PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
TENTANG MENARCHE DI SD HARAPAN 1 MEDAN
Oleh:
SETIA YUDA NUGRAHA
080100379
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
TENTANG MENARCHE DI SD HARAPAN 1 MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH
SATU SYARAT MERAIH GELAR SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
SETIA YUDA NUGRAHA
080100379
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang
Menarche
di SD Harapan 1 Medan Nama : Setia Yuda Nugraha NIM : 080100379
Pembimbing Penguji I
(dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG(K)) (dr. Arlinda Sari W, M.Kes)
NIP: 19600116 1986111 001 NIP: 19690609 1999032 001
Penguji II
(dr. Sri Sofyani, Sp.A(K)) NIP:
Medan, Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul:
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan
Yang dipersiapkan oleh:
Setia Yuda Nugraha
080100379
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk
dilanjutkan ke Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah
Medan, 19 Desember 2011
Disetujui,
Dosen Pembimbing
(dr.Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG(K)) NIP:19600116
ABSTRAK
Latarbelakang: Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada seorang remaja putri ditandai dengan datangnya haid pertama (menarche). Apabila mereka sudah
dipersiapkan dan mendapatkan informasi yang benar tentang datangnya
menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif
lainnya. Oleh kerena itu pengetahuan yang baik mengenai menarche yang didapat
oleh remaja putri akan sangat mempengaruhi sikapnya menghadapi menarche
tersebut.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche. Metode penelitian ini
adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan sampel yang didapat
melalui metode total sampling dimana semua sample berasal dari siswi SD
Harapan 1 Medan kelas V dan VI yang berjumlah 119 orang. Kemudian peneliti
menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dan sikap sampel.
Hasil: dari hasil penelitian didapat 24,4% remaja putri memiliki pengetahuan baik dan 75,6% remaja putri memiliki pengetahuan cukup baik. Berdasarkan
sikap, didapat 70,6% remaja putri memiliki sikap yang baik dalam menghadapi
menarche dan 29,4% remaja putri memiliki sikap yang cukup baik dalam
menghadapi menarche 29,4%.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kesehatan sebagai bahan untuk penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi bagi siswi-siswinya.
ABSTRACT
Background: One of the key events that occurred in a young women is marked by the arrival of first menstruation (menarche). If they are already prepared and
get the correct information about menstruation so they will not experience the
anxiety and other negative reactions. Therefore, the good knowledge about
menarche obtained by young women will greatly affect her attitude to face the
menarche.
Methods: This study aims to determine how the level of knowledge and attitudes of young women about menarche. This research method is a descriptive survey,
with a sample obtained by total sampling and from all elementary students grade
V and VI counted for 119 people. Then the researchers used a questionnaire as a
measuring tool to determine the level of knowledge and attitude of the sample.
Results: the results of research are 24,4% of girls have good knowledge and 75,6% of girls have good enough knowledge. Based on the attitude, there are
70,6% of girls have good attitude in dealing with and 29,4% of girls have good
enough attitude of dealing with menarche.
Conclusion: The results of this study is expected to be a source information for edcuational and health institution to increase student counseling on reproduction
health education.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ridho - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang
Menarche di SD Harapan 1 Medan”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Sarma N. Lumbanraja, Sp.OG(K) selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya
tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu dr. Arlinda Sari W, M.Kes dan dr. Sri Sofyani, Sp.A(K) selaku dosen
penguji saya dalam karya tulis ilmiah ini.
4. Bapak, Parlindungan Lubis S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Muhammad
Yusuf S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Dasar Harapan 1 Medan yang
telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam
melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.
5. Seluruh guru dan staf pegawai di SD Harapan 1 Medan
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
7. Kedua orang tua tercinta H.Yusri Tanjung dan Hj. Darwilis Nasution yang
telah memberikan dukungan, motivasi, serta mendoakan dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan karya tulis
8. Kakak dan adik-adik saya tercinta Raisa Siska, Yuli Mirani dan M. Tandri
yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah
ini.
9. Sahabat-sahabat saya, Ayub Basaldi, M.Ihsan, Okmaronab, Fairus
Syarifudin, Harry Andrean, Saddam Emir, Medina Muslim, Puja Nastia,
Melinda Yoanita, Gesit Pramono, Putri Gaby, Julia Dista dan Seluruh
teman-teman Stambuk 2008, terima kasih atas dukungan dan bantuannya
Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada
penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT
memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 16 Desember
2011
Penulis,
Setia Yuda Nugraha
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
2.1.2. Pertumbuhan pada Remaja Putri ... 5
2.1.3. Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Putri... 6
2.1.4. Peran Gizi pada Pertumbuhan Remaja Putri ... 6
2.1.5. Perubahan Hormonal ... 6
2.1.6. Aapek Psikososial dari Kematangan Seksual Remaja Putri ... 7
2.2. Menstruasi ... 8
2.2.1. Definisi ... 8
2.2.2. Fisiologi ... 8
2.2.4. Menarche ... 12
2.3. Masalah Tumbuh Kembang Remaja Putri ... 13
2.3.1. Pubertas Terlambat ... 13
2.3.2. Pubertas Prekok ... 14
2.4. Pengetahuan dan Sikap ... 14
2.4.1. Pengetahuan ... 14
2.4.2. Sikap ... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 17
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17
3.2. Definisi Operasional ... 17
3.3. Cara Ukur ... 18
3.3.1. Pengetahuan ... 18
3.3.2. Sikap ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19
4.1. Jenis Penelitian ... 19
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 19
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20
4.4.1. Uji Validitas ... 20
4.4.2. Uji Reabilitas ... 21
4.5. Metode Analisa Data ... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1. Hasil Penelitian ... 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 24
5.1.3. Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche ... 26
5.1.4. Sikap Siswi Menghadapi Menarche ... 29
5.2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1
Medan ... 32
5.2.2 Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan.33 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
6.1. Kesimpulan... 35
6.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Nomor JUDUL Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional 17
Tabel 4.1. Validitas dan Reliabel Kuesioner 22
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan
Usia 25
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan
Kelas 25
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Usia Menurut
Kelas 25
Tabel 5.4. Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche 26
Tabel 5.5.
