• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Hipersensitif Dentin Secara Invasif Dengan Penutupan Resesi Gingiva

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perawatan Hipersensitif Dentin Secara Invasif Dengan Penutupan Resesi Gingiva"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN SECARA INVASIF

DENGAN PENUTUPAN RESESI GINGIVA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DHITA KARTIKA NASUTION NIM : 060600016

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2010

Dhita Kartika Nasution

Perawatan Hipersensitif Dentin secara Invasif dengan Penutupan Resesi Gingiva

viii + 38 halaman

Hipersensitif dentin adalah kondisi klinis gigi yang relatif umum pada gigi permanen

yang disebabkan oleh dentin yang terpapar akibat hilangnya enamel atau sementum.

Hipersensitif dentin ini terjadi karena tersingkapnya permukaan akar gigi disebabkan oleh resesi

gingiva. Proses terjadinya hipersensitif dentin dimulai dari tersingkapnya permukaan akar gigi

akibat resesi gingiva. Pemicunya adalah berupa rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka

seperti sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas maupun dingin. Rangsangan dingin paling

sering menyebabkan hipersensitif dentin dibandingkan dengan rangsangan panas. Hal ini

disebabkan karena stimulus seperti dingin menyebabkan gerakan cairan ke luar dan

menghasilkan respon saraf lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan stimulus seperti

panas yang menyebabkan pergerakan cairan ke arah dalam.

Perawatan hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara non-invasif dan invasif. Perawatan

non- invasif yang meliputi dua cara, yaitu perawatan di rumah oleh pasien sendiri dan perawatan

di klinik. Perawatan di rumah oleh pasien sendiri seperti menyikat gigi, penggunaan pasta gigi,

pemakaian obat kumur, modifikasi diet dan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan buruk.

Perawatan di klinik seperti pemberian bahan desensitisasi topikal. Sedangkan Perawatan invasif

(3)

Perawatan invasif dilakukan untuk penutupan resesi gingiva apabila pasien mengeluhkan

tindakan estetis. Ada tiga tehnik bedah mukogingiva yang akan dibahas untuk penutupan resesi

gingiva yaitu coronally advanced flap, cangkok jaringan ikat subepitel dan regenerasi jaringan

terarah. Tehnik coronally advanced flap diindikasikan pada resesi kelas I dan II (menurut

klasifikasi Miller) apabila gingiva cekat gigi tetangganya tidak adekuat. Tehnik cangkok jaringan

subepitel diindikasikan pada daerah donor inadekuat untuk horizontal sliding flep, pada

kedalaman resesi kurang dari 5 mm dan gingiva tipis. Tehnik regenerasi jaringan terarah yang

diindikasikan jika kedalaman resesi mencapai lebih dari 5 mm.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Oktober 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Saidina Hamzah Dalimunthe, drg., Sp Perio ……….. NIP. 19450905 197201 1001

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal Oktober 2010

TIM PENGUJI Tanda tangan

KETUA : Saidina Hamzah Dalimunthe, drg., Sp Perio ...

ANGGOTA : 1. Zulkarnaen, drg., M.Kes ...

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari telah mendapatkan banyak petunjuk,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati

yang tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp.Perio sebagai pembimbing skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

2. Mimi Mariani Lubis, drg sebagai pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan

kepada penulis dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan perkuliahan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Penghormatan penulis yang teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda H. Dharma

Bhakti Nasution dan Ibunda Hj. Diana Lubis serta abangnda Andy Dharmawan, ST. dan

kakanda Dian Asuraini Nasution, SE., yang telah mencurahkan kasih sayang, dukungan

dan cinta serta doa yang tulus untuk penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan.

5. Sahabat-sahabat penulis (Hanif, Mita, Reza, Lita, Aad, Tika, Esti, Nanda, Noni, Ulfa,

Erwina, Luki, Risya, Fauzan, Yanci, Gerry, Sadli, Jojo, Ryan dan sahabat-sahabat

(7)

6. Pegawai non-edukatif Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan juga

petugas perpustakaan yang telah banyak membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan, pengalaman, maupun referensi. Untuk itu semua saran dan kritik akan

menjadi masukan yang berarti bagi pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya

penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran

yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, September 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

BAB 2 PROSES TERJADINYA HIPERSENSITIF DENTIN 2.1 Teori-teori terjadinya hipersensitif dentin ... 3

2.1.1 Teori transduser dengan odontoblas ... 3

2.1.2 Teori hidrodinamik... 4

2.2 Kelainan yang memungkinkan terjadinya hipersensitif dentin... . 6

2.2.1 Resesi gingiva ... 6

2.2.2 Penyakit periodontal ... 7

2.3 Faktor-faktor predisposisi ... 8

2.4 Pemicu dan mulai terjadinya hipersensitif dentin ... 10

BAB 3 PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN 3.1 Perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif ... 13

3.1.1 Perawatan di rumah oleh pasien sendiri ... 14

3.1.1.1 Menyikat gigi ... 14

3.2 Perawatan hipersensitif dentin secara invasif ... 20

3.2.1 Iontophoresis. ... 20

3.2.2 Laser. ... 21

3.2.3 Aplikasi resin. ... 21

3.2.4 Bedah gingiva. ... 22

3.2.5 Pulpektomi. ... 22

3.2.6 Batasan untuk mengindikasikan perawatan invasif dengan penutupan resesi gingiva ... 23

(9)

BAB 4 TEKNIK-TEKNIK PENUTUPAN RESESI GINGIVA UNTUK PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN SECARA INVASIF

4.1 Coronally advanced flap ... 25

4.2 Cangkok jaringan ikat subepitel ... 27

4.3 Regenerasi jaringan terarah. ... 30

BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN... 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. (A) Tubulus dentin yang tertutup dan (B) Tubulus dentin yang terbuka ... 4

2. Gambaran deskripsi teori hidrodinamik Brannstrom. ... 5

3. Gambaran ilustrasi mekanisme teori hidrodinamik yang diawali oleh adanya rangsangan terhadap syaraf intradental dan akhirnya menimbulkan rasa sakit ... 5

4. Resesi gingiva yang terjadi pada pasien wanita berusia 40 tahun ... 7

5. Gambaran etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin ... 12

6. Pasta gigi yang sering dipakai untuk mengurangi hipersensitif dentin ... 16

7. Pasta gigi yang mengandung arginin-kalsium karbonat ... 20

8. Sistem iontoporesis ... 21

9. Teknik coronally advanced flap dengan insisi vertikal ... 26

10.Teknik cangkok jaringan ikat subepitel ... 29

(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2010

Dhita Kartika Nasution

Perawatan Hipersensitif Dentin secara Invasif dengan Penutupan Resesi Gingiva

viii + 38 halaman

Hipersensitif dentin adalah kondisi klinis gigi yang relatif umum pada gigi permanen

yang disebabkan oleh dentin yang terpapar akibat hilangnya enamel atau sementum.

Hipersensitif dentin ini terjadi karena tersingkapnya permukaan akar gigi disebabkan oleh resesi

gingiva. Proses terjadinya hipersensitif dentin dimulai dari tersingkapnya permukaan akar gigi

akibat resesi gingiva. Pemicunya adalah berupa rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka

seperti sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas maupun dingin. Rangsangan dingin paling

sering menyebabkan hipersensitif dentin dibandingkan dengan rangsangan panas. Hal ini

disebabkan karena stimulus seperti dingin menyebabkan gerakan cairan ke luar dan

menghasilkan respon saraf lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan stimulus seperti

panas yang menyebabkan pergerakan cairan ke arah dalam.

Perawatan hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara non-invasif dan invasif. Perawatan

non- invasif yang meliputi dua cara, yaitu perawatan di rumah oleh pasien sendiri dan perawatan

di klinik. Perawatan di rumah oleh pasien sendiri seperti menyikat gigi, penggunaan pasta gigi,

pemakaian obat kumur, modifikasi diet dan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan buruk.

