• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Akad Ijarah (Studi Pengurusan Haji Dan Umrah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Akad Ijarah (Studi Pengurusan Haji Dan Umrah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM AKADIJARAH

BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.

Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas

telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal

pendiriannya.

Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan

hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.

Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul

dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah

menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi

kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri

perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis

luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan

merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.39

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh

Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota

Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan

39Bank Syariah Mandiri,Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses

(2)

melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor

asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat

bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi

satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.

Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank

Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan

tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok

perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun

1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual

banking system).

Tim pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU

tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila

Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim

Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan

infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional

menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank

Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23

(3)

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh

Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25

Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank

Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank

Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H

atau tanggal 1 November 1999.40

PT Bank Syariah Mandiri cabang Medan hadir, tampil dan tumbuh sebagai

bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang

melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai

rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam

kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia

menuju Indonesia yang lebih baik.41

Visi dan misi Bank Syariah Mandiri Cabang Medan yaitu :42

1. Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

2. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.

3. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.

4. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat.

5. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

40Bank Syariah Mandiri,Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses

April 2012

41

Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang medan, April 2012.

42 Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang

(4)

6. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.

Kepuasan pelanggan yang merupakan bidang jasa yaitu elemen penting dan

menentukan dalam menumbuhkembangkan perusahaan agar tetap eksis menghadapi

persaingan. Peningkatan pelayanan kepada para nasabah adalah hal yang sangat

penting dalam usaha meningkatkan kepuasan para nasabah, karena para nasabah

sangat besar peranannya dalam kontribusi pendapatan secara langsung maupun secara

tidak langsung dalam mendukung eksistensi perusahaan. Konsep kepuasan nasabah

sebenarnya masih bersifat abstrak, pencapaian kepuasan dapat merupakan proses

sederhana, maupun kompleks dan rumit. Dalam hal ini, peranan individu dalam

service countersangatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk.

Puas atau tidaknya nasabah adalah respon nasabah terhadap evaluasi ketidaksesuaian

atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya atau norma kinerja

lainnya.43

Kepuasan nasabah adalah hal pokok yang tidak boleh diabaikan bagi

perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan, dimana kepuasaan nasabah

merupakan aspek stategis dalam memenangkan persaingan mempertahankan citra

perusahaan di masyarakat yang luas, sehingga pelayanan yang bermutu bagi nasabah

merupakan hal penting. Dengan adanya perbankan syariah yang telah memasuki

persaingan berskala global, merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dan

43 Supranowo, “Analisis dimensi kualitas jasa terhadap kepuasan konsumen di PT. Bank

(5)

ditangani oleh Bank syariah untuk dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan

bangsa melalui pemberdayaan ekonomi umat.44

Pengertian bank syariah secara filosofi adalah bank yang aktivitasnya

meninggalkan masalah riba dengan demikian penghindaran bunga dan bank syariah

mandiri juga merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti

ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata-cara bermuamalat secara Islam.

Atribut-atribut produk islam dari bank syariah mandiri cabang Medan yang

menjadi ukuran sebagai berikut :45

1. Menghindari unsurriba.

2. Hasil investasi dibagi menurut bagi hasil(al-mudharabah) 3. Menghindari unsur ketidakpastian (gharar)

4. Menghindari unsur gambling/judi (maisir) 5. Melakukan investasi yang halal.

6. Melakukan aktivitas sesuai dengan syariah.

Agar dapat melayani kebutuhan ataupun komplain nasabah secara efektif,

dibutuhkancustomer serviceyang dapat menjembatani nasabah dengan layanan bank.

Customer service(pelayanan pelanggan) adalah kualitas perlakuan yang diterima oleh

pelanggan selama berlangsungnya kontrak bisnis dengan perusahaan. Pelayanan yang

baik adalah pelayanan yang mengenai sasaran dalam arti sesuai dengan kebutuhan

dan tuntutan para pelanggan atau nasabah tersebut. Maka dari itu terhadap tuntutan

para nasabah tersebut, diantaranya melalui aktivitas customer service yang bertugas

(6)

melayani, memberi informasi tentang produk-produk bank dan fasilitas-fasilitas apa

saja yang dimiliki oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan serta menciptakan

hubungan yang harmonis dengan para nasabah atau calon nasabah. Dengan adanya

hubungan baik tersebut akan dapat menarik minat dan perhatian masyarakat untuk

menabung dan meminjam uang di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.46

Jenis-jenis pelayanan perbankan yang berkenaan langsung dengan nasabah

pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan adalah kegiatan yang terjadi di

banking hall, seperti pelayanan teller, customer service, maupun infrastruktur

pelayanan.47

Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga harus

dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan merupakan unsur penting

di industri perbankan syariah mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh

industri perbankan yang semakin meningkat.

Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing

perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumberdaya dan risiko

secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan

pemegang saham dan stakeholders, sehingga BSM dapat beroperasi dan tumbuh

secara berkelanjutan dalam jangka panjang. BSM berkomitmen penuh melaksanakan

GCG di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi dengan berpedoman pada berbagai

(7)

ketentuan dan persyaratan terkait dengan pelaksanaan GCG. Hal itu diwujudkan

dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi yaitu :48

1. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian internal bank.

2. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal. 3. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian internal. 4. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana berskala besar. 5. Rencana strategis bank.

6. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank.

Untuk mengoptimalkan penerapan Good Corporate Governance, Bank

Syariah Mandiri cabang Medan melakukan penguatan infrastruktur, restrukturisasi

internal yang mengarah kepada praktik terbaik, penyesuaian dan pembaharuan sistem

dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan GCG yang efektif.

Penerapan Good Corpporate Governance di BSM membaik pada tahun 2009

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengukuran tingkat kepatuhan BSM

dalam menerapkan GCG menggunakan checklist (self assessment) dimana hasil

penilaiannya dalam bentuk index. Untuk keperluan internal, penilaian dilakukan

secara semesteran dan untuk keperluan laporan kepada Bank Indonesia, penilaian

dilakukan secara tahunan. Seiring dengan keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI)

No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit

48Bank Syariah Mandiri,Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses

(8)

Usaha Syariah, BSM sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam PBI tersebut.49

B. Pengertian Akad Menurut Fiqh yang Terdapat Dalam Bank Syariah.

Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat, menyambung atau

menghubungkan. Dikatan ikatan (al-rabth) maksudnya adalah menghimpun atau

mengumpulkan dua ujung tali dan menguatkan salah satunya pada yang lainnya

hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.50

Dalam Al-quran kata al-aqdu terdapat pada surat Al-Maidah ayat (1) bahwa

manusia diminta untuk memenuhi akadnya. Menurut Gemala Dewi beliau mengutip

pendapat Fathurrahman Djamil, istilah al-aqdu dapat disamakan dengan istilah

verbintenisdalam KUHPerdata.51

Definisi perjanjian sendiri telah disebutkan dalam pasal 1313 KUHPerdata,

yaitu suatu perbuatan dimana seseorang atau beberapa orang mengikatkan diri untuk

sesuatu hak terhadap seseorang dan beberapa orang lainnya. Dengan adanya

perjanjian ini maka menimbulkan hubungan hukum antara orang-orang yang

melakukan perikatan. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dengan perjanjian

adalah perjanjian yang menerbitkan perikatan, seperti yang tercantum dalam Pasal

1233 KUHPerdata bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik

49

Bank Syariah Mandiri,Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses April 2012

50

Ghufron A. Mas’adi,Fiqh Muamalah Konstektual, cet I, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2002, hal 75.

51Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti,Hukum Perikatan Islam di Indonesia,

(9)

karena undang-undang, yang tercantum pasal 1234 KUHPerdata karena tiap-tiap

perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau tidak untuk

berbuat sesuatu, bahwa perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan.52

Abdoerraoef yang dikutip Geumala Dewi mengemukakan terjadinya suatu

perikatan (al-aqdu) melalui tiga tahap yaitu :53

1. Al-ahdu (perjanjian dari seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan tidak ada sangkut pautnya dengan kemauan orang lain. Janji ini mengikat orang yang menyatakan untuk melaksanakan janjinya tersebut, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam firman QS. Ali Imran ayat 76.

2. Persetujuan yaitu pernyataan setuju dari pihak kedua untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagai reaksi terhadap janji yang dinyatakan oleh pihak pertama. Persetujuan tersebut harus sesuai dengan janji pihak pertama.

3. Apabila dua buah janji dilaksanakan maksudnya oleh para pihak, maka terjadilah apa yang dinamakan akdu oleh Al-quran yang terdapat dalam QS. Al-Maidah ayat 1. Maka yang mengikat masing-masing pihak sesudah pelaksanaan perjanjian itu bukan lagi perjanjian atauahduitu, tetapiakdu.

Perbedaan yang terjadi dalam proses perikatan antara hukum Islam dan

KUHPerdata adalah pada tahap perjanjiannya, yaitu:

Pada hukum perikatan Islam, janji pihak pertama adalah terpisah dengan janji

pihak kedua, dimana terjadi dua tahap dalam prosesnya, baru kemudian lahir

perikatan, sedangkan KUHPerdata, perjanjian antara pihak pertama dan pihak kedua

adalah salah satu tahap yang tidak terpisah, yang kemudian melahirkan perikatan

antara keduanya.54

52Oti Pertiwi,Tesis Penerapan akad al-qardh dalam produk pembiayaan perbankan syariah

suatu penelitian pada Bank BPD Aceh Syariah di Banda Aceh, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2010, hlm 97 diakses tanggal 17 mei 2012 .

53Ibid, hlm 49.

(10)

Akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum (tasharruf) yang

menimbulkan akibat hukum terdapat objek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak

dan juga memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak. Dan

juga memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak.

Musthafa Ahmad az-Zarqa menyatakan bahwa tasharruf adalah segala sesuatu

(perbuatan) yang bersumber dari kehendak seseorang dan syara’ menetapkan atasnya

sejumlah akibat hukum (hak dan kewajiban).55

Definisisyara’ adalah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan syar’i dan

dia berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum itu

tidak ada.56

Menurut musthafa ahmad az-zarqa,tasharrufmemiliki dua bentuk yaitu:57

a. Tasharruf fi’li (perbuatan) yaitu usaha yang dilakukan manusia dari tenaga dan badannya.

b. Tasharruf qauli (perkataan), yaitu usaha yang keluar dari lidah manusia. Tindakan ini dapat bersifat akad dan yang bersifat akad dan yang bersifat non akad.Tasharruf qauli terdiri dari:

1. Tasharruf qauli aqdi, yaitu sesuatu yang dibentuk dari kedua ucapan kedua belah pihak yang saling bertalian, yaitu ijab dan qabul. Tindakan ini adalah merupakan suatu akad yang nantinya akan melahirkan perikatan antara keduanya.

2. Tasharruf qauli ghairu aqdi, perkataan yang bukan merupakan akad atau tidak ada ijab qabul, perkataan ini berupa:

a. Perkataan yang berupa pernyataan, yaitu pengadaan suatu hak atau mencabut suatu hak.

b. Perkataan yang berupa perwujudan, yaitu dengan melakukan penuntutan hak atau dengan perkataan yang menyebabkan adanya akibat hukum.

55Ghufron A. Mas.Adi. Op.cit.,hlm 77

56Ibid hlm 1691

(11)

Hasballah Thaib mengatakan bahwa suatu perjanjian menurut jumhur ulama

dikatakan dengan akad, secara terminologi akad didefinisikan dengan pertalian ijab

(pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerima) sesuai dengan

kehendak syariat yang mempengaruhi pada obyek perikatan.58

Muamalah dalam arti sempit adalah ekonomi Islam. Ekonomi Islam mengatur

manusia dalam menjalankan aktivitasnya supaya sesuai dengan prinsip – prinsip

syariah. Prinsip-prinsip syariah antara lain prinsip perbankan non riba, prinsip

perniagaan halal dan tidak haram, prinsip keridhaan para pihak dalam berkontrak,

prinsip dana yang amanah, jujur dan bertanggung jawab.59 Prinsip-prinsip tersebut

itulah yang kemudian dikenal dengan istilah prinsip ekonomi syariah.

Fiqh muamalat Islam membedakan antara wa’ad denganakad. Wa’ad adalah

janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah

kontrak antara dua belah pihak.Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang

memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak

yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dilain

pihak akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing

pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah

disepakati terlebih dahulu.60 Dalam akad, terms and condition-nya sudah di tetapkan

secara terperinci dan spesifik . Bila salah satu atau kedua belah pihak yang terikat

58

M. Hasballah.,Op.Cit.,hlm 1.

59Jafril Khalil,Prinsip Syariah dalam Perbankan, “Jurnal Hukum Bisnis, Vol 20,

Agustus-September, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, hlm 47.

(12)

dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima

sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.

Dari segi atau tidak adanya kompensasi fiqh Muamalah membagi lagi akad

menjadi dua bagian yaitu :61

1. Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba). Contoh akad

tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, hibah, waqf,

shadaqah, hadiah, dan lain-lain.

2. Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for propit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan,

karena itu bersifat komersil, karena akad tabarru’ ini dapat digunakan untuk

menjembatani atau memperlancar akad-akadtijarah. contoh akadtijarah ada

2 (dua) yaitu adanatural certaintydannatural uncertainty.

Akad tijarahberdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya,

akadtijarahpun dapat kita bagi menjadi dua kelompok besar yakni :62

a. Natural uncertainty

Natural uncertainty adalah pihak-pihak yang bertransaksi saling

mencampurkan asetnya(baik real asset maupun financial asset) menjadi

satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk

mendapatkan keuntungan karena merupakan kontrak investasi. natural

(13)

uncertainty akadnya adalah (musyarakah, wujud, inan, abdan,

muwafadhah, muzara’ah, musaqah, mukhabarah). Natural certainty

contracts;

b. Natural certainty contracts

Natural certainty contracts adalah kedua belah pihak saling

mempertukarkan asset yang dimilikinya, karena itu objek pertukarannya

(baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan diawal akad dengan

pasti. Baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), harganya (price), dan

waktu penyerahannya (time of delivery). Jadi kontrak-kontrak ini secara

sunatullah (by their nature) menawarkan return yang tetap dan pasti.

Yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak jual beli, upah –

mengupah, sewa-menyewa, dan lain-lain, yakni akad jual-beli (al,bai’

salam, dan istishna murabahah) dan akad sewa menyewa (ijarah dan

ijarah muntahia bittamlimik).

Ijarah adalah akad memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang atau pun jasa

atas tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, maka disebut

sewa-menyewa. Sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja,

disebut upah-mengupah.63

Namun demikian pada zaman modern ini muncul inovasi baru dalam ijarah,

di mana si peminjam dimungkinkan untuk memiliki objek ijarahnya di akhir periode

(14)

peminjaman.Ijarah yang membuka kemukinan perpindahan kepemilikan atas objek

ijarah ini disebutijarah muntahia bittamlimik.

Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik harus

melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik

dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masaijarah selesai.

Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akadijarahadalahwa'd yang

hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad

pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masaijarahselesai.

