• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI

DASAR DENGAN STATUS IMUNISASI BAYI

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas

Namorambe Tahun 2008

Nama : Masleni Tarigan

NIM : 075102045

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Pembimbing,

Setiawan, SKp, MNS, PhD©

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN STATUS IMUNISASI BAYI

DI PUSKESMAS NAMORAMBE TAHUN 2008

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat

karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2008 Yang Menyatakan,

(4)

Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

Nama : Masleni Tarigan

NIM : 075102045

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Pembimbing Penguji

... ...Penguji I (Setiawan, S.Kp, MNS, PhD©) (dr. Juliandi Harahap, MA)

...Penguji II (Sartini Bangun, SPd., M.Kes)

...Penguji II (Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah

ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan

untuk D-IV Bidan Pendidik.

... ... (Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS) (dr. Murniati Manik, Msc, SpKK)

NIP. 132 239 269 NIP. 130 810 201

Koordinator Ketua Pelaksana

(5)

Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

Nama : Masleni Tarigan

NIM : 075102045

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Abstrak

Untuk menurunkan angka kematian bayi, imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Sesuai dengan program pemerintah tentang imunisasi, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi dasar meliputi imunisasi BCG (Bacillus Clamete-Guerin), imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus), imunisasi polio, imunisasi campak, dan imunisasi Hepatitis B. Rendahnya cakupan imunisasi salah satunya disebabkan oleh Pengetahuan ibu yang keliru tentang imunisasi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 352 orang. Sampel diperoleh sebanyak 78 orang.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sebagian besar dalam kategori kurang baik (50,0%). Status imunisasi bayi sebagian besar dalam kategori tidak lengkap (60,3%). Ada hubungan yang signifikan Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi dengan nilai probabilitas diperoleh 0,000<0,01. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,641.

Dapat disimpulkan bahwa keeratan korelasi Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi dalam kategori kuat. Diharapkan kepada ibu untuk mencari informasi yang tepat dan akurat dengan menanyakan pada pihak-pihak yang berkompeten seperti petugas kesehatan. Kepada Petugas Kesehatan diharapkan memberikan penyuluhan kesehatan melalui kegiatan keagamaan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

kasihNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul : “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status

Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2007”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah, penulis mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa

terima kasih kepada :

1. Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Setiawan, SKp, MS, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

4. Dewi Elizadiani Suza, SKp, MNs, selaku Dosen Pengganti Pembimbing

dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. dr. Juliandi Harahap, MA dan Sartini Bangun, SPd, M.Kes, selaku Penguji

yang memberikan masukan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

6. Seluruh staf pengajar pada Program Studi D-IV Bidan Pendidik yang telah

memberikan ilmu pengetahuan.

7. dr. Yohanna Sihite, selaku Kepala Puskesmas Namorambe yang telah

(7)

8. Teristimewa orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan pada

penulis selama mengikuti pendidikan ini.

9. Teristimewa suamiku tercinta (Ir. Piara Barus) dan anakku tercinta (Daniel

Barus dan Novia Karoline Barus) yang menjadi sumber motivasi penulis

dalam menyelesaikan pendidikan ini.

10.Rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu penulis selama ini,

dan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

konstruktif demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Juni 2008

(8)

DAFTAR ISI

2.1.2. Proses Terjadinya Pengetahuan ... 6

2.1.3. Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi ... 7

2.2. Imunisasi ... 8

2.2.1. Definisi ... 8

2.2.2. Jenis-Jenis Vaksin ... 9

2.2.3. Imunisasi Dasar Pada Bayi ... 10

2.2.4. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Usia 0-12 Bulan ... 16

2.2.5. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi ... 17

2.2.6. Status Imunisasi ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 21

3.1. Kerangka Konseptual ... 21

3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ... 21

3.2.1. Definisi Konseptual ... 21

3.2.2. Definisi Operasional ... 22

(9)

4.5. Instrumen Penelitian ... 25

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 26

4.6.1. Validitas Instrumen ... 26

4.6.2. Reliabilitas Instrumen ... 27

4.7. Pengumpulan Data ... 27

4.8. Pengolahan Data ... 28

4.9. Analisis Data ... 29

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Karakteristik Responden ... 30

5.1.2. Pengetahuan Tentang Imunisasi Dasar ... 31

5.1.3. Status Imunisasi Bayi ... 34

5.1.4. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi ... 35

5.2. Pembahasan ... 36

5.2.1. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar ... 36

5.2.2. Status Imunisasi Bayi ... 38

5.2.3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1. Kesimpulan ... 41

6.2. Saran-Saran ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Usia 0-12 Bulan . 16

Tabel 2.2. Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib Pada Bayi yang

Dilahirkan di Rumah Sakit atau Rumah Bersalin ... 17

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Namorambe Tahun 2008 ... 30

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Dasar di Puskesmas Namorambe Tahun 2008 ... 31

Tabel 5.3. Jawaban Mengenai Pengetahuan Ibu Tentang Definisi dan Tujuan Imunisasi di Puskesmas Namorambe Tahun

2008 ... 32

Tabel 5.4. Jawaban Mengenai Pengetahuan Ibu Tentang jenis Imunisasi Dasar dan Efek Samping di Puskesmas Namorambe Tahun 2008 ... 33

Tabel 5.5. Jawaban Mengenai Pengetahuan Ibu Tentang Jadwal

Imunisasi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008 ... 34

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Bayi di

Puskesmas Namorambe Tahun 2008 ... 34

Tabel 5.7. Distribusi Jumlah status Imunisasi Dasar Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008 ... 35

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent)

2. Lembar Kuesioner Penelitian

3. Tabel Uji Coba Kuesioner

4. Tabel Uji Validitas Instrumen

5. Tabel Uji Reliabilitas Instrumen

6. Master Data

7. Output SPSS

8. Jadwal Kegiatan (Time Table)

9. Rencana Biaya Penelitian

10. Surat Izin Penelitian dari D-IV Bidan Pendidik

11. Surat Balasan Penelitian dari Kepala Puskesmas Namorambe

(12)

CURRICULUM VITAE

I. Data Pribadi

Nama : HAMIDAH PURBA

Tempat/Tanggal Lahir : Meriah Padang, 1 Januari 1970 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak : Ke 1 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Pekerjaan : Staff Akbid Pemko Tebing Tinggi Alamat : Jl. Bawang Putih I-A Tebing Tinggi

Pekerjaan : Pegawai Rumah Sakit Sri Pamela T. Tinggi Jumlah anak : 3 (tiga) orang (2 putra, 1 putri)

5. Tahun 2003 – 2005 : Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi 6. Tahun 2007 – 2008 : Program D-IV Bidan Pendidik

