• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perdagangan internasional kegiatan “beli” disebut “impor” dan kegiatan “jual” disebut “ekspor”, sehingga ekspor-impor merupakan perjanjian jual-beli juga. Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal di negara yang berbeda. Transaksi ekspor-impor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang terlibat di dalamnya.1

Setiap transaksi perdagangan selalu menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang bersangkutan. Pihak penjual berkewajiban antara lain melakukan penyerahan barang yang sama-sama telah dimufakati, dan berhak untuk menerima pembayaran atas harga barang yang diserahkan. Sebaliknya pembeli berkewajiban melunasi harga pembayaran dari barang yang diserahkan dan berhak menuntut penyerahan barang yang dibeli.2

1 Roselyn Hutabarat, 1990, Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, hlm 1

2 Amir M. S, 2000, Seluk Beluk dan Teknik Pedagangan Luar Negeri, Edisi Revisi, Cetakan 9, PPM, Jakarta, hlm 31

(2)

Apabila penjual dan pembeli sama berada di satu tempat, maka penyelesaian kewajiban masing-masing pihak agak mudah dilakukan. Akan tetapi dalam perdagangan luar negeri penyelesaiannya tidak mudah. Hal ini disebabkan antara lain karena pembeli dan penjual terpisah satu sama lainnya, baik secara geografis maupun oleh batas kenegaraan. Antara negara pembeli dan penjual pada umumnya mempergunakan jenis mata uang yang berbeda. Kedua belah pihak pembeli dan penjual harus pula mengindahkan dan menyelesaikan sepenuhnya peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah masing-masing dalam bidang yang menyangkut perdagangan luar negeri.

Transaksi perdagangan ekspor impor pada dasarnya dapat dilakukan dengan atau tanpa L/C, namun karena L/C melindungi kedua belah pihak, eksportir dan importir, dimana bank ikut terlibat dan mengurangi risiko tertentu, maka transaksi dengan L/C lebih disenangi. L/C memegang peranan penting dalam perdagangan internasional dan akan terus merupakan instrumen yang paling ampuh dalam jasa-jasa perbankan. L/C ini juga berfungsi melancarkan arus barang dari daerah atau negara surplus ke daerah atau negara minus. Sebab dengan adanya L/C maka perdagangan menjadi lancar dan mudah dilaksanakan, walaupun misalnya antara satu negara dengan negara lain yang saling mengadakan transaksi perdagangan itu berjauhan.3

Transaksi perdagangan ekspor impor dimulai dengan dibuatnya sebuah kontrak jual beli (Seles Contract) antara eksportir dan importir yang di dalamnya

3 Roselyn Hutabarat, op.cit., hlm 23

(3)

antara lain menyebutkan cara pembayaran. Umumnya pembayaran dilakukan dengan adanya pembukaan L/C. Adanya L/C ini maka pihak importir harus menyediakan dana untuk membayar harga barang yang di impor dan pihak eksportir menyediakan barang yang dimaksud.4

Suatu L/C mencerminkan adanya komitmen dari sebuah bank untuk membayar kepada penjual barang dan jasa dengan sejumlah uang tertentu asalkan penjual dapat menyerahkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C. Jadi prinsipnya L/C tidak lain adalah suatu jaminan pembayaran dari bank, tanpa adanya bank maka L/C tidak mungkin diterbitkan.5 Peranan utama bank dalam suatu penerbitan L/C dapat sebagai pihak yang menerbitkan L/C (Issuing Bank) atas permintaan importir atau dapat juga sebagai pihak yang menerima L/C yang kemudian diteruskan kepada penjual (Negotiating Bank).

Kedua peranan bank tersebut mampunyai konsekuensi yang sama yaitu malakukan pembayaran.

Sebagai bank penerbit L/C maka bank harus membayar kepada pihak penjual melalui Negotiating Bank, apabila penjual telah memenuhi semua dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C, kewajiban membayar ini harus segara dilakukan.

