KONTRIBUSI ANAK JALANAN DALAM EKONOMI
KELUARGA DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN
SIANTAR BARAT KOTA PEMATANG SIANTAR
Diajukan guna memenuhi salah Satu Syarat
Untuk Memenuhi Gelar SarjanaSosial
Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
Oleh:
RIRI SANDO SIAHAAN
060902024
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : RIRI SANDO SIAHAAN
NIM : 060902024
ABSTRAK
Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar
(Skripsi terdiri dari 6 bab, 83 halaman, 35 tabel, 3 lampiran serta 24 kepustakaan)
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga yang dilihat dari 5 indikatornya yaitu Kondisi Kesehatan, Kondisi Perumahan, Kondisi Pendidikan, Kondisi Pendapatan, dan Kondisi pangan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah Anak Jalanan yang berjumlah 20 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara dan observasi dilapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : RIRI SANDO SIAHAAN NIM : 060902024
ABSTRACT
Contribution of Street Children in the Family Economy in the Dwikora Village, West Siantar District, Pematang Siantar City
(Thesis consists of 6 chapters, 83 pages, 35 tables, 3 appendix as well as 24 libraries)
Currently, issues related to the child the more numerous and varied. The indication is the increasing number of abandoned children and orphans are not neglected, the empowerment of children who are not in place as employed on work time is outrageous and absurd salaries, etc.. While we all know that children's lives should be filled with play, learn, and merriment. So also with the problems of street children in urban areas is a matter that is considered normal by society, whereas it should be an unusual thing happened. Problems of street children is one of the effects of lack of awareness and social awareness in society about the condition of children. Problems discussed in this thesis was to see firsthand how the contribution of street children in the family economy as seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.
The research was carried out at Village West Siantar City District Dwikora Siantar. The number of population in this study were street children, amounting to 20 people and instruments used were questionnaires. The research method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.
Based on the results of research and data analysis, it is known that the contribution of Street Children in the Family Economy in the Village of West City Dwikora District Siantar Siantar is there. It can be seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat
anugerahNya, penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun penulis
menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan
mengingat waktu, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka
dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya perbaikan dan
penyempurnaan tulisan ini dan tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari
segenap pembaca sekalian.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Kontribusi Anak Jalanan dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Sp, selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan
3. Bapak Husni Thamrin, S.sos, M.Sp, selaku dosen Pembimbing yang telah
bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta
saran dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama
perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya. Semoga sehat selalu, Amin.
5. Kepada Kedua Orangtua saya, Bapak Liberty Siahaan dan Tiorina
Br.Haloho, yang telah mendoakan saya sehingga skripsi ini dapat selesai.
Terkhusus buat mama tersayang yang bukan hanya menjadi figur seorang
ibu tetapi menjadi segalanya yang memiliki pengaruh besar di setiap
langkah anak – anaknya.
6. Kepada kakak – kakak saya Swendang H.R. Siahaan A.Md.Per, Yustika R.
Siahaan SE, Briptu Mangara Siahaan dan adik saya Norma V Siahaan
A.Md.Per, yang telah banyak memberikan saya inspirasi dan motivasi.
7. Kepada Alwi A.L.Gaol, selaku Kepala Kelurahan Dwikora Kecamatan
Siantar Barat Kota Pematang Siantar, serta seluruh staff yang bertugas,
maaf tidak dapat menyebutkan nama satu – persatu. Semoga sehat-sehat
selalu, Amin.
8. Buat teman-teman satu angkatan 2006, Rahmat, Immanuel, Dicky, Feri,
Bobby dan semua yang tidak disebutkan, “akhirnya aku ngejar kalian juga,
hehe..” Kepada senior saya, Bang Kiel, Bang JD, bang Maxwel, begitu
juga dengan adek – adek junior, Poppy, Nova, Odel, Hotna dan semua
9. Kepada Jontar Sinaga SE selaku Direktur Eksekutif LSM Hanuba atas
segala dukungan moril maupun materiil, beserta seluruh Staff Juli, Sultan,
Wanto, Hotna, Odel, Hohas, herlina, semoga makin sukses.
10.Buat Ira Dabukke yang telah memberikan kasih sayang, motivasi,
dukungan, dan doa yang tulus, “thank’s, I love u..”
11.Buat teman-teman yang tidak tersebutkan namanya yang sudah
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih
saya ucapkan. Semoga ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk
keharuman dan kebanggaan almamater kita.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak terkait.