Tingkat Pengetahuan Kelas V SD Terhadap
Menarche 27
Tabel 5.6.
Tingkat Pengetahuan Kelas VI SD Terhadap
Menarche 27
Tabel 5.7.
Distribusi Jawaban Siswi Mengenai Pengetahuan
Menarche 28
Tabel 5.8. Sikap Siswi Terhadap Menarche 29
Tabel 5.9. Sikap Siswi Kelas V SD Terhadap Menarche 29
Tabel 5.10. Sikap Siswi Kelas IV SD Terhadap Menarche 30
Tabel 5.11.
Distribusi Jawaban Siswi Mengenai Sikap Tentang
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Ethical Clearance
Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Latarbelakang: Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada seorang remaja putri ditandai dengan datangnya haid pertama (menarche). Apabila mereka sudah
dipersiapkan dan mendapatkan informasi yang benar tentang datangnya
menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif
lainnya. Oleh kerena itu pengetahuan yang baik mengenai menarche yang didapat
oleh remaja putri akan sangat mempengaruhi sikapnya menghadapi menarche
tersebut.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche. Metode penelitian ini
adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan sampel yang didapat
melalui metode total sampling dimana semua sample berasal dari siswi SD
Harapan 1 Medan kelas V dan VI yang berjumlah 119 orang. Kemudian peneliti
menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dan sikap sampel.
Hasil: dari hasil penelitian didapat 24,4% remaja putri memiliki pengetahuan baik dan 75,6% remaja putri memiliki pengetahuan cukup baik. Berdasarkan
sikap, didapat 70,6% remaja putri memiliki sikap yang baik dalam menghadapi
menarche dan 29,4% remaja putri memiliki sikap yang cukup baik dalam
menghadapi menarche 29,4%.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kesehatan sebagai bahan untuk penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi bagi siswi-siswinya.
ABSTRACT
Background: One of the key events that occurred in a young women is marked by the arrival of first menstruation (menarche). If they are already prepared and
get the correct information about menstruation so they will not experience the
anxiety and other negative reactions. Therefore, the good knowledge about
menarche obtained by young women will greatly affect her attitude to face the
menarche.
Methods: This study aims to determine how the level of knowledge and attitudes of young women about menarche. This research method is a descriptive survey,
with a sample obtained by total sampling and from all elementary students grade
V and VI counted for 119 people. Then the researchers used a questionnaire as a
measuring tool to determine the level of knowledge and attitude of the sample.
Results: the results of research are 24,4% of girls have good knowledge and 75,6% of girls have good enough knowledge. Based on the attitude, there are
70,6% of girls have good attitude in dealing with and 29,4% of girls have good
enough attitude of dealing with menarche.
Conclusion: The results of this study is expected to be a source information for edcuational and health institution to increase student counseling on reproduction
health education.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Pubertas
merupakan suatu tahap dalam proses perkembangan yang penting bagi remaja
untuk menuju kedewasaan (Soetjiningsih, 2010). Kedewasaan pada remaja putri
salah satunya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan bertahap pada organ
kandungan, yang berfungsi sebagai persiapan untuk suatu kehamilan (Manuaba,
2010). Peristiwa penting tersebut ditandai dengan datangnya haid pertama
(menarche) pada wanita. Maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang
memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan yang terjadi (Marheni,
2010).
Menarche sebenarnya hanyalah puncak dari serangkaian perubahan yang
terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa (Jones, 2005).
Perubahan-perubahan tersebut ditimbulkan oleh serangkaian reaksi antara
beberapa kelenjar dalam tubuh. Pusat pengendali utamanya adalah hipotalamus
yang bekerja sama dengan hipofisis mengendalikan urutan rangkaian perubahan
tersebut (Sherwood, 2001 ). Salah satu hormon yang berperan dalam rangkaian itu
adalah hormon estrogen yang berfungsi meningkatkan kematangan alat seks
sekunder yaitu pembesaran mamae, deposit lemak sesuai pola wanita,
pertumbuhan rambut, tumbuh-kembang uterus, dan endometrium (Manuaba,
2010).
Seseorang remaja putri mengalami menarche pada usia yang
berbeda-beda. Usia semasa menarche dipengaruhi oleh keadaan biologi wanita, seperti
genetik, faktor lingkungan, dan faktor nutrisi. Usia remaja putri saat mengalami
menarche bervariasi, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5
menstruasi lebih awal yang disebut solated premature menarche dan ada juga
yang mengalami menstruasi yang lewat primary amenorrhe (Aulia, 2009).
Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang remaja putri mengenai reproduksi
memberitahukan kepadanya bahwa apa yang ia alami sewaktu pubertas adalah
normal. Adanya perasaan bingung saat pertama kali mengalami menstruasi
disebabkan oleh remaja putri tersebut kurang pengetahuan tentang menstruasi
(Darvill & Powell, 2003 dalam Leliana, 2010). Semakin dini menarche terjadi
pada seorang putri, semakin belum siap ia menerima peristiwa haid tersebut.
Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi yang benar
tentang datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan
reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi yang
benar maka mereka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih,
2010). Oleh kerena itu pengetahuan yang baik mengenai menarche yang didapat
oleh remaja putri akan sangat mempengaruhi sikapnya menghadapi menarche
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
menarche di SD Harapan 1 medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
menarche di SD Harapan 1 Medan
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam mengadakan suatu
penelitian dan tambahan pengetahuan bagi peneliti.
1.4.2 Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti berikutnya yang
ingin melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut dengan tema yang sama.
1.4.3 Bagi SD Harapan 1 Medan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) untuk penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja 2.1.1 Definisi
Seringkali dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas dan
adolescence. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis
yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke
masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu berubahan alat kelamin dari
tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2010).
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah adolescence, dulu merupakan
sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan
psikologis yang menyertai pubertas. Walaupun begitu, akselerasi pertumbuhan
somatik yang merupakan bagian dari perubahan fisik pada puberitas, disebut
sebagai pacu tumbuh adolescence growth spurt (Soetjiningsih, 2010). Remaja
yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari kata Latin adolescere
yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan
lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007).
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih,
2010).