Propinsi Sumatera Utara

V. Data Pekerjaan

1. Tahun 1992 – 1993 : Bidan Desa di Sei Siur Pangkalan Susu (Langkat)

2. Tahun 1993 – 2000 : Bidan Desa Meriah Padang Kecamatan Tebing Tinggi (Serdang Bedagai)

3. Tahun 2000 – 2007 : Staf Puskesmas Naga Kasiangan Kecamatan Tebing Tinggi (Serdang Bedagai)

(13)

Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

Nama : Masleni Tarigan

NIM : 075102045

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Abstrak

Untuk menurunkan angka kematian bayi, imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Sesuai dengan program pemerintah tentang imunisasi, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi dasar meliputi imunisasi BCG (Bacillus Clamete-Guerin), imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus), imunisasi polio, imunisasi campak, dan imunisasi Hepatitis B. Rendahnya cakupan imunisasi salah satunya disebabkan oleh Pengetahuan ibu yang keliru tentang imunisasi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 352 orang. Sampel diperoleh sebanyak 78 orang.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sebagian besar dalam kategori kurang baik (50,0%). Status imunisasi bayi sebagian besar dalam kategori tidak lengkap (60,3%). Ada hubungan yang signifikan Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi dengan nilai probabilitas diperoleh 0,000<0,01. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,641.

Dapat disimpulkan bahwa keeratan korelasi Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi dalam kategori kuat. Diharapkan kepada ibu untuk mencari informasi yang tepat dan akurat dengan menanyakan pada pihak-pihak yang berkompeten seperti petugas kesehatan. Kepada Petugas Kesehatan diharapkan memberikan penyuluhan kesehatan melalui kegiatan keagamaan.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional Indonesia pada masa depan menitikberatkan

pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Dengan demikian,

pembangunan bertumpu pada generasi muda yang memerlukan asuhan dan

perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh

kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna meneruskan

pembangunan nasional dengan ciri masyarakat yang sehat, sejahtera, dan

bahagia (Ranuh, 2005).

Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan

mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar tubuhnya. Salah satu

ancaman tersebut yaitu penyakit, terutama penyakit infeksi yang disebabkan

virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Tubuh mempunyai cara tersendiri

untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Tetapi bila kuman penyakit

itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak) tidak mampu

mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan

penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian (Conan, 2007).

Untuk menurunkan angka kematian bayi, imunisasi merupakan salah

satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Program imunisasi di

Indonesia yang dimulai sejak tahun 1956 dapat menghemat biaya dalam

(15)

Expanded Program on Immunization (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar meningkat dari 5% hingga mendekati 80% (Ali, 2003).

Sesuai dengan program pemerintah tentang imunisasi, anak-anak wajib

mendapatkan imunisasi dasar terhadap tujuh macam penyakit yaitu TBC,

difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio, campak (measles, morbili) dan hepatitis B. Sedangkan imunisasi terhadap penyakit lain seperti gondongan

(mumps), campak Jerman (rubella), tifus, radang selaput otak (meningitis) Hib, hepatitis A, cacar air (chicken pox, varicella) dan rabies tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan (Ranuh, 2005).

Di Indonesia, cakupan imunisasi dasar pada tahun 2006 menunjukkan

bahwa dari jumlah sasaran 6.522.302 bayi, cakupan imunisasi BCG (76,2%),

DPT1 (69,6%), Polio 1 (76,5%), Polio4 (67,80%), campak (72,66%), dengan

angka drop out (DO) sebesar 4,6%. Dari data tersebut cakupan yang paling rendah yaitu imunisasi Polio4. Dari sekitar 7.000 desa di Indonesia, masih ada

21% desa yang cakupannya kurang dari persyaratan Universal Coverage

Imunization (UCI) yaitu 90 persen (Ditjend PPM-PL, 2007).

Cakupan imunisasi dasar pada bayi di provinsi Sumatera Utara pada

tahun 2006 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran bayi sebanyak 379.562

jiwa, cakupan imunisasi BCG sebanyak 83,6%, imunisasi DPT sebanyak

76,7%, imunisasi Polio-1 sebanyak 75,6%, imunisasi Polio-4 sebanyak 82,4%,

dan imunisasi Campak sebanyak 73,8%, dengan angka drop out (DO) sebesar 6,6%. Terlihat bahwa cakupan imunisasi yang paling rendah yaitu imunisasi

Campak, dimana target cakupan untuk imunisasi Campak yaitu 90% (Ditjend

(16)

Data dari Puskesmas Namorambe bulan Agustus 2007 menunjukkan

bahwa dari sasaran imunisasi sebanyak 658 jiwa, cakupan imunisasi BCG

sebanyak 425 (64,5%), imunisasi Hepatitis B sebanyak 259 (39,3%),

imunisasi DPT-HB sebanyak 426 (64,7%), imunisasi Polio 1 sebanyak 460

(69,9%), imunisasi polio 4 sebanyak 424 (64,4%), dan imunisasi campak

sebanyak 410 (62,3%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa seluruh jenis

imunisasi belum mencapai target cakupan, dan cakupan yang paling rendah

adalah hepatitis B sebesar 39,3% (Laporan Tahunan Puskesmas

Namorambe, 2007)

Meskipun seluruh imunisasi dasar sudah diberikan secara gratis

selama puluhan tahun, cakupan imunisasi belum memenuhi UCI dengan

berbagai alasan seperti pengetahuan ibu yang salah tentang imunisasi dan

rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas

untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan

ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya,

kurangnya informasi, kurang motivasi, serta hambatan lainnya (Conan,

2007).

Pengetahuan ibu tentang imunisasi, kepercayaan dan perilaku ibu

merupakan hal yang penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh

anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang kesehatan

dan mempengaruhi status imunisasi. Keikutsertaan ibu dalam program

imunisasi tidak akan menjadi halangan, jika pengetahuan ibu tentang

imunisasi sudah baik.

Data dan uraian di atas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan

(17)

Puskesmas Namorambe masih menunjukkan angka yang rendah. Salah satu

sebabnya adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi yang belum benar.

Dari kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status

imunisasi bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008. Untuk itu perlu

dilakukan penelitian yang dapat menggambarkan permasalahan sesuai

dengan tujuan penelitian dan cara mengatasi masalah tersebut.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dari penelitian ini yaitu apakah ada hubungan

pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di

Puskesmas Namorambe Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang

imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di Puskesmas

Namorambe tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di

Puskesmas Namorambe tahun 2008.

2. Untuk mengetahui status imunisasi bayi di Puskesmas

(18)

3. Untuk mengetahui berapa besar hubungan pengetahuan ibu

tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di

Puskesmas Namorambe tahun 2008.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Namorambe

Untuk meningkatkan pelayanan imunisasi dasar pada bayi, dan

meningkatkan cakupan imunisasi bayi.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini bisa digunakan bagi yang memerlukan dan

sebagai pertimbangan untuk penelitian yang akan datang.

3. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang

telah diperoleh dalam mata kuliah metodologi penelitian.

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai

perbandingan untuk melakukan penelitian dengan topik yang

(19)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Teori yang berkaitan dengan judul penelitian ini membahas tentang

pengetahuan meliputi defenisi, cara mendapatkan pengetahuan, tingkatan

pengetahuan, pengukuran pengetahuan, dan tentang imunisasi meliputi

definisi, jenis vaksin, jenis imunisasi dasar, jadwal pemberian imunisasi

dasar pada bayi, pelaksanaan pelayanan imunisasi, dan status imunisasi.

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo seperti yang dikutip Istiarti (2005)

merupakan resultan dari akibat proses pengindraan terhadap suatu obyek.

Pengindraan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran.

Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau

wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari

responden.

Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra

yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan

pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2005).

2.1.2. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni dengan cara tradisional dan cara modern (penelitian ilmiah) (Notoatmodjo,

(20)

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara

sistematik dan logis. Cara penemuan pengetahuan cara ini meliputi :

1) Cara coba salah (trial & error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan

kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga,

dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan

seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan

baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, maka cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dengan perkembangan tersebut

manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

(21)

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut Metode Penelitian Ilmiah

(Notoatmodjo, 2002).

2.1.3 Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu, dimana subjek hanya dapat mengingat, menyebutkan tentang materi

yang dipelajarinya.

2. Memahami, dimana subjek dapat menjelaskan dan menginterpretasikan,

menyimpulkan, memberi contoh, dan meramalkan terhadap objek yang sudah

dipelajari.

3. Aplikasi, subjek dapat menerapkan atau menggunakan materi yang sudah

dipahami dalam kondisi sebenarnya.

4. Analisis, adalah subjek dapat menggambarkan, membedakan, menjabarkan

materi ke dalam komponen yang masih dalam satuan yang terkait, misalnya

dengan membuat suatu bagan tentang apa yang sudah diketahui secara benar.

5. Sintesis, adalah subjek dapat menunjukkan kemampuan untuk meletakkan

hubungan atau meringkas materi dalam suatu bentuk baru.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan subjek menilai materi atau objek dengan memakai

kriteria sendiri atau kriteria lain yang telah jelas (Hidayat, 2005).

2.1.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(22)

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo S.,

2003).

Terhadap data yang bersifat kuantitatif, peneliti dapat mengolahnya

dengan cara statistik dan statistik. Apa yang disebut sebagai analisis

non-statistik adalah mencari proporsi, mencari persentase dan ratio. Dan terhadap

pekerjaan analisis ini, orang yang menyebutnya sebagai analisis statistik

sederhana, sehingga hasil pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan

menjadi :

1. Baik, Jika menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak >75%.

2. Cukup, jika menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 60-75%

3. Kurang baik, jika menjawab pertanyaan benar < 60% (Arikunto, 2002).

2.2. Imunisasi

2.2.1. Definisi

Imunisasi berasal dari kata imun, dari bahasa Latin “immunitas” yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi

selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warga negara biasa

dan terhadap dakwaan. Jadi, imunisasi adalah perlindungan terhadap penyakit

menular (Conan, 2007).

Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada

bayi usia 0-12 bulan untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang

(23)

Imunisasi ada dua macam yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

Imunisasi aktif adalah tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan

bertahan selama bertahun-tahun, sedangkan imunisasi pasif adalah tubuh

anak tidak membuat sendiri zat anti. Anak mendapatnya dari luar tubuh

dengan cara penyuntikan bahan / serum yang telah mengandung zat anti, atau

anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan.

Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama

(Markum, 2002).

2.2.2. Jenis-jenis Vaksin

Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen

kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang

dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam

tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui

mulut seperti vaksin polio (Hidayat, 2005).

Vaksin yang beredar di Indonesia cukup banyak jenisnya. Dari

sekian banyak jenis vaksin sampai saat ini yang dimasukkan dalam program

imunisasi baru 8 jenis vaksin. Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap

berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan

pemberian vaksin imunisasi yaitu penyakit cacar, TBC, difteria tetanus,

batuk rejan, poliomielitis, dan campak (Depkes RI, 2005b)

Karena penyakit tersebut sangat berbahaya, pemberian imunisasi

(24)

benar-benar menjadi sakit. Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu

jenis vaksin dari kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan terlebih

dahulu, sehingga tidak membahayakan dan tidak akan menimbulkan

penyakit, hanya berupa demam ringan yang biasanya berlangsung selama

1-2 hari (Markum, 1-2001-2).

2.2.3. Jenis Imunisasi Dasar Pada Bayi

Imunisasi dasar pada bayi di Indonesia diwajibkan terhadap tujuh

macam penyakit yaitu TBC, difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio,

campak (measles, morbili) dan hepatitis B. Sedangkan imunisasi terhadap

penyakit lain seperti gondongan (mumps), campak Jerman (rubella), tifus,

radang selaput otak (meningitis) Hib (Haemophilus influenczae tipe B),

hepatitis A, cacar air (chicken pox, varicella) dan rabies tidak diwajibkan,

tetapi dianjurkan.

Berikut ini penjelasan mengenai beberapa vaksin yang diwajibkan

diberikan pada anak:

1. Vaksin Bacillus Clamete-Guerin (BCG)

Penularan penyakit tuberkulosis (TBC) terhadap seorang anak

dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara (droplet) yang

mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ

tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening,

tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Indikasi

(25)

tuberkulosa. Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi

yang baru lahir sampai usia 11 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya

dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Jika bayi sudah berumur lebih

dari sebelas bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG

dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.

Kemasan vaksin BCG terdiri dari kemasan dalam ampul, beku

kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin; dan setiap 1 ampul vaksin dengan

4 ml pelarut. Kontraindikasi yang terjadi pada vaksin BCG yaitu :

a. Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim,

furunkulosis, dan sebagainya.

b. Mereka yang sedang menderita TBC.

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum

seperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan

kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian

pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara

spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi

pembesaran kelenjar regional di ketika dan atau leher, terasa padat, tidak

sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak

memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya

(Depkes, 2005b).

2. Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)

Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya

(26)

(amandel) yang dengan cepat meluas dan menutupi jalan nafas. Selain

itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat menyerang otot jantung,

ginjal, dan beberapa serabut saraf. Racun dari kuman tetanus merusak

sel saraf pusat tulang belakang, mengakibatkan kejang dan kaku seluruh

tubuh. Pertusis (batuk 100 hari) cukup parah bila menyerang anak balita,

bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.

Di Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus

terdapat dalam 4 jenis kemasan, yaitu kemasan dalam vial, 1 box vaksin

terdiri dari 10 vial, 1 vial berisi 10 dosis, dan vaksin berbentuk cairan..

Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejak bayi berumur 2 bulan

dengan selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu. Suntikan

pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, itu sebabnya suntikan

ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama dilakukan

pada usia 1- 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan

imunisasi dasar ke-3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6

tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi

ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Reaksi yang terjadi biasanya demam

ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.

Imunisasi ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan

yang menderita kejang demam kompleks.

Efek samping dari vaksin ini yaitu gejala-gejala yang bersifat

(27)

Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan

meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

Kontraindikasi yaitu terjadi gejala-gejala keabnormalan otak

pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf

merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala

parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada

dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

3. Vaksin Polio

Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak

mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam

selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia

yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan).

Cara pemberiannya melalui mulut.

Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau

berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu.

Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin

hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan

imunisasi ulang DPT. Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek

samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang

terjadi.

Kontraindikasi pada individu yang menderita “immune

(28)

pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan,

misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan

setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi Human Immunodeficiency

Virus (HIV) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi

polio harus berdasarkan standar jadwal tertentu.

4. Vaksin Hepatitis B

Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi

darah, dan jarum suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu

melalui plasenta semasa bayi dalam kandungan atau pada saat kelahiran.

Virus ini menyerang hati dan dapat menjadi kronik/ menahun yang

mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker hati di kemudian hari. Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali

dengan tenggang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan

tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi

ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar.

Efek samping yang terjadi yaitu reaksi lokal seperti rasa sakit,

kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi

yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Kontraindikasi terjadi pada individu yang hipersensitif terhadap

komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini

tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai

(29)

5. Vaksin Campak (Morbili, Measles)

Penyakit ini sangat mudah menular. Gejala yang khas adalah

timbulnya bercak-bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita

demam, batuk, atau pilek. Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi

yang menjalar ke muka, tubuh, dan anggota badan. Bercak merah ini

akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari.

Pada stadium demam, penyakit campak sangat mudah menular.

Sedangkan pada anak yang kurang gizi, penyakit ini dapat diikuti oleh

komplikasi yang cukup berat seperti radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang saluran kencing. Bayi baru lahir biasanya telah

mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam kandungan dan

kekebalan ini bertahan hingga usia bayi mencapai 6 bulan.

Imunisasi campak diberikan kepada anak usia 9 bulan. Biasanya

tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Namun adakalanya terjadi demam

ringan atau sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau

pembengkakan pada tempat suntikan.

Kontraindikasi terjadi pada individu yang mengidap penyakit

immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan

respon imun karena leukemia, lymphoma (Markum, 2002; Wahab, 2002;

Depkes RI, 2006).

2.2.4. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Usia 0 – 12 bulan

Jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi untuk usia 0-12 bulan

(30)

Tabel 2.1.

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Usia 0-12 bulan

Umur (Bulan)

Keterangan: BCG (Bacillus Clamete-Guerin)

Hep (Hepatitis)

DPT (Dypteria, Pertusis, Tetanus)

Hib (Haemophilus influenzae tipe B)

Sumber : Rekomendasi Satgas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PPP-IDAI), dalam Wahab (2002).

Tabel 2.2.

Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib Pada Bayi Yang Dilahirkan di Rumah Sakit atau Rumah Bersalin

UMUR VAKSIN

Hepatitis B-1, BCG, OPV-1

Hepatitis B-2, DPT-1, OPV-2.

DPT-2, OPV-3 DPT-3, OPV-4

Hepatitis B-3 (dapat juga bersama Campak umur 9 bulan) Campak

(31)

2.2.5. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi

Di dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi, perlu dilakukan hal-hal

sebagai berikut :

1. Penyuluhan sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi

Penyuluhan yang diberikan berisikan tentang penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi dan akibatnya, serta manfaat imunisasi, kejadian ikutan

pasca imunisasi (KIPI), dan cara penanggulangannya serta kapan dan

dimana pelayanan imunisasi berikutnya akan diadakan.

2. Skrining dan pemeriksaan sasaran

a. Skrining

Setiap petugas yang melaksanakan imunisasi, harus melaksanakan

skrining pada setiap sasaran untuk melihat apakah ada kontraindikasi

dan precaution sebelum pemberian tiap dosis vaksin.

b. Pemeriksaan sasaran

Setiap sasaran yang mengunjungi tempat pelayanan imunisasi, mereka

sebaiknya diperiksa dan diberi semua vaksin yang layak mereka terima.

Tentukan usia dan status imunisasi terdahulu sebelum diputuskan

vaksin mana yang akan diberikan.

Pemeriksaan bayi dilakukan dengan cara :

1) Menentukan usia bayi, dengan melihat kartu imunisasi bayi untuk

menentukan usia bayi, atau menanyakan kepada ibu berapa usia

bayinya.

(32)

3) Menentukan semua vaksin yang cocok untuk bayi.

4) Kontraindikasi bayi terhadap imunisasi.

c. Pengisian buku register

Pencatatan buku register membantu para pelaksana imunisasi

memantau pelayanan imunisasi yang telah mereka berikan kepada

sasaran.

3. Memberikan vaksin yang tepat secara aman

a. Mencampur vaksin dengan pelarut

b. Menggunakan alat suntik auto-disable (AD)

Alat suntik auto-disable adalah alat suntik yang sekali pakai, setelah

digunakan sekali secara otomatis menjadi rusak dan tidak dapat

digunakan lagi.

c. Memberikan vaksin kepada bayi

Pemberian vaksin kepada bayi sesuai dengan jenis vaksin yang

diberikan dan cara penyuntikan serta dosis vaksin misalnya vaksin

BCG tempat suntikan di lengan kanan atas luar, cara penyuntikan di

intradermal dengan dosis 0,05 cc (Ranuh, 2005).

2.2.6 Status Imunisasi

Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan

Kesehatan Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi

(33)

tujuh jenis lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap

beberapa jenis penyakit.

Dalam pemberian imunisasi, anak harus dalam kondisi sehat.

Imunisasi diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari

bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan).

Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit.

Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam berdarah, badannya

sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman atau virus lain dalam

imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan

yang terbentuk tidak tinggi (Ranuh, 2005).

Bayi dikatakan telah mendapatkan imunisasi lengkap jika bayi telah

mendapatkan imunisasi yang meliputi imunisasi BCG (Bacillus

Clamete-Guerin), imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus), imunisasi polio,

imunisasi campak, dan imunisasi Hepatitis B.

Saat ini telah diperkenalkan imunisasi kombinasi yang

menggabungkan vaksin untuk beberapa penyakit, sehingga lebih praktis,

ekonomis, dan mempersingkat kunjungan ke puskesmas, bidan, dokter, dan

tenaga medis yang menyediakan imunisasi. Orang tua kini bisa

mempersingkat jadwal imunisasi anak, yakni jika biasanya bayi harus

diimunisasi tiga kali untuk vaksin DPT (dipteri, pertusis, tetanus) dan tiga

kali untuk Hepatitis B (HB), maka vaksin kombinasi DPT-HB dapat

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di

Puskesmas Namorame Tahun 2008” adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Konseptual dan Operasional

3.2.1. Definisi Konseptual

1. Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca

indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat

menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.