Sebagai Negotiating Bank maka bank harus melakukan pembayaran kepada

4 Ruddy Tri Santosa, 1996, Pembiayaan Transaksi Luar Negeri, Andi Offset, Yogyakarta, hlm 1

5 Suyatno, Thomas,dc Gowi, 1998, Lalu Lintas Pembiayaan Dalam dan Luar Negeri, Jakarta, Intermedia, hlm 2-3

(4)

pihak penjual apabila pihak penjual dapat menunjukkan semua dokumen yang diminta L/C.

Kedua peranan bank diatas mempunyai risiko yang tidak ringan dan diperlukan ketelitian yang tinggi dalam hal meneliti kelengkapan dokumen yang diperlukan karena pada prinsipnya pembayaran yang dilakukan oleh bank berdasarkan kelengkapan dokumen. Apabila terbukti karena kelalaiannya dalam meneliti dokumen mengakibatkan tidak dibayar oleh pihak pembeli atau pihak pembeli menolak barang yang dikirim maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada bank.

Dalam pelaksanaan L/C pemohon atau penerima adakalanya juga mempermasalahkan adanya kesalahan pada bank penerbit, bank yang ditunjuk atau bank penerus berkenaan dengan pelaksanaan L/C. Demikian juga halnya antara bank penerbit dan bank penerus atau bank yang ditujuk ada saatnya juga saling menyalahkan satu pihak terhadap pihak lain. Dalam pelaksanaan L/C jika pihak bank melakukan kesalahan seharusnya memberi ganti kerugian kepada pihak yang dirugikan apakah itu bank atau nasabah. Namun, dalam prakteknya tidak mudah karena ada indikasi bahwa bank cenderung tidak mau dipersalahkan dan/ atau dimintai ganti kerugian.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengangkat permasalahan yang diberi judul: “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidak Dibayarnya L/C pada Transaksi Ekspor Impor di PT Bank “X” Jakarta”.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang dapat menyebabkan tidak dibayarnya L/C pada transaksi ekspor impor di PT. Bank “X” Jakarta?

2. Upaya yang dilakukan oleh PT Bank “X” Jakarta atas penolakan pembayaran L/C?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uruaian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi atau keterangan guna:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidak dibayarnya L/C pada transaksi ekspor impor di PT Bank “X” Jakarta.

2. Untuk mengetahui penyelesaian yang dilakukan oleh PT Bank “X” Jakarta atas penolakan pembayaran L/C

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah informasi mengenai faktor-faktor tidak dibayarnya Letter of Credit dalam transaksi ekspor impor dan penyelesaiannya.

2. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan kajian bagi insan akademis mengenai Letter of Credit (L/C) pada umumnya.

(6)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidak Dibayarnya L/C pada Transaksi Ekspor Impor di PT. Bank “X” Jakarta, sejauh peneliti ketahui belum pernah diteliti oleh pihak lain. Penelitian yang berhubungan dengan masalah Letter of Credit pernah ada akan tetapi pembahasannya adalah mengenai seputar masalah perjanjian jual beli dengan menggunakan Letter of Credit (L/C) dan pengawasan perbankan dalam aktivitas penggunaan Letter of Credit. Berikut ini akan penulis sajikan penelitian-penelitian yang dimaksud sebagai perbandingan dengan penelitian yang penulis lakukan sendiri, yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh AGUS SVARNHA NURPATRIA6

dengan judul penelitiannya ”Perjanjian Jual Beli Dengan Menggunakan L/C (Letter of Credit) Pada CV. Golden Teak Garden Semarang”. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan:

1. Transaksi ekspor impor khususnya mengenai cara pembayaran dengan L/C berpedoman pada UCP No. 500 Tahun 1993. Di Indonesia ketentuan khusus yang mengatur mengenai L/C adalah Surat Edaran yang diterbitkan oleh Bank Indonesia yaitu Surat Edaran No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 yang mengatur mengenai kebebasan bank devisa tunduk pada UCP No. 500 tahun

6 Agus Svarnha Nurpatria, 2007, Perjanjian Jual Beli Dengan Menggunakan L/C (Letter of Credit) Pada CV. Golden Teak Garden Semarang, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro, Semarang

(7)

1993. Secara umum ketentuan dalam Buku III Bab V KUH Perdata dan ketentuan-ketentuan dalam KUHD tetap berlaku bagi transaksi ekspor impor.