Perawatan di klinik seperti pemberian bahan desensitisasi topikal. Sedangkan Perawatan invasif

(12)

Perawatan invasif dilakukan untuk penutupan resesi gingiva apabila pasien mengeluhkan

tindakan estetis. Ada tiga tehnik bedah mukogingiva yang akan dibahas untuk penutupan resesi

gingiva yaitu coronally advanced flap, cangkok jaringan ikat subepitel dan regenerasi jaringan

terarah. Tehnik coronally advanced flap diindikasikan pada resesi kelas I dan II (menurut

klasifikasi Miller) apabila gingiva cekat gigi tetangganya tidak adekuat. Tehnik cangkok jaringan

subepitel diindikasikan pada daerah donor inadekuat untuk horizontal sliding flep, pada

kedalaman resesi kurang dari 5 mm dan gingiva tipis. Tehnik regenerasi jaringan terarah yang

diindikasikan jika kedalaman resesi mencapai lebih dari 5 mm.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang sering dijumpai dalam dunia kedokteran gigi adalah

hipersensitivitas dentin dengan keluhan sakit pada giginya pada saat-saat tertentu. Hipersensitif

dentin ini terjadi karena tersingkapnya permukaan akar gigi disebabkan oleh resesi gingiva. Di

dalam beberapa kasus perawatan yang hanya mengandalkan perawatan secara non-invasif

dengan bahan desensitisasi ternyata tidak berhasil, sehingga harus dilakukan perawatan secara

invasif. Perawatan secara invasif ini juga dilakukan apabila pasien mengeluhkan masalah estetis.

Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang proses terjadinya hipersensitif dentin,

teori-teori terjadinya hipersensitif dentin, kelainan yang memungkinkan terjadinya hipersensitif

dentin, faktor-faktor predisposisi, pemicu dan mulai terjadinya hipersensitif dentin akan dibahas

pada bab 2.

Pada Bab 3 akan dibahas prosedur-prosedur perawatan hipersensitif dentin seperti

perawatan hipersensitif dentin secara invasif dan non-invasif.

Pada Bab 4 akan dibahas secara khusus tentang tehnik-tehnik yang dapat digunakan

untuk penutupan resesi gingiva.

Tulisan ini akan ditutup dengan diskusi dan kesimpulan pada bab 5.

Dari pembahasan tulisan ini, diharapkan agar dokter gigi dan pasien memahami

hipersensitif dentin dan perawatannya. Dengan pembahasan tersebut, diharapkan para dokter gigi

tidak dibingungkan lagi oleh mekanisme terjadinya hipersensitif dentin, kelainan yang

memungkinkan terjadinya hipersensitif dentin, predisposisi hipersensitif dentin, perawatan

(14)

adekuat, sehingga akhirnya didapatkan hasil perawatan yang sempurna serta memuaskan pasien

dan dokter gigi.

Dalam melakukan diagnosa serta rencana perawatan, disarankan kepada dokter gigi agar

mengetahui etiologi dari hipersensitif tersebut agar dapat menentukan perawatan yang tepat

untuk mengurangi hipersensitif dentin, secara non invasif atau secara invasif yang memiliki

estetik yang baik karena melibatkan pembedahan pada jaringan sekitar gigi sehingga dapat

menutupi ggigi yang tersingkap atau resesi.

(15)

BAB II

PROSES TERJADINYA HIPERSENSITIF DENTIN

Hipersensitif dentin ditandai dengan rasa sakit pendek yang timbul dari dentin yang

terpapar dan biasanya karena rangsangan thermal, uap, taktil, osmotik atau kimia dan tidak

dihubungkan dengan kerusakan gigi dan patologinya.1-3 Hipersensitif dentin adalah kondisi klinis gigi yang relatif umum pada gigi permanen yang disebabkan oleh dentin yang terpapar akibat

hilangnya enamel atau sementum. Manifestasinya bisa secara fisik dan secara psikologis tidak

nyaman bagi pasien dan dapat didefinisikan sebagai nyeri akut durasi pendek yang disebabkan

oleh terbukanya tubulus dentin pada permukaan dentin.1 Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori terjadinya hipersensitif dentin, kelainan yang memungkinkan terjadinya hipersensitif

dentin, faktor-faktor predisposisi dan pemicu dan mulai terjadinya hipersensitif dentin.

2.1 Teori-teori terjadinya hipersensitif dentin

Teori-teori terjadinya hipersensitif dentin, yaitu:

2.1.1 Teori transduser dengan odontoblas

Transduser odontoblas mekanisme yang diajukan oleh Rappet al., menyatakan bahwa

odontoblas bertindak sebagai reseptor sel, perubahan yang tidak langsung dalam potensi

membran odontoblas melalui sambungan sinaptik dengan saraf. Hal ini dapat mengakibatkan

rasa sakit dari ujung-ujung saraf yang terletak di batas pulpodentinal. Namun bukti dari teori

transduser dengan odontoblas mekanisme ini kurang dan tidak meyakinkan.1 2.1.2 Teori hidrodinamik

Sakit yang disebabkan oleh pergerakan cairan di dalam tubulus dentin, dapat dijelaskan

(16)

Astron pada tahun 1964. Menurut teori ini, lesi melibatkan enamel dan hilangnya sementum

didaerah servikal dan akibatnya tubulus dentin terbuka di rongga mulut, di bawah rangsangan

tertentu, yang memungkinkan pergerakan cairan di dalam tubulus dentin secara tidak langsung

merangsang ektremitas dari saraf pulpa menyebabkan sensasi rasa sakit.1 Teori ini juga menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai dari dentin yang terpapar mengalami

rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju reseptor syaraf perifer pada pulpa yang

kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa sakit.3,4

A B

Gambar 1. (A) Tubulus dentin yang tertutup dan (B) Tubulus dentin yang terbuka (Walters PA.

J Contemp Dent Pract Mei 2005; (6)2: 108).

Gambar 2. Gambaran deskripsi teori hidrodinamik Brannstrom (Walters PA. Dentinal

Hypersensitivity: A Review. J Contemp DentPract Mei 2005;(6)2:2)

Perjalanan cairan di tubulus dan mengarah ke saraf

(17)

Gambar 3. Gambar ilustrasi mekanisme teori hidrodinamik yang diawali oleh

adanya rangsangan terhadap syaraf intradental dan akhirnya menimbulkan rasa sakit (Orchardson R and Gillam DG. J Am Dent Assoc 2006; 137: 991).

2.2 Kelainan yang memungkinkan terjadinya hipersensitif dentin

Kelainan yang memungkinkan terjadinya hipersensitif dentin dibatasi dengan yang ada

kaitan dengan kelainan periodonsium, yaitu:

2.2.1 Resesi gingiva

Mula-mula hipersensitif dentin diakibatkan oleh resesi gingiva. Dimana menurut Loe et

al. menyatakan bahwa resesi dapat dijumpai pada penduduk negara industry maupun non

industry dan mendefinisikan resesi gingiva sebagai pergeseran tepi gingiva dari posisi normal

pada permukaan mahkota gigi ke arah apikal (permukaan akar) di bawah Batas Sementum

Enamel (BSE).Carranza juga membagi resesi menjadi dua, yaitu: resesi yang dapat terlihat

secara klinis seperti pada kelainan periodontal dengan sebagian akar terbuka dan yang Rangsangan: Panas,

Aksi potensial ke otak dan menimbulkan rasa sakit

(18)

tersembunyi yaitu tertutup oleh dinding poket yang terinflamasi dan hanya dapat diketahui

dengan cara memasukkan probe periodontal.5

Resesi gingiva menyebabkan tersingkapnya akar gigi terhadap kontaminasi lingkungan

rongga mulut. Akibat kelainan ini dentin akan menjadi hipersensitif yang disebut dengan

hipersensitif dentin.5 Dimana hipersensitif dentin ini adalah keausan sementum akar yang menjadi tersingkap oleh resesi akan menyingkapkan permukaan dentin yang sangat sensitif,

terutama terhadap sentuhan dan menyebabkan rasa tidak nyaman sampai timbulnya rasa sakit.6 Hipersensitif dentin akan menyebabkan berbagai persoalan pada penderita seperti rasa sakit yang

timbul karena perubahan suhu, trauma sikat gigi, makanan dan minuman yang manis atau asam

dan lain-lain.7

Gambar 4. Resesi gingiva yang terjadi pada pasien wanita berusia 40 tahun. (Drisko

CH. International Dental Journal 2002; 52: 386).

