PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEMAMPUAN TEKNIS STAF, DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP KEBERHASILAN
IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT (STUDI KASUS PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN)
TESIS
Oleh
ARYANNI
087017045/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEMAMPUAN TEKNIS STAF, DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP KEBERHASILAN
IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT (STUDI KASUS PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ARYANNI
087017045/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI,
KEMAMPUAN TEKNIS STAF, DAN
INFRASTRUKTUR TERHADAP KEBERHASILAN IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT (STUDI KASUS PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN)
Nama Mahasiswa : Aryanni
Nomor Pokok : 087017045
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal: 25 Februari 2010
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur
terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah
Kabupaten Simalungun)”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Simalungun).
Populasi penelitian ini adalah seluruh staf Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Pemerintahan Kabupaten Simalungun sebanyak 104 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dari 104 kuesioner yang disebarkan, yang dikembalikan dan dapat dievaluasi sebanyak 67 kuesioner. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Secara parsial Kemampuan Teknis Staf dan Infrastruktur berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government, sedangkan Budaya Organisasi berpengaruh negatif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Penelitian ini membuktikan 56,6% variabel dependen (Keberhasilan Implementasi E-Government) dipengaruhi oleh variabel independen (Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur), sedangkan sisanya 43,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze effect of Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure for The Success of implementation E-Government (Case Study in Simalungun District E-Government).
The population of research is office staff in Department Connection Communication and Informatics Simalungun District Government with the number of 104 personals. Data is collected with using the questionnaires, from 104 questionnaires that are spread out, returned and evaluated about 67 questionnaires. To hypothesize the effects with test F and test t are simultaneously and partially applied.
The result of the research proves that Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure are simultaneously having impact to The Success of implementation E-Government. Partially Technical Staff Ability and Infrastructure has significant positive effect to The Success of E-Government project, but Organizational Culture has not significant and negative effect to The Success of implementation E-Government. The research proves that 56,6% dependent variable (The Success of implementation E-Government) are described by independent variable (Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure), the remainder is 43,4% described by other variables outside the used variables.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, serta shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah SAW.
Tesis ini merupakan ungkapan pemikiran, kajian, dan penelitian dengan judul
“Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur terhadap
Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten
Simalungun)”.
Tesis ini merupakan tugas akhir dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Strata Dua (S-2) pada Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi
Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan semua pihak, sehingga penulisan tesis
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM & H, Sp.A.(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak membimbing penulis
dalam penyusunan tesis ini.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. Selalu Dosen Pembimbing Dua yang telah
banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penyusunan tesis ini.
5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, Ibu Dra. Narumondang B. Srg, MM,
6. Seluruh dosen dan karyawan/ti di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu penulis selama perkuliahan.
7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Amin dan Ibunda Hj. Rusnah, serta Adinda
Aryta yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang kepada penulis.
8. Pakcik Latief dan Makcik Saibah, serta Atok dan Nenek, yang telah memberikan
dukungan bagi penulisan tesis ini.
9. Bapak Kadis Diskominfo dan staf-stafnya di Pemerintah Kabupaten Simalungun
yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.
10.Rekan-rekan Mahasiswa/i yang telah banyak memberikan dukungan dan saran
bagi penulis.
11.Orang-orang yang tersayang yang telah memberikan dukungannya bagi penulis.
Akhirnya semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-Nya,
serta memberikan kemudahan bagi kita semua dalam melaksanakan kebaikan dan
amal sholeh. Amin
Medan, Februari 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Aryanni
Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar/13 Maret 1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pisang No. 4 Pematang Siantar – Sumatera Utara
Anak ke : 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara
Nama Ayah/Ibu : Amin/Hj. Rusnah
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2008 – 2010 : S-2 Program Magister Akuntansi USU
Tahun 2007 – 2008 : Pendidikan Profesi Akuntansi USU
Tahun 2004 – 2007 : S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi USU
Tahun 2001 – 2004 : D-III Akuntansi Fakultas Ekonomi USU
Tahun 1998 – 2001 : SMU Swasta Sultan Agung Pematang Siantar
Tahun 1995 – 1998 : SLTP Swasta Sultan Agung Pematang Siantar
Tahun 1989 – 1995 : SD Swasta Sultan Agung Pematang Siantar
PENGALAMAN KERJA
Tahun 2002 – 2005 : Tenaga Pengajar di Yayasan Brigjend Katamso Medan Sunggal Tahun 2006 – 2009 : Staff Finance-Accounting di PT.Ahad-Net Internasional Medan
DAFTAR ISI
1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
2.1.2 Aplikasi E-Government... 15
2.1.3 Strategi Pengembangan E-Government ... 17
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 36
4.6.2.3 Uji heteroskedastisitas ... 42
4.7 Pengujian Hipotesis... 43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
5.1 Deskripsi Data ... 45
5.1.1 Deskripsi Lokasi ... 45
5.1.2 Karakteristik Responden ... 45
5.2 Hasil Analisis Data ... 48
5.2.2.3 Uji heteroskedastisitas ... 54
5.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian... 57
5.2.3.1 Variabel budaya organisasi (X1) ... 57
5.2.3.2 Variabel kemampuan teknis staf (X2) ... 59
5.2.3.3 Variabel infrastruktur (X3)... 61
5.2.3.4 Variabel keberhasilan implementasi e-government (Y) 63 5.2.4 Pengujian Hipotesis ... 65
5.2.4.1 Pengujian hipotesis dengan Uji F ... 65
5.2.4.2 Pengujian hipotesis dengan Uji t ... 66
5.3 Hasil Persamaan Regresi ... 67
5.4 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 69
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 69
5.5.1 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government ... 70
5.5.2 Pengaruh Kemampuan Teknis Staf terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government ... 71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 73
6.1 Kesimpulan ... 73
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 74
6.3 Saran ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu ... 29
4.1 Data Staf Diskominfo Pemerintah Kabupaten Simalungun ... 35
4.2 Definisi Operasional Variabel ... 39
5.1 Pengumpulan Data... 45
5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 46
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 46
5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat atau Golongan ... 47
5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47
5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan... 48
5.7 Uji Validitas Variabel Penelitian... 49
5.8 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ... 50
5.9 Uji Normalitas ... 52
5.10 Uji Multikolinearitas ... 54
5.11 Uji Heterokedastisitas dengan Spearman’s Rank Correlation Test ... 56
5.12 Deskripsi Variabel Budaya Organisasi (X1)... 57
5.13 Deskripsi Variabel Kemampuan Teknis Staf (X2) ... 59
5.14 Deskripsi Variabel Infrastruktur (X3) ... 61
5.15 Deskripsi Variabel Keberhasilan Implementasi E-Government (Y) .... 63
5.16 Hasil Uji F ... 65
5.17 Hasil Uji t ... 67
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Masalah Pokok Aplikasi E-Government ... 3
2.1 Pelayanan Informasi E-Government... 11
2.2 Kerangka Arsitektur E-Government ... 26
2.3 Pengembangan E-Government ... 27
3.1 Kerangka Konseptual ... 31
5.1 Grafik Uji Normalitas... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 79
2 Data Responden pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kabupaten Simalungun ... 84
3. Data Kuesioner Responden pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kabupaten Simalungun ... 85
4. Frekuensi Jawaban Responden... 87
5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 93
6. Uji Normalitas ... 97
7. Regression ... 98
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Simalungun).
