• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, Dan Infrastruktur Terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, Dan Infrastruktur Terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Simalungun)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEMAMPUAN TEKNIS STAF, DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP KEBERHASILAN

IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT (STUDI KASUS PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN)

TESIS

Oleh

ARYANNI

087017045/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEMAMPUAN TEKNIS STAF, DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP KEBERHASILAN

IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT (STUDI KASUS PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ARYANNI

087017045/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI,

KEMAMPUAN TEKNIS STAF, DAN

INFRASTRUKTUR TERHADAP KEBERHASILAN IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT (STUDI KASUS PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN)

Nama Mahasiswa : Aryanni

Nomor Pokok : 087017045

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 25 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur

terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah

Kabupaten Simalungun)”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Simalungun).

Populasi penelitian ini adalah seluruh staf Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Pemerintahan Kabupaten Simalungun sebanyak 104 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dari 104 kuesioner yang disebarkan, yang dikembalikan dan dapat dievaluasi sebanyak 67 kuesioner. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Secara parsial Kemampuan Teknis Staf dan Infrastruktur berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government, sedangkan Budaya Organisasi berpengaruh negatif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Penelitian ini membuktikan 56,6% variabel dependen (Keberhasilan Implementasi E-Government) dipengaruhi oleh variabel independen (Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur), sedangkan sisanya 43,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.

(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze effect of Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure for The Success of implementation E-Government (Case Study in Simalungun District E-Government).

The population of research is office staff in Department Connection Communication and Informatics Simalungun District Government with the number of 104 personals. Data is collected with using the questionnaires, from 104 questionnaires that are spread out, returned and evaluated about 67 questionnaires. To hypothesize the effects with test F and test t are simultaneously and partially applied.

The result of the research proves that Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure are simultaneously having impact to The Success of implementation E-Government. Partially Technical Staff Ability and Infrastructure has significant positive effect to The Success of E-Government project, but Organizational Culture has not significant and negative effect to The Success of implementation E-Government. The research proves that 56,6% dependent variable (The Success of implementation E-Government) are described by independent variable (Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure), the remainder is 43,4% described by other variables outside the used variables.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, serta shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah SAW.

Tesis ini merupakan ungkapan pemikiran, kajian, dan penelitian dengan judul

“Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur terhadap

Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten

Simalungun)”.

Tesis ini merupakan tugas akhir dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar

kesarjanaan Strata Dua (S-2) pada Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi

Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan semua pihak, sehingga penulisan tesis

ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM & H, Sp.A.(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi

Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak membimbing penulis

dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. Selalu Dosen Pembimbing Dua yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam

penyusunan tesis ini.

5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, Ibu Dra. Narumondang B. Srg, MM,

(9)

6. Seluruh dosen dan karyawan/ti di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara yang telah membantu penulis selama perkuliahan.

7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Amin dan Ibunda Hj. Rusnah, serta Adinda

Aryta yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang kepada penulis.

8. Pakcik Latief dan Makcik Saibah, serta Atok dan Nenek, yang telah memberikan

dukungan bagi penulisan tesis ini.

9. Bapak Kadis Diskominfo dan staf-stafnya di Pemerintah Kabupaten Simalungun

yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.

10.Rekan-rekan Mahasiswa/i yang telah banyak memberikan dukungan dan saran

bagi penulis.

11.Orang-orang yang tersayang yang telah memberikan dukungannya bagi penulis.

Akhirnya semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-Nya,

serta memberikan kemudahan bagi kita semua dalam melaksanakan kebaikan dan

amal sholeh. Amin

Medan, Februari 2010

Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Aryanni

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar/13 Maret 1983

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pisang No. 4 Pematang Siantar – Sumatera Utara

Anak ke : 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara

Nama Ayah/Ibu : Amin/Hj. Rusnah

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2008 – 2010 : S-2 Program Magister Akuntansi USU

Tahun 2007 – 2008 : Pendidikan Profesi Akuntansi USU

Tahun 2004 – 2007 : S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi USU

Tahun 2001 – 2004 : D-III Akuntansi Fakultas Ekonomi USU

Tahun 1998 – 2001 : SMU Swasta Sultan Agung Pematang Siantar

Tahun 1995 – 1998 : SLTP Swasta Sultan Agung Pematang Siantar

Tahun 1989 – 1995 : SD Swasta Sultan Agung Pematang Siantar

PENGALAMAN KERJA

Tahun 2002 – 2005 : Tenaga Pengajar di Yayasan Brigjend Katamso Medan Sunggal Tahun 2006 – 2009 : Staff Finance-Accounting di PT.Ahad-Net Internasional Medan

(11)

DAFTAR ISI

1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

2.1.2 Aplikasi E-Government... 15

2.1.3 Strategi Pengembangan E-Government ... 17

(12)

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 36

4.6.2.3 Uji heteroskedastisitas ... 42

4.7 Pengujian Hipotesis... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

5.1 Deskripsi Data ... 45

5.1.1 Deskripsi Lokasi ... 45

5.1.2 Karakteristik Responden ... 45

5.2 Hasil Analisis Data ... 48

5.2.2.3 Uji heteroskedastisitas ... 54

5.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian... 57

5.2.3.1 Variabel budaya organisasi (X1) ... 57

5.2.3.2 Variabel kemampuan teknis staf (X2) ... 59

5.2.3.3 Variabel infrastruktur (X3)... 61

5.2.3.4 Variabel keberhasilan implementasi e-government (Y) 63 5.2.4 Pengujian Hipotesis ... 65

5.2.4.1 Pengujian hipotesis dengan Uji F ... 65

5.2.4.2 Pengujian hipotesis dengan Uji t ... 66

5.3 Hasil Persamaan Regresi ... 67

5.4 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 69

5.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 69

5.5.1 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government ... 70

5.5.2 Pengaruh Kemampuan Teknis Staf terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government ... 71

(13)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 73

6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 74

6.3 Saran ... 75

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu ... 29

4.1 Data Staf Diskominfo Pemerintah Kabupaten Simalungun ... 35

4.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

5.1 Pengumpulan Data... 45

5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 46

5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 46

5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat atau Golongan ... 47

5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan... 48

5.7 Uji Validitas Variabel Penelitian... 49

5.8 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 50

5.9 Uji Normalitas ... 52

5.10 Uji Multikolinearitas ... 54

5.11 Uji Heterokedastisitas dengan Spearman’s Rank Correlation Test ... 56

5.12 Deskripsi Variabel Budaya Organisasi (X1)... 57

5.13 Deskripsi Variabel Kemampuan Teknis Staf (X2) ... 59

5.14 Deskripsi Variabel Infrastruktur (X3) ... 61

5.15 Deskripsi Variabel Keberhasilan Implementasi E-Government (Y) .... 63

5.16 Hasil Uji F ... 65

5.17 Hasil Uji t ... 67

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Masalah Pokok Aplikasi E-Government ... 3

