• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Angkutan Kota Binjai Tujuan Medan Di Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Permintaan Angkutan Kota Binjai Tujuan Medan Di Kota Binjai"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN ANGKUTAN KOTA BINJAI

TUJUAN MEDAN DI KOTA BINJAI

TESIS

Oleh

IKA HANDAYANI TARIGAN

077018009/EP

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PERMINTAAN ANGKUTAN KOTA BINJAI

TUJUAN MEDAN DI KOTA BINJAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IKA HANDAYANI TARIGAN

077018009/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERMINTAAN ANGKUTAN KOTA BINJAI TUJUAN MEDAN DI KOTA BINJAI

Nama Mahasiswa : Ika Handayani Tarigan Nomor Pokok : 077018009

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE

Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

2. Dr. Murni Daulay, M.Si

3. Dr. Rahmanta Ginting, M.Si

(5)

ABSTRAK

Transportasi merupakan unsur yang sangat penting dan berfungsi sebagai urat

nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial politik dan mobilitas penduduk

yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai

bidang dan sektor. Penelitian ini menganalisis Permintaan Angkutan kota Binjai

Tujuan Medan yang meliputi variabel jumlah penumpang, pendapatan Penumpang,

tarif Angkutan dan tingkat kenyamanan penumpang yang menggunakan angkutan

kota Binjai tujuan Medan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

regresi linear berganda, karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan adalah

Ordinary Least Square (OLS).

Secara serempak (bersama) variabel variabel independen (pendapatan penumpang, tarif angkutan, dan tingkat kenyamanan), mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Jumlah Penumpang). Secara parsial menunjukkan bahwa variabel tarif Angkutan memiliki pengaruh negatip terhadap Jumlah Penumpang Angkutan umum Binjai - Medan. Secara keseluruhan dari hasil Estimasi menunjukkan bahwa Pendapatan Penumpang mempunyai pengaruh paling besar terhadap Jumlah Penumpang Angkutan umum Binjai – Medan.

(6)

ABSTRACT

Transportation has a very important role in our life, economy, social, politic, and mobility. This research analyzed the public transportation demand from Binjai to Medan, and used the total of passengers, commuter’s income, bus fare, and comfort index as dependent and independent variables

The method in this research is Ordinary Least Square (OLS). The model is estimated by using multiple linear regressions.

The result showed that simultaneously Independence variables (Commuter’s income, bus fare and comfort index) significantly influence the dependent variable (the total of passenger), and partially independent variables (commuter’s income and comfort index) significantly and positively influence the dependent variable (the total of passenger), however bus fare significantly and negatively influence the total of passenger. Overall estimation showed Commuter’s income had the most influent on the total of passengers.

(7)

KATA PENGANTAR

ALHAMDULILLAH, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT penguasa sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini walaupun disadari masih banyak kekurangan.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam tahap penyelesaian program studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Sejak Penulis melai kuliah sampai akhirnya menyelesaikan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan moril, materil dan ilmu yang berguna dari Bapak/Ibu Dosen serta pihak-pihak lainnya.

Pada tempatnyalah kiranya di kesempatan ini penulis ungkapkan rasa terima kasih yang ikhlas dari nurani yang dalam kepada :

1. Prof. Dr. lic.rer,reg Sirojuzilam, SE dan Bapak Kasyful Mahalli,SE,M.Si selaku dosen pembimbing I dan II yang dengan sabar dan ikhlas selalu membimbing dan mengarahkan penulis sampai akhirnya penelitian ini rampung.

2. Prof.. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc dan Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur dan wakil direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Murni Daulay, Msi, selaku ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Murni Daulay, Msi , Dr. Rahmanta Ginting, Msi, Drs. Rujiman, M.A, selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan tesis ini.

(8)

6. Bapak – bapak dan ibu staf administrasi Sekretariat Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yakni bang Dedi, kak Juli, bang Ari dll yang tidak disebutkan namanya yang telah banyak membantu selama studi.

7. Seluruh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yakni bu Pegi, bu Rani,Harja, Cici, kak Santi, Yurika, Adit, Haris, Jan Ericson, Aga, Saiful, chusnul, tia, mika dan yang lainnya tidak tersebut namanya telah memberi dukungan moril selama studi sampai berkahirnya studi.

8. Terima Kasih tidak terhingga kepada ayahanda tercinta P. Tarigan,SE,Ak dan Ibunda Rosmaini Br Bukit yang telah memberikan dukungan moril dan materil disertai doa selama studi sampai berakhirnya studi ini serta saudara-saudari ku yakni bg Irfan, kak Yeni, Lewi dan Rini yang selalu mengantarkan bimbingan dan mendoakan penulis menyelesaikan tesis ini.

9. Suamiku Tercinta Harry,SSTP,MSc dan calon anakku yang selalu memberikan dukungan dan dorongan secara moril maupun materil serta doa agar penulis menyelaesaikan tesis ini dengan baik.

10.Bibi,Paman, Mami, Pak Tengah,Pak Uda yang selalu memberikan motivasi dan dorongan agar cepat menyelesaikan studi serta dapat mengharumkan nama baik keluarga Tarigan Dan Bukit.

(9)

Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang sertimpal, Amin.Penulis menyadari bahwa tedapat banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karenanya penulis menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka guna kesempurnaan dan penulis ucapkan terima kasih. Akhirulkalam penulis ucapkan Wabillahi Taufiq wal Hidayah Assalammualaikum Wr.Wb.

Medan, Juli 2009

Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Ika Handayani Tarigan, dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1983 di Medan Propinsi Sumatera Utara, sebagai anak ke dua dari dua bersaudara. Ibu penulis bernama Rosmaini Bukit dan Bapak bernama P.Tarigan,SE,Ak. Penulis mempunyai suami yang bernama Harry, S.STP, M.Sc dari perkawinannya penulis mengandung seorang anak yang memberikan semangat kepada penulis untuk menyelaesaikan Tesis ini.

Pendidikan formal ditempuh penulis dari Taman Kanak-kanak di Tunas Harapan Medan diselesaikan pada tahun 1989. Pendidikan Dasar diselesaikan pada Sekolah Dasar di SD Percobaan Negeri Medan pada tahun 1995. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di MTS Muhammadiyah Kwala Madu Langkat pada tahun 1998 kemudian masuk Sekolah Menengah Atas di SMU kartika I-2 Medan selesai pada tahun 2001 dilanjutkan penulis ke pendidikan S-1 perguruan tinggi Universitas Negeri Medan pada Fakultas Ekonomi jurusan Akuntasi Non kependidikan sampai tahun 2002 namun tidak selesai karena semasa kuliah diterima di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri hingga lulus pada tahun 2006.

Setelah Menyelesaikan kuliah, penulis bekerja pada Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Binjai tepatnya di Kantor Kelurahan Kartini Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai dengan jabatan sebagai sekretaris Lurah.

(11)

DAFTAR ISI

2.5. Pendekatan Permodelan Fungsi Permintaan Angkutan Kota ... . 13

(12)

BAB III METODE PENELIIAN ... 31

3.1. Lokasi Penelitian ... .... 31

3.2. Jenis dan Sumber Data ... .... 31

3.3. Populasi dan Sampel ... .... 31

3.4. Model Analisis ... … 32

3.5. Defenisi Variabel dan Batasan Operasional ... … 33

3.6. Metode Analisis ... … 34

3.7. Test Goodness of Fit ... … 35

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... … 36

3.8.1. Uji Multikolinieritas ……….. 36

3.8.2. Uji Heterokedasitas ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.1.1. Transportasi Kota Binjai ... 39

4.1.2. Karakteristik Responden ... 41

4.2 Deskripsi Variabel –Variabel Penelitian ... 44

4.2.1. Variabel Jumlah penumpang (JP) ... 44

4.2.2. Variabel Tarif Angkutan Berdasarkan Tujuan (TAU) ... 46

4.2.3. Variabel Jumlah Pendapatan Penumpang Per Bulan (PP) .. 48

4.2.4. Variabel Dummi Kenyamanan (DK) ... 49

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 No/Kode Tujuan, Tujuan dan Jenis Angkutan Kota pada Tahun 2008

... 4

2.1 Klasifikasi Pergerakan Orang di Perkotaan Berdasarkan Maksud Pergerakan ……….. 21

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 43

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ………... 44

4.4 Deskripsi Jumlah Penumpang Angkutan kota Binjai – Medan yang Beroperasi Selama Bulan Februari 2009 dengan Metode Sturges ... 45

4.5 Deskripsi Tarif Angkutan Kota Berdasar Tujuan ... 47

4.6 Deskripsi Pendapatan Penumpang / bulan dengan Metode Sturges ... 48

4.7 Deskripsi Kenyamanan penumpang Angkutan kota Binjai - Medan ... 50

4.8 Hasil Regresi ... 51

4.9 Hasil uji Multikolinearitas ... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Sistem Transportasi Makro ...

2

2.2 Hubungan Dasar Sistem Transportasi, Sistem Aktivitas dan

Pola Aliran. ………. 9

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data Penelitian

...