2. Status imunisasi adalah keadaan bayi dengan kelengkapan

imunisasi dasar yang diperolehnya.

3. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai

kadar kekebalan di atas ambang perlindungan yang terdiri dari

imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.

4. Ibu adalah seseorang yang telah mempunyai suami dan anak. STATUS IMUNISASI

BAYI - Lengkap - Tidak lengkap PENGETAHUAN IBU TENTANG

IMUNISASI DASAR : - Definisi dan Tujuan Imunisasi - Jenis Imunisasi dasar dan efek

samping

(35)

3.2.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang

imunisasi dasar yang diberikan pada bayi berdasarkan jawaban

kuesioner yang diberikan.

2. Status imunisasi bayi adalah kelengkapan imunisasi bayi meliputi

semua jenis imunisasi dasar yaitu imunisasi BCG, DPT, Polio,

Campak, dan Hepatitis B.

3. Imunisasi dasar adalah imunisasi pada bayi 0-12 bulan meliputi

imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.

4. Ibu adalah ibu bayi yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja

Puskesmas Namorambe.

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep sebagaimana telah diuraikan sebelum

maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan pengetahuan ibu

tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di Puskesmas

Namorambe Tahun 2008.”

Pedoman dalam menerima atau menolak hipotesis yaitu :

1. Ha diterima jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value < 0,01.

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptif korelatif yaitu untuk

menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan pengetahuan ibu tentang

imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di Puskesmas Namorambe.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi

usia 11-18 bulan pada bulan Maret 2008 dan bertempat tinggal di wilayah

Puskesmas Namorambe sebanyak 352 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut :

(Notoatmodjo, 2002)

n =

( )

2

d N 1

N +

dimana :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (α=0,01).

Dengan menggunakan rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel sebagai

(37)

n =

( )

0,01 352 1

352

+

n =

52 3 1

352 ,

+

n = 77,8 dibulatkan 78 orang

Sampel diambil secara acak, dimana setiap desa diambil sebanyak 5

orang responden, karena Puskesmas Namorambe melingkupi 16 desa.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Mempunyai bayi usia 11-18 bulan.

2. Mempunyai kartu status imunisasi.

3. Tinggal di wilayah Puskesmas Namorambe

4. Dapat membaca dan menulis (tidak buta huruf)

5. Sehat rohani

4.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Puskesmas Namorambe yang terdiri dari 16

desa. Alasan pemilihan lokasi ini, karena belum pernah dilakukan penelitian

hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi bayi. Cakupan imunisasi

dasar di Puskesmas Namorambe belum mencapai target.

4.4. Pertimbangan Etik

Sebelum pengambilan data, terlebih dahulu peneliti mengajukan surat

permohonan penelitian kepada Ketua Jurusan Program Studi Diploma IV

Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

(38)

menekankan masalah etik yang meliputi : menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian,

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan riset (informed

consent). Seluruh informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dijaga

kerahasiaannya.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang

telah disusun oleh penulis berdasarkan kepustakaan yang mendukung tentang

imunisasi dasar. Dalam kuesioner tersebut juga ditanyakan tentang data

demografi responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, suku, dan jumlah

anak. Pengisian kuesioner dengan cara memberi tanda checklist pada kolom

jawaban yang telah disediakan.

Pertanyaan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sebanyak 20

pertanyaan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban “ya” dan

“tidak”. Untuk pertanyaan positif, jawaban ya nilai 1, jawaban tidak nilai 0.

Untuk pertanyaan negatif, jawaban ya nilai 0, jawaban tidak nilai 1. Dari

jawaban responden, rentang pengetahuan dapat dikategorikan dengan:

(Riduwan, 2000).

1. Baik, nilai yang diperoleh >75% (nilai 16-20)

2. Cukup, nilai yang diperoleh 60%-75% (nilai 12-15)

(39)

Status imunisasi bayi sebanyak 12 pertanyaan menggunakan skala

Guttman dengan jawaban “ya” dan “tidak” dengan memberi tanda checklist

pada kolom jawaban yang telah disediakan berdasarkan Kartu Menuju Sehat

(KMS) yang dimiliki. Dengan kategori :

1. Lengkap, jika bayi mendapatkan seluruh imunisasi dasar.

2. Tidak lengkap, jika bayi mendapatkan sebagian atau kurang dari

imunisasi lengkap.

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.6.1. Validitas Instrumen

Uji validitas dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment.

Sebagai berikut :

rhitung = koefisien korelasi

ΣXi = Jumlah skor item

ΣYi = Jumlah skor total (item)

N = Jumlah responden

Selanjutnya diuji dengan menggunakan rumus uji t, sebagai berikut :

(40)

r = koefisien korelasi hasil rhitung

n = jumlah responden

Jika nilai thitung > ttabel berarti valid, jika nilai thitung < ttabel berarti

tidak valid. Nilai ttabel dengan derajat kebebasan (dk = n-2) yaitu 1,771.

Dari hasil uji coba instrumen penelitian pada 15 orang responden di

Lingkungan Tanjung Sari, 20 item pertanyaan yang diajukan seluruhnya

valid. Hasil ujicoba dapat dilihat pada lampiran tabel uji validitas.

4.6.2. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Spearman

Brown, sebagai berikut :

r11

b b

r 1

r . 2

+

=

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item.

rb = Korelasi product moment antara belahan

Dari hasil pengujian reliabilitas instrumen pada 15 responden, 20 buah

pertanyaan yang diajukan seluruhnya valid (reliabel) karena harga r11 lebih

besar daripada ttabel yaitu 0,707. Hasil ujicoba dapat dilihat pada lampiran

tabel uji reliabilitas.

4.7. Pengumpulan Data

(41)

1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih

dahulu meminta persetujuan (informed consent) dengan menanyakan

kesediaan dijadikan sebagai responden dengan menandatangani surat

persetujuan penelitian

2. Langkah selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden cara

pengisian kuesioner penelitian.

3. Agar pengumpulan dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti

mengawasi atau mendampingi responden saat mengisi kuesioner.

4. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan

selanjutnya peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih

dahulu memeriksa jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya

sehingga dalam pengolahan data tidak terjadi kendala.