2.2.2 Penyakit periodontal

Selain resesi gingiva, tersingkapnya permukaan akar gigi juga dapat disebabkan oleh

(19)

penyerutan akar dapat menyebabkan hilangnya perlekatan jaringan periodontal dan terkikisnya

sementum. Oleh karena itu, dokter gigi harus hati-hati dalam melakukan prosedur perawatan

periodontal. 8,9,10,11

Dentin atau permukaan akar, pada keadaan biasa bisa menyebabkan gigi sensitif setelah

prosedur perawatan periodontal. Pasien pada umumnya kembali pada kunjungan kedua atau

ketiga selama perawatan tidak dengan pembedahan dan melaporkan sensitivitas terhadap dingin

atau menyikat gigi pada daerah perawatan. Banyak sensitivitas ringan dan berubah pada

beberapa minggu. Bagaimanapun, ada beberapa kasus sensitivitas yang berat dan menghalangi

pasien untuk melakukan kontrol plak. Sensitivitas ini dapat mengakibatkan nilai pengobatan

yang sedikit dan memungkinkan pembentukan karies. Ahli kesehatan gigi harus bisa mengetahui

kasus-kasus dan pengobatan-pengobatan yang tersedia untuk sensitivitas dentin dan

berkembangnya strategi-strategi yang berhubungan dengan masalah.12

Sensitivitas dentin atau sensitivitas akar yang terbuka seperti hipersensitif dentin, yang

berat atau respon yang besar dan tidak terduga terhadap stimulusnya. Persetujuan perawatan

periodontal membersihkan beberapa sementum dan dentin karena prosedur dari sifat dasarnya,

dimana terbuka beberapa permukaan dentin yang bagus di dalam rongga mulut. Dentin yang

terbuka sensitif, tidak membuat hipersensitif, membuat “akar sensitif” lebih baik dideskripsikan

pada kondisi ini.12

Resesi sekunder untuk penyakit periodontal dianggap berkaitan dengan kesehatan gigi

yang buruk, tidak tepat menyikat gigi mungkin bertanggung jawab atas resesi yang berkaitan

dengan kesehatan gigi yang baik.7 Resesi gingiva akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur. Neime et al. menyatakan bahwa cara paling efektif untuk menjaga kebersihan mulut

(20)

menimbulkan akibat-akibat lain yang tidak diinginkan. Kelainan yang terjadi bervariasi mulai

dari luka pada gingiva, resesi gingiva, dan abrasi pada permukaan akar.5

2.3 Faktor-faktor predisposisi

Etiologi resesi gingiva belum diketahui dengan pasti, akan tetapi sering dikaitkan dengan

faktor-faktor seperti menyikat gigi, posisi gigi yang tidak benar, perlekatan frenulum yang tinggi,

kebiasaan buruk, erosi karena bahan makanan serta faktor iatrogenik yang berhubungan dengan

prosedur restorasi gigi seperti pembuatan restorasi pada daerah servikal maupun prosedur

perawatan periodontal.5 Akan tetapi juga, ada faktor-faktor yang bisa berperan sebagai etiologi resesi gingiva yaitu: inflamasi gingiva, friksi sikat gigi, friksi dari jaringan lunak dan perlekatan

frena atau otot. Ada juga faktor yang mempengaruhi kerentanan terjadinya resesi gingiva yaitu:

posisi gigi, morfologi akar gigi, zona gingiva cekat yang inadekuat dan tekanan oklusal yang

berlebihan.6

Faktor-faktor berikut telah dikemukakan sebagai etiologi resesi gingiva. Inflamasi

gingiva yaitu terjadinya proses inflamasi setempat yang menyebabkan kehancuran jaringan ikat

dan poliferasi epitel ke sisi-sisi yang mengalami perusakan jaringan ikat. Proliferasi sel-sel epitel

ke jaringan ikat menyebabkan penyusutan permukaan epitel, yang secara klinis terlihat berupa

resesi. Friksi sikat gigi, terutama pada tehnik penyikatan gigi dalam arah horizontal dengan bulu

sikat yang keras disertai dengan tekanan yang agak kuat menyebabkan resesi gingiva. Resesi

gingiva akibat kesalahan penyikatan gigi, disebut juga sebagai abrasi gingiva, lebih sering

dijumpai dan lebih parah pada individu dengan gingiva yang relatif sehat, sedikit penumpukan

plak dan oral hygiene yang baik. Friksi dari jaringan lunak yang berasal dari aksi otot-otot pipi

dan bibir terhadap gingiva bisa menjurus pada resesi gingiva, yang secara khusus dinamakan

(21)

Perlekatan frena atau otot yang terlalu dekat ke tepi gingiva dapat mengganggu jaringan

gingiva dan mengubah komposisi jaringan ikatnya dari massa kolagen yang rapat menjadi massa

yang longgar dan elastik seperti biasa dijumpai pada mukosa alveolar. Jaringan tipis dengan

perlekatan yang longgar ini cenderung membentuk sulkus yang akan mempermudah

penumpukan dan terlalu dekat ke tepi gingiva menyebabkan tarikan-tarikan pada tepi gingiva

setiap kali berbicara, mengunyah maupun menyikat gigi. Kerentanan bagi terjadinya resesi

gingiva juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Posisi gigi yaitu apabila gigi rotasi, tilting atau

labioversi, plat tulang tipis dan berkurang tingginya. Pada keadaan yang demikian, tekanan

pengunyahan atau penyikatan gigi yang sedang telah memungkinkan resesinya gingiva yang

tidak didukung tulang alveolar tersebut. Morfologi akar gigi yaitu bila inklinasi lingual dari akar

palatinal atau akar bukal menjulang ke arah bukal, tulang pada daerah serviks gigi menjadi tipis

atau berkurang ketinggiannya. Hal ini menyebabkan gingiva bebas tidak punya dukungan,

sehingga mudah terjadi resesi. Pada zona gingiva cekat yang inadekuat mukosa alveolar akan

berperan sebagai jaringan marginal sekeliling gigi. Jaringan yang perlekatannya longgar dan

tidak berkeratin ini tidak dapat menahan tekanan dari penyikatan gigi maupun ektruksi makanan

pada waktu pengunyahan sehingga mudah terjadi resesi. Tekanan oklusal yang berlebihan bisa

menyebabkan terposisinya plat tulang vestibular dan oral yang tipis, sehingga gingiva rentan

untuk mengalami resesi.6

2.4 Pemicu dan mulai terjadinya hipersensitif dentin

Pemicunya berupa rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka seperti taktil atau

sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas atau dingin. Namun, rangsangan dingin