Menurut Soetjiningsih (2010) berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu:
- Pada buku-buku pediatri, remaja pada umumnya didefinisikan dengan
mereka yang telah berumur 10-18 tahun bagi anak perempuan dan 12-20
tahun bagi anak laki-laki.
- Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 remaja adalah individu yang
- Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
untuk tinggal.
- Menurut UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja
apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 untuk anak
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
- Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
- Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun
- Masa remaja pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun
- Masa remaja lanjut (Late adolescence): umur 17-20 tahun
2.1.2 Pertumbuhan pada Remaja Putri
Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja putri tumbuh dengan kecepatan 5,5
cm/ tahun (4-7,5 cm). Sekitar 2 tahun setelah mulai pacu tumbuh, remaja
perempuan mencapai PHV (peak height velocity) dengan kecepatan sekitar
8cm/tahun (6-10,5 cm). Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum
menarche dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan. Kemudian
kecepatan pertumbuhan linier mengalami deselerasi untuk 2 tahun berikutnya atau
lebih, keadaan ini sesuai dengan TKS4 (Tingkat Kematangan Seksual 4).
Gambaran yang paling dini dan penting dari pertumbuhan tulang pada
remaja perempuan adalah pertumbuhan pada lebar panggul selama pubertas.
Pertumbuhan pelvis dan panggul (diukur pada diameter bi-iliacal) secara
kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki. Tetapi, karena pertumbuhan
remaja perempuan lebih kecil pada berbagai dimensi tubuhnya, maka lebar
panggul tampak tidak proporsional (tampak lebih besar) daripada remaja laki-laki
2.1.3 Pertumbuhan Organ Reproduksi Remaja Putri
Pada remaja putri tanda pubertas pertama pada umumnya adalah
pertumbuhan payudara stadium 2 atau disebut breast bud yaitu terdiri dari
penonjolan puting disertai pembesaran daerah aerola sekitar umur 8-12 tahu. Haid
pertama (menarche) terjadi pada stadium lanjut dari pubertas dan sangat
bervariasi pada umur beberapa masing-masing individu mengalaminya, rata-rata
pada umur 10,5-15,5 tahun. Hubungan antara menarche dan pacu tumbuh tinggi
badan sangat erat, menarche ini pada setiap anak perempuan terjadi bila kecepatan
pertumbuhan tinggi badan mulai menurun (Soetjiningsih, 2010).
2.1.4 Peran Gizi pada Pertumbuhan Remaja Putri
Nutrisi menentukan pertumbuhan badan, bila asupan nutrisi dalam jumlah
yang suboptimal, akan berdampak pada perlambatan proses pertumbuhan dan
perkembangan maturasi/pematangan seksual. Sebaliknya terjadi percepatan proses
pertumbuhan dan perkembangan seksual bila asupan kalori berlebihan. Nutrisi
mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang mendapat menstruasi
pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat
menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada
usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama, pada umumnya, mereka
yang menjadi matang lebih dini akan memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) yang
lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada
usia yang sama. (Suandi, 2010).
2.1.5 Perubahan Hormonal
Regulasi sistem neuroendokrin dipengaruhi oleh pusat ekstra-hipotalamus
di korteks serebri termasuk sistem limbik. Pusat ini akan merangsang sel basal
hipotalamus untuk mensekresi hormon Gonadotropin Releasing Hormone
(GnRH) yang bersifat pulsatif dan episodik. Hormon ini melalui aliran darah akan
merangsang hipofise anterior untuk mensekresi hormon gonadotropin berupa
Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) yang juga
untuk memproduksi hormon testosteron pada laki-laki dan hormon estrogen pada
perempuan. Pada keadaan prapubertas kadar hormon ini sangat rendah, sedangkan
saat mulainya puberitas amplitudo dan frekuensi keluarnya hormon GnRH
meningkat pesat sehingga hormon gonadotropin dan seks steroid juga meningkat
untuk merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder serta menyiapkan
proses fertilisasi. Hal ini disebabkan saat puberitas terjadi aktifasi dari aksis
hipotalamus-hipofise-gonad (Suryawan, 2010).
2.1.6 Aspek Psikososial dari Kematangan Seksual Remaja Putri
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan
seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan
penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi.
Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh
pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya menarche dapat menimbulkan reaksi
positif maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah
dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka
mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila
mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang
negatif. Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat
mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam kelompok
sebayanya. Anak perempuan yang lebih dahulu mengalami kematangan seksual
akan merasa bahwa dirinya terlalu besar bila berada di kelompok teman
sekelasnya, sementara teman-teman perempuan yang lainnya masih dapat
merasakan kebersamaan dengan kelompok baik laki-laki ataupun perempuan.
Terjadinya kematangan seksual pada remaja perempuan juga
mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai
muncul kecemasan-kecemasan dan pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi,
ukuran buah dada dan lain sebagainya. Pada saat itu mereka mulai memperhatikan
tubuhnya dan penampilan dirinya dan sering membandingkan dirinya dengan
kepada teman sebayanya yang berlawanan jenis, walaupun masih disembunyikan,
karena mereka menyadari masih terlalu kecil untuk berpacaran (Marheni, 2010).
2.2 Menstruasi 2.2.1 Definisi
Menstruasi merupakan suatu peristiwa perdarahan uterus yang terjadi
secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz,
2006). Menstruasi terjadi sebagai akibat dihasilkannya hormon-hormon dari
sebuah kelenjar kecil di dasar otak yang disebut normal pertumbuhan (Pituitary
gland) (Darvill, 2003). Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara
berkala dari vagina selama masa usia produktif. (Aulia, 2009).
2.2.2 Fisiologi
Pengaturan siklus menstruasi ditentukan oleh faktor psikologis dan umpan
balik (feedback loop) estrogen dan progesteron. Long feedback loop adalah umpan
balik steroid hormon terhadap hipotalamus dan hipofisis. Short feedback loop
langsung ke hipofisis untuk pengeluaran gonadotropin. Ultrashort feedback loop
adalah pengaturan pengeluaran sendiri releasing hormon factor (Manuaba, 2009).
Menurut Sofoewan (2008), siklus menstruasi dibagi dalam dua siklus,
yaitu siklus ovarium dan siklus uterus. Pada siklus ovarium terdapat beberapa fase
yaitu:
1. Fase Folikular
Pada hari ke 1-8.