Medan, Januari 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR BAGAN ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN. ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 7
2.1. Kotribusi ... 7
2.2. Anak jalanan ... 8
2.2.1. Pengertian Anak jalanan ... 8
2.2.3. FAktro-faktor Keberadaan Anak jalanan ... 16
2.3. Keluarga ... 18
2.3.1. Pengertian Keluarga ... 18
2.3.2. Tipe Keluarga ... 19
2.3.3. Peranan Keluarga ... 19
2.3.4. Tugas Keluarga ... 20
2.3.5. Fungsi Keluarga ... 20
2.3.6. Bentuk Keluarga ... 22
2.3.7. Subsistem Keluarga ... 23
2.4. Sosial Ekonomi ... 24
2.4.1. Pendapatan ... 26
2.4.2. Pangan ... 26
2.4.3. Pendidikan ... 27
2.4.3.1 Jenjang Pendidikan ... 28
2.4.3.2 Jalur Pendidikan ... 29
2.4.4. Kesehatan ... 30
2.4.5. Perumahan ... 32
2.5. Kesejahteraan Sosial ... 33
2.6. Kerangka Pemikiran ... 34
2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 35
2.8.2. Defenisi Operasional ... 36
BAB III. METODE PENELITIAN. ... 37
3.1. Tipe Penelitian... 37
3.2. Lokasi Penelitian ... 37
3.3. Populasi dan Sampel ... 37
3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 38
3.5. Tehnik Analisa Data ... 39
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. ... 40
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 40
4.2. Luas Wilayah... 40
4.3. Kependudukan ... 41
4.3.1 Penduduk Berdasarkan Usia ... 41
4.3.2 Penduduk Berdasarkan Agama ... 42
4.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
4.3.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44
4.3.5 Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 45
4.3.6 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 46
4.4. Fasilitas/ Prasarana ... 47
4.4.1 Fasilitas Pendidikan ... 47
4.4.3 Fasilitas Agama ... 48
4.5. Potensi Kelurahan Dwikora ... 49
4.6. Letak Titik Aktivitas Anak jalanan di Kelurahan Dwikora ... 50
4.7. Struktur Pemerintahan ... 50
BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN. ... 52
5.1. Identitas / Karakteristik Responden ... 52
5.1.1 Data Umur Responden ... 53
5.1.2 Data Jenis Kelamin Responden ... 54
5.1.3 Data Agama Responden ... 54
5.1.4 Data Suku Responden ... 55
5.1.5 Data Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 56
5.1.6 Data Asal Responden ... 57
5.2. Analisis Aktivitas Anak Jalanan... 58
5.2.1. Data Jenis Aktivitas Responden ... 58
5.2.2. Data Lamanya Responden Bekerja ... 59
5.2.3. Data Lamanya Responden Beraktivitas dalam Satu Hari ... 60
5.2.4. Data Modal Awal Responden Bekerja ... 61
5.2.5. Data Pendapatan Responden ... 62
5.2.6. Data Alasan Responden Bekerja ... 63
5.3. Analisis Sosial Ekonomi Keluarga ... 64
5.3.2. Kondisi Pangan ... 67
5.3.3. Kondisi Kesehatan ... 68
5.3.4. Kondisi Pendidikan ... 70
5.3.5. Kondisi Pendapatan ... 72
5.4. Analisis Kontribusi Anak jalanan ... 73
5.3.1. Kontribusi Dalam Perumahan Keluarga ... 73
5.3.2. Kontribusi Dalam Pangan Keluarga ... 74
5.3.3. Kontribusi Dalam Kesehatan Keluarga ... 74
5.3.4. Kontribusi Dalam Pendidikan Keluarga ... 75
5.3.5. Kontribusi Dalam Pendapatan Keluarga ... 76
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 77
6.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA. ... 81
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Hal
1. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 41
2. Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 42
3. Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
4. Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44
5. Tabel 4.5 Komposisi Pendudu Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 45
6. Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan ... 46
7. Tabel 4.7 Fasilitas Pendidikan Kelurahan Dwikora... 47
8. Tabel 4.8 Fasilitas Kesehatan Kelurahan Dwikora ... 48
9. Tabel 4.9 Fasilitas Agama Kelurahan Dwikora ... 49
10. Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 53
11. Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54
12. Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 54
13. Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 55
14. Tabel 5.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 56
15. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Responden ... 57
16. Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Aktivitas ... 58
18. Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Beraktivitas Per
Hari ... 60
19. Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Modal Awal Bekerja ... 61
20. Tabel 5.11 Distrbusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Perhari ... 62
21. Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Bekerja ... 63
22. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah ... 64
23. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Utama Air Bersih... 65
24. Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Penerangan Rumah ... 66
25. Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Makan Dalam Sehari ... 67
26. Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Mengobati Penyakit ... 68
27. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Biaya Untuk Mengobati ... 69
28. Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Biaya Pendidikan Anggota Keluarga ... 70
29. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Orang Tua ... 71
30. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua Per Hari ... 72
31. Tabel 5.22 Kontribusi Responden Dalam Perumahan Keluarga ... 73
32. Tabel 5.23 Kontribusi Responden Dalam Pangan Keluarga ... 74
33. Tabel 5.24 Kontribusi Responden Dalam Kesehatan Keluarga ... 74
34. Tabel 5.25 Kontribusi Responden Dalam Pendidikan Keluarga ... 75
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Hal
1. Kerangka Pemikiran ... 36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : RIRI SANDO SIAHAAN
NIM : 060902024
ABSTRAK
Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar
(Skripsi terdiri dari 6 bab, 83 halaman, 35 tabel, 3 lampiran serta 24 kepustakaan)
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga yang dilihat dari 5 indikatornya yaitu Kondisi Kesehatan, Kondisi Perumahan, Kondisi Pendidikan, Kondisi Pendapatan, dan Kondisi pangan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah Anak Jalanan yang berjumlah 20 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara dan observasi dilapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : RIRI SANDO SIAHAAN NIM : 060902024
ABSTRACT
Contribution of Street Children in the Family Economy in the Dwikora Village, West Siantar District, Pematang Siantar City
(Thesis consists of 6 chapters, 83 pages, 35 tables, 3 appendix as well as 24 libraries)
Currently, issues related to the child the more numerous and varied. The indication is the increasing number of abandoned children and orphans are not neglected, the empowerment of children who are not in place as employed on work time is outrageous and absurd salaries, etc.. While we all know that children's lives should be filled with play, learn, and merriment. So also with the problems of street children in urban areas is a matter that is considered normal by society, whereas it should be an unusual thing happened. Problems of street children is one of the effects of lack of awareness and social awareness in society about the condition of children. Problems discussed in this thesis was to see firsthand how the contribution of street children in the family economy as seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.