C. Pengertian Ijarah Dalam Fiqh dan Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Secara etimologis al-ijarah b e r a s a l d a r i k a t a al-ajru y a n g a r t i

menurut bahasanya ialahal-iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya adalah ganti

dan upah.Sedangkan menurut Rahmat Syafi’I dalam fiqh Muamalah ijarah adalah

(menjual manfaat).64

Menurut pengertian syara’ al-ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil

manfaat dengan jalan penggantian. Karena itu menyewakan pohon untuk

dimanfaatkan buahnya, tidaklah sah, karena pohon bukan sebagai manfaat. Demikian

pula halnya menyewakan dua jenis mata uang (emas dan perak), makanan untuk

dimakan, barang.

Ijarah menurut fiqh syafi’i adalah upah dan mengupah65 dan Nor

Hasanuddin sebagai penerjemah fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq

(15)

menjelaskan makna ijarah dengan sewa menyewa. Dan perbedaan terjemahan kata

ijarah dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.66

Pengertian al-ijarahmenurut istilah syariat Islam terdapat beberapa pendapat

Imam Mazhab Fiqh Islam sebagai berikut: :67

1. Para ulama Mazhab Hanafiyah berpendapat, bahwa al-ijarah adalah suatu

transaksi yang memberi faedah pemilikan suatu manfaat yang dapat diketahui

kadarnya untuk suatu maksud tertentu dari barang yang disewakan dengan

adanya imbalan.

2. Ulama Mazhab Malikiyah mengatakan, selain al-ijarah dalam masalah ini ada

yang diistilahkan dengan kata al-kira`, yang mempunyai arti bersamaan, akan

tetapi untuk istilah al-ijarah mereka berpendapat adalah suatu `aqad atau

perjanjian terhadap manfaat darial-Adamy (manusia) dan benda-benda bergerak

lainnya, selain kapal laut dan binatang, sedangkan untukal-kira`menurut istilah

mereka, digunakan untuk `aqad sewa-menyewa pada benda-benda tetap, namun

demikian dalam hal tertentu, penggunaan istilah tersebut kadang-kadang juga

digunakan.

3. Ulama Syafi`iyah berpendapat, al-ijarah adalah suatu aqad atas suatu manfaat

yang dibolehkan olehSyara`dan merupakan tujuan dari transaksi tersebut, dapat

66

Sayyid Sabiq,Fiqh Sunnah terjemah Nor Hasanuddin , Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2004 hlm. 203

67Artikelnonpersonal,http//.xa.yimg.com/kq/groups/24017033/1685526130/.../paper+ijarah.d

(16)

diberikan dan dibolehkan menurut Syara` disertai sejumlah imbalan yang

diketahui.

4. Hanabilah berpendapat, al-ijarah adalah `aqad atas suatu manfaat yang

dibolehkan menurut Syara` dan diketahui besarnya manfaat tersebut yang

diambilkan sedikit demi sedikit dalam waktu tertentu dengan adanya`iwadah.

Pengertianijarah menurut Bank Syariah Mandiri cabang Medan adalah akad

penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat atas suatu

barang atau jasa berdasarkan transaksi dalam waktu tertentu melalui pembayaran

sewa/upah, tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan barang itu sendiri.68

Berdasarkan mazhab fiqh Islam dan bank syariah mandiri cabang Medan

mengenai pengertian ijarah telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam, dimana

ijarah yang dimaksud adalah suatu manfaat yang dibolehkan yang diberikan oleh

bank kepada nasabah atas suatu barang dan jasa dimana bank mendapat pembayaran

sewa/upah karena pemberian jasa pembiayaan yang diberikan bank syariah mandiri

cabang Medan tersebut.

Dalam hal `aqad ijarah dimaksud terdapat tiga unsur pokok, yaitu pertama,

unsur pihak-pihak yang membuat transaksi, yaitu majikan dan pekerja. Kedua, unsur

perjanjian yaitu ijab dan qabul, dan yang ketiga, unsur materi yang diperjanjikan,

berupa kerja danujrahatau upah.

68 Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang

(17)

Al Ijarahadalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat suatu barang atau

jasa dengan jalan penggantian. Beberapa contoh kontrak ijarah pemilikan manfaat

seperti:69

a. Manfaat yang berasal dari aset seperti rumah untuk ditempati, atau mobil

untuk dikendarai.

b. Manfaat yang berasal karya seperti hasil karya seorang insinyur bangunan,

tukang tenun, tukang pewarna, penjahit.

c. Manfaat yang berasal dari skill/keahlian individu seperti pekerja kantor,

pembantu rumah tangga. Sementara itu, menyewakan pohon untuk

dimanfaatkan buahnya, menyewakan makanan untuk dimakan, dll bukan

termasuk kategori ijarah karena barang-barang tersebut tidak dapat

dimanfaatkan kecuali barang-barang tersebut akan habis dikonsumsi.

Hampir semua ulama fiqih sepakat bahwa ijarah di syariatkan dalam Islam.

Adapun golongan yang tidak menyepakatinya, berpendapat/beralasan bahwa ijarah

adalah jual beli kemanfaatan, yang tidak dapat dipegang (tidak ada) sesuatu yang

tidak ada tidak dapat dikategorikan jual beli. Dalam menjawab pandangan ulama

yang tidak menyepakati ijarah tersebut. Ibn Rusyd berpendapat bahwa kemanfaatan

walaupun tidak berbentuk dapat dijadikan alat pembayaran menurut kebiasaan (adat).

(18)

Jumhur ulama berpendapat bahwa ijarah disyariatkan berdasarkan Al- Qur’an,

As-sunah, dan ijma’.70

Antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna operasional, sewa biasanya

digunakan untuk benda, seperti “seorang mahasiswa menyewa kamar untuk tempat

tinggal selama kuliah”, sedangkan upah digunakan untuk tenaga,71 seperti “Bank

memberikan uang dalam hal ini pembiayaan buat nasabah untuk melakukan suatu

manfaat untuk melakukan pembayaran buat ibadah haji dan umrah. yang di berikan

bank kepada nasabah dengan jalan nasabah memberikan ujrah atau upah kepada

bank, dan pembayarannya nasabah harus melakukannya sesuai dengan tepat waktu

yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Harga sewa/upah (ujrah) syarat-syarat yaitu :72

a. Harga sewa (ujrah) dapat didefinisikan sebagai imbalan yang diperjanjikan dan

dibayar oleh si penyewa sebagai harta atas manfaat yang dinikmatinya.

b. Harga sewa (ujrah) harus dinyatakan secara jelas dan sesuatu yang bernilai harta

serta pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Sesuai dengan

Hadits Rasullullah S.a.w: Dari Abi Said, Rasulullah berkata: “Bila kamu

menyewa seorang pekerja harus memberi tahu upahnya”. (Hadist AnNasai, no

3797, kitab Imam dan Nazar)

70Mahfud, Fiqh Muamalah,Mahfud,

http://mahfudbawean.blogspot.com/2009/12/blog-post.html diakses tanggal 18 mei 2012

71T u ’ n a s F u a i d a h , F i q i h 2

http://www.scribd.com/doc/73806666/pengertian-ijarah, diakses tanggal 12 mei 2012

72

(19)

c. Jika manfaat sewa telah dinikmati, sedangkan nilai sewa tidak ditentukan, maka

besarnya sewa dari manfaat yang senilai harus dibayarkan.

d. Kebanyakan ulama membolehkan membayar ujrah selain dalam bentuk uang,

yaitu dalam bentuk manfaat yang serupa dengan objek kontrak. Mis: harga sewa

rumah selama sehari sebesar 300 ribu, kemudian si pemilik rumah membutuhkan

mobil untuk kebutuhan nikah anaknya selama satu hari dan kebetulan si penyewa

rumah memiliki mobil dan dengan kesepakatan harga sewa kedua belah pihak

akhirnya harga sewa rumah dibayar dengan harga sewa mobil.

e. Kelenturan (flexibility) dalam menentukanujrah dapat ditentukan dalam ukuran

waktu, tempat, dan jarak. Misalnya, seseorang berkata kepada lainnya: ”jika

anda menjahitkan baju ini untuk saya pada hari ini, upahnya Rp 30.000,00.

