• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Literasi Informasi terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Literasi Informasi terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LITERASI INFORMASI TERHADAP EFEKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

(SMA) NEGERI 3 MEDAN

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

disusun oleh:

PUTRI WULANSARI 080709020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI MEDAN

(2)

ABSTRAK

Wulansari, Putri, 2012. Pengaruh Literasi Informasi Terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan. Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Perkembangan teknologi mempunyai peran yang sangat penting bagi kemajuan dalam dunia pengetahuan. Pengetahuan yang berhubungan langsung dengan informasi sangat dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam mendukung efektivitas belajarnya. Informasi yang didapat seringkali tidak relevan dengan yang dibutuhkan karena banyaknya informasi yang ada, akibat hasil dari kemajuan teknologi. Untuk itu perlu sebuah tindakan untuk mengatasi hal tersebut dengan literasi informasi. Kemampuan literasi informasi adalah pancing bagi siswa agar efektivitas belajar siswa dapat terwujud.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisis regresi sederhana yang menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data yang diperoleh dari responden. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Medan tahun 2011 yang duduk di kelas X dan XI sebanyak 985 siswa dengan jumlah sampel 91 siswa yang ditentukan berdasarkan rumus slovin. Untuk mengetahui siapa yang menjadi sampel penelitian digunakan teknik sampling Stratifikasi Proporsional (Proporsional Stratified Sampling). Untuk mengukur pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan digunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Solution) Versi 16.0. Untuk menguji hipotesis dilakukan uji-t pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa literasi informasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap efektivitas belajar siswa yang ditunjukkan oleh 45,3% variabel literasi informasi dapat mempengaruhi atau berkontribusi terhadap efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3 Medan, sedangkan selebihya sebesar 54,7% diakibatkan faktor lain di luar variabel yang digunakan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Literasi Informasi terhadap

Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang terdalam penulis persembahkan

kepada kedua orang tua tercinta, H. Absori dan Hj. Salmiati yang telah banyak

melimpahkan kasih sayang dan dukungan serta doa yang tidak henti-hentinya

dipanjatkan sehingga turut mempermudah kelancaran penulis dalam

menyelesaikan skripsi. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada

kedua kakak tersayang Dewi Pertiwi, S.E beserta keluarga kecilnya dan Ratih

Utami Ningsih S.Sos beserta keluarga kecilnya atas dukungan, doa serta

nasihatnya kepada penulis.

Dalam usaha menyelesaikan skripsi, penulis banyak memperoleh

bimbingan, saran, arahan, nasehat serta bantuan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat diiringi ucapan terima kasih

yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd selaku Ketua Departemen Ilmu

Perpustakaan dan Informasi, dan dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan bimbingan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ishak, SS, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah

membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staff pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

yang telah banyak memberikan ilmu di bidang Ilmu Perpustakaan dan

(4)

5. Kepada staff pegawai yang telah membantu penulis dalam mengurus

surat-surat yang berhubungan dengan penyusunan skripsi.

6. Guru dan Staff serta siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan yang telah

memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penulisan

skripsi ini.

7. Bang Yudi, Bang Makruf, Bang Zuki, para senior dan junior yang turut

memberikan bantuan serta dorongan motivasi dalam penyelesaian skripsi

ini.

8. Kepada para kakak sepupu dan abang sepupu yang tidak henti-hentinya

memberi semangat untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada kawan-kawan terdekat (Rindu dan ozi) yang telah membantu

penulis dalam memberikan motivasi, saran dan nasihat dalam

menyelesaikan skripsi serta telah bersedia menemani penulis melakukan

penelitian di SMA Negeri 3 Medan.

10.Kepada teman-teman satu perjuangan khususnya Selvi, Nindy, Winda,

Diky, Fikar, Isva, Ricki, dan Elga yang telah bersama-sama menemani hari

demi hari dengan hiburan, gurauan serta candaan selama perkuliahan.

11.Kepada teman satu stambuk 2008 terimakasih atas kerjasamanya Lia, Afri,

Osin, Mutya, Hildia, Uli, Fina, Berlian, Adel dan lain-lain serta para senior

satu perjuangan kak pipin dan bang azhari yang disadari atau tidak telah

memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini. Semoga kita semua

sukses untuk meraih setiap cita-cita. Amin.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri. Semoga

apa yang telah penulis peroleh dapat penulis abdikan untuk agama, nusa dan

bangsa, serta bermanfaat bagi yang membutuhkan untuk masa mendatang.

Medan, Juli 2012

Penulis

Putri Wulansari

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Hipotesis Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Literasi Informasi ... 7

2.1.1 Manfaat Literasi Informasi ... 9

2.1.2 Model Literasi Informasi ... 11

2.1.3 Keterampilan Literasi Informasi... 18

2.2. Efektivitas Belajar... 22

2.2.1 Ciri-ciri Efektivitas Belajar ... 24

2.2.2 Faktor-faktor Efektivitas Belajar ... 25

2.2.3 Kriteria Efektivitas Belajar ... 27

2.3 Penelitian Terdahulu ... 32

2.4 Kerangka Konseptual ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 38

3.5 Instrumen Penelitian ... 38

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 39

3.7 Kalibrasi Instrumen ... 41

3.7.1Uji Validitas Instrumen ... 41

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 42

3.7.3 Uji Koefisisen Determinasi... 43

(6)

3.9 Pengujian Persyaratan Analisis ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 46

4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

4.2.1 Pengujian Validitas Instrumen ... 46

4.2.2.1 Literasi Informasi (Variabel X) ... 47

4.2.2.2 Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) ... 48

4.2.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 49

4.3 Karakteristik Responden ... 50

4.4 Analisis Deskriptif ... 51

4.4.1 Tanggapan Responden terhadap Literasi Informasi... 51

4.4.4.1 Merumuskan Kebutuhan Informasi ... 51

4.4.4.2 Mengakses Sumber Informasi ... 53

4.4.4.3 Memilih dan Memilah Informasi ... 54

4.4.4.4 Mengevaluasi Informasi Sesuai Kebutuhan ... 56

4.4.2 Tanggapan Responden terhadap Efektivitas Belajar Siswa 58 4.4.2.1 Ranah Kognitif ... 58

4.4.2.2 Ranah Afektif ... 60

4.4.2.3 Ranah Psikomotoris ... 62

4.5 Pengolahan Data ... 64

4.5.1 Deskripsi Data ... 64

4.5.1.1 Variabel Literasi Informasi (Variabel X)... 64

4.5.1.2 Variabel Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) ... 66

4.6 Pengujian Normalitas Data... 68

4.7 Metode Analisis Statistik... 70

4.7.1 Analisis Koefisien Regresi Sederhana ... 70

4.8 Pengujian Hipotesis ... 71

4.8.1 Uji Pengaruh Secara Parsial ... 71

4.8.1 Pengujian Koefisien Determinasi ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 73

5.2 Saran ... 73

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 The Plus Model ... 17

Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMAN 3 Medan ... 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Untuk Variabel X (Literasi Informasi) ... 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Untuk Variabel Y (Efektivitas Belajar Siswa) ... 40

