• Tidak ada hasil yang ditemukan

Torism developmemnt strategy at Tamansari Tourism Village Bogor Regency.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Torism developmemnt strategy at Tamansari Tourism Village Bogor Regency."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI DESA WISATA TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

ASEP T. TARYANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Wisata Tamansari Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian belakang tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(3)

SUMMARY

ASEP T. TARYANA. Torism Developmemnt Strategy at Tamansari Tourism Village Bogor Regency. Under direction of E.K.S. HARINI MUNTASIB and ARZYANA SUNKAR.

The tourism is a one of development is not only but to conserve nature and culture has a tourism atraction that provide equitable benefits for all in accordance with the character of area, environment, social context and cultural dynamics that can create a harmony between the needs of tourists and tourism attractions. Tourism atraction contained in rural. One form of that is implemented in Indonesia is the establishment of Village Tourism, as Candirejo in Magelang, Tanjung village, Brayut village, Pentingsari village and Cadran village in Jogyakarta. This study aimed to formulate strategies for tourism development in Tamansari Village. Tamansari is one of the villages potential in Bogor Regency to developed into a tourism village that has a natural appeal (Curug Nangka waterfall, Setu Tamansari, panoramic of Gunung Salak), culture (Kampung Budaya Sindangbarang, Pura Agung Parahyangan Jagatkarta, Vihara Siyosu Niciren Indonesia, traditional art), ecoturism (ornamental plants, passion fruit, fungi) and other (Rumah Sutra, centres of footwear idustry). Existing in the Tamansari Village tourism activities undertaken by the local community such as providing homestay, handycraft, local guides and food and beverages. However, the tourism village development has not optimal.

The research was conducted in the Tamansari Village of Bogor Regency . It was chosen because determined to be the Tourism Village. The methodology was descriptive and data were collected by means of in-depth interview, focus group discussion and direct observation with 20 community responden and 15 key informan (head of willage, community personage, head of distric and head of culture and tourism board) and Tourism Village board. Tabulation analysis was used to describe tourism attractions within the village and also the local participation, while tourism development strategies used SWOT analysis. Research findings indicated Tamansari village has a good tourism atraction Community participation in Tamansari Village implementation stage by providing home stays, becoming guides, producing local handicrafts and involvement in cultural events. The other manage Tamansari lake provide bambu rafting, fishing. In the culture even community was participation in Upacara Seren Taun in Kampung Budaya Sindangbarang.

SWOT analysis resulted in that the internal weakness matched with external opportunities. The strategy thus would be to find ways to protect, reinforced and possibly extend the internal weakness. Some possible strategies therefore would be to use the goverment facilitation of tourism village promotion, tourism package arranged and collaboration with stakeholders. Other strategies include goverment make tourism village development planning.

(4)

RINGKASAN

ASEP T. TARYANA. Strategi Pengembangan Pariwisata Di Desa Wisata Tamansari Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan ARZYANA SUNKAR.

Pariwisata sebagai salah satu kegiatan pembangunan tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek dan daya tarik wisata yang memberikan manfaat secara adil bagi semua sesuai dengan karakter wilayah, kondisi lingkungan, konteks sosial dan dinamika budaya yang mampu menciptakan keselarasan, senergitas antara kebutuhan wisatawan dan atraksi wisatanya. Atraksi terdapat didaerah pedesaan dan perkotaan. Pengembangan pariwisata perdesaan di Indonesia dikembangkan melalui Desa Wisata, seperti di Candirejo di Magelang, Desa Tanjung, Desa Brayut, Desa Pentingsari, Desa Cadran dan beberapa desa lain wisata di Yogyakarta, Desa Waerobo di Nusa Tenggara Barat (Indecon 2008). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari. Tamansari merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang potensial dikembangkan menjadi desa wisata yang memiliki daya tarik alam (Curug Nangka, Setu Tamansari, Panorama alam Gunung salak), budaya (Kampung Budaya Sindangbarang, Pura Agung Parahyangan Jagatkarta, Vihara Siyosu Niciren Indonesia, kesenian tradisional), agrowisata (tanaman hias, markisa, jamur) dan daya tarik lainnya (Rumah Sutera, sentra idustri alas kaki) . Di Desa Tamansari sudah ada kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat setempat seperti penyediaan homestay, usaha kerajinan, pemandu wisata lokal dan penyedian makan minum. Namun desa wisata tersebut sampai saat ini belum optimal dalam pengembangannya.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Desa tersebut dipilih karena sudah ditetapkan menjadi Desa Wisata. Metodologi yang digunakan yaitu metode deskriptif dan data diambil melalui wawancara mendalam, fokus grup diskusi dan pengamatan langsung dengan jumlah responden 20 orang masyarakat dan informan kunci 15 orang terdiri dari pemerintah (Kepala Desa dan Tokoh masyarakat, Camat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata), Pengurus Desa Wisata dan tokoh masyarakat. Data yang diperoleh diolah dengan cara ditabulasi dan kemudian dianalisis untuk menggambarkan atraksi wisata yang ada di desa dan juga parisipasi lokal, selanjutnya untuk strategi pengembangan pariwisata digunakan analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukan Desa Tamansari mempunyai daya tarik wisata yang baik. Peran masyarakat di Desa Tamansari dilakukan dengan menyediakan homestay, pemandu wisata, usaha kerajinan dan pelaku seni. Partisipasi lainnya adalah masyarakat menyediakan makan minum di lokasi daya tarik wisata seperti di Curug Nangka, Bumi perkemahan Sukamantri dan Pura Parahyangan Agug Jagatkarta. Masyarakat juga sudah ada yang mengelola Setu Tamansari menjadi obyek wisata dengan menyediakan rakit bambu, pemancingan, sepeda air. Pada acara budaya juga masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan uacara seren taun yag diselenggarakan di Kampung Budaya Sindang Barang.

(5)

koordinasi para pihak, kesadaran SDM untuk melayani wisatawan masih lemah dan sarana prasarana penunjang belum ada). Faktor eksternal peluang (pasar wisatawan yang terbuka, sudah banyak pengunjung yang datang, aksesibilitas yang mudah), ancaman (tidak ada kejelasan kebijakan tata ruang, adanya pengaruh budaya asing terhadap budaya masyarakat dan adanya citra negatif dalam kegiatan wisata). Strategi yang dipilih yaitu Pemerintah Daerah memfasilitasi promosi Desa Wisata, menyusun paket wisata dan bekerjasama dengan pihak luar serta pemerintah membuat perencanaan pengembangan Desa Wisata

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

(7)

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA

DI DESA WISATA TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

ASEP T. TARYANA

Tesis

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains

Pada

Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Wisata Tamansari Kabupaten Bogor

Nama : Asep T. Taryana

NIM : E352090101 Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS

Ketua Anggota

Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Majemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL... ... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

II. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Dan Luas ... 5

Kondisi Fisik ... 5

Kependudukan ... 6

Aksesibilitas ... 6

Daya Tari Wisata Desa Tamansari ... 6

III. METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian ... 10

Alat Penelitian ... 10

Metode Penelitian ... 10

Metode Pengumpulan Data ... 10

Pengolahan dan Analisis Data ... 12

Pengolahan Data ... 12

Analisis Data ... 12

(11)

ii

Daya Tarik Wisata Desa Tamansari ... 13

Partisipasi Masyarakat Dalam dalam Kegiatan Pariwisata di Desa Tamansari ... 15

Perencanaan Pengembangan Pariwisata Desa Tamansari ... 18

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengembangan Pariwisata Desa Tamansari ... 19

Analisis SWOT Pengembangan Pariwisata Desa Tamansari... ...21

Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Desa Tamansari...29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(12)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 11

5. Analisis Faktor Internal ... 14

6. Analisis Faktor Eksternal ... 14

7. Matriks SWOT ... 14

8. Keterlibatan Masyarakat dalam Kegiatan Pariwisata ... 16

9. Faktor Kekuatan (strength) Desa Tamansari... 21

10. Faktor Kelemahan (weakness) Desa Tamansari ... 21

11. Faktor Peluang (opportunity) Desa Tamansari ... 22

12. Faktor ancaman (threat) Desa Tamansari ... 22

13. Hasil Matriks SWOT ... 23

14. Rataan Skor Faktor Internal ... 24

15. Rataan Skor Faktor eksternal ... 25

16. Pembobotan Faktor Internal ... 26

17. Pembobotan Faktor Eksternal ... 26

18. Analisis Faktor Internal ... 27

19. Analisis Faktor Eksternal ... 27

(13)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Bagan Alir Penelitian ... 3