The research was carried out at Village West Siantar City District Dwikora Siantar. The number of population in this study were street children, amounting to 20 people and instruments used were questionnaires. The research method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.
Based on the results of research and data analysis, it is known that the contribution of Street Children in the Family Economy in the Village of West City Dwikora District Siantar Siantar is there. It can be seen from the five indicators of condition Health, Housing Condition, Condition of Education, Condition of Income, and food conditions.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kota di segala bidang tampaknya tidak hanya memberikan
nuansa positif bagi kehidupan masyarakat. Tetapi juga melahirkan persaingan
hidup, sehingga muncul fenomena kehidupan yang berujung pada kemiskinan.
Kemiskinan perkotaan yang melanda kota-kota besar di Indonesia disebabkan
oleh gejolak ekonomi yang semakin menyengsarakan masyarakat dan
menimbulkan masalah-masalah baru yang cukup kompleks.
Masalah-masalah yang cukup kompleks itu misalnya makin banyaknya
pengangguran, menjamurnya perumahan kumuh, munculnya anak-anak jalanan,
dan lain-lain. Diperparah lagi oleh keadaan birokrasi terhadap pelayanan
masyarakat yang tidak berpihak kepada masyarakat bawah, bahkan lebih
cenderung memojokkan masyarakat bawah.
Di zaman pembangunan dan modernisasi sekarang ini, begitu banyak
persaingan global dalam setiap memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan
keluarga. Hal tersebut tidak jarang menimbulkan munculnya keluarga yang
bermasalah yang menyebabkan makin banyaknya anak yang kurang gizi, kurang
perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta
kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup merdeka.
Bahkan banyak kasus yang menunjukkan meningkatnya penganiayaan terhadap
Keterlibatan anggota keluarga khususnya anak menjadi sangat dibutuhkan
dalam segala sektor dalam memenuhi serta membantu ekonomi keluarganya.
Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah dalam menaikkan
pendapatannya dengan menggunakan potensi seluruh anggota keluarganya
termasuk anaknya sendiri, sehingga tidak memikirkan efek dari masa depan si
anak yang terfokus dalam pencarian serta pemenuhan kebutuhan hidup di dalam
keluarganya tersebut. Profesi mereka inilah yang selanjutnya dikenal sebagai
profesi anak jalanan.
Dipilihnya ”profesi” anak jalanan semata-mata karena menjadi anak
jalanan tidak memerlukan keahlian khusus. Asalkan mau menengadahkan tangan
dengan wajah memelas, anak-anak sudah bisa menjadi pengemis jalanan. Untuk
mengamen pun tidak harus hebat memainkan alat musik dan memiliki suara
bagus. Asalkan bisa memetik gitar atau memainkan ”kecrekan” dari tutup botol
dan bergumam, anak-anak sudah bisa menjadi pengamen jalanan dan
menghasilkan uang. Kemudahan menjadi anak jalanan ini didukung pula oleh
tindakan masyarakat yang ”berbaik hati” memberikan uang kepada mereka,
ditambah belum optimalnya perhatian pemerintah menanggulangi persoalan ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 menyebutkan
bahwa, jumlah penduduk miskin perkotaan 2007 tercatat 47,11 persen dari 1,78
juta jiwa. Hal inilah salah satu penyebab banyaknya anak jalanan walaupun pada
dasarnya bukan hanya masalah ekonomi dan kemiskinan yang menyebabkan
mereka turun ke jalan. Tetapi juga, karena keinginan mereka sendiri untuk
yayasan-kksp. Blogspot.com2008. diakses pada tanggal 28 April 2011 pukul 13:10
WIB).
Berdasarkan data BPS tahun 2009, tercatat sebanyak 7,4 juta anak berasal
dari Rumah Tangga Sangat Miskin, termasuk diantaranya 1,2 juta anak balita
terlantar, 5,4 juta anak terlantar, 230.000 anak jalanan, 5.952 anak yang
berhadapan dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak
dasarnya masih belum terpenuhi
Mei 2011 pukul 12:40 wib)
Secara nasional pada tahun 2010 jumlah anak jalanan berjumlah sekitar
230.000 anak, sedangkan jumlah anak telantar berjumlah sekitar 5,4 juta.
