TINJAUAN ASPEK KRIMINOLOGI TERHADAP
KENAKALAN ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi
Syarat-syarat Untuk Memenuhi
Gelar Sarjana Hukum
RICKSON P HUTABARAT
NIM: 080200036
Departeman Hukum Pidana
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus,
atas atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas di
Sumatera Utara. Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas dan
syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara yang
merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang akan menyelesaikan
perkuliahannya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Tinjauan Aspek Kriminologi terhadap
Kenakalan Anak Jalanan di Kota Medan”. Penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dan bekerja keras dalam menyususn skripsi ini. Namun, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun penulisan dari skripsi
ini.
Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum., selaku dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan
I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, DFM, selaku Pembantu Dekan
4. Bapak Muhammad Husni, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Muhammad Hamdan, SH., MH., selaku Ketua Departemen Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Liza Erwina, SH., M.Hum., selaku Sekrtaris Departemn Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Muhammad Nuh, SH., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing I
dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing serta memberikan masukan-masukan bagi penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Marlina, SH., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
serta membrikan masukan-masukan bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Yusrin SH., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik dalam
penulisan skripsi ini yang telah memberikan motivasi dalam penulisan
skripsi ini.
10. Bapak/Ibu Pegawai dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan semangat dan arahan bagi penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Buat kedua orang tua tercinta, Bapak St. Y Hutabarat dan Ibu O.
Simanjuntak terimakasi buat doa, dukungan, arahan, serta kasih sayang
12. Buat keempat saudara-saudara saya abang Pance, abang Henri, adik
Robin, adik Rudi serta buat kakak Hartati, kakak Reni dan adik Jupita
terimakasih buat dukungan, arahan dan doa sehingga penulis dapat
meyelesaikan skripsi ini.
13. Buat sahabat-sahabat tercinta di Fakultas Hukum USU Yulia Arisma,
Eva Sitindaon, Thomas, Hisar, Daud, Vivi, Samuel Hutapea, Nindi, Kia,
Chili, Tika, Juni, Berlian, Suspim, Jhon, Juliana, Harianto, Lidia Tarigan,
Dedi, Shelly Ritonga, Heni Taringan, Novpim, Frendly, Diki, Eni, Berkat,
Habib, Samuel Nainggolan, Eliza, Andriana, dan teman-teman lain
stambuk 2008 dan terlebih anak pidana yang memberikan doa dan
dukungan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.
14. Buat PKPA yang memberikan masukan-masukan dan arahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
15. Buat anak-anak jalanan yang mau memberikan informasi dalam
penulisan skripsi ini.
16. Buat semua teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak disebutkan satu persatu sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semangat ya teman-teman dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
B.PERUMUSAN MASALAH ... 5
C.TUJUAN DAN MANFAAT ... 5
D.KEASLIAN PENULISAN ... 7
E.TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1.Pengertian Anak ... 8
2.Pengertian Anak Jalanan ... 10
3.Pengertian Kenakalan Anak ... 11
4.Sejarah Kenakalan Anak ... 11
5.Pengertian Kriminologi dan Metode PendekatanKriminologi ... 12
F.METODE PENELITIAN ... 15
G.SISTEMATIKA PENULISAN ... 17
BAB II: PANDANGAN KRIMINOLOGI TERHADAP KENAKALAN ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN A.KLASIFIKASI DAN TIPE KENAKALAN ANAK JALANAN ... 19
B.PERKEMBANGAN KENAKALAN ANAK JALANAN... 27
C.FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN ANAK JALANAN ... 34
BAB III : FAKTOR PENYEBAB TERBENTUKNYA ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN A.BENTUK-BENTUK KENAKALAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK JALANAN DI KOTA MEDAN ... 44
B.FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MELATAR BELAKANGI TINDAKAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK-ANAK JALANAN ... 50
BAB IV: HAMABATAN DAN UPAYA DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN ANAK JALANAN DITINJAU DARI SEGI ASPEK KRIMINOLOGI
A.HAMBATAN DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN
ANAK JALANAN ... 62
B.UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN KENAKALAN
ANAK JALANAN ... 68
C.UPAYA PENANGGULANGAN ANAK JALANAN DI KOTA
MEDAN ... 77
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN ... 81
SARAN ... 82
ABSTRAK Rickson P. Hutabarat* M. Nuh, SH, M.Hum** Dr. Marlina, SH, M.Hum***
Anak merupakan ujung tombak perubahan dari setiap zaman. Seorang anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang baik dengan perhatian dan bimbingan, kasih sayang yang diberikan oleh orang tuan akan melahirkan suatu individu yang berkualitas. Kenakalan sebagai salah satu bentuk problem sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Demikian masalah kenakalan anak jalanan sekarang ini, masalah kejahatan pada anak jalanan ini terjadi diakibatkan oleh dampak negatif dari perubahan globalisasi yang meliputi ilmu pengetahuan dan tekhnologi, juga kemiskinan atau masalah ekonomi.
Adapaun yang menjadi permasalahan dari skripsi ini adalah sebagai berikut antara lain, bagaimana pandangan kriminologi terhadap kenakalan anak jalanan, bagaimana faktor pendorong terbentuknya kenakalan anak jalanan, bagaimana hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penanggulangan kenakalan anak jalanan dari aspek kriminologi.
Metode penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah dengan metode library research (penelitian pustaka) dan field research (penelitian lapangan) dan metode pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis adalah dengan metode wawancara (interview) dan studi dokumen.
Hasil dari penelitian ini yaitu sebab yang menyebabkan anak turun ke jalanan, sebab yang paling utama adalah karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dan faktor ekonomi keluarga yang lemah serta kurangnya sarana untuk mensosialisasikan diri anak jalanan.
Faktor pendorong terbentuknya kenakalan anak jalanan karena kenakalan tersebut mempunyai penyebab yang merupakan faktor terjadinya kenakalan anak jalanan. Untuk megetahui sebab musabab timbulnya kenakalan anak jalanan harus di perhatikan faktor-faktor dari dalam diri anak jalanan tersebut, faktor keluarga, lingkungan, ekonomi, dan hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi anak jalanan tersebut melakukan kenakalan.
Hambatan dan upaya yang dilakukan anak jalanan dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri anak jalanan itu.tindakan penanggulangan masalah kenakalan anak jalanan dapat di bagi dalam tindakan prefentif, tindakan represif, tindakan kuratif (rehabilitasi).
* Mahasiswa Departemen Hukum Pidana
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan ujung tombak perubahan dari setiap zaman. Seorang
anak yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang baik dengan
perhatian dan bimbingan, kasih sayang yang diberikan oleh orang tuan akan
melahirkan suatu individu yang berkualitas. Kenakalan sebagai salah satu bentuk
problem sosial merupakan sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap
lapisan masyarakat. Analisa atau diagnosa terhadap kenakalan yang meningkat
saat ini belum dapat dilakukan karena keadaan pengetahuan kriminologi ini
belum tegas menentukan sebab, mengapa orang melakukan kenakalan, sehingga
hanya baru dapat dicari faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi masyarakat
tertentu pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan timbulnya
kenakalan.
Menurut Walter Luden, fakktor-faktor yang berperan dalam timbulnya
kenakalan adalah:
a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota-kota jumlahnya cukup besar
dan sukar dicegah.
b. Terjadinya konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan
norma-norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergeseran sosial yang cepat, terutama di kota-kota besar
c. Memudarnya pola-pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola
kontrol sosial teradisional, sehingga anggota masyarakat terutama remajanya
menghadapi “samarpola” untuk melakukan perilakunya.1
1.
Ninik Widiyanti-Panji Anaroga, Perkembangan Kenakalan dan Masalahnya ditinjau
Berkembangnya kenakalan anak yang disebabkan oleh dampak negatif
dari perubahan global yang cepat meliputi ilmu pengetahuan dan tekhnologi
sehingga anak melakukan perbuatan di luar kesadarannya. Kurangnya perhatian
atau perlindungan serta perlakuan yang baik dan wajar dari keluarga dan
lingkungan serta komunitas lainnya. Masyarakat kota pada umumnya disibukkan
oleh masalah-masalah bisnis dan semakin tidak peduli terhadap lingkungan
sekitarnya dan menipisnya hubungan sosial dan rasa kepedulian terlebih-lebih
terhadap masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kemiskinan atau masalah ekonomi, penyebab anak putus sekolah juga
disebabkan oleh kondisi sekolah yang tidak menyenangkan, termasuk pengajaran
yang sangat rendah, kondisi tenaga pengajar yang juga mamprihatinkan.
