PENGARUH LITERASI INFORMASI TERHADAP EFEKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
(SMA) NEGERI 3 MEDAN
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi
disusun oleh:
PUTRI WULANSARI 080709020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI MEDAN
ABSTRAK
Wulansari, Putri, 2012. Pengaruh Literasi Informasi Terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan. Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Perkembangan teknologi mempunyai peran yang sangat penting bagi kemajuan dalam dunia pengetahuan. Pengetahuan yang berhubungan langsung dengan informasi sangat dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam mendukung efektivitas belajarnya. Informasi yang didapat seringkali tidak relevan dengan yang dibutuhkan karena banyaknya informasi yang ada, akibat hasil dari kemajuan teknologi. Untuk itu perlu sebuah tindakan untuk mengatasi hal tersebut dengan literasi informasi. Kemampuan literasi informasi adalah pancing bagi siswa agar efektivitas belajar siswa dapat terwujud.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisis regresi sederhana yang menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data yang diperoleh dari responden. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Medan tahun 2011 yang duduk di kelas X dan XI sebanyak 985 siswa dengan jumlah sampel 91 siswa yang ditentukan berdasarkan rumus slovin. Untuk mengetahui siapa yang menjadi sampel penelitian digunakan teknik sampling Stratifikasi Proporsional (Proporsional Stratified Sampling). Untuk mengukur pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan digunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Solution) Versi 16.0. Untuk menguji hipotesis dilakukan uji-t pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%).
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa literasi informasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap efektivitas belajar siswa yang ditunjukkan oleh 45,3% variabel literasi informasi dapat mempengaruhi atau berkontribusi terhadap efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3 Medan, sedangkan selebihya sebesar 54,7% diakibatkan faktor lain di luar variabel yang digunakan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Literasi Informasi terhadap
Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan”.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang terdalam penulis persembahkan
kepada kedua orang tua tercinta, H. Absori dan Hj. Salmiati yang telah banyak
melimpahkan kasih sayang dan dukungan serta doa yang tidak henti-hentinya
dipanjatkan sehingga turut mempermudah kelancaran penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
kedua kakak tersayang Dewi Pertiwi, S.E beserta keluarga kecilnya dan Ratih
Utami Ningsih S.Sos beserta keluarga kecilnya atas dukungan, doa serta
nasihatnya kepada penulis.
Dalam usaha menyelesaikan skripsi, penulis banyak memperoleh
bimbingan, saran, arahan, nasehat serta bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat diiringi ucapan terima kasih
yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd selaku Ketua Departemen Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, dan dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ishak, SS, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah
membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh staff pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
yang telah banyak memberikan ilmu di bidang Ilmu Perpustakaan dan
5. Kepada staff pegawai yang telah membantu penulis dalam mengurus
surat-surat yang berhubungan dengan penyusunan skripsi.
6. Guru dan Staff serta siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan yang telah
memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penulisan
skripsi ini.
7. Bang Yudi, Bang Makruf, Bang Zuki, para senior dan junior yang turut
memberikan bantuan serta dorongan motivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.
8. Kepada para kakak sepupu dan abang sepupu yang tidak henti-hentinya
memberi semangat untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada kawan-kawan terdekat (Rindu dan ozi) yang telah membantu
penulis dalam memberikan motivasi, saran dan nasihat dalam
menyelesaikan skripsi serta telah bersedia menemani penulis melakukan
penelitian di SMA Negeri 3 Medan.
10.Kepada teman-teman satu perjuangan khususnya Selvi, Nindy, Winda,
Diky, Fikar, Isva, Ricki, dan Elga yang telah bersama-sama menemani hari
demi hari dengan hiburan, gurauan serta candaan selama perkuliahan.
11.Kepada teman satu stambuk 2008 terimakasih atas kerjasamanya Lia, Afri,
Osin, Mutya, Hildia, Uli, Fina, Berlian, Adel dan lain-lain serta para senior
satu perjuangan kak pipin dan bang azhari yang disadari atau tidak telah
memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini. Semoga kita semua
sukses untuk meraih setiap cita-cita. Amin.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri. Semoga
apa yang telah penulis peroleh dapat penulis abdikan untuk agama, nusa dan
bangsa, serta bermanfaat bagi yang membutuhkan untuk masa mendatang.
Medan, Juli 2012
Penulis
Putri Wulansari
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Hipotesis Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Literasi Informasi ... 7
2.1.1 Manfaat Literasi Informasi ... 9
2.1.2 Model Literasi Informasi ... 11
2.1.3 Keterampilan Literasi Informasi... 18
2.2. Efektivitas Belajar... 22
2.2.1 Ciri-ciri Efektivitas Belajar ... 24
2.2.2 Faktor-faktor Efektivitas Belajar ... 25
2.2.3 Kriteria Efektivitas Belajar ... 27
2.3 Penelitian Terdahulu ... 32
2.4 Kerangka Konseptual ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 36
3.2 Lokasi Penelitian ... 36
3.3 Populasi dan Sampel ... 36
3.3.1 Populasi ... 36
3.3.2 Sampel ... 37
3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 38
3.5 Instrumen Penelitian ... 38
3.6 Definisi Operasional Variabel ... 39
3.7 Kalibrasi Instrumen ... 41
3.7.1Uji Validitas Instrumen ... 41
3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 42
3.7.3 Uji Koefisisen Determinasi... 43
3.9 Pengujian Persyaratan Analisis ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 46
4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46
4.2.1 Pengujian Validitas Instrumen ... 46
4.2.2.1 Literasi Informasi (Variabel X) ... 47
4.2.2.2 Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) ... 48
4.2.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 49
4.3 Karakteristik Responden ... 50
4.4 Analisis Deskriptif ... 51
4.4.1 Tanggapan Responden terhadap Literasi Informasi... 51
4.4.4.1 Merumuskan Kebutuhan Informasi ... 51
4.4.4.2 Mengakses Sumber Informasi ... 53
4.4.4.3 Memilih dan Memilah Informasi ... 54
4.4.4.4 Mengevaluasi Informasi Sesuai Kebutuhan ... 56
4.4.2 Tanggapan Responden terhadap Efektivitas Belajar Siswa 58 4.4.2.1 Ranah Kognitif ... 58
4.4.2.2 Ranah Afektif ... 60
4.4.2.3 Ranah Psikomotoris ... 62
4.5 Pengolahan Data ... 64
4.5.1 Deskripsi Data ... 64
4.5.1.1 Variabel Literasi Informasi (Variabel X)... 64
4.5.1.2 Variabel Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) ... 66
4.6 Pengujian Normalitas Data... 68
4.7 Metode Analisis Statistik... 70
4.7.1 Analisis Koefisien Regresi Sederhana ... 70
4.8 Pengujian Hipotesis ... 71
4.8.1 Uji Pengaruh Secara Parsial ... 71
4.8.1 Pengujian Koefisien Determinasi ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 73
5.2 Saran ... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 The Plus Model ... 17
Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMAN 3 Medan ... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Untuk Variabel X (Literasi Informasi) ... 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Untuk Variabel Y (Efektivitas Belajar Siswa) ... 40