Terjadi peningkatan kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH) yang relatif tinggi dan memacu perkembangan
10-20 folikel dalam satu folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak
pada fase mid follicular dan sisanya mengalami atresia. Relatif tingginya
kadar FSH dan LH merupakan trigger turunnya estrogen dan progesteron
Pada hari ke 9-14
Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan
tampak sekitar sel granulosa dan menjadi konfluen, memberikan
peningkatan pengisian cairan di ruang sentral yang disebut antrum yang
merupakan transformasi folikel primer menjadi sebuah Graafian folikel
dimana oosit menempati posisi eksentrik, dikelilingi 2-3 lapis sel
granulosa yang disebut kumulus ooforus. Perubahan hormon hubungannya
dengan pematangan folikel adalah ada kenaikan yang progresif dalam
produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulosa dari folikel yang
berkembang. Mencapai puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena kadar
estrogen yang meningkat, pelepasan kedua gonadotropin ditekan (umpan
balik negatif) yang berguna untuk mencegah hiperstimulasi dari ovarium
dan pematangan banyak folikel.
2. Fase Ovulasi
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti
dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel
dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh kumulu ooforus. Pada
beberapa perempuan saat ovulasi dapat dirasakan dengan adanya nyeri di
fosa iliaka. Estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui hipotalamus)
mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen (umpan
balik positif). Segera sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol
yang cepat dan peningkatan produksi progesteron. Ovulasi terjadi dalam 8
jam dari mid-cycle surge LH.
3. Fase Luteal
Hari ke 15-28
Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenitrasi oleh kapiler dan
fibroblas dari teka. Sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus
luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormon steroid seks,
estrogen, dan progesteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca-ovulasi.
hormon tersebut diproduksi dari prekursor yang sama. Selama fase luteal
kadar gonadotropin rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang
terjadi pada hari ke 26-28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi, korpus
luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan oleh gonadotropin
yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi,
korpus luteum akan mengalami regresi dan terjadilah haid. Setelah kadar
hormon steroid turun akan diikuti peningkatan kadar gonadotropin untuk
inisiasi siklus berikutnya.
Dengan diproduksinya hormon steroid oleh ovarium secara siklik akan
menginduksi perubahan penting pada uterus yang disebut dengan siklus uterus,
yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks.
1. Endometrium
Endometrium terdiri atas 2 lapis, yaitu superfisial yang akan mengelupas
saat haid dan lapisan basal yang tidak ikut dalam proses haid, tetapi ikut dalam
proses regenerasi lapisan superfisial untuk siklus berikutnya. Batas antara 2
lapis tersebut ditandai dengan perubahan dalam karakteristik arteriola yang
memasok endometrium. Basal endometrium kuat, tetapi karena pengaruh
hormon menjadi berlekuk dan memberikan kesempatan a.spiralis
berkembang. Susunan anatomi tersebut sangat penting dalam fisiologi
pengelupasan lapisan superfisial endometrium.
a. Fase Proliferasi
Selama fase folikular di ovarium, endometrium dibawah pengaruh
estrogen. Pada akhir haid proses regenerasi berjalan dengan cepat. Saat ini
disebut fase proliferasi, kelenjar tubular yang tersusun rapi sejajar dengan
sedikit sekresi.
b. Fase Sekretoris
Setelah ovulasi, produksi progesteron menginduksi perubahan sekresi
endometrium. Tampak sekretori dari vakuole dalam epitel kelenjar dibawah
nukleus, sekresi maternal ke dalam lumen kelenjar dan menjadi
c. Fase Haid
Normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada akhir fase ini terjadi
regresi korpus luteum yang ada hubungannya dengan menurunnya produksi
estrogen dan progesteron ovarium. Penurunan ini diikuti oleh kontraksi
spasmodik yang intens dari bagian arteri spiralis kemudian endometrium
menjadi iskemik dan nekrosis, terjadi pengelupasan lapisan superfisial
endometrium dan terjadilah pendarahan.
Vasospasmus terjadi karena adanya produksi lokal prostaglandin.
Prostaglandin juga meningkatkan kontrasi uterus bersamaan dengan aliran
darah haid yang tidak membeku karena adanya aktivitas fibrinolitik lokal
dalam pembuluh darah endometrium yang mencapai puncaknya saat haid.
2. Mukus Serviks
Pada perempuan ada kontinuitas yang langsung antara alat genital bagian
bawah dengan kavum peritonei. Kontinuitas ini sangat penting untuk akses
spermatozoon menuju ke ovum, fertilisasi terjadi dalam tuba falopii, ada risiko
oleh infeksi yang asendens, tetapi secara alami risiko tersebut dicegah dengan
adanya mukus serviks sebagai barier yang permeabilitasnya bervariasi selama
siklus haid.
1. Awal fase folikular mukus serviks viskus dan impermeabel.
2. Akhir fase folikular kadar estrogen meningkat memacu perubahan dan
komposisi mukus, kadar airnya meningkat secara progresif, sebelum
ovulasi terjadi mukus serviks banyak mengandung air dan mudah
dipenetrasi oleh spermatozoon. Perubahan ini dikenal dengan istilah
“spinnbarkheit”.
3. Setelah ovulasi progesteron diproduksi oleh korpus luteum yang efeknya
berlawanan dengan estrogen, dan mukus serviks menjadi impermeabel
lagi, orifisium uteri eksternum kontraksi.
Peubahan-perubahan ini dapat dimonitor oleh perempuan sendiri jika ingin
menjadi konsepsi atau dia ingin menggunakan “rhythm method” kontrasepsi.
di bawah mikroskop tampak gambaran seperti daun pakis atau fern-like
patterm yang paralel dengan kadar estrogen sirkulasi, maksimum pada saat
sebelum ovulasi, setelah itu perlahan-lahan hilanng
2.2.3 Mekanisme Menstruasi
Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan
endometrium. Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase
proliferasi sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase sekresi. Dengan
menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid, terjadi regresi
endometrium yang kemudian diikuti oleh pendarahan yang terkenal dengan nama
menstruasi. Mekanisme menstruasi belum diketahui dengan seluruhnya
(Wiknjosastro, 2008).
2.2.4 Menarche
Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja ialah datangnya haid
yang pertama kali yang pertama ini datang dinamakan menarche. Menarche
sebenarnya hanyalah puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada
seorang gadis yang sedang menginjak dewasa (Sigar, 2005). Menarche adalah
siklus menstruasi pertama sekali yang dialami wanita. Menarche terjadi akibat
peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium. FSH dan LH
berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang selanjutnya akan meningkatkan
laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua
perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger
adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus
ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron
akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk
memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu
terjadinya menstruasi (Guyton, 1997). Menurut Manuaba (2010) menarke
Rangsangan panca indra diblok puberitas inhibitor (nukleus amigdale) melalui
stria terminalis, menuju hipotalamus sehingga terhindar dari puberitas prekok.
Pada usia 8-9 tahun terdapat estrogen rendah dan pengeluaran FSH minimal.
Estrogen rendah berfungsi untuk tumbuh-kembang alat seks sekunder dan
mempersiapkan uterus (endometrium) lebih matang untuk menerima rangsangan.
Pada usia 10-11 tahun terjadi perdarahan lucut endometrium, tanpa disertai
“ovulasi” untuk lebih mematangkan uterus dengan endometrium dan alat seks
sekunder.
2.3 Masalah Tumbuh Kembang Remaja Putri 2.3.1 Pubertas Terlambat
Pubertas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan tidak
membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai
umur 15 tahun. Sedangkan pubertas terlambat pada laki-laki apabila sampai umur
14 tahun belum ada tanda-tanda pubertas berupa panjang testis masih kurang dari
2.5 cm atau volume testis masih lebih kecil dari4 ml. Secara statistik pubertas
yang mengalami keterlambatan sebanyak 2,5% dari normal populasi remaja pada
kedua jenis kelamin; lebih banyak pada laki-laki yang mengalami keterlambatan
pubertas dibandingkan dengan perempuan. Kebanyakan pubertas terlambat masih
normal yaitu pada constitutional delayed of growth and puberty (CDGP).
Berdasarkan kadar gonadotropin dalam darah pubertas terlambat dikelompokkan
menjadi: Hypergonadotropic Hypogonadism dan Hypogonadotropic
Hypogonadism. Pada hypergonadotropic hypogonadism, ditemukan kadar hormon
gonadotropin (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti
testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada
aksis hipotalamus hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism,
2.3.2 Pubertas Prekok
Pubertas prekok terjadi apabila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum
umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki. Pubertas
prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan aktifitas dari aksis
neuroendokringonad. Diagnosis pubertas prekok dibuat berdasarkan gejala klinis
yang mendukung dan hasil tes laboratorium. Pada anak yang dicurigai menderita
pubertas prekok diperiksa secara lengkap antara lain pembesaran payudara dan
pertumbuhan rambut pubis pada perempuan. Pubertas prekok pada perempuan
bila ditemukan pembesaran payudara sebelum umur 8 tahun, timbulnya rambut
pubis sebelum umur 9 tahun, atau terjadinya menstruasi sebelum umur 9,5 tahun.
Rontgen pergelangan dan telapak tangan kiri untuk menilai umur tulang (bone
age) sebagai tanda terjadinya peningkatan hormon seks steroid secara sistemik.
Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat
sesuai dengan masa pubertas (Suryawan, 2010).
2.4 Pengetahuan dan Sikap 2.4.1 Pengetahuan.
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah
pengetahuan berasal dari kata dasar “tahu” yaitu paham, maklum, mengerti.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang
dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan
kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).
Kedalam pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap sesuatu
rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan pengalaman yang
b. Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari
c. Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo,2003).
2.4.2 Sikap
Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus
ditafsirkan terhadapkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.
Menurut Allport (1954) seperti yang diikuti Notoatmodjo (2003), sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yakni:
a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain:
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya
dengan segala risiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan
bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya.
Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan
loncatan untuk terjadinya perubahan prilaku.
Teori menyatakan tindakan seseorang dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau
kita berhasil merubah sikap seseorang, maka ia akan merubah perilakunya. Tetapi
dalam praktek hal ini tidak selamanya benar. Memang hubungan antara sikap dan
tindakan sangat kompleks dan kabur. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan
sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah
tindakannya. Jadi tidak mutlak harus ada perubahan sikap dulu, baru ada
perubahan perilaku. Namun demikian secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa
perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Pengetahuan Segala sesuatu yang
diketahui responden
mengenai Menarche
Kuesioner 1: Baik
2: Sedang
3: Kurang
Ordinal
2. Sikap Tanggapan atau reaksi
responden mengenai
Menarche
Kuesioner 1: Baik
2: Sedang
3: Kurang
Ordinal Sikap
3.3 Cara Ukur 3.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 15 pertanyaan. Jika pertanyaan
dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah
maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 15.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai
berikut (Pratomo, 1986):
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau keseluruhannya
tentang Menarche (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu
>11).
b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang Menarche (skor
jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 6-11).
c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang Menarche
(skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <6).
3.3.2 Sikap
Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dan jika pertanyaan dijawab benar oleh
responden maka diberi nilai 2, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 1,
dan jika responden tidak menjawab maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang
tertinggi adalah 20. diberi. Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan
kurang dengan definisi sebagai berikut (Pratomo, 1986) :
a.Sikap baik, apabila memperoleh nilai >75%
b.Sikap sedang, apabila memperoleh nilai 40-75%
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yakni
melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche. Survei
adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek
yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study, di mana
pengumpulan data atau variabel yang diteliti dilakukan secara bersamaan dan
diambil pada satu waktu.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di SD Harapan 1 Medan. Pengambilan dan
pengumpulan data telah dilakukan selama bulan Oktober sampai November 2011.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas V dan VI SD Harapan 1.
Besar sample adalah seluruh populasi (total sampling) dengan jumlah sampel 119
siswi dengan perincian yaitu:
- Siswi kelas V = 63 siswi
- Siswi kelas VI = 56 siswi
Pemilihan sampel adalah berdasarkan yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi penelitian ini.
Kriteria Inklusi
- Semua siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan.
Kriteria Esklusi
- Siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan yang tidak bersedia diikutkan
- Siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan yang tidak mengisi kuesioner
secara lengkap
- Siswi kelas V dan VI SD Harapan 1 Medan yang tidak hadir pada saat
pengambilan sampel penelitian.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder, data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian Tata Usaha SD
Harapan 1 Medan untuk mengetahui jumlah siswa, Pengumpulan data akan
dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuisioner.
Untuk menilai pengetahuan dan sikap siswi SD kelas V dan VI Harapan 1
Medan maka akan diuji validitas dan reabilitas kuisioner tersebut.
4.4.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun telah diuji
validitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dengan
menggunakan rumus :
r : koefisien korelasi product moment
x : skor tiap pertanyaan/ item
y : skor total
N : jumlah responden
Butir pertanyaan dikatakan significant apabila nilai korelasi yang didapatkan >
4.4.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah
selesai disusun telah diuji reabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (
Cronbach Alpha) dengan menggunakan rumus :
r : reliabilitas instrumen
k : jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal
b² : jumlah varian butir
t² : varian total
Untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha. Jika nilai alpha lebih
besar dari 0,60 maka bisa dikatakan reliabel.
4.5 Metode Analisa Data
Data dari setiap responden telah dimasukkan ke dalam komputer oleh
peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel (Wahyuni,
Pada uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner pengetahuan didapat 15 pertanyaan
yang valid dan reliabel dari 20 pertanyaan yang diberikan kepada 20 responden,
sedang uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner sikap didapat 10 pernyataan yang
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Harapan 1 Medan. Penelitian ini
dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Oktober hingga November 2011.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Harapan 1 Medan yang terletak di jalan Imam
Bonjol no. 35 Kelurahan Jati, Medan Maimun Medan. Sekolah dasar ini
merupakan bagian dari Yayasan Pendidikan Harapan Medan. Bangunan sekolah
terbuat dari batu bata, memiliki lapangan olah raga dan bermain, serta lapangan
parkir. Lingkungan sekolah dikelilingi jalan raya, bersebelahan dengan gereja, dan
bersebrangan dengan taman Ahmad Yani dan RS Elisabeth.
Sekolah ini terdiri dari 6 tingkatan kelas yang tiap tingkatannya terdiri dari
3 kelas yaitu kelas A, kelas B, dan kelas C. jumlah siswa pada sekolah ini adalah
654 orang yang terbagi pada kelas-kelas tersebut. Kegiatan belajar mengajar
berlangsung dimulai pukul 07.00 sampai pukul 13.00.
Pengambilan sampel dilakukan pada satu waktu dimana sampel
dikumpulkan bergantian dari tiap-tiap kelas di lapangan sekolah, mulai dari kelas
Va, Vb, Vc, VIa, VIb,dan VIc. Pengambilan sampel dibantu oleh pihak sekolah
pada saat jam pelajaran kosong.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak jumlah populasi siswi
SD Harapan 1 Medan tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 119 siswi yang diperoleh
dari siswi kelas V dan kelas VI. Dari keseluruhan sampel tersebut, karakteristik
sampel yang diamati adalah kelompok usia dan kelas.
Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik sampel penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
9 Tahun 14 11.8
10 Tahun 51 42.9
11 Tahun 54 45.4
Total 119 100.0
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa siswi dengan usia 9 tahun
sebanyak 14 orang (11.8%), usia 10 tahun sebanyak 51 orang (42.9%), dan usia
11 tahun sebanyak 54 orang (45.4%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Kelas Kelas Frekuensi (n) Persentase (%)
V 63 52.9
VI 56 47.1
Total 119 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa siswi kelas V SD memiliki
jumlah sebanyak 63 orang (52.9%), kelas VI SD sebanyak 56 orang (47.1%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Usia Menurut Kelas
Kelas
Usia 9 Tahun Usia 10 Tahun Usia 11 Tahun Total n % n % n % n % V 14 22.2 49 77.8 0 0.0 63 100.0
VI 0 0.0 2 3.6 54 96.4 56 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat pada kelas V SD didapati usia 9 tahun
11 tahun. Pada kelas VI SD tidak didapati usia 9 tahun, usia 10 tahun sebanyak 2
orang (3.6%), dan usia 11 tahun sebanyak 54 orang (96.4%).
5.1.3 Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche
Tingkat pengetahuan siswi diperoleh untuk mendapatkan gambaran
mengenai pengetahuan para siswi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
menarche. Pada penelitian ini, terdapat 15 pertanyaan mengenai pengetahuan
menarche yang ditanyakan dalam kuesioner.
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik,
sedang, dan kurang. Seorang siswi dikatakan baik bila skor total untuk
pengetahuan lebih daripada 75% sedangkan seorang siswi dikatakan
berpengetahuan sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan
berpengetahuan kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data tingkat
pengetahuan siswi diperoleh melalui pengisian kuesioner. Berikut ini adalah
tingkat pengetahuan siswi:
Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan Siswi Terhadap Menarche
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 29 24.4
Sedang 90 75.6
Kurang 0 0
Total 119 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 29 orang (24.4%), siswi yang memiliki pengetahuan
sedang sebanyak 90 orang (75.6%) dan siswi yang memiliki pengetahuan yang
Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan Kelas V SD Terhadap Menarche Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 13 20.6
Sedang 50 79.4
Kurang 0 0
Total 63 100.0
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 orang (20.6%), siswi kelas V yang
memiliki pengetahuan sedang sebanyak 50 orang (79.4%), dan siswi kelas V yang
memiliki pengetahuan yang kurang tidak ada.
Tabel 5.5. Tingkat Pengetahuan Kelas VI SD Terhadap Menarche Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 16 28.6
Sedang 40 71.4
Kurang 0 0
Total 56 100.0
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 orang (28.6%), siswi kelas VI yang
memiliki pengetahuan sedang sebanyak 40 orang (71.4%) dan tidak ada siswi
Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Siswi mengenai Pengetahuan Menarche
5. Lama siklus menstruasi normal akan terjadi
39 32.8 80 67.2
6. Penyebab remaja putri mengalami keram saat menstruasi
25 21.0 94 79.0
7. Kapan mengganti pembalut 45 37.8 74 62.2
8. Pertama kali haid merupakan pertanda apa
114 95.8 5 4.2
9. Menstruasi normal terjadi 115 96.6 4 3,4
10. Menarche adalah 107 89.9 12 10.1
11. Menarche puncak dari serangkaian
perubahan yang terjadi
115 96.6 4 3.4
12. Gangguan yang sering terjadi menjelang datang bulan
64 53.8 55 46.2
13. Tanda kedewasaan seorang wanita 116 97.5 3 2.5
14. Menncegah gangguan datang bulan 101 84.9 18 15.1
15. Perubahan mental saat menstruasi 78 65.5 41 34.5
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pertanyan yang paling banyak
dijawab benar oleh siswi adalah pertanyaan nomor 13 mengenai tanda
kedewasaan wanita dengan jumlah 116 orang (97.5%) sedangkan pertanyan yang
penyebab remaja putri mengalami keram saat menstruasi dengan jumlah 94 orang
(79.0%).
5.1.4 Sikap Siswi Menghadapi Menarche
Sikap siswi diperoleh untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap para
siswi tentang hal-hal yang berkaitan dengan menarche. Pada penelitian ini,
terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap menghadapi menarche yang ditanyakan
dalam kuesioner.
Sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu baik,
sedang, dan kurang. Seorang siswi dikatakan mempunyai sikap baik bila skor total
untuk sikap lebih daripada 75% sedangkan seorang siswi dikatakan mempunyai
sikap sedang bila skor total antara 40% hingga 75% dan dikatakan mempunyai
sikap kurang bila skor total kurang daripada 40%. Data sikap siswi diperoleh
melalui pengisian kuesioner.
Tabel 5.7 Sikap Siswi Terhadap Menarche
Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 84 70.6
Sedang 35 29.4
Kurang 0 0
Total 119 100.0
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa siswi dengan sikap yang baik
sebanyak 84 orang (70.6%), siswi dengan sikap yang sedang sebanyak 35 orang
(29.4%), tidak ada siswi dengan sikap kurang.
Tabel 5.8 Sikap Siswi Kelas V SD Terhadap Menarche
Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 43 68.3
Sedang 20 31.7
Total 63 100.0
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang
memiliki sikap baik sebanyak 43 orang (68.3%), siswi kelas V yang memiliki
sikap sedang sebanyak 20 orang (31.7%) dan siswi kelas V yang memiliki sikap
yang kurang tidak ada.
Tabel 5.9 Sikap Siswi Kelas VI SD Terhadap Menarche Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 41 73.2
Sedang 15 26.8
Kurang 0 0
Total 56 100.0
Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang
memiliki sikap baik sebanyak 41 orang (73.2%), siswi kelas VI yang memiliki
sikap sedang sebanyak 15 orang (26.8%) dan siswi kelas VI yang memiliki sikap
Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Siswi mengenai Sikap tentang Menarche
No Pernyataan Setuju Tidak Setuju n % n %
1. Menarche terjadi pada seorang gadis
yang sedang menginjak dewasa
216 90.8 11 9.2
2. Takut menghadapi menstruasi pertama 108 45.4 64 53.8
3. Tabu menceritakan menstruasi kepada teman sebaya
86 36.1 73 61.3
4. Mendapat menstuasi pertama, tahu bahwa itu darah menstruasi
166 69.7 36 30.2
5. Mendapat menstruasi lebih awal merasa malu
130 54.6 53 44.5
6 Teman mendapat menstruasi menjadi minder
186 78.1 24 20.1
7. Merasa lebih siap menghadapi menstruasi pertama setelah mendapat pengetahuan
dari ibu
218 91.6 7 2.9
8. Ketika mendapat menstruasi pertama berusaha menyembunyikan hal tersebut
dari ibu dan orang-orang terdekat saya
190 79.8 20 16.8
9. Menstruasi hal yang kotor 78 32.8 80 67.2
10. Merasa mendapat informasi yang cukup tentang menstruasi dari ibu dan orang
terdekat
210 88.2 14 11.8
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak
dijawab setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 7, mengenai merasa lebih siap
menghadapi menstruasi pertama setelah mendapat pengetahuan dari ibu dengan
setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 9 mengenai menstruasi hal yang kotor
dengan jumlah skor 80 (67.2%).
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan
Berdasarkan tabel 5.3 pengetahuan remaja putri di SD Harapan 1 Medan
sebagian besar siswi memiliki pengetahuan baik (24.4%), dan sebagian memiliki
pengetahuan sedang (75.6%). Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa
siswi kelas V yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 orang (20.6%), dan
siswi kelas V yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 50 orang (79.4%).
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas VI yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 16 orang (28.6%), siswi kelas VI yang memiliki
pengetahuan sedang sebanyak 40 orang (71.4%)
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang menstruasi
di SD Harapan 1 Medan sebagian besar mungkin telah memiliki pengetahuan
yang cukup tentang menstruasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Yenni (2003) dalam Indriyani (2008), dalam penelitian yang ia lakukan pada
SLTPN 1 Tambelangan Sampang-Madura menunjukkan bahwa pengetahuan
remaja putri tentang menstruasi pertama (menarche) memiliki pengetahuan
sedang (89.3%).
Dari hasil diatas dapat kita nilai bahwa siswi kelas VI SD memiliki
pengetahuan yang cenderung lebih baik dibanding siswi kelas V SD. Hal ini
mungkin dipengaruhi oleh faktor usia, karena usia rata-rata pada kelas VI SD
dalam penelitian ini adalah usia 11 tahun yaitu sebanyak 54 orang (96.4%) dan
pada usia ini merupakan usia rata-rata menarche pada remaja putri yaitu 10,5-15,5
tahun (Soetjiningsih, 2010). Hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2003) bahwa
pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang
dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pertanyan yang paling banyak
dijawab benar oleh siswi adalah pertanyaan nomor 13 mengenai tanda
bahwa sebagian besar mereka telah mengetahui menarche merupakan tanda
kedewasaan yang tejadi pada diri mereka.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan baik dan sedang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan
serta faktor lingkungan. Rasa ingin tahu yang sangat besar menjadikan remaja
mencari sumber-sumber informasi tentang perubahan fisik dan emosi yang terjadi
pada dirinya termasuk informasi tentang menarche. Semakin banyak orang
mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari
petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Pengetahuan yang cukup akan membantu remaja dalam memahami
dan mempersiapkan diri untuk menghadapi menarche (Fifi,2007 dalam Indriyani,
2008).
5.2.2 Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1 Medan
Berdasarkan tabel 5.7 sikap remaja putri di SD Harapan 1 Medan sebagian
siswi memiliki sikap yang baik dalam menghadapi menarche (70.6%) dan
sebagian siswi memiliki sikap yang sedang dalam menghadapi menarche (29.4%).
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa siswi kelas V yang memiliki
sikap baik sebanyak 43 orang (68.3%), dan siswi kelas V yang memiliki sikap
sedang sebanyak 20 orang (31.7%). Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat dilihat
bahwa siswi kelas VI yang memiliki sikap baik sebanyak 41 orang (73.2%), dan
siswi kelas VI yang memiliki sikap sedang sebanyak 15 orang (26.8%).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di SD Harapan 1
Medan memiliki sikap yang baik dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Indriyani (2008) terhadap murid kelas VI SD di kota
Gorontalo yang melibatkan 109 siswi menunjukkan bahwa sikap remaja putri
tentang menarche baik (70.6%).
Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa sikap remaja putri baik kelas V
ataupun kelas VI SD cenderung baik. Hal ini mungkin didukung oleh pengetahuan
mereka yang baik. Menurut Rahayuningsih (2008), pemahaman ataupun
sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap sikap
seseorang.Sikap baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung
yang dialami individu terhadap suatu hal, dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi
dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman hidup sepanjang perkembangan
selama hidupnya (Simamora, 2009 dalam Putra, 2010).
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak
dijawab setuju oleh siswi adalah pernyataan nomor 7, mengenai merasa lebih siap
menghadapi menstruasi pertama setelah mendapat pengetahuan dari ibu dengan
jumlah skor 218 (91.6%) Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
Soleman (2003) dalam Leliana (2010), yang menunjukkan bahwa informasi
tentang menstruasi sebagian besar diperoleh dari ibu dan saudara, sedangkan
pernyataan yang paling banyak dijawab tidak setuju oleh siswi adalah pernyataan
nomor 9 mengenai menstruasi hal yang kotor dengan jumlah skor 80 (67.2%).
Sesuai dengan yang dikatakan oleh Santrock (2003) dalam Leliana (2010), bahwa
remaja tersebut merasa kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan fisik yang
menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional
Menurut Sherwen & Weingarten (1995) dalam Mulyati (2006), setiap
remaja putri harus dipersiapkan untuk menghadapi menarche dan mentruasi
dengan memberikan informasi yang luas dan akurat. Respon positif terhadap
menarche dihubungkan dengan persiapan dan kualitas dukungan saat remaja putri
tersebut mendapat menstruasi. Beberapa remaja putri memandang menarche
sebagai pengalaman yang menarik, sedangkan remaja putri lainnya menganggap
menarche sebagai hal yang menakutkan.
Menurut Notoatmojo (2007) dalam Indriyani (2008), pada masa remaja
terjadi perubahan hormon dalam tubuh yang berpengaruh pada labilnya emosi.
Pertumbuhan kemampuan intelektual remaja cenderung membuat mereka
bersikap kritis. Sikap ini jika dibimbing dan diarahkan dengan baik akan berakibat
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul
“Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche di SD Harapan 1
Medan” dapat disimpulkan bahwa :
• Pengetahuan remaja putri tentang menarche di SD Harapan 1 Medan yang
berkategori baik sebesar 24.4% (29 responden) dan yang berkategori
sedang sebsar 75.6% (90 responden).
• Sikap remaja putri tentang menarche di SD Harapan 1 Medan yang
berkategori baik sebesar 70.6% (84 responden) dan yang berkategori
sedang sebesar 29.4% (35 responden).
6.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Adapun saran tersebut yaitu:
1. Untuk Tenaga Kesehatan
Pihak tenaga kesehatan diharapkan dapat terus meningkatkan program
penyuluhan tentang menarche dan kerjasama dengan pihak sekolah bagi
remaja putri yang ada di sekolah tersebut.
2. Untuk SD Harapan 1 Medan
Pihak sekolah diharapkan dapat membuat program penyuluhan mengenai
menarche dan bekerja sama dengan pihak tenaga kesehatan.
3. Untuk Peneliti lainnya
Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan judul yang
DAFTAR PUSTAKA
Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi Dari A Sampai Z, Yogyakarta: Millestone.
Darvill, W. Dkk. 2003. The Puberty Book panduan untuk remaja. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Guyton, Arthur, Hall, John, 1997. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC,
1294-1298.
Hurlock, E. B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Kehidupan, Jakarta: Erlangga.
Jones, D. L. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: PT. Delapratasa Publisihing
Leliana, 2010. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam
Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan. Universitas Sumatra Utara:
Karya Tulis Ilmiah.
Manuaba, I.A.S.K., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010.
Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta: EGC
Marheni, 2010. Perkembangan Psikososial dan Kepribadian Remaja. Dalam
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung
Seto, Jakarta: 45-52
Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, M.D., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Edisi 15 Vol.1. Jakarta: EGC, 72-75
Norwitz, E.R., Schorge, J.O., 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi edisi 2.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam : Promosi
Kesehatan. Jakarta.: Asdi Mahasatya : 43-64
Sarwono. S.W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:
EGC. 712.
Sigar, 2005. Buku Pintar Perempuan. Jakarta: Delapratasa, 263.
Soejitningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta:
Sagung Seto,1-14
Sofoewan, M.S. 2008. Endometrium dan Desidua. Dalam Saifuddin, A.B,
Rachimadhin, T.,Wiknjosastro, G.H. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suandi, 2010. Gizi pada Masa Remaja. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 23-38
Suryawan, 2010. Pubertas Prekok. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 73-78
Suryawan, 2010. Pubertas Terlambat. Dalam Soetjiningsih. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 67-71
Suryawan, 2010. Regulasi Neuroendokrin pada Remaja. Dalam Soetjiningsih.
Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto,
Wahyuni, Arlinda S. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea