• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Ekspor Impor Dan Cara Pembayaran Yang Diterima Dalam Perdagangan Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kegiatan Ekspor Impor Dan Cara Pembayaran Yang Diterima Dalam Perdagangan Internasional"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

NAMA : TONDI TRIYONO

NIM : 070200186

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS HUKUM

(2)

KEGIATAN EKSPOR IMPOR DAN CARA PEMBAYARAN YANG DITERIMA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

NAMA : TONDI TRIYONO

NIM : 070200186

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

Disetujui oleh,

Ketua Departemen Hukum Internasional

Arif.S.H.,M.Hum NIP. 1964033001993031002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sutiarnoto MS, S.H.,M.Hum Abdul Rahman,S.H.,M.H. NIP. 195610101986031003 NIP. 195710301984031002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha

Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulisan skripsi ini adalah tugas wajib mahasiswa dalam rangka melengkapi

tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini diberi judul “ KEGIATAN EKSPOR IMPOR DAN CARA

PEMBAYARAN YANG DITERIMA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL”

Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak-Tiada manusia yang

dapat lepas dari kesilapan dan kesalahan”. Skripsi yang telah diselesaikan dengan

segenap hati dan pemikiran ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan

disadari akan adanya kekurangan-kekurangan dalam penyajian maupun dalam

materi pembahasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat

membangun akan diterima dengan baik demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H. M.Hum., selaku Pembantu

Dekan I, Bapak Syafruddin S Hasibuan, SH, DFM, MH., selaku

Pembantu Dekan II, Bapak Muhammad Husni, SH, M.Hum., selaku

(4)

3. Bapak Arif, S.H., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Hukum Internasional

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Sutiarnoto MS, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I.

5. Bapak Abdul Rahman, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing II.

6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Sekertaris Jurusan Hukum

Internasional pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Seluruh staff Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

yang telah memberikan pengetahuan hukum kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis yang tercinta yang tak dapat disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan banyak dorongan moril.

9. Ayah dan ibu tercinta, Tongdy Haidir dan Luan Kiauw yang telah

membesarkan dan menyayangi serta abang dan saudara-saudara penulis

yang amat mendukung dalam penulisan skripsi.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan mengkaji skripsi

ini. Semoga dapat bermanfat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bagi

ilmu hukum.

Medan, Februari 2010

Hormat Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

ABSTRAKSI...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...5

C. Tujuan Pembahasan...5

D. Tinjauan Kepustakaan...6

E. Metode Penelitian……...8

F. Keaslian Penulisan...9

G. Sistematika Penulisan...9

BAB II TINJAUAN UMUM DALAM KEGIATAN EKSPOR-IMPOR A. Pengertian Ekspor – Impor...12

B. Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Kegiatan Ekspor - Impor...14

C. Dokumen-Dokumen dalam Kegiatan Ekspor – Impor...25

D. Syarat-Syarat untuk menjadi Eksportir dan Importir...40

BAB III PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Ekspor dan Impor di Indonesia...42

B. Dasar Hukum Kebijaksanaan Ekspor – Impor...44

C. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Nasional...59

D. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Internasional...63

E. Dampak Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Pemgembangan Ekspor – Impor...68

(6)

BAB IV CARA PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Cara Pembayaran Dengan Menggunakan L/C...79

B. Cara Pembayaran Selain L/C...88

C. Jenis – Jenis Alat Pembayaran Luar Negeri...94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...99

B. Saran...100

(7)

KEGIATAN EKSPOR IMPOR DAN CARA PEMBAYARAN YANG DITERIMA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Sutiarno MS,S.H.,M.Hum *) Abdul Rahman, S.H.,M.Hum **)

Tondi Triyono ***)

ABSTRAKSI

Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.

Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.

Pada perkembangan perdagangan internasional, cara pembayaran dengan uang tunai dianggap kurang begitu aman, maka sebagai pengganti uang tunai dipergunakan sistem pembayaran dengan menggunakan surat berharga dalam transaksi-transaksi perdagangan internasional. Hal ini terjadi diakibatkan pemikiran para pengusaha bahwa dengan menggunakan surat berharga maka akan menghemat waktu dan biaya para pengusaha yang berdomisili dilain negara. Disamping itu pembayaran dengan menggunakan uang tunai dianggap rentan mengalami gangguan, dan surat berharga dianggap cukup memberikan jaminan untuk pemenuhan pembayaran atas barang-barang yang mereka jual.

Dalam skripsi ini akan dibahas tentang kegiatan ekspor – impor dan pelaksanaan ekspor impor di Indonesia dan juga termasuk cara pembayaran dalam transaksi ekspor – impor tersebut.*

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah

Negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan

maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha

dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain,

tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin

beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya.

Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara

yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling

mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya

alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan

tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya

yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara langsung atau tidak

langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu

negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat

didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan

tiap-tiap negara tersebut. 1

Perdagangan internasional merupakan transaksi jual beli (atau imbal beli)

lintas Negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli yang melintasi

1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor Impor dan Imbal

(9)

batasan kenegaraan. Pihak-pihak ini tidaklah harus merupakan pihak-pihak yang

berasal dari Negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda.2

Perdagangan internasional sebenarnya sudah berlangsung beberapa abad

yang lalu tetapi tentu berdasarkan perdagangan yang masih sangat primitif. Sistem

perdagangan yang berlaku saat itu masih berdasarkan suatu sistem barter atau

tukar menukar antara barang dengan barang. Dengan kemajuan peradaban

manusia yang makin lama semakin meningkat, maka terjadilah perubahan yang

amat drastis dan dramatis dengan suatu sistem perdagangan yang sering kita

dengar dalam istilah ”ekspor – impor”. Di dalam dunia modern sekarang, suatu

negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama

dengan negara lain.

Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah

ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih

dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat

tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran

barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul

berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa,

kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.

3

Dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat, distribusi barang-barang

dan jasa menjadi semakin mantap, dan pada akhirnya perkembangan spesialisasi

produk komoditi menjadi semakin luas. Akibat semakin meningkat pula jenis dan

volume produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memuaskan

2 Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis

Yuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27 No. 4 (Tahun 2008). Hal. 24.

3 M.H. Matondang, dkk, Intisari Ekonomi Internasional, Program Pascasarjana,

(10)

kebutuhan konsumen. Perkembangan spesialisasi berarti pula perkembangan

perdagangan karena tidak semua sumber daya yang digunakan untuk

menghasilkan barang-barang dapat diperoleh di dalam negeri. Selain itu,

perdagangan antar negara pun meningkat dengan cepat.4

Dulu David Ricardo pernah menjelaskan mengapa terjadi perdagangan

diantara negara di dunia ini. Dia mendasarkan uraiannya pada prinsip pembagian

kerja secara internasional yang didasarkan pada ”Teori Keunggulan Komparatif”

yang dimiliki oleh tiap-tiap negara. Katanya sebaiknya setiap negara

mengkhususkan diri pada kegiatan-kegiatan ekonomi dimana dia memiliki

keunggulan komparatif. Misalnya Portugal mengkhususkan dirinya dalam

produksi anggur. Karena iklim negara tersebut cocok untuk kebun anggur.

Dengan demikian memproduksikan anggur di Portugal lebih murah daripada

misalnya di Inggris. Sedangkan Inggir mengkhususkan diri pada bahan pakaian

wol. Karena iklim di negara ini sangat tepat untuk padang rumput dimana

domba-domba hidup berkeliaran. Bahan pakaian wol yang dibuat di Inggirs lebih murah

biaya produksinya dibandingkan di Portugal. Kedua negara ini kemudian

mempertukarkan hasil produksinya melalui perdagangan internasional, dengan

cara mengekspor dan mengimpor barang tersebut, dalam sistem perdagangan

internasional seperti ini maka semua pihak akan diuntungkan, harga anggur dan

pakaian wol jadi murah bagi kedua negara tersebut.5

Pada perkembangan perdagangan internasional, cara pembayaran dengan

uang tunai dianggap kurang begitu aman, maka sebagai pengganti uang tunai

dipergunakan system pembayaran dengan menggunakan surat berharga dalam

4

Ibid., hal. 7 – 8.

5 Martin Khor Kok Peng, Imperliasme Ekonomi Baru Putaran Uruguay dan Kedaulatan

(11)

transaksi-transaksi perdagangan internasional. Hal ini terjadi diakibatkan

pemikiran para pengusaha bahwa dengan menggunakan surat berharga maka akan

menghemat waktu dan biaya para pengusaha yang berdomisili dilain negara.

Disamping itu pembayaran dengan menggunakan uang tunai dianggap rentan

mengalami gangguan seperti perampokan ataupun kehilangan, dan surat berharga

dianggap cukup memberikan jaminan untuk pemenuhan pembayaran atas

barang-barang yang mereka jual.

Untuk lalu lintas perdagangan di dalam negeri, maka cara pembayarannya

cukup dilakukan dengan pembayaran cek, giro, ataupun wesel. Tetapi sudah

menjadi kenyataan yang tidak dapat disangkal lagi bahwa untuk lalu lintas

perdagangan internasional agar lebih efisien dan efektif diperlukan peranan dari

pihak Bank sebagai perantara untuk melakukan pembayaran atas perjanjian jual

beli yang telah disepakati. Sehingga wajar bila dewasa ini. Bank tidak lagi hanya

dianggap sebagai tempat untuk menyimpan atau meminjam uang saja, tetapi juga

merupakan pihak perantara dalam memecahkan masalah pelaksanaan pembayaran

apabila para pengusaha mengadakan transaksi perdagangan antar negara.

Kiranya sangat menarik untuk mengetahui dan mempelajari secara

mendalam tentang hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan ekspor impor dan

cara pembayaran yang digunakan dalam transaksi ini, untuk memperoleh

(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi pembahasan dalam

Kegiatan Ekspor Impor dan cara pembayaran yang diterima dalam Perdagangan

Internasional ini antara lain :

1. Bagaimana gambaran umum tentang ekspor impor dalam perdagangan

internasional.

2. Bagaimana pelaksanaan dan ketentuan ekspor impor dalam perdagangan

internasional.

3. Bagaimana prosedur pembayaran ekspor – impor dan cara pembayaran yang

digunakan dalam perdagangan internasional.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Bahwa penulisan skripsi ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :

1. Untuk dapat mengetahui gambaran umum tentang ekspor - impor dalam

perdagangan internasional.

2. Untuk dapat mengetahui pelaksanaan dan ketentuan ekspor - impor dalam

perdagangan internasional.

3. Untuk dapat mengetahui prosedur pembayaran ekspor – impor dan cara

pembayaran yang digunakan dalam perdagangan internasional.

Disamping itu, skripsi ini memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat.

Kegiatan Ekspor – Impor merupakan salah satu penggerak roda perekonomian

(13)

semakin berkembang dan diharapkan dapat memberikan informasi didalam

melakukan transaksi ekspor – impor.

2. Bagi Fakultas.

Dapat memberikan atau menambah perbendaharaan pustaka, terutama dalam

bidang ekspor – impor.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan.

Dapat memberikan sedikit sumbangan bagi ilmu pengetahuan, dan sebagai

bahan pemikiran atau pedoman dalam rangka pembuatan peraturan

perundang-undangan yang baru dalam ekspor impor

D. Tinjauan Kepustakaan

Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara

yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling

mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya

alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan

tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya

yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. 6

Adanya interdependensi kebutuhan itulah yang menyebabkan adanya

perdagangan internasional.7

6

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor Impor dan Imbal Beli), Jakarta: (PT RajaGrafindo Persada), 2000, Hal. 1.

7 Ibid.

Perdagangan internasional menjadi suatu kebutuhan

yang mendasar untuk kelangsungan dalam interdependensi ekonomi dunia.

Perdagangan internasional merupakan transaksi jual beli (atau imbal beli) lintas

Negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli yang melintasi

(14)

berasal dari Negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda.8 Dari

segi legal, transaksi perdagangan internasional berarti suatu transaksi yang

melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional. Suatu perdagangan

dikatakan sebagai perdagangan internasional, jika transaksi jual beli telah

menyebabkan terjadinya pilihan hukum antara dua sistem hukum yang berbeda,

dan benda yang diperjualbelikan harus diserahkan melintasi batas-batas

kenegaraan, dan keberadaan unsur asing atau elemen asing bagi sistem hukum

yang berlaku.9

Cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk

lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu muncul cara-cara

pembayaran yang lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi di dalam kenyataannya,

seperti yang dikemukakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjutak : ”adalah menjadi

suatu kenyataan bahwa pada zaman sekarang ini di dalam lalu lintas perdagangan

terdapat suatu kemajuan dalam cara-cara pembayaran dengen mempergunakan

alat-alat pembayaran kredit dan pembayaran kontan selain dengan mata uang”10

1. Pembayaran dimuka (Advance Payment)

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PP No. 1 Tahun 1982 Jo. SK Menteri

Perdagangan dan Koperasi No. 27/1/1982. tata cara pembayaran dalam transaksi

ekspor impor dapat dilaksanakan dengan :

2. Perhitungan kemudian (Open Account)

3. Wesel Inkaso (Collection Draft)

8

Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis Terhaz

dap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27 No. 4 (Tahun 2008). Hal. 24.

9

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. cit., Hal. 5.

10 Emmy Pangaribuan Simanjuntak. Hukum Dagang Surat Berharga , Fakultas Hukum UGM,

(15)

4. Konsinyasi (Consigment)

5. Letter Of Credit (L/C)

6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai

dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.11

Dengan demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan transaksi

perdagangan ekspor impor dalam melaksanakan pembayaran dapat memilih salah

satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan memberikan banyak

keuntungan bagi perusahaan yang dipimpinnya.

Pada dasarnya pemerintah tidak akan membatasi penggunaan cara

pembayaran yang lain berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan

kelonggaran-kelonggaran agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional

khususnya ekspor non migas semakin meningkat untuk menambah devisa negara

dan berguna bagi jalannya pembangunan nasional. Inilah sebenarnya yang

menjadi tujuan utama adanya kebijaksanaan untuk membaskan penggunaan

cara-cara pembayaran yang digunakan dalam kegiatan perdagangan internasional.

E. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penulisan yang baik maka penulis menggunakan

metode penulisan Studi Kepustakaan (Library Research). Dengan melakukan

studi kepustakaan, penulis berusaha menemukan sumber-sumber yang berupa

tulisan dari para ahli dan peraturan – peraturan yang berkaitan dengan objek

penelitian. Disamping itu penulis juga berusaha mencari sumber dengan

mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

11 Ramlan Ginting, Letter Of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Salemba Empat,

(16)

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul ”Kegiatan Ekspor – Impor dan Cara

Pembayaran yang Diterima Dalam Perdagangan Internasional” yang diajukan ini

adalah dalam rangka memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum.

Penulisan skripsi mengenai ekspor – impor, menurut sumber dari

perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara memang telah ada

yang mengangkat dan membahasnya, namun penulisan skripsi mengenai

”Kegiatan Ekspor – Impor dan Cara Pembayaran yang Diterima Dalam

Perdagangan Internasional” belum pernah diangkat dan dibahas dalam skripsi.

Akan tetapi apabila skripsi ini ada persamaan dengan milik orang lain, maka

bukanlah suatu kesengajaan, dan pasti memiliki isi, pembahasan, dan

permasalahan yang berbeda. Dengan demikian penulisan skripsi ini tidaklah sama

dengan penulisan skripsi yang pernah ada, karena skripsi ini dibuat sendiri dengan

menggunakan berbagai litelatur, sehingga penulisan skripsi ini masih asli dan

dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar tentang skripsi ini dalam hal

penulisannya maka penulis membagi ke dalam 4 (empat) bab agar penulisan

skripsi ini menjadi sistematis yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah,

(17)

metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika

skripsi.

BAB II TINJAUAN UMUM DALAM KEGIATAN

EKSPOR-IMPOR

Berisi uraian tentang pengertian ekspor – impor,

pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ekspor-impor,

dokumen-dokumen dalam kegiatan ekspor – impor, dan syarat-syarat

untuk menjadi eksportir dan importir.

BAB III PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA

Berisi uraian tentang tinjauan umum tentang pelaksanaan

ekspor dan impor di Indonesia, dasar hukum kebijaksanaan

ekspor – impor, pengaturan hukum ekspor impor nasional,

pengaturan hukum ekspor impor internasional, dampak

pengaturan hukum internasional terhadap pemgembangan

ekspor – impor, dan pengembangan ekspor – impor pada

AFTA dan WTO

BAB IV CARA PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN

INTERNASIONAL.

Berisi uraian tentang cara pembayaran dengan

menggunakan L/C, cara pembayaran selain L/C, dan

jenis-jenis alat pembayaran luar negeri.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini dimana

ditemukan jawaban berupa kesimpulan dari semua

(18)

terdahulu, kemudian penulis memberikan saran-saran yang

mudah-mudahan berguna bagi ilmu hukum khususnya

(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM DALAM KEGIATAN EKSPOR-IMPOR

A. Pengertian Ekspor – Impor

Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari

daerah Pabean. sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah perusahaan

atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor.12

Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Perusahaan

atau perorangan yang melakukan kegiatan impor tersebut disebut dengan

Importir.13

Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia

yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta

tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen.14

"Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilaksanakan para pedagang

antar negara yang berbeda, mengakibatkan timbulnya akan valuta asing yang

mempengaruhi neraca perdagangan negara yang bersangkutan”

Pengertian tentang perdagangan internasional dirumuskan secara berbeda-beda

walaupun pada dasarnya menuju pada pengertian yang sama. Beberapa pengertian

yang pernah dikemukakan antara lain :

1. OP. Simorangkir

15

12 Departemen Jenderal Perdagangan Internasional, Kebijaksanaan Umum Perdagangan

Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan

13

Ibid., hal. 54.

14 Ibid.

15 Simorangkir, O.P. Kamus Perbankan, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hal.128.

(20)

Perdagangan luar negeri berarti perdagangan barang dari suatu negeri ke lain

negeri di luar batas negara" 16

"Keseluruhan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan-hubungan dagang yang

bersifat Hukum Perdata dan mencakup berbagai negara". (The Body Of Rules

Governing commercial relationship of private law nature involving different

countries)

3. Menurut laporan dari pada Sekjen PBB, yang telah diajukan untuk memenuhi

Resolusi Sidang Umum No.2102/XX/tertanggal 20 Desember 1965, yang

diartikan dengan Hukum Dagang Internasional (International Trade Law) adalah :

17

Perdagangan Internasional tidak jauh berbeda dengan perdagangan dalam negeri,

hanya saja perdagangan internasional lebih rumit sehingga membutuhkan keahlian

khusus untuk menanganinya, disebabkan oleh faktor-faktor berikut : 18

1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan (geopolitik)

2. Barang yang harus dikirim atau diangkut dari suatu Negara ke Negara lain

melalui bermacam-macam peraturan seperti peraturan pabean yang bersumber

dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

3. Antara satu Negara dengan Negara lainnya tidak jarang terdapat perbedaan

dalam bahasa, mata uang, takaran hukum dan kebiasaan dalam perdagangan

dan lain-lain

Yang termasuk dalam bidang perdagangan internasional antara lain adalah : 19

a. Mengenai pembentukan kontrak-kontrak 1. Jual Beli Internasional :

16 Amir, M.S. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Seri Umum No.2, PT. Pustaka

Binaman Pressindo, Jakarta, 1985, hal. 2.

17

S. Gautama, Hukum Dagang Internasional, Alumni, Bandung, 1980, Hal.24.

(21)

b. Mengenai perjanjian-perjanjian keagenan.

c. Mengenai jual beli secara eksklusif.

2. Surat-surat berharga (negotiable Instrument) dan kredit dagang oleh pihak

Bank :

3. Hukum Berkenaan dengan diadakannya kegiatan-kegiatan dagang di bidang

Hukum Dagang.

4. Asuransi

5. Pengangkutan atau Transport Barang, antara lain :

a. Pengangkutan barang melalui laut.

b. Pengangkutan barang melalui udara

c. Pengangkutan barang melalui jalanan

d. Pengangkutan barang melalui kereta api

e. Pengangkutan barang melalui perairan di dalam negeri.

6. Hukum dagang milik perindustrian dan hak cipta

7. Arbitrase perdagangan.

B. Pihak – Pihak yang Terlibat Dalam Kegiatan Ekspor Impor

Para pelaksana dalam perdagangan internasional, dalam arti kata pelaksana

ekspor-impor dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok sebagai berikut : 20

1. Kelompok Indentor,

2. Kelompok Importir,

3. Kelompok Promosi,

4. Kelompok Eksportir,

20 Amir M.S., Ekspor Impor Teori dan Penerapannya, Seri Umum No.3, PT. Pustaka Binaman

(22)

5. Kelompok Pendukung.

Ad. 1. Kelompok Indentor

Sebagaimana telah dikemukakan, bilamana kebutuhan atas suatu barang

belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, maka terpaksa diimpor dari luar

negeri. Diantara barang-barang kebutuhan itu ada yang diimpor untuk konsumsi

sendiri dan adakalanya untuk dijual kembali. Perlu dikemukakan bahwa tidak

semua peminat barang impor melaksanakan impornya sendiri langsung dari luar

negeri, tapi malah sebagian besar pelaksanaan impor itu mereka serahkan pada

perusahaan yang sudah biasa mengimpor jenis barang yang dibutuhkan itu.

Tegasnya adalah bahwa para peminat ini menempatkan pesanan kepada importir

yang sudah biasa. Para indentor ini pada umumnya terdiri dari : 21

a. Para pemakai langsung.

Kontraktor minyak dari Amerika sudah biasa memesan makanan dan

minuman kaleng langsung dari negaranya, yang dimpor untuk kebutuhan

konsumsi tenaga asing yang bekerja di Indonesia. Begitu pula pabrik-pabrik

yang memesan suku cadang yang dibutuhkan ke luar negeri.

b. Para Pedagang

Pengusaha toko maupun supermarket-supermarket di kota-kota besar termasuk

juga para grosir, biasanya melakukan indent (pemesanan)

c. Pengusaha perkebunan, industriawan, instansi pemerintah.

Kebanyakan para pengusaha industri dan perkebunan serta instansi pemerintah

dalam memenuhi kebutuhan barang impor, biasanya menempatkan indent

(23)

pada para importir, mengadakan kontrak pengadaan barang impor, ataupun

menunjuk importir sebagai handle impor mereka

Dalam menyusun dan menandatangani kontrak indent antara indentor dan

importir, kedua belah pihak seyogianya sangat berhati-hati. Dalam ptaktek

tidak jarang kontrak kontrak indent membawa kericuhan, dan bahkan

seringkali dijadikan alat manipulasi impor, baik oleh indentor maupun oleh

importir.

Ad 2. Kelompok Importir

Dalam Perdagangan Internasional, importir memikul tanggung jawab

kontraktual atas terlaksananya dengan baik barang yang diimpor. Hal ini berarti

importir memikul resiko atas segala sesuatu mengenai barang yang diimpor baik

resiko kerugian, kerusakan, keterlambatan dari barang yang dipesan, termasuk

resiko penipuan dan manipulasi. Karena sebaiknya importir berhati-hati dalam

menyusun kontrak dalam menilai indentor dan pensuplai serta dalam mengambil

tindakan pengamanan atas resiko kerugian seperti dalam penentuan persyaratan

asuransi, pengangkutan superyor, dalam penentuan persyaratan asuransi,

pengangkutan superyor, dalam penentu jasa transportasi, angkutan, dan lain

sebagainya.

Tanggung jawab importir semacam ini tidak harus untuk barang-barang

yang diimpor sebagai mata dagangnya sendiri, tapi termasuk juga barang-barang

yang diimpor atas dasar indent, maupun barang-barang atas dasar penunjukkan

sebagai handling imporer, kecuali dengan tegas didalam kontrak, sebagain

(24)

kepada badan usaha lain. Pelimpahan ini misalnya kerusakan dan kerugian

dilimpahkan pada maskapai asuransi.

Para Importir ini umumnya terdiri dari : 22

a. Pengusaha Impor

Pengusaha impor, atau lazim disebut dengan Impor-Merchant adalah badan

usaha yang diberi izin oleh pemerintah dalam bentuk TAPPI (Tanda Pengenal

Pengakuan Importir) untuk mengimpor barang yang khusus disebut dalam izin

tersebut, dan tidak berlaku untuk barang lain diluar yang disebut dalam TAPPI

tersebut.

b. Approved Importer (Approved Traders)

Yang dimaksud dengan Approved Importer atau lebih dikenal dengan istilah

Approved Trader, sesungguhnya hanyalah pengusaha impor biasa yang secara

khusus diistimewakan oleh pemerintah dan Departemen perdagangan untuk

mengimpor komoditi tertentu untuk tujuan tertentu pula yang dipandang perlu

oleh pemerintah. Approved importers ini misalnya importir cengkeh, importir

bahan baku plastik, importir gandum dan lain-lain.

c. Importir terbatas

Untuk memudahkan perusahan-perusahaan yang didirikan dalam rangka

UU-PMA/PMDN maka pemerintah telah memberikan izin khusus pada

perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) untuk mengimpor mesin-mesin dan bahan baku yang

diperlukannya sendiri (bukan untuk diperdagangkan) izin ini diberikan dalam

(25)

bentuk APIT (Angka Pengenal Importir Terbatas) yang dikeluarkan BKPM

(Badan Koordinasi Penanaman Modal) atas nama Menteri Perdagangan.

d. Importir Umum

Perusahaan impor yang khusus mengimpor aneka mata dagang dapat

memperoleh kedudukan sebagai importir umum atau lazim disebut General

Importir. Perusahaan yang biasanya memperoleh status sebagai importir

umum ini kebanyakan hanyalah persero niaga atau perusahaan dagang Negara

yang lazirn juga disebut sebagai Trading House atau Wisma Dagang yang

mengimpor harang-barang mulai dari barang kelontong sampai instalasi

lengkap suatu pabrik.

e. Agent Importers

Perusahaan Asing yang berminat memasarkan hasil produksinya di Indonesia

seringkali mengangkat perusahaan setempat sebagai kantor perwakilan atau

menunjuk suatu Agen Tunggal yang akan mengimpor hasil produknya ke

Indonesia. Alat-alat besar dan kenderaan bermotor serta barang elektrik,

elektronik dan komputer umumnya mempunyai Sole Agent Importers yang

bertugas mengimpor mesin dan suku cadangnya dari negara asalnya.

Ad. 3. Kelompok Promosi

Sebagaimana dimaklumi dewasa ini masalah perdagangan luar negeri

sudah merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari masalah ekonomi

nasional seluruhnya. Karenanya masalah impor maupun ekspor tidak lagi terbatas

menjadi masalah importir maupun eksportir, tapi telah menjadi masalah

(26)

Merosotnya devisa dari minyak bumi telah memaksa kita berpaling

kembali pada sumber devisa non migas yang terdiri dari komoditi tradisional,

hasil industri dan pariwisata yang memerlukan penjajakan, rintisan dan promosi di

luar negeri. Penjajakan, rintisan dan promosi ini tidak saja dilakukan para

eksportir tetapi juga badan-badan khusus serta merta oleh perintah sendiri.

Kelompok promosi ini pada umumnya terdiri dari : 23

a) Kantor Perwakilan dari produsen atau eksportir asing dari negara

konsumen atau importir

b) Kantor Perwakilan Kamar Dagang dan Industri yang ada di luar negeri

maupun yang ada di dalam negeri

c) Misi perdagangan dan pameran dagang internasional (trade fair) yang

senatiasa diadakan di pusat perdagangan dunia seperti Jakarta Fair, Tokyo

Fair, Leipzig Fair, Hannover Fair, dan sebagainya.

d) Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) suatu instansi yang

khusus didirikan Departemen Perdagangan untuk melakukan kegiatan

pengembangan dan promosi komoditi Indonesia ke luar negeri, serta badan

usaha seperti Indonesia Trade Centre yang didirikan di luar Negeri seperti

New York, London, Jeddah dan lain-lain.

e) Kantor Bank Devisa didalam maupun di luar negeri.

f) Atase Perdagangan dan Trade Commisoner ataupun bagian ekonomi dari

tiap kedutaan di luar negeri.

(27)

g) Majalah Dagang dan Industri ataupun Trade Directories termasuk lembaga

kuning Buku Petunjuk Telepon merupakan sasaran promosi yang lazim

pula.

h) Brosur dan leaflet yang dibuat oleh masing-masing pengusaha ekspor

termasuk price list yang dikirim dengan cuma-cuma pada setiap peminat.

Ad.4. Kelompok Eksportir

Kalau Importir dengan kata lain disebut pembeli (buyer) maka eksportir

lazim pula disebut sebagai penjual (seller) ataupun juga sebagai pensuplai

(pemasok) atau supplier

Antara kedua kelompok inilah sesungguhnya terjadi ikatan kontrak

perdagangan internasional. Kedua kelompok inilah, importir dan eksportir yang

merupakan pelaku utama perdagangan internasional.

Para Eksportir ini pada umumnya terdiri dari : 24

a. Produsen – Eksportir

Para produsen yang sebagian hasil produksinya memang diperuntukkan untuk

pasar luar negeri, yang ekspornya diurus sendiri oleh produsen yang

bersangkutan. Produsen semacam ini lazim disebut sebagai produsen

eksportir.

b. Confirming House

Banyak perusahaan asing mendirikan kantor cabangnya atau bekerja sama

dengan warga setempat mendirikan anak perusahaan (sister company) atau

subsidiary company didalam negeri. Kantor cabang atau anak perusahaan

(28)

yang semacam ini bekerja atas perintah dan untuk kepentingan kantor

induknya atau untuk kepentingan konsumen di negera asalnya dengan

memperoleh komisi ataupun keuntungan. Badan usaha semacam ini disebut

dengan Confirming House, atau Export Commission House ataupun Export

Indent House. Kantor cabang atau anak perusahaan asing yang bekerja

semacam ini biasanya melakukan usaha pengumpulan, sortasi, upgrading, dan

pengepakan ekspor (export-packing) dari komoditi lokal seperti karet rakyat,

singkok-gaplek tapioka, kopi dan sebagainya.

Bila komoditi atau telah siap ekspor (ready for export) maka kantor cabang

atau anak perusahaan itupun bertindak sebagai eksportir. Dengan ringkas

dapat dikatakan bahwa Confirming House ini adalah perusahaan lokal

(setempat) yang didirikan sesuai dengan perundang-undangan dan hukum

setempat tapi bekerja untuk dan atas perintah kantor induknya yang berada

diluar negeri. Sebagaimana kita ketahui banyak perusahaan di Indonesia yang

mempunyai kantor induk di Singapore, Hongkong maupun Taiwan.

c. Pedagang Ekspor (Export – Merchant)

Pedagang Ekspor atau lazim disebut dengan Export Merchant adalah badan

usaha yang diberi izin pemerintah dalam bentuk surat pengakuan Eksportir

dan diberi Kartu Angka Pengenal Ekspor (APE) dan diperkenankan

melaksanakan Ekspor komoditi yang dicantumkan dalam Surat Pengakuan itu.