2.1 Pelayanan Informasi E-Government... 11

2.2 Kerangka Arsitektur E-Government ... 26

2.3 Pengembangan E-Government ... 27

3.1 Kerangka Konseptual ... 31

5.1 Grafik Uji Normalitas... 51

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 79

2 Data Responden pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kabupaten Simalungun ... 84

3. Data Kuesioner Responden pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kabupaten Simalungun ... 85

4. Frekuensi Jawaban Responden... 87

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 93

6. Uji Normalitas ... 97

7. Regression ... 98

(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Simalungun).

Populasi penelitian ini adalah seluruh staf Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Pemerintahan Kabupaten Simalungun sebanyak 104 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dari 104 kuesioner yang disebarkan, yang dikembalikan dan dapat dievaluasi sebanyak 67 kuesioner. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Secara parsial Kemampuan Teknis Staf dan Infrastruktur berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government, sedangkan Budaya Organisasi berpengaruh negatif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Penelitian ini membuktikan 56,6% variabel dependen (Keberhasilan Implementasi E-Government) dipengaruhi oleh variabel independen (Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur), sedangkan sisanya 43,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.

(18)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze effect of Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure for The Success of implementation E-Government (Case Study in Simalungun District E-Government).

The population of research is office staff in Department Connection Communication and Informatics Simalungun District Government with the number of 104 personals. Data is collected with using the questionnaires, from 104 questionnaires that are spread out, returned and evaluated about 67 questionnaires. To hypothesize the effects with test F and test t are simultaneously and partially applied.

The result of the research proves that Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure are simultaneously having impact to The Success of implementation E-Government. Partially Technical Staff Ability and Infrastructure has significant positive effect to The Success of E-Government project, but Organizational Culture has not significant and negative effect to The Success of implementation E-Government. The research proves that 56,6% dependent variable (The Success of implementation E-Government) are described by independent variable (Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure), the remainder is 43,4% described by other variables outside the used variables.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media, dan informatika serta

meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah merubah pola dan cara

kegiatan yang dilaksanakan di sektor industri, perdagangan, dan pemerintahan.

Perkembangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan masyarakat informasi telah

menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif

dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan

bangsa.

Desakan untuk meningkatkan kinerja pemerintah dikaitkan dengan

peningkatan kualitas pelayanan kepada publik, memperoleh momentum baru dengan

keluarnya “Reinventing Government” dari David Osborne dan Ted Gaebler (1996).

Mereka mengetengahkan argumentasi untuk “consumer driven government” yang

memberdayakan masyarakat dengan mengalihkan kendali dan pengawasan dari

birokrasi ke masyarakat. Mereka mengajukan argumentasi “We don’t need more or

less government, we need better government.” Ini menunjukkan paradigma baru bagi

good government atau good governance.

Menurut Darrell M. West, seorang pakar E-Government dari Brown

University Amerika Serikat, “E-Government refers to the delivery of information and

(20)

mengacu kepada penyampaian informasi dan pelayanan online pemerintahan melalui

internet atau media digital lainnya. Dan Douglas Holmes dalam Artikel Kartasasmita

(2001) “The E-Government movement is being driven by the need for government to:

cut costs and improve efficiency; meet citizen expectations and improve citizen

relationship; facilitate economic development”, yaitu E-Government memenuhi

keinginan pemerintah untuk mengurangi biaya dan efisiensi; meningkatkan

peningkatan interaksi; fasilitas pengembangan ekonomi.

Kebijakan pemerintah yaitu Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 dan

Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang Pengembangan E-Government

merupakan wujud keinginan pemerintah dalam upaya mendorong bangsa Indonesia

menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan (Knowledge-based Society). Haryono

dan Widiwardono (2004) mengatakan Implementasi E-Government diharapkan dapat

menjamin pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance).

Penerapan jaringan informasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah

secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk mencapai good

governance dalam rangka meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi

masyarakat dalam berbagai kegiatan kepemerintahan guna antara lain memperbaiki

pelayanan publik, meningkatkan efisiensi pelaksanaan otonomi daerah, serta

mengurangi berbagai kemungkinan kebocoran anggaran.

(21)

Ekonomi E-Government Award memberikan penghargaan kepada lembaga-lembaga

pemerintah terbaik yang mengimplementasikan tata cara pemerintahan secara

elektronis (Government). Adapun daerah penerima penghargaan Warta Ekonomi

E-Government Award didominasi Pulau Jawa, contohnya Propinsi Jawa Timur,

Pemerintah Kota Malang, dan sebagainya. Terkait hal tersebut tentunya masih banyak

propinsi dan kabupaten/kota lainnya yang belum menunjukkan eksistensinya.

Menurut Azis (2008) penyebab kegagalan implementasi E-Government

di Indonesia ternyata sumber masalahnya tidak selalu terkait dengan ketersediaan

teknologi informasi.

Gambar 1.1. Masalah Pokok Aplikasi E-Government

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi di tingkat pusat

maupun di tingkat daerah keterkaitan antara masalah pengembangan infrastruktur,

kepemimpinan dan budaya masyarakat kita. Ketersediaan teknologi dalam masalah

infrastruktur menjadi kendala di negara berkembang, E-Government menuntut adanya

(22)

lembaga pemerintah beserta infrastruktur penunjang yang handal dan terdapat secara

merata di seluruh wilayah. Beberapa kendala di daerah yang menjadi penyebab

kegagalan implementasi E-Government di Indonesia berasal dari faktor

kepemimpinan. Faktor ini dipengaruhi oleh adanya komitmen perubahan yang kuat

atau faktor budaya organisasi, konflik antara kebijakan pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, peraturan yang masih kurang mendukung, alokasi anggaran yang

kurang memadai, pembakuan sistem yang tidak jelas, yang kesemuanya ditentukan

oleh komitmen dari para pemimpin atau pejabat bagi terlaksananya E-Government.