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas Literasi Informasi (Variabel X)... 47

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) .. 48

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

Tabel 4.4 Status Responden... 50

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Merumuskan Kebutuhan Informasi Siswa ... 51

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Mengakses Sumber Informasi Secara Efektif dan Efisien ... 53

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Memilih dan Memilah Informasi ... 55

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Mengevaluasi Informasi Sesuai Kebutuhan.... 57

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Ranah Kognitif... 58

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Ranah Afektif ... 60

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Ranah Psikomotoris ... 62

Tabel 4.12 Statistik Literasi Informasi (Variabel X) ... 65

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Data Variabel Literasi Informasi (Variabel X) 65 Tabel 4.14 Statistik Efektivitas Belajar Siswa... 66

Tabel4.15 Distribusi Frekuensi Data Variabel Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) ... 67

Tabel 4.16 Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel X ... 68

Tabel 4.17 Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel Y ... 69

Tabel 4.18 Rangkuman Uji Normalitas ... 70

Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Linier Sederhana ... 70

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian ... 78

Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden... 82

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 85

Lampiran 4 Frekuensi Jawaban Responden ... 87

Lampiran 5 Data Empiris Frekuensi Jawaban Responden ... 94

Lampiran 6 Data Empiris Frekuensi Jawaban Responden Variabel Y ... 96

Lampiran 7 Hasil Uji Regresi ... 99

Lampiran 8 Titik Persentase Distribusi t (df=81-120) ... 103

Lampiran 9 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors ... 104

(10)

ABSTRAK

Wulansari, Putri, 2012. Pengaruh Literasi Informasi Terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan. Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Perkembangan teknologi mempunyai peran yang sangat penting bagi kemajuan dalam dunia pengetahuan. Pengetahuan yang berhubungan langsung dengan informasi sangat dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam mendukung efektivitas belajarnya. Informasi yang didapat seringkali tidak relevan dengan yang dibutuhkan karena banyaknya informasi yang ada, akibat hasil dari kemajuan teknologi. Untuk itu perlu sebuah tindakan untuk mengatasi hal tersebut dengan literasi informasi. Kemampuan literasi informasi adalah pancing bagi siswa agar efektivitas belajar siswa dapat terwujud.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisis regresi sederhana yang menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data yang diperoleh dari responden. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Medan tahun 2011 yang duduk di kelas X dan XI sebanyak 985 siswa dengan jumlah sampel 91 siswa yang ditentukan berdasarkan rumus slovin. Untuk mengetahui siapa yang menjadi sampel penelitian digunakan teknik sampling Stratifikasi Proporsional (Proporsional Stratified Sampling). Untuk mengukur pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan digunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Solution) Versi 16.0. Untuk menguji hipotesis dilakukan uji-t pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa literasi informasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap efektivitas belajar siswa yang ditunjukkan oleh 45,3% variabel literasi informasi dapat mempengaruhi atau berkontribusi terhadap efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3 Medan, sedangkan selebihya sebesar 54,7% diakibatkan faktor lain di luar variabel yang digunakan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini istilah teknologi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan

ilmu pengetahuan. Teknologi mempunyai peran yang sangat penting bagi

kemajuan dalam dunia pengetahuan. Pengetahuan merupakan informasi yang

diinterpretasikan dan diintegrasikan yang berasal dari akal pikiran seseorang.

Informasi-informasi tersebut dapat ditemukan dengan mudah, cepat dan tepat

tanpa adanya pemborosan waktu dan tenaga seiring dengan teknologi yang terus

berkembang dan berinovasi. Perkembangan teknologi tersebut memberikan akses

yang mudah terhadap informasi. Perkembangan teknologi yang muncul sebagai

perpaduan teknologi komputer dan teknologi komunikasi, menjadikan informasi

sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan menyebarkan informasi. Untuk

mendapatkan dan menyebarkan informasi tersebut dapat didukung oleh jaringan

internet sehingga informasi tidak terhalangi oleh ruang, tempat dan waktu. Hal ini

memungkinkan seseorang untuk dapat mengakses informasi kapan dan dimana

saja meskipun informasi tersebut berada di tempat yang jauh. Sehingga

memunculkan istilah banjir informasi atau ledakan informasi.

Banjir Informasi atau ledakan informasi merupakan istilah dari banyaknya

informasi yang didapat dari berbagai sumber informasi baik tercetak, non cetak,

maupun digital yang membuat seseorang menjadi bingung untuk mendapatkan

informasi terbaik yang sesuai dengan kebutuhannya. Banyaknya informasi

seringkali menjadikan seseorang dihadapkan pada informasi yang tidak sesuai,

kandungan informasinya kurang tepat, tidak relevan sampai informasi yang tidak

dapat dipercaya sumber informannya. Untuk itu perlu sebuah tindakan untuk

mengatasi hal tersebut dengan literasi informasi.

Literasi informasi adalah keterampilan untuk mengetahui kapan dan

mengapa membutuhkan informasi, dimana menemukan informasi itu, bagaimana

mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya secara etis. Literasi

informasi juga dikenal dengan istilah melek informasi. Dengan kemampuan

(12)

dalam menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan

demikian, literasi informasi menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan manusia

di berbagai bidang, salah satunya adalah pendidikan.

Pendidikan adalah suatu proses di mana seseorang memperoleh

pengetahuan, mengembangkan kemampuan/keterampilan sikap atau mengubah

sikap. Untuk dapat memperoleh pengetahuan atau mengembangkan sikap, maka

seseorang harus belajar untuk memperoleh kemampuan tersebut. Belajar dan

mengajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan di

bidang pendidikan, khususnya sekolah. Sekolah tidak hanya menyediakan

kesempatan mendapatkan pengetahuan, tetapi juga fokus terhadap pembangunan

karakter sehingga dapat terwujudnya efiktivitas belajar siswa.

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

meliputi tujuan instruksional yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil

pembelajaran. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku yang diinginkan oleh siswa seperti untuk mencari atau mendapatkan

pengetahuan. Pengetahuan yang berhubungan langsung dengan informasi sangat dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam mendukung kegiatan

belajarnya. Akan tetapi disitulah letak masalahnya, jangankan siswa, mahasiswa

pun banyak yang belum memiliki keahlian ini. Padalah tujuan utama dari

pendidikan sendiri adalah bagaimana supaya manusia pandai memberdayakan

informasi. Untuk dapat dikatakan bahwa seseorang telah melek informasi

(information literate) paling tidak harus memiliki kemampuan untuk menentukan cakupan informasi yang diperlukan, mengakses informasi secara efektif,

mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis, menggunakan

informasi sesuai dengan tujuan.

Aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas dalam kegiatan belajar terdiri

dari kurikulum, bahan pengajaran, guru (tenaga pengajar), dan sarana serta

fasilitas. Sarana dan fasilitas yang disediakan di sekolah dapat mencakup

perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, dll. Menurut

(13)

Shiung yang dikutip Rindyasari (2008: 22) telah membuktikan bahwa

meningkatnya mutu dan prestasi pengajaran dan pembelajaran dan satu kajian

perbandingan telah menunjukkan bahwa pelajar yang menerima pengajaran dan

pembelajaran dengan bantuan komputer 73% lebih efektif.

Dalam dunia pendidikan, penggunaan komputer merupakan faktor penting

yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Pengunaan komputer yang

terhubung dengan jaringan internet sangat erat kaitannya dengan konsep literasi

informasi. Dengan menerapkan konsep literasi informasi dalam mencari informasi

melalui internet dapat memudahkan siswa dalam mencari informasi yang sesuai

dengan apa yang dibutuhkannya. Literasi informasi bagi siswa merupakan yang

sangat penting harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Sering kita mendengar

pribahasa yang mengatakan ” jangan beri ikan, berilah pancingnya”. Peserta didik

akan diajarkan pada sebuah metode untuk menelusuri informasi dari berbagai

sumber informasi yang terus berkembang. Kemampuan literasi informasi adalah

”pancing” bagi sang murid supaya ia dapat belajar efektif untuk menjadi siswa

yang unggul dan berprestasi.

SMA Negeri 3 Medan merupakan salah satu sekolah unggulan di kota

Medan yang mempunyai visi dalam menjadikan siswa yang unggul dan

berprestasi. Untuk masuk di SMA Negeri 3 Medan dibutuhkan seleksi nilai hasil

ujian akhir nasional dengan nilai tertinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari

situs web SMA Negeri 3 Medan

Tahun Pelajaran 2011/2012 seluruhnya berjumlah 1.513 orang yang dibimbing

oleh guru sebanyak 100 orang dengan menerapkan metode pembelajaran. Metode

Pembelajaran diarahkan berpusat pada peserta didik atau siswa. Guru sebagai

fasilitator mendorong para siswa agar mampu belajar secara aktif, baik fisik

maupun mental. Selain itu, dalam pencapaian setiap kompetensi pada setiap mata

pelajaran diberikan secara konstektual dengan memperhatikan perkembangan

kekinian dari berbagai aspek kehidupan. Dalam melakukan kegiatan

pembelajaran, para guru menggunakan bahan ajar yang disesuaikan dengan

kurikulum berdasarkan atas standar kompetensi lulusan dan mata pelajaran yang

(14)

Tema SMA berbasis teknologi informasi dan komunikasi lebih diminati

oleh peserta didik dan didukung oleh sebagian besar pendidik dan tenaga

kependidikan serta pengurus komite sekolah, sehingga SMA Negeri 3 Medan

menentukan SMA berbasis teknologi Informasi dan komunikasi sebagai tema

unggulan lokal dalam implementasi Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal

(PBKL). Untuk mewujudkan hal tersebut, SMA Negeri 3 Medan telah

memfasilitasi proses pembelajaran dengan menerapkan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK). Hal ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan

pengetahuan dan keterampilan menggunakan media Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) untuk mendapatkan informasi dalam mendukung kegiatan

belajar mereka.

Sejak tahun 2009, SMA Negeri 3 Medan telah melengkapi sarana belajar

dengan 45 unit komputer yang tersedia di Laboratorium Bahasa dan Komputer,

memiliki 14 buah laptop, 17 buah LCD Proyektor, 6 buah Tape Recorder dan 6

buah DVD Player yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan proses

kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, SMA Negeri 3 Medan juga memiliki

perpustakaan dan ruangan Pusat Sumber Belajar (PSB) dan fasilitas internet yang

dijadikan sebagai pusat referensi berbagai bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK

yang kesemuanya dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Untuk mendukung kemudahan dalam memperoleh dan menyampaikan informasi

yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan, maka SMA Negeri 3 Medan

memiliki jaringan internet dengan website:

didukung dengan fasilitas wi-fi yang dapat diakses di seluruh lingkungan sekolah.

Fasilitas-fasilitas yang telah disediakan di SMA Negeri 3 Medan dapat

dimanfaatkan guru dan siswa secara maksimal dalam mendukung kegiatan belajar

dan mengajar untuk mewujudkan efektivitas belajar siswa.

Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan penulis dan wawancara

dengan guru dan pustakawan, para siswa menggunakan fasilitas internet dalam

memenuhi kebutuhan informasi ataupun memenuhi tugas guru. Para siswa dapat

mengakses secara langsung melalui wifi yang telah disediakan di sekolah ataupun

melalui laboratorium komputer. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang pada

(15)

Negeri 3 Medan baik di kelas ataupun di luar kelas seperti di kantin. Para siswa

yang berbekal mata pelajaran TIK yang telah dimilikinya, pada umumnya tidak

mengalami kesulitan dalam mengakses informasi. Walaupun demikian, tidak

semua siswa merasakan kemudahan dalam mengakses informasi. Penulis

menjumpai beberapa siswa yang kurang mengerti dalam mencari informasi

melalui internet di luar jam belajar, mereka merasakan kebingungan dalam

mencari informasi dan menentukan informasi yang akan digunakannya. Padahal

para siswa telah diajarkan materi tentang menggali dan mengolah informasi dalam

mata pelajaran TIK di kelas X. Menerapkan materi pelajaran tersebut, sejalan

dengan konsep literasi informasi yang apabila diterapkan akan menghasilkan

informasi relevan yang sangat dibutuhkan siswa. Informasi yang relevan sangat

mendorong tercapainya efektivitas belajar siswa.

Berdasarkan uraian dan permalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti

apakah terdapat pengaruh yang signifikan literasi informasi siswa terhadap

efektivitas belajar siswa. Untuk itu, peneliti memilih judul “Pengaruh Literasi

Informasi terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3

Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh literasi informasi

terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. SMA Negeri 3 Medan sebagai bahan masukan dalam menetapkan

(16)

dalam rangka meningkatkan efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3

Medan.

2. Pengembangan Khasanah Ilmu Perpustakaan dan Informasi agar dapat

memberikan sumbangan pemikiran khususnya yang berkaitan dengan

literasi informasi.

3. Peneliti lanjutan dapat menggunakan informasi yang ada sebagai

referensi.

4. Penulis untuk menambah cakrawala dan wawasan penulis mengenai

literasi informasi dan efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3

Medan.

1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah

(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Literasi Informasi

Awalnya istilah literasi informasi dikemukakan tahun 1974 oleh Paul

Zurkowski (The President of Information Industry Association of United States) pada proposal yang diajukannya kepada National Commision on Libraries and Information Science bahwa dalam program nasional salah satu yang harus dicapai adalah literasi informasi secara universal. Zurkowski dalam Rindyasari (2008: 11)

mengatakan bahwa seseorang yang terlatih dalam menggunakan sumber-sumber

informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut orang-orangyang melek

informasi karenamereka telah belajar teknik menggunakan informasi dengan baik

dan keterampilan dalam menggunakan beragam alat informasi.