56

2. Regresi Utama ..……… 60

3. Uji Multikolinearitas ……… 61

(16)

DAFTAR SINGKATAN

JP = Jumlah Penumpang

PP = Pendapatan Penumpang

PS = Pendapatan Supir

DK = Dummy Kenyamanan

(17)

ABSTRAK

Transportasi merupakan unsur yang sangat penting dan berfungsi sebagai urat

nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial politik dan mobilitas penduduk

yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai

bidang dan sektor. Penelitian ini menganalisis Permintaan Angkutan kota Binjai

Tujuan Medan yang meliputi variabel jumlah penumpang, pendapatan Penumpang,

tarif Angkutan dan tingkat kenyamanan penumpang yang menggunakan angkutan

kota Binjai tujuan Medan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

regresi linear berganda, karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan adalah

Ordinary Least Square (OLS).

Secara serempak (bersama) variabel variabel independen (pendapatan penumpang, tarif angkutan, dan tingkat kenyamanan), mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Jumlah Penumpang). Secara parsial menunjukkan bahwa variabel tarif Angkutan memiliki pengaruh negatip terhadap Jumlah Penumpang Angkutan umum Binjai - Medan. Secara keseluruhan dari hasil Estimasi menunjukkan bahwa Pendapatan Penumpang mempunyai pengaruh paling besar terhadap Jumlah Penumpang Angkutan umum Binjai – Medan.

(18)

ABSTRACT

Transportation has a very important role in our life, economy, social, politic, and mobility. This research analyzed the public transportation demand from Binjai to Medan, and used the total of passengers, commuter’s income, bus fare, and comfort index as dependent and independent variables

The method in this research is Ordinary Least Square (OLS). The model is estimated by using multiple linear regressions.

The result showed that simultaneously Independence variables (Commuter’s income, bus fare and comfort index) significantly influence the dependent variable (the total of passenger), and partially independent variables (commuter’s income and comfort index) significantly and positively influence the dependent variable (the total of passenger), however bus fare significantly and negatively influence the total of passenger. Overall estimation showed Commuter’s income had the most influent on the total of passengers.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat memerlukan interaksi sosial akibat adanya kebutuhan komoditas

atau jasa lain yang menimbulkan suatu perjalanan dan akhirnya memerlukan suatu

sarana yang dapat mempermudah untuk melakukan perjalanan tersebut. Jumlah

permintaan perjalanan ketempat tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang penting

antara lain adalah jenis-jenis kegiatan yang dapat dilakukan ditempat tersebut atau

tingkat pencapaian tujuan perjalanan itu seperti biaya, karakteristik alat transportasi,

populasi penduduk pada tempat asal, penghasilan, kegiatan utama yang biasa

dilakukan.

Transportasi merupakan unsur yang sangat penting dan berfungsi sebagai urat

nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial politik dan mobilitas penduduk

yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai

bidang dan sektor, ini berarti transportasi berfungsi positif sebagai penghubung antar

wilayah sehingga tercipta aksebilitas subsektor paling dekat yang langsung

berhubungan dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi daerah perkotaan, transportasi memegang peranan yang menentukan.

Kota yang teratur dan dikelola dengan baik antara lain ditandai dengan melihat

(20)

mencerminkan keteraturan kota, juga mencerminkan kelancaran kegiatan

perekonomian kota.

Kebutuhan akan pelayanan transportasi orang pada daerah perkotaan biasanya

dilayani oleh angkuta umum. Setijowarno dan Frazila (2001) menyebutkan, angkutan

kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam satu wilayah kota

yang menggunakan mobil, bis umum/mobil penumpang umum yang terikat pada

trayek tetap dan teratur. Menurut Tamin (1997), jaringan rute angkutan umum

ditentukan oleh pola atau tata guna lahan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung

demand (permintaan) agar terjangkau oleh pelayanan umum.

Kota Binjai adalah salah satu kota yang berhasil mendapatkan penghargaan

Piala Wahana Tata Nugraha. Penghargaan ini telah diraih sebanyak lima kali, sebagai

bukti keberhasilan disektor lalulintas dan angkutan kota yang diberikan Dishub setiap

tahunnya. Kemacetan di Kota Binjai hampir tidak ada, namun pengelolaan angkutan

umum khususnya angkutan Kota Binjai tujuan Medan belum optimal dilakukan. Hal

ini terlihat terjadinya konflik antara sesama supir angkutan umum, misalnya saling

berebut calom penumpang (sewa). Tidak jarang konflik antara sesama supir ini

menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang angkutan umum, misalnya saling

kebut-kebutan dijalan raya.

Kota Binjai yang terdiri dari 5 kecamatan merupakan salah satu

kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara. Sarana transportasi yang

menghubungkan antar kota dalam Propinsi adalah moda transportasi darat dan moda

(21)

Dilihat dari karakteristik yang ada pada propinsi ini maka dapat diketahui

bahwa Kota Binjai memiliki tingkat perjalanan yang tinggi terutama tingkat

perjalanan menggunakan moda transportasi darat. Jumlah permintaan antar kota

dalam Kota Binjai setiap tahun sangat penting untuk perencanaan fasilitas

transportasi baik itu prasarana maupun sarana tetapi mengingat kendala yang

dihadapi untuk mengumpulkan data tersebut sangatlah besar seperti biaya dan waktu

untuk melakukan proses pengumpulan data laporan jumlah penumpang yang tidak

berjalan dengan baik alternatif lain yang dikembangkan saat ini adalah menggunakan

rumusan atau model yang dapat dipakai untuk mengetahui jumlah permintaan

perjalanan penumpang antar kota dalam propinsi dengan tingkat kesalahan sekecil

mungkin.

Kota Binjai dalam tahun 2000 sampai 2005 memiliki pertumbuhan penduduk

rata-rata 21,16% per tahun, artinya dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan penduduk

kota binjai cukup tinggi yang melebihi pertumbuhan penduduk Sumatera Utara

periode 2000 sampai 2005 yang hanya 1,37% per tahun (BPS, 2007).

Jumlah armada angkutan umum (MPU) Kota Binjai Tahun 2007 sebesar 254

unit yang mempunyai izin operasi (Dishub Kota Binjai), pada kenyataannya Kota

Binjai melayani penumpang di wilayah Kota Binjai saja tetapi sampai ke kabupaten

lain seperti Langkat. Hal ini disebabkan karena luas wilayah Binjai yang hanya

90,23km.

Adapun No./ Kode Tujuan, tujuan dan jenis angkutan yang beroperasional di

(22)

Tabel 1.1. No/Kode Tujuan, Tujuan dan Jenis Angkutan Kota pada Tahun 2008 (Data Empiris Dilapangan)

No. / Kode Tujuan

Tujuan Jenis Angkutan

02 Terminal Pinang Baris (Medan) MPU

55 Pasar Petisah (Medan) MPU

88 Pasar Petisah (Medan) MPU

Sumber : Data Primer 2008

Berdasarkan data tersebut diatas maka penelitian ini mencoba

mengembangkan suatu model permintaan perjalanan penumpang antar kota tujuan

Binjai ke Medan, walaupun pengembangan model itu sendiri banyak menghadapi

kendala, akibat keterbatasan data yang digunakan dalam model. Hasil model ini

diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu utuk mengetahui jumlah

permintaan perjalanan penumpang dengan moda darat yang berguna dalam

perencanaan transportasi darat di Kota Binjai secara menyeluruh , dimana dengan

model yang diperoleh dapat diterapkan mengevaluasi peranan sistem transportasi dan

untuk meramalkan kebutuhan transportasi pada waktu yang akan datang.