2. Lokasi Penelitian ... 5

3. Peta Lokasi Daya Tarik Wisata dan Obyek pendukung lainnya ... 9

4. Diagram Analisis SWOT ... 15

(14)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Gambar DayaTarik Wisata Desa Tamansari ... 34

2. Panduan Wawancara Mendalam ... 39

3. Panduan Focus Group Discussion ... 41

4. Panduan Wawancara Terstruktur Untuk Masyarakat... ...42

(15)

1

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI DESA WISATA TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pariwisata pada saat ini merupakan sektor andalan dan unggulan penghasil devisa terbesar dengan menempati posisi kelima penyumbang devisa sebesar 8,58 milyar US$ (Kemenparekraf, 2012) yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Pariwisata memiliki peluang besar menjadi media yang aplikatif dan efektif untuk menanggulangi kemiskinan (Sukmana 2010). Pariwisata sebagai salah satu kegiatan pembangunan tidak hanya memanfaatkan tetapi sekaligus melestarikan obyek dan daya tarik wisata yang memberikan manfaat secara adil bagi semua sesuai dengan karakter wilayah, kondisi lingkungan, konteks sosial dan dinamika budaya yang mampu menciptakan keselarasan, senergitas antara kebutuhan wisatawan dan penyedia oleh masyarakat lokal.

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, pemerintah daerah.

Gunn (1994) mendefinisikan wisata sebagai suatu pergerakan sementara manusia menuju tempat lain dari tempat tinggal dan bekerja asalnya, selama tinggal ditempat tujuan tersebut melakukan kegiatan dan diciptakan fasilitas untuk mengakomodasikan kebutuhan. Gunn (1994) juga menyatakan bahwa suatu kawasan dikembangkan untuk tujuan wisata karena terdapat atraksi yang merupakan komponen dari suplai. Atraksi tersebut merupakan alasan terkuat untuk suatu perjalanan wisata, (dapat berupa ekosistem, tanaman langka, landmark, atau satwa)yang dapat ditemukan di perkotaan dan perdesaan.

(16)

2

Muallisin (2007), Untari (2009) dan Guzman et al. (2011) menyebutkan bahwa pariwisata berbasis masyarakat berarti pengembangan pariwisata dengan tingkat keterlibatan masyarakat setempat yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan dari aspek sosial dan lingkungan hidup. Mbaiwa (2010) menyebutkan desentralisasi sumber daya kepada masyarakat lokal tidak saja akan meningkatkan kekuatan dan kontrol terhadap sumber daya lokal tetapi juga akan memperbaiki sikap penduduk kearah pemeliharaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Desa Tamansari di Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor sebagai Desa Wisata melalui surat keputusan Kepala Desa Tamansari nomor 520/15/2004/2011. Sebelum menjadi Desa Wisata, Desa Tamansari dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Bogor sebagai kawasan wisata terpadu Tamansari yang dimulai dari tahun 2009. Desa Wisata Tamansari juga menjadi salah satu lokasi pengembangan Desa Wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui program PNPM pariwisata sejak tahun 2011. Beberapa daya tarik utama di Desa Wisata Tamansari adalah Setu Tamansari, Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, Rumah Sutera dan agrowisata (tanaman hias, markisa). Beragam kegiatan pariwisata di Desa Tamansari yang dilakukan oleh masyarakat setempat seperti rumah sutera, wisata pendidikan jamur, penyediaan homestay dan penyedian makan minum di lokasi daya tarik wisata. Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara daya tarik, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Wiendu, 1993). Desa Wisata berbeda dengan daya tarik wisata lainnya karena seluruh aktivitas dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. Seluruh kehidupan dan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa berada di dalam wilayah desa sehingga memungkinkan wisatawan untuk berinteraksi sebagai partisipan aktif.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari Kabupaten Bogor. Strategi pengembangan pariwisata tersebut tentunya harus sesuai dengan kondisi dan keinginan dari masyarakat itu sendiri. Sehingga bisa menghasilkan suatu strategi yang relevan dan dapat diaplikasikan dalam pengembangan pariwisata di Desa Tamansari.

Perumusan masalah

Pengembangan pariwisata di Desa Wisata, tentunya akan melibatkan masyarakat sebagai subjek pelaksana dari kegiatan parwisata tersebut, hal ini jelas akan memberikan kontribusi terhadap sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan masyarakat lokal. Masyarakat yang ada disekitar objek dan daya tarik wisata berperan penting tidak hanya dalam proses pelaksanaan wisata secara langsung tetapi juga dalam pengelolaan kawasan wisata tersebut nantinya. Peran masyarakat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas bagi wisatawan dan menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar wisata dapat berjalan terus.

(17)

3

pengembangan pariwisata adalah tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dan adanya wadah lembaga (organisasi).

Pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari pada saat ini sudah mempunyai organisasi pengelola tetapi dalam pelaksanaannya belum ada kerjasama dengan masyarakat hal tersebut diungkapkan oleh ketua Desa Wisata Tamansari (komunikasi pribadi 25 Oktober 2011). Kerjasama dalam modal sosial, menurut Hasbulah (2006) digolongkan dalam unsur jaringan sosial (social network) dan unsur kepercayaan (trust). Modal sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam suatu pengembangan ekowisata sebagaimana disampaikan oleh Oktadiyani (2010) dan Rahmawati (2010) yang menyimpulkan bahwa kepercayaan dan partisipasi dalam jaringan adalah dua modal sosial yang paling berpengaruh terhadap pengembangan kegiatan wisata. Modal sosial masyarakat dapat menjadi dasar dalam menentukan strategi pengembangan pariwisata oleh semua pihak termasuk pemerintah daerah.

Pemerintah Daerah berfungsi sebagai fasilitator dan regulator dalam pembangunan, termasuk pembangunan sektor pariwisata. Pengembangan sektor pariwisata yang ada di suatu daerah akan berbeda kebijakannya sesuai dengan potensi dan karakter daya tarik yang dimiliki oleh daerah tersebut, begitu juga kebijakan terhadap pengembagan pariwisata di Desa Tamansari.

Pengembangan pariwisata harus dipersiapkan untuk mampu mengatasi dampak negatif dari kegiatan wisata yang ada baik terhadap sumberdaya wisata di desa mereka, sehingga dibutuhkan suatu strategi dalam pengembangannya. Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana peran masyarakat dalam pengembangan wisata di Desa Tamansari? 2) Bagaimana Kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan pariwisata di Desa Tamansari ? 3) Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan wisata Desa Tamansari? 4) Bagaimana strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Desa Tamansari ?

Kerangka pemikiran

(18)

4

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun strategi pengembangan pariwisata di Desa Tamansari melalui :

1. Identifikasi peran masyarakat dalam pengembangan wisata. 2. Identifikasi kebijakan Pemerintah Daerah.

3. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan pariwisata.

4. Menyusun strategi pengembangan pariwisata di Desa Tamansari.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam rangka penelitian Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakatdi Desa Tamansari ini adalah :

1. Mendorong masyarakat untuk mengembangkan potensi wisata yang dimiliki guna meningkatkan pembangunan desa.

2. Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam pengembangan wisata di Desa Tamansari.

Desa Wisata Tamansari

Daya Tarik Wisata Dayatarik Alam

 Dayatarik Religi

Dayatarik Budaya

Kehidupan masyarakat

Peran Masyarakat Partisipasi Masyarakat

Kerjasama dengan pihak luar

Keterlibatan masyarakat

Analisis SWOT

Strategi Pengembangan Pariwisata Desa Wisata Tamansari Kebijakan Pemerintah

Daerah Kebijakan

Pengembangan wisata

Kebijakan Insentif

Kebijakan Investasi

Kebijakan Pemerintah Penilaian Sumber

(19)

5

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak dan Luas

Desa Tamansari merupakan salah satu desa yang secara administratif berada di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Desa Tamansari terletak di kaki Gunung Salak, dengan luas wilayah desa 614 ha. Adapun batas-batas desa adalah :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajadi. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukamantri.

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pasir Eurih dan Desa Sukajaya.