(22)

rangsangan dingin menyebabkan gerakan cairan ke luar dan menghasilkan respon saraf lebih

cepat dan besar bila dibandingkan dengan rangsangan panas yang menyebabkan gerakan cairan

ke arah dalam.14,15 Hal ini dapat menjelaskan bahwa adanya respon yang cepat dan hebat terhadap rangsangan dingin dibandingkan dengan respon yang lambat terhadap rangsangan

panas. Oleh karena itu, perubahan tekanan sepanjang dentin akan mengubah reseptor nyeri pada

daerah pulpodentinal.14

Seperti yang dijelaskan pada teori hidrodinamik bahwa pergerakan cairan dalam tubulus

dentin (ke dalam dan ke luar) akan menyebabkan stimulus pada saraf pulpa.15 Dan teori hirodinamik juga menyimpulkan bahwa hipersensitif dentin dimulai dari dentin yang terpapar

mengalami rangsangan, lalu cairan tubulus bergerak menuju reseptor saraf perifer pada pulpa

yang kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke otak dan akhirnya timbul persepsi rasa

sakit.3,4

Beberapa pasien yang terkena termal dingin dan panas biasanya giginya terasa ngilu. Jika

permukaan marginal pada bukal gigi akan sensitif untuk dingin atau sentuhan mekanis, kasus

yang utama permukaan akar sensitif menyebabkan resesi gingiva. Biasanya pada kasus yang lain

diakui hipersensitivitas adalah bleaching (pemutihan) gigi. Ketika sensitivitas dapat membuat

pasien mulai menyikat gigi pada daerah yang sensitif maka hal itu akan menambah

perkembangan dari inflamasi gingiva dan sensitivitas meningkat. Termal sensitivitas di atas

permukaan oklusal mungkin mengindikasi restorasi yang salah atau pemakaan pada permukaan

oklusal yang berlebihan mempengaruhi nervus pada gigi. Tekanan sensitivitas dapat diindikasi

dengan kuat atau restorasi fraktur atau fraktur gigi. Banyak pasien biasanya bertanya apa yang

membuat gigi mereka sensitif. Respon yang positif harus diikuti dengan teliti pada gigi dari

(23)

gigi dapat digunakan untuk melihat kondisi gigi dengan bantuan cahaya lampu. Daerah sensitif

harus dicatat pada rekam medik pasien dan dipertimbangkan untuk rencana perawatan yang

selanjutnya.12

Gambar 5. Gambaran etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin (Strassler HE,

Drisko CL, Alexander DC.

---00000---

(24)

BAB III

PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN

Ada beberapa metode yang digunakan untuk merawat, menghilangkan dan menangani

hipersensitif dentin. Perawatan akan lebih berhasil bila faktor yang memperparah hipersensitif

dapat dihilangkan atau dikurangi.16 Ada dua prinsip perawatan hipersensitif dentin, yaitu mencegah aliran cairan tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap saraf.17

Perawatan hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara invasif dan non-invasif. Perawatan

invasif termasuk bedah gingiva, aplikasi resin dan pulpektomi. Perawatan non-invasif dengan

menggunakan bahan-bahan topikal dan pasta gigi yang terdiri dari bahan-bahan desensitisasi

aktif.14 Berikut ini akan dijelaskan mengenai perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif dan invasif.

3.1 Perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif

Perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif seperti pasta desensitisasi dan agen

topikal merupakan perawatan yang ringan dan mudah dilakukan oleh pasien ataupun dokter gigi.

Perawatan non-invasif lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan perawatan invasif.2 Perawatan non-invasif betul-betul dipertimbangkan supaya menjadi perawatan yang sederhana,

harga dapat terjangkau dan menjadi perawatan yang tepat bagi kebanyakan pasien.14 Perawatan non-invasif ini meliputi dua cara, yaitu perawatan di rumah oleh pasien sendiri dan perawatan di

klinik.

3.1.1 Perawatan di rumah oleh pasien sendiri

Pemeriksaan dan evaluasi yang teliti terhadap kebiasaan menjaga kesehatan rongga mulut

(25)

sangat penting diketahui sebelum menyarankan perawatan berikutnya. Sebelum perawatan

pasien harus menunjukkan cara menyikat gigi dan teknik penggunaan benang gigi yang biasa

digunakan, hal ini akan memberikan informasi penilaian yang tidak terhingga. Perubahan

sederhana dalam hal kebiasaan dan tindakan pasien dapat memberikan pengaruh yang positif

terhadap perawatan dan pencegahan hipersensitif. Sensitifitas yang tidak responsif terhadap

strategi perawatan di rumah harus dievaluasi kembali untuk perawatan professional di klinik.16 Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang harus dianjurkan pada pasien pada

perawatan ini, yaitu menyikat gigi, penggunaan pasta gigi, pemakaian obat kumur, modifikasi

diet dan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan parafungsi.

3.1.1.1 Menyikat gigi

Ada beberapa hal yang harus dianjurkan pada pasien dengan perawatan menyikat gigi.

Menyikat gigi secara manual dengan sikat gigi biasa harus menggunakan sikat gigi yang lembut

dengan ujung bulu sikatnya bulat dan lembut, hal ini untuk mengurangi resiko terjadinya resesi

gingiva dan abrasi akibat terbukanya sementum dan dentin. Urutan menyikat gigi paling baik

dimulai pada kuadran gigi yang tidak sensitif kemudian diakhiri pada kuadran gigi yang paling

sensitif. Gerakan pada waktu menyikat gigi lebih baik berpusat pada satu sampai dua gigi

daripada gerakan horizontal yang panjang yang meliputi beberapa gigi.15,16 Tekanan pada waktu menyikat gigi juga harus ringan dan minimal.16

Tujuan menyikat gigi ada tiga, yaitu:

1. Untuk mengurangi resiko terjadinya resesi gingiva dan abrasi akibat terbukanya

sementum dan dentin.15,16

2. umtuk menjaga kebersihan mulut secara mekanis.5

(26)

3.1.1.2 Penggunaan pasta gigi

Pasta gigi yang digunakan mengandung bahan desensitisasi dan pasta gigi ini sesuai

untuk hipersensitif yang ringan sampai sedang.16 Pasta gigi merupakan perawatan hipersensitif dentin yang paling sering dan mudah dilakukan. Beberapa pasta gigi mengandung bahan yang

dapat menutup tubulus dentin seperti strontium salt dan fluoride. Selain itu ada juga pasta gigi

yang mengandung bahan yang dapat mematikan elemen vital di dalam tubulus dentin seperti

formaldehid. Saat ini, sebagian besar pasta desensitisasi mengandung bahan yang mengurangi

hipersensitif dentin seperti potassium salt (potassium nitrate, potassium chloride atau potassium

citrate).2,17

Pasta gigi yang mengandung potassium nitrate telah digunakan sejak tahun 1980. Setelah

itu, pasta gigi yang mengandung potassium chloride atau potassium citrate diproduksi. Ion

potassium menyebar sepanjang tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap saraf-saraf

interdental dengan mengubah potensial membran saraf-saraf tersebut.2

Sejak tahun 2000, penelitian mengenai pasta gigi yang mengandung potassium telah

banyak dilakukan. Para peneliti tersebut menemukan bahwa pasta gigi yang mengandung bahan

5% potassium nitrate atau 3,75% potassium chloride secara signifikan dapat mengurangi

hipersensitif dentin. Pasta gigi yang mengandung 5% potassium nitrate dan 0,454% stannous

fluoride secara signifikan juga mengurangi hipersensitif dentin. Salah satu pasta gigi yang

mengandung potassium nitrate yang sering dipakai untuk mengurangi hipersensitif dentin yakni

sensodyne (Gambar 11).9 Disamping itu, ada juga pasta gigi yang mengandung gabungan antara

bahan desensitisasi, seperti fluoride (sodium monofluorophosphate, sodium fluoride, stannous

(27)

Gambar 6. Pasta gigi yang sering dipakai untuk mengurangi hipersensitif dentin. (Drisko CH.