Menurut kamus bahasa inggris pengertian literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan membaca dan information adalah informasi. Maka literasi informasi adalah kemelekan terhadap informasi. Walaupun istilah literasi

informasi belum begitu familiar dan menjadi istilah yang asing di kalangan

masyarakat. Seseorang dikatakan melek informasi berarti literat terhadap

informasi. Walaupun saat ini literasi informasi biasanya selalu dikaitkan dengan

penggunaan perpustakaan dan penggunaan teknologi informasi.

Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz (2004: 356) mendefenisikan literasi informasi sebagai berikut:

Information literacy is skilll in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques. The concept also includes the skills required to critically evaluate information content and employ it affectively, as well as understanding of the technological infrastructure on which information transmission is based, including its social, political, and cultural context and impact.

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah

kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, mengerti bagaimana

perpustakaan diorganisir, familiar dengan sumber daya yang tersedia (termasuk

(18)

teknik yang biasa digunakan dalam pencarian informasi. Hal ini termasuk

kemampuan mengevaluasi dan menggunakannya secara efektif seperti

pemahaman infrastruktur teknologi pada transfer informasi kepada orang lain,

termasuk konteks sosial, politik dan budaya serta dampaknya.

Marais dalam Hepworth (1999: 2) mendefinisikan literasi informasi

sebagai proses memperoleh pengetahuan terhadap perilaku dan keahlian dalam

bidang informasi, sebagai penentu utama cara manusia mengeksploitasi

kenyataan, membangun hidup, bekerja dan berkomunikasi dalam komunitas

informasi.

Lebih rinci, Hancock dalam Andayani (2008: 3) menyatakan bahwa literasi informasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk: (1) mengenali kebutuhan informasi, (2) mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber informasi yang tepat, (3) mengetahui cara memperoleh informasi yang terkandung dalam sumber yang ditemukan, (4) mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh, (5) mengorganisasikan informasi, dan (6) menggunakan informasi yang telah diperoleh secara efektif.

Doyle (1992: 10) juga membuat kriteria seseorang yang melek informasi

adalah seseorang yang:

1. Menyadari kebutuhan informasi

2. Menyadari Informasi yang akurat dan lengkap merupakan satu dasar untuk membuat keputusan yang tepat

3. Mengidentifikasi sumber-sumber potensial dari suatu informasi 4. Membangun strategi pencarian yang tepat

5. Mengakses sumber-sumber informasi, termasuk dasar teknologi lainnya 6. Mengevaluasi informasi

7. Mengorganisasikan informasi untuk mengaplikasikan/mempraktekkan 8. Mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah dimiliki

(pengetahuan lama), dan

9. Menggunakan informasi dengan kritis dan untuuk menyelesaikan masalah.

The UK’s Chartered Institute of Library and Information Professionals

(CILIP) membuat satu definisi bahwa literasi adalah mengetahui kapan dan

mengapa kita membutuhkan informasi, mengetahui dimana kita dapat menemukan

dan bagaimana mengevaluasinya, serta dapat menggunakannya dan

mengkomunikasikannya sesuai etika. (Amstrong: 2). Tidak jauh berbeda dengan

(19)

hakekat dari literasi informasi seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk

mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi.

Dari berbagai definisi literasi informasi yang disebutkan diatas, pada

umumnya merujuk pada definisi yang diberikan oleh American Library Association (ALA). Menurut ALA, literasi informasi adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi

dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan

menggunakan informasi yang secara efektif.

Kesamaan mengenai pemahaman konsep literasi informasi tersirat bahwa

literasi informasi merupakan dasar bagi pembelajaran sepanjang hidup. Hal ini

berlaku umum bagi semua disiplin ilmu, lingkungan kerja dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka literasi informasi adalah

serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan

informasi dibutuhkan, memiliki kemampuan untuk mencari, menganalisis,

mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi secara efektif. Literasi informasi

juga merupakan kunci utama dari pembelajaran sepanjang hayat yang akan

menjadi bekal seseorang untuk menemukan informasi sesuai dengan

kebutuhannya.

2.1.1 Manfaat Literasi Informasi

Literasi informasi sesungguhnya menudahkan seseorang dalam melakukan

berbagai hal yang berhubungan dengan informasi. Informasi merupakan bagian

penting dari pendidikan. Pendidikan harus dapat memberdayakan semua orang

untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Adapun manfaat

dari literasi informasi adalah:

1. Membantu mengambil keputusan

Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu

persoalan. Dengan memiliki informasi yang cukup, seseorang dapat

mengambil keputusan dengan mudah dalam memecahkan persoalannya.

2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan

Literasi informasi berperan penting dalam meningkatkan kemampuan

(20)

dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi,

seseorang dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.

3. Menciptakan pengetahuan baru

Literasi informasi berperan dalam menciptakan pengetahuan baru

berdasarkan pemahamannya. Dengan memiliki literasi informasi,

seseorang akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana

yang salah sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh

(Adam, 2009: 1)

Selain itu, Hancock (2004: 1) juga berpendapat bahwa manfaat literasi adalah:

1. Untuk pelajar

Literasi informasi berperan dalam membantu proses belajar mengajar.

Dengan adanya literasi informasi yang dimiliki oleh pelajar dan guru,

mereka dapat menguasai pelajaran mereka dan siswa tidak akan

bergantung kepada guru karena dapat belajar mandiri dengan kemampuan

literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan

kegiatan mereka di lingkungan belajar.

2. Untuk masyarakat

Literasi informasi berperan bagi kehidupan sehari-hari dan di lingkungan

pekerjaan. Dengan adanya literasi informasi, mereka dapat

mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan

misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi

dengan orang lain.

3. Untuk pekerja

Literasi informasi berperan dalam dunia kerja. Dengan adanya literasi

informasi, mereka mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang

diperoleh sehingga dapat mendukung dalam melaksanakan pekerjaan,

memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan

membuat suatu kebijakan.

Dari berbagai pendapat diatas, literasi informasi dapat dikatakan memiliki

(21)

informasi maka dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika

menghadapi persoalan dan dalam membuat suatu kebijakan.

2.1.2 Model Literasi Informasi

Ada berbagai model literasi informasi yang dikembangkan untuk

mengajarkan litersai informasi pada bagi peserta didik. Model-model literasi

informasi merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan mereka untuk

memiliki kemampuan untuk mencari informasi

dengan tepat. Beberapa model yang digunakan antara lain adalah :

1. Big6 TM

Model ini dikembangkan oleh Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz pada

tahun 1988. Menurut Eisenberg (2008: 42), model ini merupakan model yang

paling dikenal dan digunakan dalam mengajarkan keahlian informasi. Banyak

orang mengatakan bahwa Big6 adalah sebuah strategi dan menggunakan teknologi

informasi. Big6 merupakan sebuah model literasi informasi dan teknologi

sekaligus merupakan kurikulum.