Keberhasilan implementasi E-Government di daerah memang sangat ditentukan oleh

komitmen Gubernur, Bupati atau Walikota di daerah yang bersangkutan. Faktor

budaya diantara para birokrat dalam lembaga pemerintah yang mengakibatkan

kurangnya kesadaran dan penghargaan terhadap pentingnya E-Government. Integrasi

diantara lembaga negara, lembaga departemen maupun non-departemen masih selalu

terkendala karena masing-masing tidak mau berbagi data dan informasi, inilah

kendala yang paling pokok bagi implementasi E-Government. Fenomenanya adalah

pentingnya kaitan antara infrastruktur, kepemimpinan, dan budaya sangat terlihat dari

praktik implementasi E-Government di daerah. Beberapa aspek lain yang menjadi

penghambat implementasi E-government, yaitu:

1. Peraturan E-government cenderung masih lemah, Inpres No. 3/2003 tentang

Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-government masih belum memberikan

(23)

2. Belum adanya pemahaman yang tepat mengenai esensi E-government

dikarenakan lemahnya sisi sumber daya manusia (SDM).

3. Ketersediaan infrastruktur dan akses telekomunikasi sebagai hal pokok yang

harus dimiliki bagi penerapan E-government belum sepenuhnya ada.

Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi daerah yang cukup besar untuk

dipromosikan, khususnya Kabupaten Simalungun. Tanggal 15 Agustus 2007 Bupati

Simalungun Drs. T. Zulkarnain Damanik, MM resmi membuka Website Kabupaten

Simalungun (http//www.simalungunkab.go.id). Bupati Simalungun mengatakan

kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang pesat potensi

pemanfaatannya secara luas, membuka peluang untuk didayagunakan sebagai

penyampaian informasi yang cepat, akurat serta dapat menjangkau areal yang sangat

luas dan pada kenyataannya dalam proses pelaksanaannya dapat meningkatkan

efisiensi, efektivitas dan transparansi. Perubahan yang sedang berjalan mengalami

transformasi menuju era masyarakat informasi, kenyataan telah menunjukkan bahwa

penggunaan media elektronik merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai

transaksi seperti kegiatan perdagangan, keuangan, pemerintahan dan bidang lainnya.

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Simalungun memanfaatkan media elektronik

ini dalam pelaksanaan pemerintahan yang dimulai dengan pembukaan Website,

sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas melalui jaringan internet. Bupati

berharap, melalui media elektronik/jaringan internet masyarakat luas dapat mengenal,

mengetahui tentang berbagai program pemerintah dan potensi daerah Kabupaten

(24)

pembangunan itu sendiri. Otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan

kewenangan yang luas nyata dan bertanggung jawab. Pemberian kewenangan yang

luas kepada daerah memerlukan koordinasi dan pengaturan sehingga percepatan

pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan dapat terwujud dengan baik. Oleh

karena itu, dengan adanya website Kabupaten Simalungun akan membawa

perkembangan yang pesat bagi daerah ini. Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

Keberhasilan Implementasi E-Government di Pemerintah Kota Simalungun dalam

upaya peningkatan potensi daerah dan good governance ditinjau dari faktor budaya

organisasi, kemampuan teknis staf dan infrastruktur yang tersedia.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah penelitian adalah sebagai berikut: Apakah Budaya Organisasi, Kemampuan

Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap

keberhasilan implementasi E-Government untuk mencapai good governance dalam

rangka meningkatkan berbagai kegiatan kepemerintahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis

apakah Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh

(25)

mencapai good governance dalam rangka meningkatkan berbagai kegiatan

kepemerintahan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang lebih baik ke berbagai

kalangan, antara lain:

1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai akuntansi sektor publik.

2. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

pemerintah daerah agar dapat melakukan pembenahan terhadap kinerja

pemerintahan yang dilaksanakan.

3. Bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan rujukan dalam melakukan penelitian lanjutan.

1.5. Batasan Penelitian

Dalam hal melakukan penelitian, peneliti mempunyai keterbatasan antara lain:

Batasan Lokasi Penelitian, yaitu Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten

Simalungun dilaksanakan pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

(26)

1.6. Originalitas

Penelitian tentang Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan

Infrastruktur terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus

Pemerintah Kabupaten Simalungun), merupakan lanjutan dari penelitian yang telah

dilaksanakan oleh: Sri Handayaningsih (2007) meneliti tentang: “Analisis terhadap

Model Budaya Organisasi Sebagai Faktor Penting dalam Keberhasilan

Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi Kasus

Daerah Istimewa Yogyakarta)”, menyimpulkan bahwa dimensi Organizational

Culture, E-Government Development Culture, dan Regional Government

berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Pengembangan E-Government pada

Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta). Perbedaan

penelitian ini terletak pada penggunaan tambahan variabel yaitu Kemampuan Teknis

Staf dan Infrastruktur, serta menguji kembali Budaya Organisasi berpengaruh

terhadap Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah

Kabupaten/Kota. Lokasi penelitian yang berbeda yaitu peneliti sebelumnya

melakukan penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan penelitian ini

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Konsep E-Government

Menurut Keppres No. 20 Tahun 2006 E-Government adalah pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan untuk meningkatkan

efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

Peranan IT dalam proses bisnis membuat organisasi berusaha untuk

mengimplementasikan IT untuk proses terintegrasi.

Menurut Heeks (2001), E-Government lahir karena revolusi informasi dan

revolusi pemerintahan. Berbagai kendala implementasi E-Government di Indonesia

baik fisik maupun sosial ekonomi yang menjadi penyebabnya. Indonesia harus

mampu mendayagunakan potensi teknologi untuk keperluan:

1. Memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasi

dan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan sosial dan

ekonomi masyarakat, serta memperluas jangkauannya agar dapat mencapai

seluruh wilayah negara.

2. Memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembang

(28)

3. Meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan inovasi dalam sektor

produksi, serta memperlancar rantai distribusi, agar daya saing ekonomi nasional

dalam persaingan global dapat diperkuat.

4. Meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, serta

memperlancar interaksi antarlembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkat

pusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk pemerintahan yang

efektif, bersih, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.