International Dental Journal, 2002; 52: 389)

3.1.1.3 Pemakaian obat kumur

Disamping pasta gigi, obat kumur juga merupakan bahan desensitisasi. Penelitian Gillam

DG dkk dan Pereira R dkk menemukan bahwa obat kumur yang mengandung potassium nitrate

dan sodium fluoride, potassium citrate atau sodium fluoride dapat mengurangi hipersensitif

dentin. Obat kumur merupakan bahan desensitisasi yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri di

rumah.2

Pemakaian obat kumur yang dianjurkan adalah kombinasi antara klorheksidin 0,12% dan

sodium fluoride 0,2%. Obat kumur potassium nitrate 3% atau sodium fluoride 0,2% juga

memperlihatkan efek terapeutik untuk mengurangi hipersensitif.16 3.1.1.4 Modifikasi diet

Beberapa anjuran dalam mengatur pola makan, yaitu konsumsi makanan dan minuman

(28)

minuman karbonat harus dikurangi, karena makanan dan minuman ini dapat menyebabkan erosi

enamel atau sementum dan terbukanya lapisan dentin. Menyikat gigi segera setelah

mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung asam harus dihindarkan karena hal ini

dapat mempercepat efek kombinasi dari abrasi dan erosi. Kehilangan enamel yang banyak dari

kombinasi kebiasaan yang bersifat abrasif dan erosif dari tindakan pembersihan dan terpapar

asam secara terus-menerus telah dilaporkan sebelumnya.16

Pada perawatan hipersensitif, menyikat gigi sebelum memakan makanan yang

mengandung asam dan makanan lainnya sangat dianjurkan, walaupun hal ini berlawanan dengan

yang dianjurkan pada pencegahan karies. Saran tambahan untuk mengurangi hipersensitif

termasuk mengisap minuman asam dengan sedotan, mengurangi kuantitas dan frekuensi

mengkonsumsi asam, meminum minuman yang netral atau alkalin seperti air dan susu setelah

mengkonsumsi makanan asam dan menghindari makanan yang mempunyai rasa tajam, pedas

atau panas dan dingin.16

3.1.1.5 Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan parafungsi

Kebiasaan parafungsi, seperti clenching dan bruxism, mungkin merupakan faktor

penyebab oklusi eksentrik yang dapat menyebabkan gigi menjadi rapuh serta berpotensi

menyebabkan lesi abfraksi. Secara mikroskopis kehilangan enamel pada bagian servikal gigi

memegang peranan pada hipersensitif dentin dimana tubulus dentin menjadi terbuka dan mudah

terjadi erosi. Metode pengurangan tekanan pada awalnya dapat mengurangi kebiasaan ini.

Pembuatan occlusal night guards secara professional buatan pabrik juga dapat mengurangi

(29)

3.1.2 Perawatan di klinik

Metode perawatan di klinik oleh dokter gigi bertujuan untuk menutup tubulus dentin.16 Metode ini, menutup tubulus dentin secara fisikal dengan varnish dan bahan pelapik yang dapat

menyebabkan masuknya ion ke dalam tubulus yang mengakibatkan pembentukan kristal

intratubular dan menempatkan ionomer kaca atau restorasi bahan bonding untuk menghalangi

stimulus secara fisikal.16 Perawatan di klinik yang dapat dilakukan, yaitu pemberian bahan desensitisasi topikal.

3.1.2.1 Bahan desensitisasi topikal

Bahan desensitisasi topikal seperti fluoride, potassium nitrate, oxalate, dan calcium

phosphates, arginin-kalsium karbonat desensitisasi pasta sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi di

praktek. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan efek perawatan yang lebih maksimal. Bahan

topikal fluoride seperti sodium fluoride dan stannous fluoride dapat mengurangi hipersensitif

dentin dengan cara mengurangi permeabilitas dentin. Hal ini dimungkinkan oleh adanya

pengendapan calcium fluoride yang tidak terlarut di dalam tubulus. Potassium nitrate yang

biasanya terdapat pada pasta gigi, juga dapat digunakan secara topikal. Potassium nitrate tidak

mengurangi permeabilitas dentin, namun ion potassium mengurangi rangsangan terhadap saraf.

Oxalate juga merupakan bahan desensitisasi topikal. Pada tahun 1981, Greenhill dan Pashley

melaporkan bahwa 30 % potassium oxalate dapat mengurangi permeabilitas dentin sekitar 98 %.

Sejak saat itu, sejumlah bahan desensitisasi yang mengandung oxalate diproduksi. Selain

mengurangi permeabilitas dentin, bahan yang mengandung oxalate juga dapat menutup tubulus

dentin. Calcium phosphates juga efektif dalam mengurangi hipersensitif dentin dengan cara

(30)

Sebuah studi di unversitas new York-stony brook, melaporkan tentang perkembangan

teknologi bahan anti sensitivitas baru dimana saliva berperan penting dalam mengurangi

sensitivitas dentin, komponen baru ini adalah arginin, yang merupakan sebuah asam amino

bermuatan positif dan mempunyai ph fisiologis yaitu 6,5-7,5 , bikarbonat, PH buffer, kalsium

karbonat, dan sebagai sumber kalsium. Arginin-kalsium karbonat desensitisasi pasta juga efektif

untuk mengobati hipersensitif dentin dengan cara menutup tubulus dentin yang terbuka. Arginin-

kalsium karbonat desensitisasi pasta ini digunakan segera setelah prosedur scalling gigi. dokter

gigi harus berhati-hati mengkilapkan gigi dengan bahan arginin-kalsium-karbonat desensitisasi

pasta ke semua daerah permukaan gigi yang sensitif, terutama pada Batas Sementum Enamel

(BSE), sementum dan dentin yang terpapar.17

Gambar 7. Pasta gigi yang mengandung arginin-kalsium karbonat.

( Panagakos F.,Schiff T.,Guignon A. American journal of Dentistry,2009)

3.2 Perawatan hipersensitif dentin secara invasif

Perawatan ini harus memiliki keahlian khusus dan hanya dilakukan oleh dokter gigi.

(31)

secara non-invasif.2,17 Berikut ini akan dijelaskan mengenai iontophoresis, laser, aplikasi resin, bedah gingiva dan pulpektomi.

3.2.1 Iontophoresis

Perawatan invasif lainnya adalah iontophoresis yang merupakan perawatan dengan

menggunakan daya listrik untuk meningkatkan difusi ion-ion ke dentin. Dental iontophoresis

biasanya digunakan bersamaan dengan penggunaan pasta fluoride.2 Walaupun prosedur ini efektif untuk perawatan hipersensitif dentin, prosedur ini relative mahal, meliputi peralatan yang

khusus dan sering memerlukan lebih dari satu kali aplikasi.16

Gambar 8. Sistem iontoporesis.

(28 juni 2010)

3.2.2 Laser

Perawatan dengan menggunakan laser juga dapat merawat hipersensitif dentin,

tergantung pada jenis laser dan parameter perawatan. Penelitian Lier BB dkk melaporkan bahwa

laser neodymium: Yttrium-Aluminum-Garnet (YAG), laser erbium: YAG dan laser

galium-aluminium- arsenide tingkat rendah juga dapat mengurangi hipersensitif dentin. Namun, terapi

(32)

3.2.3 Aplikasi resin

Bahan resin dan adesif seperti fluoride varnish, oxalic acid dan resin, sealant dan primer,

etching dan adhesive dapat juga digunakan sebagai perawatan hipersensitif dentin. Bahan resin

dan adesif lebih adekuat sebagai perawatan hipersensitif dentin dibandingkan dengan yang

topikal. Hal ini dikarenakan bahan desensitisasi topikal tidak berikatan dengan struktur gigi dan

efeknya hanya sementara. Pada tahun 1970, Brännström dkk menyarankan penggunaan resin

untuk mengurangi hipersensitif dentin. Saat ini, perawatan hipersensitif dentin yang paling sering

digunakan melibatkan bahan adesif diantaranya varnish, bahan bonding dan bahan restorasi.2 3.2.4 Bedah gingiva