Bila Confirming House bekerja atas perintah dan untuk kepentingan konsumen

yaitu Kantor Induknya sendiri yang ada diluar negeri, maka Export –

Merchant lebih banyak bekerja untuk dan atas kepentingan produsen dalam

(29)

d. Agen Ekspor (Export – Agent)

Bilamana hubungan antara Export – Merchant dengan produsen, tidak hanya

sebagai rekanan biasa, tapi sudah meningkat dengan suatu ikatan perjanjian

keagenan, maka dalam hal ini Export – Merchant itu juga disebut sebagai

Export – Agent.

e. Wisma Dagang (Trade House)

Bila suatu perusahaan atau eksportir dapat mengembangkan ekspornya tidak

lagi terbatas pada suatu atau dua komoditi, tapi sudah aneka komoditi maka

eksportir demikian mendapat status sebagai General Exporters atau Eksportir

umum. Di Negara yang maju dan yang menerapkan prinsip spesialisasi antara

sektor produksi industri dagang seperti korea dan jepang, maka perusahaan

ekspor yang mampu mengekspor minimum 5 (lima) jenis komoditi dalam nilai

valuta tertentu diberikan fasilitas dan status sebagai general exporters.

Perusahaan yang mempunyai status general exporters dan sekaligus juga

mempunyai status general importers inilah yang lazim disebut dengan

Trading House atau Wisma Dagang, jadi Wisma Dagang adalah suatu

perusahaan ekspor – impor yang besar yang dapat mengimpor dan

mengekspor aneka komoditi dan mempunyai jaringan pemasaran dan kantor

perwakilan di pusat-pusat perdagangan dunia, dan memperoleh fasilitas

tertentu dari pemerintah baik dalam bentuk fasilitas Perbankan maupun dalam

bidang Perpajakan.

Ad. 5. Kelompok Pendukung.

Seperti telah diuraikan Eksportir dan Importir merupakan pelaksana utama

(30)

lain yang mempunyai peranan yang besar pula dalam menunjang serta menjamin

kelancaran pelaksanaan ekspor maupun impor itu secara keseluruhannya. Diantara

kelompok-kelompok pendukung ini terdapat :

a. Bank-Bank Devisa

Bank Devisa merupakan kelompok pendukung yang memberikan jasa

perkreditan, baik dalam bentuk kredit ekspor maupun uang muka jaminan L/C

impor. Disamping itu bank devisa juga sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan

pembukuan L/C impor, penerimaan L/C ekspor, penyampaian dokumen

pengapalan maupun dalam negosiasi dokumen pengapalan itu. Bank juga

sangat berguna sebagai peneliti keaslian dokumen pengapalan dan dalam

verifikasi jenis dan isi masing-masing dokumen pengapalan.

b. Badan Usaha Transportasi

Dengan berkembangnya ekspor dan juga dengan perombakan dalam bidang

angkutan baik di darat laut maupun udara, khususnya dengan munculnya

perpetikemasan, maka muncul usaha jasa baru dalam transportasi yang lazim

dikenal dengan nama Freight Forwarder atau forwarding agent. Tugas feight

fowarder ini lebih luas dari tugas EMKL, EMKU, atau EMKA (Ekspedisi

Muatan Kapal Laut/Udara/Kereta Api) yang kita kenal tugas ini dapat meliputi

mulai dari pengumpulan muatan, menyelenggarakan pengepakan sampai

membukukan muatan aneka wahana yang biasa diperdagangkan.

c. Maskapai Pelayaran

Perusahaan pelayaran masih memegang hegemoni dalam bidang angkutan

(31)

pula baik dalam jasa angkutan penumpang maupun barang. Hambatan dalam

bidang angkutan ini akan sangat mempengaruhi perdagangan internasional.

d. Maskapai Asuransi

Resiko atas barang baik di darat maupun di laut tak mungkin dipukul sendiri

oleh para eksportir maupun importir. Dalam hal ini maskapai asuransi

memegang peranan yang tidak dapat diabaikan dalam merumuskan

persyaratan kontrak perdagangan internasional yang dapat menjamin resiko

yang terkecil dalam tiap transaksi itu.

e. Kantor Perwakilan / Kedutaan,

Selain untuk membantu promosi, kantor Kedutaan diluar negeri dapat pula

mengeluarkan dokumen legalitas seperti Consuler – Invoice yang berfungsi

mengecek dan mensahkan pengapalan suatu barang dan negara tertentu.

f. Surveyor.

Sebagaimana dimaklumi pada umumnya eksportir dan importir berada dalam

jarang yang berjauhan dalam arti geografis sehingga bonafiditas dan integritas

masing-masing kurang dapat diketahui. Karena itu diperlukan pihak ketiga

yang netral dan objektif dapat memberikan kesaksian atau mutu, jenis,

kuantum, keaslian, kondisi harga dan tarif bea dari komoditi atau produk yang

diperdagangkan. Dalam hal ini dapat dijalankan oleh badan usaha / juru

periksa atau juru timbang yang disumpah dalam perdagangan internasional.

Dewasa ini dapat dilihat bahwa juru periksa ini tidak saja penting mengecek

bonfiditas eksportir maupun importir bahkan pemerintah telah memanfaatkan

(32)

Ekspor dengan diperlakukannya ketentuan LKP (Laporan Kebenaran

Pemeriksaan) untuk ekspor maupun impor.

g. Pabean

Pabean sebagai alat pemerintah bertindak sebaga penjaga gawang lalu lintas

komoditi internasional, disamping mengamankan pemasukan keuangan negara

bagi kepentingan APBN juga membantu eksportir dan importir dalam

memperlancar arus barang dan penumpang dan tidak sebaliknya.

C. Dokumen - Dokumen Dalam Kegiatan Ekspor – Impor

Aspek lain dari perdagangan internasional tersebut yang sama pentingnya

adalah dokumen-dokumen yang diisyaratkan. Dalam hal ini penulis membatasi

pembahasan mengenai dokumen-dokumen yang terdapat dalam sistem ekspor

impor yang diisyaratkan pada Letter of Credit (L/C) karena hal inilah yang

umumnya dilakukan oleh eksportir dan importir. Tanpa dokumen tersebut seorang

eksportir tidak akan memperoleh pembayaran dan bank yang menegosier Letter of

Credit (L/C) tersebut.

Dokumen tersebut bukan hanya penting eksportir tetapi juga importir

maupun bank, atau dengan kata lain dokumen tersebut penting bagi semua pihak

yang terlibat dalam pembukaan Letter of Credit (L/C) yang bersangkutan. Jadi

Letter of Credit (L/C) tersebut harus secara khusus menyatakan

dokumen-dokumen yang diisyaratkan.

Adapun dokumen-dokumen tersebut yakni :

1. Dokumen Penting : 25

(33)

a. Dokumen-dokumen pengangkutan.

1) Bill of Lading

2) Air Waybill

3) Railway Consignment Note

b. Invoice (Faktur)

1) Proforma Invoice

2) Commercial Invoice

3) Consuler Invoice

c. Dokumen Asuransi

1) Insurance Police

2) Insurance Certificate

3) Cover Note

2. Dokumen Tambahan : 26

a. Packing List

b. Certificate of Origin

c. Certificate of Inspection

d. Certificate of Quality

e. Manufacturer’s Quality Certificate

f. Certificate of Analysis

g. Weight Certificate (Weight Note / List)

h. Measurement List

i. Sanitary, Health dan Veterinary Certificate

j. Draft / Bill of Exchange (Wesel)

(34)

k. Dokumen lain-lain.

Berikut ini akan dijelaskan pengertian dan fungsi dari masing-masing

dokumen dalam perdagangan internasional

Ad. 1. Dokumen Penting

Yang dimaksud dengan dokumen penting adalah dokumen yang

dikeluarkan oleh Badan Pelaksana Utama Perdagangan Internasional yang

berfungsi sebagai alat pembuktian realisasi suatu transaksi.