Anak-anak miskin, di samping gedung sekolah yang tidak memenuhi syarat dan jarak
sekolah yang terlalu jauh. Perdagangan anak yang jumlahnya sudah sudah
semakin banyak atau menyeluruh, diperdagangkan untuk kepentingan prostitusi,
pengemisi, pembantu rumah tangga, narkoba, dan masih banyak anak yang
membutuhkan perlindungan.
Sulitnya lapangan pekerjaan dan kesempatan mencari nafkah bagi para
orang tua dari lingkungan masyarakat kecil, menimbulkan dampak negatif. Secara
terpaksa anak-anak dari keluarga tidak mampu, dilibatkan untuk mencari nafkah
bagi keluarganya yang seharusnya anak-anak tersebut berada di lingkungan
Anak-anak tersebut mencari nafkah dengan mengemis, mengamen, penjaja
koran, tukang semir sepatu dan lain sebagainya. Akibat kerasnya kehidupan di
kota-kota besar telah mempengaruhi tata kehidupan anak-anak jalanan terhadap
hal-hal negatif sehingga berdampak menurunnya nilai-nilai agama dan mental
phisikis setiap anak jalanan. Anak-anak yang turun ke jalanan secara dini akan
mempengaruhi mental phisikis baik moral dan rohanianya.
Anak-anak jalanan tersebut akan lebih cenderung melakukan kenakalan
karena merasa nasib mereka yang tidak sama dengan anak-anak lain pada
umumnya yang mendapat kasih sayang dari orang tuanya, mempunyai harta yang
serba berkecukupan, fasilitas yang lengkap dan juga sekolah yang mereka
senangi. Kesenjagan sosial dan perbedaan-perbedaan antara anak-anak yang
kurang mampu dan anak yang berkecukupan. Kadang anak-anak jalanan hanya
dianggap sebagai sampah masyarakat dan tidak berguna.2
Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan
hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak azasi anak serta berbagai
kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Masalah perlindungan
hukum bagi anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas.3
Cara suatu masyarakat memperlakukan anak, tidak hanya mencerminkan
kualitas rasa iba, hasrat untuk melindungi dan memperhatikan anak, namun juga
2.
http;/m.kompasiana.com/post/4cd6acc89bc1d45330000/
prihatin-brutal-dan-tidak-manusiawi/,diakses pada tanggal 2 April 2012, hal. 9.
3.
mencerminkan kepekaannya akan rasa keadilan, komitmennya pada masa depan
dan peran penting anak sebagai generasi penerus bangsanya.
Munculnya anak jalanan tanpa disadari dapat menimbulkan berbagai
masalah antara lain:
1. Mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain
2. Dapat membahayakan dirinya
3. Memberikan kondisi yang subur bagi tumbuhnya kriminalitas
4. Memberikan kesan yang kurang baik terhjadap eksistensi bangsa dan
negara
Akhir-akhir ini banyak berita-berita yang memuat mengenai tragedi anak
yang melakukan tindak kejahatan, khususnya anak jalanan yang melakukan
kejahatan terhadap orang-orang di sekitarnya seperti merampok, mencuri,
psikotropika, perkosaan, pemerasan, penipuan, pembunuhan dan lain sebagainya.
Perbuatan yang mereka lakukan tersebut disebabkan oleh faktor, salah satunya
adalah karena kondisi sosial dan ekonomi keluarga yang mereka hadapi.
Kenakalan sebagai salah satu bentuk probelema sosial merupakan sebuah
kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Analisa atau
mengadakan diagnosa terhadap kejahatan-kejahatan yang meningkat saat ini,
belum dapat dilakukan, karena keadaan pengetahuan kriminologi dewasa ini
belum memungkinkan untuk tegas menentukan sebab, mengapa orang melakukan
kondisi masyarakat tertentu pada masa tertentu pula, yang berthubungan erat
dengan timbulnya kenakalan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang dibahas
dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimana pandangan kriminologi terhadap kenakalan anak jalanan di
Kota Medan?
2. Bagaimana faktor pendorong terbentuknya kenakalan anak jalanan di kota
Medan?
3. Bagaimana hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penanggulangan
kenakalan anak jalanan dari aspek kriminologi?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Tujuan Penulisan
1. Untuk lebih mengetahui pandangan kriminologi terhadap pelaku
kenakalan anak jalanan.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor pendorong terbentuknya
kenakalan anak jalanan di kota Medan.
3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya penanggulangan anak jalanan di
2. Manfaat Penulisan
Atas dasar tujuan tersebut, maka manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Secara Teoritis
Penulis berharap karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat
memberi manfaat bagi kalangan akademis, dan dapat menambah perkembangan
ilmu pengetahuan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang
membutuhkan informasi mengenai faktor terbentuknya kenakalan anak jalanan
dan apa upaya yang dapat dilakukan menenanggulangi kenakalan anak jalanan.
Skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang hukum
pidana serta yang berkaitan dengan kriminologi.
b. Secara Praktis
a. Menambah wawasan dan cakrawala bagi pihak-pihak yang terkait
dalam melakukan suatu tindak pidana yang melanggar hukum.
b. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi
penulisan skripsi ini.
Secara praktis, skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi aparat
penegak hukum khususnya kepolisian dan lembaga swadaya masyarakat dalam
menganggulangi kejahatan anak jalanan.
1. Aparat Penegak Hukum
2. Masyarakat
3. Korban.
D. KEASLIAN PENULISAN
Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran
dengan mengambil panduan dari buku-buku dan sumber lain yang berkaitan
dengan judul skripsi. Adapun yang menjadi judul penulisan skripsi ini adalah
“TINJAUAN ASPEK KRIMINOLOGI TERHADAP KENAKALAN ANAK
JALANAN DI KOTA MEDAN”. Adapun yang sama tetapi pembahasannya
berbeda baik masalah, tujuan, dan metodenya. Yang telah diperiksa di
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan di Perpustakaan Fakultas Hukum
USU.
Adapun judul yang berkaitan antara lain sebagai berikut:
1. Nama: Erina Kartika Sari
Judul: Aspek Hukum Anak Jalanan Sebagai Pelaku Tindak Pidana
terhadap Peningkatan Angka Kriminalitas (Studi Kasus di Terminal
Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas).
2. Nama: Supriati
Judul: Eksistensi Pengadilan Anak dalam UU No. 3 Tahun 1997 sebagai
Wadah yang Mengatur Penanggulangan Kenakalan Anak (Anak Jalanan
di Kecamatan Medan Tuntungan)
3. Nama: Natalia Swana Rita
Judul: Faktor-Faktor Penyebabnya Penyalahgunaan Narkotika yang
dilakukan oleh Anak Jalanan di Tinjau dari Kriminologi serta Upaya
4. Nama: Eko Pramono
Judul: Anak Jalanan sebagai Pelaku Kenakalan dan Upaya dapat
dilakukan untuk Mengatasi Masalah Anak Jalanan (Studi Kasus Terminal
Terpadu Amplas)
E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Pengertian Anak
Penjelasan siapa anak jalanan itu, tidak bisa dijelaskan pada pendapat
pakar saja yang sampai saat ini mendapatkan persamaan pendapat mengenai anak
jalanan tetapi dari hasil penelitian dapat diambil garis besarnya mengenai anak
jalanan. Pengertian anak jalanan adalah anak yang mengganyungkan kehidupan di
jalanan. Di sini dapat dilihat kondisi kehidupan mereka yang hidup dan bekerja di
jalanan.
Mengenai anak jalanan terlebih dahulu kita harus mengerti lebih jelasnya
tentang anak jalanan harus dimengerti dulu mengenai pengertian anak.
Masyarakat mempunyai kecenderungan untuk membrikan lingkungan kehidupan
dalam dua tahap antara lain: anak-anak dan dewasa. Perpindahan dari satu tahap
ke tahap lainnya yang secara antropologis membawa sejumlah konsekuensi sosial
dan hukum dengan berbagai peraturan yang harus dipenuhi seseorang.