pada tanggal 15 Mei 2011 pukul 12.50)
Sesuai data Depsos, jumlah anak telantar pada tahun 2006 di Sumatera Utara
331.113 anak. diakses pada tanggal 15 Mei 2011
16.55 WIB). Saat ini tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah anak jalanan di
Sumatera Utara sendiri pada tahun 2007, KKSP (Kelompok Kerja Sosial
Perkotaan) memperkirakan jumlah anak jalanan di seluruh kabupaten dan kota
sekitar 5000 anak diakses pada tanggal16 Mei 2011 pukul
20.00 WIB).
Data tahun 2007 yang diperoleh harian surat kabar waspada dari Dinsos
Sumut menunjukkan jumlah gelandangan, pengemis, anak jalanan dan anak
terlantar mencapai 95.791 orang. Dengan rincian 3.300 orang pengemis, 4.823
orang gelandangan, 18.741 orang anak jalanan, 68.927 orang anak telantar,
Dewasa ini pertumbuhan anak jalanan di Indonesia semakin meningkat,
Pematangsiantar contohnya, dimana kita akan sangat mudah menemui anak
jalanan di berbagai tempat, mulai dari stasiun kereta api, terminal, pasar,
pertokoan, dan bahkan mall. Dan yang lebih memprihatikan, kondisi ini seringkali
atas persetujuan dari orang tua mereka sendiri. (harjasaputra.wordpress.com).
Adapun saya tertarik mengambil penelitian di Kecamatan Siantar Barat,
dikarenakan begitu banyak anak jalanan berada di jalur sepanjang Pajak Horas,
Karena daerah ini merupakan daerah yang paling sibuk khususnya di bidang
ekonomi dan merupakan daerah yang paling padat di kota Pematangsiantar. Dan
dalam kehidupan kesehariannya, anak-anak jalanan melakukan interaksi dengan
berbagai elemen sosial yang ada dijalan, baik sesama anak maupun orang dewasa
dengan berbagai latar belakang profesi. Ketika mereka sudah berada dijalan,
semua sumber-sumber daya yang mereka miliki dikerahkan untuk memperoleh
penghasilan berupa uang secara singkat. Mengamen, menyemir sepatu, berjualan
rokok, koran hingga mengemis adalah pekerjaan favorit yang ditekuni oleh
anak-anak jalanan disitu.
Berdasarkan informasi dan peristiwa tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul
1.2. Perumusan Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Berdasarkan
uraian-uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Adakah Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan anak jalanan dalam ekonomi keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar”.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Memberikan konstribusi pemikiran dan masukan kepada pemerintah dan
lembaga-lembaga masyarakat yang menangani anak jalanan sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan anak tersebut.
2. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa
FISIP USU serta menambah wawasan bagi penulis.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah
dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, bagan
kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi
operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik
pengumpulan data serta teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana
peneliti melakukan penelitian.
BAB V : ANALISA DATA
Berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam
penelitian beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontribusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dari
kontribusi adalah sumbangan, sokongan, pemberian sebagai bantuan. Sumbangan
adalah sebuah pemberian yang umumnya bersifat riil baik oleh perorangan
maupun badan hukum. Pemberian ini mempunyai sifat sukarela dengan tanpa
adanya imbalan bersifat keuntungan. Pemberian donasi dapat berupa makanan,
barang, pakaian, mainan ataupun kendaraan, akan tetapi tidak selalu demikian.
Pada peristiwa darurat bencana alam atau dalam keadaan tertentu lain donasi
dapat berupa bantuan
hal perawatan medis donasi dapat pemberian
penggantian
pemberian
bentuk
Secara umum sumbangan dapat diartikan sebagai sebuah pemberian bebas
sehingga dapat disimpulkan bahwa sumbangan adalah sebuah "imperfect contract
void for want of consideration." Maksudnya adalah bahwa sumbangan sebenarnya
tidak mendapatkan status hukum sebagaimana pemindahan hak dalam wilayah
hukum perdata. Dalam hal politik, donasi dapat dilakukan pada saat kampanye
dan beberapa negara memberikan pengaturan dengan adanya beberapa
2.2. Anak Jalanan
2.2.1. Pengertian Anak Jalanan
Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menunjukkan sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat berbangsa dan bernegara. Kedudukan anak dalam pengertian ini
memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari
masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud
ditujukan kepada kemampuan untuk menerjemahkan teknologi sebagai ukuran
interaksi yang dibentuk dari esensi-esensi kemampuan komunikasi sosial yang
berada dalam skala rendah.
Menurut Atika, bahwa anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan
pada perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh
seorang anak. Faktor keterbatasan kemampuan karena anak berada pada proses
pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usaha yang belum
dewasa, disebabkan kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan
dan mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa
(Huraerah, 2004: 34).
Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No.1/1974 pasal 47 (1)
dikatakan bahwa anak adalah “seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun
atau belum pernah melangsungkan perkawinan, ada dibawah kekuasaan
orangtuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”. Dalam
Undang-Undang No.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak disebutkan anak adalah
Konvensi Hak Anak (KHA), mendefenisikan “anak” secara umum sebagai
yang umumnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan
terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalm Perundangan
Nasional. Namun pasal tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan
atau variasi dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam Perundangan
Nasional dari tiap-tiap Negara peserta (UNICEF, 2003 : hal 3&21).