Populasi penelitian ini adalah seluruh staf Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Pemerintahan Kabupaten Simalungun sebanyak 104 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dari 104 kuesioner yang disebarkan, yang dikembalikan dan dapat dievaluasi sebanyak 67 kuesioner. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Secara parsial Kemampuan Teknis Staf dan Infrastruktur berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government, sedangkan Budaya Organisasi berpengaruh negatif terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government. Penelitian ini membuktikan 56,6% variabel dependen (Keberhasilan Implementasi E-Government) dipengaruhi oleh variabel independen (Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur), sedangkan sisanya 43,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze effect of Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure for The Success of implementation E-Government (Case Study in Simalungun District E-Government).
The population of research is office staff in Department Connection Communication and Informatics Simalungun District Government with the number of 104 personals. Data is collected with using the questionnaires, from 104 questionnaires that are spread out, returned and evaluated about 67 questionnaires. To hypothesize the effects with test F and test t are simultaneously and partially applied.
The result of the research proves that Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure are simultaneously having impact to The Success of implementation E-Government. Partially Technical Staff Ability and Infrastructure has significant positive effect to The Success of E-Government project, but Organizational Culture has not significant and negative effect to The Success of implementation E-Government. The research proves that 56,6% dependent variable (The Success of implementation E-Government) are described by independent variable (Organizational Culture, Technical Staff Ability, and Infrastructure), the remainder is 43,4% described by other variables outside the used variables.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media, dan informatika serta
meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah merubah pola dan cara
kegiatan yang dilaksanakan di sektor industri, perdagangan, dan pemerintahan.
Perkembangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan masyarakat informasi telah
menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif
dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan
bangsa.
Desakan untuk meningkatkan kinerja pemerintah dikaitkan dengan
peningkatan kualitas pelayanan kepada publik, memperoleh momentum baru dengan
keluarnya “Reinventing Government” dari David Osborne dan Ted Gaebler (1996).
Mereka mengetengahkan argumentasi untuk “consumer driven government” yang
memberdayakan masyarakat dengan mengalihkan kendali dan pengawasan dari
birokrasi ke masyarakat. Mereka mengajukan argumentasi “We don’t need more or
less government, we need better government.” Ini menunjukkan paradigma baru bagi
good government atau good governance.
Menurut Darrell M. West, seorang pakar E-Government dari Brown
University Amerika Serikat, “E-Government refers to the delivery of information and
mengacu kepada penyampaian informasi dan pelayanan online pemerintahan melalui
internet atau media digital lainnya. Dan Douglas Holmes dalam Artikel Kartasasmita
(2001) “The E-Government movement is being driven by the need for government to:
cut costs and improve efficiency; meet citizen expectations and improve citizen
relationship; facilitate economic development”, yaitu E-Government memenuhi
keinginan pemerintah untuk mengurangi biaya dan efisiensi; meningkatkan
peningkatan interaksi; fasilitas pengembangan ekonomi.
Kebijakan pemerintah yaitu Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 dan
Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi tentang Pengembangan E-Government
merupakan wujud keinginan pemerintah dalam upaya mendorong bangsa Indonesia
menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan (Knowledge-based Society). Haryono
dan Widiwardono (2004) mengatakan Implementasi E-Government diharapkan dapat
menjamin pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance).
Penerapan jaringan informasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah
secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk mencapai good
governance dalam rangka meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi
masyarakat dalam berbagai kegiatan kepemerintahan guna antara lain memperbaiki
pelayanan publik, meningkatkan efisiensi pelaksanaan otonomi daerah, serta
mengurangi berbagai kemungkinan kebocoran anggaran.
Ekonomi E-Government Award memberikan penghargaan kepada lembaga-lembaga
pemerintah terbaik yang mengimplementasikan tata cara pemerintahan secara
elektronis (Government). Adapun daerah penerima penghargaan Warta Ekonomi
E-Government Award didominasi Pulau Jawa, contohnya Propinsi Jawa Timur,
Pemerintah Kota Malang, dan sebagainya. Terkait hal tersebut tentunya masih banyak
propinsi dan kabupaten/kota lainnya yang belum menunjukkan eksistensinya.
Menurut Azis (2008) penyebab kegagalan implementasi E-Government
di Indonesia ternyata sumber masalahnya tidak selalu terkait dengan ketersediaan
teknologi informasi.