World Bank Group (2001) menyatakan “E-Government refers to the use by

government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the

Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with

citizens, businesses, and other arms of government. These technologies can serve a

variety of different ends: better delivery of government services to citizens, improve

interactions with business and industry, citizen empowerment throught access to

information, or more efficient government management”. Artinya penggunaan

teknologi informasi oleh aparat pemerintah mampu meningkatkan hubungan dengan

warga negara, pelaku bisnis dan dengan sesama pemerintah itu sendiri. TI

memberikan banyak manfaat di bidang perbaikan pelayanan pemerintah,

meningkatkan interaksi dengan pelaku bisnis dan industri, serta pemberdayaan warga

negara melalui informasi atau menjadikan manajemen pemerintahan yang efektif dan

(29)

Gambar 2.1. Pelayanan Informasi E-Government

E-Government adalah istilah yang menurut beberapa kalangan, didefinisikan

secara beragam. Intinya adalah proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat

untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Karena itu,

dalam melihat E-Government, jangan terpaku oleh unsur 'e' - nya semata, tetapi yang

terpenting adalah proses dan jalannya pemerintahan melalui fasilitas internet atau

media online. Terdapat dua hal utama dalam pengertian E-Government:

1. Penggunaan teknologi komunikasi informasi (salah satunya adalah internet)

sebagai alat bantu, dan

2. Tujuan pemanfaatannya agar kinerja pemerintahan dapat lebih efisien.

Pada pelaksanaan E-Government, informasi, komunikasi, dan transaksi antara

masyarakat dan pemerintah dilakukan via internet. Sehingga ada beberapa manfaat

yang dihasilkan seperti misalnya, komunikasi dalam sistem administrasi berlangsung

dalam hitungan jam, bukan hari atau minggu. Informasi dapat dicari dari kantor,

(30)

pemerintahan atau tempat-tempat pelayanan umum. Akselerasi kecepatan pelayanan

berarti juga merupakan penghematan dalam waktu, energi maupun sumber daya.

Untuk implementasi E-Government lebih ditekankan pada enam pilar besar

yaitu: Perencanaan (Technology Blue Print), Infrastruktur (Hardware System and

Networking), Sistem Aplikasi (Software system), Procurement, Sumber Daya

Manusia (Training and Procedure), dan Sistem Integrasi (System Integrator). Model

E-Government yang diterapkan di negara-negara luar adalah menggunakan model

empat tahapan perkembangan yang meliputi:

1. Fase pertama, berupa penampilan website (web presence) yang berisi informasi

dasar yang dibutuhkan masyarakat.

2. Fase kedua, fase interaksi yaitu isi informasi yang ditampilkan lebih bervariasi,

seperti fasilitas download dan komunikasi e-mail dalam website pemerintah.

3. Fase ketiga, tahap transaksi berupa penerapan aplikasi atau formulir untuk secara

online mulai diterapkan.

4. Fase keempat, fase transformasi berupa pelayanan yang terintegrasi, tidak hanya

menghubungkan pemerintah dengan masyarakat tetapi juga dengan organisasi lain

yang terkait (pemerintah ke antarpemerintah, sektor non pemerintah, serta sektor

(31)

Menurut Seifert dan Bonham (2003) ada empat tipe penerapan E-Government:

1. Government to Citizens

Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi E-Government yang paling umum, yaitu

di mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi

informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan

masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan dari dibangun aplikasi

E-Government; bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan

rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan

mudah menjangkau pemerintahannya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan

pelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut: Departemen

Agama membuka situs pendaftaran bagi mereka yang berniat untuk

melangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu sehingga pemerintah dapat

mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan perjalanan yang sesuai.

2. Government to Business

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah

lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapat

berjalan sebagaimana mestinya. Contoh dari aplikasi E-Government berjenis

G-to-B ini adalah sebagai berikut: Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah

menjalankan aplikasi berbasis web menghitung besarnya pajak yang harus

(32)

3. Government to Government

Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk

saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Berbagai penerapan

E-Government bertipe G-to-G ini yang telah dikenal antara lain: Hubungan

administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan sejumlah

kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jendral untuk membantu penyediaan data

dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara asing yang sedang

berada di tanah air. Aplikasi yang menghubungkan kantor-kantor pemerintahan

setempat dengan bank-bank asing milik pemerintah di negara lain di mana

pemerintah setempat menabung dan menanamkan uangnya. Pengembangan suatu

sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk mendeteksi mereka yang tidak

boleh masuk atau keluar dan wilayah negara (cegah dan tangkal).

4. Government to Employees

Pada akhirnya aplikasi E-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan

kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang

bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayanan masyarakat. Berbagai jenis

aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan format G-to-E ini salah

satunya: Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan,

yang merupakan hak dari pegawai hak pemerintahan sehingga yang bersangkutan

(33)

2.1.2. Aplikasi E-Government

Wujud nyata dari aplikasi E-Government yang telah umum dilaksanakan dan

diatur pelaksanaannya adalah pembuatan situs web pemerintah daerah. Situs web

pemerintah daerah merupakan salah satu strategi di dalam melaksanakan

pengembangan E-Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan

terukur. Pengembangan E-Government di Indonesia dilaksanakan melalui 4 (empat)

tingkatan, yaitu:

1. Tingkat 1 merupakan tingkat Persiapan berupa pembuatan situs web sebagai

media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga serta sosialisasi situs web

untuk internal dan publik.

2. Tingkat 2 merupakan tingkat Pematangan yang berupa pembuatan situs web

informasi publik yang bersifat interaktif dan pembuatan antarmuka

keterhubungan dengan lembaga lain.

3. Tingkat 3, tingkat Pemantapan yang berisi pembuatan situs web yang bersifat

transaksi pelayanan publik dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data

dengan lembaga lain.

4. Tingkat 4 adalah tingkat Pemanfaatan yang berisi pembuatan aplikasi untuk

pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to

Business (G2B), Government to Consumers (G2C).

Pada situs web pemerintah daerah ada sejumlah kriteria yang ditetapkan oleh

Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo) dalam buku

(34)

merupakan gambaran ciri-ciri kunci bentuk dasar situs web pemerintah daerah yang

terdiri dari:

1. Fungsi, aksesibilitas, kegunaan; Isi informasi situs web pemerintah daerah

berorientasi pada keperluan masyarakat, yaitu menyediakan informasi dan

pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat.