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas Literasi Informasi (Variabel X)... 47
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) .. 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 50
Tabel 4.4 Status Responden... 50
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Merumuskan Kebutuhan Informasi Siswa ... 51
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Mengakses Sumber Informasi Secara Efektif dan Efisien ... 53
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Memilih dan Memilah Informasi ... 55
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Mengevaluasi Informasi Sesuai Kebutuhan.... 57
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Ranah Kognitif... 58
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Ranah Afektif ... 60
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Ranah Psikomotoris ... 62
Tabel 4.12 Statistik Literasi Informasi (Variabel X) ... 65
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Data Variabel Literasi Informasi (Variabel X) 65 Tabel 4.14 Statistik Efektivitas Belajar Siswa... 66
Tabel4.15 Distribusi Frekuensi Data Variabel Efektivitas Belajar Siswa (Variabel Y) ... 67
Tabel 4.16 Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel X ... 68
Tabel 4.17 Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel Y ... 69
Tabel 4.18 Rangkuman Uji Normalitas ... 70
Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Linier Sederhana ... 70
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Penelitian ... 78
Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden... 82
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 85
Lampiran 4 Frekuensi Jawaban Responden ... 87
Lampiran 5 Data Empiris Frekuensi Jawaban Responden ... 94
Lampiran 6 Data Empiris Frekuensi Jawaban Responden Variabel Y ... 96
Lampiran 7 Hasil Uji Regresi ... 99
Lampiran 8 Titik Persentase Distribusi t (df=81-120) ... 103
Lampiran 9 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors ... 104
ABSTRAK
Wulansari, Putri, 2012. Pengaruh Literasi Informasi Terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan. Medan: Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Perkembangan teknologi mempunyai peran yang sangat penting bagi kemajuan dalam dunia pengetahuan. Pengetahuan yang berhubungan langsung dengan informasi sangat dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam mendukung efektivitas belajarnya. Informasi yang didapat seringkali tidak relevan dengan yang dibutuhkan karena banyaknya informasi yang ada, akibat hasil dari kemajuan teknologi. Untuk itu perlu sebuah tindakan untuk mengatasi hal tersebut dengan literasi informasi. Kemampuan literasi informasi adalah pancing bagi siswa agar efektivitas belajar siswa dapat terwujud.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisis regresi sederhana yang menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data yang diperoleh dari responden. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 3 Medan tahun 2011 yang duduk di kelas X dan XI sebanyak 985 siswa dengan jumlah sampel 91 siswa yang ditentukan berdasarkan rumus slovin. Untuk mengetahui siapa yang menjadi sampel penelitian digunakan teknik sampling Stratifikasi Proporsional (Proporsional Stratified Sampling). Untuk mengukur pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Medan digunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Solution) Versi 16.0. Untuk menguji hipotesis dilakukan uji-t pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%).
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa literasi informasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap efektivitas belajar siswa yang ditunjukkan oleh 45,3% variabel literasi informasi dapat mempengaruhi atau berkontribusi terhadap efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3 Medan, sedangkan selebihya sebesar 54,7% diakibatkan faktor lain di luar variabel yang digunakan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini istilah teknologi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ilmu pengetahuan. Teknologi mempunyai peran yang sangat penting bagi
kemajuan dalam dunia pengetahuan. Pengetahuan merupakan informasi yang
diinterpretasikan dan diintegrasikan yang berasal dari akal pikiran seseorang.
Informasi-informasi tersebut dapat ditemukan dengan mudah, cepat dan tepat
tanpa adanya pemborosan waktu dan tenaga seiring dengan teknologi yang terus
berkembang dan berinovasi. Perkembangan teknologi tersebut memberikan akses
yang mudah terhadap informasi. Perkembangan teknologi yang muncul sebagai
perpaduan teknologi komputer dan teknologi komunikasi, menjadikan informasi
sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan menyebarkan informasi. Untuk
mendapatkan dan menyebarkan informasi tersebut dapat didukung oleh jaringan
internet sehingga informasi tidak terhalangi oleh ruang, tempat dan waktu. Hal ini
memungkinkan seseorang untuk dapat mengakses informasi kapan dan dimana
saja meskipun informasi tersebut berada di tempat yang jauh. Sehingga
memunculkan istilah banjir informasi atau ledakan informasi.
Banjir Informasi atau ledakan informasi merupakan istilah dari banyaknya
informasi yang didapat dari berbagai sumber informasi baik tercetak, non cetak,
maupun digital yang membuat seseorang menjadi bingung untuk mendapatkan
informasi terbaik yang sesuai dengan kebutuhannya. Banyaknya informasi
seringkali menjadikan seseorang dihadapkan pada informasi yang tidak sesuai,
kandungan informasinya kurang tepat, tidak relevan sampai informasi yang tidak
dapat dipercaya sumber informannya. Untuk itu perlu sebuah tindakan untuk
mengatasi hal tersebut dengan literasi informasi.
Literasi informasi adalah keterampilan untuk mengetahui kapan dan
mengapa membutuhkan informasi, dimana menemukan informasi itu, bagaimana
mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya secara etis. Literasi
informasi juga dikenal dengan istilah melek informasi. Dengan kemampuan
dalam menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan
demikian, literasi informasi menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan manusia
di berbagai bidang, salah satunya adalah pendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses di mana seseorang memperoleh
pengetahuan, mengembangkan kemampuan/keterampilan sikap atau mengubah
sikap. Untuk dapat memperoleh pengetahuan atau mengembangkan sikap, maka
seseorang harus belajar untuk memperoleh kemampuan tersebut. Belajar dan
mengajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan di
bidang pendidikan, khususnya sekolah. Sekolah tidak hanya menyediakan
kesempatan mendapatkan pengetahuan, tetapi juga fokus terhadap pembangunan
karakter sehingga dapat terwujudnya efiktivitas belajar siswa.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat
atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
meliputi tujuan instruksional yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil
pembelajaran. Tujuan instruksional pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku yang diinginkan oleh siswa seperti untuk mencari atau mendapatkan
pengetahuan. Pengetahuan yang berhubungan langsung dengan informasi sangat dibutuhkan siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam mendukung kegiatan
belajarnya. Akan tetapi disitulah letak masalahnya, jangankan siswa, mahasiswa
pun banyak yang belum memiliki keahlian ini. Padalah tujuan utama dari
pendidikan sendiri adalah bagaimana supaya manusia pandai memberdayakan
informasi. Untuk dapat dikatakan bahwa seseorang telah melek informasi
(information literate) paling tidak harus memiliki kemampuan untuk menentukan cakupan informasi yang diperlukan, mengakses informasi secara efektif,
mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis, menggunakan
informasi sesuai dengan tujuan.
Aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas dalam kegiatan belajar terdiri
dari kurikulum, bahan pengajaran, guru (tenaga pengajar), dan sarana serta
fasilitas. Sarana dan fasilitas yang disediakan di sekolah dapat mencakup
perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, dll. Menurut
Shiung yang dikutip Rindyasari (2008: 22) telah membuktikan bahwa
meningkatnya mutu dan prestasi pengajaran dan pembelajaran dan satu kajian
perbandingan telah menunjukkan bahwa pelajar yang menerima pengajaran dan
pembelajaran dengan bantuan komputer 73% lebih efektif.
Dalam dunia pendidikan, penggunaan komputer merupakan faktor penting
yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Pengunaan komputer yang
terhubung dengan jaringan internet sangat erat kaitannya dengan konsep literasi
informasi. Dengan menerapkan konsep literasi informasi dalam mencari informasi
melalui internet dapat memudahkan siswa dalam mencari informasi yang sesuai
dengan apa yang dibutuhkannya. Literasi informasi bagi siswa merupakan yang
sangat penting harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Sering kita mendengar
pribahasa yang mengatakan ” jangan beri ikan, berilah pancingnya”. Peserta didik
akan diajarkan pada sebuah metode untuk menelusuri informasi dari berbagai
sumber informasi yang terus berkembang. Kemampuan literasi informasi adalah
”pancing” bagi sang murid supaya ia dapat belajar efektif untuk menjadi siswa
yang unggul dan berprestasi.
SMA Negeri 3 Medan merupakan salah satu sekolah unggulan di kota
Medan yang mempunyai visi dalam menjadikan siswa yang unggul dan
berprestasi. Untuk masuk di SMA Negeri 3 Medan dibutuhkan seleksi nilai hasil
ujian akhir nasional dengan nilai tertinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari
situs web SMA Negeri 3 Medan
Tahun Pelajaran 2011/2012 seluruhnya berjumlah 1.513 orang yang dibimbing
oleh guru sebanyak 100 orang dengan menerapkan metode pembelajaran. Metode
Pembelajaran diarahkan berpusat pada peserta didik atau siswa. Guru sebagai
fasilitator mendorong para siswa agar mampu belajar secara aktif, baik fisik
maupun mental. Selain itu, dalam pencapaian setiap kompetensi pada setiap mata
pelajaran diberikan secara konstektual dengan memperhatikan perkembangan
kekinian dari berbagai aspek kehidupan. Dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, para guru menggunakan bahan ajar yang disesuaikan dengan
kurikulum berdasarkan atas standar kompetensi lulusan dan mata pelajaran yang
Tema SMA berbasis teknologi informasi dan komunikasi lebih diminati
oleh peserta didik dan didukung oleh sebagian besar pendidik dan tenaga
kependidikan serta pengurus komite sekolah, sehingga SMA Negeri 3 Medan
menentukan SMA berbasis teknologi Informasi dan komunikasi sebagai tema
unggulan lokal dalam implementasi Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal
(PBKL). Untuk mewujudkan hal tersebut, SMA Negeri 3 Medan telah
memfasilitasi proses pembelajaran dengan menerapkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Hal ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan
pengetahuan dan keterampilan menggunakan media Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) untuk mendapatkan informasi dalam mendukung kegiatan
belajar mereka.
Sejak tahun 2009, SMA Negeri 3 Medan telah melengkapi sarana belajar
dengan 45 unit komputer yang tersedia di Laboratorium Bahasa dan Komputer,
memiliki 14 buah laptop, 17 buah LCD Proyektor, 6 buah Tape Recorder dan 6
buah DVD Player yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, SMA Negeri 3 Medan juga memiliki
perpustakaan dan ruangan Pusat Sumber Belajar (PSB) dan fasilitas internet yang
dijadikan sebagai pusat referensi berbagai bahan ajar dan bahan uji berbasis TIK
yang kesemuanya dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Untuk mendukung kemudahan dalam memperoleh dan menyampaikan informasi
yang berkaitan dengan perkembangan pendidikan, maka SMA Negeri 3 Medan
memiliki jaringan internet dengan website:
didukung dengan fasilitas wi-fi yang dapat diakses di seluruh lingkungan sekolah.
Fasilitas-fasilitas yang telah disediakan di SMA Negeri 3 Medan dapat
dimanfaatkan guru dan siswa secara maksimal dalam mendukung kegiatan belajar
dan mengajar untuk mewujudkan efektivitas belajar siswa.
Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan penulis dan wawancara
dengan guru dan pustakawan, para siswa menggunakan fasilitas internet dalam
memenuhi kebutuhan informasi ataupun memenuhi tugas guru. Para siswa dapat
mengakses secara langsung melalui wifi yang telah disediakan di sekolah ataupun
melalui laboratorium komputer. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang pada
Negeri 3 Medan baik di kelas ataupun di luar kelas seperti di kantin. Para siswa
yang berbekal mata pelajaran TIK yang telah dimilikinya, pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam mengakses informasi. Walaupun demikian, tidak
semua siswa merasakan kemudahan dalam mengakses informasi. Penulis
menjumpai beberapa siswa yang kurang mengerti dalam mencari informasi
melalui internet di luar jam belajar, mereka merasakan kebingungan dalam
mencari informasi dan menentukan informasi yang akan digunakannya. Padahal
para siswa telah diajarkan materi tentang menggali dan mengolah informasi dalam
mata pelajaran TIK di kelas X. Menerapkan materi pelajaran tersebut, sejalan
dengan konsep literasi informasi yang apabila diterapkan akan menghasilkan
informasi relevan yang sangat dibutuhkan siswa. Informasi yang relevan sangat
mendorong tercapainya efektivitas belajar siswa.
Berdasarkan uraian dan permalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti
apakah terdapat pengaruh yang signifikan literasi informasi siswa terhadap
efektivitas belajar siswa. Untuk itu, peneliti memilih judul “Pengaruh Literasi
Informasi terhadap Efektivitas Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh literasi informasi
terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. SMA Negeri 3 Medan sebagai bahan masukan dalam menetapkan
dalam rangka meningkatkan efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3
Medan.