Sedangkan jika Anda menjahitkannya besok, upahnya Rp 20.000,00”. Atau jika

Anda tinggal dirumah ini sebagai pedagang emas, maka sewanya adalah Rp 2

juta, sedangkan jika Anda sebagai pembuat parfum, sewanya Rp 1juta ”, dan

sebagainya.

f. Pembayaran ujrah di muka dibolehkan dalam syariah. Hal tersebut dapat

merupakan pembayaran di muka dari total ujrah. Dalam ujrah semua

pembayaran adalah sewa yang dapat dipercepat atau ditunda, baik

keseluruhannya atau sebagian (jika ia merupakan bagian dari total ujrah).

Pembayaran itu dapat dilakukan secara angsuran atau ditangguhkan setelah yang

(20)

Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil

manfaat dengan jalan penggantian. Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah

penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa

dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan

kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada

penyewa.73

D. Dasar Hukum Akad Ijarah dalam fiqh Islam dan Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

Adapun landasan hukum ijarah dari Al-Qur’an dapat ditemukan antara lain

pada Surah Az-Zuhruf ayat 32 ialah74

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

73Ibid hlm3

74Artikel non personal,Ijarah, http://ebookbrowse.com/paper-ijarah-doc-d141004811, diakses

(21)

Ayat ke 32 surat Az zukhruf ini didahului dengan kisah Nabi Ibrahim a.s,

bahwa ia berlepas diri dari apa yang dilakukan ayahnya dan kaumnya yang

mempraktikan kemusyrikan dengan menyembah berhala meskipun Nabi Ibrahim a.s

telah memberikan kabar peringatan kepada mereka. Namun demikian Allah tidak

tetap memberikan nikmat kehidupan hingga kepada keturunan mereka, hingga datang

rasul terakhir yang membawa Al Qur’an yaitu Rasulullah Muhammad saw. Dan

ketika kebenaran itu datang mereka tetap mengingkarinya dan berkata bahwa apa

yang dibawa oleh Rasulullah saw tidak lain adalah sihir, dan dengan menantang

mereka berkata mengapa pula Al-Quran diturunkan pada Muhammad saw yang

mereka anggap biasa saja, alih-alih pembesar penting yang memiliki banyak materi

dari negeri Mekah atau Thaif. Atas perkataan mereka Allah menyanggah siapakah

hakekat mereka hingga dengan lancangnya mereka mengatakan amanah dan

tanggung jawab ini dan itu lebih pantas diserahkan kepada si orang ini atau orang

yang lain itu.

Kemudian Allah menerangkan bahwa Allah telah membedakan hambanya

berkenaan dengan harta kekayaan, rezeki, akal, pemahaman, dan sebaginya yang

merupakan kekuatan lahir dan batin,agar satu sama lain saling menggunakan

potensinya dalam beramal, karena yang ini membutuhkan yang itu dan yang itu

membutuhkan yang ini. Kemudian Allah menutup ayat dengan menegaskan bahwa

apa-apa yang dirahmatkan Allah kepada para hamba-nya adalah lebih baik bagi

mereka dari pada apa-apa yang tergenggam dalam tangan mereka berupa

(22)

pemanfaatan jasa atau skill orang lain adalah suatu keniscayaan kerena Allah

menciptakan makhluknya dengan potensi yang beraneka ragam agar mereka saling

bermuamalah.75

Surah Al-Baqarah ayat 233 terjemahannya ialah76

“Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun genap, iaitu bagi orang hendak menyempurnakan penyusuan itu: dan kewajiban bapak ialah memberi makan dan pakaian kepada ibu itu menurut cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut kemampuannya. Janganlah menjadikan seseorang ibu itu menderita kerana anaknya, dan (jangan juga menjadikan) seseorang bapa itu menderita kerana anaknya dan waris juga menanggung kewajipan yang tersebut (jika si bapa tiada). Kemudian jika keduanya (suami isteri) mahu menghentikan penyusuan itu dengan persetujuan (yang telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding, maka mereka berdua tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak beri anak-anak kamu menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya bagi kamu apabila kamu serahkan (upah) yang kamu mahu beri itu dengan cara yang patut. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, serta ketahuilah, sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apa jua yang kamu lakukan”

Surah Al-Baqarah ayat 233 ini berisi bimbingan Allah kepada ayah dan ibu

dalam menunaikan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Pada awal ayat Allah

memberikan bimbingan kepada para ibu bayi agar menyusui anaknya secara

sempurna yaitu selama dua tahun setelah itu tidak ada lagi penyusuan, namun

ditujukan bagi mereka yang ingin melakukan proses secara sempurna.

Menyusui bukan merupakan kewajiban bagi ibu bayi, hanya merupakan

anjuran, namun menunaikannya akan lebih memberikan masalah bagi bayi.

Kemudian ayat dilanjutkan dengan mewajibkan bagi para ayah untuk memberikan

(23)

biaya hidup dan sandang yang ma’ruf ibu bayi selaras dengan adat istiadat yang

berlaku di negara masing-masing tanpa berlebihan atau berkekurangan serta selaras

dengan kesanggupan dan kelancaran ayah si bayi. Jadi memberikan nafkah kepada

isteri merupakan kewajiban bagi para suami, namun disesuaikan dengan kemampuan.

Hadirnya anak merupakan rahmat dan amanah dari Allah SWT kepada hamba-Nya,

oleh karena itu ayah tidak boleh dengan sengaja membuat penderitaan kepada ibu

melalui anaknya, misalnya ayah merampas anak dari ibu dengan tujuan membuat ibu

menderita, atau sebaliknya ibu sengaja menyusahkan ayah dengan menolak untuk

merawat anak dengan tujuan untuk menyusahkan ayah dalam mendidik anak. Apabila

karena sebab kesulitan satu dan lain hal, ibu dan ayah bersepakat untuk anaknya

menyusu dari perempuan lain, maka hal tersebut dibolehkan dengan syarat pemberian

pembayaran yang patut atas manfaat yang diberikan perempuan lain atau ibu susu

kepada bayi mereka.

Kasus penyusuan ini menjadi dasar atas dibolehkannya mendapatkan

pembayaran atas pekerjaan, manfaat atau jasa yang dilakukan kepada orang lain.

Kemudian ayat ditutup dengan perintah agar hambanya bertakwa kepada Allah dan

mengingatkan kebesaran Allah bahwa Allah Maha melihat apa-apa yang dilakukan

hambanya. Demikianlah penafsiran yang diberikan segolongan tabi’i dan yang

lainnya.77

Surah Al-Qashash ayat 26 dan 27 ialah78

(24)

Terjemahanny

rang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku orang yang bekerja (pada kita), karena sesu paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (p yang kuat lagi dapat dipercaya. (28-26)

dia (Syu’aib) : ”Sesungguhnya aku b

kamu dengan salah seorang dari kedua anakk a kamu bekerja denganku delapan tahun dan epuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaik a aku tidak hendak memberati kamu. Dan ka mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.”

risi mengenai setelah Musa keluar dari Mesir M

usa bertemu dua wanita kakak beradik yang

dari sumur, karena dihalangi orang-orang. Oran

ada domba mereka kemudian menutup sumu

iangkat oleh sepuluh orang laki-laki. Musa k

ngangkat batu-batu itu agar wanita itu bisa mem

(25)

mereka. Musa sangat

at kelaparan dan keletihan dalam perjalanannya

ian memberitahu mengenai Musa kepada ayah

ah mereka menyuruh keduanya untuk mema

ang tua itu meminta Musa untuk b

ternak domba selama 8 tahun dan sebagai upahn

ua anaknya. Setelah delapan tahun Musa dibe

adanya, namun apabila Musa mneggenapkanny

n kenaikan dari Musa.

ahzab hambali ayat ini menjadi dalil bagi s

nan atau pakaian.79

ayat 6 antara lain80

lah mereka (para isteri) di mana kamu bertemp

mu dan janganlah kamu menyusahkan

an (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-iste sedang hamil, maka berikanlah kepada mer

eka bersalin, kemudian jika mereka menyusuk aka berikanlah kepada mereka upahnya; dan

(26)

di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS. 65:6)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa menjadi kewajiban bagi suami

memberi tempat tinggal yang layak sesuai dengan kemampuan suaminya kepada istri

yang tengah menjalani idah. Jangan sekali-kali berbuat yang menyempitkan dan

menyusahkan hati istri itu dengan menempatkannya pada tempat yang tidak layak

atau membiarkan orang lain tinggal bersama dia, sehingga ia merasa harus

meninggalkan tempat itu dan menuntut tempat lain yang disenangi.