2. Bekerjasama; Situs web pemerintah daerah harus saling bekerjasama untuk

menyatukan visi dan misi pemerintah. Semua dokumen pemerintah yang penting

harus memiliki URL (Uniform Resource Locator) yang tetap, sehingga mesin

pencari (search engine) dapat menghubungkan kepada informasi yang diinginkan

secara langsung.

3. Isi yang Efektif; Masyarakat pengguna harus mengetahui bahwa informasi

tertentu akan tersedia pada situs-situs pemerintah daerah manapun.

4. Komunikasi Dua Arah; komunikasi yang disediakan pada situs web pemerintah

daerah dalam bentuk dua arah (interaktif). Situs web pemerintah daerah harus

memberikan kesempatan pengguna untuk menghubungi pihak-pihak berwenang,

menjelaskan pandangan mereka, atau membuat daftar pertanyaan mereka sendiri.

5. Evaluasi Kesuksesan; Situs-situs web pemerintah daerah harus memiliki sistem

untuk mengevaluasi kesuksesan, dan menentukan apakah situs webnya memenuhi

kebutuhan penggunanya. Artinya Situs-situs web pemerintah daerah harus

mengumpulkan, minimal statistik angka pengguna, pengunjung, jumlah halaman,

(35)

yang menggunakan situs ini, tingkat transfer data. Evaluasi empat bulanan

sangatlah direkomendasikan.

6. Kemudahan Menemukan Situs; pihak pemda harus mempromosikan situs webnya

dan mendaftarkannya ke mesin pencari.

7. Pelayanan yang diatur dengan baik; Pihak pemda harus menggunakan sumber

yang terpercaya; strategi yang jelas, tujuan, dan target pengguna; serta strategi

pengembangan masa depan, termasuk langkah menuju pusat data yang dinamis

dari media digital lainnya.

2.1.3. Strategi Pengembangan E-Government

Dalam kategori operasional, beberapa hal yang mendapat perhatian dalam

pengembangan E-Government antara lain:

1. Organisasi dan tata kerja pemerintah propinsi perlu mewadahi layanan

E-Government secara efisien dan efektif.

2. Sumber daya manusia (sebagai the man behind the gun) perlu dikembangkan

keahlian dan ketrampilannya dalam mengelola teknologi informasi dan

komunikasi serta diperhatikan penghargaan (remunerasi) dan jalur kariernya.

3. Anggaran untuk pemeliharaan perangkat sama pentingnya anggaran untuk

pengembangan, maka diperlukan anggaran yang cukup untuk secara

terus-menerus memelihara mutu layanan E-Government, antara lain untuk membuat

versi baru perangkat lunak (untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna

layanan yang makin meningkat dan mengakomodasikan adanya perubahan

(36)

menyesuaikan sebagian teknologi yang dipakai untuk teknologi yang lebih baru

sebagai tuntutan persaingan antardaerah, antarbangsa.

4. Mendorong berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan dalam

pengembangan, pengelolaan, dan pemutakhiran isi (content) data dan informasi

secara berkelanjutan sehingga apa yang diperlukan oleh pihak terkait tersedia

secara real time.

Strategi pengembangan E-Government disusun dengan pendekatan

perencanaan strategis yang bersifat luwes dan dinamis. Dengan pendekatan

perencanaan strategis maka partisipasi stakeholders (masyarakat dunia usaha dan

perguruan tinggi) diperlukan untuk meningkatkan rencana pengembangan ini. Untuk

strategi pengembangan E-Government dapat dilakukan dengan cara:

1. Pembangunan infrastruktur dan akses jaringan komunikasi data yang memadai,

yaitu: pengadaan sarana-prasarana pengembangan infrastruktur akses komunikasi

data yang handal, pemberdayaan sumber daya atau kerjasama dengan

swasta/masyarakat dalam penyediaan akses komunikasi data yang mudah,

nyaman, dan dengan biaya terjangkau.

2. Pengembangan SDM untuk mengelola E-Government, yaitu: pelatihan SDM

dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang

pengoperasian E-Government, pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan

profesionalitas tenaga fungsional teknologi informasi dan komunikasi, pemberian

(37)

3. Pengembangan perangkat-perangkat lunak yang diperlukan, meliputi:

pemanfaatan koordinasi antarinstansi dan internal instansi dalam pembuatan

perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung E-Government secara umum,

pemantapan koordinasi antarinstansi dan internal instansi dalam pembuatan

perangkat lunak unggulan, pemantapan legalitas perangkat lunak, pemberdayaan

atau kerjasama dengan berbagai pihak lain.

4. Pengembangan basis data (databases) dan basis pengetahuan (knowledge bases)

pendukung E-Government, yaitu pemantapan koordinasi antarinstansi dan

internal instansi dalam pembangunan basis data, pembangunan basis

pengetahuan yang diperlukan untuk pengoperasian dan pengembangan

berkelanjutan E-Government, pemberdayaan atau kerjasama dengan berbagai

pihak dalam pembangunan basis data dan basis pengetahuan.

5. Pengembangan organisasi dan tata kerja yang mendukung E-Government, yaitu:

pembentukan/penunjukan satu unit kerja atau instansi yang bertugas

mengkoordinasikan pembangunan, pemeliharaan, pengendalian, pembentukan

unit kerja (di setiap instansi) yang bertugas mengelola E-Government, dan

pemantapan koordinasi antarintansi.

6. Pembuatan aturan perundangan dan kebijakan yang diperlakukan untuk

mendukung E-Government di daerah masing-masing.

7. Pemeliharaan dan perawatan perangkat lunak dan keras/jaringan, yaitu:

(38)

pengelolaan portal internet (one-stop service websites), pemeliharaan basis data

dan basis pengetahuan.

8. Pengembangan dan koordinasi layanan informasi yang mampu mendukung

terwujudnya masyarakat yang kompetitif serta menarik investasi ke daerah yaitu:

pengembangan dan koordinasi layanan informasi guna memenuhi kebutuhan

informasi yang mampu mendukung terwujudnya masyarakat yang kompetitif,

pengembangan teknologi informasi terhadap layanan informasi yang telah

terkoordinasi, pengembangan promosi potensi investasi guna mewujudkan

masyarakat yang kompetitif serta menarik investasi.