1.2 Perumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang, adapun perumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh pendapatan penumpang pengguna Jasa angkutan

Kota Binjai tujuan Medan terhadap permintaan angkutan kota yang diproksi

(23)

2. Bagaimana pengaruh tarif atau ongkos penumpang angkutan Kota Binjai

tujuan Medan terhadap permintaan angkutan kota yang diproksi dari jumlah

penumpang?

3. Bagaimana pengaruh keamanan dan kenyamanan tehadap permintaan

angkutan Kota yang diproksi dari jumlah penumpang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan penumpang pengguna angkutan kota

tujuan medan terhadap permintaan angkutan kota yang diproksi dari jumlah

penumpang

2. Untuk mengetahui pengaruh tarif atau ongkos penumpang angkutan Kota

Binjai tujuan Medan terhadap permintaan angkutan kota yang diproksi dari

jumlah penumpang

3. Untuk menganalisa pengaruh pertimbangan keamanan dan kenyamanan

penumpang pengguna jasa angkutan kota Binjai tujuan Medan terhadap

permintaan angkutan kota yang diproksi dari jumlah penumpang

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penilitian ini adalah :

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui

(24)

pertimbangan konsumen akan keamanan dan kenyamanan terhadap

permintaan angkutan kota Binjai tujuan Medan pada tahun 2008

2. Sebagai masukan bagi pemerintahan Kota Binjai khususnya dalam mengambil

keputusan mengenai perencanaan angkutan kota khususnya tujuan medan.

3. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya,khususnya

yang berminat meneliti masalah permintaan angkutan kota serta hubungannya

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Transportasi

Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan manusia atau

barang dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan tertentu. Manusia selalu

berusaha mencapai efisiensi transportasi, yaitu berusaha mengangkut barang atau

orang dengan waktu secepat mungkin dan dengan pengeluaran biaya sekecil

mungkin.

Kegiatan transportasi mencakup bidang yang sangat luas seperti ekonomi,

sosial, politik, budaya dan Hankam.

Terdapat tiga jenis moda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan jasa transportasi, yaitu moda darat, laut dan udara. Untuk melayani

kebutuhan pelayanan jasa transportasi dalam kota, hanya digunakan moda darat, yaitu

moda reI (kereta api), moda jalan raya (bus kota dan angkutan kota) serta moda

paratransit lainnya.

Secara makro ada empat komponen yang diperlukan untuk menganalisa sistem

transportasi, yaitu :

1. Sistem kegiatan (A)

2. Sistem jaringan (T)

3. Sistem pergerakan (F)

(26)

Interaksi ke empat komponen tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :

Sistem Kegiatan Sistem jaringan

Sistem Pergerakan

Sumber : Sukarto (2006)

Sistem Kelembagaan

Gambar 2.1 Sistem Transportasi Makro

Sistem jaringan memberikan penawaran terhadap sistem pergerakan, sedang

sistem pergerakan mempengaruhi sistem kegiatan. Akibat lancarnya arus pergerakan

maka terjadi pertambahan kegiatan (aktivitas), sistem kegiatan manusia meminta

tambahan permintaan kepada sistem pergerakan dan akhirnya sistem pergerakan

menjadi beban bagi sistem jaringan, siklus tersebut berlangsung secara terus menerus.

Melihat hubungan tersebut di atas maka dibutuhkan sistem kelembagaan yang

terdiri dati individu, kelompok, lembaga, instansi pemerintah atau swasta yang terkait

yang dapat mempengaruhi ketiga komponen dasar tersebut.

Untuk lebih jelasnya, pemakai jasa transportasi atau user dapat memutuskan

kapan, kemana, memakai moda angkutan apa dan melakukan perjalanan atau tidak.

Pengelola/pemilik sarana transportasi atau operator dapat memutuskan mengenai rote,

jadwal, tarif, pelayanan yang disediakan, macam dan jumlah kendaraan maupun

(27)

2.2. Permintaan Angkutan

Transportasi dari orang atau barang dilakukan, bukan karena orang atau

barang tersebut menginginkan angkutan, tetapi untuk mencapai tujuan lain (Morlok,

2000). karenanya permintaan angkutan ini disebut sebagai permintaan yang

diturunkan (derived demand) dari suatu kebutuhan manusia akan barang dan jasa lain

sebagai akibat terjadinya perkembangan aktivitas sosio ekonomi masyarakat.

Keperluan kita akan sarana transportasi seperti bis kota, angkutan kota, taksi dan

lain-lain misalnya karena kita ingin pergi bekerja, melancong, kesekolah, berbelanja, ke

toko atau kepasar atau untuk ganti moda seperti pergi ke pendahuluan laut atau

bandar udara.

Salah satu bentuk perkembangan aktivitas sosio ekonomi masyarakat yang

paling kuat dalam menimbulkan permintaan potensil akan jasa angkutan adalah

adanya perubahan tata ruang kota yang membawa akibat kepada timbulnya jarak

geografis antara suatu zona dengan zona yang lainnya. Dua zona yang berjarak ini

hanya dapat dipertemukan dengan sarana angkutan sebagai suatu sistem.

Dengan demikian, sistem transportasi dapat disebut sisi penawaran (suply

side) dan sisitem aktivitas berupa perubahan tata ruang kota adalah sisi permintaan

(Demand side). Kedua sistem ini menurut Manhein (1999) mempunyai keterkaitan

(28)

Sumber: Manheim (1999) SISTEM TRANSPORTSI

SISTEM AKTIVITAS

POLA ALIRAN

Gambar 2.2. Hubungan Dasar Sistem Transportasi, Sistem Aktivitas dan Pola Aliran

Teori ini apabila dihubungkan dengan permintaan potensil terhadap angkutan

kota pada lintasan Kota Binjai – Medan akan menunjukan bahwa aktivitas

perkembangan dan tata ruang Kota Binjai yang tidak jauh dari Kota Medan harus

diikuti dengan intervensi sistem transportasi berupa pengadaan angkutan dan lambat

laun akan menimbulkan dan mempengaruhi pola aliran pada rute tersebut.

Oleh karenanya dalam perencanaan transportasi jangka panjang, studi

permintaan akan angkutan kota perlu dilakukan agar pola aliran lalu lintas dapat

diatur keseimbangannya (Warpani, 2000).

2.3 Atribut Pelayanan Jasa Angkutan

Manheim (l999), membagi atribut untuk pelayanan jasa Angkutan menjadi 5

bagian yaitu :

1. Waktu

a. Waktu perjalanan total

(29)

c. Frekwensi pelayanan

d. Penjadwalan waktu (keberangkatan/kedatangan)

2. Ongkos untuk pengguna

a. Ongkos transportasi langsung seperti tarif, ongkos peralatan, ongkos bahan

bakar dan ongkos parkir.

b. Ongkos operasi langsung seperti : ongkos muat dan dokumentasi

c. Ongkos tidak langsung seperti : ongkos perawatan, ansuransi, pergudangan

dan bunga.

3. Keselamatan keamanan

a. Probabilitas kerusakan pada barang

b. Probabilitas kecelakaan

c. Distribusi probabilitas dari tipe kecelakaan

4. Kenyamanan dan kepuasan bagi pengguna

a. Jarak berjalan kaki

b. Jumlah pertukaran kendaraan

c. Kenyamanan fisik (suhu, kelembaban, kebersihan, kualitas pengendara,

cuaca)

d. Kenyamanan psikologis (status, kebebasan)

e. Kenyamanan yang lain (penanganan bagasi, tiket, pelayanan, makanan)

(30)

5. Pelayanan pengiriman

a. Pembagian dan penanganan istimewa

b. Asuransi

2.4. Proses Perencanaan Angkutan Kota

Studi permintaan angkutan kota dengan memperkirakan besarnya pada kurun

waktu mendatang merupakan bagian dari proses perencanaan sisitem angkutan kota

menyeluruh. Morlok (2000) menempatkan studi permintaan ini pada kelompok asal

proses perencanaan seperti pada gambar berikut :

Kota Sebagaimana Adanya

Tujuan - Tujuan Rencana -rencana

Evaluasi

Peramalan Permintaan Data Kota

Putusan / Aksi

Sumber: Morlok (2000)

(31)

Warpani (2000) menyatakan bahwa memperkirakan atau mengestimasi

permintaan angkutan di masa depan adalah langkah dasar dalam merencanakan

perangkutan sebagai antisipasi dini terhadap perkembangan ekonomi, sosial dan

lingkungan agar pengadaan sarana angkutan dapat ditetapkan pada jumlah yang tepat

secara ekonomis.