Prosedur cangkok jaringan dapat digunakan untuk menutupi permukaan gigi yang sensitif

dan melindungi tubulus dentin dari lingkungan oral.16 Jika faktor etiologi hipersensitif dentin merupakan resesi gingiva, maka perawatan yang dipilih adalah bedah mukogingiva, seperti

lateral sliding flaps, coronally positioned flaps dan connective tissue grafts, yang menghasilkan

penutupan akar yang tersingkap sekitar 65 % hingga 98 %. Regenerasi jaringan terarah (Guided

tissue regeneration) juga mulai dikenal sebagai perawatan resesi gingiva dengan menggunakan

membran yang bioabsorbable atau nonabsorbable dan mampu menutup akar yang tersingkap

sekitar 48 % hingga 92 %.13 3.2.5 Pulpektomi

Pulpektomi dapat dilakukan untuk merawat hipersensitif dentin. Namun, perawatan ini

dipilih sebagai jalan terakhir. Pulpektomi merupakan perawatan saluran akar yang terpapar

dengan cara membuang pulpa dan jaringan periradikular. Biasanya, kamar pulpa dibuka untuk

(33)

proses debridemen dan preparasi saluran akar dilakukan. Lalu proses pengisian saluran akar

dilakukan dengan bahan yang diterima secara biologis dan tidak diserap (nonresorbable).18

Pada perawatan hipersensitif dentin akan dibahas mengenai batasan untuk

mengindikasikan perawatan invasif dengan penutupan resesi gingiva dan syarat yang harus

dipenuhi agar penutupan resesi gingiva dapat dilakukan.

3.2.6 Batasan untuk mengindikasikan perawatan invasif dengan penutupan resesi gingiva.

Jika faktor etiologi hipersensitif dentin merupakan resesi gingiva, maka perawatan yang

dipilih adalah bedah mukogingiva, seperti lateral sliding flaps, coronally positioned flaps dan

connective tissue grafts, yang menghasilkan penutupan akar yang tersingkap sekitar 65 % hingga

98 %. Regenerasi jaringan terarah (Guided tissue regeneration) juga mulai dikenal sebagai

perawatan resesi gingiva dengan menggunakan membran yang bioabsorbable atau

nonabsorbable dan mampu menutup akar yang tersingkap sekitar 48 % hingga 92 %.13

Biasanya pada resesi gingiva yang panjang apalagi lebar dan keadaan jaringan di

sekitarnya memungkinkan, maka harus ditanggulangi secara bedah periodontal. Pada umumnya

penutupan resesi gingiva dilakukan dengan tindakan bedah mukogingiva, disebut pula sebagai

bedah plastik, tetapi tidak banyak kasus yang dirawat secara bedah. Tindakan bedah

mukogingiva diindikasikan untuk penutupan resesi gingiva jika sudah menyebabkan gangguan

estetis. Dalam perawatan resesi, patut ditekankan hanya sedikit yang dapat berhasil dirawat

secara bedah. Indikasinya adalah jika resesi yang berhubungan dengan perlekatan otot tetapi

attached gingiva tidak cukup, harus disertai tindakan free gingival graft setelah perlekatan otot

dibebaskan. 19

Tindakan bedah mukogingiva juga diindikasikan pada daerah resesi yang signifikan

(34)

dapat dikatakan sebagai prosedur graft jaringan. Walaupun tidak didapat lebar minimal dari

gingiva cekat, kebanyakan sering menggunakan lebar 3 mm, khususnya jika restorasi gigi akan

melibatkan manipulasi dari jaringan gingiva. Ketika jaringan gingiva yang tipis atau resesi,

mukogingival prosedur terkadang dilakukan sebelum pergerakan gigi yang memakai orthodonti

walaupun masih kontroversi indikasi lain dari bedah yaitu untuk mengkontrol masalah

mukogingiva yang bagian labialnya lebar atau perlekatan frenulum lingual dekat tepi gingiva

yang dapat menghasilkan diastema yang tidak terlihat dan vestibular yang dangkal yang harus

dijadikan dalam untuk meningkatkan retensi yang membantu khususnya pada pasien dengan

menggunakan gigi tiruan removable.20

3.2.7 Syarat yang harus dipenuhi agar penutupan resesi gingiva dapat dilakukan.

Pada perawatan resesi gingiva harus memenuhi kriteria-kriteria antara lain: marginal

gingiva dapat menutupi cemento enamel junction, kedalaman sulkus gingiva berkisar kurang

lebih 2 mm, tidak ada perdarahan saat probing, adanya gingiva berkeratin, warna gingiva sama

dengan sekitarnya serta tidak ada keluhan hipersensitif dentin. Kriteria tersebut hanya dapat

dicapai dengan teknik bedah mukogingiva, sedangkan banyak penderita resesi yang tidak

mungkin dilakukan perawatan dengan prosedur bedah karena beberapa alasan adanya

kontraindikasi dilakukan tindakan operasi.21

(35)

BAB IV

TEKNIK-TEKNIK YANG DAPAT DIGUNAKAN

UNTUK PENUTUPAN RESESI GINGIVA

Perawatan invasif dilakukan apabila resesi gingiva yang panjang apalagi lebar dan

keadaan jaringan di sekitarnya memungkinkan, maka harus ditanggulangi secara bedah

periodontal. Pada umumnya penutupan resesi gingiva dilakukan dengan tindakan bedah

mukogingiva,disebut pula sebagai bedah plastik, tetapi tidak banyak kasus yang dirawat secara

bedah karena harus dipertimbangkan oral hygiene, ada tidaknya gingivitis dan periodontitis

terutama yang disertai kehilangan perlekatan yang banyak dan kebiasaan merokok. Tindakan

bedah mukogingiva diindikasikan untuk penutupan resesi gingiva jika sudah menyebabkan

gangguan estetis.21 Pada bab ini akan dibahas tiga teknik bedah mukogingiva yang dapat digunakan untuk penutupan resesi gingiva yaitu coronally advanced flap, cangkok jaringan ikat

subepitel dan regenerasi jaringan terarah.

4.1 Coronally advanced flap

Perawatan resesi gingiva digunakan untuk mengurangi sensitivitas akar dan memperbaiki

masalah estetis. Coronally advanced flap adalah salah satu dari banyak teknik bedah

mukogingiva yang diindikasikan pada resesi kelas I dan II (menurut klasifikasi Miller). 22 Prosedur kerja coronally advanced flap, yaitu:22,23

1. Dilakukan anestesi lokal (mepivacain dengan adrenalin 1:100.000)

2. Sebuah insisi intrasulkular dibuat dengan pisau bedah pada aspek bukal gigi yang terlibat.

Insisi horizontal ini diperpanjang ke mesio-distal melibatkan pembedahan aspek bukal

(36)

3. Dua insisi oblik dilakukan dari mesial dan distal dari insisi horizontal melewati batas

mukogingiva. Flep ketebalan penuh berbentuk trapesium dibuka dengan elevator

periosteal ke arah batas mukogingiva.

4. Kemudian dilakukan diseksi ketebalan sebagian yang dilakukan ke arah apikal menuju

puncak tulang marginal, dengan meninggalkan periosteum tetap utuh.

5. Sebuah diseksi mesial-distal dan apikal sejajar ke bagian mukosa vestibular dilakukan

untuk melepaskan ketegangan otot dan membantu pergeseran flep ke arah koronal.