2. Kewajiban ekspotir sebagai penjual adalah menyerahkan barang ekspor kepada importir sesuai perjanjian. Untuk itu, seorang eksportir membutuhkan jasa pengangkut. Sarana angkutan laut adalah sarana pengiriman barang yang dianggap lebih mudah dan murah. Dokumen yang mempunyai arti penting pada pengankutang laut adalah Bill of Lading (B/L) yang dikeluarkan oleh pengangkut. Tanggung jawab eksportir dalam cara pembayaran dengan Letter of Credit melampirkan dokumen B/L yang berfungsi:

a. bukti tanda pengiriman barang;

b. bukti kontrak pengangkutan c. bukti penyerahan barang

d. bukti pemilikan atau dokumen pemilikan barang

tanggung jawab eksportir terhadap dokumen B/L adalah menyiapkan B/L sesuai dengan cara pembayaran L/C dan apabila terdapat penyimpangan- penyimpangan dalam B/L yang dapat diperbaiki, eksportir diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Dalam hal penyimpangan berupa barang tidak sesuai dengan pesanan maka importir dapat melakukan klaim langsung kepada eksportir.

Penyerahan barang kepada importir merupakan tanggung jawab eksportir.

Dalam hal penyerahan barang, dokumen yang sangat penting adalah Bill of

(8)

Lading. B/L tersebut sebagai bukti bahwa eksportir telah melaksanakan

kewajibannya yaitu menyerahkan barang untuk diangkut.

3. Hak eksportir adalah mendapatkan pembayaran atas barang yang telah diekspornya. Eksportir akan mendapatkan hak tersebut apabila telah memenuhi kewajibannya yaitu menyerahkan barang kepada importir. Dalam hal cara menggunakan Letter of Credit, eksportir akan mendapatkan pembayaran setelah dokumen-dokumen yang dinyatakan telah terpenuhi, diantaranya dokumen Bill of Lading. Penyiapan dokumen-dokumen terutama dokumen B/L sangat penting karena bank melakukan pembayaran berdasrkan dokumen yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah disepakati dalam L/C.

Penyimpangan dari kondisi syarat kredit dapat dijadikan alasan bank untuk menolak pembayaran atas barang yang dikirimnya.

4. Hambatan-hambatan yang dialami oleh CV. Golden Teak Garden dalam pelaksanaan pembayaran dengan Letter of Credit, khususnya yang berkaitan dengan Bill of Lading adalah apabila terjadi discrepancies atau penyimpangan dokumen seringkali mengahambat dan menyita waktu. Discrepancies yang terjadi disebabkan antara lain oleh: kekurangan telitian staff pengawai dalam membuat dokumen menyebabkan kesalahan pengetikan dalam dokumen- dokumen yang disyaratkan dalam L/C. Namun apabila CV. Golden Teak Garden dapat memenuhi semua ketentuan dalam cara pembayaran L/C maupun dokumen B/L yang diminta maka tidak ada permasalahan yang menghambat.

(9)

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh GOES INDRA POESPO7 dengan judul penelitiannya ”Tinjauan Tentang Pembayaran Letter of Credit (L/C) Dalam Transaksi Jual Beli Ekspor (Studi pada Bank ”X” Surabaya). Penelitian Goes Indra Poespo ini menghasilkan kesimpulan:

1. Mekanisme pembayaran ekspor dengan menggunakan L/C:

a. Issuing Bank mengirimkan L/C ekspor atau SKBDN kepada Advising Bank.

b. L/C eskpor atau SKBDN diterima swift L/C atau telex L/C atau mail L/C.

c. Meneliti Commercial Line Issuing Bank.

d. Meneliti Clausul atau syarat L/C

e. Petugas melakukan input data-data yang ada di L/C ekspor atau SKBDN kedalam Eximbills.

f. Setelah di-input ke pada Eximbills, dicetak surat pemberitahuan yang berupa Advise L/C.

g. Officer melakukan pemeriksaan ulang atas proses yang telah dilakukan.

h. Jika ada kesalahan maka Section Head akan melakukan Release di Eximbills dan menandatangani surat Advise L/C.

i. Nasabah akan mendapat copy L/C surat pemberitahuan dan Advise Bank.