Melihat begitu pentingnya menaksir besarnya permintaan angkutan kota pada

suatu lintasan, maka membentuk suatu model fungsi permintaan dalam kerangka

kerja studi harus dilakukan guna mencari nilai parameter dan variabel – variabel yang

dianggap paling dominan mempengaruhi perubahan permintaan.

Selanjutnya Kanafani, (1999) menjelaskan bahwa analisa estimasi permintaan

angkutan berguna sebagai dasar untuk mengeluarkan kebijaksanaan penetapan

penyediaan sarana transportasi yang tepat dalam melayani perkembangan aktivitas

sosial ekonomi kota berupa perubahan tata ruang dalam kerangka perencanaan

angkutan kota.

2.5. Pendekatan Pemodelan Fungsi Permintaan Angkutan Kota

Ada dua pendekatan dasar pemodelan fungsi permintaan angkutan kota

(Kanafani, 1999) dalam mengestimasi permintaan pada tahun-tahun rencana.

Pertama, pendekatan langsung berupa penerapan teori permintaan pada ilmu ekonomi

(32)

Adapun dalam studi ini akan dikembangkan pendekatan model pertama untuk

keperluan mencari nilai elastisitas variabel bebas yang dominan mempengaruhi

permintaan potensil angkutan kota.

Pada umumnya dalam teori ekonomi mikro, permintaan akan suatu barang dan

jasa dipengaruhi oleh harga barang dan jas itu sendiri, haga barang-barang dan jasa

lain, tingkat pendapatan yang secara metematis berbenruk fungsi berikut

(Button,2002):

Qd = f (P,Ps,Y)... (2.1)

Dimana :

Qd = Jumlah permintaan akan suatu barang.

P = Harga Barang tersebut

Ps = Harga Barang Lain

Y = Pendapatan Konsumen

Akan tetapi untuk keperluan studi analisis permintaan angkutan ini, fungsi

pada persamaan (1) secara fleksibel dapat direkayasa sesuai dengan kebutuhan kita

harus memilih dan mendroping variabel-variabel yang benar-benar dominan kedalam

persamaan fungsional ini.

Menurut Morlok (2000) memperkirakan permintaan angkutan kota sering

dipakai untuk memperkirakan jumlah perjalanan total yang berasal dan bertujuan di

daerah- daerah pengembangan dan pembangunan utama seperti pusat-pusat

perbelanjaan baru, pelabuhan-pelabuhan udara, dan taman-taman industri sebai bahan

(33)

Dengan memperkirakan jumlah perjalanan keluar dan masuk tersebut,

kemampuan jalan- jalan yang berada disekitarnya dalam menampung lalu-lintas akan

dapat diperkirakan dan rencana-rencana yang sesuai dapat dikembangkan apabila

diperlukan perubahan-perubahan.

2.6. Fungsi Transportasi

Transportasi perlu untuk mengatasi kesenjangan jarak dan komunikasi antara

tempat asal dan tempat tujuan. Untuk itu dikembangkan sistem transportasi dan

komunikasi dalam wujud sarana yaitu kendaraan dan prasarana yaitu jalan. Jasa

angkutan berfungsi untuk memenuhi perangkutan (transportasi) dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Transportasi dan tata guna lahan merupakan tidak dapat dipisahkan.

Kegiatan transportasi yang diwujudkan dalam bentuk lalu lintas kendaraan pada

dasarnya merupakan kegiatan yang menghubungkan dua lokasi dari tata guna lahan

yang mungkin sama atau berbeda. Memeindahkan orang atau barang dari satu tempat

ketempat yang lain, berarti memindahkannya dari satu tata guna lahan ke tata guna

lahan yang lain., yang berarti pula mengubah nilai ekonomi orang atau barang

tersebut.

Transportasi dengan demikian merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara mengubah letak

geografis barang atau orang, jadi salah satu tujuan penting dari perencanaan tata guna

lahan atau perencanaan sistem transportasi adalah menuju keseimbangan yang efisien

(34)

Untuk wilayah perkotaan, transportasi memegang peranan yang cukup

menentukan. Suatu kota yang baik dapat ditandai dengan melihat kondisi

transportasinya. Transportasi yang baik, aman dan lancar selain mencerminkan

keteraturan kota juga memperlihatkan kelancaran kegiatan perekonomian kota.

Perwujudan kegiatan transportasi yang baik adalah dalam bentuk tata jaringan jalan

dengan segala kelengkapannya berupa rambu-rambu lalu lintas, penunjuk jalan dan

sebagainya. Selain kebutuhan lahan untuk jalur jalan dipelukan juga kebutuhan lahan

seprti tempat parkir, terminal, dan fasilitas angkutan lainnya. Perkembangan

teknologi dibidang transportasi menuntut adanya perkembangan teknologi prasarana

transporatsi berupa jaringan jalan. Sistem transportasi yang berkembang semakin

cepat menuntut perubahan tata jaringan jalan yang dapat menampung kebutuhan lalu

lintas yang berkembang tersebut.

2.7. Pola Perjalanan di Daerah Perkotaan

Kebanyakan orang memerlukan perjalanan untuk mencapai tempat-tempat

dengan tujuan bekerja, bersekolah atau tempat pendidikan lain, berbelanja,

ketempat-tempat pelayanan, mengambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan bersantai

diluar rumah, serta banyak tujuan lain, berbelanja, ke tempat-tempat pelayanan,

mengambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan bersantai diluar rumah, serta

banyak tujuan yang lain. Hal yang utama dalam masalah perjalanan adalah adanya

hubungan antara tempat asal dan tujuan, yang memperlihatkan adanya lintasan, alat

(35)

oleh tata letak pusat-pusat kegiatan di perkotaan (permukiman, perbelanjaan,

perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain).

Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan.

Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas

yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi.

Perencanaan kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan

mencegah timbulnya berbagai persoalan agar kota menjadi suatu tempat kehidupan

yang layak, sedangkan perencanaan transportasi mempunyai sasaran

mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak

dengan aman, murah, cepat, dan nyaman, dan mencegah terjadinya kemacetan lalu

lintas di jalan-jalan dalam kota.

Penyusunan kebijakan transportasi dilakukan oleh Dinas Perhubungan, setelah

berkoordinasi dengan beberapa departemen lain yang terkait, misal: Departemen

Dalam Negeri, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertahanan, dan

Departemen Keuangan. Selanjutnya pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut

dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain

yang terkait, serta pihak swasta (perusahaan perangkutan).

Pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development) sebagaimana

didefinisikan sebagai: Pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini, tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka

(36)

luas di banyak negara di dunia. Namun demikian transportasi dengan memakai

kendaraan bermotor merupakan pengguna besar dari sumberdaya alam yang tidak

terbaharukan (non-renewable resources), terutama minyak bumi, di samping

menghasilkan gas buang yang berbahaya (bagi kesehatan manusia) dan tidak dapat

dikurangi / dihilangkan. Transportasi juga merupakan penyumbang terbesar dalam

pencemaran udara, khususnya diperkotaan.

Meskipun terdapat perbedaan antara kota-kota di berbagai negara, namun

pergerakan di dalam daerah perkotaan mempunyai ciri yang sama yang berlaku

hampir sama pada semua kota kecil maupun kota besar di dunia. Ciri ini merupakan

prinsip dasar yang merupakan titik tolak kajian transportasi. Ciri ini juga

mendefinisikan konsep yang digunakan oleh perencana angkutan dan perekayasa

transportasi untuk memahami dan mempelajari pergerakan.