Batas usia anak memberikan pengelompokan terhadap seseorang untuk
dapat disebut sebagai seorang anak, maka harus berada pada batas usia bawah
atau usia minimum 0 (nol) tahun terhitung dalam kandungan sampai dengan batas
usia maksimum 18 tahun se3suai dengan ketentuan hukum yang berlaku, yaitu
berikut: Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai 8
(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum
pernah kawin.
Berdasrkan hukum positif batas usia seseorang anak dapat dilihat dari
berbagai ketentuan yaitu:
1. UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak;
Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun
dan berhak untuk memperoleh perlindungan baik secara mental, fisik dan
perlindungan.
2. UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak;
Anak adalah seseorang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak
yang masih dalam kandungan (pasal 1 ayat 1)
3. UU No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia;
Anak adalah setiap orang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan
belum menikah termasuk anak yang masih berada dalam kandungan, apabila
hal tersebut adalah demi kepentingannya.
4. Kepres No. 36 tahun 1990 tentang konvensi hak anak;
Anak adalah setiap orang yang berusia 18 (delapan belas) tahun, kecuali
berdasarkan UU yang berlaku bagi anak-anak ditentukan bahwa usia dewasa
dicapai lebih awal.4
4.
Pengertian anak yang disebutkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwasanya usia yang dikategorikan sebagai anak adalah setiap orang yang
berusia delapan sampai delapan belas tahun dan belum menikah, kecuali
ketentuan yang berlaku bagi anak.
2. Pengertian Anak Jalanan
Pengertian anak jalanan adalah anak yang hidup dan tinggal di jalanan
dan menggantungkan hidupnya di jalanan. Secara umum anak jalalanan
ciri-cirinya seperti:
a. Berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan).
b. Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, serta sedikit sekali yang
lulus SD).
c. Berasal dari keluarga-keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum urban
dan beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya)
d. Melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pada sektor informal).
Anak jalanan, umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat
dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar
belakang kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan,
kurangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya
berperilaku negatif.
Di kota lain yang terdekat, atau di provinsi lain ada anak jalanan yang
ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena
pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada anak jalanan yang masih tinggal bersama
ada yang sama sekali tidak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada
anak yang tidak mengenal keluarganya.5
3. Pengertian Kenakalan Anak
Masalah kenakalan merupakan suatu problema sosial yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari tanpa melihat status sosial dari orang yang
melakukannya. Istilah kejahatan sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi
masyarakat, kenakalan merupakan suatu perilaku yang menyimpang, suatu
tindakan yang bersifat negatif.
Terdapat pengertian di kalangan para sarjana ternyata tidak terdapat
pendapat yang seragam, hal ini disebabkan karena perbuatan jahat bersumber dari
alam nilai, tentu penafsiran yang diberikan kepada perbuatan atau tingkah laku
tersebut sangat relatif sekali. Kerelatifannya terletak pada penilaian yang
diberikan oleh masyarakat dimana perbuatan tersebut terwujud.
Menurut H. M. Ridwan kejahatan anak adalah “perbuatan atau tingkah
laku yang selain merugikan sipenderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu
berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban”.6
4. Sejarah Kenakalan Anak Jalanan
Masalah kenakalan bukanlah hal baru, meskipun tempat dan waktunya
berlainan, tetapi modusnya dinilai sama. Semakin lama, kenakalan di Ibu Kota
dan Kota-kota besar lainnya semakin meningkat bahkan di beberapa daerah dan
5.
http;//wordpress.com/2012/06/anakjalanan.
6.
sampai ke kota-kota kecil. Dikhawatirkan kemungkinan akan menjalar lebih jauh
lagi ke desa-desa. Desa adalah tumpuan harapan dan sumber daya bangsa, di sana
terdapat gambaran kehidupan yang aman, tenteram lahiir dan batin.7
Kenakalan di Kota-kota besar seperti di kota Medan dan kota-kota besar
lainnya di Indonesia tidak hanya meningkat secara kuantitas tetapi juga kualitas.
Pelaku kenakalan sudah semakin meragam dan meluas, sampai kalangan terdidik,
pelajar/mahasiswa dan bahkan anak-anak di bawah umur; sedang dari segi
kualitasnya kenakalan sudah jauh meningkat baik tingkat kekejaman maupun
cara-cara atau tehnik dan alatt yang digunakan serta keberanian atau kenekatan
dalam melakukan operasi yang tidak jarang sampai menimbulkan korban jiwa
shingga aparatur pemerintah atau keamanan tampak serius meningkatkan
“kamtibmas” (Keamanan dan ketertiban masyarakat) untuk mengatasi gangguan
kenakalan yang dirasakan semakin memprihatinkan masyarakat.
5. Pengertian Krimonologi dan Metode Pendekatan Kriminologi
“Secara harfiah, kriminologi berasal dari kata “crimen” yang berarti kenakalan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Apabila
7 .
dilihat dari kata tersebut, maka kriminologi mempunyai arti sebagai penggetahuan
tentang kenakalan”.8
Pengertian secara harafiah tersebut memberikan pengertian yang sempit
bahkan dapat mengarah pada pengertian yang salah. Pengertian kriminologi
secara harafiah tersebut menimbulkan suatu persepsi bahwa hanya kenakalan saja
yang dibahas dalam kriminologi.
Sutherland mengatakan kriminologi adalah keseluruhan ilmu-ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan sebagai gejala masyarakat.
Termasuk terjadinya undang-undang dan pelanggaran atas itu. Menurut Michael
dan Adle merumuskan bahwa kriminologi adalah “keseluruhan keterangan
tentang perbuatan dan sifat, lingkungan penjahat dan pejabat memperlakukan
penjahat serta reaksi masyarakat, terhadap penjahat”.9
Kriminologi terbagi dalam dua arti, antara lain kriminologi dalam arti
sempit yaitu pengetauan yang menbahas masalah-masalah kenakalan istimewa
mengenai:
a. Bentuk-bentuk kenakalan (paenomenologi)
b. Sebab-sebab kenakalan (aetiologi)
c. Akibat-akibat kenakalan (penologi)
8
. Made Darma Weda, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 1.
9
Kriminologi dalam arti luas adalah kriminologi dalam arti sempit ditambah
dengan kriminalitastik.10
Rangka mempelajari kenakalan, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan,
antara lain:
1) Pendekatan Deskriptif
Pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara melakukan
observasi dan penguumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang
kejahatan dan pelaku kejahatan seperti:
a. Bentuk tingkah laku kriminal,
b. Bagaimana kenakalan dilakukan,
c. Frekuensi kenakalan pada waktu dan tempat yang berbeda,
d. Ciri-ciri khas pelaku kenakalan, seperti usia, jenis kelamin, dan
sebagainya,
e. Perkembangan karir seorang pelaku kenakalan.
“Dikalangan ilmuan, pendekatan deskriptif sering dianggap sebagai
pendekatan yang bersifat sangat sederhana. Meskipun demikian pendekatan ini
sangat bermanfaat sebagai studi awal sebelum melangkah pada studi yang bersifat
lebih mendalam”.11
10.
Ridwan Hasibuan, Kriminologi Dalam Arti Sempit dan Ilmu-Ilmu Forensik, USU Perss, Medan, 1994, hal. 7.
11.
2) Pendekatan Sebab –Akibat
Pendekatan sebab-akibat berarti fakta-fakta yang terdapat di dalam
masyarakat dapat ditafsirkan untuk mengetahui sebab-musabab kenakalan, baik
dalam kasus-kasus yang bersifat individual maupun yang bersifat umum.
Hubungan sebab-akibat dalam kriminologi berbeda dengan hubungan
sebab-akibat yang terdapat dalam hukum pidana. Hukum pidana, agar suat
perkara dapat dilakukan penuntutan harus dapat dibuktikan adanya hubungan
sebab-akibat antara suatu perbuatan dengan akibat yang dilarang, sedangkan
akibat dalam kriminologi yaitu akibat dicari setelah hubungan
sebab-akibat dalam hukum pidana terbukti. Usaha untuk mengetahui kenakalan dengan
menggunakan pendekatan sebab-akibat ini dikatakan sebagai etiologi kriminil
(etiologi of crime).12
3) Pendekatan Secara Normatif
H. Bianchi menyatakan, apabila kejahatan itu merupakan konsep yuridis,”
berarti merupakan dorongan bagi kriminologi untuk mempelajari norma-norma.
Oleh karena itu kriminologi merupakan disiplin yang normatif”.13
F. METODE PENELITIAN
1 . Jenis Penelitian
a. Library Reach (Penelitian Kepustakaan)
Bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
12
bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan seperti :
buku-buku majalah dokumen catatan dan kisah-kisah sejarah dan
lain-lainnya.14
b. Field Research (Penelitian lapangan)
Ini pada hakekatnya merupakan metode untuk menemukan secara spesifik
dan realis tentang apa yang sedang terjadi pada suatu saat di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Jadi mengadakan penelitian lapangan mengenai
beberapa masalah aktuil yang kini sedang terjadi dan mengeskpresikan diri
dalam bentuk gejala atau proses sosial.15
Field Research ini dimaksudkan sebagai suatu metode untuk memperoleh data
dengan jalan penelitian langsung ke lapangan yaitu di simang pos dengan cara
demikian dapat diperoleh data-data mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi anak-anak tersebut dalam melakukan suatu tindakan kejahatan
secar kongkrit.
2 . Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara / Pedoman Wawancara
Wawancara adalah cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan
secara lisan guna mencapai tujuan. Wawancara dilakukan langsung dengan
14.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hal. 28.
15.
para responden, yaitu anak-anak/remaja anak jalanan, masyarakat sekitar
area anak-anak tersebut sering melakukan aktivitas keseharian mereka.
b. Studi Dokumen
Yaitu mengumpulkan data yang dilakukan melalui data tertulis hasil
penelitian dilapangan
3 . Sumber Data
Sumber data diperoleh dari wawancara dengan para anak jalanan, juga
pada masyarakat setempat. Sumber data lain adalah data kepustakaan, karya
ilmiah, artikel-artikel serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan materi
penelitian.
4. Lokasi Penelitian
a. Data Primer adalah data-data yang paling utama dalam sebuah penelitian dan
menjadi objek dalam penulisan karya ilmiah.
b. Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh dari buku-buku.
G . SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, yang tiap bab dibagi pula atas
beberapa sub bab yang disesuaikan dengan isi dan maksud dari penulisan skripsi
ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini secara singkat adalah sebagai
Bab I : “Pendahuluan” adalah sebagai bab pengantar dari permasalahan, terdiri
dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan
Sistematika penulisan
Bab II : “Pandangan kriminolgi terhadap kenakalan anak jalanan di Kota Medan”
yang terdiri dari 3 (Tiga) sub bab yaitu : klasifikasi dan tipe kenakalan
anak jalanan, Perkembangan kenakalan anak jalanan, dan faktor-faktor
penyebab kenakalan anak jalanan.
Bab III: “Faktor penyebab terbentuknya kenakalan anak jalanan di Kota medan
yang terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu : bentuk-bentuk kenakalan yang
dilakukan oleh anak jalanan di kota Medan, faktor-faktor penyebab
melatarbelakangi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak
jalanan, faktor-faktor terbentuknya kenakalan anak jalanan di kota
Medan.
Bab IV : “Hambatan dan upaya dalam penanggulangan kenakalan anak jalanan
ditinjau dari aspek kriminologi” yang terdiri dari 3 (Tiga) sub bab yaitu :
Hambatan-hambatan dalam penanggulangan kenakalan anak jalanan,
Upaya-upaya penanggulangan anak jalanan, Upaya penanggulangan anak
jalanan di Kota Medan.
Bab V : “Kesimpulan dan Saran”, bab ini merupakan penutup dari keseluruhan
materi skripsi yang terdiri dari 2 (Dua) sub bab yaitu : Kesimpulan dan
BAB II
PANDANGAN KRIMINOLOGI TERHADAP KENAKALAN ANAK
JALANAN DI KOTA MEDAN
A . KLASIFIKASI DAN TIPE KENAKALAN ANAK JALANAN
Kenakalan dalam diri seorang anak merupakan perkara yang lazim terjadi.
Tidak seorangpun yang tidak melewati tahap/fase negrif ini atau sama sekali tidak
melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya menimpa beberapa
golongan anak jalanan di suatu daerah tertentu saja. Keadaan ini terjadi di setiap
tempat, lapisan dan kawasan masyarakat. Bentuk kenakalan anak jalanan terbagi
mengikuti 3 kriteria, yaitu :
“Kebetulan, kadang-kadang, dan sebagai kebiasaan, yang menampilkan tingkat penyesuaian dengan tingkat titik patahan yang tinggi, medium dan rendah. Klasifikasi ilmiah lainnya menggunakan penggolongan Tripartite, yaitu : historis,instinktual, dan mental. Semua itu dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan demgan sebab-musabab terjadinya kenakalan insktiktual bisa dilihat dari aspek keserakahan, agresivitas, seksualitas, kepecahan keluarga dan anomali anomali dalam dorongan berkelompok”.16
Klasifikasi ini melengkapi dengan kondisi mental, dan hasilnya
menampilkan suatu bentuk anak atau remaja yang agresif, serakah, pendek pikir,
sangat emosional dn tidak mampu mengenal nilai-nilai etis serta kecenderungan
untuk menjatuhkan dirinya ke dalam perbuatan yang merugikan dan berbahaya.
Adapun macam dan bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak
dibedakan menjadi beberapa macam:
16`.
1. Kenakalan Biasa
2. Kenakalan yang menjurus pada tingkat kriminal
3. Kenakalan khusus17
Ad. 1 Kenakalan Biasa
Kenakalan biasa adalah bentuk kejahatan yang berupa berbohong, pergi keluar
rumah tanpa pamit kepada kedua orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan
teman, suka bolos, suka menipu, suka terlambat ke sekolah, dan membuang
sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
Ad. 2 Kenakalan yang menjurus pada tindakan kriminal
Adalah suatu bentuk kenakalan anak jalanan yang merupakan perbuatan pidana,
berupa kenakalan yang meliputi: mencuri, menganiaya, menodong, mencopet,
menggugurkan kandungan, membunuh, memperkosa, berjudi, menonton, dan
mengedarkan film porno atau menggandakannya serta mengedarkan obat-obat
terlarang, dan lain sebagainya.
Ad.3. Kenakalan khusus
Kenakalan khusus adalah kenakalan yang diatur dalam undang-udang pidanan
khusus, seperti kenakalan narkotika, psikotropika, pencucian uang (money
Laundering), kenakalan di Internet (Cyber Crime), kejahatan terhadap HAM dan
sebagainya. Bentuk lain dari kenakalan anak jalanan adalah berdasarkan ciri
keperibadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi tidak terkontrol.
Anak-anak muda ini pada umumnya bersifat labil, sangat
17.
Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, cetakan pertama, Kenakalan Anak
emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis, dan cendrung suka
menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka hampir
tidak dapat digugah, beku.
Tipe Delinquen menurut struktur keperibadian ini dibagi atas :
1. Delinquensi terisolir
2. Delinquensi neurotik
3. Delinquensi psikopatik
4. Delinquensi defek mental.18
Ad. 1. Delinquensi Terisolir19
Kelompok ini merupakan jumnlah terbesar dari para remaja delinquen;
merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya anak tidak menderita kerusakan
Psikologi. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan oleh dorongan faktor sebagai
berikut :
a. Kejahatan mereka tidak didorong oleh motifasi kecemasan dan konflik
batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif yang mendalam, akan tetapi
lebih banyak dirangsang oleh keinginan meniru, ingin konform dengan
norma kelompoknya. Biasanya semuanya kegiatan mereka lakukan dalam
bentuk kegiatan kelompok.
b. Anak kebanyakan berasal dari daerah-daerah kota yang tradisional
18.
Kartini Kartono, op.cit, hal. 49
19.
sifatnya memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil anak melihat adanya
tindakan-tindakan kejahatan, sampai suatu saat dia ikut menjadi anggota
salah satu anak jalanan tersebut. Di dalam perkumpulan ini anak merasa
diterima, mendapat kedudukan terhormat, pengakuan status sosial dan
prestise tertentu. Semua nilai, norma dan kebiasaan kelompoknya dengan
subkultur kriminalnya, diopernya dengan serta merta.
c. Pada umumnya anak delinquen tipe ini berasal dari keluarga berantakan,
tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi. Situasi
keluarga di;penuhi dengan konflik diantara sesama anggota keluarga, dan
ada suasana penolakan oleh orang tua, sehingga anak merasakan disiakan
serta kesepian. Situasi demikian anak tidak pernah merasakan iklim
kehangatan emosional. Kebutuhan elementernya tidak terpenuhi,
misalnya, tidak pernah merasa aman, harga dirinya terasa diinjak, merasa
dilupakan dan ditolak oleh orang tua, dan lain-lain. Pendeknya, anak
mengalami banyak frustasi dalam lingkungan keluarga sendiri, dan
mereaksi negatif terhadap lingkungannya.
d. Sebagai jalan keluarnya, anak memuaskan semua kebutuhan dasarnya
ditengah lingkungan anak-anak kriminal.
e. Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali
mendapat supervisi dan latihan disiplin dan teratur. Akibatnya, anak tidak
sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan banyak dari
mereka kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaiknya lebih peka terhadap
Ad.2. Delinquensi Neurotik20
Pada umumnya anak-anak delinquen tipe ini menderita gangguan kejiwaan
yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman,
merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah dan berdosa, dan
lain-lain. Ciri tingkah laku anak itu antara lain:
a. Tingkah laku delinquennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang
sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan
nilai subkultur anak jalananya saja, juga bukan berupa usaha untuk
mendapatkan prestise sosial dan simpati dari luar.
b. Tingkah laku kriminal merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum
terselesaikan, karena itu tindak kenakalan mereka merupakan alat pelepas
bagi rasa ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya yang jelas tidak
terpikulkan oleh egonya.
c. Biasanya, anak remaja delinquen tipe ini melakukan kenakalan seorang
diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka
memperkosa lalu membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.
d. Anak delinquen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah,
yaitu dari lingkungan konvensional yang cukup baik kondisi sosial
ekonominya. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak
ketegangan emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga
neurotik atau psikotik.
20.
e. Anak delinquen neurotik ini memiliki ego yang lemah, dan ada
kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa dan
anak-anak remaja lainnya.
f. Motivasi kenakalan mereka berbeda-beda. Misalnya, para penyudut api
(pyromania, suka membakar) didorong oleh nafsu ekshibisionistis,
anak-anak yang suka membongkar melakukan pembongkaran didorong oleh
keinginan melepaskan nafsu seks, dan lain-lain.
g. Perilakunya memperlihatkan kualitas kompulsif (paksaan). Kualitas
sedemikian ini tidak terdapat pada tipe delinquen terisolir. Anak-anak dan
orang muda tukar bakar, pada peledak dinamit dan bom waktu, penjahat
seks, dan pecandu narkotika dimaksudkan dalam kelompok tipe neurotik
ini.
Perubahan tingkah laku anak-anak delinquen neuritik ini belangsung atas
dasar konflik jiwani yang serius atau mendalam sekali, maka mereka akan terus
melanjutkan tingkah laku kenakalannya sampai usia dewasa dan umur tua.
Ad.3. Delinquen Psikopatik21
Delinquen psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang
paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah:
21.
a. Hampir seluruh anak delinquen ini berasal dan dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian
keluarga, berdisiplin keras maupun tidak konsisten, dan selalu menyiakan
anaknya. Tak sedikit dari mereka berasal dari rumah yatim piatu.
Lingkungan anak tidak pernah merasakan kehangatan, kasih sayang dan
relasi personal yang akrab dengan orang lain. Akibatnya mereka tidak
mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi, sedang kehidupan
perasaan pada umumnya menjadi tumpul atau mati. Akibatnya anak tidak
mampu menjalin relasi emosional yang akrab atau baik dengan orang lain.
b. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan
pelanggaran, itu sering meledak dan tidak terkendali.
c. Bentuk kejahatan majemuk, tergantung pada suasana ahtinya yang kacau
tidak dapat diduga-duga. Anak pada umumnya sangat agresif dan implusif.
Biasanya mereka residivis yang berulangkali keluar masuk penjara, dan
sulit sekali diperbaiki.
d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan
norma-norma sosial yang umumnya berlaku. Juga tidak perduli terhadap norma-norma
subkulturnya sendiri.
e. Acapkali anak juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi
kemampuan untuk menegndalikan diri sendiri.
Psikopat itu merupakan bentuk kekalutan mental dengan ciri-ciri sebagai
berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri. Orangnya tidak
dan hukum. Biasanya juga immoral. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu
asosial, aksentrik kegila-gilaan, dan jelas tidak memiliki kesadaran sosial serta
intelegensi sosial. Anak sangat egoistis, fanatik, dan selalu menentang apa
siapapun juga. Sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, ganas buas terhadap
siapapun tanpa sebab sesuatu pun juga. Kata-katanya selalu menyakiti hati orang
lain, perbuatannya sering ganas sadis, suka menyakiti jasmani orang lain tanpa
motif atau apapun juga. Karena itu, remaja delinquen yang psikopatik ini
digolongkan ke dalam bentuk penjahat yang paling bahaya.
Ad.4.Delinquen Defek Moral22
Defek (defect,defectus) artinya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat,
kurang. Delinquensi defek moral mempunyai ciri: selalu melakukan tindakan
asosial atau anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan
gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya.
Kelemahan dan kegagalan para remaja delinquen tipe adalah: anak tidak
mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu
menegndalikan dan mengaturnya. Selalu saja anak ingin melakukan perbuatan
kekerasan, penyerangan dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat terganggu.
Sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi (perasaan), jadi ada kemiskinan
afektif dan sterilisasi emosional. Anak tidak memiliki rasa harga diri. Terdapat
22.
kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan super
agonya sangat lemah. Implusnya tetap ada dalam tarif primitif, sehingga sukar
dikontrol dan dikendalikan. Anak merasa cepat puas dengan “prestasinya”, namun
sering perbuatan mereka disertai agresivitas yang meledak. Anak juga selalu
bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga, karena itu mereka selalu melakukan
perbuatan kenakalan.
Pada umumnya bentuk tubuh para penjahat habitual dan residivis itu lebih
kecil daripada tubuh orang normal. Berat badan mereka juga lebih ringan.
Acapkali anak memiliki kelainan jasmaniah. Pengaruh lingkugan adalah relatif
kecil dalam membentuk seseorang menjadi defek moralnya. Sebaiknya, kostitusi
dan disposisi psikis yang abnormal menyebabkan pertumbuhan anak muda dan
remaja yang defek moralnya itu sangat mencolok ekstrim biasanya mereka
digolongkan ke dalam tipe delinquen psikopatik.
B. PERKEMBANGAN KENAKALAN ANAK JALANAN
Kenakalan anak jalanan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan zaman
dari era ke era. Sebab setiap zaman memiliki ciri khas yang berbeda dan memiliki
tantangan yang berbeda khususnya kepada generasi mudanya, sehingga anak-anak
muda ini bereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi atau zaman yang
berbeda.
Pada tahun 50 sampai pada 60-an di Indonesia yang menjadi masalah
yaitu setelah menjalin kemelut merebut kemerdekaan. Kenakalan anak jalanan
pada saat itu umumnya berupa penodong sekolah-sekolah untuk mendapatkan
izasah dan penonjolon diri yang berlebihan bak pahlawan kesiangan. Kenakalan
remaja pada zaman ini juga berupa keberandalan dan tindak-tindak kriminal
ringan ala anak-anak jalanan, menirukan pola perilaku anak-anak muda di luar
negeri yang mereka hayati dengan hadirnya film-film impor dan buku-buku
bacaan sadistis dan buku-buku porno. Adapun faktor kenakalan mereka adalah
karena ketidak mampuan si anak memanfaatkan waktu kosong dan kurangnya
pengendalian terhadap dorongan meniru. Sayangnya yang mereka tiru justru
perbuatan yang tidak terpuji, misalnya: hidup malas-malasan dan hidup seperti
hippis, melakukan tindak kriminal untuk memuaskan ambisi sosial yang semakin
meningkat.
Pada tahun 70-an ke atas, kenakalan anak jalanan di kota-kota besar di
tanah air sudah menjurus pada kenakalan yang lebih serius, antara lain berupa
tindak kekerasan, penjambretan, penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk
perkosaan sampai pada perbuatan pembunuhan dan perbuatan kriminal lain.