Berikut adalah 6 keterampilan yang masing masing mempunya 2 langkah

(setiap keterampilan terdiri dari dua langkah):

1. Perumusan Masalah

- Merumuskan masalah informasi

- Mengidentifikasikan kebutuhan informasi

2. Strategi Pencarian Informasi

- Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik

- Memilih sumber terbaik

3. Lokasi dan Akses

- Mengalokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik)

- Menemukan informasi dalam sumber-sumber tersebut

4. Pemanfaatan Informasi

- Membaca, mendengar, meraba, dsb

- Mengekstrasi informasi yang relevan

5. Sintesis

(22)

- Mempresentasikan informasi tersebut

6. Evaluasi

- Mengevaluasi hasil (efektivitas)

- Mengevaluasi proses (efesiensi)

Penjelasan langkah-langkah:

1. Perumusan Masalah

- Merumuskan masalah informasi

- Mengidentifikasikan kebutuhan informasi

Langkah pertama dalam strategi literasi informasi adalah memperjelas dan

memahami persyaratan permasalahan atau suatu tugas. Seseorang perlu

mengetahui lebih dulu dengan pasti permasalahan apa yang harus dipecahkan.

Pertanyaan mendasar apa yang perlu mereka cari jawabannya. Setelah mengetahui

dengan pasti permasalahannya, kemudian langkah selanjutnya adalah mencari

tahu informasi apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

2. Strategi Pencarian Informasi

- Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik

- Memilih sumber terbaik

Setelah mengetahui masalah dan informasi yang diperlukan untuk

menyelesaikan masalah tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengatur

strategi pencarian informasi tersebut. Pada langkah ini seseorang menjawab

pertanyaan, dimana saya dapat memperoleh informasi ini, dari sumber-sumber

informasi apa yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

Variasi sumber informasi sangat tergantung dari karakter tugas atau masalah.

Sumber ini meliputi : buku, ensiklopedia, peta, almanak, dll. Inipun dapat dalam

beragam media seperti media cetak, media elektronik, dll. Pada tahap inilah

keterampilan menggunakan perpustakaan itu menjadi sangat penting.

3. Lokasi dan Akses

- Mengalokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik)

(23)

Langkah ketiga adalah memeriksa sumber informasi yang ditemukan.

Harus diputuskan apakah informasi itu berguna atau tidak dalam menyelesaikan

permasalahan. Informasi yang berguna dikumpulkan dan yang tidak berguna

disingkirkan.

4. Pemanfaatan Informasi

- Membaca, mendengar, meraba, dsb

- Mengekstrasi informasi yang relevan

Pada langkah keempat mulai dilakukan pengorganisasian atas informasi

yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan dan solusi atas permasalahan

yang dihadapi. Beberapa tindakan antara lain adalah membedakan antara fakta

dan pendapat, membandingkan karakter yang hampir sama, menyadari beragam

interpretasi dari data, mencari informasi tambahan apabila masih diperlukan,

menyusun ide dan informasi secara logis.

5. Sintesis

- Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber

- Mempresentasikan informasi tersebut

Pada langkah kelima, seseorang menyusun informasi yang diperoleh di

langkah empat di atas menjadi sebuah susunan yang terstruktur untuk menjawab

permasalahan yang sudah ditetapkan di langkah pertama. Kemudian, bentuk

penjawaban masalah ini sangat tergantung pada kebutuhan yang ada. Dengan kata

lain, solusi atas permasalahan itu disampaikan kepada pihak terkait dalam format

yang tepat. Jika memang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan untuk nantinya

dipresentasikan, maka dapat dibuat semacam sebuah makalah atau dalam bentuk

power point. Makalah dibuat, presentasi disiapkan dilengkapi dengan gambar, ilustrasi dan grafik yang memudahkan pemahaman pihak lain.

6. Evaluasi

- Mengevaluasi hasil (efektivitas)

(24)

Langkah keenam adalah saat seseorang menilai bagaimana produk akhir

yang dihasilkan itu menjawab pertanyaan pada langkah pertama atau tidak.

Bagaimana seseorang mengevaluasi secara kritis penyelesaian tugas atau

pemahaman baru atas permasalahan. Apakah permasalahan itu berhasil

dipecahkan? Adakah cara pemecahan yang lain, dan sebaik apa tugas itu

diselesaikan? Selain itu, proses pemecahannya juga perlu dievaluasi. Adakah

hal-hal yang perlu diperbaiki untuk penyelesaian masalah lainnya di lain waktu?

Evaluasi ini dapat dilakukan secara mandiri maupun melalui masukan dari orang

lain.

Berdasarkan uraian diatas, maka model Big6 adalah sebuah strategi dalam

pemecahan masalah sebab dengan menggunakan model ini peserta didik dapat

menangani berbagai masalah, pekerjaan rumah, pengambilan keputusan dan tugas

sekolah.

2. EMPOWERING 8

Empowering 8 (E-8) adalah sebuah model pemecahan masalah untuk

model pembelajaran berbasis sumber belajar. E-8 dikembangkan pada bulan

November 2004 dalam

International Workshop on Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri Lanka. Kegiatan ini didukung penuh oleh International Federation of Library Association/Action for Development through Library Programme

(IFLA/ALP) dan National Institute of Library and Information Science (NILIS) di

University of Colombo. Menurut Sudasono [et al] ( 2007: 25) model literasi informasi ini dikembangkan oleh orang-orang Asia untuk orang Asia dan

dianggap sebagai model yang merefleksikan kondisi orang-orang Asia. Dan

sekarang model ini menjadi hak milik intelektual NILIS Sri Langka dengan

beberapa keterampilan yaitu:

1. Mengidentifikasi

- Menentukan topik/subyek

- Menentukan dan memahami siapa target pendengar

- Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir

(25)

- Merencanakan strategi penelusuran

- Mengidentifikasi jenis sumber informasi di mana informasi dapat

ditemukan

2. Mengeksplorasi

- Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan topik yang dipilih

- Menemukan informasi yang cocok dengan topik yang dipilih

- Melakukan wawancara, karya wisata atau penelitian luar lainnya

3. Menyeleksi

- Memilih informasi yang relevan

- Menentukan informasi mana yang terlalu mudah, terlalu sulit atau

biasa saja

- Mencatat informasi yang relevan dengan cara mencatat atau

membuat pengaturan visual seperti chart, grafik atau outline dan sebagainya

- Menentukan tahapan proses

- Mengumpulkan sitasi yang cocok

4. Mengorganisir

- Menyortir informasi

- Membedakan antara fakta, opini dan fiksi

- Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber

- Menyusun informasi dalam susunan yang logis

- Menggunakan visual organiser untuk membandingkan atau menguji informasi

5. Mencipta

- Menyiapkan informasi dalam bahasa yang dibuat sendiri

- Merevisi atau mengedit (sendiri maupun dengan teman)