Yang termasuk dalam dokumen ini yaitu : 27

1) Bill of Lading (B/L)

a. Dokumen-Dokumen Pengangkutan, terdiri dari :

“Bill of Lading adalah tanda terima barang yang telah dimuat di dalam

kapal laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti sebagai

bukti atas pemilikan barang, dan disamping itu merupakan bukti dari

adanya perjanjian pengangkutan barang-barang melalui laut”

Bill of Lading (konosemen) merupakan dokumen pengapalan yang paling

penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan.

Adapaun pihak-pihak yang tercantum dalam Bill of Lading (B/L) adalah :

- Shipper yaitu pemilik kapal yang dalam banyak hal merupakan

pengirim L/C (beneficiary).

- Consignee, yaitu pihak yang merupakan penerima barang dimana

kepadanya akan diberlakukan tentang saat tibanya barang.

(35)

- Carrier yaitu perusahaan pelayaran yang berhubungan dengan

perusahaan tersebut.

- Notify Party dalam hal ini ditetapkan siapa saja yang terdapat dalam

L/C tersebut.

Fungsi-fungsi Bill of Lading (B/L) Bill of Lading (B/L) mempunyai 3

(tiga) fungsi yakni : 28

- Received for shipment Bill of Lading

- sebagai tanda penerimaan (kuitansi) barang-barang yang diterima oleh

pengangkut (carrier) dan pengirim barang (shipper) ke suatu tempat

tujuan tertentu dan selanjutnya barang-barang tersebut diserahkan

kepada pihak penerima (consignee)

- Sebagai bukti kepemilikan atas barang, Bill of Lading menunjukkan

hak pemilikan atas barang-barang dan tanpa bill of lading tersebut

seseorang atau orang lain yang ditunjuk tidak dapat menerima

barang-barang yang disebutkannya di dalam B/L yang bersangkutan dari

perusahaan pelayaran.

- Sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan dan penyerahan

barang-barang antara pihak pengangkut dengan pengiriman.

Jenis-Jenis pernyataan Bill of Lading (B/L)

Adapun jenis-jenis dari pernyataan Bill of Lading ini adalah :

Merupakan jenis Bill of Lading (B/L) yang dikeluarkan untuk

barang-barang yang akan dimuat ke atas kapal

- Shippen on Board Bill of Lading

(36)

Merupakan jenis Bill of Lading yang dikeluarkan untuk

barang-barang yang sudah dimuat ke atas kapal tertentu.

Jenis dokumen Bill of Lading ini sangat penting karena itu setelah

dokumen ini diterima dari suatu perusahaan pelayaran, ia harus

diperiksa dan diteliti dengan cermat.

2) Airway Bill

Merupakan tanda penerimaan barang yang dikirim melalui udara untuk

barang dan alamat yang tertentu.

Perlu diperhatikan bahwa airway bill ini bukan merupakan dokumen

kepemilikian seperti Bill of Lading pada umumnya sehingga Airway Bill

ini ditujukan kepada penerima tertentu atau bank koresponden yang telah

disepakati.

Dalam pemeriksaan airway bill ini, harus diperhatikan mengenai : 29

- Nama dan alamat pengirim/penjual dan penerima/pembeli serta nama

barang yang bersangkutan. Hal ini tidak perlu terlalu terperinci seperti

jenis Bill of Lading lainnya.

- Dalam Airway Bill harus ada tercantum pernyataan ‘tanda terima

barang untuk dikirim ke tempat tujuan’ oleh maskapai penerbangan

bersangkutan dengan mencantumkan pula tanggal penerbitan, nama

kota serta tanda tangan pejabat yang berwenang dan stempel

perusahaan.

Jadi Airway Bill ini hanya terdapat dalam L/C dimana pengangkutan

barang-barang tersebut dilakukan melalui udara.

(37)

3) Railway Consignment Note

Hanya terdapat pada pengangkutan barang-barang dengan kereta api.

Dikenal juga dengan istilah ”Surat Angkutan Kereta Api”.

Pada dokumen ini dicantumkan juga nama stasiun pemberangkatan, kota

tujuan, nama dan alamat eksportir. Dokumen ini harus dicap dengan nama

stasiun kereta api yang bersangkutan.

Setelah barang tersebut sampai di tempat tujuan. Maka

barang-barang itu akan diserahkan kepada penerima (consignee) atas permohonan

dari yang bersangkutan dan dibuktikan oleh pejabat-pejabat perusahaan

kereta api di tempat tujuan.

b. Invoice (Faktur)

Invoice (Faktur) adalah suatu dokumen yang penting dalam perdagangan

sebab dengan data-data dalam invoice ini dapat diketahui berapa jumlah wesel

yang akan ditarik, jumlah penutupan asuransi dan penyelesaian segala macam bea

masuk.30

1) Proforma Invoice

Invoice ini dikeluarkan oleh eksportir untuk importir. Pada umumnya

dokumen ini berisi tentang :

- Jumlah Barang (Quantity)

- Perhitungan pembayaran (Payment Breakdown)

- Harga satuan (Unit Price)

- Harga total (Total Price)

Invoice (Faktur) terdiri atas beberapa bentuk, yaitu :

(38)

Proforma Invoice ini merupakan tawaran kepada pembeli untuk

menempatkan pesanannya yang pasti, yang biasanya berisi syarat-syarat

jual-beli dan harga barang sehingga setelah adanya persetujuan dari

pembeli maka akan ada kontrak yang pasti yang sesuai dengan ketentuan

dalam proforma invoice

Proforma Invoice ini biasanya digunakan apabila :

- pembayaran atas harga barang dilakukan sebelum pengapalan

- Barang-barang diekspor sebelum adanya kontrak perdagangan yang

pasti, jadi proforma invoice ini memberikan keterangan dimana

barang-barang itu ditempatkan.

- Digunakan sebagai data penumpang dan sarana pendukung dalam suatu

tender.

2) Commercial Invoice

Istilah lain yang sering digunakan dalam masyarakat adalah ”Invoice”.

Commercial invoice ini bukan hanya merupakan tawaran seperti halnya

proforma invoice tetapi merupakan nota perincian tentang jenis barang,

harga barang dan keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan

barang tersebut.

Commercial Invoice ini dibuat oleh penjual (eksportir) yang ditujukan

kepada pembeli (importir) yang sesuai dengan yang tercantum pada L/C.

Dalam Commercial Invoice dapat terjadi perincian harga barang-barang

yang tercantum bukan merupakan harga yang ditawarkan. Hal ini

(39)

membayar ongkos tambahan pengapalan dan eksportir akan menagih

kepada pembeli sebesar jumlah yang sebenarnya.

3) Consular Invoice

Adalah suatu invoice yang dikeluarkan olehm instansi-instansi resmi yakni

kedutaan dan konsulat.

Ketentuan mengenai consular invoice ini berbeda-beda disetiap negara,

ada yang menentukan bahwa Consular Invoice ini tidak mutlak diperlukan

tetapi ada juga yang menentukan bahwa Consular Invoice ini harus ada.

Perlunya Consular Invoice ini antara lain untuk memeriksa harga jual

barang dibandingkan dengan harga pasar.

c. Dokumen Asuransi

Mengenai Asuransi ini ada diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang, dimana pasal 245 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, memberikan

pengertian Asuransi sebagai berikut : 31

31 R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang

Kepailitan, Cetakan keduapuluh, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1991, hal. 74.

”Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat

diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan

kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat

keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu

peristiwa yang tidak pasti.”

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa : ”Dokumen Asuransi adalah

surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan oleh maskapai asuransi atas

permintaan Eksportir maupun Imsportir untuk menjamin keselamatan atas barang

yang dikirim dari aneka bencana dan kerusakan, dengan membayar premi”

(40)

- atas nama pengasuransi

- atas order bank (Banker’s Clause)

- atas nama pembawa

Adapun dokumen asuransi terdiri atas beberapa bentuk yakni : 32

1) Insurance Policy

Adalah merupakan bukti kontrak asuransi barang-barang yang akan

diangkut dengan kapal atas nama si tertanggung membayar premi

2) Insurance Certificate

Dokument asuransi yang merupakan surat keterangan yang menerangkan

bahwa terhadap barang-barang tertentu yang diangkut telah dilakukan

penutupan transaksi

3) Cover Note

Merupakan pemberitahuan dari sebuah perusahaan asuransi yang

menyatakan bahwa suatu telah ditutup menunggu hingga suatu sertifikat

asuransi dikeluarkan.

Ad.2 Dokumen Tambahan

Yang dimaksud dengan dokumen tambahan adalah dokumen yang

dikeluarkan untuk memperkuat dan menunjang keterangan yang terdapat dalam

dokumen penting.

Yang termasuk dalam dokumen tambahan ini adalah : 33

a. Packing List

Istilah lain yang dikenal yaitu daftar pengepakan. Maksudnya adalah

dokumen yang merupakan daftar perincian barang-barang yang dipakai

(41)

mengenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang terdapat dalam tiap

peti atau total keseluruhannya sama dengan yang terdapat dalam invoice

(faktur perdagangan)

b. Certificate of Origin

Merupakan surat pernyataan yang dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang yang ditandatangani untuk membuktikan / menerangkan negara

asal suatu barang.

Instansi yang berwenang ini misalnya : Departemen perdagangan, Kantor

Dagang, Bea Cukai, dan sebagainya.

c. Certificate of Inspection

Adalah surat keterangan tentang keadaan barang (mengenai mutu barang,

jenis, harga dan lain keterangan yang dibutuhkan). Yang dikeluarkan atas

permintaan eksportir atau instansi lain yang membutuhkan. Pentingnya

certificate of inspection ini adalah untuk menilai secara menyeluruh suatu

barang dalam suatu transaksi.

Semakin kurang dikenal suatu bonafiditas dan integritas seorang rekanan,

semakin penting, artinya kedudukan certificate of inspection. Begitu juga

untuk transaksi perdagangan yang besar dan proyek tangkap.

d. Certificate of Quality

Dokumen ini umumnya dibuat oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Industri atau sejenisnya yang disahkan oleh Pemerintah suatu negara untuk

memeriksa mutu barang-barang / mata dagangan ekspor. Keterangan yang

(42)

laboratorium. Dokumen ini disiapkan dalam L/C hanya apabila L/C

mensyaratkannya.

Dalam hubungan ini ada peraturan tertentu yang berlaku khusus di

Indonesia dalam usaha melaksanakan standarisasi dan pengendalian mutu

untuk mata dagangan ekspor.

e. Manufacturer’s Quality Certification

Yang dimaksud dengan Manufacturer’s Quality Certification adalah surat

pernyataan yang dibuat oleh produsen yang menyatakan bahwa

barang-barang tersebut adalah hasil produksinya yang membawa merek

dagangannya (Trade Mark) Manufacturer’s Quality Certification penting

artinya sebagai bukti keaslian dari jaminan mutu atas barang, yang

dikaitkan dengan nama baik dari produsen itu dalam pasaran iternasional

yang juga menyangkut masalah Paten, Trade Mark dan Lisensi. Dokumen

ini lazimnya dibuat oleh pabrik pembuat barang yang diekspor atau

supplier yang menguraikan mutu dan barang-barang tersebut.

f. Certificate of Analysis

Dokumen ini menerangkan bahan-bahan dan proporsi bahan yang terdapat

dalam barang-barang tertentu yang diharuskan pemeriksaannya. Penelitan

tersebut dilakukan oleh badan analisa bahan-bahan kimia atau obat-obatan

yang berdiri sendiri.

Dokumen ini hanya diperlukan syarat L/C mengharuskannya melihat pada

jenis barang.

(43)

Dokumen ini merupakan suatu pernyataan (catatan) yang berisi perincian

lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dan barang yang terdapat dalam

tiap peti atau tiap kemasan yang biasanya menyebutkan berat kotor dan

berat bersih dari tiap kemasan itu dan dihimpun menjadi suatu daftar yang

total keseluruhannya sama dengan total berat bersih dari total berat kotor

yang tercantum dalam faktur perdagangan.

Dokumen ini dikeluarkan oleh badan yang disahkan oleh pemerintah yang

tugasnya memeriksa ukuran / berat barang secara tepat. Namun dokumen

ini dapat juga dibuat oleh eksportir sendiri kecuali syarat L/C melarang.

h. Measurement List (Daftar Ukuran)

Yang dimaksud dengan Measurement List adalah daftar yang berisi ukuran

dan takaran dari tiap peti atau tiap kemasan yang biasanya menyebutkan

volume dari tiap kemasan tersebut. Ukuran-ukuran dalam dokumen ini

haruslah sama dengan syrat-syarat yang dicantumkan dalam L/C. Volume

pengepakan setiap barang tersebut diperlukan antara lain untuk

menghitung ongkos angkut atau untuk keperluan persiapan barang-barang.

i. Sanitary, Health and Veterinary Certificate

Dokumen ini diperlukan untuk menyatakan bahwa bahan ekspor,

tanaman-tanaman atau bagian-bagian dari hasil-hasil tanaman-tanaman telah diperiksa dan

telah bebas dari nama-nama penyakit, dalam hal kaitan dengan

produksi-produksi laut, tulang hewan dan ternak. pernyataan bebas dari nama

penyakit diberikan dalam bentuk surat keterangan ”Veterinary Certificate”

(44)

Tingkat kebersihan/kebusukan serta kesehatan serta aspek-aspek lainnya

dari barang-barang tersebut dijelaskan dalam dokumen ini. Dokumen jenis

ini hanya diperlukan apabila L/C mensyaratkannya dan disesuaikan

dengan barang-barang/benda yang dikapalkan. Dokumen ini dikeluarkan

oleh jawatan resmi yang ditunjuk pemerintah negara-negara setempat.

j. Draft / Bill of Exchange (Wesel)

Dokumen ini dikenal juga dengan nama Wesel yang memegang pernan

penting dalam pembiayaan transaksi Ekspor-Impor.

Wesel ini lazimnya selalu disertakan ke dalam dokumen-dokumen

pengapalan agar eksportir dapat memperoleh pembayaran dan negosiasi

bank.

Wesel adalah alat pembayaran yang merupakan perintah yang tidak

bersyarat dalam bentuk tertulis, yang ditujukan oleh seseorang kepada

orang lain, ditandatangani oleh orang yang dialamatkan atau si tertarik

(drawer) untuk membayar pada saat diminta atau pada suatu waktu

tertentu di kemudian hari, sejumlah uang kepada orang tertentu atau yang

ditunjuk oleh orang tertentu tersebut atau kepada pemegang wesel tersebut

k. Dokumen lain-lain

Telah dijelaskan berbagai jenis dokumen-dokumen pengapalan yang

tergantung pada jenis dan kondisi barang ekspor yang bersangkutan

penggunaannya dapat dipilih untuk dicantumkan sebagai

(45)

Selanjutnya ada beberapa tambahan dokumen walaupun bukan dokumen

pengapalan tetapi sering diperlukan untuk kelancaran penerimaan

barang-barang yang dikapalkan tersebut di tempat importir dan atau eksportir

Dokumen-dokumen dimaksud adalah : 34

1) Freight Forwarder’s Receipt

Eksportir dan Importir yang menggunakan jasa-jasa Freight

Forwarder Receipt atau Forwarding Agent’s Receipt sebagai ganti

penyerahan barang-barangnya. Tanda terima tersebut fungsinya tidak

lebih dari pada tanda penerimaan barang-barang dan biasanya

merupakan kontrak pengangkutan atau tanda pemilikan barang-barang

selama dalam pengawasan maskapai pelayaran.

2) Delivery Order

Dokumen ini dikeluarkan antara lain oleh bank sebagai perintah

(order) kepada gudang yang menguasakannya untuk menyerahkan

barang-barang yang disimpan digudang tersebut atau nama bank

kepada yang memegang atau pihak yang disebut dalam Delivery

Order.

Biasanya Delivery Order tersebut dikeluarkan oleh bank pada saat

barang-barang dimasukkan dalam gudang dan diserahkan kepada

pembeli (importir) atau dikapalkan kembali

Delivery Order dapat juga berfungsi sebagai surat jalan yang

dikeluarkan Bea Cukai untuk mengeluarkan barang dari pelabuhan.

3) Warehouse Receipt

(46)

Tanda terima yang dikeluarkan oleh sebuah gudang atas penerimaan

barang-barang disebut ”Warehouse Receipt”

Adakalanya bank terpaksa menyimpan barang-barang impor yang

tidak jadi ditebus importir didalam gudang.

4) Trust Receipt

Suatu dokumen atau instrumen yang digunakan oleh seorang importir

untuk mendapatkan atau memiliki dokumen-dokumen pengapalan

sebuah L/C agar importir tersebut dapat menjual barang-barang yang

bersangkutan sebelum membayar / menebus dokumen dokumen

pengapalan tersebut kepada bank

Dengan menandatangani dokumen tersebut importir mengikatkan diri

kepada bank tersebut untuk memperoleh hasil penjualan barang barang

guna melunasi pembayaran dokumen dokumen pengapalan tersebut

kepada bank, selama barang belum laku maka hak atas barang masih

tetap dimiliki oleh bank.

Jadi dari penjelasan tersebut diatas dapat kita lihat bahwa tidak semua

dokumen dokumen tersebut terdapat atau disyaratkan dalam suatu L/C

tergantung dan diperlukan atau tidaknya dokumen tersebut dalam

perdagangan internasional yang dilakukan antara importir dan

eksportir

Oleh karena itu transaksi L/C adalah transaksi dokumen-dokumen

(47)

D. Syarat-syarat menjadi Eksportir dan Importir.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa dalam perdagangan

internasional ada beberapa kelompok pelaksana yang tercakup dalam perdagangan

tersebut dan diantara kelompok ini terdapat kelompok eksportir dan importir

Importir adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dengan

cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean indonesia

dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Untuk menjadi eksportir maupun importir ini ada beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi guna kelancaran perdagangan tersebut. Adapun persyaratan

yang harus dipenuhi antara lain : 35

1. Harus merupakan badan hukum (PT, CV, FA, PN, PERUM dan

sebagainya)

2. Eksportir harus memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau

mendapat izin usaha dari Depertemen Teknis / Lembaga Pemerintah non

Departemen atau merupakan Eksportir Terdaftar (ET) bagi eksportir yang

telah memperoleh pengalaman sebagai Eksportir Terdaftar

3. Importir harus memiliki Angka Pengenal Importir Sementara (APIS) atau

Angka Pengenal Importir (API) dan Angka Pengenal Importir Terbatas

(APIT)

Patut dicatat bahwa kemudahan persyaratan bagi eksportir tersebut di atas

yang hanya memerlukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai

penggantti Angka Pengenal Eksportir Sementara (APES) atau Angka

(48)

Pengenal Eksportir (APE) atau Angka Pengenal Eksportir Terbatas (APET)

adalah dalam rangka usaha disregulasi untuk peningkatan usaha Ekspor

Dengan Demikian setiap orang dapat melakukan kegiatan ekspor asal ada

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), kecuali untuk barang-barang yang kena

kuota antara lain tekstil dan kopi.

Khusus dalam impor untuk mendapatkan Angka Pengenal Importir (API) atau

Angka Pengenal Importir Sementara (APIS), perusahaan harus mengajukan

permohonan dengan mengisi Daftar Isian Permohonan pada Kantor Wilayah

Departemen Perdagangan Persyaratan untuk memperoleh Angka Pengenal

Importir Sementara (APIS) tersebut adalah :

• Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Perusahaan Besar dan

Menengah

• Memiliki kemampuan dan keahlian yang lazim diperlukan untuk

melaksanakan perdagangan impor

• Memiliki referensi bank devisa

Selanjutnya, persyaratan yang harus dipenuhi pemilik APIS untuk memperoleh

API adalah :

• Telah melaksanakan impor sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dan telah

mencapai nilai US $ 100.000

• Tidak pernah membatalkan / ingkar kontrak impor kecuali karena keadaan

memaksa yang diluar kemampuan (Force Majeur)

Jadi dengan demikian persyaratan-persyaratan tersebut diatas haruslah dipenuhi

(49)

BAB III

PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor

Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara didunia yang dapat

memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil

ataupun nagara besar, negara yang perekonomiannya sudah maju ataupun masih

terbelakang, secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan

pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka

dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan

perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap neara tersebut.

Transakasi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah

ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih

dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat

tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran

barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul

berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa,

kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.

Pengaruh keseluruhan dari perdagangan ekspor impor ini adalah untuk

memberikan keutungan bagi negara-nagara yang mengimpor dan mengekspor.

Transaksi ekspor impor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi dari negara-nagara yang terlibat di dalamya. Bagi perekonomian negara

berkembang seperti Indonesia, transaksi ekspor impor merupakan salah satu

(50)

masih belum terlalu menggembirakan saat ini. berbagai usaha telah dilakukan

pemerintah Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan sumber-sumber

devisa lain dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dan menarik

investor asing keIndonesia.

Untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, pemerintah merasa

perlu untuk mengambil kebijaksanaan serta tindakan dengan jalan

menyerderhanakan ketentuan-ketentuan yang menyangkut kegiatan di bidang

lalu-lintas devisa dan ekspor impor. Penyederhanaan ketentuan-ketentuan itu antara

lain mengenai:

1. Syarat-syarat sebagai eksportir

2. Syarat-syarat sebagai importir

3. Pajak ekspor

4. Pajak impor

5. Kebijaksanaan tentang devisa

6. Kredit ekspor dan jaminan ekspor

7. Tata niaga barang ekspor

8. Tata niaga barang impor 21

Penyederhanaan tersebut pada umumnya menitikberatkan pada

penggunaan devisa dengan tanpa mengurangi pengawasan untuk mencegah

hal-hal yang tidak diharapkan. Kebijaksanaan pemerintah tersebut perlu mendapat

dukungan dari pihak-pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan ekspor impor.

Jadi hendaknya para pengusaha dapat memanfaatkan kesempatan dan

kelonggaran-kelonggaran yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dengan

21 Alfred Hutauruk. 1983. Sistem dan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa di

Referensi

Dokumen terkait

Adapun prosedur pengolahan data ekspor dan impor pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan yaitu admin Seksi Ekspor dan Impor Menginput data ekspor dan impor yang

Ho: Tidak terdapat hubungan yang linier antara total nilai ekspor dan impor terhadap neraca pembayaran Indonesia tahun 2007 – 2016.. - Jika Fhitung > Ftabel berarti H1

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengangkat permasalahan yang diberi judul: “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidak Dibayarnya L/C pada Transaksi Ekspor

Dalam kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan oleh negara Jerman dan Indonesia terdapat penurunan dan peningkatan terhadap barang komoditi terutama pada

Dalam mekanisme pembayaran pada kegiatan ekspor dan impor sudah dapat dipastikan bank memiliki andil dan peran serta fungsi untuk menjamin terlaksananya pembayaran

Adapun mengenai mekanisme pembayaran pada kegiatan ekspor dan impor sudah dapat dipastikan bank memiliki andil dan peran serta fungsi untuk menjamin terlaksananya

Dan yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah teori dan studi empiris mengenai total nilai ekspor, impor, neraca perdagangan dan neraca pembayaran Indonesia mulai tahun

Devisa Hasil Ekspor dan Devisa Pembayaran