Jika istri-istri yang ditalak ba'in sedang hamil, maka wajib mereka itu diberi nafkah

secukupnya sampai mereka melahirkan, karena apabila mereka itu melahirkan maka

habislah masa idahnya. Sekalipun mereka itu sudah habis masa idahnya, tetapi

mereka menyusukan anak-anak dari suami yang menalaknya, maka mereka wajib

diberi upah sebesar yang umum berlaku, oleh ayah anak-anak itu. Sebaliknya ayah

dan ibu dari anak-anak itu merundingkan bersama tentang kemaslahatannya

(anak-anak) itu mengenai kesehatan pendidikan dan sebagainya.

Apabila antara kedua belah pihak tidak terdapat kata sepakat, maka pihak

ayah boleh saja memilih perempuan lain yang dapat menerima dan memahami

kemampuannya itu, untuk menyusukan anak-anaknya. Sekalipun demikian, kalau

(27)

juga, maka wajiblah

lah anak itu menyusu pada ibunya, dengan

fkah yang diberikan kepada orang lain.81

7782

uanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampa ri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, ke

n dalam negeri itu dinding rumah yang ha egakkan dinding itu. Musa berkata: Jikalau k ambil upah untuk itu.” (QS. 18:77)

hfi menceritakan tentang Musa dan sahabatny

sebelumnya mencapai kesepakatan untuk

Musa jangan memulai menanyakan sesuatu y

enerangkan dan menjelaskannya, setelah du

a negeri Elia atau Li’ama atau Bakhla, namun p

njamu mereka. Di negeri itu pula mereka me

ir roboh. Lalu Khidir menegakkannya kemba

a Khidir untuk meminta upah kepada pen

(28)

perbuataanya telah menegakkan rumah tersebut, apalagi setelah penduduk negeri itu

sama sekali tidak menjamu mereka.

Ayat ini dapat dijadikan rujukkan bahwa manusia dapat meminta upah atas

pekerjaan yang telah dilakukan.83

Sedangkan landasan hukum yang berasal dari Hadits Nabi SAW antara lain

Hadits Al-Bukhari yang meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah menyewa seseorang

dari Bani Ad-Diil bernama Abdullah bin Al Uraiqith sebagai petunjuk jalan yang

professional.84

Bank syariah mandiri cabang Medan memberikan pembiayaan yang dapat

diaplikasikan ditentukan sesuai manfaat untuk kekurangan dana nasabah dan Bank

memberikan pembiayaan yang diperlukan nasabah sesuai dasar hukum akad ijarah

yang ada di Bank Syariah mandiri cabang medan yaitu:85

1. Anggaran Dasar PT. Bank Syariah Mandiri berikut perubahannya.

2. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000, tentang

pembiayaanijarah.

3. Kebijakan Manajemen Risiko PT. Bank Syariah Mandiri.

4. Pedoman pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri.

Bank Syariah mandiri cabang Medan memberikan pembiayaan akad ijarah

berdasarkan landasan syariah yang tercantum dalam al-quran dan al-hadits yaitu:86

83Ibidhlm 10 84Ibid 85

Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang medan, April 2012

86

(29)

1. Surah Al-baqarah ayat 233 yang terjemahannya ”Dan jika kamu ingin anakmu

disusunkan oleh orang lain maka tidak dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut patut. Bertaqwalah kamu kepada allah dan

ketahuilah bahwa allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

2. Surah Al-qashas ayat 26 artinya adalah ya bapakku ambillah ia sebagai orang

yang berkerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang

kamu ambil untuk berkerja pada kita ialah orang yang lagi kuat lagi dapat

dipercaya.

3. Al-hadits diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah bersabda

berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang

bekam itu” (H.R. Bukhari dan Muslim).

4. Al-hadits dari ibnu umar, bahwa Rasulullah bersabda berikanlah upah pekerja

sebelum keringatnya kering (H.R. ibnu majah).

1. Dasar Hukum akadijarahdalam Islam.

Dasar hukum Jumhur ulama berpendapat bahwa ijarah disyariatkan

berdasarkanAl Qur’an,As sunnahdanijma’ yaitu :87

a. Al qur’an.

Artinya : “ Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu maka

berikanlah upahnya” (QS. Thalaq : 6).

(30)

b. As – sunnah.

Artinya : “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”

(Hr. Ibn Majah dari Ibn Umar).

c. Ijma’.

Umat islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah dibolehkan sebab

bermanfaat bagi manusia.

2. Rukun akadijarah

Rukun ijarah menurut ulama Hanafiyah, rukun al-ijarah itu hanya satu, yaitu

ijab (ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap (sewa

menyewa).88Rukunijarahmenjadi sah dengan ijab kabul dengan lafaz sewa atau

kuli dan berhubungan dengannya, serta lafaz (ungkapan) apa saja yang dapat

menunjukkan hal tersebut. Menurut Jumhur Ulama mengatakan bahwa rukun

akadijarah itu ada (3) tiga, yaitu :89

a. Aqid(orang yang berakad/al-mu’jirdanal-musta’jir)

Al-mu’jir terkadang juga disebut dengan al-ajir yang keduanya mengacu pada

makna yang sama, yang menyewakannya, yaitu orang yang menyerahkan

barang barang sewaan dengan akad ijarah (pemberi sewa). Istilah al-ajir,

yaitu orang yang menyewakan dirinya atau pekerja (pemberi jasa), sedangkan

yang dimaksud denganal-musta’jiradalah orang yang menyewa (penyewa).

b. Shighat(ijab dan kabul/ akad).

(31)

Sebagaimana dalam halnya sighat dalam jual beli, persyaratan shighatdalam

ijarahjuga sama dengan persyaratansighatdalam jual beli.

c. Objek akad sewa/manfaat sewa/upah/ujrah(ma’qud’alayh).

Dalam akad ijarah sebagaimana transaksi pertukaran lainnya, juga terdapat

dua buah objek akad, yaitu benda/manfaat/pekerjaan dan uang sewa/upah.

Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa orang yang berakad, sewa/imbalan, dan

manfaat, termasuk syarat-syarat al-ijarah, bukan rukunnya.90 Untuk kedua

belah pihak yang melakukan akad disyaratkan berkemampuan, yaitu

kedua-duanya berakal dan dapat membedakan. Jika salah seorang yang berakad itu

gila atau anak kecil yang belum dapat membedakan, maka akad menjadi tidak

sah. Mazhab imam Asy Syafi’I dan Hambali menambahkan satu syarat lagi,

yaitu balig. Menurut meraka anak kecil sekalipun sudah dapat membedakan,

dinyatakantidak.91

Hukum ijarahsahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa dan tetapnya

upah bagi pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud alaih. Sebabijarah

termasuk jual beli pertukaran, hanya saja dengan kemanfaatan.