Gambar 1.1. Masalah Pokok Aplikasi E-Government
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah keterkaitan antara masalah pengembangan infrastruktur,
kepemimpinan dan budaya masyarakat kita. Ketersediaan teknologi dalam masalah
infrastruktur menjadi kendala di negara berkembang, E-Government menuntut adanya
lembaga pemerintah beserta infrastruktur penunjang yang handal dan terdapat secara
merata di seluruh wilayah. Beberapa kendala di daerah yang menjadi penyebab
kegagalan implementasi E-Government di Indonesia berasal dari faktor
kepemimpinan. Faktor ini dipengaruhi oleh adanya komitmen perubahan yang kuat
atau faktor budaya organisasi, konflik antara kebijakan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, peraturan yang masih kurang mendukung, alokasi anggaran yang
kurang memadai, pembakuan sistem yang tidak jelas, yang kesemuanya ditentukan
oleh komitmen dari para pemimpin atau pejabat bagi terlaksananya E-Government.
Keberhasilan implementasi E-Government di daerah memang sangat ditentukan oleh
komitmen Gubernur, Bupati atau Walikota di daerah yang bersangkutan. Faktor
budaya diantara para birokrat dalam lembaga pemerintah yang mengakibatkan
kurangnya kesadaran dan penghargaan terhadap pentingnya E-Government. Integrasi
diantara lembaga negara, lembaga departemen maupun non-departemen masih selalu
terkendala karena masing-masing tidak mau berbagi data dan informasi, inilah
kendala yang paling pokok bagi implementasi E-Government. Fenomenanya adalah
pentingnya kaitan antara infrastruktur, kepemimpinan, dan budaya sangat terlihat dari
praktik implementasi E-Government di daerah. Beberapa aspek lain yang menjadi
penghambat implementasi E-government, yaitu:
1. Peraturan E-government cenderung masih lemah, Inpres No. 3/2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-government masih belum memberikan
2. Belum adanya pemahaman yang tepat mengenai esensi E-government
dikarenakan lemahnya sisi sumber daya manusia (SDM).
3. Ketersediaan infrastruktur dan akses telekomunikasi sebagai hal pokok yang
harus dimiliki bagi penerapan E-government belum sepenuhnya ada.
Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi daerah yang cukup besar untuk
dipromosikan, khususnya Kabupaten Simalungun. Tanggal 15 Agustus 2007 Bupati
Simalungun Drs. T. Zulkarnain Damanik, MM resmi membuka Website Kabupaten
Simalungun (http//www.simalungunkab.go.id). Bupati Simalungun mengatakan
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang pesat potensi
pemanfaatannya secara luas, membuka peluang untuk didayagunakan sebagai
penyampaian informasi yang cepat, akurat serta dapat menjangkau areal yang sangat
luas dan pada kenyataannya dalam proses pelaksanaannya dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan transparansi. Perubahan yang sedang berjalan mengalami
transformasi menuju era masyarakat informasi, kenyataan telah menunjukkan bahwa
penggunaan media elektronik merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai
transaksi seperti kegiatan perdagangan, keuangan, pemerintahan dan bidang lainnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Simalungun memanfaatkan media elektronik
ini dalam pelaksanaan pemerintahan yang dimulai dengan pembukaan Website,
sebagai sarana informasi kepada masyarakat luas melalui jaringan internet. Bupati
berharap, melalui media elektronik/jaringan internet masyarakat luas dapat mengenal,
mengetahui tentang berbagai program pemerintah dan potensi daerah Kabupaten
pembangunan itu sendiri. Otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas nyata dan bertanggung jawab. Pemberian kewenangan yang
luas kepada daerah memerlukan koordinasi dan pengaturan sehingga percepatan
pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan dapat terwujud dengan baik. Oleh
karena itu, dengan adanya website Kabupaten Simalungun akan membawa
perkembangan yang pesat bagi daerah ini. Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
Keberhasilan Implementasi E-Government di Pemerintah Kota Simalungun dalam
upaya peningkatan potensi daerah dan good governance ditinjau dari faktor budaya
organisasi, kemampuan teknis staf dan infrastruktur yang tersedia.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah penelitian adalah sebagai berikut: Apakah Budaya Organisasi, Kemampuan
Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
keberhasilan implementasi E-Government untuk mencapai good governance dalam
rangka meningkatkan berbagai kegiatan kepemerintahan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis
apakah Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur berpengaruh
mencapai good governance dalam rangka meningkatkan berbagai kegiatan
kepemerintahan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang lebih baik ke berbagai
kalangan, antara lain:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai akuntansi sektor publik.
2. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pemerintah daerah agar dapat melakukan pembenahan terhadap kinerja
pemerintahan yang dilaksanakan.
3. Bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan rujukan dalam melakukan penelitian lanjutan.
1.5. Batasan Penelitian
Dalam hal melakukan penelitian, peneliti mempunyai keterbatasan antara lain:
Batasan Lokasi Penelitian, yaitu Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten
Simalungun dilaksanakan pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
1.6. Originalitas
Penelitian tentang Pengaruh Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan
Infrastruktur terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government (Studi Kasus
Pemerintah Kabupaten Simalungun), merupakan lanjutan dari penelitian yang telah
dilaksanakan oleh: Sri Handayaningsih (2007) meneliti tentang: “Analisis terhadap
Model Budaya Organisasi Sebagai Faktor Penting dalam Keberhasilan
Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi Kasus
Daerah Istimewa Yogyakarta)”, menyimpulkan bahwa dimensi Organizational
Culture, E-Government Development Culture, dan Regional Government
berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Pengembangan E-Government pada
Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta). Perbedaan
penelitian ini terletak pada penggunaan tambahan variabel yaitu Kemampuan Teknis
Staf dan Infrastruktur, serta menguji kembali Budaya Organisasi berpengaruh
terhadap Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah
Kabupaten/Kota. Lokasi penelitian yang berbeda yaitu peneliti sebelumnya
melakukan penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan penelitian ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Konsep E-Government
Menurut Keppres No. 20 Tahun 2006 E-Government adalah pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan untuk meningkatkan
efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.
Peranan IT dalam proses bisnis membuat organisasi berusaha untuk
mengimplementasikan IT untuk proses terintegrasi.
Menurut Heeks (2001), E-Government lahir karena revolusi informasi dan
revolusi pemerintahan. Berbagai kendala implementasi E-Government di Indonesia
baik fisik maupun sosial ekonomi yang menjadi penyebabnya. Indonesia harus
mampu mendayagunakan potensi teknologi untuk keperluan:
1. Memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasi
dan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat, serta memperluas jangkauannya agar dapat mencapai
seluruh wilayah negara.
2. Memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembang
3. Meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan inovasi dalam sektor
produksi, serta memperlancar rantai distribusi, agar daya saing ekonomi nasional
dalam persaingan global dapat diperkuat.
4. Meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, serta
memperlancar interaksi antarlembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkat
pusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk pemerintahan yang
efektif, bersih, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.
World Bank Group (2001) menyatakan “E-Government refers to the use by
government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the
Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with
citizens, businesses, and other arms of government. These technologies can serve a
variety of different ends: better delivery of government services to citizens, improve
interactions with business and industry, citizen empowerment throught access to
information, or more efficient government management”. Artinya penggunaan
teknologi informasi oleh aparat pemerintah mampu meningkatkan hubungan dengan
warga negara, pelaku bisnis dan dengan sesama pemerintah itu sendiri. TI
memberikan banyak manfaat di bidang perbaikan pelayanan pemerintah,
meningkatkan interaksi dengan pelaku bisnis dan industri, serta pemberdayaan warga
negara melalui informasi atau menjadikan manajemen pemerintahan yang efektif dan
Gambar 2.1. Pelayanan Informasi E-Government
E-Government adalah istilah yang menurut beberapa kalangan, didefinisikan
secara beragam. Intinya adalah proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat
untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. Karena itu,
dalam melihat E-Government, jangan terpaku oleh unsur 'e' - nya semata, tetapi yang
terpenting adalah proses dan jalannya pemerintahan melalui fasilitas internet atau
media online. Terdapat dua hal utama dalam pengertian E-Government:
1. Penggunaan teknologi komunikasi informasi (salah satunya adalah internet)
sebagai alat bantu, dan
2. Tujuan pemanfaatannya agar kinerja pemerintahan dapat lebih efisien.
Pada pelaksanaan E-Government, informasi, komunikasi, dan transaksi antara
masyarakat dan pemerintah dilakukan via internet. Sehingga ada beberapa manfaat
yang dihasilkan seperti misalnya, komunikasi dalam sistem administrasi berlangsung
dalam hitungan jam, bukan hari atau minggu. Informasi dapat dicari dari kantor,
pemerintahan atau tempat-tempat pelayanan umum. Akselerasi kecepatan pelayanan
berarti juga merupakan penghematan dalam waktu, energi maupun sumber daya.
Untuk implementasi E-Government lebih ditekankan pada enam pilar besar
yaitu: Perencanaan (Technology Blue Print), Infrastruktur (Hardware System and
Networking), Sistem Aplikasi (Software system), Procurement, Sumber Daya
Manusia (Training and Procedure), dan Sistem Integrasi (System Integrator). Model
E-Government yang diterapkan di negara-negara luar adalah menggunakan model
empat tahapan perkembangan yang meliputi:
1. Fase pertama, berupa penampilan website (web presence) yang berisi informasi
dasar yang dibutuhkan masyarakat.
2. Fase kedua, fase interaksi yaitu isi informasi yang ditampilkan lebih bervariasi,
seperti fasilitas download dan komunikasi e-mail dalam website pemerintah.
3. Fase ketiga, tahap transaksi berupa penerapan aplikasi atau formulir untuk secara
online mulai diterapkan.
4. Fase keempat, fase transformasi berupa pelayanan yang terintegrasi, tidak hanya
menghubungkan pemerintah dengan masyarakat tetapi juga dengan organisasi lain
yang terkait (pemerintah ke antarpemerintah, sektor non pemerintah, serta sektor
Menurut Seifert dan Bonham (2003) ada empat tipe penerapan E-Government:
1. Government to Citizens
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi E-Government yang paling umum, yaitu
di mana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi
informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan
masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan dari dibangun aplikasi
E-Government; bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan
rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan
mudah menjangkau pemerintahannya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
pelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut: Departemen
Agama membuka situs pendaftaran bagi mereka yang berniat untuk
melangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu sehingga pemerintah dapat
mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan perjalanan yang sesuai.
2. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah
lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Contoh dari aplikasi E-Government berjenis
G-to-B ini adalah sebagai berikut: Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah
menjalankan aplikasi berbasis web menghitung besarnya pajak yang harus
3. Government to Government
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk
saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Berbagai penerapan
E-Government bertipe G-to-G ini yang telah dikenal antara lain: Hubungan
administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan sejumlah
kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jendral untuk membantu penyediaan data
dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara asing yang sedang
berada di tanah air. Aplikasi yang menghubungkan kantor-kantor pemerintahan
setempat dengan bank-bank asing milik pemerintah di negara lain di mana
pemerintah setempat menabung dan menanamkan uangnya. Pengembangan suatu
sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk mendeteksi mereka yang tidak
boleh masuk atau keluar dan wilayah negara (cegah dan tangkal).
4. Government to Employees
Pada akhirnya aplikasi E-Government juga diperuntukkan untuk meningkatkan
kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang
bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayanan masyarakat. Berbagai jenis
aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan format G-to-E ini salah
satunya: Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan,
yang merupakan hak dari pegawai hak pemerintahan sehingga yang bersangkutan
2.1.2. Aplikasi E-Government
Wujud nyata dari aplikasi E-Government yang telah umum dilaksanakan dan
diatur pelaksanaannya adalah pembuatan situs web pemerintah daerah. Situs web
pemerintah daerah merupakan salah satu strategi di dalam melaksanakan
pengembangan E-Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan
terukur. Pengembangan E-Government di Indonesia dilaksanakan melalui 4 (empat)
tingkatan, yaitu:
1. Tingkat 1 merupakan tingkat Persiapan berupa pembuatan situs web sebagai
media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga serta sosialisasi situs web
untuk internal dan publik.
2. Tingkat 2 merupakan tingkat Pematangan yang berupa pembuatan situs web
informasi publik yang bersifat interaktif dan pembuatan antarmuka
keterhubungan dengan lembaga lain.