Di dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(UUPA), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak juga
yang masih dalam kandungan(UNICEF, 2003: 23). Di dalam Keputusan Presiden
No.36 Tahun 1990 tentang hak-hak anak dinyatakan, anak-anak seperti juga
halnya dengan orang dewasa memiliki hak dasar sebagai manusia. Akan tetapi
karena kebutuhan-kebutuhan khusus dan kerawanannya, maka hak-hak anak perlu
diperlakukan dan diperhatikan secara khusus.
Adapun hak-hak pokok anak, antara lain sebagi berikut :
1. Hak untuk hidup layak
Setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang laak dan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan,
tempat tinggal dan perawatan kesehatan.
2. Hak untuk berkembang
Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan, bermain bebas,
mengeluarkan pendapat, setiap anak berhak untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar tanpa halangan. Memilih agama,
mempertahankan keyakinannya dan semua hak yang memungkinkan
3. Hak untuk dilindungi
Setiap anak berhak untuk dilindungi dari segala bentuk tindakan
kekuatan, ketidakpedulian dan eksploitasi.
4. Hak untuk berperan serta
Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat dan di
negaranya termasuk kebebasan untuk berperan, berinteraksi dengan
orang lain dan menjadi anggota perkumpulan.
5. Hak untuk memperoleh kehidupan.
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan tingkat dasar, pendidikan
tingkat lanjut harus dianjurkan dan motivasi agar dapat diikuti oleh
sebanyak mungkin anak. (Atika, 2004: 94)
Di tengah ketiadaan defenisi yang dapat dijadikan sebagai dasar pegangan
oleh berbagai pihak, dijumpai adanya pengelompokkan anak jalanan berdasarkan
hubungan mereka dengan keluarga. Pada awalnya ada dua kategori, yaitu :
1. Children on the street, dan
2. Children from families of the street.
Anak jalanan merupakan kelompok anak marjinal perkotaan. Fenomena
keberadaan mereka semakin dirasakan ketika krisis ekonomi menghantam
Indonesia tahun 1997. Berdasarkan penelitian diperoleh gambaran umum yang
menunjukkan 60 % anak jalanan putus sekolah dan 80 % anak jalanan masih
tinggal dengan orangtua mereka (Departemen Sosial RI kerjasama YKAI, 1996 :
63).
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam meningkatnya anak jalanan.
perceraian, kawin muda serta kekerasan dalam keluarga sebagai akibat dari
memburuknya kondisi ekonomi dan kondisi politik di Indonesia membuat
keluarga tidak memiliki lagi keberadaan dalam melindungi anggota keluarganya.
Semakin menyudutnya ketidakberdayaan masyarakat, kasus-kasus pengangguran
dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah mereka dengan alasan “demi
pembangunan” merupakan salah satu penyebab meningkatnya anak turun ke
jalanan.
Pembangunan juga telah mengorbankan ruang bermain bagi anak
(lapangan, taman dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat berpengaruh pada
daerah-daerah kumuh perkotaan dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai
ajang bermain dan bekerja. Selain hal tersebut, meningkatnya anak putus sekolah
juga telah banyak menyebabkan sebagian anak mencari pekerjaan dan jalanan,
mereka jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang.
Defenisi anak jalanan terus meluas. Dari anak-anak yang baik siang dan
malamnya berada dijalanan, hingga anak-anak yang sebagian besar waktunya ada
di jalan, tetapi malamnya beristirahat di rumah.
Departemen Sosial Republik Indonesia mendefenisikan, anak jalanan
adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah
atau berkeliaran di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya.
Anak jalanan mempunyai ciri khas yang berbeda dari anak biasa. Untuk
memahami anak jalanan ini, berikut yang dirumuskan dalam loka karya
Kemiskinan dan Anak Jalanan, yang diselenggarakan Departemen Sosial pada
tanggal 25-26 Oktober 1995, akan membantu kita dalam memahami permasalaha
untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum
lainnya”. Defenisi tersebut, kemudian dikembangkan oleh Ferry Johannes pada
seminar tentang Pemberdayaan Anak Jalanan yang dilaksanakan di Sekolah
Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung pada bulan oktober 1996, yang
menyebutkan “anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya untuk
bekerja ataupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan
keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan keluarga/orangtua”
(Huraerah, 2006 : 80).
Saat ini ada dua macam kategori anak jalanan yang umum dibinakan oleh
berbagai lembaga yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung dengan anak
jalanan. Pertama, anak yang bekerja atau mencari uang di jalanan tetapi masih
pulang kerumah dan masih berhubungan dengan orangtuanya. Kedua, anak yang
seluruh waktunya dihabiskan di jalanan untuk bertahan hidup, serta tidak pernah
berhubungan dengan orangtuanya.
Berdasarkan hasil survei dari Departemen Sosial dan lembaga-lembaga
anak yang ada di Indonesia, anak jalanan dikelompokkan kedalam 3 kategori :
1. Anak jalanan yang hidup di jalanan dengan kriteria :
a) Putus hubungan atau tidak bertemu dengan orangtuanya.
b) 8-10 jam berada di jalanan untuk “bekerja” (mengamen,
mengemis, memulung) dan sisanya mengelandang/tidur.
c) Tidak bersekolah lagi.
d) Rata-rata berusia di bawah 14 tahun.
2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan dengan kriteria :
b) 8-16 jam berada di jalanan.
c) Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orangtua/saudara,
umumnya tinggal di daerah kumuh.
d) Tidak lagi bersekolah.
e) Pekerjaan : penjual koran, pedagang asongan, pencuci bus,
pemulung, penyemir sepatu dan lain-lain.
f) Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria :
a) Bertemu teratur setiap hari, tinggal dan tidur dengan keluarganya.
b) 4-6 jam berada di jalanan.
c) Masih bersekolah.
d) Pekerjaan : penjual koran, penyemir sepatu, pengamen dan
lain-lain.
Pada awalnya kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi
keluarga sering disebut sebagai penyebab utamanya muncul anak jalanan.
Belakangan pernyataan ini mulai diperdebatkan, karena tidak semua keluarga
miskin menghasilkan anak jalanan. Kemiskinan dipandang sebagai salah satu
faktor resiko yang memunculkan anak jalanan tetapi bukan satu-satunya. Ada
variabel lain yang saling merajut, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan
dalam keluarga atau pengaruh lingkungan.
Seseorang bisa dikatakan anak jalanan bila berumur dibawah 18 tahun dan
menggunakan jalan sebagai tempat mencari nafkah dan berada di jalan lebih dari
1. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua dan tinggal dengan
orang tua.
2. Anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan
orang tua.
3. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan
keluarga.
4. Anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal
dengan keluarga.
2.2.2 Kriteria Anak Jalanan
Berdasarkan data yang dihasilkan melalui survei oleh berbagai lembaga
anak diperoleh bahwa anak jalanan memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Usia berkisar antara 6-18 tahun.
2. Intensitas hubungan dengan keluarga.
a. Masih berhubungan maksimal sekali perminggu
b. Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga
3. Waktu yang dihabiskan dijalan lebih dari 4 jam sehari
4. Tempat tinggal :
a. Tinggal bersama orangtua
b. Tinggal berkelompok dengan teman-temannya
c. Tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap
5. Tempat anak jalanan sering dijumpai :
a. Pasar
c. Stasiun kereta api
d. Taman-taman kota
e. Daerah lokalisasi WTS
f. Perempatan jalan atau di jalan raya
g. Pusat perbelanjaan atau mall
h. Kendaraan umum (ngamen)
i. Tempat pembuangan sampah
6. Aktifitas anak jalanan :
a. Penyemir sepatu
b. Mengasong
c. Menjadi calo secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari
d. Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat minimal,
e. Menjajakan majalah/koran
f. Mengelap mobil
g. Mencuci kendaraan
h. Menjadi pemulung
i. Menjadi kuli angkot
j. Menyewakan payung
k. Pengamen
l. Menjadi penghubung atau penjual jasa
7. Sumber dana dalam melakukan kegiatan :
a. Modal sendiri
b. Modal kelompok
d. Stimulasi/bantuan
e. Permasalahan :
f. Korban eksploitasi pekerjaan dan seks
g. Rawan kecelakaan lalu lintas
h. Ditangkap petugas
i. Konflik dengan anak lain
j. Terlibat tindakan kriminal
k. Ditolak masyarakat lingkungannya
8. Kebutuhan anak jalanan :
a. Aman dalam keluarga
b. Bantuan usaha
c. Pendidikan bimbingan keluarga
d. Gizi dan kesehatan
e. Hubungan harmonis dengan orangtua, keluarga dan
masyarakat (Nurdin:1989).
2.2.3. Faktor-Faktor Keberadaan Anak Jalanan
Secara umum ada 3 tindakan sebab masalah anak jalanan yaitu :
1. Tingkat Mikro (Immudiate Cause), yaitu faktor yang berhubungan
dengan anak dan keluarganya. Pada tingkat mikro ini yang biasa
diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga biasa
a. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau
sudah putus sekolah, berpetualangan, bermain-main atau diajak
teman.
b. Sebab dari keluarga adalah terlantar. Ketidakmampuan orangtua
menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orangtua, salah perawatan
atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan
keluarga/tetangga, terpisah dengan orangtua, sikap-sikap yang
salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang
mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan
sosial.
2. Tingkat Messo (Underlying Cause), yaitu faktor di masyarakat.Pada
tingkat masyarakat, sebab yang dapat diidentifikasi meliputi :
a. Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu
peningkatan keluarga, anak-anak diajakan bekerja yang
mengakibatkan drop out dari sekolah.
b. Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak
mengikuti.
c. Penolakan mayarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon
kriminal.
3. Tingkat Makro (Basic Cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan
struktur makro. Pada struktur makro, sebab yang dapat diidentifikasi
adalah :
a. Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang
di jalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa
dan kota yang mendorong urbanisasi.
b. Pendidikan adalah biaya sekolah yang tinggi, prilaku guru yang
deskriminatif. Dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokrasi yang
mengalahkan kesempatan belajar.
c. Belum seragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak
jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan
(pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap
anak jalanan sebagai Trouble Maker/pembuat masalah (Security
Approach/pendekatan keamanan) (Nurdin, 1989: 12).
2.3. Keluarga 2.3.1. Pengertian
Keluarga berasal dari bahasakula berarti
"ras" dan warga yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana
terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai
kelompok sosial terdiri dari sejumlah
terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis
(1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suat
2.3.2. Tipe Keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yakni
dan anak atau anak-anak,
(ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat
dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas
yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.Keluarga luas ini
meliputi hubungan antara bibi, paman, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
2.3.3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan
ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya bai
2.3.4. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.3.5 Fungsi keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :
1. Fungsi
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan
lain setelah dunia
6. Fungsi
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya
8. Fungsi
keturunan sebagai generasi selanjutnya
9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara
2.3.6 Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan
diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
a) Berdasarkan lokasi
1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di
sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediamanan kaum kerabat istri;
2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum
kerabat suami;
3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami
pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat
istri pada masa tertentu pula (bergantian);
5. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata
tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang
suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara
7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan
istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari
mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .
b) Berdasarkan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
laki-laki (laki-laki-laki-laki tertua, umumnya ayah)
2. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
3. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.
2.3.7 Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri,
subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik). Subsistem
suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan
tujuan eksplisit dalam membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan
mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi
subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun
kebutuhan darti subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk
sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga ,subsistem ini meliputi transfer nilai
dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang
2.4. Sosial Ekonomi
Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang
sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah,
manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat
dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat
memerlukan suatu sistim pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan
anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai
sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.
Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam
hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman
sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang)
yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan
mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993 : 5).
Kata sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia
sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup
dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan
Soedjono Soekanto :“Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup
berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan
mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung
dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka
jiwanya akan rusak” (Soekanto, 1990 : 48).
Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos”
ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling
sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat,
maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan
sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dangan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990 :
35). Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan,
umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis
pekerjaan, pendidikan dan investasi.
Menurut Melly G. Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga
faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung
oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari
Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi
dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang
sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly dalam Susanto, 1984:
120).
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah
kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya
sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan
kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi
2.4.1 Pendapatan
Ilmu ekonomi mengenal istilah pendapatan yang terdiri atas:
a. Pendapatan Berupa Uang
1. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi
atu penjualan dari kerajinan rumah.
2. Hasil investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari hak milik
tanah.
3. Keuntungan sosial yakni pendapatan yang di peroleh dari kerja
sosial.
b. Pendapatan berupa barang
1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentuk dalam beras,
pengobatan dan transportasi, pemukiman dan rekreasi
2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain
pemakaian barang yang diproduksi dirumah atau di sewa yang
seharusnya di keluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
3. Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan
penjualan barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman uang,
kiriman uang, hadiah/pemberian, warisan atau menang judi
(Mulyanto Sumardi, 1985: 45).
2.4.2 Pangan
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan atau minuman.
Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan :
a. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belu mengalami pengolahan,
yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan
pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.
b. Pangan olahan tertentu
Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang
diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan
meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.
c. Pangan siap saji
Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah
diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat
usaha atas dasar pesanan.
2.4.3 Pendidikan
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.4.3.1 Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan.
1. Pendidikan anak usia dini
Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
2. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang
3. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun
4. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata
pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan
tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.
2.4.3.2.Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang
pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
2. Pendidikan nonformal
Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan
lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar,
keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan
dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA),
maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta
program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan
pendidikan dasar.
3. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
2.4.4 Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
memungkinkan setiap orang hidup
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu
sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
Indonesia tidak mampu mendapat
atau
Jamsostek Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan
kesehatan adalah mereka dari golongan
pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia,
tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendir
Menurut UU No.23 Tahun 1992 Tentang Tesehatan, menyatakan bahwa :
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
3.
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4.
menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.
kesehatan ini, akan muncul generasi sehat yang mampu memberikan kontribusi
optimalnya dalam membangun negara ini. Jiwa yang sehat secara fisik dan batin
diharapkan memiliki kemampuan untuk berkontribusi dengan baik dan nyaman
dalam berbagi ide dan pemikiran mereka ke dalam bentuk nyata sesuai aspek dan
bidang yang ditekuni masing-masing bagi masa depan yang lebih baik.Kesehatan
masyarakat sendiri mencakup banyak hal, baik misalnya dari kesehatan keluarga,
reproduksi, hingga kesehatan kejiwaan. Kesemua ilmu dan keterampilan
mengenai kesehatan tersebut dibahas dan dipelajari demi terwujudnya kesehatan
yang lebih baik dan komprehensif bagi masyarakat.
2.4.5. Perumahan
Menurut UU No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman,
perumahan adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaaan keluarga.
Turner (dalam Jenie, 2001: 45), mendefenisikan tiga fungsi utama yg
terkandung dalam sebuah rumah, yaitu :
1. Sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada
kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.
2. Sebagai penunjang kesehatan (opportinity) keluarga untuk berkembang
dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi.
3. Sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan
2.5. Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial dering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat
dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas
mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Menurutr Elizabeth Wickenden kesejahteraan sosial adalah peraturan
perundangan, program, tunjangan, dan pelayanan yang menjamin atau
memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari
masyarakat serta menjaga ketenteraman dalam masyarakat. Sementara itu dalam
UU No. 11 tahun 2009 tentang ketentuan umum Kesejahteraan Sosial Pasal 1 ayat
1 disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri , sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. (Grafika,
2009 : 2)
Berdasarkan defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional,
sosial ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.
2.6. Definisi Konsep
Defensi konsep adalah istilah dari defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstraksi kejadian, keadaan kelompok atau individu yang
Konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan istilah dan
mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tecipta suatu
persamaan persepsi dan tidak muncul salah pengertian pemakaian istilah yang
dapat mengaburkan tujuan penelitian.
Untuk memperjelas penelitian ini, maka peneliti membatasi
konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Kontribusi ialah sumbangan yang diberikan seseorang atau individu
maupun kelompok yang bersifat riil yang bertujuan untuk melihat
dampak dan pengaruhnya kepada individu maupun kelumpok lainnya. .
2. Anak Jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktu
mereka untuk beraktivitas di jalanan, atau di tempat-tempat umum
lainnya, seperti terminal bis, stasiun kereta api, pasar tempat hiburan,
pusat perbelanjaan, atau taman kota.
3. Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam
struktur sosial masyarakat.
4. Keluarga adalah unsur terkecil dalam suatu kelompok sosial masyarakat
yang terdiri dari, Ayah, ibu, beserta anak-anak yang berhubungan
dengan anggota keluarga.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga di Kelurahan Dwikora
Kecamatan Sianta Barat adalah sumbangan yang diberikan oleh anak jalanan yang
sosial ekonomi keluarga yang dapat dilihat dari keadaan pendidikan, perumahan,
kesehatan, pendapatan dan pangan keluarganya.
2.7. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 33). Dengan defenisi
operasional dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang akan diukur dan
dianalisa dalam variabel yang ada.
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam
penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :
1. Kontribusi yang indikatornya adalah : Ada atau tidaknya kontribusi
2. Anak jalanan yang indikatornya diukur melalui :
a. Aktifitas Pekerjaan.
b. Waktu dalam bekerja
c. Motif untuk berkerja
d. Modal yang digunakan
e. Pendapatan yang diperoleh.
3. Sosial ekonomi keluarga yang indikatornya diukur melalui :
a. Kondisi Kesehatan
b. Kondisi Perumahan
c. Kondisi Pendidikan
d. Kondisi Pendapatan
e. Kondisi Pangan
KONTRIBUSI ANAK JALANAN
SOSIAL EKONOMI KELUARGA
PANGAN
KESEHATAN PENDAPATAN PERUMAHAN PENDIDIKAN
2.8. Kerangka Pemikiran
Setiap manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya manusia harus bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian
pula keluarga anak jalanan, anak mereka harus turun ke jalanan untuk membantu
memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari keluarga.
Kontribusi yang diberikan oleh anak jalanan dalam pemenuhan kebutuhan
hidup sehari – hari keluarga berupa peningkatan kondisi sosial ekonomi keluarga.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif, yaitu suatu
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan suatu
keadaan subjek / objek penelitian (seseorang, lembaga atau masyarakat) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 1991: 16). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan kontribusi anak jalanan dalam ekonomi keluarga di Kelurahan
Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar
Barat Kota Pematangsiantar. Alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi
tersebut dikarenakan terdapatnya banyak anak jalanan yang melakukan aktivitas
di sekitar Pajak Horas Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota
Pematangsiantar.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan unit analisis atau objek yang akan diteliti
yang memenuhi karakteristik yang menjadi perhatian peneliti (Irawan , 2004: 57).
Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya.(Soehartono, 2004: 57). Jika
populasi dibawah 100 orang, maka keseluruhan populasi yang berjumlah 20 orang
dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan
menggunakan sampling jenuh dimana semua populasi dijadikan sampel.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan
mengumpulkan data-data melalui :
1. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data melalui data atau
informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan
mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan lainnya yang ada
relevansinya dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari
fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, melalui :
a. Wawancara, yaitu data variabel (kata-kata) sebagai data yang
diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab.
b. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpul data dilakukan dengan
cara menyebar suatu daftar pertanyaan tertutup dan terbuka
untuk tanya jawab oleh responden.
c. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang segala hal yang
mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi
sasaran penelitian
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, sehingga nantinya penulis dapat mendeskripsikan informasi
dan data yang diperoleh dalam penelitian, dimana pengolahan data dilakukan
dengan manual, data dikumpulkan dari hasil kuesioner (angket) dan wawancara.
Kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kemudian
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Dwikora adalah salah satu dari beberapa kelurahan yang berada
di Kecamatan Siantar Barat. Kelurahan ini merupakan pusat perekonomian Kota
Pematang Siantar sehingga kelurahan ini adalah daerah paling sibuk di Kota
Pematang Siantar. Hal ini terutama disebabkan oleh keberadaan Pajak Horas
sebagai pusat perbelanjaan masyarakat Kota Pematang Siantar.
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat
adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Proklamasi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bantan
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Simarito
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Teladan
4.2 Luas Wilayah
Luas wilayah Kelurahan Dwikora yang merupakan wilayah kerja
Kecamatan Siantar Barat mempunyai luas 25,5 Ha yang terdiri dari jalan raya,
pertokoan/perdagangan,pasar,stasiun kereta api, gedung sekolah,tempat beribadah
dan perumahan. Kelurahan Dwikora dibagi atas 2 lingkungan, masing-masing