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kawasan Perum Perhutani dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Jarak pusat pemerintahan desa dengan kantor Kecamatan Tamansari yaitu 0,5 km, dengan Kota Bogor 14 km, dengan Ibukota Provinsi 120 km, dan dengan Ibukota Negara (Jakarta) 60 km (Desa Tamansari 2011).

Sumber Dinas tata Ruang dan Pertanahan 2012

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Kondisi Fisik

Keadaan topografi Desa Tamansari umumnya berbukit dengan ketinggian 500-700 mdpl. Bentuk wilayah datar sampai berombak 20%, berombak sampai berbukit 20%, berbukit sampai gunung 60%. Suhu minimum 22ºC dan suhu maksimum 27ºC.

Lahan Desa Tamansari terdiri dari lahan basah yaitu sawah dengan tipe sawah tadah hujan/sawah rendengan seluas 10 Ha, pemukiman penduduk seluas 4Ha, hutan heterogen/hutan lindung seluas 600 Ha (Desa Tamansari 2011).

(20)

6

Kependudukan

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan wawancara dengan pemerintah Desa Tamansari jumah penduduk desa sebanyak 10.086 jiwa yang terdiri dari laki-laki 5.529 jiwa dan perempuan 5.297 jiwa, dari jumlah tersebut usia produktif sebanyak 7.578 jiwa tersebar pada 37 rukun tetangga dan 9 rukun warga yang dibagi kedalam 3 dusun. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani yaitu 5.304 jiwa, PNS 757 jiwa, karyawan swasta 378 jiwa, wirausaha 300 jiwa, jasa 380 jiwa dan lain-lain 350 jiwa (Desa Tamansari 2011).

Berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat yang ada di Desa Tamansari sebagian besar lulus sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 1.250 orang, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) 556 orang, lulus Sekolah Menenga Atas (SMA) 303 orang, lulus akademi dan perguruan tinggi 188 orang.

Aksesibilitas

Aksesibilitas Desa Tamansari dilalui oleh jalan kabupaten diaspal lebar 6 meter yang menghubungkan antara Kabupaten Bogor dengan Kota Bogor walaupun lebar jalan masih kurang lebar dengan kondisi kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Selain itu dihubungkan juga oleh jalan kecamatan antara Desa Tamansari dengan Desa lainnya yang ada di Kecamatan Tamansari dan merupakan akses menuju beberapa potensi wisata yang ada.

Selain kondisi dan ketersediaan jalan, aksesibilitas juga dilihat dari jarak tempuh dari pusat kota menuju Desa Tamansari. Lokasi ini berjarak sekitar ±14 kilometer dari Kota Bogor. Untuk Angkutan umum ke lokasi tersebut sangat mudah untuk didapatkan. Angkutan umum yang melewati Desa Tamansari adalah angkutan perkotaan jurusan Ciapus-Ramayana- yang beroperasi 24 jam. Angkutan Kota Jurusan Ciomas-Tamansari yang beroperasi sampai dengan jam 21.00 WIB selain itu dapat dicapai dengan kendaraan pribadi. Untuk bisa mencapai lokasi tersebut dibutuhkan waktu kira-kira ±30 menit dari pusat Kota Bogor.

(21)

7

METODE PENELITIAN

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai dengan Maret 2012.

Alat Penelitian

Berkaitan dengan survei lapangan dan pengolahan data, alat bantu yang digunakan adalah :

1. Kamera digital untuk mendokumentasikan gambar-gambar lokasi penelitian. 2. Alat Perekam Suara

3. Panduan wawancara dan Panduan FGD

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu model penelitian yang berusaha untuk membuat gambaran/paparan dan menggali secara cermat serta mendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa melakukan intervensi dan hipotesis. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok dan pengamatan langsung untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu juga menggunakan studi pustaka yang sesuai untuk penyusunan strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Desa Tamansari. Untuk mendeskripsikan daya tarik wisata dan partisipasi digunakan analisis tabulasi, sedangkan untuk menyusun strategi pengembangan digunakan analisis SWOT.

Metode Pengumpulan Data

a. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagaimana tercantum dalam tabel 1.

Tabel 1. Jenis data yang akan dikumpulkan.

No Jenis Data Sumber Data Metode Pengambilan data

1. Identifikasi faktor pendukung seperti akomodasi, fasilitas, aksesibilitas, jenis atraksi daya tarik wisata

Kantor Desa, Dinas terkait

Pengamtan lapangan, studi literatur

(22)

8

Lanjutan Tabel 1.

No Jenis Data Sumber Data Metode Pengambilan data

2.

3.

4.

Partisipasi dalam kegiatan pelatihan pariwisata Kegiatan utama masyarakat dalam pariwisata (penginapan, rumah makan, pemandu wisata), Usaha

masyarakat untuk meningkatkan wisata, Kegiatan masyarakat yang mendukung wisata.

Hubungan individu antara masyarakat dalam pengembangan wisata, Hubungan masyarakat dengan pemerintah,

Hubungan masyarakat dengan pelaku usaha wisata, , Kesiapan masyarakat terhadap wisatawan, Partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan upacara adat, Kepedulian masyarakat terhadap pelestarian seni budaya, Instansi pembina pariwisata, Langkah-langkah pengembangan wisata yang dilakukan masyarakat.

Kelembagaan wisata, menyangkut kelembagaan penggerak pariwisata, bentuk organisasi pengelolaan wisata

Masyarakat,

Teknik pengumpulan data didapat dari studi lapangan dan studi pustaka, pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak terkait.

1. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data berupa karya ilmiah, pelaporan, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian. Sumber studi pustaka adalah Kantor Desa Tamansari, Kantor Kecamatan Tamansari, Disbudpar Kab. Bogor. Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai Desa Tamansari yang kemudian diverifikasi di lapangan.

2. Wawancara

(23)

9

untuk memperoleh informasi yang representatif dari masyarakat yang ada di lokasi penelitian.

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi dengan menggali fakta dan pengalaman informan kunci (data yang berkaitan dengan penelitian). Jumlah informan kunci yang diwawancarai sebanyak 15 orang, dalam penelitian kualitatif subjek penelitian tidak harus representatif terhadap populasi (penelitian kuantitatif), melainkan representatif terhadap informasi holistik. Rincian informan kunci yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Tokoh formal (Camat, Kepala Desa, Ketua BPD) 3 orang.

b. Tokoh informal (tokoh masyarakat, tokoh kepemudaan, tokoh agama) 5 orang.

c. Forum Desa Wisata (pengurus Desa Wisata) 5 orang. d. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2 orang.

3. Diskusi Kelompok (FGD)

Diskusi kelompok dilakukan dengan cara Fokus Group Discussion (FGD) yaitu diskusi kelompok terarah yang secara khusus membicarakan tentang pengembangan pariwisata, dengan perwakilan dari unsur masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pelaku wisata, forum desa wisata dan stakeholder terkait lainnya. Diskusi kelompok ini dilakukan untuk mencari solusi pemecahan masalah dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari, berdasarkan kesepakatan dari semua peserta yang hadir dalam bentuk laporan tertulis.

4. Pengamatan Lapangan

Pengamatan di lapangan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian, terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan wisata dan sumberdaya yang bisa dijadikan daya tarik wisata.

Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan pada semua data yang diperoleh meliputi hasil inventarisasi data fisik, diskusi focus group, wawancara mendalam, studi pustaka dan observasi lapangan. Data yang diperoleh dikumpulkan diolah dalam bentuk yang mudah dimengerti dan ditafsirkan, serta disajikan menjadi suatu informasi.

b. Analisis Data

(24)

10

Data yang diperoleh diolah dengan cara ditabulasi dan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Data dianalisis dengan cara menganalisis faktor internal (kekuatan, kelemahan), dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang ada dengan menggunakan analisis SWOT. Selain itu analisis tersebut juga digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan pariwisata di Desa Tamansari. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Analisis potensi wisata di Desa Tamansari yang berhubungan dengan sumberdaya alam, budaya, adat istiadat, sarana dan prasarana penunjang. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi sumberdaya Desa Tamansari. 2. Analisis terhadap kebijakan pemerintah.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mendukung pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari. 3. Analisis terhadap strategi pengembangan pariwisata di Desa Tamansari.

Analisis ini meliputi karakteristik, partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Desa Tamansari.

Formulasi strategi disusun berdasarkan analisis yang diperoleh dari penerapan model SWOT dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penentuan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam kegiatan pengembangan pariwisata.

2. Penentuan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam kegiatan pengembangan pariwasata berbasis masyarakat.