2. Pengembangan Khasanah Ilmu Perpustakaan dan Informasi agar dapat
memberikan sumbangan pemikiran khususnya yang berkaitan dengan
literasi informasi.
3. Peneliti lanjutan dapat menggunakan informasi yang ada sebagai
referensi.
4. Penulis untuk menambah cakrawala dan wawasan penulis mengenai
literasi informasi dan efektivitas belajar siswa di SMA Negeri 3
Medan.
1.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara literasi informasi terhadap efektivitas belajar siswa di Sekolah
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Literasi Informasi
Awalnya istilah literasi informasi dikemukakan tahun 1974 oleh Paul
Zurkowski (The President of Information Industry Association of United States) pada proposal yang diajukannya kepada National Commision on Libraries and Information Science bahwa dalam program nasional salah satu yang harus dicapai adalah literasi informasi secara universal. Zurkowski dalam Rindyasari (2008: 11)
mengatakan bahwa seseorang yang terlatih dalam menggunakan sumber-sumber
informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut orang-orangyang melek
informasi karenamereka telah belajar teknik menggunakan informasi dengan baik
dan keterampilan dalam menggunakan beragam alat informasi.
Menurut kamus bahasa inggris pengertian literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan membaca dan information adalah informasi. Maka literasi informasi adalah kemelekan terhadap informasi. Walaupun istilah literasi
informasi belum begitu familiar dan menjadi istilah yang asing di kalangan
masyarakat. Seseorang dikatakan melek informasi berarti literat terhadap
informasi. Walaupun saat ini literasi informasi biasanya selalu dikaitkan dengan
penggunaan perpustakaan dan penggunaan teknologi informasi.
Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz (2004: 356) mendefenisikan literasi informasi sebagai berikut:
Information literacy is skilll in finding the information one needs, including and understanding of how libraries are organized, familiarity with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques. The concept also includes the skills required to critically evaluate information content and employ it affectively, as well as understanding of the technological infrastructure on which information transmission is based, including its social, political, and cultural context and impact.
Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah
kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, mengerti bagaimana
perpustakaan diorganisir, familiar dengan sumber daya yang tersedia (termasuk
teknik yang biasa digunakan dalam pencarian informasi. Hal ini termasuk
kemampuan mengevaluasi dan menggunakannya secara efektif seperti
pemahaman infrastruktur teknologi pada transfer informasi kepada orang lain,
termasuk konteks sosial, politik dan budaya serta dampaknya.
Marais dalam Hepworth (1999: 2) mendefinisikan literasi informasi
sebagai proses memperoleh pengetahuan terhadap perilaku dan keahlian dalam
bidang informasi, sebagai penentu utama cara manusia mengeksploitasi
kenyataan, membangun hidup, bekerja dan berkomunikasi dalam komunitas
informasi.
Lebih rinci, Hancock dalam Andayani (2008: 3) menyatakan bahwa literasi informasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk: (1) mengenali kebutuhan informasi, (2) mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber informasi yang tepat, (3) mengetahui cara memperoleh informasi yang terkandung dalam sumber yang ditemukan, (4) mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh, (5) mengorganisasikan informasi, dan (6) menggunakan informasi yang telah diperoleh secara efektif.
Doyle (1992: 10) juga membuat kriteria seseorang yang melek informasi
adalah seseorang yang:
1. Menyadari kebutuhan informasi
2. Menyadari Informasi yang akurat dan lengkap merupakan satu dasar untuk membuat keputusan yang tepat
3. Mengidentifikasi sumber-sumber potensial dari suatu informasi 4. Membangun strategi pencarian yang tepat
5. Mengakses sumber-sumber informasi, termasuk dasar teknologi lainnya 6. Mengevaluasi informasi
7. Mengorganisasikan informasi untuk mengaplikasikan/mempraktekkan 8. Mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah dimiliki
(pengetahuan lama), dan
9. Menggunakan informasi dengan kritis dan untuuk menyelesaikan masalah.
The UK’s Chartered Institute of Library and Information Professionals
(CILIP) membuat satu definisi bahwa literasi adalah mengetahui kapan dan
mengapa kita membutuhkan informasi, mengetahui dimana kita dapat menemukan
dan bagaimana mengevaluasinya, serta dapat menggunakannya dan
mengkomunikasikannya sesuai etika. (Amstrong: 2). Tidak jauh berbeda dengan
hakekat dari literasi informasi seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk
mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi.
Dari berbagai definisi literasi informasi yang disebutkan diatas, pada
umumnya merujuk pada definisi yang diberikan oleh American Library Association (ALA). Menurut ALA, literasi informasi adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi
dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan
menggunakan informasi yang secara efektif.
Kesamaan mengenai pemahaman konsep literasi informasi tersirat bahwa
literasi informasi merupakan dasar bagi pembelajaran sepanjang hidup. Hal ini
berlaku umum bagi semua disiplin ilmu, lingkungan kerja dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka literasi informasi adalah
serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan
informasi dibutuhkan, memiliki kemampuan untuk mencari, menganalisis,
mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi secara efektif. Literasi informasi
juga merupakan kunci utama dari pembelajaran sepanjang hayat yang akan
menjadi bekal seseorang untuk menemukan informasi sesuai dengan
kebutuhannya.
2.1.1 Manfaat Literasi Informasi
Literasi informasi sesungguhnya menudahkan seseorang dalam melakukan
berbagai hal yang berhubungan dengan informasi. Informasi merupakan bagian
penting dari pendidikan. Pendidikan harus dapat memberdayakan semua orang
untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Adapun manfaat
dari literasi informasi adalah:
1. Membantu mengambil keputusan
Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu
persoalan. Dengan memiliki informasi yang cukup, seseorang dapat
mengambil keputusan dengan mudah dalam memecahkan persoalannya.
2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan
Literasi informasi berperan penting dalam meningkatkan kemampuan
dalam mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi,
seseorang dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.
3. Menciptakan pengetahuan baru
Literasi informasi berperan dalam menciptakan pengetahuan baru
berdasarkan pemahamannya. Dengan memiliki literasi informasi,
seseorang akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana
yang salah sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh
(Adam, 2009: 1)
Selain itu, Hancock (2004: 1) juga berpendapat bahwa manfaat literasi adalah:
1. Untuk pelajar
Literasi informasi berperan dalam membantu proses belajar mengajar.
Dengan adanya literasi informasi yang dimiliki oleh pelajar dan guru,
mereka dapat menguasai pelajaran mereka dan siswa tidak akan
bergantung kepada guru karena dapat belajar mandiri dengan kemampuan
literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan
kegiatan mereka di lingkungan belajar.
2. Untuk masyarakat
Literasi informasi berperan bagi kehidupan sehari-hari dan di lingkungan
pekerjaan. Dengan adanya literasi informasi, mereka dapat
mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan
misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi
dengan orang lain.