3. Tingkat 3, tingkat Pemantapan yang berisi pembuatan situs web yang bersifat
transaksi pelayanan publik dan pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data
dengan lembaga lain.
4. Tingkat 4 adalah tingkat Pemanfaatan yang berisi pembuatan aplikasi untuk
pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to
Business (G2B), Government to Consumers (G2C).
Pada situs web pemerintah daerah ada sejumlah kriteria yang ditetapkan oleh
Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo) dalam buku
merupakan gambaran ciri-ciri kunci bentuk dasar situs web pemerintah daerah yang
terdiri dari:
1. Fungsi, aksesibilitas, kegunaan; Isi informasi situs web pemerintah daerah
berorientasi pada keperluan masyarakat, yaitu menyediakan informasi dan
pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat.
2. Bekerjasama; Situs web pemerintah daerah harus saling bekerjasama untuk
menyatukan visi dan misi pemerintah. Semua dokumen pemerintah yang penting
harus memiliki URL (Uniform Resource Locator) yang tetap, sehingga mesin
pencari (search engine) dapat menghubungkan kepada informasi yang diinginkan
secara langsung.
3. Isi yang Efektif; Masyarakat pengguna harus mengetahui bahwa informasi
tertentu akan tersedia pada situs-situs pemerintah daerah manapun.
4. Komunikasi Dua Arah; komunikasi yang disediakan pada situs web pemerintah
daerah dalam bentuk dua arah (interaktif). Situs web pemerintah daerah harus
memberikan kesempatan pengguna untuk menghubungi pihak-pihak berwenang,
menjelaskan pandangan mereka, atau membuat daftar pertanyaan mereka sendiri.
5. Evaluasi Kesuksesan; Situs-situs web pemerintah daerah harus memiliki sistem
untuk mengevaluasi kesuksesan, dan menentukan apakah situs webnya memenuhi
kebutuhan penggunanya. Artinya Situs-situs web pemerintah daerah harus
mengumpulkan, minimal statistik angka pengguna, pengunjung, jumlah halaman,
yang menggunakan situs ini, tingkat transfer data. Evaluasi empat bulanan
sangatlah direkomendasikan.
6. Kemudahan Menemukan Situs; pihak pemda harus mempromosikan situs webnya
dan mendaftarkannya ke mesin pencari.
7. Pelayanan yang diatur dengan baik; Pihak pemda harus menggunakan sumber
yang terpercaya; strategi yang jelas, tujuan, dan target pengguna; serta strategi
pengembangan masa depan, termasuk langkah menuju pusat data yang dinamis
dari media digital lainnya.
2.1.3. Strategi Pengembangan E-Government
Dalam kategori operasional, beberapa hal yang mendapat perhatian dalam
pengembangan E-Government antara lain:
1. Organisasi dan tata kerja pemerintah propinsi perlu mewadahi layanan
E-Government secara efisien dan efektif.
2. Sumber daya manusia (sebagai the man behind the gun) perlu dikembangkan
keahlian dan ketrampilannya dalam mengelola teknologi informasi dan
komunikasi serta diperhatikan penghargaan (remunerasi) dan jalur kariernya.
3. Anggaran untuk pemeliharaan perangkat sama pentingnya anggaran untuk
pengembangan, maka diperlukan anggaran yang cukup untuk secara
terus-menerus memelihara mutu layanan E-Government, antara lain untuk membuat
versi baru perangkat lunak (untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna
layanan yang makin meningkat dan mengakomodasikan adanya perubahan
menyesuaikan sebagian teknologi yang dipakai untuk teknologi yang lebih baru
sebagai tuntutan persaingan antardaerah, antarbangsa.
4. Mendorong berbagai pihak untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan dalam
pengembangan, pengelolaan, dan pemutakhiran isi (content) data dan informasi
secara berkelanjutan sehingga apa yang diperlukan oleh pihak terkait tersedia
secara real time.
Strategi pengembangan E-Government disusun dengan pendekatan
perencanaan strategis yang bersifat luwes dan dinamis. Dengan pendekatan
perencanaan strategis maka partisipasi stakeholders (masyarakat dunia usaha dan
perguruan tinggi) diperlukan untuk meningkatkan rencana pengembangan ini. Untuk
strategi pengembangan E-Government dapat dilakukan dengan cara:
1. Pembangunan infrastruktur dan akses jaringan komunikasi data yang memadai,
yaitu: pengadaan sarana-prasarana pengembangan infrastruktur akses komunikasi
data yang handal, pemberdayaan sumber daya atau kerjasama dengan
swasta/masyarakat dalam penyediaan akses komunikasi data yang mudah,
nyaman, dan dengan biaya terjangkau.
2. Pengembangan SDM untuk mengelola E-Government, yaitu: pelatihan SDM
dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang
pengoperasian E-Government, pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
profesionalitas tenaga fungsional teknologi informasi dan komunikasi, pemberian
3. Pengembangan perangkat-perangkat lunak yang diperlukan, meliputi:
pemanfaatan koordinasi antarinstansi dan internal instansi dalam pembuatan
perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung E-Government secara umum,
pemantapan koordinasi antarinstansi dan internal instansi dalam pembuatan
perangkat lunak unggulan, pemantapan legalitas perangkat lunak, pemberdayaan
atau kerjasama dengan berbagai pihak lain.
4. Pengembangan basis data (databases) dan basis pengetahuan (knowledge bases)
pendukung E-Government, yaitu pemantapan koordinasi antarinstansi dan
internal instansi dalam pembangunan basis data, pembangunan basis
pengetahuan yang diperlukan untuk pengoperasian dan pengembangan
berkelanjutan E-Government, pemberdayaan atau kerjasama dengan berbagai
pihak dalam pembangunan basis data dan basis pengetahuan.
5. Pengembangan organisasi dan tata kerja yang mendukung E-Government, yaitu:
pembentukan/penunjukan satu unit kerja atau instansi yang bertugas
mengkoordinasikan pembangunan, pemeliharaan, pengendalian, pembentukan
unit kerja (di setiap instansi) yang bertugas mengelola E-Government, dan
pemantapan koordinasi antarintansi.