- Menyelesaikan format bibliografi

6. Mempresentasi

- Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil karya penelitian

- Membagikan informasi kepada pendengar

- Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat sesuai dengan

(26)

- Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan dengan semestinya

7. Menilai

- Menerima masukan dari pendengar

- Menilai penampilan orang lain sebagai respons hasil karya orang

lain

- Merefleksikan sudah seberapa baiknya penelitian ini dilakukan

- Mengungkapkan keterampilan baru yang telah dipelajari dalam

proses penelitian ini

- Memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dengan lebih

baik lagi diwaktu mendatang

8. Mengaplikasi

- Meninjau ulang masukan dan penilaian yang telah diberikan

- Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar

selanjutnya

- Mengusahakan untuk menggunakan pengetahuan baru yang

diperoleh di dalam situasi yang beragam

- Menentukan subjek lain apa saja yang dapat menerapkan

keterampilan ini

- Memberi tambahan pada portfolio yang dibuat

Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model

Empowering 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu mengidentifikasi masalah yang

meliputi identifikasi topik atau subjek, sasaran audien, format yang relevan,

jenis-jenis sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan dalam memilih dan

menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang dapat dilakukan

dengan interview; memilih dan merekam informasi yang relevan dan

mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai; mengorganisasikan, memgevaluasi

dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta

dan opini, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan

mengkontraskan informasi; menciptakan informasi dengan menggunakan

kata-kata sendiri, edit dan membuat daftar pustaka, menyajikan dan menyebarkan

(27)

menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misalnya pendidikan,

pekerjaan , dan lain-lain.

3. The PLUS Model

Model PLUS merupakan model keahlian informasi yang sesuai untuk

sekolah. Model ini dikembangkan oleh James Herring dalam Sudarsono [et al]

(2007: 27), yang mempunyai otoritas dalam keberinformasian di Queen Margaret

University College, Edinburgh PLUS merupakan akronim yang mudah diingat

oleh peserta didik dan guru. PLUS membagi keahlian informasi dalam 4 bagian

besar seperti terlihat pada tabel.

Tabel 2.1 The PLUS Model

Purpose Dentifying the purpose of an investigation or

assignment

P ( Tujuan) (Menetapkan tujuan penyidikan/ penelitian atau

tugas-tugas sekolah)

Location Finding relevant information sources related to the purpose

L (Lokasi) (Menemukan sumber informasi yang cocok dengan

tujuan yang telah ditetapkan)

Use Selecting and rejecting information and ideas, reading for information, note-taking and presentation

U (Penggunaan) (Memilih dan memilah informasi dan gagasan,

Membaca untuk mendapatkan informasi, catatan dan

membuat presentasi

S elf-evaluation

(28)

S (Evaluasi diri) (Bagaimana peserta didik mengevaluasi tampilannya

dalam menerapkan keahlian informasi untuk tugas

sekolah dan apa yang dipelajari untuk kemudian hari.

Berikut adalah inti keahlian dan kegiatan yang disarankan dalam pelatihan

keahlian informasi dengan menggunakan model PLUS:

1. Tujuan (Purpose)

- Menetapkan kebutuhan informasi

- Belajar membuat kerangka pertanyaan penelitian yang realistis

- Menyiapkan diagram penelitian atau menggunakan

pokok-pokok penelitian

- Menentukan kata kunci

2. Lokasi (Location)

- Memilih media informasi yang sesuai

- Mencari lokasi informasi menggunakan katalog perpustakaan,

indeks, pangkalan data, CD-ROM atau mesin pencari (search engine)

3. Penggunaan (Use)

- Membaca secara cepat untuk menemukan informasi yang

dicari

- Mengevaluasi kualitas atau kecocokan informasi yang

ditemukan

- Membuat catatan

- Memaparkan dan mengkomunikasikan informasi

- Menyusun bibligrafi

4. Evaluasi Diri (Self-evaluation)

- Bertolak dari apa yang sudah dipelajari, dapat menarik

kesimpulan berdasarkan atas informasi yang ditemukan

- Melakukan penilaian diri sendiri atas keterampilan

informasinya

- Mengidentifikasikan strategi keterampilan informasi yang

(29)

2.1.3 Keterampilan Literasi Informasi

Ada berbagai jenis keterampilan literasi informasi yang dikeluarkan baik

oleh lembaga seperti ACRL, NILIS maupun pendapat dari Eisenberg mengenai

keterampilan literasi informasi. Keterampilan mengenai literasi informasi pada

penelitian ini mengacu pada The Plus Model seperti yang diungkapkan James Hearing. Keterampilan tersebut meliputi :

1. Merumuskan kebutuhan Informasi

Merumuskan kebutuhan informasi merupakan tujuan awal dari

mengidentifikasi topik permasalahan (Herring, 2004). Menyadari akan kebutuhan

informasi merupakan satu kepekaan terhadap informasi yang dibutuhkan dalam

penyelesaian masalah. Untuk mengetahui informasi apa yang dibutuhkan dalam

penelitian suatu topik maka dapat dilakukan dengan mengidentifikasi topik

tersebut ke dalam pertanyaan penelitian dengan menggunakan istilah kunci ilmu

pengetahuan yang dikaji. Istilah-istilah tersebut dapat dilihat pada tesaurus atau

ensiklopedi suatu disiplin ilmu. Untuk mengetahui keluasan topik yang dicari,

dapat dilakukan dengan mendiskusikannya dengan teman, guru ataupun

pustakawan bahkan dapat secara langsung melalui media elektronik. Selain itu,

dengan membaca sumber informasi yang berkenaan dengan topik yang dicari,

membuat seseorang lebih familiar dan lebih memperdalam pengetahuannya

dengan topik tersebut.

2. Mengakses sumber informasi secara efektif dan efisien

Mengakses sumber informasi secara efektif dan efisien merupakan

keterampilan menemukan informasi dalam katalog perpustakaan, buku, CD-ROM

dan Web (Herring, 2004). Kemunculan internet sebagai pesatnya kemajuan

teknologi informasi, informasi dapat ditemukan dengan mudah karena sumber

informasi tidak hanya diakses secara manual tetapi dapat juga dilakukan secara

online melalui internet. Keterampilan ini juga meliputi kemampuan menilai

relevansi sumber informasi. Ada beberapa kriteria penilaian sumber informasi,

(30)

a. Relevansi adalah menilai sejauh mana informasi yang dikandung sesuai

dengan topik yang dibahas dan dapat dilihat dari kedalaman sumber

referensi yang jelas.

b. Kredibilitas adalah menentukan sejauh mana sumber informasi dapat

dipercaya yang dilihat dari proses pembuatan, pemanfaatan, pencipta dan

tanggung jawab.

c. Kemutakhiran adalah menetukan sejauh mana sumber informasi dapat

dipercaya yang dilihat dari tahun terbit, keterangan kapan revisi, ataupun

kapan situs itu dibuat dan kapan terakhir kali di up date (melalui sumber internet).