3. Untuk pekerja
Literasi informasi berperan dalam dunia kerja. Dengan adanya literasi
informasi, mereka mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh sehingga dapat mendukung dalam melaksanakan pekerjaan,
memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan
membuat suatu kebijakan.
Dari berbagai pendapat diatas, literasi informasi dapat dikatakan memiliki
informasi maka dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika
menghadapi persoalan dan dalam membuat suatu kebijakan.
2.1.2 Model Literasi Informasi
Ada berbagai model literasi informasi yang dikembangkan untuk
mengajarkan litersai informasi pada bagi peserta didik. Model-model literasi
informasi merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan mereka untuk
memiliki kemampuan untuk mencari informasi
dengan tepat. Beberapa model yang digunakan antara lain adalah :
1. Big6 TM
Model ini dikembangkan oleh Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz pada
tahun 1988. Menurut Eisenberg (2008: 42), model ini merupakan model yang
paling dikenal dan digunakan dalam mengajarkan keahlian informasi. Banyak
orang mengatakan bahwa Big6 adalah sebuah strategi dan menggunakan teknologi
informasi. Big6 merupakan sebuah model literasi informasi dan teknologi
sekaligus merupakan kurikulum.
Berikut adalah 6 keterampilan yang masing masing mempunya 2 langkah
(setiap keterampilan terdiri dari dua langkah):
1. Perumusan Masalah
- Merumuskan masalah informasi
- Mengidentifikasikan kebutuhan informasi
2. Strategi Pencarian Informasi
- Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik
- Memilih sumber terbaik
3. Lokasi dan Akses
- Mengalokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik)
- Menemukan informasi dalam sumber-sumber tersebut
4. Pemanfaatan Informasi
- Membaca, mendengar, meraba, dsb
- Mengekstrasi informasi yang relevan
5. Sintesis
- Mempresentasikan informasi tersebut
6. Evaluasi
- Mengevaluasi hasil (efektivitas)
- Mengevaluasi proses (efesiensi)
Penjelasan langkah-langkah:
1. Perumusan Masalah
- Merumuskan masalah informasi
- Mengidentifikasikan kebutuhan informasi
Langkah pertama dalam strategi literasi informasi adalah memperjelas dan
memahami persyaratan permasalahan atau suatu tugas. Seseorang perlu
mengetahui lebih dulu dengan pasti permasalahan apa yang harus dipecahkan.
Pertanyaan mendasar apa yang perlu mereka cari jawabannya. Setelah mengetahui
dengan pasti permasalahannya, kemudian langkah selanjutnya adalah mencari
tahu informasi apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Strategi Pencarian Informasi
- Menetapkan sumber secara intelektual dan fisik
- Memilih sumber terbaik
Setelah mengetahui masalah dan informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengatur
strategi pencarian informasi tersebut. Pada langkah ini seseorang menjawab
pertanyaan, dimana saya dapat memperoleh informasi ini, dari sumber-sumber
informasi apa yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
Variasi sumber informasi sangat tergantung dari karakter tugas atau masalah.
Sumber ini meliputi : buku, ensiklopedia, peta, almanak, dll. Inipun dapat dalam
beragam media seperti media cetak, media elektronik, dll. Pada tahap inilah
keterampilan menggunakan perpustakaan itu menjadi sangat penting.
3. Lokasi dan Akses
- Mengalokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik)
Langkah ketiga adalah memeriksa sumber informasi yang ditemukan.
Harus diputuskan apakah informasi itu berguna atau tidak dalam menyelesaikan
permasalahan. Informasi yang berguna dikumpulkan dan yang tidak berguna
disingkirkan.
4. Pemanfaatan Informasi
- Membaca, mendengar, meraba, dsb
- Mengekstrasi informasi yang relevan
Pada langkah keempat mulai dilakukan pengorganisasian atas informasi
yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan dan solusi atas permasalahan
yang dihadapi. Beberapa tindakan antara lain adalah membedakan antara fakta
dan pendapat, membandingkan karakter yang hampir sama, menyadari beragam
interpretasi dari data, mencari informasi tambahan apabila masih diperlukan,
menyusun ide dan informasi secara logis.
5. Sintesis
- Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber
- Mempresentasikan informasi tersebut
Pada langkah kelima, seseorang menyusun informasi yang diperoleh di
langkah empat di atas menjadi sebuah susunan yang terstruktur untuk menjawab
permasalahan yang sudah ditetapkan di langkah pertama. Kemudian, bentuk
penjawaban masalah ini sangat tergantung pada kebutuhan yang ada. Dengan kata
lain, solusi atas permasalahan itu disampaikan kepada pihak terkait dalam format
yang tepat. Jika memang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan untuk nantinya
dipresentasikan, maka dapat dibuat semacam sebuah makalah atau dalam bentuk
power point. Makalah dibuat, presentasi disiapkan dilengkapi dengan gambar, ilustrasi dan grafik yang memudahkan pemahaman pihak lain.
6. Evaluasi
- Mengevaluasi hasil (efektivitas)
Langkah keenam adalah saat seseorang menilai bagaimana produk akhir
yang dihasilkan itu menjawab pertanyaan pada langkah pertama atau tidak.
Bagaimana seseorang mengevaluasi secara kritis penyelesaian tugas atau
pemahaman baru atas permasalahan. Apakah permasalahan itu berhasil
dipecahkan? Adakah cara pemecahan yang lain, dan sebaik apa tugas itu
diselesaikan? Selain itu, proses pemecahannya juga perlu dievaluasi. Adakah
hal-hal yang perlu diperbaiki untuk penyelesaian masalah lainnya di lain waktu?
Evaluasi ini dapat dilakukan secara mandiri maupun melalui masukan dari orang
lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka model Big6 adalah sebuah strategi dalam
pemecahan masalah sebab dengan menggunakan model ini peserta didik dapat
menangani berbagai masalah, pekerjaan rumah, pengambilan keputusan dan tugas
sekolah.