4.8. Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Editing

Memeriksa kuesioner dengan tujuan agar data yang dimaksud dapat diolah

secara benar sehingga pengolahan data dapat memberi hasil yang

menggambarkan masalah yang telah diteliti kemudian dikelompokkan dengan

menggunakan aspek pengukuran. Dalam penelitian ini peneliti tidak menemui

hambatan dalam proses editing, karena semua pertanyaan yang diberikan pada

(42)

2. Coding

Dalam langkah ini peneliti memberikan kode (merubah menjadi angka) pada

jawaban responden yang berhubungan dengan variabel penelitian untuk

memudahkan dalam pengolahan data.

3. Tabulating

Proses tabulating yaitu memasukkan data ke dalam tabel untuk mempermudah

analisa dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan penelitian dengan

memasukkan data ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.9. Analisis Data

Untuk menganalisis data dilakukan dengan bantuan komputer. Untuk

mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap cakupan

imunisasi dengan uji statistik ini yaitu menggunakan uji korelasi rank Spearman.

Sifat korelasi menentukan arah korelasi, yang dikelompokkan dalam :

(Nugroho, 2005).

0,00 – 0,20 artinya korelasi memiliki keeratan sangat lemah.

0,21 – 0,40 artinya korelasi memiliki keeratan lemah.

0,41 – 0,70 artinya korelasi memiliki keeratan kuat.

0,71 – 0,90 artinya korelasi memiliki keeratan sangat kuat.

0,91 – 0,99 artinya korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali.

(43)
(44)

formula korelasi product moment. Dari hasil analisis korelasi produk moment ini diuji dengan menggunakan uji-t (uji keberartian).

a. Korelasi Product Moment

rxy

rxy = Koefisien korelasi variabel X dan Y

N = Jumlah sampel

ΣX = jumlah skor X

ΣY = jumlah skor Y

ΣX2 = jumlah kuadrat skor X

ΣY2

b. Uji t (uji keberartian)

= jumlah kuadrat skor Y

ΣXY = jumlah perkalian produk X dan Y

Dengan rumus sebagai berikut :

(45)
(46)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berumur 31-40 tahun sebanyak 42 orang (53,8%). Pendidikan

responden sebagian besar Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 37

orang (47,4%). Sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga

sebanyak 43 orang (55,1%). Suku responden sebagian besar adalah Karo

sebanyak 38 orang (48,7%). Sebagian besar responden mempunyai anak

lebih dari 3 orang sebanyak 27 orang (34,6%). Sumber informasi paling

banyak diperoleh responden dari petugas kesehatan dan keluarga, teman,

tetangga masing-masing sebanyak 28 orang (35,9%).

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

(47)

No Karakteristik Responden Jumlah Persentase

6 Sumber Informasi Imunisasi

Petugas Kesehatan Media

Keluarga, teman, tetangga

28

5.1.2. Pengetahuan Tentang Imunisasi Dasar

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan kurang baik sebanyak 39 orang (50,0%), dan paling

sedikit mempunyai pengetahuan baik sebanyak 16 orang (20,5%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

No Pengetahuan Ibu Jumlah Persentase

1

1. Pengetahuan Tentang Definisi dan Tujuan Imunisasi

Pengetahuan ibu tentang definisi dan tujuan imunisasi menunjukkan

(48)

1 yaitu imunisasi untuk memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit

sebanyak 75 orang (96,2%). Sedangkan pertanyaan paling banyak dijawab

“tidak” yaitu pertanyaan nomor 7 yaitu bayi yang sudah sehat tidak perlu

diberikan imunisasi sebanyak 57 orang (26,9%).

Tabel 5.3. Jawaban Ibu Pada Pertanyaan Tentang Definisi dan Tujuan Imunisasi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

No Pertanyaan Jawaban Jumlah

Ya Tidak Definisi dan Tujuan Imunisasi

1. Imunisasi untuk memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit.

75 2. Imunisasi dapat mencegah bayi terkena

penyakit menular.

3. Bayi yang tidak diimunisasi mudah terserang penyakit 4. Imunisasi hanya diberikan pada bayi

yang sering sakit. 5. Imunisasi yang tidak lengkap pada bayi

akan menyebabkan bayi mudah sakit.

67

diimunisasi jika sudah tiba jadwal pemberiannya.

2. Pengetahuan Tentang Jenis Imunisasi Dasar dan Efek Samping

Pengetahuan ibu tentang jenis imunisasi dasar dan efek samping

menunjukkan bahwa pertanyaan paling banyak dijawab “ya” yaitu pertanyaan

nomor 10, bayi yang telah berumur 6 bulan dan belum diberikan imunisasi

(49)

(71,8%). Sedangkan pertanyaan paling banyak dijawab “tidak” yaitu

pertanyaan nomor 15 yaitu efek samping imunisasi campak dapat terjadi

demam ringan pada bayi sebanyak 41 orang (52,6%).

Tabel 5.4. Jawaban Ibu Pada Pertanyaan Tentang Jenis Imunisasi Dasar dan Efek Samping di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

No Pertanyaan Jawaban Jumlah

Ya Tidak Jenis Imunisasi Dasar dan Efek Samping

8. Pemberian imunisasi BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC).

46 9. Efek samping pemberian Imunisasi

BCG, bayi demam tinggi.

53

belum diberikan imunisasi apapun, dapat dimulai dengan pemberian imunisasi BCG.

11. Untuk mencegah penyakit campak yang menular bayi perlu diimunisasi campak.

55 12. Untuk mencegah penyakit tetanus bayi

mesti diberikan imunisasi DPT.

44

13. Efek samping Imunisasi DPT dapat menyebabkan bayi demam.

14. Efek samping imunisasi Hepatitis B terjadi pembengkakan di tempat penyuntikan.

15. Efek samping imunisasi Campak dapat terjadi demam ringan pada bayi.

37

3. Pengetahuan Tentang Jadwal Imunisasi

Pengetahuan ibu tentang jadwal imunisasi menunjukkan bahwa

pertanyaan paling banyak dijawab “ya” yaitu pertanyaan nomor 16 yaitu

(50)

Sedangkan pertanyaan paling banyak dijawab “tidak” yaitu pertanyaan nomor

18 yaitu imunisasi Polio-1 sampai dengan Polio-4 diberikan dengan selang

waktu 1 bulan sebanyak 50 orang (64,1%).

Tabel 5.5. Jawaban Ibu Pada Pertanyaan Tentang Jadwal Imunisasi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

No Pertanyaan Jawaban Jumlah

Ya Tidak Jadwal Imunisasi

16. Imunisasi BCG diberikan sejak bayi baru lahir. 17. Pemberian imunisasi DPT-1 sampai

DPT-3 diberikan selang waktu 1 bulan.

43 18. Imunisasi Polio-1 sampai dengan Polio-4

diberikan dengan selang waktu 1 bulan.