Selain itu, menurut Nugroho yang dikutip Tarigan (2007: 15) untuk

menemukan dan mengakses informasi secara efektif dan efisisen dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan secara jelas dan rinci mengenai topik yang akan dicari

b. Melengkapi kata kunci dan istilah penting yang sering digunakan, serta

padanan katanya, baik di dalam bahasa Inggris, Latin ataupun bahasa

lainnya.

c. Menentukan batasan penelusuran seperti, rentang waktu pustaka yang

diinginkan, bahasa yang dipakai, cakupan geografis yang ingin ditelusur,

bahasa yang digunakan di dalam literatur, jenis dokumen yang diinginka.

d. Memilih alat penelusuran yang sesuai, seperti search engine. Search engines (mesin pencari) merupakan program komputer yang berfungsi untuk mencari informasi di Internet melalui kata kunci. Beberapa contoh

search engine, seperti Altavista, Excit, Lycos, Ask, dll.

e. Membangun dan menerapkan strategi pencarian, khusus penelusuran

melalui internet dapat dilakukan dengan penggunaan BOOLEAN logic

(AND, OR , NOT) serta simbol matematika (“+”), tanda minus (“-”) dan

tanda petik (“). Ketiga simbol matematika diatas bila digabungkan akan

menjadi alat pencarian yang ampuh.

Mengakses informasi secara manual dapat dilakukan dengan

(31)

bibliogarafi, indeks dan abstrak. Dengan memanfaatkan perpustakaan, para siswa

dapat mengakses informasi melalui koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah.

Mengakses informasi melalui internet dapat menggunakan search engine, surat elektronik (Email), Discussions List dan Usenet Newsgroup.

3. Memilih dan memilah informasi

Memilih dan memilah informasi merupakan keterampilan menggunakan

informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. James Herring dalam

bukunya yang berjudul “The Internet and information skills: a guide for teachers

and school librarians” menjelaskan bahwa keterampilan ini mencakup

memahami isi dari apa yang sedang dibaca, dilihat atau didengarkan dan

kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang didapat dengan

pengetahuan yang ada. Selain itu, keterampilan lain yang dibutuhkan yaitu

keterampilan membaca cepat untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan

topik yang dicari, menganalisis kualitas atau kecocokan (relevansi) informasi

yang ditemukan, kemampuan untuk membuat catatan atau presentasi informasi

yang ditemukan sehingga mudah dalam mengkomunikasikan dengan khalayak

umum. Kemampuan ini bila diterapkan akan memudahkan informasi untuk

digunakan.

4. Mengevaluasi informasi sesuai kebutuhan

Mengevaluasi informasi sesuai kebutuhan merupakan keterampilan

merefleksikan diri sendiri atas informasi yang didapat melalui berbagai sumber

informasi yang digunakan (Herring, 2004). Oleh sebab itu, pengevaluasian

terhadap informasi dan sumber sangat penting dilakukan untuk menjamin

keshahihan, validitas, realitas informasi tersebut.

Keterampilan ini meliputi keterampilan memeriksa ulang atau menilai

kembali terhadap informasi yang dibutuhkan untuk menciptakan pengetahuan

baru, mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk mengevaluasi

informasi dan sumber-sumbernya, mengumpulkan ide-ide utama untuk

membangun konsep baru serta membandingkan pengetahuan baru dengan

(32)

Keterampilan ini bila diterapkan akan memudahkan siswa dalam menarik

kesimpulan berdasarkan atas informasi yang ditemukan dan dapat

mengidentifikasi strategi keterampilan informasi yang berhasil. Selain itu juga

akan memudahkan siswa dalam melakukan penilaian diri atas keterampilan

informasi yang dimilikinya.

Sintesis:

Yang dimaksud dengan literasi informasi adalah kemampuan yang harus

dimiliki dalam mengenali kapan suatu informasi dibutuhkan, mampu mencari

informasi tersebut, mengevaluasinya dan menggunakannya secara efektif dengan

indikator, yaitu (1) menentukan kebutuhan informasi, (2) mengakses sumber

informasi secara efektif dan efisien, (3) memilih dan memilah informasi, (4)

mengevaluasi informasi sesuai dengan kebutuhan

2.2 Efektifitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas

adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur,

membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.

Dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional

khusus yang telah dicanangkan.

Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah

ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana,

baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui

aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang

maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 1981: 83). Hal yang

senada juga diungkapkan oleh Suherman dan Sukjaya (1990: 7) menyatakan

bahwa efektivitas diartikan sebagai tingkat pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Hal ini mengungkapkan bahwa efektivitas merupakan aspek penting

dalam berbagai bentuk kegiatan, karena efektivitas merupakan cerminan dari

tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai.

Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi

(33)

yang dikutip Rivai dalam Ahmad Muhli (2011) bahwa efektivitas juga dapat

dilihat dari bagaimana tingkat kepuasaan yang dicapai oleh orang. Masih dari

Rivai dengan mengutip Prokovenko dan Miskel dalam Ahmad Muhli (2011)

menyatakan efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena

mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai

sasaran atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai atau tingkat

pencapaian tujuan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas merupakan

indikator pencapaian tujuan belajar seseorang.

Belajar menurut Winkle dalam Riyanto (2010: 5) adalah suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,

keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan

berbekas. Lebih lanjut Degeng (1997: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan

pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar.

Selain itu, kemampuan lain melalui belajar, manusia secara bebas mengeksplorasi,

memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya

(Syah, 2008: 93). Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan

menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam

memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru.

Dengan kata lain belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang

tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan suatu keputusan

untuk hidupnya.

Dalam kaitannya dengan efektivitas belajar, Rivai dalam Ahmad Muhli

(2011), mengatakan bahwa efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan

pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan

keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Efektifitas

merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang efektif

merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan

sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana

seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk

(34)

(2003: 81) mengartikan “Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan

hasil belajar”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa efektivitas

pembelajaran merupakan proses yang harus di lalui siswa untuk mencapai hasil

belajar. Efektivitas juga merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang

tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal yang sama di sampaikan

oleh Steers (Muhibbin Syah, 2003: 21) menyatakan:

“Sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.”

Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya

berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai

tujuan. Jika definisi ini diterapkan dalam pembelajaran, efektivitas berarti

kemampuan sebuah lembaga dalam melaksanakan program pembelajaran yang

telah direncanakan serta kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah

ditetapkan. Proses pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut

didesain dalam suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.