2. Kendala yang dihadapi dalam pembayaran dengan menggunakan L/C:

7 Goes Indra Poespo, 2006, Tinjauan Tentang Pembayaran Letter of Credit (L/C) Dalam Transaksi Jual Beli Ekspor (studi pada Bank ”X” Surabaya), Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

(10)

a. Un-paid Bills, yaitu apabila dokumen mengandung discrepancies dan kesengajaan importir untuk mengindari kerugian.

b. Delay of Payment (penundaan pembayaran) c. Double Payment (pembayaran berganda) d. Settlement of Draft (penyelesaian wesel) 3. Penyelesaian dari kendala yang dihadapi:

a. Meneliti L/C yang diterima dari opening bank b. Memerikasa dokumen pada saat negosiasi c. Meminimalisir discrepancies (penyimpangan)

d. Penanggulangan pernyataan non-payment dari opening bank e. Memberikan bimbingan kepada nasabah

f. Peningkatan pengetahuan petugas bank.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh ARIA DEVANANTA8 dengan judul penelitiannya ”Pengawasan Perbankan Dalam Aktivitas Penggunaan Letter of Credit (L/C) (Studi Kasus Pencairan Dana L/C Fiktif Pada PT BNI Tbk)”.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan :

1. Pengawasan Bank Indonesia terhadap keluar masuknya devisa negara khususnya dalam perdagangan dengan negara lain dengan menggunakan letter of credit adalah secara tidak langsung, yaitu melakukan pemerikasaan atas kepatuhan ketentuan BI baik intern maupun ekstern. Secara lansung BI tidak

8 Aria Devananta, 2005, Pengawasan Perbankan Dalam Aktivitas Penggunaan Letter of Credit (L/C) (Studi Kasus Pencairan Dana L/C Fiktif Pada PT BNI Tbk), Tesis, Program Studi Magister Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

(11)

mengatur tentang penerbitan Letter of Credit (L/C). Dalam hubungan ini BI menerbitkan surat edaran nomor:26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 yang menyatakan bahwan semua L/C yang diterima dan diterbitkan oleh Perbankan Indonesia harus mengacu kepada Uniform Customsand Practics for Documentary Credit atau bisa disingkat UCP Publikasi nomor 500.

2. Langkah-langkah apa yang dilakukan Bank Indonesia untuk mencegah adanya pencairan dana dengan menggunakan Letter of Credit fiktif adalah dengan cara memastikan solvabilitas dan sehatnya posisi keuangan suatu banlk. BI juga berupaya melakukan pencegahan risiko sistemik (systemic risk) dengan pengaturan harga, kredit, dan prudensial, pembatasan kegiatan yang boleh dan tidak boleh. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pemeriksaan periodek secara umum meliputi seluruh atau sejumlah cabang bank.

Dalam penulisan tesis ini penulis lebih menekankan pemahaman mengenai faktor-faktor tidak dibayarnya L/C dalam transaksi ekspor impor pada PT Bank

”X” Jakarta. Untuk itu maka penelitian ini merupakan hasil pemikiran sendiri dan akan diteliti lebih lanjut oleh peneliti sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap Negara

Oleh karen itu penulis menuangkan dalam sebuah penulisan yang berbentuk penulisan hukum dengan judul: MEKANISME PENERBITAN DAN PERMASALAHAN YANG TIMBUL DALAM LETER OF CREDIT

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis termotivasi untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor terlebih independensi penampilan dengan

Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul “ Hubungan Kelengkapan Fasilitas Belajar

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat dan menelaah permasalahan tersebut dalam sebuah karya ilmiah dengan judul “PRAKTIK JUAL

Terkait dengan uraian permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengangkat permasalahan yang terkait dengan faktor-faktor yang dapat berpengaruh

Bagaimana Pengaruh Ekspor, Nilai Tukar, dan Penanaman Modal Asing terhadap Cadangan Devisa Indonesia dan Filipina pada tahun 2000-2019.. 1.3