3. Perumusan alternatif strategi pengembangan pariwisata.

Faktor internal yang mempunyai kekuatan terhadap pengembangan pariwisata di Desa Tamansari dan kelemahannya akan dikaji di lapangan. Begitu pula dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Selanjutnya dari analisis ini diperoleh strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang sesuai dengan harapan untuk mendukung kegiatan wisata yang dapat mensejahterakan masyarakat lokal yang ada di Desa Tamansari khususnya dan desa sekitar pada umumnya.

Untuk pengisian tabel, baik tabel internal maupun eksternal dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah :

1. Pengumpulan data dengan mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada. Data yang dikumpulkan diklasifikasi berdasarkan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Data diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan, wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan data sekunder dari sumber-sumber lainnya.

(25)

11

memperoleh faktor pembobotan (Bobot x Rating). Hasil yang diperoleh menunjukan rating dari unsur internal (Tabel 2).

Tabel 2 Analisis Faktor Internal (Rangkuti, 2004)

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating Keterangan

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesess) Total

3. Menentukan data faktor eksternal (EFAS). Data disusun berdasarkan tingkat kepentigan dan diberi bobot mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), total penjumlahan dari semua unsur eksternal berjumlah satu. Setiap unsur diberikan rating dengan skala 4 (sangat berpengaruh), 3 (berpengaruh), 2 (sedikit berpengaruh) dan 1 (tidak berpengaruh) berdasarkan faktor tersebut terhadap pengaruhnya bagi pengembangan wisata. Setiap bobot lalu dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan (Bobot x Rating). Hasil yang diperoleh menunjukan rating dari unsur eksternal (Tabel 3).

Tabel 3. Analisis Faktor Eksternal (Rangkuti, 2004)

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating Keterangan

Peluang (Oportunities) Ancaman (Threats)

4. Nilai Bobot dikalikan Rating akan menunjukan seberapa besarnya nilai eksternal dan internal dimana nantinya tersebut akan digunakan didalam Matrix Grand Strategi (gambar 4) yang digunakan untuk menentukan apakah pihak yang berkepentingan (pelaku) akan memanfaatkan posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada.

Untuk merumuskan arahan strategi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat digunakan pendekatan Matrik SWOT (tabel 4).

Tabel 4. Matriks SWOT (Rangkuti, 2004)

IFAS EFAS

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O)

(26)

12

1. Strategi SO : strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman

3. Strategi WO : strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

4. Strategi WT : strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Gambar 4 Diagram Analisis SWOT

Keterangan :

Kuadran 1: Mendukung strategi yang agresif, konsep strategi pada kuadran ini adalah pengembangan pariwisata pada segmen tertentu secara intensif dan lebih luas.

Kuadran 2: Mendukung strategi diversifikasi seperti pengembangan berbagai paket wisata dengan pola partisipasi.

Kuadran 3: Mendukung strategi turn around dengan orientasi putar haluan. Salah satu strategi yang diajukan adalah dengan membuka kerjasama dengan seluruh stakeholder dan memberikan berbagai intensif.

Kuadran 4: Mendukung strategi defensif, dengan meningkatkan pelayanan pengunjung.

Berbagai Peluang

3. Mendukung Strategi turn-around

1. Mendukung strategi agresif

KELEMAHAN INTERNAL

KEKUATAN INTERNAL

4. Mendukung strategi defensif

2. Mendukung strategi diversifikasi

(27)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Masyarakat dalam Pengembangan Wisata

Daya Tarik Wisata Desa Tamansari

Salah satu tujuan pengembangan pariwisata adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pariwisata dapat meningkatkan konsumsi terhadap produk lokal, mendorong pemberdayaan tenaga kerja setempat, meningkatkan fasilitas akomodasi dan pendapatan masyarakat setempat serta yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal serta keunikan lingkungan alam yang dimilikinya. Hal senada disampaikan oleh Suwantoro (1997) yang menyatakan bahwa daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah. Lebih jauh, Wiendu (2010) menyebutkan bahwa desa wisata merupakan wisata alternatif pengembangan pariwisata yang berkualitas (quality tourism) yang menawarkan harapan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat lokal. Daya tarik wisata yang dimiliki Desa Wisata Tamansari baik alam dan budaya (Tabel 5) merupakan modal utama dalam pengembangan pariwisata.

Tabel 5 Daya tarik Desa Wisata Tamansari

No Obyek wisata Daya tarik Fasilitas

1. Curug Nangka Curug dengan

ketinggian ±30 meter, terdapat juga Curug Daun dan Kawung

Areal perkemahan (camping ground), loket karcis, ruang informasi, jalan setapak, pos jaga, pondok kerja, area parkir, toko

cenderamata, rumah makan, shelter, tempat sampah, MCK,

musholla, warung makan dan minum, tempat duduk, area parkir, area outbound (flying fox).

2. Bumi Perkemahan Sukamantri

Berada di kaki Gunung Salak dan merupakan hutan tanaman (agathis, rasamala dan pinus)

Area perkemahan, pos jaga, toilet dan kamar mandi, shelter, kantor pengelola dan ruang informasi bagi

pengunjung dan warung penjual makanan

minuman.

3. Setu Tamansari Situ dengan luas ±2,4 Ha.

(28)

14

No Obyek wisata Daya tarik Fasilitas

4. Agrowisata 1. Tanaman hias

2. Markisa

3. Kebun Jamur

Tempat pelatihan, tempat pembuatan sirup markisa, tempat

pengolahan jamur

5. Rumah Sutera Kebun murbei seluas ±2 Ha, rumah

penenunan kain sutera dengan ATBM (alat tenun bukan mesin)

Penginapan (cottage) untuk pelatihan, Galeri rumah sutera, Cafe dan ruang serbaguna, Kolam renang dan playground, kolam pemancingan dan toko sovenir.

6. Pura Agung Parahyangan Jagatkarta

Pura terbesar di Jawa Barat terdiri dari Pura Padmesana, Balai Pasamuan Agung, dan Mandala Utama

Dapur, ruang makan, toilet,tempat parkir, warung makanan, kios cindramata.

7. Vihara Nichiren Syosu Indonesia

Desain bentuk

bangunan menyerupai bangunan vihara di Jepang.

Tempat parkir, toilet,

8. Kampung Budaya

Sindangbarang

Bentuk arsitektur bangunan rumah sunda, upacara adat, permainan tradisional dan adat-adat dalam budaya sunda. upacara seren taun sedekah bumi

Penginapan, toilet, arena permainan tradisional untuk anak-anak, sanggar untuk belajar menari dan alat musik sunda, saung leuit (lumbung padi), saung lisung, kolam untuk marak lauk (menangkap ikan)

Daya tarik Desa Tamansari merupakan modal dasar dalam mengembangkan Desa Wisata sesuai dengan pernyataan Sastrayudha (2010) bahwa Desa Wisata memiliki beberapa hal penting, yaitu: 1) keunikan, keaslian, sifat khas; 2) letaknya berdekatan dengan alam yang luar biasa; 3) berkaitan dengan kelompok masyarakat yang berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung; dan 4) memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar maupun sarana lainnya.

(29)

15

Rumah Sutera yang memadukan pengolahan hasil alam perkebunan dengan pengolahan kain sutera oleh masyarakat setempat. Tabel 5 juga menggambarkan ragam daya tarik alam di Desa Wisata Tamansari yaitu air terjun, situ, dan pemandangan yang dapat dinikmati melalui bumi perkemahan dan pengembangan kegiatan agrowisata. Panorama alam yang indah di Desa Tamansari yang terletak di kaki Gunung Salak juga merupakan modal dalam pengembangan wisata. Upacara Seren Taun yang diselenggarakan setiap tahunnya juga menandakan bahwa masyarakat Desa Tamansari masih memegang budaya peninggalan leluhur. Desa Tamansari dengan semua daya tarik alam dan budayanya bisa menjadi sebuah Desa Wisata yang menarik untuk wisatawan, yang pengembangannya tentunya tidak bisa terlepas dari partisipasi masyarakatnya.

Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pariwisata di Desa Tamansari

Menurut Silva (1997) partisipasi adalah keikutsertaan untuk mengambil bagian dalam suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh susunan kesatuan yang lebih besar. Pada suatu partisipasi, seseorang akan merasakan adanya keterlibatan diri secara fisik dan psikologis terhadap kelompoknya, kesediaan memberi kontribusi, kesediaan beraktivitas dengan rasa penuh tanggung jawab sehingga dapat memenuhi keinginannya.

Masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pariwisata. Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap sumberdaya wisata yang ada di lingkungannya. Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan manfaat pariwisata serta perasaan keterlibatannya maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Sastrayudha (2010) menyebutkan bahwa prinsip pengembangan Desa Wisata antara lain adalah memanfaatkan sarana dan prasarana lokal, menguntungkan masyarakat setempat, berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, dan melibatkan masyarakat setempat. Sehingga jelas bahwa dalam pengembangannya, partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam mencapai keberhasilan. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata di Desa Tamansari sampai saat ini, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pariwisata

No Daya Tarik

Wisata Peran Masyarakat Partisipasi

1. Setu Tamansari Masyarakat

memanfaatkan Setu Tamansari untuk kegiatan Wisata air (memancing, perahu air, Rakit Bambu)

Masyarakat menyediakan fasilitas dan sarana wisata seperti perahu, rakit bambu.

Masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan ada 1 kelompok

Menyediakan bunga untuk sembahyang bagi

(30)

16

No Daya Tarik

Wisata Peran Masyarakat Partisipasi

Parahyangan Jagatkarta

beribadat, menyediakan bahan makanan dan menjadi pemandu wisata lokal, kios cindramata dan sanggar seni. Masyarakat yang menjadi pemandu wisata ada 2 orang, penyedia makan minum 4 orang, penjual cendramata 2 orang dan sanggar seni 1 kelompok.

berkebun markisa dan budidaya jamur

Masyarakat menyediakan media tanaman hias, memetik buah markisa, membuat minuman dari markisa, membuat media jamur, panen jamur dan mengolah jamur. Masyarakat yang

membudidayakan tanaman hias ada 1 kelompok, petani markisa 1 kelompok dan petani jamur ada 1 kelompok.

4. Rumah Sutera Pemilik bekerja sama dengan masyarakat sekitar dalam

mengolah kokon yang tidak bisa dijadikan benang menjadi kerajinan.

Mengenalkan budidaya ulat sutera, proses pemintalan, penenunan pewarnaan kain sutera dan pembatikan. Penyediaan tempat pelatihan, penginapan dan kios cindramata.

Masyarakat yang terlibat ada 5 orang

5. Curug Nangka Masyarakat menjadi pendukung kegiatan wisata di Curug Nangka

Masyarakat menyediakan warung makanan dan minuman, cindramata di sekitar lokasi. Masyarakat yang menyediakan

makanan ada 8 orang, yang menyediakan cindramata 3 orang. wisata di Curug Nangka

(31)

17

No Daya Tarik

Wisata Peran Masyarakat Partisipasi

7. Kampung

Masyarakat dan pengelola Kampung Budaya

mengenalkan budaya sunda, bangunan rumah adat sunda, permainan tradisional, kesenian tradisional, upacara adat seren taun.

Jika dilihat dari partisipasi masyarakat Desa Tamansari dalam kegiatan wisata yang dalam hal ini dengan memberikan tenaga kerja, imbalan berupa makanan, uang tunai atau insentif material lainnya termasuk dalam tingkat partisipasi untuk mendapatkan insentif material (Pretty et al., 2010). Hal ini banyak dijumpai pada kegiatan pertanian seperti agrowisata (tanaman hias, markisa dan jamur). Petani menyediakan lahan tetapi tidak terlibat dalam eksperimen atau proses pembelajaran. Kegiatan lainnya dapat ditemukan pada kegiatan wisata di Setu Tamansari yang dikelola oleh kelompok masyarakat secara swadaya dengan menyediakan perahu, rakit bambu dan tempat pemancingan. Pada lokasi daya tarik wisata lain masyarakat menyediakan makanan dan minuman untuk pengunjung.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata di Desa Tamansari belum dapat digolongkan sebagai bentuk partisipasi mandiri karena selain partisipasi masyarakat masih bertujuan untuk mendapatkan insentif material, masyarakat juga belum terlibat dalam proses perencanaan sampai evaluasi. Pengembangan Desa Wisata seharusnya memusatkan pada partisipasi mandiri.

Pretty et al. (2010) menyebutkan bahwa partisipasi mandiri (mobilisasi diri) membutuhkan kesadaran penuh dari masyarakat, baik melalui penyadaran secara formal maupun informal. Berikut (Tabel 6) adalah tanggapan dari masyarakat, tokoh masyarakat, pengurus Desa Wisata terhadap hambatan dalam mencapai partisipasi mandiridalam pengembangan pariwisata di Desa Tamansari.

Tabel 6 Hambatan dalam Pengembangan Pariwisata Desa Tamansari

No Hambatan Pengembangan Keterangan

1. Kelembagaan Desa Wisata belum tersosialisasi kepada masyarakat

Kelompok diskusi terarah

2. Promosi Desa Wisata belum ada Kelompok diskusi terarah 3. Masyarakat hanya dilibatkan pada acara budaya

(Upacara Seren Taun)

Wawancara mendalam

4. Koordinasi masih lemah Kelompok diskusi terarah 5. Petunjuk ke arah Desa Wisata belum ada Kelompok diskusi terarah 6. Masyarakat belum terlibat dalam kegiatan

perencanaan

Wawancara mendalam

(32)

18

pengembangan Desa Wisata Tamansari diantaranya adalah bahwa kelembagaan Desa Wisata belum tersosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak anggota masyarakat yang belum mengetahuinya. Berdasarkan hasil penelitian Oktadiyani (2010) dan Rachmawati (2010), disimpulkan bahwa kepercayaan dan partisipasi dalam jaringan merupakan dua modal sosial yang paling berpengaruh terhadap pengembangan kegiatan wisata.

Modal sosial menurut Hasbullah (2006) adalah sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru. Sumberdaya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal. Dimensi modal manusia (human capital) yaitu segala keahlian yang dimiliki oleh seorang individu, sedangkan modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok Hasbullah (2006). Kepercayaan masyarakat terhadap pengurus Desa Wisata di Desa Tamansari yang rendah ditunjukkan oleh adanya kegiatan wisata yang dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa melibatkan pengelola Desa Wisata. Hal ini diungkapkan oleh petani tanaman hias yang menyebutkan bahwa pengunjung yang datang ketempat mereka tidak melalui lembaga Desa Wisata.

Lembaga Desa Wisata Tamansari sudah terbentuk, namun dalam pelaksanaannya belum berjalan sehingga wisatawan yang datang memilih langsung datang ke daya tarik wisata. Oktadiyani (2010) menyebutkan salah satu kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu organisasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan sosial. Pada pelaksanaannya, dalam pengembangan wisata di Desa Tamansari masih belum ada kerjasama antara pengelola Desa Wisata dengan masyarakat yang menjadi pelaku wisata seperti pada daya tarik tanaman hias. Koordinasi antara pengelola Desa Wisata dengan masyarakat selama ini belum terjalin dengan baik. Kegiatan pengembangan hanya dilakukan oleh pengelola khususnya Ketua Desa Wisata, sementara masyarakat masih berjalan sendiri-sendiri dalam kegiatan usaha pariwisatanya.

Keterlibatan masyarakat dalam acara kegiatan wisata hanya ditemukan pada kegiatan budaya seperti pada upacara Seren Taun. Masyarakat dari semua RT dan RW berusaha untuk menampilkan kreasi dongdang dan kesenian terbaik yang ditampilkan. Walaupun upacara Seren taun ini dilaksanakan di Kampung Budaya Sindang Barang yang berada di Desa Pasireurih, namun upacara Seren taun ini merupakan upacara adat masyarakat yang ada di Kecamatan Tamansari. Koordinasi yang baik dengan masyarakat dalam kegiatan Upacara Seren Taun tersebut tidak ditemukan pada kegiatan lainnya.

Pengembangan pariwisata memerlukan kerjasama dan partisipasi dari masyarakat dan pengelola Desa Wisata Tamansari sehingga akan terjalin kepercayaan dari kedua belah pihak.