Dilihat berdasarkan pergerakan orang di daerah perkotaan, berdasarkan

maksud pergerakan maka dapat diklasifikasikan beberapa aktivitas yang melingkupi

masyarakat pengguna jalan, yaitu:

a. dalam aktivitas ekonomi, yaitu untuk mencari nafkah atau mendapatkan

barang dan pelayanan

b. aktivitas sosial, yaitu untuk menciptakan hubungan pribadi atau melakukan

silaturahmi sesama anggota masyarakat

c. rekreasi atau mengunjungi tempat hiburan

(37)

Berdasarkan keempat klasifikasi pergerakan orang berdasarkan maksud

pergerakannya, selanjutnya dapat dirinci sebagaimana tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi Pergerakan Orang di Perkotaan Berdasarkan Maksud Pergerakan

No Aktifitas Klasifikasi

Perjalanan

Jumlah orang yang bekerja tidak tinggi, sekitar 40-50℅ penduduk. Perjalanan yang berkaitan dengan pekerja termasuk:

a. Pulang kerumah b. Mengangkut barang c. Ke dan dari tempat rapat Pelayanan hiburan dan rekreasi diklasifikasikan secara terpisah, tetapi

pelayanan media, hukum dan kesejahteraan termasuk disini 2. Sosial menciptakan

(38)

Lanjutan Tabel 2.1

3. Pendidikan Ke dan dari rumah sekolah kampus dan lain sebagainya

Hal ini terjadi pada sebagian besar penduduk yang berusia antara 5-22 tahun. Di negara sedang berkembang jumlahnya perjalanan pada hari-hari libur

5. Kebudayaan a. Ke dan dari hiburan sangat sulit dibedakan

(39)

2.8. Pemilihan Moda Angkutan

Ortuzar (1994) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

moda transportasi dalam tiga kelompok adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik pelaku perjalanan faktor-faktor yang secara umum berpengaruh

antara lain kepemilikan kendaraan, kepemilikan surat ijin mengemudi,

struktur rumah tangga pendapatan dan kepadatan penduduk.

2. kerakteristik perjalanan, meliputi maksud perjalanan dan waktu yang

dilakukan perjalanan

3. karakeristik fasilitas transportasi, karakteristik ini dibagi dua kategori yaitu:

a. Faktor kwantitatif meliputi waktu perjalanan relativ (dalam kendaraan,

waktu tunggu dan waktu pencapaian ke lokasi moda yang ada.

b. Faktor kwantitatif yang meliputi kenyamanan, dapat dipercaya dan

keamanan

Kendaraan angkutan umum dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 1992

tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan adalah setiap kendaraan bermotor yang

disediakan utnutk digunakan oleh umum dan dipungut bayaran.

Menurut Giannopoulus (1989), angkutan penumpang umum merupakan salah

satu fungsi perkotaan yang fundamental, yang seharusnya disediakan lebih baik, lebih

berorientasi sistem dan dengan perencanaan dan operasi yang sistematik.

Komponen-komponen utama suatu sistem bus dapat dibedakan menjadi enam kategori, yaitu:

a. Perencanaan Jaringan Rute

(40)

c. Pelayanan penumpang

d. Kendaraan

e. Halte bus dan terminal

f. Jaringan jalan

Dua komponen pertama dan kedua komponen terakhir diatas bisa

dikelompokan menjadi satu. Kelompok pertama sering disebut operasi atau

eksploitasi sementara yang kedua secara umum disebut jaringan atau network.

Berbagai wilayah permasalahan yang perlu dikaji dan diselesaikan dengan

pendekatan menyeluruh antara lain dari sudut pandang penumpang sasaran berikut

harus dicapai :

1. Pengangguran waktu berjalan, peningkatan kecepatan perjalanan

2. Transfer penumpang yang lebuh baik

3. Pengangguran waktu tunggu

4. Perlindungan yang lebih baik dari kondisi cuaca

5. perbaikan ketepatan dan keandalan (reliability)

6. Perbaikan interkoneksi

7. Peningkatan kemudahan (handiness)

8. Peningkatan informasi

(41)

2.9. Kondisi Angkutan Umum

Untuk dapat bertahan hidup di dunia bisnis angkutan yang keras harus dapat

beradaptasi dengan perubahan. Strategi, inovasi, dan juga kreatifitas menjaring

penumpang menjadi ujung tombak pengusaha angkutan di Indonesia untuk bertahan

hidup.

Mulai dari persiapan memulai bisnis di bidang tranportasi, pengusaha

angkutan sudah harus mempersiapkan persyaratan administratif yang cukup terlebih

dahulu. Pengusaha minimal memahami ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah

selaku regulator bisnis transportasi di Indonesia. Berbagai aturan seperti

Undang-Undang No. 14 tahun 1993 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan

Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah No. 44

tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi benar-benar harus dipahami. Belum

lagi aturan teknis lain yang ditetapkan oleh Direktorat terkait.

Persyaratan administratif seperti surat izin usaha angkutan dan surat izin

trayek/non trayek (Kartu Pengawasan) merupakan persyaratan dasar sebelum

perusahaan angkutan bisa menjalankan operasinya.

Selain persyaratan administratif dan perizinan yang harus dimiliki, pengusaha

angkutan juga langsung dihadapkan untuk memilih produk kendaraan yang akan

digunakan. Ini pun sangat dipengaruhi regulasi industri otomotif di Indonesia.

Kendaraan angkutan umum yang beredar di Indonesia saat ini untuk komponen mesin

(42)

Sedangkan untuk rancang bodi kendaraan, masih dominan hasil produksi perusahaan

karoseri di Indonesia.

Pemilihan produk kendaraan sangat berpengaruh besar pada kegiatan

operasional perusahaan angkutan. Memilih sebuah merek untuk dijadikan armada

angkutan perusahaan angkutan mempunyai seni yang unik. Bagaimana menciptakan

sebuah kendaraan yang aman, nyaman dan efisien yang sesuai dengan keinginan

konsumen di Indonesia. Sebuah seni membina hubungan dengan para suplier

komponen kendaraan karena masalah terbesar pada jasa angkutan adalah mahalnya

harga suku cadang kendaraan. Dengan mempunyai mitra strategis tentunya akan

memberi banyak keuntungan bagi pengusaha angkutan.

Pemilihan produk kendaraan untuk angkutan di Indonesia sangat rentan

dengan permasalahan program pemasaran produk jasa angkutan. Perusahaan jasa

angkutan penumpang akan berinteraksi langsung dengan selera pasar penumpang,

berbeda dengan nuansa jasa angkutan barang. Konsumen perusahaan jasa angkutan

penumpang cukup kritis untuk menilai sebuah layanan perusahaan angkutan apalagi

jika persaingan cukup kompetitif sesama perusahaan jasa angkutan ataupun dengan

moda transportasi lain.

Armada yang laik jalan, bersih, nyaman itu saja belum cukup. Kebutuhan

akan kepuasan konsumen jasa angkutan penumpang umum tidak hanya memindahkan

orang dari satu tempat ke tempat lain saja tetapi juga bagaiamana memberikan kesan

selama perjalanan yang dilalui oleh si penumpang menjadi faktor penting yang harus

(43)

Perpaduan antara pemilihan armada dan program pemasaran jasa angkutan

seperti layaknya seorang koki meramu sebuah menu hidangan untuk disajikan. Disini

berbagai pola yang dilakukan para pengusaha angkutan dengan mengerahkan ilmu,

pemikiran, pengalaman banyak dilakukan, hingga percobaan yang sangat unik dan

menarik khususnya di bisnis angkutan penumpang.

1. Memberikan pelayanan spesifik kepada penumpang

Pengusaha angkutan umum menciptakan sebuah layanan spesifik baik untuk

kelas ekonomi ataupun non ekonomi yang mereka masuki. Hasil yang didapat

dari strategi ini berapapun tarif yang dipatok mereka punya pelanggan setia.

2. Mendekati penumpang

Kini penumpang angkutan antarkota tidak hanya dari terminal ke terminal

saja, tapi sudah mengarah ke point to point hingga kota kecamatan. Baik dari

tujuan asal hingga tujuan akhir.

3. Menyasar segmen tertentu

Pengusaha angkutan menciptakan sebuah brand bahwa perusahaannya

mencirikan produk untuk kelas tertentu. Bisa untuk kelas ekonomi dan juga kelas

non ekonomi mulai dari kelas eksekutif hingga super executive.

4. Fanatisme kedaerahan juga bisa dijadikan strategi pemasaran

Setiap daerah di Indonesia mempunyai karakter yang beraneka ragam.