3. Sifat akadijarah

Sifat akad ijarah, menurut ulama fikih berbeda pendapat tentang sifat akad

ijarah, apakah bersifat mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama Mazhab Hanafi

berpendirian bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, tetapi bisa dibatalkan secara

(32)

sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu pihak yang berakad, seperti salah satu

pihak wafat atau kehilangan kecakapan bertindak hukum. Akan tetapi, jumhur ulama

mengatakan bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang

itu itu tidak bisa dimanfaatkan. Akibat perbedaan pendapat ini terlihat dalam kasus

apabila seseorang yang berakad meninggal dunia, Menurut ulama Mazhab Hanafi

apabila salah seseorang yang berakad meninggal dunia, maka akad ijarah batal,

karena manfaat tidak bisa diwariskan. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa

manfaat itu bisa diwariskan karena termasuk harta (al-mal). Oleh sebab itu, kematian

salah satu pihak yang berakad tidak membatalkan akadijarah.92

4. Syarat- syarat sahnya akadijarahdiperlukan syarat sebagai berikut:93 a. Kerelaan dua pihak yang melakukan akad.

Kalau salah seorang dari mereka dipaksa untuk melakukanijarah, maka tidak

sah berdalil kepada firman allah yaitu:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlangsung suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu. (Q.S.:4 ayat 29)

b. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan, sehingga

mencegah terjadinya perselisihan yaitu dengan jalan menyaksikan barang itu

sendiri, atau kejelasan sifat-sifatnya jika dapat hal ini dilakukan, menjelaskan

92Abdul Azis Dahlan ,Ensiklopedia Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru van hoeve, Jakarta, 1996,

hlm 662

(33)

masa sewa; seperti sebulan atau setahun atau lebih atau kurang, serta

menjelaskan pekerjaan yang diharapkan.

c. Hendaklah barang yang menjadi obyek transaksi (akad) dapat dimanfaatkan

kegunaannya menurut kriteria, realita dan syara’sebagian diantara para ulama

fikih ada yang membebankan persyaratan ini untuk itu ia berpendapat, bahwa

menyewakan barang yang tidak dapat dibagi tanpa dalam keadaan lengkap,

hukumnya tidak boleh, sebab manfaat kegunaannya tidak dapat ditentukan.

Pendapat ini adalah pendapat Mazhab Abu Hanifah dan sekelompok ulama.

d. Dapat diserahkannya sesuatu yang disewakan berikut kegunaan (manfaatnya).

Maka tidak sah penyewaan binatang yang buron dan tidak sah pula binatang

yang lumpuh, karena tidak dapat diserahkan. Begitu juga tanah pertanian yang

tandus dan binatang untuk pengangkutan yang lumpuh, karena tidak

mendatangkan kegunaan yang menjadi obyek dari akad ini.

e. Manfaat adalah hal yang mubah, bukan yang diharamkan. Maka tidak sah

sewa menyewa dalam hal maksiat, karena maksiat wajib ditinggalkan. Orang

yang menyewa seseorang untuk membunuh seseorang secara aniaya, atau

menyewakan rumahnya kepada orang yang menjual khamar atau untuk

digunakan tempat main judi atau dijadikan gereja, maka menjadi ijarah fasia.

Demikian juga memberi upah kepada tukang ramal dan tukang hitung-hitung

dan semua pemberian dalam rangka orang yang peramalan yaitu orang yang

meramalkan berita-berita yang bakal terjadi dimasa datang dan ia mengakui

(34)

mengakui bahwa dirinya mengetahui barang-barang yang dicuri dan

mengetahui dimana barang yang hilang berada dan semua pemberian dalam

rangka peramalan dan perhitungan, karena upah yang ia berikan adalah

penggantian dari hal yang diharamkan dan termasuk kedalam kategori

memakan uang manusia dengan batil. Tidak sah pula ijarah puasa dan shalat,

karena ini termasukfardhu’ainyang wajib dikerjakan oleh orang yang terkena

kewajiban.

5. Macam-macamijarah

Macam- macam ijarah dilihat dari segi objeknya, akad ijarah dibagi oleh

ulama fikih menjadi dua macam yaitu yang bersifat manfaat barang dan yang bersifat

pekerjaan. Ijarah yang bersifat manfaat barang, umpamanya adalah sewa-menyewa

rumah, toko, kendaraan, pakaian, dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan

manfaat yang dibolehkan syarat untuk dipergunakan, maka ulama fikih sepakat

menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewa. Ijarah yang bersifat pekerjaan

ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.

Ijarah seperti ini menurut ulama fiqh hukumnya boleh apabila jenis perkerjaan itu

jelas, seperti buruh bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, dan tukang sepatu. Ijarah

seperti ini ada yang bersifat pribadi. Seperti mengaji seorang pembantu rumah tangga,

dan yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang menjual

(35)

tukang jahit). Kedua bentuk ijarah terhadap pekerjaan ini menurut ulama fikih,

hukumnya boleh.94

Apabila orang yang dipekerjakan itu bersifat pribadi, maka seluruh pekerjaan

yang ditentukan untuk dikerjakan menjadi tanggung jawabnya. Akan tetapi, para

ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa apabila objek yang dikerjakannya itu rusak

ditangannya, bukan karena kelalaian dan kesengajaan, maka ia tidak boleh dituntut

ganti rugi. Apabila kerusakan itu terjadi atas kesengajaan atau kelalaiannya, maka

menurut kesepakatan pakar fiqh, ia wajib membayar ganti rugi. Misalnya, sebuah

piring terjatuh dan tangan pembantu rumah tangga ketika menyucinya. Dalam kasus

seperti ini, menurut kesepakatan pakar fiqh, pembantu itu tidak boleh dituntut ganti

rugi, karena pecahnya piring itu bukan disengaja atau karena kelalaiannya.95

Penjual jasa untuk kepentingan orang banyak, seperti tukang jahit dan tukang

sepatu apabila melakukan suatu kesalahan sehingga sepatu orang yang diperbaikinya

rusak atau pakaian yang dijahit penjahit itu rusak, maka para ulama fiqh berbeda

pendapat dalam masalah ganti rugi terhadap kerusakan itu. Imam Abu Hanifah, Zufar

ibn Huzail, ulama Hanabilah dan Syafi’iyah, berpendapat bahwa apabila kerusakan

itu bukan karena unsur kesengajaan dan kelalaian tukang sepatu atau tukang jahit itu,

maka ia tidak dituntut ganti rugi barang yang rusak itu. Abu Yusuf dan Muhammad

ibn al-Hasan asy-Syaibani, keduanya sahabat Abu Hanafiah, dan salah satu riwayat

dan Imam Ahmad ibn Hanbal berpendapat bahwa penjual jasa untuk kepentingan

94Ibidhlm 662-663

(36)

umum bertanggungjawab atas kerusakan barang yang sedang ia kerjakan, baik

dengan sengaja maupun tidak, kecuali kerusakan itu diluar batas kemampuannya

untuk menghindari, seperti banjir besar atau kebakaran. Ulama Malikiyah

berpendapat bahwa apabila sifat pekerjaan itu membekas pada barang yang

dikerjakan, seperti clean dan laundry, juru masak, dan buruh angkat (kuli), maka baik

sengaja maupun tidak sengaja. Segala kerusakan yang terjadi menjadi tanggung

jawab mereka dan wajib diganti.96

6. Berakhirnya Akadijarah

Para ulama fiqh menyatakan bahwa akadal-ijarahtelah berakhir apabila:

a. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang dijahitkan

hilang.

b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir. Apabila

yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya,

dan apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang dalam hal misalnya bank

yang memberikan pembiayaan untuk pengurusan haji dan umroh kepada

nasabah yang membutuhkan pinjaman maka bank dalam hal ini berhak

menerima upahnya. Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.

c. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad, karena akad

ijarah, menurut mereka, tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut jumhur

ulama, akad ijarah tidak batal dengan wafatnya salah seorang yang berakad,

(37)

karena manfaat, menurut mereka, boleh diwariskan danal-ijarahsama dengan

jual beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.

d. Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dan salah satu pihak, seperti

rumah yang disewakan disita negara karena terkait utang yang banyak, maka

akad ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat membatalkan akadijarahitu, menurut

ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh dan berpindah tempat

penyewa.