6. Papila yang bersebelahan dengan gigi terlibat dideepithelialisasi.

7. Flep diposisikan ke koronal, lalu dijahit dengan benang ukuran 5-10 seperti yang

dijelaskan oleh Allen dan Miller, sedangkan bagian mesial dan distal flep dijaga

(37)

Gambar 9. Teknik coronally advanced flap dengan insisi vertikal. (a) insisivus lateral dan

kaninus atas yang resesi (b) flep dengan dua insisi vertikal yang oblik divergen dibuka berupa split-full-split (c) jaringan lunak mesial dan distal dari insisi vertikal dan papila interdental yang diepitelisasi (d) flap dijahit koronal ke CEJ dari masing-masing gigi yang di rawat (e) 12 bulan setelah penutupan akar kompleks dan seluruh perawatan resesi gingiva mempunyai warna yang baik di area jaringan lunak tersebut. (Zucchelli G, Melle M, Marzadori M,dkk. J. Periodontal, 2009; 1087)

Perawatan pasca bedah, penggunaan kantong es direkomendasikan selama 3 jam. Pasien

dianjurkan untuk sementara berhenti menyikat gigi, menghindari trauma di sekitar lokasi bedah,

dan mengurangi merokok. Kumur-kumur dengan klorheksidin diglukonat 0,12% sebanyak 4 kali

(selama 60 detik) setiap hari selama 10 hari pertama, dan pemberian analgesik, seperti

Nimesulide (100mg dua kali sehari) direkomendasikan untuk rasa sakit. Jahitan dapat dibuka

setelah 10 hari. semua pasien dianjurkan untuk membersihkan daerah bedah dengan kapas

(38)

setelah operasi, pasien diperintahkan untuk melanjutkan pembersihan gigi mekanis daerah yang

dirawat dengan menggunakan sikat gigi lembut dan teknik roll secara hati-hati. 22,23 4.2 Cangkok jaringan ikat subepitel

Teknik cangkok jaringan ikat subepitel (subepithelial connective tissue graft/SCTG)

sebagaimana digambarkan oleh Langer dan Langer sebagai salah satu penutupan akar gigi yang

tersingkap akibat resesi gingiva yang memberikan keberhasilan hingga 90%, keberhasilan teknik

ini ditandai dengan suplai darah ganda pada sisi resipien yaitu dari basis jaringan ikat subepitel

dan flep diatasnya. Tenik cangkok jaringan ikat subepitel ini telah menjadi pilihan dalam

perawatan resesi gingiva yang multipel pada rahang atas.24

Indikasi cangkok jaringan ikat subepitel adalah daerah donor yang inadekuat untuk

horizontal sliding flap, resesi gingiva yang luas melibatkan beberapa gigi (multipel) dan

terisolasi, kombinasi akar yang tersingkap multipel dimana gingiva cekat minimal dan resesi

yang berdekatan dengan daerah edentulous yang juga berada dekat tinggi linggir alveolaris.24 Prosedur kerja cangkok jaringan ikat subepitel, yaitu: 25

1. Permukaan akar gigi yang terkena dikuret menggunakan instrumen manual dengan

menyisakan sementum yang ada dan kemudian dikondisikan, bisa dengan pasta

tetrasiklin selama 3 menit. Setelah mengkondisikan, permukaan gigi dibasahi dengan air.

2. Teknik ini dikombinasikan dengan teknik coronally advanced flap. Flep dibuat 2-3 mm

apikal ke puncak tulang alveolar untuk memfasilitasi posisi flep koronal tanpa adanya

regangan. CTG (connective tissue graft) itu tetap terbuka sampai batas tertentu mengikuti

morfologi gingiva guna melindungi bagian cangkok yang ditutupi atau ditimpa flep.

3. Setelah insisi flep dan penyiapan daerah resipien papila disekitar mesial dan distal dari

(39)

4. CTG (connective tissue graft) itu diperoleh dari langit-langit dan ditrim untuk menutupi

permukaan akar yang tersingkap, meluas 2-4 mm kearah peripheral. CTG ditempatkan

sedemikian sehingga sisi internal menghadapi permukaan akar.

5. Cangkok dijahit menggunakan benang teresorbsi dengan jahitan sling dengan benang

ukuran 4-0. Flep gingiva adalah coronally advanced flap dan diposisikan untuk

benar-benar menutup autograft, dan dijahit dengan menggunakan teknik jahitan sling. Insisi

releasing ditutup dengan jahitan yang sederhana, cangkokan underlaid terpapar dan

tertutup.

6. Daerah donor palatal dijahit untuk mencapai penutupan primer. Pembalut periodontal

(40)

Gambar 10. Teknik cangko k jaringan ikat subepitel. (a) Resesi gingiva (kedalaman 4 mm)

(41)

Perawatan pascaoperasi termasuk pemberian antibiotik seperti amoksisilin 500 mg tiga

kali sehari selama 10 hari, dan analgesik seperti naproxen sodium 375 mg setiap 8 sampai 12 jam

yang diperlukan untuk sakit selama 7 hari, dan kumur-kumur dengan 0,2% khlorheksidin

glukonat dua kali sehari selama 1 menit, selama 2 minggu. Jahitan dibuka setelah 10 sampai 14

hari. Pasien diberitahukan tentang perawatan di rumah yang tepat pasca operasi dan dimotivasi

pada setiap kunjungan. 25

4.3 Regenerasi jaringan terarah

Teknik regenerasi jaringan terarah atau guided tissue regeneration (GTR) juga telah

digunakan untuk penanggulangan resesi gingiva, dengan penutupan akar yang lebih stabil dan

penyembuhan dengan pembentukan sementum, ligamen periodontal, dan tulang baru di

permukaan akar yang terbuka. Tingkat keberhasilan teknik ini dilaporkan tercapainya penutupan

akar 54% sampai 92%. Teknik GTR didasarkan pada pemeliharaan ruang regeneratif untuk

stabilisasi bekuan darah. Membran yang digunakan adalah yang teresorbsi dan tidak teresorbsi.26 Prosedur kerja regenerasi jaringan terarah, yaitu:27

1. Setelah dilakukan penyerutan akar, insisi intrasulkular dihubungkan dengan insisi

horizontal bagian mesial dan distal, yang dilakukan tegak lurus ke permukaan tulang.

2. Kemudian dua insisi vertikal diperpanjang pada apikal ke mukosa alveolar sehingga flep

dapat ditempatkan di koronal.

3. Dengan flep ketebalan penuh, flap diperluas minimal 3 mm pada tulang yang terpapar

disekitar akar yang tersingkap. Sebuah barrier (membran) teresorbsi dipotong dan

(42)

4. Membran ditempatkan sedemikian sehingga tepi berada di CEJ. Pada aspek palatal,

sebuah sayatan intrasulkular dilakukan pada flep ketebalan sebagian untuk melindungi

simpul subgingiva.

5. Flep vestibular kemudian diposisikan kekoronal dan dijaga agar benar-benar menutup

membran, setelah itu dijahit pada posisi ini.

Pasien melakukan kompres dengan bungkusan es selama 15 menit per jam untuk 4 jam

pertama. Pasien disarankan untuk menghindari mengunyah dan trauma, dan tidak menyikat

daerah bedah selama 10 hari. Pasien diresepkan obat kumur klorheksidin diglukonat 0, 12%

untuk kumur-kumur dua kali sehari selama 3 minggu dan obat analgesik seperti ibuprofen 200

mg 6 kali per hari selama 3 hari. Pada hari ke 10, jahitan dibuka dan menyikat dengan sikat gigi

(43)

Gambar 11. Teknik regenerasi jaringan terarah.(a) terlihat resesi gingiva bagian bukal. (b) insisi

horizontal dan pelepasan insisi. (c) aspek setelah pembukaan flep ketebalan penuh (d) Membran digunting dan dijahit dengan posisi bar ke Batas Sementum Enamel (BSE). (e) hasil setelah 6 bulan.(Borghetti A, Glise JM, Corti VM, Dejou J. J. Periodontal, 1999;124)

(44)

BAB V

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Proses terjadinya hipersensitif dentin dimulai dari tersingkapnya permukaan akar gigi

akibat resesi gingiva. Pemicunya adalah berupa rangsangan terhadap tubulus dentin yang terbuka

seperti sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas maupun dingin. Rangsangan dingin paling

sering menyebabkan hipersensitif dentin dibandingkan dengan rangsangan panas. Dimana pada

rangsangan dingin menyebabkan pergerakan cairan ke arah luar dan menghasilkan respon saraf

lebih cepat dan besar bila dibandingkan dengan rangsangan panas yang menyebabkan

pergerakan cairan ke arah dalam.