Hal yang sama juga diberikan oleh Suharsimi Arikunto (2008: 3) yang

memberikan pengertian bahwa efektivitas belajar merupakan proses perubahan

yang menghasilkan dampak positif yakni terkuasanya pengetahuan, keterampilan,

dan sikap sesuai dengan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dalam hal

ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang

dicanangkan meliputi gambaran pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus

dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa efektifitas

belajar adalah suatu ukuran keberhasilan dari proses belajar siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(35)

Menurut Harry Firman dalam Ahmad Muhli (2011) bahwa keefektifan

dalam program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

- Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang

telah ditetapkan.

- Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara

aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.

- Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan

diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat

prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana

penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah

mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif

dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan

siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada

penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa

dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan

bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti

ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.

2.2.2 Faktor-faktor Efektivitas Belajar

Dalam kegiatan belajar sangat banyak faktor yang mempengaruhi

keefektifannya, yang hal ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh oleh setiap

pelajar demi kesukesan belajarnya. Menurut Muhibbin Syah (2008: 123) ada dua

macam faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar supaya efektif,

yaitu:

1. Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar diri individu. Dapat

dibedakan menjadi dua macam:

- Faktor Sosial

Faktor yang berupa keadaan lingkungan di sekitar pelajar, baik

lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah. Setiap pelajar

(36)

seorang pelajar kurang menyadari bahwa suasana rumah (keluarga)

aatu lingkungan masyarakat yang dihadapi dapat berpengaruh

terhadap semangat belajarnya.

- Faktor Non Sosial

Faktor yang berupa cuaca, sarana, atau peralatan belajar dan waktu

belajar. Cuaca terlalu panas atau terlalu dingin akan bisa membuat diri

si pelajar terganggu konsentarasi belajarnya. Oleh karena itu seorang

pelajar hendaknya dapat memilih waktu yang tepat untuk belajar

supaya tidak kegerahan ataupun kedinginan. Begitu pula mengenai

sarana belajar, yang lazimnya meliputi kamar belajar, meja belajar, alat

tulis, dan perlengkapan lainnya amat banyak berpengaruh terhadap

keefektivitasan belajar.

2. Faktor Internal, yakni faktor yang berasal dalam diri individu. Dapat

dibedakan menjadi dua macam:

- Faktor Psikologis

Faktor yang dapat mendorong dan memberi motivasi untuk lebih tekun

belajar. Diantaranya ialah:

• Didalam diri setiap pelajar terdapat sifat ingin tahu dan ingin

menyelidiki segala sesuatu cara lebih luas yang tentunya akan

mendorong semangat belajarnya.

• Adanya sifat kreatif pada setiap individu dan keinginan untuk

maju.

• Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang lain

terutama dari orang tua, guru, dan teman-teman.

- Faktor Phisiologis

Faktor yang sangat menentukan untuk mendorong dan memotivasi

kegiatan belajar. Karena kondisi fisik seseorang akan selalu

melatarbelakangi semua kegiatan sehati-harinya termasuk dalam

kegiatan belajar. Oleh karena itu seorang pelajar perlu mencari kiat–

(37)

• Berusaha agar kebutuhan tubuh selalu tercukupi, memperoleh

gizi yang cukup sesuai yang diperlukan.

• Melakukan latihan fisik dengan berolahraga yang cukup dan teratur.

• Memiliki kebiasaan cara hidup sehat, seperti badan dan pakaian

selalu bersih.

• Berusaha untuk selalu bersikap simpatik dan berpenampilan

ceria, gembira, dan penuh semangat.

2.2.3 Kriteria Efektifitas Belajar Siswa

Suatu kegiatan belajar dikatakan efektif jika prestasi belajar yang

diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang hemat dan minim. Usaha dalam hal

ini adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendapatkan hasil belajar yang

memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar dan lain-lain hal

relevan dengan kegiatan belajar (Syah, 2008: 123). Efektivitas belajar merupakan

proses yang harus dilalui siswa untuk mencapai hasil belajar. Hasil belajar tampak

sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan

diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan dapat

diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti

menjadi mengerti (Hamalik, 2001: 30). Dengan kata lain efektivitas belajar siswa

dapat dilihat dari ukuran keberhasilan melalui hasil belajar siswa.

Horward Kingsley yang dikutip Sudjana (2005: 23) membagi tiga macam

hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi

dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan, dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotoris.

(38)

Ranah kognitif adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

• Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali

(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.

Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling

rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan

adalah dapat menghafal suatu rumus matematika ataupun nama-nama

tokoh. Dengan menghapal suatu rumus, akan menyebabkan paham

bagaimana menggunakan rumus tersebut dan hapal kata-kata akan

memudahkan membuat kalimat.

• Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,

memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih

rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih

tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah

kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik dapat

menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat

al-‘Ashar secara lancar dan jelas.

• Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,

prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru

dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat

(39)

kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan

tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam

kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun

masyarakat.

• Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan

suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan

mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor

yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat

lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat

merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari

kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan

sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.

• Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses

berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan

bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi

suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis

kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu

hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat

berpikir kreatif untuk menciptakan suatu pemahaman yang baru.

• Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah

kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan

kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa

pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai

dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

(40)

perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.

Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai

tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,

menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya

dimulai dari tingkat yang dasar ataupun sederhana sampai tingkat yang kompleks.

- Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah

kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan

untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau

rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau

suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia

menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka

mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri

dengan nilai itu.

- Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan

membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi

daripada jenjang receiving.

- Valuing (menilai, menghargai). Menilai atau menghargai artinya

memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan

atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan

membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau

menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk

menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran

yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah

Gambar

Tabel 2.1 The PLUS Model
Gambar 2.1: Konstelasi Hubungan variabel X dengan variabel Y
Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMAN 3 Medan
Tabel 3.2 : Kisi-kisi angket untuk variabel X (Literasi Informasi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu ketersediaan koleksi dan fasilitas belum memadai untuk memenuhi berbagai kebutuhan informasi siswa, (2) siswa memberikan penilaian yang cukup baik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “ Peran Guru dan Perpustakaan Sekolah terhadap Peningkatan Literasi Informasi Siswa dalam Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan perbandingan nilai t hitung = 7,031 dan t tabel = 2,014 yang menyatakan terdapat hubungan antara gerakan literasi sekolah dan kemahiran

Di dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah guru memiliki peran penting dalam setiap kegiatannya, pelaksanaan evaluasi pada gerakan literasi sekolah dilakukan dengan

“Sistem Informasi Geografis pemetaan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Medan berbasis Web” dapat diselesaikan dengan baik dan dalam waktu yang telah

Selanjutnya pada kegiatan siklus 1 setelah para siswa diberi tindakan atau dengan melakukan literasi dan meresume materi literasi berkaitan dengan mata pelajaran sejarah

SMA Negeri 3 Kota Tidore Kepulauan sejak 2017 sudah melaksanakan salah satu bagian dari program gerakan literasi sekolah (GLS) yaitu baca buku non pelajaran 15 menit

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian mengenai Upaya Pustakawan dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa/Siswi SMA Negeri 1 Manado maka dapat di Tarik kesimpulan: Pustakawan