LAPORAN
PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR ACARA II : PENGENALAN BATUAN BEKU
OLEH : MUH. ALANSAR
D061231028
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA 2023
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kebumian yang mempunyai peranan penting dalam bidang pertambangan. Geologi mempelajari batuan metamorf, meliputi genesa, Struktur, Tekstur, dan Komposisi mineral.
Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi. Batuan didefenisikan sebagai kumpulan dari satu atau lebih mineral yang terbentuk di alam secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi. Batuan adalah materi yang terbentuk secara alamiah, telah terkonsolidasikan, terdiri dari satu jenis mineral (monominerallic) atau lebih dan umumnya terdiri dari agregat/kumpulan dari beberapa mineral yang berbeda.
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan.
\
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari praktikum ini adalah praktikan diharapkan dapat memahai apa itu batuan beku. Adapun tujuan dari dilakukannya pratikum ini:
1. Praktikan dapat mendeskripsikan setiap sampel batuan beku dilihat dari warna, tekstur, struktur, komposisi mineral, dan nama batuan.
2. Praktikan mampu memahami genesa batuan metamorf.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengenalan batuan beku adalah:
1. Lembar Kerja Praktikum
2. ATK
3. Pensil Warna
4. Komparator Bauan Beku
5. Lup
6. Penggaris 7. Jas Lab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.. (Djauhari Noor, 2012).
Batuan Beku ( Igneous rock ) : adalah merupakan kumpulan interlocking agregat mineral mineral silikat hasil pendinginan magma . Maka jelaslah kalian dalam memahami batuan beku, kalian tidak bisa lepas dari pemahaman mengenai magma sebagai bahan asal dari seluruh batuan beku.
(Walter T. Huang , 1962 ).
2.1 Struktur Batuan Beku
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan.
Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku 2.1.1 Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolite
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
h. Skoria, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
i. Pumisan ; bila lubang-lubang gas saling berhubungan 2.1.2 Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Gambar 2.1 Bagan Struktur Batuan Beku Intrusif
A. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
B. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
a. Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar
yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil. .. (Djauhari Noor, 2012).
2.2 Tekstur Batuan Beku
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau keadaan yang erat antara unsur-unsur mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan. Tekstur dalam batuan beku di bagi menjadi beberapa faktor, antara lain ; tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granulitas dan hubungan antar butir (fabric).
2.2.1 Tingkat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang di hasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tingkat kristalisasi batuan beku dapat di bagi menjadi :
a. Holokristalin . Bila seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral.
b. Hypokristalin/Hypohyalin/Merokristalin Bila batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan gelas.
c. Holohyalin. Bila seluruh batuan tersusun oleh gelas.
2.2.2 Ukuran Kristal
2.2.3 Granulitas.
Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukran butir dari kristal penyusun batuan. Granulitas pada batuan beku non fragmental dapat di bagi menjadi beberapa macam yaitu:
a. Equigranular. Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang
seragam. Tekstur equigranular di bagi menjadi :
Fanerik granular Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang
dan berukuran seragam. Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran- ukuran Halus, apabila ukuran diameter rata-rata kristal individu @ 1 mm. - Sedang, apabila ukuran diameterkristal-kristal antara 1 mm – 5 mm. - Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm – 30 mm. - Sangat kasar apabila ukurannya A 30 mm.
Gambar 2.2.3 Tekstur Fanerik Glanular
Afanitik. Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga
tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur afanitik dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah Mikrokristalin dan Kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan mikroskop, sedangkan Kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan mikroskop.
Gambar 2.2.3 Tekstur Afanitik
b. Inequigranular. Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila
ukurankristapembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi
kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.
Gambar 2.2.3 Tekstur Faneropofiritik
Pirfiroafanitik Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.
Gambar 2.2.3 Struktur Pirfiroafanitik
glas (glassy) Batuan beku dikatakan memiliki tekstur glas apabila semuanya tersusun atas glas.
2.2.4 Bentuk Kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
2.3 Klasifikasi Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya. Dibawah ini akan diterangkan lebih lanjut dari penggolongan batuan beku.
2.3.1 Klasifikasi Berdasar Genetik Dari Batuan Beku
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :
a. Batuan Ekstrusi / batuan Vulkanik b. Batuan Intrusi / batuan Plutonik
Gambar 2.3.1 Genetik batuan beku ekstrusi dan batuan beku intrusi
Adapun secara garis besar Karakter dari batuan beku Ekstrusi dan batuan beku Intrusi dapat dibedakan sebagai berikut :
2.3.2 Contoh Batuan Beku Ekstrusi / Batuan Vulkanik
Gambar 2.3.2 Batuan Beku Ekstrusi / Batuan Vulkanik
.
2.3.3 Contoh Batuan Beku Intrusi / Batuan Plutonik
Gambar 2.3.3 Batuan Beku Intrusi / Batuan Plutonik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang dilaksanakan di ruangan Laboratorium Sedimentologi, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin pada hari Selasa 12 September 2023 pukul 13.00-15.00 WITA.
3.2. Tahapan Penelitian
Adapun tahapan pada praktikum kali ini terdiri dari : 3.2.1 Tahap Pendahuluan
1. Asistensi acara 2. Tugas Pendahuluan 3. Responsi
3.2.2 Tahap Praktikum
1. Mengambil foto sampel menggunakan kamera hp 2. Mebuat sketsa sampel
3. Mengisi LKP
4. Ulangi hingga sampel kelima 3.2.3 Analisis Data
1. Melengkapi isi LKP yang kurang dan memperbaiki yang keliru 2. Membuat laporan
3. Asistensi minimal tiga kali 3.2.4 Laporan
1. Asiten membimbing praktikan untuk membuat laporan 2. Asisten memperbaiki laporan praktikan hingga ACC 3. Melakukan kembali asitensi hingga laporan disetujui.
Gambar 3.1 Diagram Alir
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PERSIAPAN
PRAKTIKUM
ANALISA DATA
LAPORAN
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
a. Laboratorium
Dapat memberi dukungan dalam hal kelengkapan praktikum yaitu kursi agar praktikum bisa berjalan dengan baik serta tetap menjaga
kebersihan laboratorium.
b. Asisten
Saran saya untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam menjalankan praktikum dan tetap semangat untuk kedepannya.
c. Praktikan
Saran saya untuk praktikan yaitu tetap menjaga kebersihan saat masuk ke dalam laboratorium agar tidak mengganggu praktikan yang lainnya, serta lebih rajin untuk melakukan asistensi.
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)
Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova
Katili. Dr. Prof. 1976. Pengantar Geologi Dasar. Jakarta: Djaya Makmoer.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press.
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press.