Perawatan hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara non-invasif dan invasif. Perawatan

non- invasif yang meliputi dua cara, yaitu perawatan di rumah oleh pasien sendiri dan perawatan

di klinik. Perawatan di rumah oleh pasien sendiri seperti menyikat gigi, penggunaan pasta gigi,

pemakaian obat kumur, modifikasi diet dan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan buruk.

Perawatan di klinik seperti pemberian bahan desensitisasi topikal. Sedangkan Perawatan invasif

meliputi iontophoresis, laser, aplikasi resin, bedah gingiva dan pulpektomi.

Perawatan invasif dilakukan untuk penutupan resesi gingiva apabila pasien mengeluhkan

tindakan estetis. Ada tiga tehnik bedah mukogingiva yang akan dibahas untuk penutupan resesi

gingiva yaitu coronally advanced flap, cangkok jaringan ikat subepitel dan regenerasi jaringan

terarah. Tehnik coronally advanced flap diindikasikan pada resesi kelas I dan II Miller apabila

gingiva cekat gigi tetangganya tidak adekuat. Tehnik cangkok jaringan subepitel diindikasikan

(45)

mm dan gingiva tipis. Tehnik regenerasi jaringan terarah yang diindikasikan jika kedalaman

resesi mencapai lebih dari 5 mm.

Dalam setiap penatalaksanaan hipersensitif dentin sebaiknya seorang dokter gigi

mengetahui serta menguasai teknik-teknik dalam mengatasi resesi yang mengakibatkan

hipersensitif dentin, ini berguna supaya mendapatkan hasil yang baik serta mengurangi

keparahan dan komplikasi dari hasil teknik pembedahan mukogingiva tersebut.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Porto ICCM, Andrade AKM, Montes MAJR. Diagnosis and treatment of dentinal

hypersensitivity. Journal of Oral Sciene 2009;51(3): 323-332.

2. Kielbassa AM. Dentine hypersensitivity: Simple steps for everyday diagnosis and

management. International Dental Journal, 2002; 52: 394–6.

3. Orchardson R and Gillam DG. Managing dentin hypersensitivity. J Am Dent Assoc, 2006; 137: 990-8.

4. Walters PA. Dentinal Hypersensitivity: A Review. J Contemp Dent Pract ,2005; (6)2: 107-17.

5. Prahasanti C. Penanganan masalah hipersensitif dentin (Management of hypersensitive

dentine). Dental Journal, 2001; 34(3):139.

6. Dalimunthe SH. Periodonsia, Edisi revisi. Medan, 2008: 224-225.

7. Drisko C. Oral hygiene and periodontal considerations in preventing and managing

dentine hypersensitivity. International Dental Journal, 2007; 57(6):1.

8. Assis C.A, Antoniazzi R.P, Zanatta F.B, Rosing C.K. Efficacy of Gluma Desensitizer®

on dentin hypersensitivity in periodontally treated patients. Brazilian Oral Research,

2006; 20(3): 252-6.

9. Drisko CH. Dentine hypersensitivity – dental hygiene and periodontal considerations. International Dental Journal, 2002; 52: 385–393.

10.Pesevska S, Nakova M, Ivanovski K, et.al. Dentinal hypersensitivity following scaling

and root planing: comparison of low-level laser and topical fluoride treatment. Lasers in

Medical Science, 2009: 1007-10.

11.Sauro S. The influence of soft acidic drinks in exposing dentinal tubules after

non-surgical periodontal treatment: A SEM investigation on the protective effects of

oxalate-containing phytocomplex. Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 2007 ;12(7): E542-8.

12.Cameron C.A, Evans G.D, Perry D.A. Assesment of Periodontal Diseases. Eds Perry D.A, Beemsterboer P.L.in Periodontology for the Dental Hygienist. Eds 3. Missouri:

(47)

13.Chonishvili K, Chonishvili V. Tooth sensitivity and whitening. Annals Of Biomedical Research And Education, 2005; 5(4): 269-70.

14.Dababneh R, Khouri A, Addy M. Dentine hypersensitivity – an enigma? A review of

terminology, mechanism, aetiology and management. BDJ, 1999;1:6060-11.

15.Babar Muneer. The Riddle Of Hypersensitive Teeth, Part II.

16.Tillis T.S, Keating J.G. Understanding and managing dentin hypersensitivity.

17.Panagakos F, Schiff T, Guignon A. Dentin hypersensitivity: Effective treatment with an

in-office desensitizing paste containing 8% arginine and calcium carbonate. Am J Dent,

2009; 22: 4A-5A.

18.Clinical Affairs Committee. Guideline on Pulp Therapy for Primary and Immature

Permanent Teeth. American Academy of Pediatric Dentistry, 2009;31(6):183.

19.Mustaqimah DN. Resesi gingiva dan cara mudah melakukan penutupannya. Dentika Dental Journal, 2008;13(1):52-56.

20.Loomer P.M, Perry D.A. Periodontal Surgery. Eds Perry D.A, Beemsterboer P.L.in

Periodontology for the Dental Hygienist. Eds 3. Missouri: Saunders Elsevier, 2007:

304-305.

21.Ulfah N, Krismariono A. Gingiva tiruan sebagai perawatan alternatif untuk resesi

gingiva. Jurnal Majalah Ceril, 2006;9:87-91.

22.Modica F, Pizzo MD, Roccuzzo M and Romagnoli R. Coronally advanced flap for the

treatment of buccal gingival recessions with and without enamel matrix derivative. A

split-mouth study*. J. Periodontol, 2000;71:1693-1698.

23.Prato GP dkk. Coronally advanced flap procedure for root coverage. Treatment of root

surface: root planning versus polishing. J. Periodontol, 1999;70:1064-1076.

24.Sedon CL, Breault LG, Covington LL, and Bishop BG. The subepithelial connective

tissue graft: Part I. Patient selection and surgical techniques. Journal of Contemporary

Dental Practice, 2005;6(1):146-162.

25.Tai H, Moses O, Zohar R, Meir H, and Nemcovsky C. Root coverage of advanced

gingival recessions: A comparative study between acellular dermal matrix allograft and

(48)

26.Rosetti E.P, Marcantonio R.A.C, Carlos R, Chaves E.S, Goissis G, Marcantonio E.

Treatment of gingival recession: comparative study between subepithelial connective

tissue graft and guided tissue regeneration. J. Periodontol, 2000;71:1441-1447.

27.Borghetti A, Glise JM, Corti VM, and Dejou J. Comparative clinical study of a

bioabsorbable membrane and subepithelial connective tissue graft in the treatment of

Gambar

Gambar 1. (A) Tubulus dentin yang tertutup dan (B) Tubulus dentin yang terbuka (Walters PAJ Contemp Dent Pract Mei 2005; (6)2: 108)
Gambar 3. Gambar ilustrasi mekanisme teori hidrodinamik yang diawali oleh adanya rangsangan terhadap syaraf intradental dan akhirnya menimbulkan rasa sakit (Orchardson R and Gillam DG
Gambar 4. Resesi gingiva yang terjadi pada pasien wanita berusia 40 tahun. (Drisko CH
Gambar 5. Gambaran etiologi dan mekanisme terjadinya hipersensitif dentin (Strassler HE, Drisko CL, Alexander DC
+7

Referensi

Dokumen terkait