang-lubang ini membuat batuapung jadi ringan. Di Indonesia batuapung yang terkenal dihasilkan oleh Gunung Krakatau. Demikian juga batuapung dapat dibuat dengan cara

(12)

memanaskan batuan obsidian hingga gasnya keluar.

KESIMPULAN

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Struktur batuan beku dibedakan berdasarkan tempat pembekuannya, yaitu intrusive dan ekstrusif. Klasifikasi batuan beku didasarkan pada komposisi senyawa kimia atau komposisi meniral. Deskripsi batuan beku mencakup warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi indeks warna mineral, dan komposisi mineral.

DAFTAR PUSTAKA

Borerro, Fransesco dkk. 2008. Earth Science: Geology, the Environment, and the Universe.

Glencoe

Anonim (2008, April). Batuan Beku. Diperoleh 15 Oktober 2014 dari http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/batuan-beku_3785.html

Anonim. Batuab Beku. Diperoleh 15 Oktober 2014 dari http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-beku/

Anonim (2009, 13 Agustus). Petrologi Batuan Beku. Diperoleh 15 Oktober 2014 dari http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/

Referensi

Dokumen terkait

Batuan beku berasal dari bahasa latin Inis yang artinya api (fire). Batuan beku terbentuk akibat pembekuan cairan magma baik di dalam maupun di atas

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma. Magma merupakan cairan silikat kental yang panas dan pijar yang mengandung beberapa

(3) Kelompok batuan beku intermediate (4) Kelompok batuan beku asam... Dengan demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas dapat dibagi menjadi 3 jenis,

Dari teksturnya yang phaneric dan interlocking, batuan tersebut terbentuk dari proses pendinginan magma yang lama dalam kedalaman yang relative dalam sehingga terbentuk

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma. Magma merupakan cairan silikat kental yang panas dan pijar yang mengandung beberapa

Proses terbentuk : Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku di dalam dapur magma, sehingga batu ini merupakan jenis batu beku

BATUAN BEKU Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pendinginan magma baik diatas permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi Batuan beku terbagi atas dua jenis yaitu batuan