Perencanaan Pengembangan Pariwisata Desa Tamansari

(33)

19

Wisata tetapi dilakukan bersama-sama masyarakat. Sehingga manfaatnya dirasakan oleh masyarakat itu sendiri dan memberikan dampak terhadap pembangunan desa sesuai Widiyanto, et al. (2008) yang menyebutkan bahwa dengan pengembangan Desa Wisata diharapkan mampu mendukung diversifikasi perdesaan. Sastrayudha (2010) menyebutkan bahwa dalam prinsip perencanaan yang perlu diperhatikan adalah bahwa (1) meskipun berada di wilayah pariwisata, tidak semua tempat dan zona lingkungan harus menjadi daya tarik wisata dan (2) potensi desa wisata tergantung juga kepada kemauan masyarakat setempat untuk bertindak kreatif, inovatif, dan kooperatif. Berdasarkan pendapat diatas maka dalam pengembangan Desa Wisata Tamansari perlu perencanaan yang tepat sasaran oleh lembaga Desa Wisata.

Perencanaan pengembangan pariwisata yang dilakukan lembaga Desa Wisata Tamansari adalah :

a. Pengembangan promosi yang dilakukan untuk lebih meningkatkan kunjungan wisatawan.

b. Pengembangan untuk menunjang kegiatan wisata diantaranya adalah peningkatan fasilitas wisata seperti pentaan homestay, penyiapan sarana penunjang seperti kios cendramata, pengadaan alat kesenian tradisional.

c. Peningkatan kapasitas masyarakat desa Tamansari yang bergerak dalam bidang pariwisata seperti pelatihan pemandu wisata lokal, pelatihan pengemasan cendera mata, pelatihan pengemasan makanan tradisional.

Rencana pengembangan masa yang akan datang oleh Desa Wisata Tamansari adalah memperluas diversifikasi produk yang ditawarkan kepada wisatawan melalui kegiatan-kegiatan yang berbasis wisata alam (ekowisata), penyediaan fasilitas penunjang seperti jalur traking, jalur sepeda gunung, arena outbond. Hal ini sesuai dengan Wiendu (1993) yang menyebutkan pengembangan desa wisata adalah pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa.

Pengembangan Desa Wisata Tamansari tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari semua stakeholder baik pihak swasta maupun pemerintah. Pemerintah menjadi fasilitator dan regulator dalam membuat kebijakan yang mendukung pengembangan wisata.

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengembangan Pariwisata Desa Tamansari

(34)

20

Berdasarkan keterangan dari pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Desa Tamansari dikembangkan sebagai Desa Wisata melalui Surat Keputusan Kepala Desa Tamansari Nomor 520/15/2004/2011. Desa Tamansari juga merupakan bagian dari program Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam mengembangkan kawasan wisata baru yaitu melalui program pengembangan kawasan wisata terpadu Tamansari. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2009 yang meliputi beberapa desa di Kecamatan Tamansari sebagai bagian dari program pengembangan pariwisata Kabupaten Bogor untuk menyebarkan jumlah kunjungan wisatawan yang selama ini terkonsentrasi didaerah Puncak. Program ini bertujuan untuk adanya alternatif baru bagi wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata di Kabupaen Bogor.

Pengembangan Kawasan Wisata terpadu Tamansari ini ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaan di empat Desa Wisata yaitu Desa Tamansari, Desa Pasireurih, Desa Sukajadi dan Desa Sukamantri. Pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2009 memberikan pelatihan terhadap pengurus dan masyarakat Desa wisata tentang pengelolaan Desa Wisata, teknik pemanduan dan pengemasan makanan dan minuman. Berkaitan dengan hal tersebut Sastrayudha (2010) menyebutkan Unsur penting dalam pengembangan Desa Wisata adalah pelatihan masyarakat dari berbagai tingkat pendidikan, karena jenis pariwisata ini memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan

profesional dalam pengelolaannya Pada tahun 2010 Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata memberikan pendampingan kepada pengelola Desa Wisata untuk bekerja sama dengan Perguruan Tinggi yaitu Universitas Pancasila dalam mengembangkan kegiatan wisata di Desa Tamansari.

Pemerintah Kecamatan Tamansari sangat mendukung pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang dilakukan melalui Desa Wisata dengan harapan dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Mandia (2008) menyebutkan bahwa pengembangan pariwiata berbasis masyarakat sebagai aktivitas-aktivitas masyarakat lokal untuk mempromosikan keunggulan daerahnya dan menciptakan sebuah komunitas yang dipenuhi kekuatan memanfaatkan secara penuh sumber daya alam, budaya, industri, orang-orang berbakat dan sumber-sumberdaya lokal lainnya. Keberhasilan pengembangan wisata tentunya tidak terlepas dari promosi dan pemasaran yang efektif yang bisa menjangkau calon wisatawan sesuai seperti yang disampaikan Asker et al. (2010) yang menyebutkan bahwa pemasaran akan membuka ruang bagi wisatawan untuk berkunjung. Hambatan lainnya dala pengembangan wisata adalah promosi Desa Wisata Tamansari yang belum optimal. Promosi yang sudah dilakukan adalah pembuatan leaflet pada tahun 2010 dan mengikuti pameran wisata di Jakarta pada bulan Mei 2012. Promosi lainnya melalui informasi antar individu.

Program pemerintah kecamatan dalam mendukung pengembangan Desa Wisata Tamansari yaitu dengan meningkatkan sarana infrastruktur seperti jalan lingkungan yang ada di dalam desa, penyediaan air bersih dan bantuan kepada anggota masyarakat yang terkait dalam kegiatan wisata seperti kelompok tanaman hias, budidaya jamur dan ternak kambing etawa. Menurut pihak Pemerintah Kecamatan Tamansari mereka juga mengarahkan program PNPM Perdesaan kepada Desa Wisata salah satunya Desa Wisata Tamansari.

(35)

21

program PNPM pariwisata. Pada tahun 2011 Desa Wisata Tamansari mendapatkan dana bantuan sebesar Rp. 65.000.000 untuk pengembangan Desa Wisata yang digunakan untuk pengembangan fasilitas dan peningkatan sumber daya masyarakat Desa Tamansari. Pada tahun 2012 mendapatkan dana lanjutan program PNPM pariwisata sebesar Rp. 100.000.000 yang dialokasikan untuk mempercepat pengembangan pariwisata di Desa Tamansari oleh pengelola Desa Wisata. Bantuan tersebut dipergunakan untuk menunjang kegiatan kesenian dengan membeli peralatan gamelan, penataan homestay dan pelatihan kepada masyarakat.

Analisis SWOT Pengembangan Pariwisata di Desa Tamansari

Pariwisata merupakan salah satu alat pengembangan masyarakat yang sangat signifikan, tertama pada masyarakat pinggiran atau masyarakat pedesaan. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara pemerintah, swasta, institusi pendidikan dan pelatihan, organisasi lainnya dan juga masyarakatnya itu sendiri.

Penentuan strategi pengembangan berbasis masyarakat di Desa Tamansari dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Kondisi dari dalam desa yang memiliki sifat negatif (kelemahan) dilihat sebagai faktor internal, sedangkan faktor-faktor yang tidak berasal dari dalam desa Tamansari atau faktor-faktor yang berasal dari luar desa yang berupa ancaman dan peluang disebut sebagai faktor eksternal. Dari hasil penelitian dapat ditentukan faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut :

Tabel 6. Faktor Kekuatan (strenght) Desa Tamansari

No Faktor kekuatan Keterangan

1. Memiliki daya tarik wisata yang khas

Desa Tamansari mempunyai daya tarik wisata alam dan budaya yang khas.

2. Memiliki budaya yang unik Adanya upacara Seren Taun yang rutin diselenggarakan setiap tahun

3. Masyarakat terbuka terhadap kegiatan pariwisata

Sikap masyarakat yang terbuka dalam kegiatan wisata yang ada di Desa Tamansari

Tabel 7 Faktor Kelemahan (weakness) Desa Tamansari

No Faktor Kelemahan Keterangan

1. Kurangnya promosi dan pemasaran Desa Wisata

Desa wisata Tamansari belum

dipromosikan secara luas terhadap calon wisatawan.

2. Belum ada koordinasi para pihak

(36)

22

No Faktor Kelemahan Keterangan

3. Kesadaran SDM untuk melayani wisatawan masih lemah

Lemahnya kesadaran SDM dalam

melayani wisatawan yang datang ke Desa Wisata Tamansari

4. Sarana dan prasarana penunjang Desa Wisata yang kurang

Sarana dan prasarana masih kurang seperti sekretariat Desa Wisata, papan petunjuk menuju desa dan papan petunjuk menuju obyek wisata.