6. Pembuatan aturan perundangan dan kebijakan yang diperlakukan untuk
mendukung E-Government di daerah masing-masing.
7. Pemeliharaan dan perawatan perangkat lunak dan keras/jaringan, yaitu:
pengelolaan portal internet (one-stop service websites), pemeliharaan basis data
dan basis pengetahuan.
8. Pengembangan dan koordinasi layanan informasi yang mampu mendukung
terwujudnya masyarakat yang kompetitif serta menarik investasi ke daerah yaitu:
pengembangan dan koordinasi layanan informasi guna memenuhi kebutuhan
informasi yang mampu mendukung terwujudnya masyarakat yang kompetitif,
pengembangan teknologi informasi terhadap layanan informasi yang telah
terkoordinasi, pengembangan promosi potensi investasi guna mewujudkan
masyarakat yang kompetitif serta menarik investasi.
2.2. Pengertian Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur
2.2.1. Budaya Organisasi
Menurut Nawawi (2003: 283) yang dikutip dari Cushway B dan Lodge D,
hubungan budaya dengan budaya organisasi, bahwa “budaya organisasi adalah suatu
kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh
anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan
organisasi”. Sedangkan Nawawi (2003: 283) yang dikutip dari Schemerhom, Hurn
dan Osborn, mengatakan “budaya organisasi adalah suatu sistem penyebaran
keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan di dalam suatu organisasi sebagai
Menurut Moorhead dan Ricky (1999: 513), memberikan definisi budaya
organisasi sebagai, “The set of values that helps the organization’s employees
understand which actions are considered acceptable and which unacceptable”.
Definisi ini mengemukakan budaya organisasi merupakan kumpulan nilai-nilai yang
membantu anggota organisasi memahami tindakan yang dapat diterima dan mana
yang tidak dapat diterima dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut biasanya
dikomunikasikan melalui cerita-cerita atau simbol-simbol lain yang mempunyai arti
tertentu bagi organisasi.
Dari berbagai definisi budaya organisasi dapat ditarik kesimpulan bahwa
budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota
organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan
berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut S.P Robbin (1997) budaya organisasi kuat adalah budaya di mana
nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas
anggota organisasi. Faktor-Faktor yang Menentukan Kekuatan Budaya Organisasi
adalah Kebersamaan dan Intensitas. Berikut ciri-ciri budaya yang kuat dan lemah
1. Ciri-Ciri Budaya Kuat:
a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.
b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan
dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang
di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat
kohesif.
c. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi
dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh
orang-orang yang bekerja dalam perusahaan.
2. Ciri-Ciri Budaya Organisasi Lemah:
a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.
b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi
untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
Perubahan budaya kerja sebagai hasil dari E-Government akan memberikan
berbagai reaksi dari pihak-pihak yang terlibat baik reaksi yang sifat mendukung dan
reaksi yang sifatnya menolak. Untuk itu manajemen perubahan perlu diterapkan
untuk menyiapkan aparatur negara untuk lebih siap menerima perubahan yang terjadi.
2.2.2. Kemampuan Teknis Staf
Kondisi staf pegawai pemerintah yang memiliki keahlian dan ditunjang
bertugas tidak mempunyai etos kerja yang berorientasi untuk memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat.
Menurut Hersey dan Blanchart (1992: 5) dalam jurnal Manajemen Sumber
Daya Manusia ada tiga bidang kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan
proses kerja, yaitu:
1. Kemampuan teknis (technical and skill), yaitu: kemampuan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training.
2. Kemampuan sosial (human atau social skill), yaitu: kemampuan dalam bekerja
dengan melalui orang lain, yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan
penerapan kepemimpinan yang efektif.
3. Kemampuan konseptual (conceptual skill) yaitu: kemampuan untuk memahami
kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak unit kerja masing-masing
ke dalam bidang operasi secara menyeluruh.
Berikut aspek-aspek kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk menuju staf
paripurna berdasarkan kompetensi:
1. Pengetahuan
Untuk dapat melaksanakan tugasnya, seorang staf dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang memadai sesuai dengan tugas dan bidang pekerjaannya.
2. Keterampilan
Merupakan kemampuan teknis yang harus dimiliki seorang staf. Sebagai contoh,
3. Sikap
Merupakan kecenderungan untuk berperilaku. Seorang staf dituntut untuk
bersikap positif terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya.
4. Nilai-nilai luhur
Pemahaman dan implementasi terhadap nilai-nilai luhur, diantaranya:
a. etika, sebagai prinsip dasar.
b. integritas atau harga diri.
c. tanggung jawab.
d. taat hukum dan peraturan yang berlaku.
e. hormat terhadap hak-hak orang lain.
f. tekad untuk bekerja lebih baik dan bekerja sesuai dengan tugas.
Berdasarkan Keppres No. 20 Tahun 2006 setiap instansi pemerintah pusat dan
daerah wajib menyediakan sumber daya manusia sesuai dengan standar dan ketentuan
yang berlaku, serta wajib melakukan upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan (kemampuan teknis) untuk mendukung pelaksanaan E-Government.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam suksesnya pelaksanaan
E-Government, untuk itu perlu upaya terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
SDM seiring dengan perubahan yang terjadi.
2.2.3. Infrastruktur
Menurut Keppres No. 20 Tahun 2006, Infrastruktur adalah perangkat keras,
Ketersediaan infrastruktur komunikasi data, komputer dan jaringan komputer
adalah upaya agar aplikasi E-Government bisa berfungsi optimal. Sedangkan sistem
aplikasi juga perlu dianalisa apakah dapat berfungsi di infrastruktur yang saat ini
sudah ada, atau perlu melakukan perbaikan (upgrading) atau bahkan pengadaan
infrastruktur baru. Beberapa kebijakan umum yang disarankan, khususnya untuk
Pemerintah Daerah yang belum atau baru akan mengimplementasikan E-Government
adalah:
1. Pembangunan E-Government disusun dalam 5 (lima) tahapan, tiap tahapan
direncanakan selama 1 (satu) tahun, disesuaikan dengan perencanaan
pembangunan yang lazim berlaku di Pemerintah Daerah, seperti RKPD,
RENSTRADA, dan lain-lain.