2.2. Pengertian Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur

2.2.1. Budaya Organisasi

Menurut Nawawi (2003: 283) yang dikutip dari Cushway B dan Lodge D,

hubungan budaya dengan budaya organisasi, bahwa “budaya organisasi adalah suatu

kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh

anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan

organisasi”. Sedangkan Nawawi (2003: 283) yang dikutip dari Schemerhom, Hurn

dan Osborn, mengatakan “budaya organisasi adalah suatu sistem penyebaran

keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan di dalam suatu organisasi sebagai

(39)

Menurut Moorhead dan Ricky (1999: 513), memberikan definisi budaya

organisasi sebagai, “The set of values that helps the organizations employees

understand which actions are considered acceptable and which unacceptable”.

Definisi ini mengemukakan budaya organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang

membantu anggota organisasi memahami tindakan yang dapat diterima dan mana

yang tidak dapat diterima dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut biasanya

dikomunikasikan melalui cerita-cerita atau simbol-simbol lain yang mempunyai arti

tertentu bagi organisasi.

Dari berbagai definisi budaya organisasi dapat ditarik kesimpulan bahwa

budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota

organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara

berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan

berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut S.P Robbin (1997) budaya organisasi kuat adalah budaya di mana

nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas

anggota organisasi. Faktor-Faktor yang Menentukan Kekuatan Budaya Organisasi

adalah Kebersamaan dan Intensitas. Berikut ciri-ciri budaya yang kuat dan lemah

(40)

1. Ciri-Ciri Budaya Kuat:

a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.

b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan

dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang

di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat

kohesif.

c. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi

dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh

orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.

2. Ciri-Ciri Budaya Organisasi Lemah:

a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.

b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.

c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi

untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.

Perubahan budaya kerja sebagai hasil dari E-Government akan memberikan

berbagai reaksi dari pihak-pihak yang terlibat baik reaksi yang sifat mendukung dan

reaksi yang sifatnya menolak. Untuk itu manajemen perubahan perlu diterapkan

untuk menyiapkan aparatur negara untuk lebih siap menerima perubahan yang terjadi.

2.2.2. Kemampuan Teknis Staf

Kondisi staf pegawai pemerintah yang memiliki keahlian dan ditunjang

(41)

bertugas tidak mempunyai etos kerja yang berorientasi untuk memberikan pelayanan

prima kepada masyarakat.

Menurut Hersey dan Blanchart (1992: 5) dalam jurnal Manajemen Sumber

Daya Manusia ada tiga bidang kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan

proses kerja, yaitu:

1. Kemampuan teknis (technical and skill), yaitu: kemampuan menggunakan

pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training.

2. Kemampuan sosial (human atau social skill), yaitu: kemampuan dalam bekerja

dengan melalui orang lain, yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan

penerapan kepemimpinan yang efektif.

3. Kemampuan konseptual (conceptual skill) yaitu: kemampuan untuk memahami

kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak unit kerja masing-masing

ke dalam bidang operasi secara menyeluruh.

Berikut aspek-aspek kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk menuju staf

paripurna berdasarkan kompetensi:

1. Pengetahuan

Untuk dapat melaksanakan tugasnya, seorang staf dituntut untuk memiliki

pengetahuan yang memadai sesuai dengan tugas dan bidang pekerjaannya.

2. Keterampilan

Merupakan kemampuan teknis yang harus dimiliki seorang staf. Sebagai contoh,

(42)

3. Sikap

Merupakan kecenderungan untuk berperilaku. Seorang staf dituntut untuk

bersikap positif terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya.

4. Nilai-nilai luhur

Pemahaman dan implementasi terhadap nilai-nilai luhur, diantaranya:

a. etika, sebagai prinsip dasar.

b. integritas atau harga diri.

c. tanggung jawab.

d. taat hukum dan peraturan yang berlaku.

e. hormat terhadap hak-hak orang lain.

f. tekad untuk bekerja lebih baik dan bekerja sesuai dengan tugas.

Berdasarkan Keppres No. 20 Tahun 2006 setiap instansi pemerintah pusat dan

daerah wajib menyediakan sumber daya manusia sesuai dengan standar dan ketentuan

yang berlaku, serta wajib melakukan upaya peningkatan pengetahuan dan

keterampilan (kemampuan teknis) untuk mendukung pelaksanaan E-Government.

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam suksesnya pelaksanaan

E-Government, untuk itu perlu upaya terus menerus untuk meningkatkan kemampuan

SDM seiring dengan perubahan yang terjadi.

2.2.3. Infrastruktur

Menurut Keppres No. 20 Tahun 2006, Infrastruktur adalah perangkat keras,

(43)

Ketersediaan infrastruktur komunikasi data, komputer dan jaringan komputer

adalah upaya agar aplikasi E-Government bisa berfungsi optimal. Sedangkan sistem

aplikasi juga perlu dianalisa apakah dapat berfungsi di infrastruktur yang saat ini

sudah ada, atau perlu melakukan perbaikan (upgrading) atau bahkan pengadaan

infrastruktur baru. Beberapa kebijakan umum yang disarankan, khususnya untuk

Pemerintah Daerah yang belum atau baru akan mengimplementasikan E-Government

adalah:

1. Pembangunan E-Government disusun dalam 5 (lima) tahapan, tiap tahapan

direncanakan selama 1 (satu) tahun, disesuaikan dengan perencanaan

pembangunan yang lazim berlaku di Pemerintah Daerah, seperti RKPD,

RENSTRADA, dan lain-lain.

2. Di setiap tahapan dilaksanakan pengembangan aplikasi dari semua kategori.

Untuk kategori pemerintahan (G2G), ditekankan pada pembangunan aplikasi

untuk lingkup internal Pemda dan Legislatif, baru diperluas ke kecamatan dan

kelurahan.

3. Untuk kategori bisnis (G2B), diprioritaskan pada sistem aplikasi untuk pelayanan

UKM dan BUMN/BUMD, termasuk RSUD.

4. Sedangkan untuk kategori umum diprioritaskan pada aplikasi eGov Portal dan

aplikasi-aplikasi pendukung seperti kolaborasi dan koordinasi, dan sistem

(44)

K e r a n g k a P e r a t u r a n

Kerangka arsitektur E-Government terdiri dari empat lapis struktur, yakni:

1. Akses. Jaringan telekomunikasi, jaringan internet, dan media komunikasi lainnya

yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses situs pelayanan publik.