28

19. Imunisasi Campak diberikan pada bayi berumur 9 bulan.

20. Imunisasi Hepatitis-3 diberikan pada bayi sejak umur 7 bulan atau 9 bulan.

40

5.1.3. Status Imunisasi Bayi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar status

imunisasi bayi tidak lengkap sebanyak 47 orang (60,3%), dan paling sedikit

status imunisasi bayi lengkap sebanyak 31 orang (39,7%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008.

No Status Imunisasi Bayi Jumlah Persentase

(51)

Status imunisasi dasar bayi di Puskesmas Namorambe menunjukkan

bahwa dari 78 responden yang diteliti yang paling banyak telah imunisasi

yaitu jenis imunisasi BCG sebanyak 77 bayi (98,72%), dan paling sedikit

imunisasi DPT-3 sebanyak 50 bayi (64,10%).

Tabel 5.7. Distribusi Jumlah Status Imunisasi Dasar Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

No Imunisasi Ya Tidak Jumlah

1 BCG 77(98,72%) 1 (1,28%) 78 (100%)

2 DPT-1 64(82,05%) 14 (17,95%) 78 (100%)

3 DPT-2 62(79,49%) 16 (20,51%) 78 (100%)

4 DPT-3 50 (64,10%) 28 (35,90%) 78 (100%)

5 Polio-1 68 (87,18%) 10 (12,82%) 78 (100%)

6 Polio-2 53 (67,95%) 25 (32,05%) 78 (100%)

7 Polio-3 62(79,49%) 16 (20,51%) 78 (100%)

8 Polio-4 51(65,38%) 27(34,62%) 78 (100%)

9 Campak 58 (74,36%) 20(25,64%) 78 (100%)

10 Hepatitis B (<7 hari) 61(78,21%) 17(21,79%) 78 (100%)

11 Hepatitis B-2 62(79,49%) 16(20,51%) 78 (100%)

12 Hepatitis B-3 56(71,79%) 22(28,21%) 78 (100%)

5.4. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status

Imunisasi Bayi

Dari hasil penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi

dasar dengan status imunisasi bayi menunjukkan bahwa responden yang

mempunyai pengetahuan yang baik sebagian besar status imunisasi bayinya

dalam kategori lengkap sebanyak 14 orang (87,5%). Responden yang

(52)

status imunisasi bayinya juga dalam kategori lengkap sebanyak 13 orang

(56,5%), dan responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik

tentang imunisasi dasar sebagian besar status imunisasi bayinya tidak

lengkap sebanyak 35 orang (48,7%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman,

diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,641 berarti keeratan korelasi

pengetahuan ibu dengan status imunisasi bayi dalam kategori kuat. Nilai

p-value diperoleh 0,000< 0,01 artinya ada hubungan signifikan antara

pengetahuan ibu dengan status imunisasi bayi

Tabel 5.8. Tabel Silang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi di Puskesmas Namorambe Tahun 2008

No Pengetahuan

5.2.1. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang imunisasi

menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan

kurang baik (50,0%), dan hanya 20,5% responden mempunyai pengetahuan

(53)

Dari pertanyaan tentang imunisasi untuk memberikan kekebalan pada

bayi sebagian besar responden menjawab ya (96,2%), ibu juga percaya

bahwa dengan imunisasi dapat mencegah bayi terkena penyakit menular

(76,9%). Demikian juga tentang anak yang tidak diimunisasi mudah

terserang penyakit, 79,5% ibu percaya akan hal tersebut. Namun tentang

pemberian imunisasi pada anak yang sering sakit, yang menjawab ya juga

lebih besar (52,6%). Menurut ibu, imunisasi yang tidak lengkap pada bayi

tidak akan menyebabkan bayi sakit, sebagian besar ibu menjawab ya

(85,9%). Ibu percaya bahwa anak yang sedang demam tidak dapat

diimunisasi walaupun sudah tiba jadwal pemberiannya (60,3%). Dan ibu

mengerti bahwa anak yang sudah sehat perlu diberikan diimunisasi (73,1%).

Pengetahuan ibu tentang jenis imunisasi dasar dan efek samping

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mengerti bahwa pemberian

imunisasi BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosis (59,0%), ibu juga

mengerti bahwa anak yang tidak diimunisasi BCG akan dapat terserang

penyakit TBC (67,9%). Menurut ibu, bayi yang telah berumur 6 bulan dan

belum diberi imunisasi apapun, dapat dimulai dengan pemberian imunisasi

BCG (71,8%). Ibu mengerti bahwa untuk mencegah penyakit campak bayi

perlu diberikan imunisasi campak (70,5%). Ibu juga mengerti bahwa untuk

mencegah penyakit tetanus bayi mesti diberikan imunisasi DPT (56,4%).

Menurut ibu, efek samping imunisasi DPT pada bayi dapat menyebabkan

anak demam (51,3%). Efek samping imunisasi Hepatitis B terjadi

(54)

menjawab tidak tentang efek samping imunisasi campak dapat terjadi

demam ringan pada ibu (52,6%).

Pengetahuan ibu tentang jadwal imunisasi menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu menjawab ya tentang jadwal pemberian imunisasi CBG

sejak bayi baru lahir (73,1%). Sebagian besar ibu menjawab ya tentang

jadwal pemberian imunisasi DPT-1 sampai DPT-3 dengan selang waktu

masing-masing 1 bulan (55,1%). Sebagian besar ibu menjawab tidak tentang

jadwal pemberian imunisasi Polio 1 sampai dengan Polio 4 masing-masing

dengan selang waktu 1 bulan (64,1%). Sebagian besar ibu menjawab tidak

tentang jadwal pemberian imunisasi campak yaitu pada bayi berumur 9

bulan (52,6%). Sebagian besar ibu menjawab ya, tentang imunisasi

Hepatitis-3 diberikan pada bayi sejak umur 7 bulan atau 9 bulan (51,3%).

Menurut Ranuh (2005), pengetahuan ibu tentang imunisasi,

kepercayaan dan perilaku ibu merupakan hal yang penting, karena

penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan

kepercayaan ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi.

Masalah pengertian dan keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi

tidak akan menjadi halangan jika pengetahuan ibu tentang imunisasi sudah

baik.

5.2.2. Status Imunisasi Bayi

Dari hasil penelitian tentang status imunisasi bayi menunjukkan

bahwa sebagian besar status imunisasi bayi tidak lengkap (60,3%), dan hanya

(55)

Menurut Ranuh (2005), sesuai dengan program organisasi kesehatan

dunia, WHO, pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak,

yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan tujuh jenis

lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa

jenis penyakit. Bayi dikatakan telah mendapatkan imunisasi lengkap jika

bayi telah mendapatkan imunisasi yang meliputi imunisasi BCG (Bacillus Clamete-Guerin), imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus), imunisasi polio,

imunisasi campak, dan imunisasi Hepatitis B.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, bayi yang imunisasi

dasar tidak mencapai 50%. Rendahnya imunisasi dasar di Wilayah

Puskesmas Namorambe dapat menyebabkan bayi di kemudian hari mudah

terserang / rentan terhadap kuman penyakit.