2. EMPOWERING 8
Empowering 8 (E-8) adalah sebuah model pemecahan masalah untuk
model pembelajaran berbasis sumber belajar. E-8 dikembangkan pada bulan
November 2004 dalam
International Workshop on Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri Lanka. Kegiatan ini didukung penuh oleh International Federation of Library Association/Action for Development through Library Programme
(IFLA/ALP) dan National Institute of Library and Information Science (NILIS) di
University of Colombo. Menurut Sudasono [et al] ( 2007: 25) model literasi informasi ini dikembangkan oleh orang-orang Asia untuk orang Asia dan
dianggap sebagai model yang merefleksikan kondisi orang-orang Asia. Dan
sekarang model ini menjadi hak milik intelektual NILIS Sri Langka dengan
beberapa keterampilan yaitu:
1. Mengidentifikasi
- Menentukan topik/subyek
- Menentukan dan memahami siapa target pendengar
- Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir
- Merencanakan strategi penelusuran
- Mengidentifikasi jenis sumber informasi di mana informasi dapat
ditemukan
2. Mengeksplorasi
- Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan topik yang dipilih
- Menemukan informasi yang cocok dengan topik yang dipilih
- Melakukan wawancara, karya wisata atau penelitian luar lainnya
3. Menyeleksi
- Memilih informasi yang relevan
- Menentukan informasi mana yang terlalu mudah, terlalu sulit atau
biasa saja
- Mencatat informasi yang relevan dengan cara mencatat atau
membuat pengaturan visual seperti chart, grafik atau outline dan sebagainya
- Menentukan tahapan proses
- Mengumpulkan sitasi yang cocok
4. Mengorganisir
- Menyortir informasi
- Membedakan antara fakta, opini dan fiksi
- Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber
- Menyusun informasi dalam susunan yang logis
- Menggunakan visual organiser untuk membandingkan atau menguji informasi
5. Mencipta
- Menyiapkan informasi dalam bahasa yang dibuat sendiri
- Merevisi atau mengedit (sendiri maupun dengan teman)
- Menyelesaikan format bibliografi
6. Mempresentasi
- Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil karya penelitian
- Membagikan informasi kepada pendengar
- Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat sesuai dengan
- Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan dengan semestinya
7. Menilai
- Menerima masukan dari pendengar
- Menilai penampilan orang lain sebagai respons hasil karya orang
lain
- Merefleksikan sudah seberapa baiknya penelitian ini dilakukan
- Mengungkapkan keterampilan baru yang telah dipelajari dalam
proses penelitian ini
- Memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dengan lebih
baik lagi diwaktu mendatang
8. Mengaplikasi
- Meninjau ulang masukan dan penilaian yang telah diberikan
- Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar
selanjutnya
- Mengusahakan untuk menggunakan pengetahuan baru yang
diperoleh di dalam situasi yang beragam
- Menentukan subjek lain apa saja yang dapat menerapkan
keterampilan ini
- Memberi tambahan pada portfolio yang dibuat
Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas diketahui bahwa model
Empowering 8 terdiri dari delapan tahapan yaitu mengidentifikasi masalah yang
meliputi identifikasi topik atau subjek, sasaran audien, format yang relevan,
jenis-jenis sumber informasi; eksplorasi meliputi kegiatan dalam memilih dan
menemukan sumber informasi yang sesuai dengan topik yang dapat dilakukan
dengan interview; memilih dan merekam informasi yang relevan dan
mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai; mengorganisasikan, memgevaluasi
dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta
dan opini, dan menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan
mengkontraskan informasi; menciptakan informasi dengan menggunakan
kata-kata sendiri, edit dan membuat daftar pustaka, menyajikan dan menyebarkan
menerapkan informasi tersebut dalam berbagai situasi misalnya pendidikan,
pekerjaan , dan lain-lain.
3. The PLUS Model
Model PLUS merupakan model keahlian informasi yang sesuai untuk
sekolah. Model ini dikembangkan oleh James Herring dalam Sudarsono [et al]
(2007: 27), yang mempunyai otoritas dalam keberinformasian di Queen Margaret
University College, Edinburgh PLUS merupakan akronim yang mudah diingat
oleh peserta didik dan guru. PLUS membagi keahlian informasi dalam 4 bagian
besar seperti terlihat pada tabel.
Tabel 2.1 The PLUS Model
Purpose Dentifying the purpose of an investigation or
assignment
P ( Tujuan) (Menetapkan tujuan penyidikan/ penelitian atau
tugas-tugas sekolah)
Location Finding relevant information sources related to the purpose
L (Lokasi) (Menemukan sumber informasi yang cocok dengan
tujuan yang telah ditetapkan)
Use Selecting and rejecting information and ideas, reading for information, note-taking and presentation
U (Penggunaan) (Memilih dan memilah informasi dan gagasan,
Membaca untuk mendapatkan informasi, catatan dan
membuat presentasi
S elf-evaluation
S (Evaluasi diri) (Bagaimana peserta didik mengevaluasi tampilannya
dalam menerapkan keahlian informasi untuk tugas
sekolah dan apa yang dipelajari untuk kemudian hari.
Berikut adalah inti keahlian dan kegiatan yang disarankan dalam pelatihan
keahlian informasi dengan menggunakan model PLUS:
1. Tujuan (Purpose)
- Menetapkan kebutuhan informasi
- Belajar membuat kerangka pertanyaan penelitian yang realistis
- Menyiapkan diagram penelitian atau menggunakan
pokok-pokok penelitian
- Menentukan kata kunci
2. Lokasi (Location)
- Memilih media informasi yang sesuai
- Mencari lokasi informasi menggunakan katalog perpustakaan,
indeks, pangkalan data, CD-ROM atau mesin pencari (search engine)
3. Penggunaan (Use)
- Membaca secara cepat untuk menemukan informasi yang
dicari
- Mengevaluasi kualitas atau kecocokan informasi yang
ditemukan
- Membuat catatan
- Memaparkan dan mengkomunikasikan informasi
- Menyusun bibligrafi
4. Evaluasi Diri (Self-evaluation)
- Bertolak dari apa yang sudah dipelajari, dapat menarik
kesimpulan berdasarkan atas informasi yang ditemukan
- Melakukan penilaian diri sendiri atas keterampilan
informasinya
- Mengidentifikasikan strategi keterampilan informasi yang
2.1.3 Keterampilan Literasi Informasi
Ada berbagai jenis keterampilan literasi informasi yang dikeluarkan baik
oleh lembaga seperti ACRL, NILIS maupun pendapat dari Eisenberg mengenai
keterampilan literasi informasi. Keterampilan mengenai literasi informasi pada
penelitian ini mengacu pada The Plus Model seperti yang diungkapkan James Hearing. Keterampilan tersebut meliputi :
1. Merumuskan kebutuhan Informasi
Merumuskan kebutuhan informasi merupakan tujuan awal dari
mengidentifikasi topik permasalahan (Herring, 2004). Menyadari akan kebutuhan
informasi merupakan satu kepekaan terhadap informasi yang dibutuhkan dalam
penyelesaian masalah. Untuk mengetahui informasi apa yang dibutuhkan dalam
penelitian suatu topik maka dapat dilakukan dengan mengidentifikasi topik
tersebut ke dalam pertanyaan penelitian dengan menggunakan istilah kunci ilmu
pengetahuan yang dikaji. Istilah-istilah tersebut dapat dilihat pada tesaurus atau
ensiklopedi suatu disiplin ilmu. Untuk mengetahui keluasan topik yang dicari,
dapat dilakukan dengan mendiskusikannya dengan teman, guru ataupun
pustakawan bahkan dapat secara langsung melalui media elektronik. Selain itu,
dengan membaca sumber informasi yang berkenaan dengan topik yang dicari,
membuat seseorang lebih familiar dan lebih memperdalam pengetahuannya
dengan topik tersebut.
