Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang
Pre Menstruasi
Syndrome
(PMS)
The Picture of Knowledge Young Women class VII and VIII About Pre Menstrual
Syndrome ( PMS )
YUNIDA HARYANTI
Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang ABSTRAK
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia yang di sponsori oleh WHO didapatkan hasil bahwa gejala PMS dialami 23% wanita Indonesia. Angka ini menunjukkan bahwa PMS di Indonesia cukup banyak sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk mencegah dan mengatasinya. PMS adalah penampilan serangkaian gejala yang bersifat siklis sebelum menstruasi yang mempengaruhi gaya hidup dan pekerjaan.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang PMS di SMP Purnama Sintang tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, variabel penelitian adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan, populasi dalam penelitian berjumlah 35 orang remaja putri kelas VII dan VIII, sampel menggunakantotal sampling, lokasi penelitian di SMP Purnama Sintang, dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015.
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Pre Menstruasi Syndrome (PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015 didapat hasil tidak seorangpun dari responden yang berpengetahuan baik (0%), sebagian dari responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 16 orang (45,7%) dan sebagian dari responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 orang (54,3%). Bagi Remaja putri disarankan agar remaja lebih peka terhadap informasi tentang kejadian PMS serta solusi bagaimana cara menghadapi gejala PMS sehingga diharapkan resiko terjadinya PMS semakin berkurang. Kata Kunci :Pengetahuan, Remaja Putri,Pre Menstruasi Syndrome(PMS)
ABSTRACT
Based on research conducted in Indonesia , sponsored by WHO showed that PMS symptoms experienced by 23 % of women in Indonesia. This figure indicates that the PMS in Indonesia is quite a lot that needs to be done to prevent efforts to control and overcome it . PMS is the appearance of a cyclical series of symptoms before menstruation which affect lifestyle and work.
To determine the knowledge of young women picture of class VII and VIII of the PMS in Junior High School Purnama Sintang 2015.
Using Descriptive - Quantitative , Research Subject : Pre Menstrual Syndrome ( PMS ) , Population of Research : 35 young people of VII and VIII grade student, Sample of Researh : total sampling, Research Location : SMP Purnama Sintang , Research Time : 13th and May 19th, 2015.
Knowledge picture Young Women Class VII and VIII of Pre Menstrual Syndrome ( PMS ) in Junior High School Purnama Sintang 2015 showed none of the respondents were knowledgeable good (0%) , the majority of respondents have sufficient knowledge of as many as 16 people (45.7%) and the majority of respondents have less knowledge as many as 19 people (54.3%). For Young women suggested that teenagers are more sensitive to information about the incidence of PMSs and solutions how to deal with the symptoms of PMS so expect diminishing the risk of PMSs. Keywords: Knowledge , Young Women, Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Pendahuluan
Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja
merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia dari remaja
berumur 10 - 19 tahun. Sekitar Sembilan ratus juta berada dinegara sedang berkembang (Badan Pusat Statistik, 2013).
Berdasarkan studi Pre Menstruasi Syndrom (PMS) oleh WHO pada tahun 2007 yang meneliti pada 14 kultur di 10 negara ditemukan prevalensi tinggi di negara-negara barat (71-73%) dan jauh lebih rendah di negara-negara non-barat (23-34%). Prevalensi PMS menurut Dean tahun 2006 disitasi dari Bakshani tahun 2006 pada orang Barat, sebanyak 85% (WHO, 2012).
Menurut survey yang dilakukan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa PMS merupakan masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh perempuan usia reproduksi, pada saat ini diperkirakan prevalensi dari gejala klinis yang berarti adalah sekitar 12,6%-31% dari wanita yang mengalami menstruasi. Studi epidemoilogi menunjukkan kurang lebih 20% dari perempuan usia reproduksi mengalami gejala PMSsedang sampai berat (Freeman, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia yang di sponsori oleh WHO didapatkan hasil bahwa gejala PMS dialami 23% wanita Indonesia. Angka ini menunjukan bahwa PMS di Indonesia cukup banyak sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk mencegah dan mengatasinya (Essel, 2007).
PMS adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul pada pertengahan siklus menstruasi, dan disusul dengan periode tanpa gejala. Riset melaporkan (Taylor, 1994) bahwa sekitar 10-30% wanita produktif mengalami PMS (Baradero, 2007).
Piramida penduduk Indonesia dari memperlihatkan proporsi usia remaja berkisar 30% dari total populasi penduduk. Hal ini berarti remaja menjadi usia mayoritas di masyarakat, khususnya di masyarakat sekolah, karena usia remaja identik dengan usia sekolah. Mayoritas usia remaja dengan segala permasalahannya membutuhkan penanganan khusus apalagi berkaitan dengan segala
perubahan baik fisik maupun psikologis yang terjadi (BKKBN, 2010).