Kenakalan dan kenakalan tersebut erat kaitannya dengan makin derasnya
arus urbanisasi dan semakin banyaknya jumlah remaja desa bermigrasi ke daerah
perkotaan tanpa jaminan sosail yang mantap, ditambah sulitnya mencari pekerjaan
yang cocok dengan keinginan mereka.
Pada tahun berikutnya kenakalan remaja semakin meluas baik dalam
banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan narkotika di tengah masyarakat
dan memasuki ruang sekolah.
Seiring dengan berkembangnya zaman, tak dapat kita pungkiri kenakalan
anak jalanan pun semakin berkembang. Pada masa sekarang ini yang dikenal
dengan masa atau era reformasi dan kebebasan sepertinya membawa dampak
yang nyata dalam perkembangan kenakalan anak jalanan. Masa sekarang ini
remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Sering ditanggapi orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak
ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi, mereka lebih senang bergaul dengan
kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Anak juga semakin
berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang
berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut anak kurang beralasan.
Kenakalan anak jalanan lain yang sedang populer di zaman sekarang ini adalah
kenakalan perilaku ngelem merupaka salah satu perilaku menyimpang yang
seringkali dilakukan oleh anak-anak jalanan di Ngunban Surbakti Kelurahan
Sempakata Kecamatan Medan Selayang. Ada beberapa faktor anak jalanan
melakukan perilaku ngelem, seperti ngelem dapat memberikan rasa tenang dan
menimbulkan halusinasi meskipun hanya sesaat, terpengaruh oleh teman sebaya
dan keingin tahuan untuk ikut mencoba, dan harga lem yang murah dan mudah
dianggap sebagai bentuk kebiasaan yang menyenangkan dikalangan anak
jalanan.23
Anak jalanan berbeda dengan anak-anak yang tinggal yang hidup bersama
orangtua yang memberikan perhatian dan kasih sayang. Anak jalanan merupakan
anak-anak yang termarginalisasi karena tidak menerima perlakuan yang
seharusnya mereka terima dan rasakan baik dari keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat maupun dari agen-agen sosial lainnya. Kehidupan tanpa
aturan seringkali menjadi perlakuan yang mereka perlihatkan akibat kurangnya
pendidikan yang mereka terima. Halnya dengan perilaku menyimpang yang
mereka lakukan sebagai pelarian dari kurangnya perhatian yang mereka harapkan.
Gaya hidup anak jalanan mendidik mereka untuk menjual rasa iba, sejak
dini, melahirkan mental-mental rusak yang semakin kental ketika mereka dewasa
nantinya. Anak-anak jalanan yang masih belia kelak akan terpengeruh,
teman-temannya untuk nge”lem” atau nge”boat”, dan pipi bulatnya akan cekung, binar
matanya akan meredup, tubuh kecilnya akan layu, kurus kering oleh narkoba.
Ngelem merupaka kata yang sangat akrab terutama bagi anak yang hidup di
jalanan. Anak bisa menahan lapar, meringankan penderitaan, menghilangkan
persoalan dan membuat pikiran tenang. Bisa mendapatkan apa saja yang mereka
idam-idamkan, tentunya dengan hayalan.
23.
Berhalusinasi, ngelem juga dianggap sebagai trend atau keren bagi komunitas
mereka. Apabila tidak ngelem mereka mengatakan tidak “gaul” bahkan
“pengecut” kepada bagi mereka yang tidak ngelem. Dan ngelem ini sudah
menjadi kebiasaan bagi sebagian besar anak jalanan di kota Medan.
Diungkapkan oleh Henan Crispo alias Batara (15 tahun) anak jalanan
yang mencari keberuntungan sebagai pengamen di simpang jalan Gajah Mada,
Medan. “Saya seringkali diejek sebagai seorang pengecut karena saya tidak mau
ikut ngelem dengan mereka. Beberapa hari kemudian tepatnya hari minggu, saya
suntuk sekali karena adik saya yang bernama ucok dipukuli di daerah padang
bulan, saya sangat kesal dan marah, lalu saya turut mereka untuk ngelem. Mereka
memberi saya lem sebanyak satu kaleng, dan mulai menghisap lem tersebut.
Saya menghisap lem tersebut, saya merasa seperti terbang dan berbagai
hayalan banyak datang. Saya baru pertama kali ngelem rasanya kepalaku mau
pecah, hidungku rasanya seperti disumbat dan mata merah. Selain itu, saya cepat
sekali emosi dan merasa sayalah yang jago dan tak terkalahkan. Pandangan
berkunang-kunang dan bayangan hitam datang mendekat dan seperti
meremas-remas kepala.
Menelusuri lebih jauh lagi, apa sebenarnya yang mendasari anak
khususnya anak jalanan hingga memiliki kebiasaan dan menjadi ketergantungan
terhadap ngelem, ada beberapa faktor. Pertama, ngelem merupakan sebagai
pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak, seperti marah, suntuk,
ngelem membuktikan bahwa anak diterima dalam pergaulan ataupun komunitas.
Dimana seorang anak jalanan tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul
dan juga adanya tekanan sosiokultural seperti bangga bila ngelem. Ketiga, dengan
memungkinkan untuk menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit
terhadap penyakit yang dideritanya, itu secara fisik. Dan untuk secara psikis bisa
menghilangkan rasa cemas, depresi dan stress menghadapi faktor sosial. Keempat,
di samping faktor-faktor yang tadi, bisa juga dikatakan bahwa ngelem juga
merupakan perwujutan dari sifat-sifat penyimpangan dari norma-norma sosial
yang ada.
Ngelem itu sendiri merupakan suatu kegiatan menghirup aroma lem
secara komtiniu segingga adanya perubahan pada emosional. Kebanyakan lem
yang digunakan untuk ngelem oleh anak-anak adalah lem plastik, lem perabotan
dan lem alat rumah tangga. Dimana kesemuanya ini berisi bermacam-macam
volatile hidrokarbon termasuk diantaranya, toluene aceton, alifatik acetat, benzine,
petroleum naflat, perklorethylen, trikloreane, karbontetraklorida. Selain berisi
volatile hidrokarbon, juga mengandung diethyleter, klorofrom, nitrous oxyda,
macam-macam aerosol, insektiside.24
Berdasarkan uraian di atas maka dukungan dari teman-teman
seperjuangan tidak dapat diabaikan keberadaannya. Steven Box dalam bukunya
24 .
yang berjudul Deviance, Reality, and Society mengemukakan bahwa ada
anak-anak dan remaja yang mempunyai kemauan untuk melakukan kenakalan tetapi
tidak pernah tewujud. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, ada beberapa hal
yang diperlukan yaitu; 25
1. Keahlian (skills)
a) Anak-anak remaja yang mempunyai keinginan untuk melakukan
kenakalan, mungkin harus menunda keinginanya mengingat mereka
tidak mempunyai tingkat pengetahuan yang khusus atau keahlian
(skills).
b) Keahlian dalam melakukan kenakalan merupakan proses belajar,
yang diperoleh dari teman-teman sekelompok. Cara-cara
mengompas, mengancam, menggunakan senjata tajam merupakan
kehliannya yang harus dipelajari.
2. Perlengkapan (Suplay)
Seseorang yang mempunyai keinginan untuk melakukan kenakalan akan
mengabaikan keinginanya bila tidak mempunyai perlengkapan yang
memadai. Perlengkapan ini pun tidak mudah diperoleh. Hanya mereka
yang dikenal dan termasuk dalam kelompok yang mudah memperoleh
perlengkapan.
25.
3. Adanya dukungan sosial
Anak yang mempunyai keinginan untuk melakukan
penyimpangan/kenakalan baru dapat melaksanakan keinginannya bila
terdapat dukungan kelompok. Dukungan sosial, yang berbentuk
dukungan kelompok sangat penting bagi pelaksanaan kejahatan. Dengan
adanya dukungan kelompok ini segala perbuatan yang akan dilakukan
dapat direncanakan dengan baik. Dan yang lebh penting lagi, dengan
dukungan sosial ini akan diperoleh pembenaran dari perbuatan tersebut.
4. Adanya dukungan simbolis (Symbolic Support)
Para remaja yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam
melaksanakan kenakalan, memerlukan dukungan simbolis sebagai dasar
pembenaran dari perbuatan yang dilakukan.
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN ANAK JALANAN
A. Sebab-Sebab Kenakalan Menurut Teori Kriminologi
Ada tiga bagian yang disebut dalam typhological atau bio-typhological
berdasarkan dalil yang menyatakan bahwa beda penjahat dan bukan penjahat
terletak pada sifat-sifat tertentu pada kepribadian, yang mengakibatkan seorang
tertentu dalam suatu keadaan berbuat kejahatan dan seseorang lain tidak.
Kecencerungan berbuat jahat ini mungkin diturunkan dari orang tua atau
proses-proses lain tidak diperhitungkan dalam menerangkan sebab-sebab kajahatan.
Ketiga aliran ini saling berbeda hanya dalam ssifat mana yang diangggap
perbedaan anatara penjahat dan bukan penjahat.
Ketiga bagaian sebab-sebab tersebut adalah:
1. Lambrosian
Teori ini dikenal sebagai “Italian School”, yang dimana berpendapat:
a. Penjahat sejak lahirnya sudah mempunyai suatu tipe tersendiri.
b. Memiliki tipe tersendiri, misalnya: tengkorak asimetris, rahang bawah
yang panjang, hidung yang pesek, rambut janggut jarang, tahan sakit.
c. Tanda-tanda lahirnya yang merupakan bawaan sejak lahir seperti berntuk
atavisme atau suatu degenerasi terutama epilepsy.
2. The Mental Testers
Teori ini merupakan teori yang mempertahankan teori Lambrosian. Teori ini
lebih menekankan pada feeble minded sebagai suatu ciri khas seseorang
penjahat. Teori ini berpendapat bahwa kelemahan otak (yang diturunkan dari
orang tua menurut hukum-hukum kebaikan dan mental) mengakibatkan
orang-orang bersangkutan tak mampu menilai akibat tingkah lakunya dan tidak biasa
3. The Psychiatric School/Aliran Psikiatri
Teori ini merupakan kelanjutan dari aliran Lambroso, tetapi tanpa bentuk
khusus dari tanda badan. Aliran ini mengajarkan bahwa gangguan-gangguan
emosional yang terjadi dalam hubungan pergaulan kelompok merupakan
penyebab kejahatan dan warisan biologis sebagai penyebab kejahatan sudah
tidak diakui lagi. Aliran ini sangat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, Khusus
ajarannya yang menitik beratkan pada: ”alam tak sadar”, frustasi dan Oedipus
Complex.26
B. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Anak Jalanan
Kenakalan anak tidak timbul dan ada begitu saja dalam setiap
kehidupan, karena kenakalan-kenakalan tersebut mempunyai penyebab yang
merupakan faktor terjadinya kenakalan anak. Mengetahui sebab musabab
timbulnya kenakalan anak jalanan harus diperhatikan faktor-faktor dari dalam diri
anak tersebut, faktor keluarga, lingkungan dan lain-lainnya yang dapat
mempengaruhi seseorang anak itu melakukan kenakalan. Kenakalan anak jalanan
sering terjadi dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri.
Kenakalan anak jalanan tersebut timbul karena adanya beberapa sebab dan
tiap-tiap sebab dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu.
Menurut POLRI dalam mengangai kasus-kasus yang terjadi di
masyarakat dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang turut mempengaruhi
26 .
terjadinya kenakalan anak jalanan. Untuk terjadinya suatu penggaran maka 2
(dua) unsur harus bertemu yaitu NIAT untuk melakukan suatu pelanggaran dan
KESEMPATAN untuk melaksanakan niat tersebut. Jika ada salah satu dari kedua
unsur tersebut dia atas maka tidak akan terjadi apa-apa, niat untuk melakukan
pelanggaran tetapi tidak ada kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut, maka
tidak mungkin terlaksana pelanggaran itu. Sebaliknya walaupun ada kesempatan,
tetapi tidak ada niat untuk melanggar maka juga tidak akan terjadi suatu
pelanggaran. Jadi kedua unsur NIAT dan KESEMPATAN adalah hal yang sangat
penting dalam hal terjadinya kenakalan anak jalanan.27
Di sisi lain ada pula faktor-faktor penyebab kenakalan anak jalanan yaitu
faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah faktor endogin dan faktor
eksogin. Yang dimaksud dengan faktor endogin adalah faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri anak itu sendiri yang mempengaruhi tingkah laku yaitu antara lain:
a. Cacat yang bersiafat biologis dan psikis
b. Perkembangan kepribadian dan inteligensi yang terhambat sehingga
tidak biasa menghayati norma-norma yang berlaku.
Faktor-faktor eksogin adalah faktor-faktor yang berasal dari anak, yang
mempengaruhi tingkah lakunya, antara lain:
a. Pengaruh negative dari orangtua,
b. Pengaruh negative dari lingkungan sekolah,
27.
c. Pengaruh negative dari linfkungan masyarakat,
d. Tidak ada/kurangnya pengawasan orangtua,
e. Tidak ada/kurangnya pengawasan pemerintah,
f. Tidak ada/kurangnya pengawasan masyarakat,
g. Tidak ada pengisian waktu yang sehat,
h. Tidak ada pekerjaan,
i. Lingkungan fisik kota besar,
j. Anonimitas karena banyaknya penduduk kota-kota besar, dll.28
Faktor-faktor penyebab kejahatan anak jalanan yang telah diuraikan di
atas, ada beberapa factor lain yang ditinjau dari lingkungan tempat anak
bertumbuh dan berkembang. Faktor-faktor lingkungan tersebut terdiri:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga menjadi tolak ukur orang menilai kepribadian dan keberadaan anak
di luar lingkungan keluarga. Keluarga adalah satu-satunya tempat pendidikan
awal sebelum berlangsung ke instansi lain di luar keluarga. Berbagai problem
yang menyangkut kejahatan anak akhir-akhir ini tidak lepas dari
keterkaitannya dengan lingkungan keluarga.
28.
Ninik Widiyanti-Panji Anoraga, Perkembangan Kenakalan dan Masalah ditinjau
Ada beberapa factor yang mempengaruhi perilaku remaja oleh keluarga:
1) Status ekonomi orangtua rendah, banyak penghuni/keluarga besar, rumah
kotor, moralitasnya merupakan tanda Tanya sehingga tidak mampu
mengembangkan ketengan emosional pada anak.
2) Anak kurang mendapat kasih saying, kurangnya pengawasan secara
langsung dan tidak diasuh oleh orangtua kandung serta tidak ada
persekutuan antara anggota keluarga.
3) Ada penolakan baik ibu maupun ayah atau broken home (karena kematian,
perceraian, hukuman dan lain-lain)
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan satu-satunya tempat anak mendapatkan pendidikan secara
formal dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk mewujudkan
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah membimbing
anak didik menjadi warga Negara pancasila yang berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa, bermoral, berkesadaran masyarakat serta bertanggungjawab
terhadap kesejahteraan masyarakat. Tetapi tidak jarang sekolah menjadi
tempat yang turut mempengaruhi pola kenakalan anak, diantaranya:
1) Sekolah yang selalu berusaha memanjakan anak-anak yang sebenarnya
kurang mampu.
3) Sekolah menerapkan disiplin secara kaku, tanpa mengiraukan perasaan
anak serta suasana sekolah yang buruk menimbulkan anak-anak yang suka
membolos, malas belajar, melawan guru dan meningggalkan sekolah
(droup out)
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas
sifatnya tersusun dari berbagai system dan sub system salah satunya adalah
keluarga. Proses untuk membentuk seorang individu masyarakat mendapat
peranan penting terutama dalam membentuk mentalitas hidup seorang anak.
Ada beberapa hal yang terdapat dalam masyarakat kita yang mempengaruhi
pola kehidupan remaja, antara lain:
1) Sulit memperhatikan kepentingan anak dan melindungi hak anak
khususnya berhadapan dengan berbagai perilaku kekerasan terhadap anak
yang marak terjadi belakangan ini.
2) Masyarakat kita sulit memberikan kesempatan bagi anak untuk
melaksanakan kehidupan social, dan tidak mampu menyalurkan emosi
anak secara sehat.
3) Perilaku masyarakat yang suka memilah-milah atau mengkategorikan
masyarakat berdasarkan umur. Hal ini menjadikan para remaja seolah-olah
mendalam dengan generasi yang lebih tua yang sebenarnya bias
membantu mereka dalam pertumbuhannya.29
Persoalan anak jalanan sangat serius mengingat bahwa problem anak
jalanan merupakan problem kota yang mesti ditangani sepadan dengan
masalah-masalah sosial lainnya, seperti gelandangan, pengungsi, dan pengangguran.
Disimpulkan penyebab anak jalanan melakukan kenakalan diantaranya adalah:
1. Kemiskinan
Alasan itu memang terasa klasik dan menjadi kambing hitam semua persoalan
sosial mulai dari ciblek, WTS, penjahat, gelandangan. Namun, kemiskinanalah
yang mendorong orang untuk turun ke jalan. Biasanya, hal itu berawal dari
orangtua yang kurang mempedulikan pendidikan anaknya karena mereka sibuk
mencari nafkah, suasana yang kurang harmonis dalam keluarga. Orangtua yang
tidak mengerti bagaimana mendidik anak secara benar dan bermutu sangat
potensial anak-anaknya menjadi lepas kendali dan tidak mampu merenguh
nilai-nilai sosial kemasyarakatan sebagaimana layaknya anak-anak yang lain.
2. Lingkungan
Tempat tinggal anak sangat mempengaruhi pola pergaulan anak-anak. Dari
situasi lingkungan itu pula, kita akan segera tahu latar belakang awal mengapa
anak-anak turun ke jalanan. Situasi lingkungan yang keras, kumuh, banyak
29.
stres sangat memungkinkan anak-anak menjadi tidak betah tinggal di rumah
dan melarikan diri ke jalanan. Jalanan mereka yakini sebagai konformitas
sosial baru yang mampu memberikan ruang kebebasan sehingga di sana
diperoleh sahabat, teman, serta membentuk mentalitas baru.
3. Figur orangtua bukan figur teladan
Dari pengalaman-pengalaman perjumpaan dengan anak jalanan, semakin
bahwa keluarga yang orangtuanya broken home, masing-masing mempunyai
WIL dan PIL sangat potensial anak-anaknya turun ke jalanan.
Penyimpangan-penyimpnangan yang dilakukan oleh orangtua menjadi stressor yang sama
sekali tidak mendidik anak-anak, bahkan anak menjadi kehilangan figur idola.
Bisa jadi, mereka tidak miskin secara ekonomis, bahkan banyak juga
anka-anak jalanan yang dalam kelompok itu sosial ekonomisnya cukup mapan.
4. Bentuk antara nilai-nilai dan nilai-nilai global
Era globalisasi yang sudah mulai kita rasakan membawa nilai baru ke dalam
kehidupan masyarakat kita berupa kebebasan, penggeseran nilai-nilai moral,
dan semakin kompleksnya tantangan kehidupan.
5. Klasifikasi anak jalanan sendiri
Kadang kalamasyarakat hanya melihatnya bahwa semua yang berada di jalanan
itu pasti dalam kelas yang sama. Mereka terdiri dari pengasong, penjual koran,
pengamen, pemulung, pengemis, pengelap kaca mobil. Keberadaan mereka di
perempatan-perempatan. Meski tidak akan mengganggu atau berbuat jahat, tetapi “stigma”
yang melekat pada mereka membuat masyarakat pasang kuda-kuda. Daripada
repot, lebih baik selalu menyiapkan uang recehan, takut mobil digores, takut
dimaki-maki. Memang kadang juga ada yang memaksa dengan nada marah,
meski kita sudah menjelaskan kalau kita memang tidak mempunyai uang.
Tetapi, ada juga yang dengan santun minggir, ketika kita mengatakan tidak
BAB III
FAKTOR PENYEBAB TERBENTUKNYA ANAK JALANAN DI KOTA
MEDAN
A.BENTUK-BENTUK KENAKALAN YANG DILAKUKAN ANAK
JALANAN DI KOTA MEDAN
Keberadaan anak jalanan di Kota Medan sudah menjadi perhatian yang
sangat serius di kalangan masyarakat. Menurut PKPA (Pusat Kajian Dan
Perlindungan Anak) anak jalanan adalah sebagai korban. Akan tetapi
tindakan-tindakan kriminal yang mereka lakukan seperti perkelahian yang tidak diinginkan,
yang melakukan pencopetan, mengganggu ketentraman pungguna jalan atau
memaki, mencoret, atau merampas hak orang lain.30
Dalam hal ini Lembaga Dinas Sosial belum ada melakukan kerjasama
atau memberikan perhatian dalam penanggulangan dan pencegahan kenakalan
anak jalanan di Kota Medan. Adapun bentuk-bentuk kenakalan anak jalanan di
Kota Medan adalah sebagai berikut:
1. Waldi Silalahi adalah anak berumur 17 tahun bertempat tinggal di
darah Amplas dan biasanya sering mangkal di terminal Amplas.
Waldi ini seorang anak putus sekolah dikarenakan keluarga yang
broken home, ayahnya dan ibunya menikah lagi dengan orang lain.
Waldi ini anak ketiga dari empat bersaudara. Sejak kecil dia tidak
pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya, dan Waldi ini
30.
sudah terbiasa hidup di terminal Amplas sejak usia 12 tahun. Dengan
kondisi keluarga yang broken home Waldi pun merasa tidak
mempunyai harapan untuk bersekolah dan mencapai cita-citanya lagi
menjadi pemain sepak bola terkenal. Seiring waktu berjalan Waldi
pun stres terkadang dia melamun, dan merenung di suatu tempat
dekat pohon yang ada batu-batuannya. Tiba-tiba kawannya datang
dan mengajak dia pergi ke suatu tempat, awalnya dia ditawarkan
untuk merokok, berlanjut keenakan mengisap sebatang rokok dan
akhirnya ketagihan. Dengan rasa tidak puasnya lagi, awalnya
mencoba dengan “nglem” lama kemudian akhirnya ketagihan dan
hampir setiap harinya dia nglem, karena menurut Waldi, apabila dia
nglem dapat menghilangkan stres dan semua beban pikiran yang di
dalam benaknya hilang begitu aja. Menurut Waldi nglem ini sangat
membantu daya tahan pikirannya menjadi berandai-andai
seakan-akan dunia ini miliknya. Dan segala sesuatu apa yang dia perbuat dia
sendiri.31
2. Rini Simanjuntak seorang anak perempuan berumur 11 tahun
bertempat tinggal di terminal Amplas, anak ketiga dari lima
bersaudara. Rini terjun ke jalanan semenjak dia berumur 9 tahun,
31.
dimana dia terikut dengan kawan-kawannya yang hidup di jalanan.
Rini mempunyai kedua orang tua yang masih ada, akan tetapi ayah
rini seorang pekerja sorang supir angkot, sedangkan ibunya bekerja
sebagai pedagang asongan di pinggiran terminal Amplas. Rini putus
sekolah dikarenakan faktor ekonomi dari keluarga yang tidak mampu
membiayai pendidikan sekolahnya. Bagi Rini makan sehari-hari
sangat sulit apalagi untuk sekolah mendapatkan pendidikan sama
seperti anak-anak lainnya yang bersekolah. Rini ingin sekali
mendapatkan pendidikan sekolah, akan tetapi keterbatasan ekonomi
kedua orang tuanya yang tidak mampu memebrikan dia bersekolah
akhirnya dia memutuskan untuk terjun dalam kehidupan di jalanan.
Terkadang Rini tidak tau melakukan apa-apa, akan tetapi awalnya
kawannya meengajak dia untuk ikut mngamen, lama kemudian Rini
pun jadi terbiasa mengamen di pinggiran jalanan terutama di lampu
merah simpang Amplas. Pada saat Rini mengamen terkadang orang
pengguna jalan, terutama pengguna mobil seperti orang kaya, tidak
mau memberikan uang dari hasil ngamennya. Orang kaya ini mau
memarahi atau mengusir Rini ketika pada saat dia siap mengamen,
bukan mendapatkan uang dari hasil ngamen akan tetapi
dimarah-marahi oleh pengguna jalan tersebut. Bagi Rini orang pengguna
mobil pribadi adalah orang yang sok dan sombong karena mereka
tidak merasakan gimana hidup di jalanan. Terkadang Rini kesal