Tabel 8 Peluang (oppurtunity) Desa Tamansari

No Faktor Peluang Keterangan

1. Pasar wisatawan yang terbuka

Karena letaknya yang dekat dengan pusat kota dan juga dekat dengan dengan Jakarta pangsa pasar wisatawan sangat terbuka untuk datang ke Desa Tamansari

2. Pasar wisatawan yang terbuka

Karena letaknya yang dekat dengan pusat kota dan juga dekat dengan dengan Jakarta pangsa pasar wisatawan sangat terbuka untuk datang ke Desa Tamansari

3. Sudah ada akses menuju lokasi

Akses menuju Desa Tamansari mudah dan dekat dari pusat kota

Tabel 9 Faktor Ancaman (threat) Desa Tamansari

No Faktor Ancaman Keterangan

1. Tidak adanya ketegasan kebijakan tata ruang

Tingkat penduduk pendatang yang tinggi membuat kebutuhan perumahan semakin tinggi pula tetapi kebijakan pemerintah tentang tata ruang terutama untuk perumahan penduduk tidak tegas

2. Adanya pengaruh budaya asing terhadap budaya masyarakat

Masuknya budaya dari luar sehingga

mempengaruhi budaya asli masyarakat Desa Tamansari seperti terhadap kesenian

tradisional yang sudah kurang diminati generasi muda

3. Adanya citra negatif dalam kegiatan wisata

(37)

23

Tabel 10. Matrik SWOT

Internal

Eksternal

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

1. Memiliki daya tarik wisata yang khas

2. Memiliki budaya yang unik

3. Masyarakat terbuka terhadap kegiatan

pariwisata

1. Kurangnya promosi dan pemasaran Desa Wisata

2. Belum ada koordinasi para pihak

3. Kesadaran SDM untuk melayani wisatawan masih lemah

4. Sarana dan prasarana penunjang Desa Wisata belum ada

Peluang (Opportunity)

1. Pasar wisatawan yang terbuka

2. Sudah banyak pengunjung yang

1. Tidak adanya ketegasan kebijakan tata ruang

2. Adanya pengaruh budaya asing terhadap budaya masyarakat 3. Adanya citra negatif

dalam kegiatan wisata

Strategi

(38)

24

Kedua faktor tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan serta dampak negatif yang berasal dari ancaman dan kelemahan. Dengan menggunakan faktor internal dan eksternal maka dapat diberikan bobot dan rating pada parameter yang telah ditentukan sehingga diperoleh nilai (skor).

Berikutnya adalah analisis untuk menentukan faktor internal dan faktor eksternal melalui langkah-langkah:

1. Penentuan Bobot Rating

Setelah mengidentifikasi keempat faktor internal dan eksternal (Kekuatan, Kelemahan, peluang dan Ancaman) kemudian diolah dalam bentuk tabel kuesioner untuk mendapatkan data bobot dan rating dari masing – masing faktor. Setelah data kuesioner tersebut diperoleh maka dilakukan pengolahan data kembali untuk memperoleh nilai bobot dan rating rata – rata dari masing – masing faktor.

Faktor Internal Kekuatan-Kelamahan 2. Penentuan Rating

Data yang diperoleh dari kuesioner dari masing – masing ahli kemudian akan dijadikan satu dan diolah dalam satu tabel untuk mendapatkan skor rata – rata. Tabel dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan daktor eksternal (peluang dan ancaman). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengolahan rating faktor strategis internal. Semua hasil dari kuesioner dijumlahkan dan dicari rata – ratanya untuk kemudian diperoleh rataan skor dari faktor – faktor tersebut.

Hasil perhitungan rating untuk faktor internal lebih jelasnya akan disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Rataan Skor Faktor Internal

Rating informan kunci

Memiliki daya tarik wisata

yang khas (A) 4 4 4 4 4 4 24 4,00

Memiliki budaya yang unik (B) 4 4 4 4 4 4 24 4,00

Masyarakat terbuka terhadap

kegatan pariwisata (C) 3 3 3 4 3 4 20 3,33

KELEMAHAN

kurangnya promosi dan

pemasaran Desa Wisata (D) 4 4 4 4 4 4 24 4,00

Belum ada koordinasi para

pihak (E) 4 4 3 3 4 4 22 3,66

Kesadaran SDM untuk melayani wisatawan masih lemah(F)

(39)

25

Faktor Internal

Kekuatan-Kelamahan Rating informan kunci Total

Skor

Rataan Skor

KELEMAHAN

Sarana dan prasarana

penunjang Desa Wisata belum ada(G)

4 4 4 3 4 4 23 3.83

Pada Tabel 11. didapatkan hasil bahwa nilai tertinggi dari faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) adalah 4,00 dan sementara itu nilai terendah dari faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) adalah 3,33.

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data untuk menentukan rating dari faktor eksternal. Prinsipnya sama dengan pengolahan data untuk faktor internal, hanya yang menjadi perbedaannya adalah data yang diolah merupakan data dari rekapitulasi data – data faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan Skor Faktor Eksternal

Faktor Eksternal

Pasar wisatawan yang

terbuka (A) 4 4 4 4 4 4 24 4,00

Sudah banyak

pengunjung yang datang (B)

4 4 4 4 4 4 24 4,00

Akses jalan yang mudah

(C) 4 3 3 3 4 4 21 3,50

ANCAMAN

Tidak ada ketegasan

kebijakan tata ruang (D) 3 3 4 4 3 3 20 3,33 Adanya pengaruh budaya

asing terhadap budaya masyarakat(E)

2 2 2 3 2 2 13 2,16

Adanya citra negatif

dalam kegiata wisata (F) 2 3 2 3 3 2 15 2,50

Dari Tabel 12 diperoleh informasi mengenai faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman. Nilai skor rata-rata tertinggi untuk faktor eksternal adalah

(40)

26

3. Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal

Pembobotan faktor internal dan eksternal diperoleh dari penilaian tingkat kepentingan mana yang lebih penting, sama penting dan tidak lebih penting pada masing-masing faktor internal dan eksternal. Hasil yang diperoleh pada instrumen mengenai pembobotan kemudian akan diolah dengan cara menjumlahkan skor-skor pada masing-masing faktor yang kemudian akan dibagi dengan jumlah total skor untuk setiap faktornya. Kemudian dari skor-skor tersebut akan diberikan peringkat dari yang paling besar sampai kepada yang paling kecil ditunjukan dalam tabel 13.

Tabel 13. Pembobotan faktor-faktor internal

Faktor

Dari tabel 13 diatas dapat diketahui bobot yang paling tertingi adalah poin (D,) yaitu kurangnya promosi dan pemasaran Desa Wisata dengan nilai total 23.0 dan bobot nilai sebesar 0,1489637. Faktor tersebut adalah faktor kelemahan yang ada di Desa Tamansari. Bobot terendah yaitu poin (F) belum adanya kerjasama dengan nilai total 21.3 dan nilai bobot 0.1379534. Faktor tersebut merupakan faktor kelemahan yang dimiliki Desa Tamansari.

Tabel 14 pembobotan faktor eksternal

Faktor

(41)

27

Dari hasil pembobotan faktor internal dan eksternal maka kemudian dianalisis untuk mendapatkan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Desa Tamansari. Faktor internal akan diketahui dari jumlah pembobotan antar kekuatan dan kelemahan yaitu melalui perkalian antara rating kali bobot. Sementara faktor eksternal diketahui dari penjumlahan antara peluang dan ancaman yang dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Analisis Faktor internal

FAKTOR INTERNAL

KEKUATAN Rating Bobot Rating x Bobot

Kode

Memiliki daya tarik wisata yang khas 4.0 0.144430 0.57772020 S1

Memiliki budaya yang unik 4.0 0.144430 0.57772020 S2

Masyarakat terbuka terhadap kegatan pariwisata

3.5 0.138996 0.45868725 S3

1.61 KELEMAHAN

Rating Bobot Rating x Bobot

Kode

Kurang promosi dan pemasaran Desa Wisata

4.0 0.148963 0.59585492 W1

Belum ada koordinasi para pihak 3.7 0.143134 0.51528497 W2

Kesadaran SDM untuk melayani wisatawan masih lemah

3.5 0.137953 0.48283678 W3

Sarana dan prasaran penunjang

Desa Wisata belum ada 3.8

0.147668 0.56113989

W4

2.15

Total hasil faktor internal 3.76

Tabel 16 Analisis Faktor Eksternal

FAKTOR EKSTERNAL

PELUANG Rating Bobot Rating x

Bobot

Kode

Pasar wisatawan yang terbuka 4.0 0.180653 0.722611 O1

Sudah banyak pengunjung yang datang 4.0 0.180653 0.722611 O2

Aksesibilitas yang mudah 3.5 0.180653 0.632284 O3

2.07

ANCAMAN

Tidak ada ketegasan kebijakan tata ruang

(42)