Sekitar 60 juta jiwa penduduk Indonesia adalah remaja. Permasalahan remaja yang ada saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Berbagai data menunjukkan bahwa penerapan pemenuhan reproduksi bagi remaja belum sepenuhnya mereka dapatkan antara lain dalam hal pemberian informasi. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yaitu tentang masa subur (BKKBN, 2008).
Sekitar 40% perempuan berusia 12-50 tahun, menurut suatu penelitian mengalami PMS. Bahkan survei di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% perempuan dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi (Karyadi, 2007).
Sekitar 80% sampai 95% perempuan antara 16 sampai 45 tahun mengalami gejala-gejala PMS yang dapat mengganggu (Wijaya, 2008). Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS. Salah satu faktor penyebab PMS yaitu kadar hormon progesteron yang rendah, kadar hormon estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormone estrogen/progesteron, dan peningkatan aktivitas hormon aldosteron, reninangiotensin serta hormon adrenal (Agustina, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP Purnama Sintang yang dilakukan pada 10 siswi, didapatkan 2 siswi mempunyai pengetahuan yang cukup dan 8 mempunyai pengetahuan kurang tentang PMS. Kurangnya pengetahuan remaja putri dan informasi yang tepat tentang kejadian PMS kemungkinan dapat menimbulkan kurangnya pemahaman gangguan kesehatan dan emosi yang dialami menjelang menstruasi. Oleh karena itu perlu adanya pemberian informasi yang tepat dan lengkap pada remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka tentang PMS.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan atau area
populasi tertentu yang bersifat faktual secara objektif (Notoatmodjo, 2010).
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka peneliti merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2013). Populasi yang
diteliti dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII dan VIII dengan jumlah 35 orang SMP Purnama Sintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakantotal sampling/sampling jenuh. Sampling jenuh merupakan teknik pengambilan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang.
Hasil
Hasil analisis univariat didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII
tentang
Pre Menstruasi Syndrome
(PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Baik
0
0
2
Cukup
16
45,7
3
Kurang
19
54,3
Total
35
100
Sumber: SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.1, dari 35 responden
didapat hasil tidak seorangpun dari
responden yang berpengetahuan baik
(0%), sebagian dari responden memiliki
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 16
orang
(45,7%)
dan
sebagian
dari
responden memiliki pengetahuan kurang
yaitu
sebanyak
19
orang
(54,3%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang
Pengertian
Pre Menstruasi Syndrome
(PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Baik
16
45.7
2
Cukup
11
31.4
3
Kurang
8
22.9
Total
35
100
Sumber: SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.2, dari 35 responden
yang diteliti didapatkan hasil sebagian dari
reponden memiliki pengetahuan baik
sebanyak 16 orang (45,7%), sebagian kecil
dari responden memiliki pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 11 orang (31,4%),
dan
sebagian
kecil
dari
responden
memiliki
pengetahuan
kurang
yaitu
sebanyak
8
orang
(22,9%).
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Tanda
dan Gejala
Pre Menstruasi Syndrome
(PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Baik
0
0
3
Kurang
23
65.7
Total
35
100
Sumber: SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.3, dari 35 responden
didapat hasil tidak ada satupun dari
responden yang berpengetahuan baik
(0%), sebagian kecil dari responden
memiliki
pengetahuan
cukup
yaitu
sebanyak 12 orang (34,3%), dan sebagian
besar
dari
responden
memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 23
orang
(65,7%).
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang
Penyebab
Pre Menstruasi Syndrome
(PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Baik
5
14,3
2
Cukup
0
0
3
Kurang
30
85.7
Total
35
100
Sumber: SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.4, dari 35 responden
didapat hasil sangat sedikit dari responden
memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak
5 orang (14,3%), tidak ada satupun dari
responden yang berpengetahuan cukup
(0%), dan hampir seluruh responden
memiliki
pengetahuan
kurang
yaitu
sebanyak
30
orang
(85,7%).
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiko Terjadinya
Pre Menstruasi Syndrome
(PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
Baik
2
5,7
2
Cukup
7
20,0
3
Kurang
26
74,3
Total
35
100
Sumber: SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.5, dari 35 responden
didapat hasil sangat sedikit dari responden
yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak
2 orang (5,7%), sebagian kecil dari
responden memiliki pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 7 orang (20,0%) dan
sebagian
besar
responden
memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 26
orang
(74,3%).