Pengusaha angkutan ‘bertempur’ di berbagai wilayah bisnis tentunya

(44)

lebih ‘luwes’ dibandingkan dengan memiliki bisnis angkutan di daerah domisili

perusahaan itu sendiri atau tanah kelahiran sang pemilik usaha.

5. Jumlah armada dan variasi kelas

Beberapa perusahaan angkutan dengan kapital besar dan manajemen baik

tentunya banyaknya jumlah armada dan membuat variasi kelas yang ditawarkan

menjadi andalan mereka mencari penumpang. Brand image yang ditanamkan

adalah sebuah kekuatan besar tanpa adanya kekawatiran penumpang untuk

ditelantarkan di perjalanan serta memberikan tawaran pilihan kelas armada yang

sesuai dengan kemampuan keuangan calon penumpang untuk membayar tiket.

2.10. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu dan penelitian lanjutan dengan menggunakan

permodelan permintaan angkutan antara lain :

Miro (1993) sebuah penelitian dilakukan yang mengangkat tema tentang

Estimasi Permintaan angkutan kota salah satu bagian yang terpenting dari proses

perencanaan sistem transportasi kota sebagai upaya antisipasi terhadap

memperkirakan kebutuhan perjalanan (Forecasting Demand For Transportation)

yang ditimbulkan oleh perubahan zona-zona anatar lintasan yang menghubungkan

dua kota. Tujuan dari studi inilah untuk memperkirakan demand potensil angkutan

kota pada lintasan. Penelitian ini mengawali perencanaan pengadaan angkutan yang

(45)

Yafiz (2002) meneliti tentang kinerja jasa transportasi angkutan kota keterkaitan

dengan syarat kelancaran, kenyamanan dan keamanan. Secara riil kondisi yang terjadi

saat ini bahwa meningkatnya permintaan jasa transportasi angkutan kota belum ditata

secara maksimal sehingga pengaturan manajemen angkutan kota belum mampu

menawarkan pelayanan yang memuaskan.

Ledoh (2005), Melakukan studi model permintaaan perjalanan penumpang antar

kota / kabupaten dengan moda transportasi darat dengan metode analisis yang

dikembangkan menggunakan model distribusi perjalanan gravity, model pemilihan

deskrit, model kebutuhan langsung dan model ekonometri yang dikembangkan

menjadi regresi linear multivariat dengan data kuantitatif sosio ekonomi dan atribut

pelayanan transportasi sebagai dasar analisis. Hasil penelitian yang diperoleh adalah

model matematik untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota / kabupaten di

Propinsi Sumatera Selatan atau Propinsi lain dengan karakteristik yang sama dengan

menggunakan angkutan umum.

Sukarto (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Transportasi Perkotaan dan

Lingkungan, menyimpulkan Sistem transportasi dan terutama infrastruktur jalan raya

telah merupakan salah satu alat terpenting untuk mencapai standar kehidupan yang

tinggi. Ini membawa konsekuensi penggunaan teknologi baru dan lebih canggih,

seperti interchanges, jalan-jalan layang (fly overs), jalan bebas hambatan (freeways),

jalur kereta layang (elevated railways track), tanda-tanda lalu lintas yang

terkoordinasi, dan sebagainya untuk menampung kecepatan yang lebih tinggi dan

(46)

meningkatnya jumlah lalu lintas kendaraan bermotor meningkatkan pula kemacetan

lalu lintas dan pencemaran udara, serta kebisingan. Perlu ada usaha-usaha untuk

mengatasi masalah tersebut, yang harus dilakukan secara terpadu, seperti penataan

ruang kota, pengaturan lalu lintas, pemanfaatan energi alternatif untuk kendaraan

bermotor, penggunaan angkutan cepat masal (mass rapid transit), dsb.

Aminah (2007) menulis Transportasi Publik Dan Aksesibilitas Masyarakat

Perkotaan dimana Transportasi umum menyediakan layanan mobilitas dasar bagi

orang-orang tersebut dan juga bagi semua orang yang tidak memiliki akses mobil

ataupun motor. Sistem trans-portasi masal memang belum terwujud, artinya sampai

saat ini belum bisa dijangkau masyarakat, kepentingan masyarakat belum terpenuhi,

yang tidak hanya terkait dengan soal tarif, tetapi sistem transportasiberkelanjutan

yang bisa menjangkau kebutuhan nyata masyarakat.

Mobilitas berkelanjutan (sustainable mobility) menyatukan segala macam upaya

untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan sektor transportasi. Ini

menandai adanya pergeseran dari pendekatan perencanaan transportasi tradisional,

yang engkonseptualisasikan transport sebagai sebuah permintaan dan infrastruktur

pendukung bagi pertumbuhan ekonomi, menuju pendekatan kebijakan melalui bukti

dan perkiraan resiko, serta untuk mengetahui kemungkinan per-tumbuhan yang tidak

terkendali.Perluasan kapasitas jalan dan hambatan jalan dapat dikurangi dengan

menekan permintaan yang terlalu berlebih atas penggunaan jalan. Meskipun, telah

(47)

untuk mengadakan transportasi publik yang berbiaya besar dengan tawaran pilihan

yang sangat terbatas.

Subsidi pada umumnya muncul karena einginan untuk mempertahankan

layanan tertentu pada biaya yang rendah. Namun pengalaman, menunjukkan

keuntungan yang diantisipasi, pelayanan yang lebih baik, mengurangi penggunaan

mobil dan hambatannya, serta patronase yang lebih tinggi, yang mengarah pada

peningkatan viabilitas menjadi ekspektasi jangka pendek.

2.11 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara untuk

menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian.

Berdasarkan teori dan permasalahan sebelumnya, maka dibuatlah hipotesis

sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh positif antara Pendapatan Penumpang terhadap Jumlah

Penumpang Angkutan Kota Binjai tujuan Medan, ceteris paribus.

b. Terdapat pengaruh yang positif antara Tarif Angkutan terhadap Jumlah

Penumpang Angkutan Kota Binjai tujuan Medan, ceteris paribus.

c. Terdapat pengaruh yang positif antara Kenyamanan Penumpang terhadap

(48)

2.12. Kerangka Berfikir

Adapun kerangka berpikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pendapatan

Pengguna Jasa /Penumpang (X1)

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian Permintaan Angkutan Kota Kota Binjai

Ongkos /Tarif

penumpang (X ) 2

Demand Angkutan Umum Jumlah Penumpang (Y)

Pertimbangan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai permintaan angkutan kota Binjai tujuan Medan ini

dilakukan di kota Binjai Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi dikarenakan

penulis saat ini bekerja di Kota Binjai dan menggunakan angkutan kota tersebut

dalam menunjang aktivitas.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari sejumlah

responden yang mengendarai angkutan kota Binjai Tujuan Medan yaitu supir dan

penumpang angkutan kota tersebut. Data ini diperlukan untuk menganalisis

permintaan angkutan kota Binjai Tujuan Medan yang meliputi data: karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat Pendidikan, umur, jumlah penumpang,

ongkos atau tarif penumpang yang menggunakan angkutan kota Binjai tujuan Medan

dan penghasilan supir yang mengendarai angkutan kota tersebut.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini meliputi penumpang yang menggunakan angkutan kota

dan supir yang mengendarai angkutan kota Binjai tujuan Medan yang ada di Kota

Binjai. Angkutan Kota Binjai Tujuan Medan merupakan angkutan yang mendukung

(50)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan metode Insidental Sampling dengan beberapa pertimbangan yang

berkaitan dengan penelitian ini. Penetapan teknik pengambilan sampel ini

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dan orang yang ditemui cocok sebagai sumber data. Untuk mendapatkan

sampel pada penelitian ini maka penulis bermaksud menetapkan beberapa kriteria

yang akan digunakan sebagai dasar pemilihan sampel pada lokasi penelitian yaitu

sebagai berikut :

1. Supir yang mengendarai angkutan kota Binjai Tujuan Medan. Besar sampel

yang diambil sebanyak 28 orang supir dengan 1 orang supir perhari selama 28

hari.

2. Penumpang angkutan kota yang menaiki angkutan kota Binjai tujuan

Medan.Besar sampel yang diambil sebanyak 140 orang penumpang dengan 5

orang perhari selama 28 hari.

3.4 Model Analisis

Untuk menganalisis permintaan angkutan kota trayek Binjai –Medan maka

variabel- variabelnya : PP, DTA dan DK ini dihimpun kedalam suatu model dan

analisa dengan menggunakan analisis linear berganda.

Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(51)

Selanjutnya dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut :

JP = β0 + β 1 PP - β 2DTA

+

β 3 DK +

ε

... (3.2 )

Dimana :

β 0 = Konstanta

β 1 – β3 = Koefisien regresi

JP = Jumlah Penumpang pengguna Jasa Angkutan Kota

Binjai Tujuan Medan (orang)

PP = Pendapatan Penumpang pengguna angkutan kota

Binjai tujuan Medan (Rp)

DTA = Dummy Ongkos atau Tarif angkutan kota Binjai Tujuan Medan

1.Tarif dibawah Rp. 4000 menjadi angka 0

2.Tarif diatas sama dengan (≥) Rp. 4000 menjadi angka 1.

DK = Dummy kenyamanan

D = 1 ( Nyaman dan Aman )

D = 0 (Tidak nyaman dan tidak aman )

ε

= Error Term

3.5. Defenisi Varibel dan Batasan Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan

(52)

1. Jumlah Penumpang adalah jumlah orang yang menggunakan jasa angkutan

umum Binjai – Medan (dalam satuan orang)

2. Pendapatan Penumpang adalah jumlah pendapatan penumpang pengguna Jasa

Angkutan umum Binjai – Medan dalam satu bulan (dalam satuan Rupiah)

3. Tarif Angkutan adalah Ongkos Penumpang dalam satuan rupiah, karena tarif

angkutan Binjai Medan ditentukan lokasi tempat turunnya penumpang, tetapi

tarif yang yang dibayar penumpang berkisar RP 2000 – Rp 5000 dinyatakan

dengan variabel Dummy Tarif Angkutan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Tarif dibawah Rp. 4000 menjadi angka 0

2. Tarif diatas sama dengan (≥) Rp. 4000 menjadi angka 1.

4. Kenyamanan Penumpang dinyatakan dengan variabel Dummy Kenyamanan

dua katagori

a. D = 1 adalah penumpang merasakan kenyamanan dan keamanan

duduk didalam angkutan kota.

b. D = 0 adalah penumpang tidak merasakan kenyamanan dan keamanan

duduk didalam angkutan kota.

3.6. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode

Ordinary Least Square (OLS). Hal ini digunakan untuk melihat elastisitas Variabel

(53)

untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program Eviews versi 5,1. Metode

ini banyak digunakan karena ;

1. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan

menghasilkan parameter yang bersifat optimum.

2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika

dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini tidak

membutuhkan banyak data.

3. Metode Kuadrat Terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam

hubungan ekonomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi yang

baik. Dengan demikian metode ini banyak digunakan pada waktu

mengestimasi hubungan dalam metode Ekonometrika.

4. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami.

5. Metode kuadrat Terkecil adalah komponen yang penting dalam

ekonometrika.

3.7. Test Goodness of Fit

Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan metode enter yang

tersedia pada program statistik Eviews Versi 5,1 Koefisien yang dihasilkan dapat

dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian

diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti..

Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-t (t-test) dan

(54)

partial, sementara Uji – F mengetahui signifikasi statistik secara serentak, Uji R2

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan

variabel terikat.

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang

secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah dilakukan,

bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk.

Untuk itu maka perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari

(Insukindro, 2000).

3.8.1. Uji Multikolinieritas

Interprestasi persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi

bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi.

Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas akan menimbulkan beberapa

akibat, untuk itu perlu pendektesian multikolinieritas dengan besaran-besaran regresi

yang di dapat, yakni :

1. Variasi besar (dari taksiran OLS)

2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar

sehingga interval kepercayaan lebar).

3. Uji t (t-rasio) tidak signifikan, suatu variabel bebas yang signifikan baik secara

substansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana, bisa tidak

(55)

besar maka besar pula kemungkinan taksiran koefesien regresi (a1 – a4) tidak

signifikan.

4. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari Uji t

5. Terkadang nilai taksiran koefesien yang didapat akan mempunyai nilai yang

tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interprestasi

Dengan menggunakan program Eviews Versi 5,1 ada atau tidaknya gejala

multikolinearitas dapat diketahui dengan beberapa cara berdasarkan output yang

dihasilkan yaitu :

1. Korelasi antar variabel

2. Menggunakan korelasi parsial.

3.8.2. Uji Heterokedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linear klasik adalah

homokedastisitas atau varian yang sama. Salah satu metode yang dapat digunakan

ada tidaknya heterokedastisitas dalam satu varian error term suatu model regresi

adalah metode Park. Heterokedastisitas dalam penelitian ini dideteksi dengan

mengamati tampilan grafik (scatterplot). Tidak terdapatnya pola yang jelas dan

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y menunjukkan tidak

terjadinya heterokedastisitas pada model regresi. Sedangkan adanya gejala

heterokedastisitas ditunjukkan dengan adanya pola scatterplot yang dapat terlihat

(56)

membuat kesimpulan yang salah dari interpretasi, karenaestimasi OLS yang ada tidak

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Transportasi Kota Binjai

Kota Binjai sebagai titik persimpangan antara Kota Medan, Kabupaten

Langkat, Kabupaten Deli Serdang, serta pintu gerbang dari dan ke Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam (NAD), mempunyai posisi yang sangat strategis.

Dengan jarak yang hanya 21,2 km atau sekitar hanya 25 menit perjalanan dari

Kota Medan, kota yang sebelah Timur dan Selatan berbatasan langsung dengan

Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Barat dan Utara berbatasan dengan Kabupaten

Langkat, kota ini berada di jalur transportasi utama yang menghubungkan antara

Provinsi Sumut dengan Provinsi NAD.

Berdasarkan fakta ini, bisa disimpulkan bahwa posisi Kota Binjai sangat

strategis. Setidaknya ada dua alasan, pertama, kota ini berada di titik silang mobilitas

orang baik dari Kota Binjai menuju kota-kota di sekitarnya seperti Medan, Langkat,

Deli Serdang atau bahkan ke NAD baik untuk urusan bisnis, wisata maupun urusan

keluarga.

Sarana transportasi di dalam kota Binjai terutama adalah beca mesin roda tiga

yang unik dan mobil angkutan kota yang disebut sudako dan mobil besar yang

(58)

namun tidak memiliki pengaruh terhadap pemerintahan kota Binjai dikarenakan

damri transportasi angkutan antar kota yang dimilki Dinas Perhubungan Propinsi

Sumatera Utara yang diijinkan beroperasi sampai Kota Binjai. Peneliti tidak meneliti

permintaan damri dikarenakan damri tidak memiliki pengaruh terhadap PAD kota

Binjai dan damri juga berebeda jalur dengan angkutan kota Binjai tujuan Medan.

Angkutan kota Binjai tujuan Medan memliki kebebasan jalur setelah sampai di kota

Binjai tergantung dari kesepakatan penumpang dan supir meskipun tidak ada aturan

yang membebaskan angkutan tersebut untuk beroperasi dari Dinas Perhubungan Kota

Binjai sementara itu damri hanya beroperasi sampai jalan Djamin Ginting kelurahan

Rambung Kecamatan Binjai Selatan kota Binjai. Peristiwa ini dapat kita ambil

kesimpulan bahwa Angkutan Kota Binjai bukan mewakili pemerintah untuk melayani

masyarakat melainkan kepentingan seseorang untuk mendapatkan suatu keuntungan

sementara Damri yang mewakili pemerintah untuk melayani masyarakat kurang

ditanggapi oleh masyarakat dikarenakan akses perjalanannya tidak begitu besar

meskipun dilihat dari segi keamanan dan kenyamanan damri lebih unggul

dibandingkan angkutan Kota Binjai..

Transportasi ke luar kota, selain transportasi jalan, ada juga kereta api yang

menghubungkan Binjai dengan Medan dan Kwala di Kabupaten Langkat. Sampai

dengan tahun 2007, prasarana jalan di Kota Binjai terdiri dari:

1. Jalan aspal 298 kilometer

2. Jalan kerikil 31 kilometer

(59)

Letak Binjai juga tidak jauh dari bandara terdekat yaitu Bandara Polonia,

Medan. Selain itu, pelabuhan terdekat juga akan dihubungkan dengan jalan tol bila

proyek jalan tol Medan-Binjai selesai beberapa tahun lagi. Masyarakat bisa melihat

dan merasakan bagaimana dan apa yang telah diberikan pemerintah untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat apabila masyarakat mengalami hal yang

belum bisa sepenuhnya diterima kembalikan kepada pemerintah untuk dapat

mengatasi masalah- masalah yang seharunya menjadi hak masyarakat. Disamping itu

masyarakat juga harus bisa bekerjasama dengan pemerintah agar tercipta

kenyamanan dan keamanan dalam segala urusan terutama urusan transportasi.

4.1.2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para penumpang Angkutan Kota Binjai

– Medan. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diedarkan 5

set kuesioner setiap hari. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, peneliti

melakukan pembagian kuesioner pada saat jam sibuk / banyak penumpang yaitu

antara pukul 7.00 – 8.30 WIB pada hari biasa, khusus hari minggu jam 9.00 – 10.30

WIB. Proses pengambilan data dilakukan selama sebulan penuh pada Februari 2009

(28 hari). Penulis sengaja membatasi pengambilan kuesioner dari 5 orang perhari

untuk menghindari terjadinya overlapping data, karena pada umumnya penumpang

angkutan kota Binjai – Medan adalah homogen atau dengan kata lain orang yang

memakai jasa angkutan adalah orang yang sama, atau orang Binjai yang bekerja di

(60)

sebesar 140 orang responden. Dari 140 orang responden tersebut dapat

dikarakteristikan menjadi beberapa bagian seperti dibawah ini.

4.1.2.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis Kelamin dari penumpang Angkutan

Kota Binjai – Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Penumpang (orang) Persentase (%)

Pria 68 48,57

Wanita 72 51,43

Jumlah 140 100

Sumber : Hasil Penelitian 2009 (data diolah)

Dari Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jenis kelamin penumpang

Angkutan kota Binjai – Medan mayoritas adalah wanita (51,43%) ini disebabkan

karena kaum wanita lebih mencari keamanan dan kenyamanan dibandingkan

berkendara dengan sepeda motor selain terhindar jika cuaca tidak mendukung seperti

panas matahari dapat juga terhindar dari hujan selain itu terhindar dari pengguna jalan

yang tidak mematuhi rambu-rambu lalu linta seperti kebut-kebutan tetapi hanya

sedikit sekali perbedaannya dengan jumlah penumpang pria. Dapat ditarik

(61)

pria lebih mempunyai mental dibanding wanita untuk perjalanan yang menghabiskan

waktu cukup banyak.

4.1.2.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan penumpang Angkutan kota

Medan - Binjai dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Jenis Pendidikan Jumlah Penumpang (orang)

Sumber : Hasil Penelitian 2009 (data diolah)

Dari Tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa penumpang Angkutan kota

Binjai - Medan mayoritas berlatar belakang Pendidikan Sekolah Menengah Atas

(46,43%). Hal ini disebabkan penumpang angkutan umum tujuan Medan dari Binjai

adalah untuk bekerja, dan ijajah standar minimum untuk bekerja adalah ijajah SMA.

Meskipun yang menaiki angkutan kota Binjai terdapat Strata II dari sini dapat ditarik

kesimpulan angkutan kota adalah suatu alat transportasi yang tidak memendang kelas

untuk dinaiki oleh penumpang meskipun angkutan kota alat transportasi untuk

(62)

4.1.2.3 Karakteristik responden berdasarkan umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.3

berikut :

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Penumpang

(orang)

Presentase (%)

Dibawah 20 tahun 17 12,14

21 – 30 Tahun 57 40,71

31 – 40 Tahun 48 34,29

41 – 50 Tahun 11 7,86

51 tahun ke atas 7 5,00

Jumlah 140 100 Sumber : Hasil Penelitian 2009 (data diolah)

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penumpang angkutan kota Binjai -

Medan lebih dominan berusia 21 – 30 tahun yaitu sebesar 40,71% , hal ini karena

pada umumnya penumpang yang menuju ke Medan adalah untuk bekerja, dan pada

usia 21 – 30 tahun adalah usia produktif untuk bekerja.

4.2 Deskripsi Variabel -Variabel Penelitian

4.2.1 Variabel Jumlah Penumpang (JP)

Jumlah Penumpang Angkutan kota Binjai – Medan selama periode

(63)

Tabel 4.4 Deskripsi Jumlah Penumpang Angkutan kota Binjai – Medan yang Beroperasi Selama Bulan Februari 2009 dengan Metode Sturges

Jumlah Penumpang

Sumber: Hasil Penelitian 2009 (Data diolah)

Dari tabel diatas, dapat diketahui dari 28 hari pengamatan diambil jumlah

penumpang dari 5 angkutan kota yang berangkat setiap harinya, terdapat jumlah

penumpang maksimum adalah 15 orang sebelum berangkat meninggalkan terminal

Binjai menuju ke Medan. Jumlah penumpang Angkutan kota minimal yang berangkat

dari terminal Binjai menuju ke Medan adalah 5 orang, hal ini memungkinkan karena

pada umumnya angkutan kota tersebut terlebih dahulu keliling Binjai, dan

mengharapkan adanya tambahan penumpang di sepanjang jalan antara Binjai ke

Medan. Rata rata jumlah penumpang harian adalah 10 orang, jumlah Penumpang

yang paling banyak terdapat pada setiap hari Rabu dan Kamis, sedangkan jumlah

penumpang yang sepi adalah mulai hari Sabtu dan Minggu, karena pada umunya

(64)

4.2.2 Variabel Tarif Angkutan Kota Berdasarkan Tujuan (TAU)

Tarif angkutan adalah biaya yang dikeluarkan penumpang ketika penumpang turun dari angkutan kota Binjai tujuan Medan. Tarif yang dibayarkan penumpang merupakan ketetapan dari pemerintah kota Binjai meskipun demikian ada juga penumpang yang membayarkan tarif atau ongkos yang tidak sesuai dengan tarif yang ditentukan pemerintah Kota Binjai dikarenakan toleransi penumpang kepada supir apabila turunnya penumpang tidak sesuai dengan ketetapan tarif yang disesaikan dengan rute, adapun tarif yang telah ditentukan oleh pemerintah kota Binjai adalah sebagai berikut :

Tarif Angkutan kota Binjai – Medan terbagi atas 3 tarif yaitu:

1. Sekitaran Kota Binjai Rp. 2000 dari terminal bus Kota Binjai Jl. Ikan Paus sampai kembali ke terminal Kota Binjai

2. Lewat perbatasan Binjai ke Medan dari pabrik karet sampai terminal Pinang baris Rp 4000

Gambar

Tabel 1.1.    No/Kode Tujuan, Tujuan dan Jenis Angkutan Kota pada Tahun
Gambar 2.1   Sistem Transportasi Makro
Gambar 2.2. Hubungan Dasar Sistem Transportasi, Sistem Aktivitas dan Pola
Gambar 2.2. Proses Perencanaan Transportasi Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan aturan dalam Pelelangan Umum dengan pasca kualifikasi, maka Pokja Pengadaan Barang diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

Dengan adanya website ini, diharapkan bahwa pengunjung dapat mengakses website untuk digunakan sebagai layanan informasi maupun sebagai bahan koleksi, Sehingga dapat membantu

Berdasarkan aturan dalam Pelelangan Umum dengan pasca kualifikasi, maka Pokja Pengadaan Barang diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

Demikian atas perhatian dan partisipasinya diucapkan terima kasih.. Semarang, 18 Juni 2013

Simpulan tersebut sebagai berikut, yaitu: (1) Nilai sosial yang berhubungan dengan ketuhanan meliputi; berdoa kepada Tuhan, percaya kepada takdir Tuhan, dan bertakwa

Republik Indonesia yang mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap penanggulangan bencana. Cepat dan tepat; bahwa dalam operasi pencarian, pertolongan, dan

[8] Chousidis, Christos, Rajagopal Nilavalan, and Laurentiu Lipan.. "Expanding the use of CTS-to-Self mechanism for

The purpose of this study was to find out the impact of CSR performance on firm reputation, and also the impact of board diversity and gender composition (in this