2. Di setiap tahapan dilaksanakan pengembangan aplikasi dari semua kategori.
Untuk kategori pemerintahan (G2G), ditekankan pada pembangunan aplikasi
untuk lingkup internal Pemda dan Legislatif, baru diperluas ke kecamatan dan
kelurahan.
3. Untuk kategori bisnis (G2B), diprioritaskan pada sistem aplikasi untuk pelayanan
UKM dan BUMN/BUMD, termasuk RSUD.
4. Sedangkan untuk kategori umum diprioritaskan pada aplikasi eGov Portal dan
aplikasi-aplikasi pendukung seperti kolaborasi dan koordinasi, dan sistem
K e r a n g k a P e r a t u r a n
Kerangka arsitektur E-Government terdiri dari empat lapis struktur, yakni:
1. Akses. Jaringan telekomunikasi, jaringan internet, dan media komunikasi lainnya
yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses situs pelayanan publik.
2. Portal Pelayanan Publik. Situs web pemerintah pada internet penyedia layanan
publik tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan
informasi dan dokumen elektronik di sejumlah instansi yang terkait.
3. Organisasi Pengelolaan dan Pengolahan Informasi. Organisasi pendukung (back
office) yang mengelola, menyediakan dan mengolah transaksi informasi dan
dokumen elektronik.
4. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar. Semua prasarana, baik perangkat keras dan
lunak yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan, pengolahan, transaksi, dan
penyaluran informasi (antarback office, antar portal pelayanan publik dengan back
office), maupun antarportal pelayanan publik dengan jaringan internet secara
S a s a r a n
Pengembangan E-Government disatu sisi memiliki kegiatan yang luas dan
memerlukan investasi dan pembiayaan yang besar, disisi lain, ketersediaan anggaran
pemerintah sangat terbatas dan masih digunakan untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang harus segera diselesaikan. Oleh sebab itu, pengalokasian anggaran
untuk pengembangan E-Government harus dilakukan secara hati-hati dan bertangung
jawab agar anggaran yang terbatas tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien, dan
dapat menghasilkan daya ungkit yang kuat bagi pembentukan pamong yang baik.
Diperlukan suatu siklus perencanaan, pengalokasian, pemanfaatan, dan
pengevaluasian anggaran pengembangan E-Government yang baik, sehingga
pelaksanaan strategi untuk pencapaian tujuan strategis E-Government dapat berjalan
secara efektif. Untuk menghindarkan pemborosan anggaran yang merupakan uang
pembayar pajak, maka perlu dikembangkan kerangka perencanaan dan pengalokasian
anggaran seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
2.3. Review Peneliti Terdahulu
Dalam hal ini peneliti menuliskan beberapa peneliti terdahulu antara lain:
Sri Handayaningsih (2007) meneliti tentang: “Analisis terhadap Model
Budaya Organisasi Sebagai Faktor Penting dalam Keberhasilan Pengembangan
E-Government pada Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi Kasus Daerah Istimewa
Yogyakarta. Variabel independen adalah Organizational Culture, E-Government
Development Culture, dan Regional Government, sedangkan variabel dependen
adalah Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/
Kota. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Organizational Culture, E-Government
Development Culture, dan Regional Government berpengaruh positif terhadap
Keberhasilan Pengembangan E-Government pada Pemerintah Kabupaten/Kota (Studi
Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta).
Ade Gunawan (2007) meneliti tentang: “Pengembangan E-Government dalam
Menuju Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance): Studi Kasus Biro
Perencanaan dan Organisasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN)”. Variabel independen adalah G2C (Government to Citizen), G2B
(Government to Business Enterprises), G2G (Interagency Relationship), sedangkan
variabel dependen adalah E-Government Development Plan. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa G2C (Government to Citizen), G2B (Government to Business
Enterprises), G2G (Interagency Relationship) berpengaruh positif terhadap
Karin Afriani (2009) meneliti tentang: “Dampak E-Government pada Good
Governance: Temuan Empiris dari Kota Jambi”. Variabel independen adalah
Prinsip-prinsip Good Governance (Kepedulian terhadap Stakeholder, Efektivitas dan
Efisiensi, Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas, Transparansi), sedangkan variabel
dependen adalah E-Government. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Prinsip-prinsip
Good Governance (Kepedulian terhadap Stakeholder, Efektivitas dan Efisiensi,
Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas, Transparansi) berpengaruh positif terhadap
E-Government.
Tabel 2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti/ Faktor Penting dalam Keberhasilan
(Government to Business
Lanjutan Tabel 2.1
Efektivitas dan Efisiensi, Partisipasi Masyarakat, Akuntabilitas,
Transparansi)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Independen Variabel Dependen Variabel
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian maka peneliti
mengembangkan kerangka penelitian yang diuji secara simultan dan parsial yaitu
Keberhasilan Implementasi E-Government (Y) diperkirakan baik secara langsung
maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel dependen (X) yaitu
Budaya Organisasi (X1), Kemampuan Teknis Staf (X2), dan Infrastruktur (X3).
E-Government sudah menjadi program nasional melalui Inpres No. 3 Tahun
2003, pemerintah menyatakan E-Government sebagai arah strategis pengembangan
layanan kepemerintahan yang harus diimplementasikan di tingkat pusat maupun
daerah. Pada kenyataannya, sampai saat ini perkembangan realisasi E-Government Budaya Organisasi
(X1)
Kemampuan Teknis Staf
(X2)
Infrastruktur
(X3)
Keberhasilan Implementasi E-Government
belum menggembirakan. Masih banyak lembaga pemerintah, baik di pusat maupun
daerah, yang belum menganggap E-Government sebagai prioritas. Hal ini ditunjukkan
oleh berbagai fenomena ketidakoptimalan pemakaian teknologi informasi (TI) dalam
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan. Masalah implementasi
E-Government disebabkan banyak hal yang mengarah pada kesalahan persepsi atau
pandangan pihak-pihak di lingkungan pemerintah terhadap konsep E-Government itu
sendiri.
Pengaruh budaya organisasi yaitu faktor budaya diantara para birokrat dalam
lembaga pemerintah yang mengakibatkan kurangnya kesadaran dan penghargaan
terhadap pentingnya E-Government. Integrasi diantara lembaga negara, lembaga
departemen maupun non-departemen masih selalu terkendala karena masing-masing
tidak mau berbagi data dan informasi. Perubahan budaya kerja sebagai hasil dari
E-Government akan memberikan berbagai reaksi dari pihak-pihak yang terlibat baik
reaksi yang sifat mendukung dan reaksi yang sifatnya menolak. Untuk itu manajemen
perubahan perlu diterapkan untuk menyiapkan aparatur negara untuk lebih siap
menerima perubahan yang terjadi. Semakin baik atau buruk Budaya Organisasi, maka
semakin tinggi atau rendah Keberhasilan Implementasi E-Government.
Implementasi TI dalam E-Government memerlukan SDM teknis yang
tangguh. Pengaruh kemampuan teknis staf untuk menjamin keberhasilan penerapan
TI di lingkungan organisasi pemerintah adalah kepemimpinan TI (IT leadership)
tinggi atau rendah Kemampuan Teknis Staf, maka semakin tinggi atau rendah
Keberhasilan Implementasi E-Government.
Infrastruktur perangkat keras dan jaringan komputer (termasuk koneksi ke
Internet) sangat penting dalam E-Government. Infrastruktur membentuk pondasi bagi
pemanfaatan TI di berbagai lembaga pemerintah. E-Government dipersepsikan
sempurna bila situs web, infrastruktur, dan sistem-sistem aplikasi telah tersedia.
Aplikasi-aplikasi tersebut bertujuan mengimplementasikan fungsionalitas
layanan-layanan E-Government, baik yang bersifat publik maupun internal. Maka semakin
baik atau buruk Infrastruktur, maka semakin tinggi atau rendah Keberhasilan
Implementasi E-Government.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari teoritis peneliti terdahulu
sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan yang memerlukan pengujian
secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan dengan
penelitian ini, yaitu: “Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur
Berpengaruh terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government baik secara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal (causal), Umar (2008)
menyebutkan “desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat
eksperimen di mana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh
peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung”.
Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris
dan menganalisis Budaya Organisasi, Kemampuan Teknis Staf, dan Infrastruktur
sebagai variabel independen terhadap Keberhasilan Implementasi E-Government
sebagai variabel dependen.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Pemerintahan Kabupaten Simalungun
di Pematang Raya. Jangka waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2009 sampai
Desember 2009.
4.3. Populasi dan Sampel
104 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan pertimbangan. Sampel yang
diambil sebanyak 98 orang, yaitu jumlah staf keseluruhan dikurangi 6 Orang
(Pendidikan SD dan SLTP). Data staf Diskominfo Pemerintah Kabupaten
Simalungun terdiri dari:
Tabel 4.1. Data Staf Diskominfo Pemerintah Kabupaten Simalungun
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1 Sekolah Dasar (SD) 1 Orang
2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 5 Orang
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 72 Orang
4 Sarjana Muda (Diploma) 7 Orang
5 Sarjana (S1) 18 Orang
6 Pasca Sarjana (S2) 1 Orang
7 Doktoral (S3) -
Jumlah 104 Orang
4.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999) bahwa “kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya”. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh staf
Kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, menurut Indriantoro dan
Supomo (1999) “data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)”. Sumber data
dalam penelitian ini berasal dari responden yaitu seluruh staf Kantor Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten Simalungun. Tahapan
dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner dibagi dua tahap. Tahap pertama,
melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh staf Kantor Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten Simalungun. Tahap kedua,
pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh staf Kantor Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika pada Kabupaten Simalungun untuk dilakukan
pengolahan data.
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh
peneliti. Sebagaimana pendapat Sugiyono (1999) bahwa “peneliti-peneliti dalam
bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk
menguji validitas dan realibilitasnya”. Bahan untuk pembuatan kuesioner diambil dari
kuesioner Warta Ekonomi Government Award mengenai Implementasi
E-Government Pemerintah Daerah.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
(operationalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep”.
Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala
interval. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “skala interval adalah
skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, dan jarak konstruk yang
diukur tetapi tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan
angka absolut”. Apabila skalanya interval maka rata-rata hitung dipakai sebagai
ukuran nilai sentral dan prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi
product moment, uji t, dan uji F dan lain-lain uji parametrik (Cooper dan Emory,
1995).
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu Budaya Organisasi
(X1), Kemampuan Teknis Staf (X2), dan Infrastruktur (X3), variabel dependen yaitu
Keberhasilan Implementasi E-Government (Y).
Budaya Organisasi (X1) dalam penelitian ini adalah inovasi, pengambilan
resiko, orientasi hasil, orientasi orang, dan orientasi tim. Pengukuran variabel dalam
penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran linkert yaitu mengukur sikap
seseorang terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor
4 (S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat
Tidak Setuju).
Kemampuan Teknis Staf (X2) dalam penelitian ini adalah pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai luhur. Pengukuran variabel dalam penelitian ini
terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor 4
(S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat
Tidak Setuju).
Infrastruktur (X3) dalam penelitian ini adalah Ketersediaan infrastruktur
komunikasi data, komputer dan jaringan komputer. Pengukuran variabel dalam
penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran linkert yaitu mengukur sikap
seseorang terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor
4 (S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat
Tidak Setuju).
Sedangkan Keberhasilan Implementasi E-Government (Y) dalam penelitian
ini adalah merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern), antara pemerintah
dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder) dengan
melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet) untuk memperbaiki
mutu (kualitas) pelayanan pemerintah. Pengukuran variabel dalam penelitian ini
dengan menggunakan skala pengukuran linkert yaitu mengukur sikap seseorang
terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=Sangat Setuju), skor 4
(S=Setuju), skor 3 (N=Netral), skor 2 (TS=Tidak Setuju), dan skor 1 (STS=Sangat