E. Produk-Produk Dalam Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri cabang Medan.

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uang nya di

bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan

keuntungan bagi hasil, dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka

yang membutuhkan (misalnya modal usaha) yaitu dengan adanya perjanjian

pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.97

Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya adalah

menghimpun dana sebelum disalurkan ke masyarakat kembali. bank syariah sebagai

sumber dana yang berasal dari modal inti (core capital) dan dana pihak ketiga, dari

dana titipan (wa’diah) dan kuasi ekuitas (mudarabah account).98

Pembiayaan dalam bank syariah tidak bersifat menjual uang yang

mengandalkan pendapatan bunga atas pokok pinjaman yang diinventasikan, tetapi

97Amir Machmud dan Rukmana,Bank Syariah teori kebijakan dan studi empiris di Indonesia,

Bandung, Erlangga, 2010, hlm 28

98

(38)

dari pembagian laba yang di peroleh. Akad pembiayaan adalah suatu bentuk

perjanjian penyediaan dana yang didasarkan pada ekonomi Islam (prinsip syariah),

yang salah satu prinsipnya melarang/mengharamkan adanya riba (bunga) apa pun

bentuknya. Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 1 angka 25 tentang

Perbankan Syariah mengenai pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berupa :

a. Transaksi bagi hasil dalam bentukmudharabahdanmusyarakah;

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;

c. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutangqardh;dan

d. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/ atau UUS

dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas

dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalanujrah, tanpa imbalan bagi hasil.

Bentuk-bentuk produk Bank Syariah yang dalam pengembangan pertumbuhan

produk perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya di Negara Republik

Indonesia, yang penduduknya mayoritas muslim, bahkan muslim nya terbesar di

(39)

sangat kecil. Produk syariah baru di kenal di Indonesia di awal 1990 an, yaitu ketika

Bank Muamalat Indonesia berdiri.99

Secara umum pengembangan bentuk produk bank syariah dikelompokkan

menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :100

1. Produk penghimpun dana.

Bank syariah mempunyai beberapa bentuk penghimpunan dana berdasarkan

prinsip-prinsip yang terdiri atas : 101

a. Prinsipwadiah,

Wadiah dalam tradisi fiqh islam, dikenal dengan prinsip titipan atau

simpanan baik dalam bentuk giro tabungan, deposito, maupun bentuk lainnya.

b. Prinsipmudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul, atau lebih

tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam perjalanan usaha.

Secara teknis mudharabahadalah sebuah akad kerjasama antar pihak pertama

menyediakan 100 persen modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola.102

c. Akad pelengkap

99Zainuddin ali,Op.Cit., hlm 21

100Muhammad,Pengantar Akuntansi SyariahEdisi 2, Jakarta: penerbit Salemba Empat, 2005,

hlm 177

101Ibid,

hlm 23

102Muhammad Syafi;I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, cet 1,

(40)

Akad pelengkap misalnya wakalah atau perwakilan pihak bank syariah

mewakili sseorang untuk melakukan jasa transaksi-transaksi perbankan seperti

transfer uang dan lain-lain.

2. Produk penyaluran dana.

Produk penyaluran dana yang dilakukan bank syariah dapat digolongkan menjadi

3 (tiga) kategori, yaitu :103

a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Pembiayaan dengan prinsip jual beli yang mempunyai jenis-jenis yaitu

pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli, pembiayaan salam adalah

transaksi jual beli dan barang yang diperjual belikan dan akan diserahkan

dalam waktu yang akan datang, dan pembiayaan istishna adalah menyerupai

pembiayaan salamnamun bank syariah melakukan pembayaran secara termin

atau beberapa kali dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

b. Pembiayaan dengan prinsip sewa(ijarah)

Pembiayaan dengan prinsip sewa dalah pembiayaan yang objeknya dapat

berupa manfaat barang atau jasa. Dalam hal ini hanya terjadi perpindahan

manfaat bukan perpindahan kepemilikan. Contohnya antara lain akad ijarah

terhadap pembiayaan pengurusan haji dan akad pembiayaan umroh pada bank

syariah.

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

(41)

Dalam teori kontrak secara syariah (nazarriyati al-‘uqud), setiap terjadinya

transaksi, akan terjadi salah satu dari tiga hal berikut, pertama kontraknya sah,

kedua kontraknya fasad, dan ketiga aqad nya batal.melihat kontrak itu

jatuhnya kemana, perlu diperhatikan instrument hukum dari aqad yang

dipakai dan bagaimana aplikasinya dalam instrumen bank syariah dalam

melakukan pembiayaan dan/menyalurkan dana. jenis akad- akad investasi

bagi hasil yang biasa diaplikasikan dalam pembiayaan dengan prinsip bagi

hasil yaitu pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan oleh

pihak bank syariah dan/atau bank syariah untuk membiayai suatu proyek

bersama antara nasabah dengan bank,104 dan pembiayaanmudharabahadalah

pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank syariah untuk membiayai 100%

kebutuhan dana dari sesuatu proyek/usaha tersebut.

3. Produk jasa.

Produk jasa yaitu dengan pembiayaan prinsip akad pelengkap mempunyai

jenis-jenis sebagai berikut:105

a. Al- hawalahadalah pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada orang

lain yang wajib menanggungnya. Sebagai contoh, seorang pedagang beras

ingin membeli beras kepada orang yang mempunyai pabrik padi dan/

penggilingan beras. Pemilik beras dimaksud, dibayar oleh pihak pedagang

secara kredit, sehingga pemilik beras tersebut bermohon kepada bank syariah

104 Wahbah Zuhaily, fiqh al-islamy wa adillatuh, jilid iv, (libanon: darul fikr, 1404 H),

hlm.794.

(42)

untuk membayar tunai sejumlah piutang yang dimaksud. Selanjutnya bank

syariah yang akan menagih kepada pedagang beras sesuai dengan termin

pembayaran yang ada di satu pihak dan pihak lainnya juga bank syariah akan

membebankan biaya jasa kepada pedagang tersebut.

b. Gadai (rahn) adalah seseorang yang meminjam harta orang lain dengan

memberikan sesuatu barang miliknya yang mempunyai nilai ekonomi,

seandainya terjadi kegagalan dalam pembayaran, maka orang yang

meminjamkan hartanya dapat memiliki barang tersebut. Oleh karena itu, gadai

(rahn) dalam bentuk transaksi yang dilakukan oleh seseorang yang

membutuhkan dana, sehingga menggadaikan barang yang dimilikinya sebagai

jaminan kepada bank syariah dan atas izin bank syariah orang tersebut dapat

menggunakan barang yang digadaikan dengan syarat harus dipelihara dengan

baik.

c. Qard adalah pinjaman uang, pelaksanaan qard dalam perbankan biasanya

Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan

pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.

dan nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.

d. Garansi bank (kafalah) adalah apabila nasabah membutuhkan garansi bank

syariah untuk melakukan pekerjaan tertentu, nasabah dapat menempatkan

sejumlah uang sebagai jaminan untuk membuka garansi bank syariah. Kafalah

merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak

(43)

e. Perwakilan ataual-wakalah adalah penyerahan atau pembelian mandat kepada

seseorang. Wakalah dalam bahasa Arab biasa juga disebut tafwidh. Tafwidh

berarti menyerahkan sesuatu urusan kepada orang lain yang mengandung

hal-hal yang diwakilkan. Oleh karena itu, bila nasabah meminta kepada bank

syariah untuk mewakili dirinya melakukan jasa transaksi perbankan seperti

transfer uang, inkaso, danletter of credit.