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Cara
Mengatasi
Pre Menstruasi Syndrome
(PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
1
Baik
3
8,6
2
Cukup
15
42,8
3
Kurang
17
48,6
Total
35
100
Sumber: SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.6, dari 35 responden
didapat hasil sangat sedikit dari responden
yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak
3 orang (8,6%), sebagian dari responden
memiliki
pengetahuan
cukup
yaitu
sebanyak 15 orang (42,8%) dan sebagian
dari responden memiliki pengetahuan
kurang yaitu sebanyak 17 orang (48,6%).
PembahasanHasil penelitian gambaran pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang PMS di SMP Purnama Sintang Tahun 2015 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Pre Menstruasi Syndrome (PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015.
Berdasarkan tabel 4.1, gambaran pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang PMS di SMP Purnama Sintang didapatkan hasil bahwa dari 35 responden didapat hasil tidak seorangpun dari responden yang berpengetahuan baik (0%), sebagian dari responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 16 orang (54,3%) dan sebagian dari responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 orang (54,7%).
Hasil penelitian yang dilakukan di SMP Purnama Sintang didapatkan bahwa sebagian dari responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 orang (54,7%). Kurangnya informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitar maupun melalui media massa dan media cetak menyebabkan responden kurang mengetahui tentang PMS.
Penelitian ini berbeda dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Habsari (2014), dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Putri Kelas X dan XI dengan Kejadian Pre Menstruasi Syndom Di SMA N 1 Sungai Tebelian tahun 2014”, menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat
pengetahuan cukup. Hal ini dikarenakan siswi kelas X dan XII di SMA N 1 Sungai Tebelian sudah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi pada mata pelajaran biologi, melalui penyuluhan, serta informasi dari lingkungan sekitar, media massa dan orang tua.
Menurut Mubarak (2007), pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek. Sebagian besar responden mengetahui suatu informasi dengan cara mengingat kembali kejadian yang pernah dialaminya dan mengingat suatu objek yang sebelumnya pernah ditemui.
Pengetahuan seseorang juga dapat diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini didapatkan responden berpengetahuan kurang karena responden belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang PMS dan juga responden kurang memperhatikan saat diberi penyuluhan tentang PMS baik itu dari Puskesmas maupun dari tenaga kesehatan lain. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi kurangnya pengetahuan, dalam hal ini responden berada dilingkungan yang tidak pernah membicarakan tentang PMS. 2. Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Pengertian Pre Menstruasi Syndrome (PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang pengertian PMS di SMP Purnama Sintang sebagian dikategorikan baik sebanyak 16 orang (45,7%). Responden yang berpengetahuan baik karena mendapat informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitar dan juga dari media massa, terlebih SMP Purnama terletak di pusat kota Sintang sehingga responden dapat dengan mudah memperoleh informasi.
Selain itu, responden yang memiliki pengetahuan baik dikarenakan secara umum usia remaja awal lebih banyak memperhatikan keadaan perubahan yang terjadi pada tubuhnya (Widiyastuti, 2009).
Dalam Notoatmodjo (2011), Remaja merupakan anak berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis telah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka umumnya, yaitu ketika secara sosial dan psikologis mampu mandiri.
Hal ini berarti pada usia remaja awal, responden sudah mampu mengerti tentang pengertian PMS. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya pemberian informasi yang lebih lanjut lagi untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang PMS misalnya melalui penyuluhan dan pembagian brosur tentang kesehatan reproduksi remaja.
3. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Tanda dan Gejala Pre Menstruasi Syndrome (PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang tanda dan gejala PMS sebagian besar kurang yaitu sebanyak 23 orang (65,7%). Hal ini disebabkan karena kurangnya pemberian informasi yang diberikan kepada remaja dan juga remaja tidak tanggap untuk mencari informasi di lingkungan sekitarnya maupun media massa tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, responden sebagaian besar berasal dari pedesaan sehingga mayoritas
diantaranya tidak memiliki alat teknologi yang bisa digunakan untuk mencari informasi, bahkan ada di antaranya tidak mengerti bagaimana menggunakan teknologi tersebut, misalnya bagaimana cara browsing informasi melalui handphone ataupun komputer, serta responden tidak mau menerima informasi baru dari orang sekitarnya, khususnya informasi mengenai kesehatan reproduksi. Akibat kurangnya pengetahuan responden tentang tanda dan gejala PMS menyebabkan responden tidak dapat mendeteksi secara dini apabila mereka terkena PMS.
Menurut Istiarti (2012), masa remaja adalah masa yang diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Oleh sebab itu, perlu diberikan informasi mengenai tanda dan gejala dari PMS sehingga diharapkan remaja dapat mengetahui apabila tanda dan gejala PMS tersebut muncul pada diri mereka.
4. Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Penyebab Pre Syndrome (PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.4, didapatkan hasil bahwa hampir seluruh responden tidak mengetahui tentang pengetahuan remaja putri mengenai penyebab PMS yaitu sebanyak 30 orang (85,7%). Hal ini disebabkan karena remaja yang kurang memiliki rasa ingin tahu tentang perubahan yang terjadi pada dirinya saat hendak menstruasi.
Ketidaktahuan remaja juga bisa disebabkan karena perilaku tertutup yang ditanam dalam dirinya. Perilaku tertutup yang dimaksud adalah dimana respon seseorang dari stimulus yang ada hanya sebatas perasaan dan persepsi saja (Notoadmodjo, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya bimbingan yang lebih intensif kepada remaja agar mereka bisa mengetahui dan peka terhadap perubahan yang terjadi
pada dirinya saat hendak dan atau sedang menstruasi.
5. Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resiko Terjadinya Pre Menstruasi Syndrome (PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Menurut tabel 4.5, didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya PMS yaitu sebanyak 26 orang (74,3%).
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri atas komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Dalam konteks ini, setiap perbuatan seseorang dalam merespon sesuatu pastilah terkonseptualisasi dari ketiga ranah ini. Perbuatan seseorang atau respon seseorang didasari oleh seberapa jauh pengetahuannya terhadap rangsang tersebut, bagaimana perasaan dan penerimaannya, dan seberapa besar keterampilannya dalam melaksanakan atau melakukan perbuatan yang diharapkan (Mubarak, 2011).
Dari penelitian ini menujukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui dan bahkan merasa tidak perlu mengetahui faktor resiko terjadinya PMS. Hal ini disebabkan karena responden merasa PMS bukan masalah yang serius saat menstruasi dan beranggapan bahwa PMS pasti terjadi pada semua wanita yang mengalami menstruasi. Hal itu menunjukkan bahwa perlu diberikan informasi yang sesuai bahwa tidak semua wanita mengalami PMS. PMS dapat dialami oleh wanita yang memiliki kebiasaan merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol, kurang berolahraga atau kurang beraktivitas, kekurangan zat gizi serta wanita yang mengalami stress (Hapsari, 2009).
6. Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Cara Mengatasi Pre Menstruasi Syndrome (PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015
Menurut tabel 4.6 didapatkan hasil bahwa sebagian dari responden memiliki pengetahuan kurang tentang bagaimana mengatasi atau menangani PMS yaitu sebanyak 18 orang (48,6%).
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku kurang dalam mengatasi PMS. Banyak responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga dan latihan relaksasi dengan latihan yoga, padahal latihan-latihan tersebut penting bagi tubuh terutama pada hal ini yaitu mengatasi PMS, karena dengan aktivitas dan latihan tubuh bisa lebih rileks. Mengatasi PMS tidak hanya dengan aktivitas olahraga dan latihan relaksasi, tetapi bisa dengan lainnya seperti pendapat Suparman (2011) bahwa penatalaksanaan PMS dibagi menjadi tiga yaitu nonfarmakoterapi, farmakoterapi dan operatif. Penatalaksaan nonfarmakoterapi meliputi pengaturan makan, latihan dan relaksasi, modifikasi pola tidur dengan nyenyak. Secara farmakoterapi dengan menggunakan obat-obatan atau asupan vitamin seperti vitamin B6, diuretik, anti cemas, anti depresan, dan hormonal. Sedangkan penatalaksanaan operatif dilakukan hanya untuk kasus-kasus berat. Kemungkinan responden tidak melakukan hal-hal tersebut karena pada waktu PMS muncul, konsentrasi responden berkurang.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang “Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII Tentang Pre Menstruasi Syndrome(PMS) di SMP Purnama Sintang Tahun 2015”, dari 35 orang responden didapatkan hasil bahwa:
1. Pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang PMS di SMP Purnama tahun 2015 dikategorikan kurang karena sebagian besar dari reponden memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 orang (54,3%)
2. Pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang pengertian PMS di SMP Purnama tahun 2015 dikategorikan baik karena sebagian dari reponden memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 orang (45,7%).
3. Pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang tanda dan gejala PMS di SMP Purnama tahun 2015 dikategorikan kurang karena sebagian besar dari responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 23 orang (65,7%).
4. Pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang penyebab PMS di SMP Purnama tahun 2015 dikategorikan
kurang karena hampir seluruh responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 30 orang (85,7%).
5. Pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang faktor-faktor resiko terjadinya PMS di SMP Purnama tahun 2015 dikategorikan kurang karena sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 26 orang (74,3%).
6. Pengetahuan remaja putri kelas VII dan VIII tentang cara penanganan PMS di SMP Purnama tahun 2015 dikategorikan kurang karena sebagian dari responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 17 orang (48,6%).
Daftar pustaka