5.2.3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar

Dengan Status Imunisasi Bayi

Dari hasil penelitian tentang status imunisasi bayi menunjukkan

bahwa sebagian besar status imunisasi bayi tidak lengkap (60,3%), dan hanya

39,7% bayi dengan status imunisasi lengkap.

Dengan melakukan uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman

untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi bayi

diperoleh nilai probabilitas 0,000<0,01 artinya ada hubungan yang

signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Keeratan korelasi

pengetahuan ibu dengan status imunisasi bayi diperoleh nilai sebesar 0,641,

(56)

Menurut penulis, dari data-data di atas menunjukkan bahwa masih

banyak ibu yang kurang memahami dan mengerti tentang imunisasi dasar

pada bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tersebut,

seperti tingkat pendidikan yang rendah karena 47,4% responden hanya

berpendidikan SMP, juga informasi yang diperoleh tentang imunisasi dasar

sebagian besar diperoleh dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman,

tetangga sehingga informasi tersebut kurang akurat.

Keengganan masyarakat ikut program imunisasi ini disebabkan

kekhawatiran nanti anak mereka malah jatuh sakit setelah diberi vaksin.

Mereka juga belum paham pentingnya imunisasi bagi kesehatan balita karena

selama ini anak mereka dalam kondisi sehat. Kurangnya sosialisasi informasi

kesehatan berkaitan dengan kehalalan cairan itu membuat ada warga yang

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang

imunisasi dasar dengan status imunisasi bayi di Puskesmas Namorambe

tahun 2008 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sebagian besar dalam kategori

kurang baik (50,0%).

2. Status imunisasi bayi sebagian besar dalam kategori tidak lengkap

(60,3%).

3. Ada hubungan yang signifikan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

dengan status imunisasi bayi dengan nilai probabilitas diperoleh

0,000<0,01. Uji korelasi Spearman menunjukkan keeratan pengetahuan

ibu tentang imunisasi dasar dengan status imunisasi dalam kategori kuat

(0,641).

6.2. Saran-saran

1. Kepada ibu

Diharapkan agar mencari informasi yang tepat dan akurat tentang

imunisasi dasar pada bayi dengan menanyakan pada pihak-pihak

yang berkompeten seperti petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat

(58)

2. Petugas Puskesmas Namorambe

Diharapkan memperbanyak lagi kegiatan-kegiatan penyuluhan

kesehatan tentang imunisasi dasar bayi pada masyarakat terutama

pada ibu melalui kegiatan-kegiatan program kesehatan maupun

kegiatan-kegiatan keagamaan seperti perpulungan, partangiangan,

perwiritan-perwiritan maupun pada kegiatan-kegiatan arisan.

3. Kepada peneliti selanjutnya

Diharapkan untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu di

Puskesmas Namorambe dengan jenis penelitian dan variabel yang

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., (2003), Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Tentang Imunisasi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

Arikunto, S., (2002), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.

Conan, (2007), Imunisasi Pada Balita, Sarikata, Jakarta.

Ditjen PPM-PL, (2007), Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Dirinci Menurut Provinsi Tahun 2006, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, (2005a), Draft Ringkasan Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

_________, (2005b), Pedoman Teknis Pengelolaan Vaksin dan Rantai Vaksin, Direktorat Jenderal PPM & PL Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

_________, (2005c), Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

_________, (2005d), Glosarium Data dan Informasi Kesehatan, Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

__________, (2006), Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas, Kerjasama Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Hidayat, A.A.A., (2005), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Buku 1, Salemba Medika, Jakarta.

Istiarti, T., (2005), Menanti Buah Hati. Penerbit Media Pressindo. Yogyakarta.

Maramis, W.F., (2006), Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan, Cetakan 1, Surabaya : Airlangga University Press, 2006.

(60)

Matondang, C.S.M, dan Sjawitri P. Siregar, (2005), Aspek Imunologi Imunisasi, Buku Panduan Imunisasi di Indonesia, Edisi Kedua, Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo, S., (2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan II, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.

______________, (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta.

______________, (2005), Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, B.A., 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Edisi I, Andi, Yogyakarta.

Puskesmas Namorambe, (2007), Laporan Tahunan Hasil Imunisasi Bayi, Namorambe.

Ranuh, I.G.N., (2005), Imunisasi Upaya Pencegahan Primer, dalam Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi Kedua Tahun 2005, Jakarta.

Riduwan, (2005). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Cetakan Ketiga, Alfabeta, Bandung.

Supari, S.F., (2006), Sambutan Menteri Kesehatan RI Pada Acara Pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional di Sumatera Utara, www.depkes.go.id/downloads/sambut.doc, tanggal 08 Maret 2006.

Wahab, A.S., dan Madarina J., (2002), Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun, Widya Medika, Jakarta.

Walgito, B., (2003), Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.

Wiryo, H., (2001), Gerakan Mengubah Perilaku dan Penajaman Program Prioritas Kesehatan Sebagai Upaya Inovatif untuk Menurunkan AKB di NTB, Universitas Udayana, Bali.

www.kompas.com/kompas-cetak/0505/09/utama/1736768.htm, Puluhan

Warga Tolak Imunisasi Karena Tak Paham Manfaatnya, Tanggal 09 Mei 2005.

www.jawatengah.go.id/newsmodeler_myn.php?NEWS=2007080802,

(61)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

SETIAWAN, SKp, MNS, PhD

selaku dosen pembimbing atas nama Masleni Tarigan, NIM :075102045

telah menyetujui mahasiswa tersebut untuk melakukan penelitian.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagai surat

permohonan penelitian.

Mahasiswa, Dosen Pembimbing,

Gambar

Tabel 2.2.  Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib Pada Bayi Yang Dilahirkan
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Namorambe Tahun 2008
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar di  Puskesmas Namorambe Tahun 2008
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Bayi di  Puskesmas Namorambe Tahun 2008

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame Barat II

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Puskesmas Polokarto tentang hubungan pengetahuan gizi ibu dan status imunisasi dasar dengan status

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan status kelengkapan imunisasi polio di Wilayah Kerja Puskesmas Tanon I Sragen,

Setelah melakukan penelitian terhadap Faktor-Faktor Dominan Tentang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Puskesmas Soposurung

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Klego

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja

Tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar pada ibu yang datang untuk mengimunisasikan anaknya pada saat dilakukan penelitian di Puskesmas Umbulhardjo 1 sebagian

Analisa Bivariat Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan ibu tentang Imunisasi Dasar Lengkap dengan Kelengkapan imunisasi dasar pada bayi Imunisasi Dasar Pada Bayi Pengetahua n Tidak