Bank Syariah Mandiri cabang Medan mempunyai produk- produk

pembiayaan yang ditawarkan kepada nasabah atau konsumen yaitu :106

1. Bank Syariah Mandiri implan

Bank Syariah Mandiri implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta

rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang

pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Implan dapat

mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para karyawan perusahaan, misalnya

dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi

karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan

dengan jumlah karyawan terbatas.

2. Pembiayaan Peralatan Kedokteran

Pembiayaan Peralatan Kedokteran adalah pemberian fasilitas pembiayaan

kepada para profesional di bidang kedokteran/kesehatan untuk pembelian

peralatan kedokteran. Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad

106

(44)

murabahahadalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli

barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok

ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.

3. Pembiayaan Edukasi Bank Syariah Mandiri

Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan menengah

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan

tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran

tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah. Untuk membiayai

dana pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi yang telah melakukan

kerjasama dengan BSM.

4. Pembiayaan Dana Berputar

Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja dengan

prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu

berdasarkan kebutuhan riil nasabah, Akad pembiayaan yang digunakan adalah

akadmusyarakah. Akadmusyarakahadalah akad kerja sama usaha patungan dua

pihak atau lebih pemiliki modal (syarik/shahibul maal) untuk membiayai suatu

jenis usaha (masyru) yang halal dan produktif. Manfaatnya adalah membantu

menanggulangi kesulitan likuiditas nasabah terutama kebutuhan dana jangka

pendek. Nasabah dapat memanfaatkan pembiayaan bank secara optimal sesuai

dengan kebutuhan riil dengan cara melakukan penarikan sesuai dengan

(45)

5. Pembiayaan kepada pensiunan

Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan penyaluran fasilitas pembiayaan

konsumer (termasuk untuk pembiayaan multiguna) kepada para pensiunan,

dengan pembayaran angsuran dilakukan melalui pemotongan uang pensiun

langsung yang diterima oleh bank setiap bulan (pensiun bulanan). Akad yang

digunakan adalah akad murabahah atau akad ijarah. Manfaatnya adalah

memberikan kesempatan dan kemudahan memperoleh fasilitas pembiayaan

meningkatkan kualitas hidup nasabah dengan sistem pembayaran angsuran

melalui potong langsung atas pensiun bulanan yang diterima setiap bulan.

6. Pembiayaan Umrah

Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk

memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah seperti namun tidak terbatas

untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya umrah lainnya dengan akad ijarah.

Manfaatnya yaitu dengan membantu nasabah dalam menunaikan ibadah

umrahnya mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan

berubah selama masa perjanjian.

7. Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya

Pembiayaan kepada koperasi karyawan untuk para anggotanya adalah

penyaluran pembiayaan kepada/melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan

kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan melalui

(46)

administrasi pinjaman, Koperasi dapat memperoleh bagi hasil dari angsuran yang

dibayar nasabah, Dana koperasi yang selama ini digunakan untuk pinjaman

kepada anggota, dapat dialihkan untuk pengembangan unit usaha produktif yang

lain.

8. Pembiayaan Griya BSM

Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau

panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru

maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer, dengan sistem

murabahah. Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah

adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang

yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah

dengan keuntungan margin yang disepakati. Manfaat yang di peroleh untuk

membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan rumah tinggal (konsumer),

baik baru maupun bekas, nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan

jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.

9. Pembiayaan Talangan Haji

Pembiayaan talangan haji adalah merupakan pinjaman dana talangan dari

bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk

memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. Syaratnya dengan

memiliki rekening tabungan MABRUR, memiliki formulir SPPH yang telah

(47)

dana secara mendadak untuk menutupi kekurangan dana sebagai persyaratan

dalam memperoleh porsi haji atau pelunasan BPIH, Proses pinjaman relatif cepat

dan mudah. Dengan menggunakan akad qardh untuk talangan haji dan akad

ijarahuntuk pengurusan haji.

10. Bank Syariah Mandiri Customer Network Financing

Bank Syariah Mandiri Customer Network Financing selanjutnya disebut

BSM-CNF adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada

nasabah (agen, dealer, dan sebagainya) untuk pembelian persediaan/inventory

barang dari rekanan (ATPM, produsen/distributor, dan sebagainya) yang

menjalin kerjasama dengan bank. Akad Pembiayaan harus disesuaikan dengan

skema usaha nasabah (tailor made), dapat berupa, murabahah, mudharabah,

musyarakah. Sebelum dilakukan akad pembiayaan, didahului adanya perjanjian

Kerjasama 3 (tiga) pihak, antara bank, rekanan, dan nasabah, line facility antara

Bank dan nasabah.

11. Pembiayaan Griya BSM Optima

Pembiayaan Griya BSM optima adalah pembiayaan pemilikan rumah dengan

tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat

diambil nasabah pada waktu tertentu sepanjang coverage atas agunannya masih

dapat meng-cover total pembiayaannya dan dengan memperhitungkan

kecukupan/debt to service ratio nasabah. Pembiayaan yang dapat dikategorikan

sebagai pembiayaan griya BSM Optima adalah pembiayaan untuk pembelian

(48)

lingkungandeveloper maupun nondeveloper, dan memungkinkan bagi nasabah

untuk menambah fasilitas pembiayaannya guna pemenuhan kebutuhan konsumer

lainnya sepanjang DSR dan coverage atas agunannya masih meng-cover total

pembiayaannya.

12. Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi

Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk pemilikan atau

pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH) yang dibangun oleh

pengembang dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari pemerintah.

Akad yang digunakan adalah akad murabahah. Akad murabahah adalah akad

jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan

dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan

keuntungan margin yang disepakati. Manfaat pembiayaan yaitu membantu

menambah uang muka nasabah sehingga jumlah keseluruhan uang muka yang

dibayar nasabah mampu menurunkan pagu pembiayaan yang akan diangsur

setiap bulan secara tetap berikut marginnya, mengangsur pembayaran dengan

jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.

13. Pembiayaan Griya BSM DP 0%

Pembiayaan Griya BSM DP 0% adalah pembiayaan untuk pembelian rumah

tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas di lingkungan developer maupun

non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang muka bagi nasabah (nilai

pembiayaan 100% dari nilai taksasi). Akad yang digunakan adalah akad

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya koefisien determinasi (R²) sebesar 0,199 yang berarti variabilitas variabel

Gambar 3- Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dari Daerah di Maluku. Gambar 4-Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga

Dalam rangka penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat Sleman di Yogyakarta (Studi

Penyandaran Makna Hirâbah dengan Hukum Ta‘zîr Bagi Pelaku Korupsi Sebagaimana telah dijelaskan penulis se- belumnya, hirâbah merupakan tindakan me- ngambil harta orang

Although requires speci fi c methods for isolation and analysis of targets of interest, liquid biopsy could be of bene fi t in preoperative prediction od overall survival of

syiikuran kepada Ompung Mtda Jadi Nabolon sebagai ucapan rasa terima ka- sih. Untuk mdaksanakan {>esta s)m- kuran itu, perlu memilih hari yang tepat dan baik. Untuk

Persentase tutupan karang di Stasiun Pangalisang menunjukkan bahwa pada kedalaman 5 m karang batu branching (ACB) dari kelompok Hard Coral Acropora merupakan karang

Volume yang harus dibayar oleh PT PJB UP Muara Karang yaitu volume 15 0 C yang terdapat pada Bill of Lading yaitu 1.183.358,4 liter dan untuk mengetahui selisih. jumlah volume 15