2. Portal Pelayanan Publik. Situs web pemerintah pada internet penyedia layanan

publik tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan

informasi dan dokumen elektronik di sejumlah instansi yang terkait.

3. Organisasi Pengelolaan dan Pengolahan Informasi. Organisasi pendukung (back

office) yang mengelola, menyediakan dan mengolah transaksi informasi dan

dokumen elektronik.

4. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar. Semua prasarana, baik perangkat keras dan

lunak yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan, pengolahan, transaksi, dan

penyaluran informasi (antarback office, antar portal pelayanan publik dengan back

office), maupun antarportal pelayanan publik dengan jaringan internet secara

(45)

S a s a r a n

Pengembangan E-Government disatu sisi memiliki kegiatan yang luas dan

memerlukan investasi dan pembiayaan yang besar, disisi lain, ketersediaan anggaran

pemerintah sangat terbatas dan masih digunakan untuk mengatasi berbagai

permasalahan yang harus segera diselesaikan. Oleh sebab itu, pengalokasian anggaran

untuk pengembangan E-Government harus dilakukan secara hati-hati dan bertangung

jawab agar anggaran yang terbatas tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien, dan

dapat menghasilkan daya ungkit yang kuat bagi pembentukan pamong yang baik.

Diperlukan suatu siklus perencanaan, pengalokasian, pemanfaatan, dan

pengevaluasian anggaran pengembangan E-Government yang baik, sehingga

pelaksanaan strategi untuk pencapaian tujuan strategis E-Government dapat berjalan

secara efektif. Untuk menghindarkan pemborosan anggaran yang merupakan uang

pembayar pajak, maka perlu dikembangkan kerangka perencanaan dan pengalokasian

anggaran seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(46)

2.3. Review Peneliti Terdahulu

Dalam hal ini peneliti menuliskan beberapa peneliti terdahulu antara lain:

Sri Handayaningsih (2007) meneliti tentang: “Analisis terhadap Model

Budaya Organisasi Sebagai Faktor Penting dalam Keberhasilan Pengembangan

E-Government pada Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi Kasus Daerah Istimewa

Yogyakarta. Variabel independen adalah Organizational Culture, E-Government

Development Culture, dan Regional Government, sedangkan variabel dependen

adalah Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/

Kota. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Organizational Culture, E-Government

Development Culture, dan Regional Government berpengaruh positif terhadap

Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi

Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta).

Ade Gunawan (2007) meneliti tentang: “Pengembangan E-Government dalam

Menuju Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance): Studi Kasus Biro

Perencanaan dan Organisasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(LAPAN)”. Variabel independen adalah G2C (Government to Citizen), G2B

(Government to Business Enterprises), G2G (Interagency Relationship), sedangkan

variabel dependen adalah E-Government Development Plan. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa G2C (Government to Citizen), G2B (Government to Business

Enterprises), G2G (Interagency Relationship) berpengaruh positif terhadap

(47)

Karin Afriani (2009) meneliti tentang: “Dampak E-Government pada Good

Governance: Temuan Empiris dari Kota Jambi”. Variabel independen adalah

Prinsip-prinsip Good Governance (Kepedulian terhadap Stakeholder, Efektivitas dan

Efisiensi, Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas, Transparansi), sedangkan variabel

dependen adalah E-Government. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Prinsip-prinsip

Good Governance (Kepedulian terhadap Stakeholder, Efektivitas dan Efisiensi,

Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas, Transparansi) berpengaruh positif terhadap

E-Government.

Tabel 2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti/ Faktor Penting dalam Keberhasilan

(Government to Business

(48)

Lanjutan Tabel 2.1

Efektivitas dan Efisiensi, Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas,

Transparansi)

(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Independen Variabel Dependen Variabel

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian maka peneliti

mengembangkan kerangka penelitian yang diuji secara simultan dan parsial yaitu

Keberhasilan Implementasi E-Government (Y) diperkirakan baik secara langsung

maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel dependen (X) yaitu

Budaya Organisasi (X1), Kemampuan Teknis Staf (X2), dan Infrastruktur (X3).

E-Government sudah menjadi program nasional melalui Inpres No. 3 Tahun

2003, pemerintah menyatakan E-Government sebagai arah strategis pengembangan

layanan kepemerintahan yang harus diimplementasikan di tingkat pusat maupun

daerah. Pada kenyataannya, sampai saat ini perkembangan realisasi E-Government Budaya Organisasi

(X1)

Kemampuan Teknis Staf

(X2)

Infrastruktur

(X3)

Keberhasilan Implementasi E-Government

(50)

belum menggembirakan. Masih banyak lembaga pemerintah, baik di pusat maupun

daerah, yang belum menganggap E-Government sebagai prioritas. Hal ini ditunjukkan

oleh berbagai fenomena ketidakoptimalan pemakaian teknologi informasi (TI) dalam

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan. Masalah implementasi

E-Government disebabkan banyak hal yang mengarah pada kesalahan persepsi atau

pandangan pihak-pihak di lingkungan pemerintah terhadap konsep E-Government itu

sendiri.

Pengaruh budaya organisasi yaitu faktor budaya diantara para birokrat dalam

lembaga pemerintah yang mengakibatkan kurangnya kesadaran dan penghargaan

terhadap pentingnya E-Government. Integrasi diantara lembaga negara, lembaga

departemen maupun non-departemen masih selalu terkendala karena masing-masing

tidak mau berbagi data dan informasi. Perubahan budaya kerja sebagai hasil dari

E-Government akan memberikan berbagai reaksi dari pihak-pihak yang terlibat baik

reaksi yang sifat mendukung dan reaksi yang sifatnya menolak. Untuk itu manajemen

perubahan perlu diterapkan untuk menyiapkan aparatur negara untuk lebih siap

menerima perubahan yang terjadi. Semakin baik atau buruk Budaya Organisasi, maka

semakin tinggi atau rendah Keberhasilan Implementasi E-Government.

Implementasi TI dalam E-Government memerlukan SDM teknis yang

tangguh. Pengaruh kemampuan teknis staf untuk menjamin keberhasilan penerapan

TI di lingkungan organisasi pemerintah adalah kepemimpinan TI (IT leadership)

(51)

tinggi atau rendah Kemampuan Teknis Staf, maka semakin tinggi atau rendah

Keberhasilan Implementasi E-Government.

Infrastruktur perangkat keras dan jaringan komputer (termasuk koneksi ke

Internet) sangat penting dalam E-Government. Infrastruktur membentuk pondasi bagi

pemanfaatan TI di berbagai lembaga pemerintah. E-Government dipersepsikan

sempurna bila situs web, infrastruktur, dan sistem-sistem aplikasi telah tersedia.

Aplikasi-aplikasi tersebut bertujuan mengimplementasikan fungsionalitas

layanan-layanan E-Government, baik yang bersifat publik maupun internal. Maka semakin

baik atau buruk Infrastruktur, maka semakin tinggi atau rendah Keberhasilan

Implementasi E-Government.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari teoritis peneliti terdahulu

sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan yang memerlukan pengujian

secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan dengan

penelitian ini, yaitu: “Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur

Berpengaruh terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government baik secara

(52)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal (causal), Umar (2008)

menyebutkan “desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel

mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat

eksperimen di mana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh

peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung”.

Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris

dan menganalisis Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur

sebagai variabel independen terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government

sebagai variabel dependen.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Pemerintahan Kabupaten Simalungun

di Pematang Raya. Jangka waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2009 sampai

Desember 2009.

4.3. Populasi dan Sampel

(53)

104 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan pertimbangan. Sampel yang

diambil sebanyak 98 orang, yaitu jumlah staf keseluruhan dikurangi 6 Orang

(Pendidikan SD dan SLTP). Data staf Diskominfo Pemerintah Kabupaten

Simalungun terdiri dari:

Tabel 4.1. Data Staf Diskominfo Pemerintah Kabupaten Simalungun

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 Sekolah Dasar (SD) 1 Orang

2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 5 Orang

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 72 Orang

4 Sarjana Muda (Diploma) 7 Orang

5 Sarjana (S1) 18 Orang

6 Pasca Sarjana (S2) 1 Orang

7 Doktoral (S3) -

Jumlah 104 Orang

4.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999) bahwa “kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya”. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh staf

Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten

(54)

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, menurut Indriantoro dan

Supomo (1999) “data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)”. Sumber data

dalam penelitian ini berasal dari responden yaitu seluruh staf Kantor Dinas

Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten Simalungun. Tahapan

dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner dibagi dua tahap. Tahap pertama,

melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh staf Kantor Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten Simalungun. Tahap kedua,

pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh staf Kantor Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten Simalungun untuk dilakukan

pengolahan data.

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh

peneliti. Sebagaimana pendapat Sugiyono (1999) bahwa “peneliti-peneliti dalam

bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk

menguji validitas dan realibilitasnya”. Bahan untuk pembuatan kuesioner diambil dari

kuesioner Warta Ekonomi Government Award mengenai Implementasi

E-Government Pemerintah Daerah.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari

(55)

(operationalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang

menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep”.

Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala

interval. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “skala interval adalah

skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, dan jarak konstruk yang

diukur tetapi tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan

angka absolut”. Apabila skalanya interval maka rata-rata hitung dipakai sebagai

ukuran nilai sentral dan prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi

product moment, uji t, dan uji F dan lain-lain uji parametrik (Cooper dan Emory,

1995).

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu Budaya Organisasi

(X1), Kemampuan Teknis Staf (X2), dan Infrastruktur (X3), variabel dependen yaitu

Keberhasilan Implementasi E-Government (Y).

Budaya Organisasi (X1) dalam penelitian ini adalah inovasi, pengambilan

resiko, orientasi hasil, orientasi orang, dan orientasi tim. Pengukuran variabel dalam

penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran linkert yaitu mengukur sikap

seseorang terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor

4 (S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat

Tidak Setuju).

Kemampuan Teknis Staf (X2) dalam penelitian ini adalah pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai luhur. Pengukuran variabel dalam penelitian ini

(56)

terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor 4

(S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat

Tidak Setuju).

Infrastruktur (X3) dalam penelitian ini adalah Ketersediaan infrastruktur

komunikasi data, komputer dan jaringan komputer. Pengukuran variabel dalam

penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran linkert yaitu mengukur sikap

seseorang terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor

4 (S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat

Tidak Setuju).

Sedangkan Keberhasilan Implementasi E-Government (Y) dalam penelitian

ini adalah merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern), antara pemerintah

dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder) dengan

melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet) untuk memperbaiki

mutu (kualitas) pelayanan pemerintah. Pengukuran variabel dalam penelitian ini

dengan menggunakan skala pengukuran linkert yaitu mengukur sikap seseorang

terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor 4

(S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat

Gambar

Gambar 1.1. Masalah Pokok Aplikasi E-Government
Gambar 2.1. Pelayanan Informasi E-Government
Gambar 2.2. Kerangka Arsitektur E-Government
Gambar 2.3. Pengembangan E-Government
+7

Referensi

Dokumen terkait

6 Program “Peduli Lingkungan” juga diharapkan mampu membuat para generasi muda di Desa Ngringo ini memiliki jiwa entrepreneur yang mana nantinya akan memberikan

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi penyebab kecelakaan yang terjadi di jalan Namang-Koba serta cara didalam melihat/

Grafik respon sistem yang telah ditambahkan kontrol PID dengan metode tuning Ziegler-Nichols ditunjukkan pada gambar 12. Grafik respon sistem dengan kontrol PID

selaku dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan- masukan untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.. Terima kasih bapak dan

Dengan mengetahui nilai rata-rata INP pada setiap tingkat pertumbuhan vegetasi mangrove yang terdapat di Desa Khatulistiwa, selanjutnya ditentukan nilai dari potensi

Dari penelitian ini dapat diterapkan untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu menggunakan buah sirsak karena dapat menghasilkan

Hasil : Gambaran konsep diri korban bullying : 1) Gambaran diri 4 partisipan yang mendapat komentar negative merasa rendah diri, minder dan menarik diri. Dan 3 partisipan

Fungsi Pelajaran (otoritas). Sejarah menyediakan referensi yang berharga kepada seseorang tanpa harus mengalaminya. Akan tetapi sejarah tidak akan punya makna dan kesan