28

FAKTOR EKSTERNAL

ANCAMAN Rating Bobot Rating x

Bobot

Kode

Adanya pengaruh budaya asing terhadap budaya masyarakat

2,2 0.131702 0.289744 T2

Adanya citra negatif dalam kegiatan wisata

2,5 0.145688 0.364219 T3

1.25 Total hasil faktor eksternal 3.32

Untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Desa Tamansari maka perlu dibuat matrik space. Berdasarkan tabel IFAS dan EFAS dapat dihitung sebagai berikut :

• Kekuatan (Strenght) – Kelemahan (Weakness) = 1.61 – 2.15 = -0,54

• Peluang (Opportunity) – Ancaman (Threat) = 2.07 – 1.25 = 0.82

Gambar 5. Matrik space Desa Tamansari

Gambar 5 Matriks space

Hasil matriks space (Gambar 5) menunjukan bahwa untuk mendukung pariwisata berbasis masyarakat di Desa Tamansari maka strategi pengembangan yaitu strategi W-O (weakness – opportunity) yaitu strategi yang memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan yang ada. Peluang yang dimiliki Desa Tamansari dalam pengembangan pariwisata adalah Pasar wisatawan yang terbuka, sudah banyak pengunjung yang datang dan mempunyai sudah ada akses menuju lokasi, Peluang yang terbuka tersebut dapat diraih jika mampu meminimalkan kelemahan yang ada seperti memiliki kurangnya promosi dan pemasaran Desa Wisata, belum adanya koordinasi para pihak, kesadaran SDM dalam melayani wisatawan yang masih lemah serta sarana dan prasarana yang masih kurang .

Dari gambar 5 tersebut strategi dalam rangka meningkatkan pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari terletak pada kuadran III yang dikategorikan mendukung strategi turn around. Untuk kuadran III strategi yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan kepariwisataan di desa

Peluang (Opportunity) 2.07

0.82

Kelemahan (Weakness) 1,87 -0.54 Kekuatan (Strenght) 1.88

(43)

29

Tamansari secara teoritis dapat dikembangkan strategi dengan orientasi putar haluan. Strategi yang dapat diajukan adalah dengan membuka kerjasama dengan seluruh stakeholder dan memberikan berbagai insentif (Rangkuti 2004). Selain kerjasama yang perlu dilakukan dalam strategi ini adalah menjalin koordinasi dengan para pihak. Strategi lainnya adalah penetrasi terhadap pasar artinya promosi yang lebih gencar dan tepat sasaran sesuai dengan target pasar yang ingin diraih.

Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Desa Tamansari

Strategi menurut McNicholas (1977), Ramli (2010) adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumberdaya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi saling menguntungkan. Koteen (1991), Ramli (2010) mengatakan bahwa ada beberapa tipe strategi, antara lain (1) strategi organisasi, (2) strategi program, (3) strategi pendukung sumberdaya dan (4) strategi kelembagaan. Strategi pengembangan pariwisata menitikberatkan pada strategi pendukung sumberdaya dan strategi kelembagaan. Alternatif strategi yang dapat buat dalam mengembangkan pariwisata di Desa Wisata Tamansari dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Alternatif strategi pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari.

No Strategi Kode

Pembobotan Total Prioritas S-O

1. Menyusun paket wisata dan bekerjasama dengan pihak lain

S1+S2+ O1+O2

2.6 2

S-T

1. Pemerintah membuat perencanaan pengembangan Desa Wisata

S1+S2+T1+T 2

2.0 3

W-O

1. Bekerjasama dengan pemerintah dalam mempromosikan Desa Wisata

W1+W2+O1 =O2+O3

3.2 1

W-T

1 Sosialisasi Desa Wisata terhadap masyarakat

W2+ W3+T3 1.4 4

Berdasarkan tabel 17 dari alternatif strategi dapat diambil prioritas srategi pengembangan pariwisata di Desa Wisata Tamansari sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah memfasilitasi promosi Desa Wisata.

(44)

30

elektronik. Promosi juga bisa dilakukan dengan cara mengikuti pameran-pameran diberbagai tempat yang bisa menginformasikan keberadaan Desa Wisata Tamansari. Secara rutin di desa wisata perlu diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik wisatawan atau penduduk desa lain untuk mengunjungi desa wisata tersebut, misalnya mengadakan festival kesenian, pertandingan olah raga, dan lain sebagainya. Promosi juga harus dilakukan secara gencar dan tepat sasaran.

2. Menyusun paket wisata dan bekerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata

Strategi ini dipilih untuk memanfaatkan peluang dengan mengoptimalkan kekuatan yang ada. Daya tarik berupa keindahan alam dan budaya yang dimiliki Desa Tamansari sangat berpeluang untuk dikembangkan dalam pengembangan Desa Wisata. Kegiatan Desa Wisata selain daya tarik alam dan budaya juga menampilkan kehidupan masyarakat desa sebagi daya tarik wisata sehingga dapat digabungkan menjadi satu paket wisata yang unik dan khas. Kekayaan budaya daerah seperti kesenian daerah, upacara adat, ritual budaya dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata melalui pengemasan yang disajikan secara pofesional. Upacara tradisional yang disajikan secara berkala setiap tahun dapat menjadi penguat daya tarik wisata. Paket wisata ini tidak bisa berjalan tanpa adanya kerjasama dengan pihak luar seperti Biro perjalanan wisata.

3. Pemerintah membuat perencanaan pengembangan Desa Wisata

Strategi ini dipilih untuk meminimalkan ancaman dari pembangunan perumahan penduduk yang tidak terkendali terutama untuk lahan resapan air. Banyaknya lahan penduduk yang dijual kepada orang luar Desa Tamansari membuat tingkat pembangunan rumah semakin tinggi sehingga dikhawatirkan dapat merusak lingkungan. Kebijakan pemerintah terhadap pengembangan perwilayahan di Desa Tamansari juga perlu dipertegas dengan peraturan yang mendukung pengembangan pariwisata baik tata ruang maupun peruntukan lahan. Sehingga lahan yang dikuasai pemilik modal dapat dikerjasamakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang kegiatan pariwisata.

4. Sosialisasi Desa Wisata terhadap masyarakat

Strategi ini dipilih untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada. Kunci sukses dalam pengembangan pariwisata adalah keterlibatan masyarakat (Rahardjo, 2005). Melibatkan masyarakat secara utuh berarti menempatkan masyarakat lebih sebagai subyek bukan sebagai obyek. Desa Wisata tidak akan berkembang tanpa dukungan dari masyarakatnya sehingga pengembangan Desa Wisata Tamansari harus disosilaisasikan kepada masyarakat desa.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 3. Analisis Faktor Eksternal (Rangkuti, 2004)
Gambar 4 Diagram Analisis SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab II ini diuraikan mengenai materi-materi yang digunakan dan juga materi-materi yang mendukung pengerjaan Tugas Akhir, diantaranya adalah distribusi Weibull, fungsi

Hasil studi memperlihatkan bahwa variabel pendapatan petani karet (X 1 ) dan pendidikan petani karet (X 2 ), secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Jika Anda ingin koneksi ke lokal tidak menggunakan proxy, pada bagian No Proxy for tekan tombol Add, akan muncul dialog berikut.. Kemudian klik

Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

Jika dari hasil uji stasioneritas berdasarkan uji ADF diperoleh data seluruh variabel belum stasioner pada level, atau integrasi derajat nol I(0), maka untuk memperoleh

optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar amonia; pipet 25 mL larutan kerja dan masukkan masing-masing ke dalam erlenmeyer; tambahkan 1

Guru memperdengarkan audio berupa teks bacaan yang ada di buku melalui aplikasi Bahasa Inggris Grade 6 dan meminta siswa memberikan tanda pada kosa kata baru yang tidak

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar matematika adalah kemampuan maksimal yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika, yang