2. Mengakses sumber informasi secara efektif dan efisien
Mengakses sumber informasi secara efektif dan efisien merupakan
keterampilan menemukan informasi dalam katalog perpustakaan, buku, CD-ROM
dan Web (Herring, 2004). Kemunculan internet sebagai pesatnya kemajuan
teknologi informasi, informasi dapat ditemukan dengan mudah karena sumber
informasi tidak hanya diakses secara manual tetapi dapat juga dilakukan secara
online melalui internet. Keterampilan ini juga meliputi kemampuan menilai
relevansi sumber informasi. Ada beberapa kriteria penilaian sumber informasi,
a. Relevansi adalah menilai sejauh mana informasi yang dikandung sesuai
dengan topik yang dibahas dan dapat dilihat dari kedalaman sumber
referensi yang jelas.
b. Kredibilitas adalah menentukan sejauh mana sumber informasi dapat
dipercaya yang dilihat dari proses pembuatan, pemanfaatan, pencipta dan
tanggung jawab.
c. Kemutakhiran adalah menetukan sejauh mana sumber informasi dapat
dipercaya yang dilihat dari tahun terbit, keterangan kapan revisi, ataupun
kapan situs itu dibuat dan kapan terakhir kali di up date (melalui sumber internet).
Selain itu, menurut Nugroho yang dikutip Tarigan (2007: 15) untuk
menemukan dan mengakses informasi secara efektif dan efisisen dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan secara jelas dan rinci mengenai topik yang akan dicari
b. Melengkapi kata kunci dan istilah penting yang sering digunakan, serta
padanan katanya, baik di dalam bahasa Inggris, Latin ataupun bahasa
lainnya.
c. Menentukan batasan penelusuran seperti, rentang waktu pustaka yang
diinginkan, bahasa yang dipakai, cakupan geografis yang ingin ditelusur,
bahasa yang digunakan di dalam literatur, jenis dokumen yang diinginka.
d. Memilih alat penelusuran yang sesuai, seperti search engine. Search engines (mesin pencari) merupakan program komputer yang berfungsi untuk mencari informasi di Internet melalui kata kunci. Beberapa contoh
search engine, seperti Altavista, Excit, Lycos, Ask, dll.
e. Membangun dan menerapkan strategi pencarian, khusus penelusuran
melalui internet dapat dilakukan dengan penggunaan BOOLEAN logic
(AND, OR , NOT) serta simbol matematika (“+”), tanda minus (“-”) dan
tanda petik (“). Ketiga simbol matematika diatas bila digabungkan akan
menjadi alat pencarian yang ampuh.
Mengakses informasi secara manual dapat dilakukan dengan
bibliogarafi, indeks dan abstrak. Dengan memanfaatkan perpustakaan, para siswa
dapat mengakses informasi melalui koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah.
Mengakses informasi melalui internet dapat menggunakan search engine, surat elektronik (Email), Discussions List dan Usenet Newsgroup.
3. Memilih dan memilah informasi
Memilih dan memilah informasi merupakan keterampilan menggunakan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. James Herring dalam
bukunya yang berjudul “The Internet and information skills: a guide for teachers
and school librarians” menjelaskan bahwa keterampilan ini mencakup
memahami isi dari apa yang sedang dibaca, dilihat atau didengarkan dan
kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan yang didapat dengan
pengetahuan yang ada. Selain itu, keterampilan lain yang dibutuhkan yaitu
keterampilan membaca cepat untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan
topik yang dicari, menganalisis kualitas atau kecocokan (relevansi) informasi
yang ditemukan, kemampuan untuk membuat catatan atau presentasi informasi
yang ditemukan sehingga mudah dalam mengkomunikasikan dengan khalayak
umum. Kemampuan ini bila diterapkan akan memudahkan informasi untuk
digunakan.
4. Mengevaluasi informasi sesuai kebutuhan
Mengevaluasi informasi sesuai kebutuhan merupakan keterampilan
merefleksikan diri sendiri atas informasi yang didapat melalui berbagai sumber
informasi yang digunakan (Herring, 2004). Oleh sebab itu, pengevaluasian
terhadap informasi dan sumber sangat penting dilakukan untuk menjamin
keshahihan, validitas, realitas informasi tersebut.
Keterampilan ini meliputi keterampilan memeriksa ulang atau menilai
kembali terhadap informasi yang dibutuhkan untuk menciptakan pengetahuan
baru, mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk mengevaluasi
informasi dan sumber-sumbernya, mengumpulkan ide-ide utama untuk
membangun konsep baru serta membandingkan pengetahuan baru dengan
Keterampilan ini bila diterapkan akan memudahkan siswa dalam menarik
kesimpulan berdasarkan atas informasi yang ditemukan dan dapat
mengidentifikasi strategi keterampilan informasi yang berhasil. Selain itu juga
akan memudahkan siswa dalam melakukan penilaian diri atas keterampilan
informasi yang dimilikinya.
Sintesis:
Yang dimaksud dengan literasi informasi adalah kemampuan yang harus
dimiliki dalam mengenali kapan suatu informasi dibutuhkan, mampu mencari
informasi tersebut, mengevaluasinya dan menggunakannya secara efektif dengan
indikator, yaitu (1) menentukan kebutuhan informasi, (2) mengakses sumber
informasi secara efektif dan efisien, (3) memilih dan memilah informasi, (4)
mengevaluasi informasi sesuai dengan kebutuhan
2.2 Efektifitas Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas
adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur,
membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.
Dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional
khusus yang telah dicanangkan.
Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana,
baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui
aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang
maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 1981: 83). Hal yang
senada juga diungkapkan oleh Suherman dan Sukjaya (1990: 7) menyatakan
bahwa efektivitas diartikan sebagai tingkat pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini mengungkapkan bahwa efektivitas merupakan aspek penting
dalam berbagai bentuk kegiatan, karena efektivitas merupakan cerminan dari
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai.
Efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi
yang dikutip Rivai dalam Ahmad Muhli (2011) bahwa efektivitas juga dapat
dilihat dari bagaimana tingkat kepuasaan yang dicapai oleh orang. Masih dari
Rivai dengan mengutip Prokovenko dan Miskel dalam Ahmad Muhli (2011)
menyatakan efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena
mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai
sasaran atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai atau tingkat
pencapaian tujuan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas merupakan
indikator pencapaian tujuan belajar seseorang.
Belajar menurut Winkle dalam Riyanto (2010: 5) adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas. Lebih lanjut Degeng (1997: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan
pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar.
Selain itu, kemampuan lain melalui belajar, manusia secara bebas mengeksplorasi,
memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya
(Syah, 2008: 93). Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan
menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam
memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru.
Dengan kata lain belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang
tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan suatu keputusan
untuk hidupnya.
Dalam kaitannya dengan efektivitas belajar, Rivai dalam Ahmad Muhli
(2011), mengatakan bahwa efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan
pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan
keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Efektifitas
merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang efektif
merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan
sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana
seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk
(2003: 81) mengartikan “Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan
hasil belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa efektivitas
pembelajaran merupakan proses yang harus di lalui siswa untuk mencapai hasil
belajar. Efektivitas juga merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang
tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal yang sama di sampaikan
oleh Steers (Muhibbin Syah, 2003: 21) menyatakan:
“Sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.”
Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya
berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai
tujuan. Jika definisi ini diterapkan dalam pembelajaran, efektivitas berarti
kemampuan sebuah lembaga dalam melaksanakan program pembelajaran yang
telah direncanakan serta kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah
ditetapkan. Proses pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut
didesain dalam suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.
Hal yang sama juga diberikan oleh Suharsimi Arikunto (2008: 3) yang
memberikan pengertian bahwa efektivitas belajar merupakan proses perubahan
yang menghasilkan dampak positif yakni terkuasanya pengetahuan, keterampilan,
dan sikap sesuai dengan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dalam hal
ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang
dicanangkan meliputi gambaran pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa efektifitas
belajar adalah suatu ukuran keberhasilan dari proses belajar siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Harry Firman dalam Ahmad Muhli (2011) bahwa keefektifan
dalam program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang
telah ditetapkan.
- Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara
aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.
- Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan
diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat
prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana
penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah
mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan
siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada
penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa
dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan
bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti
ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
2.2.2 Faktor-faktor Efektivitas Belajar
Dalam kegiatan belajar sangat banyak faktor yang mempengaruhi
keefektifannya, yang hal ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh oleh setiap
pelajar demi kesukesan belajarnya. Menurut Muhibbin Syah (2008: 123) ada dua
macam faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar supaya efektif,
yaitu:
1. Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar diri individu. Dapat
dibedakan menjadi dua macam:
- Faktor Sosial
Faktor yang berupa keadaan lingkungan di sekitar pelajar, baik
lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah. Setiap pelajar
seorang pelajar kurang menyadari bahwa suasana rumah (keluarga)
aatu lingkungan masyarakat yang dihadapi dapat berpengaruh
terhadap semangat belajarnya.
- Faktor Non Sosial
Faktor yang berupa cuaca, sarana, atau peralatan belajar dan waktu
belajar. Cuaca terlalu panas atau terlalu dingin akan bisa membuat diri
si pelajar terganggu konsentarasi belajarnya. Oleh karena itu seorang
pelajar hendaknya dapat memilih waktu yang tepat untuk belajar
supaya tidak kegerahan ataupun kedinginan. Begitu pula mengenai
sarana belajar, yang lazimnya meliputi kamar belajar, meja belajar, alat
tulis, dan perlengkapan lainnya amat banyak berpengaruh terhadap
keefektivitasan belajar.
2. Faktor Internal, yakni faktor yang berasal dalam diri individu. Dapat
dibedakan menjadi dua macam:
- Faktor Psikologis
Faktor yang dapat mendorong dan memberi motivasi untuk lebih tekun
belajar. Diantaranya ialah:
• Didalam diri setiap pelajar terdapat sifat ingin tahu dan ingin
menyelidiki segala sesuatu cara lebih luas yang tentunya akan
mendorong semangat belajarnya.
• Adanya sifat kreatif pada setiap individu dan keinginan untuk
maju.
• Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang lain
terutama dari orang tua, guru, dan teman-teman.
- Faktor Phisiologis
Faktor yang sangat menentukan untuk mendorong dan memotivasi
kegiatan belajar. Karena kondisi fisik seseorang akan selalu
melatarbelakangi semua kegiatan sehati-harinya termasuk dalam
kegiatan belajar. Oleh karena itu seorang pelajar perlu mencari kiat–
• Berusaha agar kebutuhan tubuh selalu tercukupi, memperoleh
gizi yang cukup sesuai yang diperlukan.
• Melakukan latihan fisik dengan berolahraga yang cukup dan teratur.
• Memiliki kebiasaan cara hidup sehat, seperti badan dan pakaian
selalu bersih.
• Berusaha untuk selalu bersikap simpatik dan berpenampilan
ceria, gembira, dan penuh semangat.
2.2.3 Kriteria Efektifitas Belajar Siswa
Suatu kegiatan belajar dikatakan efektif jika prestasi belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang hemat dan minim. Usaha dalam hal
ini adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendapatkan hasil belajar yang
memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar dan lain-lain hal
relevan dengan kegiatan belajar (Syah, 2008: 123). Efektivitas belajar merupakan
proses yang harus dilalui siswa untuk mencapai hasil belajar. Hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan
diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti (Hamalik, 2001: 30). Dengan kata lain efektivitas belajar siswa
dapat dilihat dari ukuran keberhasilan melalui hasil belajar siswa.
Horward Kingsley yang dikutip Sudjana (2005: 23) membagi tiga macam
hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan, dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Ranah kognitif adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
• Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling
rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan
adalah dapat menghafal suatu rumus matematika ataupun nama-nama
tokoh. Dengan menghapal suatu rumus, akan menyebabkan paham
bagaimana menggunakan rumus tersebut dan hapal kata-kata akan
memudahkan membuat kalimat.
• Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah
kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik dapat
menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat
al-‘Ashar secara lancar dan jelas.
• Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru
dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan
tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
• Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat
lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat
merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.
• Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses
berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi
suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis
kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu
hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat
berpikir kreatif untuk menciptakan suatu pemahaman yang baru.
• Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya
dimulai dari tingkat yang dasar ataupun sederhana sampai tingkat yang kompleks.
- Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan
untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka
mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri
dengan nilai itu.
- Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi
daripada jenjang receiving.
- Valuing (menilai, menghargai). Menilai atau menghargai artinya
memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan
atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan
membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau
menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran
yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah