HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDEPRESAN
TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA PADA PASIEN POLI
PSIKIATRI RSUD Dr. AHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
VANAZIA RIZKA ANGGARINI NIM : 060600175
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2010
Vanazia Rizka Anggarini
Hubungan Penggunaan Obat Antidepresan Terhadap Terjadinya Xerostomia
di RSUD Ahmad Mochtar Bukittinggi.
xi + 49 halaman
Xerostomia didefinisikan sebagai keluhan subjektif dari mulut kering yang
disebabkan oleh penurunan produksi saliva. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
xerostomia, salah satunya adalah obat-obatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui prevalensi terjadinya xerostomia pada pasien yang menggunakan obat
antidepresan pada pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi dan
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan obat antidepresan pada
pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar dengan terjadinya xerostomia.
Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini melibatkan 190 orang subjek. Subjek dibagi dalam 2
kelompok. Kelompok pertama terdiri dari pasien yang menggunakan obat
antidepresan, kelompok kedua terdiri dari pasien yang tidak menggunakan obat
antidepresan.
Persentase xerostomia pada pasien yang menggunakan obat antidepresan
paling tinggi pada perempuan. Persentase xerostomia pada pasien yang menggunakan
penggunaan obat antidepresan lebih dari 3 tahun. Persentase xerostomia pada pasien
yang menggunakan obat antidepresan berdasarkan jenis obat paling tinggi pada obat
antidepresan golongan trisiklik.
Hasil uji statistik menggunakan Pearson chi-square menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara penggunaan obat antidepresan terhadap
terjadinya xerostomia.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 1 November 2010
Pembimbing : Tanda tangan
Syuaibah Lubis, drg. ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 1 November 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Syuaibah Lubis, drg.
ANGGOTA : 1. Wilda Hafni Lubis, drg., M.si.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi yang
berjudul ”Hubungan Penggunaan Obat Antidepresan Terhadap Terjadinya
Xerostomia Pada Pasien Poli Psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi”,
selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan banyak bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dengan ketulusan hati kepada keluarga tersayang,
Ayahanda Nur Ikhwan, drg., Sp.Ort, Ibunda Zarni Jamali, dr dan adik penulis Ridho
Kurnianda atas segala perhatian, dukungan moril dan materil, motivasi, harapan dan
doa, serta cinta dan kasih sayang yang melimpah. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Syuaibah Lubis, drg selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dan
waktu yang diberikannya untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
3. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si selaku Ketua Departemen Penyakit Mulut
4. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku koordinator skripsi dan juga tim
penguji skripsi.
5. Saidina Hamzah Daliemunthe, drg,. Sp.Perio selaku pembimbing
akademik penulis.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi terutama staf pengajar dan
pegawai di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
7. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.Pd., Sp.JP(K) selaku ketua komisi etik
penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
8. Drs. Abdul Jalil A. A, M.Kes selaku Pembantu Dekan I FKM USU atas
bimbingan dalam analisis statistik hasil penelitian.
9. Dra. Hj. Rida Ernola, Apt selaku Kabid Pendidikan dan Penelitian RSUD
Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi.
10.H. Heryezi Thahir, dr., Sp.KJ selaku Kepala Poli Psikiatri RSUD Dr.
Ahmad Mochtar Bukittinggi.
11.Seluruh staf perawat Poli Psikiatri RSUD Ahmad Mochtar Bukittinggi.
12.Teman-teman penulis Merina, Vera, Ida, Findy, Dahnil, Yufri, Calvin,
Vincent, Ina, Ratih, Tari, Nadia, Tiwi dan seluruh teman-teman mahasiswa FKG
Angkatan 2006.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan dan masukan
kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini
dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Penulis
juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi
pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen
Ilmu Penyakit Mulut.
Medan, 1 November 2010
Penulis,
(Vanazia Rizka Anggarini)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Rentang dosis harian yang lazim dari obat antidepresan ... 13
2 Data demografis pasien poli psikiatri di
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi... 24
3 Data demografis pasien poli psikiatri kelompok 1 di
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi... 23
4 Data demografis pasien poli psikiatri kelompok 2 di
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi... 25
5 Hubungan penggunaan obat antidepresan dengan xerostomia ... 26
6 Frekuensi xerostomia pada responden yang menggunakan
obat antidepresan berdasarkan jenis kelamin ... 27
7 Frekuensi xerostomia pada responden yang menggunakan
obat antidepresan berdasarkan lama penggunaan ... 28
8 Frekuensi xerostomia pada responden yang menggunakan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian
bidang kesehatan ... 35
2 Lembar penjelasan kepada subjek penelitian ... 39
3 Lembar persetujuan setelah penjelasan ... 40
4 Contoh kuesioner ... 41
5 Contoh rekam pasien ... 42
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2010
Vanazia Rizka Anggarini
Hubungan Penggunaan Obat Antidepresan Terhadap Terjadinya Xerostomia
di RSUD Ahmad Mochtar Bukittinggi.
xi + 49 halaman
Xerostomia didefinisikan sebagai keluhan subjektif dari mulut kering yang
disebabkan oleh penurunan produksi saliva. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
xerostomia, salah satunya adalah obat-obatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui prevalensi terjadinya xerostomia pada pasien yang menggunakan obat
antidepresan pada pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi dan
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan obat antidepresan pada
pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar dengan terjadinya xerostomia.
Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini melibatkan 190 orang subjek. Subjek dibagi dalam 2
kelompok. Kelompok pertama terdiri dari pasien yang menggunakan obat
antidepresan, kelompok kedua terdiri dari pasien yang tidak menggunakan obat
antidepresan.
Persentase xerostomia pada pasien yang menggunakan obat antidepresan
paling tinggi pada perempuan. Persentase xerostomia pada pasien yang menggunakan
penggunaan obat antidepresan lebih dari 3 tahun. Persentase xerostomia pada pasien
yang menggunakan obat antidepresan berdasarkan jenis obat paling tinggi pada obat
antidepresan golongan trisiklik.
Hasil uji statistik menggunakan Pearson chi-square menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara penggunaan obat antidepresan terhadap
terjadinya xerostomia.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu keluhan di rongga mulut adalah mulut kering atau
xerostomia, dimana keadaan tersebut berhubungan dengan berkurangnya
aliran saliva disertai perubahan komposisi saliva.1 Mulut kering atau
xerostomia berkaitan dengan terganggunya fungsi dari kelenjar saliva.2
Xerostomia diperkirakan mempengaruhi jutaan orang di Amerika Serikat,
penelitian menemukan xerostomia pada 17% – 29% dari populasi sampel
berdasarkan laporan perorangan atau pemeriksaan laju aliran saliva. Keluhan
mulut kering ini biasanya lebih banyak pada perempuan.3 Saliva adalah hal
yang penting dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang berfungsi
sebagai pengatur buffer mulut, pelindung mukosa mulut, bersifat
bakteriostatik dan bakterisid, pelindung elemen gigi, dan memiliki aksi self
cleansing untuk mempertahankan kesehatan mulut serta sebagai faktor retensi
dan stabilisasi gigi tiruan. Penurunan aliran saliva pada individu akan
menyebabkan penyakit mulut dan ketidaknyamanan. Beberapa penyakit
sistemik, obat-obatan, dan proses psikologis dapat mempengaruhi aliran saliva
dan/atau menyebabkan kekeringan oral yang subjektif.4 Kelenjar saliva
normalnya menghasilkan 1-1,5 liter saliva setiap hari.2 Rata-rata sekresi saliva
yang tidak distimulasi pada orang dewasa adalah 0,3-0,5 ml/menit. Rata-rata
pasien yang menderita xerostomia, rata-rata sekresi salivanya menurun
menjadi antara 0,7 dan 0,1 ml dan kurang dari 0,1 ml/menit pada pasien yang
menderita malfungsi kelenjar ludah yang parah.5
Menurut Sreebny yang dikutip dari Ronald L. Ettinger, mendefinisikan
xerostomia sebagai ‘perasaan kekeringan oral yang subjektif’ dan xerostomia
juga disebabkan oleh hipofungsi dari kelenjar saliva. Xerostomia juga
menunjukkan hubungannya dengan beberapa obat spesifik dan penyakit atau
terapi. Prevalensi dari xerostomia bervariasi dari 13% - 28% pada populasi
orang dewasa dan meningkat sampai 60% pada pasien yang hidup dengan
pengobatan jangka panjang.6 Xerostomia adalah keluhan yang sering pada
pasien yang menggunakan obat psikiatri, antihipertensi, atau kelainan ginjal
dan pada orang tua, terutama pada pemakai obat-obatan dalam jumlah banyak
dan polifarmasi. Contohnya, 63% pasien yang di rawat inap dan 57% pasien
yang di rawat jalan mengeluhkan mulut kering dan dari semua pasien,
penyebab utamanya adalah penggunaan obat-obatan psikiatri. Laju aliran
saliva pada orang tua terutama perempuan dan pasien yang menggunakan obat
antidepresan lebih rendah.7
Obat antidepresan paling banyak menyebabkan xerostomia.
Obat-obatan dengan aktifitas antikolinergik yang signifikan seperti antidepresan
trisiklik lebih sering menyebabkan komplikasi oral, mengakibatkan efek pada
fungsi saliva.8 Pada penelitian Joseph J. Keene, Gail T. Galasko, Martin F.
Land, 381 orang pasien (21%) dari 1800 pasien tercatat indikasi bahwa
lebih banyak daripada laki-laki dengan perkiraan rasio 2,3:1. Obat
antidepresan golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)
umumnya paling banyak diresepkan, diikuti dengan obat antidperesan
golongan trisiklik, obat antidepresan golongan atypical dan generasi ketiga,
obat antidepresan golongan Mono-Amine Oxidase Iinhibitors (MAOIs).
Berdasarkan laporan pencatatan penggunaan obat, hampir 58% pasien dengan
pengobatan antidepresan menjalani perawatan dengan dua jenis atau lebih
obat-obatan yang berpotensi menghasilkan xerostomia.9
Di poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi terdapat 15
orang pasien setiap harinya. Oleh karena penelitian Joseph J. Keene, Gail T.
Galasko, Martin F. Land di Amerika Serikat menunjukkan bahwa adanya
hubungan antara penggunaan obat antidepresan terhadap terjadinya
xerostomia, maka peneliti ingin mengetahui ada tidaknya hubungan tersebut
pada pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka timbul
permasalahan :
1. Berapakah prevalensi xerostomia pada pasien yang menggunakan obat
antidepresan pada poli psikiatri di RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi.
2. Apakah terdapat hubungan penggunaan obat antidepresan terhadap
terjadinya xerostomia pada pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prevalensi terjadinya xerostomia pada pasien yang
menggunakan obat antidepresan pada pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad
Mochtar Bukittinggi.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penggunaan obat
antidepresan pada pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar dengan
terjadinya xerostomia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pasien yang menggunakan
obat antidepresan agar xerostomia dapat dikurangi.
2. Sebagai usaha dalam mengatur rencana perawatan bagi setiap gejala
xerostomia yang timbul pada pasien akibat penggunaan obat antidepresan.
3. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut, baik mengenai cara penanggulangan
xerostomia akibat penggunaan obat antidepresan atau yang lainnya.
4. Agar dokter psikiatri dan dokter gigi dapat bekerja sama dalam merawat
1.5Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol ( H0 )
Tidak ada hubungan antara penggunaan obat antidepresan terhadap terjadinya
xerostomia.
2. Hipotesis Alternatif ( HA )
Ada hubungan antara penggunaan obat antidepresan dengan terjadinya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Xerostomia
Xerostomia merupakan suatu gejala kekeringan dalam mulut yang
bersifat subjektif dan disebabkan oleh banyak faktor.10
2.1.1 Definisi
Xerostomia didefinisikan sebagai keluhan subjektif dari mulut kering
yang disebabkan oleh penurunan produksi saliva.3 Xerostomia adalah kondisi
yang berhubungan dengan penurunan penghasilan saliva dan perubahan dalam
komposisi saliva seperti saliva menjadi kental. Xerostomia juga berkaitan
dengan gangguan mengunyah, gangguan bicara, gangguan pengecapan,
halitosis, dan meningkatnya infeksi oral.11
2.1.2 Etiologi
Xerostomia merupakan suatu kondisi kekeringan dalam mulut yang
dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu :
Xerostomia adalah efek samping yang sering dan signifikan dari
obat-obatan yang banyak diresepkan.3 Obat-obatan yang mempunyai efek
antikolinergik seperti antidepresan, antipsikotik, antiretroviral, dan muscle
relaxants dapat menyebabkan xerostomia.11, 12 Banyak obat-obatan yang
mempengaruhi sekresi saliva dengan cara mempengaruhi aliran saliva dengan
meniru aksi dari sistem saraf autonom secara langsung bereaksi pada proses
yang diperlukan untuk salivasi. Dapat juga secara tidak langsung dengan
mengubah cairan dan elektrolit atau dapat juga dengan mempengaruhi aliran
darah ke kelenjar. 1, 13 Obat antidepresan bekerja dengan jalan menghambat
reuptake serotonin dan noradrenalin di ujung-ujung saraf otak dan dengan
demikian memperpanjang masa waktu tersedianya neurotransmiter tersebut.
Obat antidepresan bekerja menghambat histaminik, kolinergik, dan reseptor
α-1-adrenergik.7, 23 Efek samping obat antidepresan salah satunya adalah efek
antikolinergik akibat blokade reseptor muskarin dengan menimbulkan
xerostomia.7, 16
Saliva dihasilkan oleh kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual
serta ratusan kelenjar saliva minor yang terdistribusi dalam mulut.3 Sistem
saraf parasimpatis dan simpatis menginervasi kelenjar saliva. Stimulasi saraf
parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair, sedangkan saraf simpatis
memproduksi aliran yang lebih sedikit dan kental.3
Sekresi saliva dapat terjadi atas dua fase yaitu fase yang berhubungan
(duktus striated). Asinus, proses ini terjadi di lumen melalui sel eksositositas
dan terjadi akibat stimulus yang diterima. Stimulus yang diterima oleh asinus
dapat berupa adrenergik (α dan β) dan kolinergik. Seksresi β-adrenergik
terjadi akibat rangsangan membran sel, dimana bagian dalam sel membentuk
cAMP yang dapat mengaktifkan fosforilasekinase sehingga menyebabkan
fosforilase mikrofilamen berkontraksi dan granula sekresi diangkut ke
membran plasma luminal. Kemudian membran granula melebur dengan
membran plasma. Ludah primer berisi granula akan terus berjalan ke lumen
untuk di transport melalui muara pembuangan. Rangsangan β-adrenergik
menghasilkan sekresi saliva yang pekat, kaya protein dan berbusa. Sedangkan
pada rangsangan kolinergik neurotransmiter asetilkolin dapat menghasilkan
sekresi air yang banyak dengan kadar protein yang rendah.24
2. Usia
Xerostomia umumnya terjadi pada orang yang sudah tua. 11 Keadaan
ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai
dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan
mengubah komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses
aging. Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana
kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan ikat dan lemak, lining
sel duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan ini mengakibatkan
pengurangan jumlah aliran saliva.1,5, 13
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker
telah terbukti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan
berbagai derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. 5, 13
Jumlah kerusakan kelenjar saliva tergantung dari jumlah dosis radiasi yang
diberikan selama terapi radiasi. 1, 11, 13 Pengaruh radiasi lebih banyak
mengenai sel asini dari kelenjar saliva parotis dibandingkan dengan kelenjar
saliva sublingualis. Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah radiasi yaitu,
untuk beberapa hari, terjadi radang kelenjar saliva, setelah satu minggu terjadi
penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan
penyumbatan. Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya
pada saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi
turun dan sekresi Ig A berkurang. Waktu untuk mengembalikan kecepatan
sekresi saliva menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis
radiasi yang telah diterima.13 Kerusakan permanen sering terjadi dengan dosis
yang tinggi, tetapi dengan dosis yang rendah kelenjar saliva dapat kembali
dalam 6-12 bulan. Dosis yang lebih besar dari 30 Gy bisa mengakibatkan
kerusakan permanen pada kelenjar saliva.11
4. Gangguan pada kelenjar saliva
Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar
saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih
sering mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis.5, 13 Penyakit ini
menyebabkan degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista-kista
penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan
demikian mempengaruhi sekresi saliva.13 Sindroma Sjogren ialah kondisi
autoimun yang berkaitan dengan infiltrasi limfositik dari kelenjar saliva.5, 11
Sindroma Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat
mempengaruhi kelenjar saliva dan kelenjar airmata.1, 13 Sel-sel asini kelenjar
saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.13
5. Keadaan fisiologis
Pada saat berolah raga, berbicara yang lama dapat menyebabkan
berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering.5, 13 Dalam keadaan
gangguan emosional seperti stres, putus asa dan rasa takut dapat merangsang
terjadinya pengaruh simpatik dari sistem saraf autonom dan menghalangi
sistem saraf parasimpatik sehingga sekresi saliva menjadi menurun
menyebabkan mulut menjadi kering. Bernafas melalui mulut juga akan
memberikan pengaruh mulut kering.1, 13
2.1.3 Gejala dan Tanda
1. Gejala
Individu yang menderita xerostomia sering mengeluhkan masalah
dalam makan, berbicara, menelan, dan pemakaian gigitiruan. Makanan yang
mengalami masalah dengan retensi gigitiruan, lesi akibat gigitiruan, dan lidah
juga lengket pada palatum. 11, 14, 15
2. Tanda
Pasien yang menderita xerostomia dapat mengeluhkan gangguan
pengecapan (dysgeusia), rasa sakit pada lidah (glossodynia) dan peningkatan
kebutuhan untuk minum air, terutama pada malam hari. Xerostomia dapat
mengakibatkan peningkatan karies dental, erythema mukosa oral,
pembengkakan kelenjar parotid, angular cheilitis, mukositis, inflamasi atau
ulser pada lidah dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis, halitosis, ulserasi
pada rongga mulut.11, 14, 15
2.1.4 Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis xerostomia ditentukan berdasarkan anamnesis yang terarah,
pemeriksaan klinis dalam rongga mulut dan pemeriksaan laboratorium. Dalam
melakukan anamnesis dengan penderita dapat diajukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan terarah yang dapat menentukan penyebab dan mendiagnosis
xerostomia. Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala
klinis yang tampak dalam rongga mulut. Gambaran klinis tersebut antara lain :
hilangnya genangan saliva pada dasar mulut, mukosa terasa lengket bila
disentuh dengan jari ataupun ujung gagang instrumen. Mukosa juga terlihat
merah dan pada kasus-kasus yang lebih lanjut permukaan dorsal lidah terlihat
2. Obat Antidepresan
Obat antidepresan adalah obat-obatan yang mampu memperbaiki
suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan
murung.16
2.2.1 Jenis obat antidepresan
Jenis obat antidepresan yang digunakan sebagai terapi depresi adalah
sebagai berikut :
a) Golongan trisiklik : Imipramine, Amitriptiline, Clomipramine,
Desipramine, Doxepine, Nortriptyline, Protriptyline, Trimipramine.
Antidepresan trisiklik adalah obat yang paling sering digunakan.
Antidepresan trisiklik menyebabkan efek dengan menghambat neuronal
uptake of noradrenaline dan menyebabkan aktifitas antikolinergik.
Antidepresan trisiklik juga menghambat neuronal uptake dari 5HT dan
dopamine. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. Antidepresan
ini efeknya terlihat setelah tiga sampai empat minggu dari pemberian
obat.17
Obat ini dapat mempunyai efek perbaikan suasana perasaan
(mood), bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan
nafsu makan, pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran
morbid.18, 19 Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut
bertambah berat badan. Khususnya pada penderita yang lebih tua dapat
menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu
berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah dan koma.20
b) Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga) atau Tetracyclics
(TCAs) : Amoxapine, Maptrotiline, Trazodone, Bupropion, Mirtazapine,
Nefazodone.
obatan ini merupakan antidepresi yang relatif baru.
Obat-obatan ini merupakan hasil dari usaha mendapatkan obat yang efek
sampingnya lebih ringan dari antidepresan terdahulu.18, 19
c) Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) : Fluoxetine,
Paroxetine, Setraline, Fluvoxamine, Citalopram.
SSRIs umumnya adalah obat yang digunakan dalam pengobatan
depresi.17 Obat ini merupakan golongan obat yang secara spesifik
menghambat ambilan serotonin (SSRIs = Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors). Obat ini merupakan inhibitor spesifik P450 isoenzim.18, 19 Efek
samping dari obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia,
masalah seksual dan sakit kepala.20
d) Penghambat (Mono-Amine Oxidase Inhibitors) MAOIs :
Isokarboksazid, Phenelzine, Tranylcypromine.
Penghambat MAO digunakan untuk mengatasi depresi, tetapi
penggunannya sangat terbatas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai
efek yang baik.18, 19 Efek samping termasuk mulut kering, tremor, insomnia,
yang serius termasuk peripheral neuropathy dan jaundice oleh karena luka
pada hepatoseluler.17
e) Golongan (Serotonin Norephinephrine Reuptake Inhibitor) SNRIs atau
Atypical : Venlafaxine, Trazodone, Nefazodone, Mirtazapine, Bupropion.
Obat ini diindikasikan untuk depresi, depresi yang berhubungan
dengan sindrom ansietas, dan gangguan ansietas sosial.18, 19 Efek samping
mirip dengan golongan SSRIs.20
2.2.2 Dosis Obat Antidepresan
Tabel.1 Rentang dosis harian yang lazim dari obat antidepresan :17,21
Obat Dosis (mg)
Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga)
Setraline Fluvoxamine Citalopram
MAOIs
Phenelzine Tranylcypromine
50-200 100-300
20-60
45-75 10-30
KERANGKA TEORI
Terapi depresi
Terapi obat antidep
resan
Psikososial ECT (electro
KERANGKA KONSEP
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Pasien yang menggunakan obat antidepresan
- Lama penggunaan obat antidperesan
- Jenis obat antidepresan - Kombinasi obat
antidepresan - Usia 20 – 50 tahun
Pasien yang tidak menggunakan obat antidepresan
- Usia 20 – 50 tahun
Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan
atau korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor
risiko dan dampak atau efeknya diobservasi saat yang sama, artinya setiap
subjek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta
dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat diobservasi.29
Penelitian ini membandingkan dua kelompok responden dalam melihat
hubungan antara penggunaan obat antidepresan terhadap terjadinya
xerostomia.
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat : RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi.
Waktu : Sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Pasien di poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi.
3.3.2 Sampel
Kelompok 1 : Pasien yang menggunakan obat antidepresan.
Kelompok 2 : Pasien yang tidak menggunakan obat antidepresan.
3.3.3 Kriteria Inklusi
a. Usia 20 -50 tahun
c. Pasien kooperatif
3.3.4 Kriteria Ekslusi
a. Pasien menopause
b. Pasien lansia
c. Menderita penyakit sistemik yang menyebabkan xerostomia
3.4 Besar Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode
purposive non probability sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan
hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur
yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil.30
Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian
ini, penulis menggunakan persentase xerostomia dari hasil penelitian Joseph J.
Keene, Gail T. Galasko, dan Martin F Land yaitu 58%, diperoleh sampel
dengan menggunakan rumus untuk data sekunder :
n = Za2.p.q /d2
Za = confidence level 95% (1,96)
p = persentase prevalensi xerostomia (58%)
q = 1-p
d = presisi relative 10%
Perhitungan : n = Za2 . p . (1-p) / d2
= ( 1,96)2 . 0,58 . ( 1-0,58) / 0,12
Jumlah kelompok 1 = 95 orang
Jumlah kelompok 2 = 95 orang
Jadi besar sampel minimum yang diperoleh adalah 93 orang untuk
masing-masing kelompok yang akan diambil di poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar
Bukittinggi. Dalam penlitian ini, masing-masing kelompok menggunakan sampel
sebanyak 95 orang.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas : Pasien yang menggunakan obat
antidepresan, lama penggunaan obat antidepresan, jenis obat antidepresan,
kombinasi penggunaan obat antidepresan dan pasien yang tidak menggunakan
obat antidepresan. Variabel Bebas
Pasien yang menggunakan obat antidepresan
- Lama penggunaan obat antidperesan
- Jenis obat antidepresan - Kombinasi obat
antidepresan - Usia 20 – 50 tahun
Pasien yang tidak menggunakan obat antidepresan
- Usia 20 – 50 tahun
Varibel Terikat - Xerostomia
Variabel Tidak Terkendali - Oral hygiene
- Jenis kelamin
Variabel Terkendali - Belum menopause - Bukan lansia
3.5.2 Variabel Terikat : Xerostomia.
3.5.3 Variabel Terkendali : Pasien yang menggunakan obat
antidepresan belum menopause, bukan lansia, dan pasien tidak menderita
penyakit sistemik yang menyebabkan xerostomia.
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali : Oral hygiene pasien, dan jenis kelamin
pasien.
3.6 Definisi Operasional
1) Obat antidepresan adalah obat yang digunakan untuk terapi depresi.
a. Golongan trisiklik : Imipramine, Amitriptiline, Clomipramine,
Desipramine, Doxepine, Nortriptyline, Protriptyline, Trimipramine.
b. Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga) atau Tetracyclics
(TCAs) : Amoksapine, Maptrotiline, Trazodon, Bupropion, Mirtazapin,
Nefazodon.
c. Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) :
Fluoxetine, Paroxetine, Setraline, Fluvoxamine, Citalopram.
d. Penghambat (Mono-Amine Oxidase Inhibitors) MAOIs :
Isokarboksazid, Phenelzine, Tranylcypromine.
e. Golongan (Serotonin Norephinephrine Reuptake Inhibitors) SNRIs
atau Atypical : Venlafaxine, Trazodone, Nefazodone, Mirtazapine,
2) Xerostomia adalah keadaan rongga mulut yang kering dan terlihat keadaan
saliva yang kental. Dapat diketahui dengan pemeriksaan dengan menggunakan
spatula kayu dan kuesioner khusus untuk xerostomia.
3) Lamanya menggunakan obat antidepresan adalah penggunaan obat
antidepresan oleh pasien dari awal pemakaian sampai saat diteliti dan dapat dilihat
pada rekam medis pasien.
4) Jenis obat antidepresan yang digunakan adalah jenis obat-obatan yang
digunakan oleh pasien dalam terapi depresi dan dapat dilihat pada rekam medis
pasien.
5) Kombinasi obat antidepresan adalah penggunaan 2 jenis atau lebih obat
antidepresan oleh pasien yang dapat dilihat pada rekam medis pasien.
6) Usia 20-50 tahun adalah usia pasien yang meggunakan obat antidepresan
yang di catat dalam rekam medis yang menjadi subjek penelitian.
7) Belum menopause adalah wanita yang belum berhenti menstruasinya dan
dapat diketahui melalui wawancara.
8) Bukan lansia adalah wanita dan pria yang berusia dibawah 60 tahun.
9) Tidak menderita penyakit sistemik yang menyebabkan xerostomia adalah
subjek yang diteliti tidak menderita penyakit sistemik seperti diabetes melitus, gagal
ginjal yang dapat diketahui dari rekam medis pasien.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Pemeriksaan Oral
a. Kaca mulut, digunakan untuk menarik pipi untuk melihat rongga mulut.
b. Pinset, digunakan untuk mengambil gulungan kapas atau bulatan kapas dari
tray ke mulut maupun sebaliknya.
c. Lampu, digunakan sebagai pencahayaan untuk melihat rongga mulut.
3.7.2 Alat Pencatatan Data
a. Kuesioner pasien yang menggunakan obat antidepresan
b. Kuesioner pasien yang tidak menggunakan obat antidepresan
c. Rekam medik pasien yang menggunakan obat antidepresan
d. Rekam medik pasien yang tidak menggunakan obat antidepresan
3.7.3 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah :
a. Gulungan kapas (cotton roll), digunakan untuk menyerap saliva.
b. Sarung tangan dan masker, digunakan untuk mencegah infeksi silang.
c. Spatula kayu, digunakan untuk memeriksa keadaan saliva.
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data ditujukan kepada pasien yang menggunakan obat
antidepresan dan pasien yang tidak menggunakan obat antidepresan yang datang ke
poli psikiatri RSUD Ahmad Mochtar Bukittinggi yang dilakukan mulai pukul
08.00-12.00 WIB dan pada pasien diberikan informasi tentang tujuan penelitian ini. Setelah
pasien setuju menjadi subjek penelitian, pasien diminta menandatangani informed
jenis kelamin), lama menggunakan obat antidepresan, jenis obat antidepresan yang
digunakan, dan kombinasi obat antidepresan. Selanjutnya pertanyaan diajukan sesuai
dengan kuesioner kepada pasien, keadaan rongga mulut pasien diperiksa dengan
spatel yang disentuhkan ke bagian mukosa bukal pasien untuk memastikan ada atau
tidaknya xerostomia.
3.8.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 15.0. Data disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.8.3 Analisa Data
Dihitung persentase xerostomia pada lama penggunaan obat
antidepresan, jenis obat antidepresan, dan kombinasi penggunaan obat
antidepresan pada pasien yang menggunakan obat antidepresan yang disajikan
dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Untuk melihat ada tidaknya
hubungan antara penggunaan obat antidepresan terhadap terjadinya
xerostomia dilakukan dengan uji statistik Pearson chi-square.
BAB 4
Hasil penelitian mengenai Hubungan Penggunaan Obat Antidepresan
Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Poli Psikiatri RSUD Dr. Ahmad
Mochtar Bukittinggi akan disajikan dalam bentuk tabel berikut.
4.1 Data Demografis Subjek Penelitian
Tabel 2. DATA DEMOGRAFIS PASIEN POLI PSIKIATRI RSUD Dr. AHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI
Variabel Pasien Poli Psikiatri (n = 190)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
Dari 190 orang pasien yang datang ke poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad
Mochtar Bukittinggi, jumlah pasien perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan pasien laki-laki yaitu sebanyak 111 orang pasien perempuan (58,4%)
dan 79 orang pasien laki-laki (41,6%). Jumlah pasien yang datang ke poli
psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi, paling banyak dijumpai
kelompok usia 31-40 tahun yaitu 27,9%, dan jumlah pasien paling sedikit
adalah dari kelompok usia 21-30 tahun yaitu hanya 23,2%. (Tabel 2)
Tabel 3. DATA DEMOGRAFIS PASIEN KELOMPOK 1 POLI PSIKIATRI RSUD
Dr. AHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
Variabel Pasien Poli Psikiatri (n = 95)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
Dari 95 orang pasien kelompok 1 yang datang ke poli psikiatri RSUD
Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi, jumlah pasien perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan pasien laki-laki yaitu sebanyak 60 orang pasien
perempuan (36,8%) dan 35 orang pasien laki-laki (36,8%). Jumlah pasien
kelompok 1 yang datang ke poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar
Bukittinggi, paling banyak dijumpai pada kelompok usia 41-50 tahun dengan
jumlah pasien paling sedikit adalah dari kelompok usia 21-30 tahun yaitu
hanya 23,1%. (Tabel 2)
Tabel 4. DATA DEMOGRAFIS PASIEN KELOMPOK 2 POLI PSIKIATRI RSUD
Dr. AHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
Variabel Pasien Poli Psikiatri (n = 95)
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
Dari 95 orang pasien kelompok 2 yang datang ke poli psikiatri RSUD
Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi, jumlah pasien perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan pasien laki-laki yaitu sebanyak 51 orang pasien
perempuan (53,7%) dan 44 orang pasien laki-laki (46,3%). Jumlah pasien
yang datang ke poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi, paling
banyak dijumpai pada kelompok usia 41-50 tahun dengan persentase 50,6%,
diikuti oleh kelompok usia 31-40 tahun yaitu 26,3%, dan jumlah pasien paling
4.2 Frekuensi Xerostomia
Frekuensi xerostomia pada pasien poli psikiatri dibagi dalam beberapa
kelompok yaitu kelompok responden yang menggunakan obat antidepresan
dan kelompok responden yang tidak menggunakan obat antidepresan.
Frekuensi xerostomia akan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDEPRESAN DENGAN
XEROSTOMIA
Penggunaan obat antidepresan Xerostomia Jumlah
Ya Tidak
Kelompok I
(pasien yang menggunakan obat
antidepresan)
83 (43,7%) 12 (6,3%) 95 (50%)
Kelompok II
(pasien yang tidak menggunakan
obat antidepresan)
36 (18,9%) 59 (31,1%) 95 (50%)
Jumlah 119 (62,6%) 71 (37,4%) 190 (100%)
x2 = 49,767 df = 1 p = 0,0001
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 190 orang responden,
dijumpai pada kelompok I pasien yang mengalami xerostomia sebanyak 83
orang, dan pada kelompok II pasien yang mengalami xerostomia sebanyak 36
orang. Pada uji Pearson chi-square, nilai p yang diperoleh adalah 0,0001.
bermakna antara penggunaan obat antidepresan terhadap terjadinya
xerostomia. (Tabel 5)
Tabel 6. FREKUENSI XEROSTOMIA PADA RESPONDEN YANG
MENGGUNAKAN OBAT ANTIDEPRESAN BERDASARKAN JENIS
KELAMIN
Jenis Kelamin
Xerostomia
Jumlah
Ya Tidak
n (%) n (%)
Laki-laki 31 (32,6%) 4 (4,2%) 35 (36,8%)
Perempuan 52 (54,7%) 8 (8,4%) 60 (63,2%)
Jumlah 83 ( 87,4%) 12 (12,6%) 95 (100%)
x2 = 0,73 df = 1 p = 0,529
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 95 orang responden, dijumpai
pasien perempuan yang menggunakan obat antidepresan adalah paling banyak
memiliki gejala xerostomia yaitu 52 orang (54,7%) dibandingkan dengan
pasien laki-laki yang menggunakan obat antidepresan. Pada uji Pearson
chi-square, nilai p yang diperoleh adalah 0,529. Nilai p > 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis
Tabel 7. FREKUENSI XEROSTOMIA PADA RESPONDEN YANG
MENGGUNAKAN OBAT ANTIDEPRESAN BERDASARKAN LAMA
PENGGUNAAN OBAT ANTIDEPRESAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 95 orang responden, pasien yang
menggunakan obat antidepresan dengan lama penggunaan > 3 tahun paling
banyak memiliki gejala xerostomia yaitu 43 orang (45,3%) dibandingkan
dengan pasien yang menggunakan obat antidepresan lainnya. Pada uji
Pearson chi-square, nilai p yang diperoleh adalah 0,006. Nilai p < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara lama
Tabel 8. FREKUENSI XEROSTOMIA PADA RESPONDEN YANG
MENGGUNAKAN OBAT ANTIDEPRESAN BERDASARKAN JENIS
OBAT
Jenis Obat yang
Digunakan
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 95 orang responden, pasien dengan
jenis obat golongan trisiklik paling banyak banyak memiliki gejala xerostomia
yaitu 58 orang (61,1%) dibandingkan dengan pasien yang menggunakan jenis
obat lainnya. Pada uji Pearson chi-square, nilai p yang diperoleh adalah
0,0001. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
hubungan yang bermakna antara jenis obat antidepresan yang digunakan
BAB 5
PEMBAHASAN
Xerostomia merupakan sensasi subjektif kekeringan mulut yang dapat
terjadi akibat efek samping penggunaan obat-obatan yang salah satu
diantaranya adalah obat antidepresan. Penelitian ini memperlihatkan adanya
hubungan penggunaan obat antidepresan dengan xerostomia. Obat-obatan ini
dapat mengubah jalan saraf yang merangsang sekresi kelenjar ludah. Menurut
Michael M Page obat antidepresan paling banyak menyebabkan xerostomia.8
Obat ini selain sebagai obat antikolinergik juga mempunyai efek samping
simpatomimetik.22 Obat antidepresan bekerja menghambat histaminik,
kolinergik dan reseptor α-1-adrenergik.7, 23 Efek samping obat antidepresan
salah satunya adalah efek antikolinergik akibat blokade reseptor muskarin
dengan menimbulkan xerostomia.7, 16
Depresi sendiri tanpa obat-obatan dapat juga menyebabkan gejala
subjektif mulut kering. Depresi dirawat secara teratur dengan obat
mempengaruhi kesehatan mulut. Depresi dan obat antidepresan keduanya
berhubungan dengan xerostomia.26 Menurut Locker yang dikutip dari M.
Berghdal dan J.Berghdal melaporkan bahwa penggunaan obat-obatan dan
mengalami perubahan kehidupan dalam keadaan stress mempunyai efek yang
sinergis pada kekeringan mulut yang subjektif.4 Penelitian menyatakan bahwa
satu dari efek psikologis depresi adalah perubahan endokrin dan sistem
pengaturan monoamine yang menyebabkan perubahan pada jumlah dan
keadaan produksi saliva. Depresi paling sedikit dapat merupakan disfungsi
metabolisme neurotransmiter, oleh karena itu obat antidepresan ditujukan
pada proses ini. Sekresi kelenjar saliva juga dipengaruhi oleh transmiter
sehingga obat-obatan ini sering mempunyai efek samping berkurangnya
produksi saliva.26 Pasien dengan kondisi depresi dapat mengeluh mulut kering
tanpa adanya terapi obat atau bukti berkurangnya aliran saliva. Oleh karena
itu penting diketahui bahwa beberapa pasien yang mengeluh mulut kering
karena penggunaan obat, tetapi tidak menunjukkan berkurangnya aliran saliva
atau gangguan kelenjar saliva, hal ini dapat merupakan keluhan psikogenik.7
Penelitian yang dilakukan di poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar
Bukittinggi terdiri dari 79 orang laki-laki dan 111 orang perempuan.
Responden yang menggunakan obat antidepresan dalam penelitian ini terdiri
dari 35 orang laki-laki dan 60 orang perempuan. Perbandingan penggunaan
obat antidepresan pada laki-laki dan perempuan di RSUD Dr. Ahmad
Mochtar Bukittinggi adalah 7:12. Penelitian oleh Joseph J. Keene, Gail T.
perempuan dengan laki-laki yang menggunakan obat antidepresan, konsisten
dengan penelitian lainnya yaitu peningkatan prevalensi penggunaan obat
antidepresan pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.9
Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami
xerostomia dibandingkan laki-laki yang menggunakan obat antidepresan.
Menurut literatur, prevalensi xerostomia pada perempuan umumnya lebih
tinggi daripada laki-laki.3 Obat antidepresan yang paling banyak digunakan di
RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi adalah golongan trisiklik. Laki-laki
dan perempuan dapat berbeda dalam merespon farmakokinetik terhadap
trisiklik pada beberapa indeks autonomik dan berbagai respon adrenergik
reseptor mediated.7 Selain itu perempuan mempunyai tingkat yang lebih
rendah dari sintesis serotonin otak dan mempunyai kepekaan yang lebih besar
terhadap efek depresan. Prevalensi xerostomia pada perempuan umumnya
lebih tinggi daripada laki-laki.3
Menurut Ronald L Ettinger, prevalensi xerostomia bervariasi dari 13%
- 28% pada populasi orang dewasa dan meningkat sampai 60% pada pasien
yang hidup dengan pengobatan jangka panjang.6 Lima puluh tujuh persen
pasien yang di rawat jalan mengeluhkan mulut kering dan dari semua pasien,
penyebab utamanya adalah penggunaan obat-obatan psikiatri.7 Efek obat
antidepresan terhadap depresi biasanya terlihat setelah penggunaan obat tiga
sampai empat minggu, maka untuk mendapatkan perubahan suasana perasaan
dari pasien tersebut diperlukan jangka panjang. Pada penelitian ini dijumpai
dengan lama penggunaan obat antidepresan selama lebih dari 5 tahun paling
banyak mengalami xerostomia.
Kebanyakan obat antidepresan menyebabkan xerostomia. Obat-obatan
dengan aktifitas antikolinergik yang signifikan seperti trisiklik lebih mungkin
menyebabkan komplikasi oral seperti efek terhadap fungsi saliva sering
berlangsung lama. Antidepresan yang lebih baru seperti Venlafaxine,
Reboxetine, dan Selective Serotonine Inhibitors (SSRIs) dapat menyebabkan
kekeringan mulut tapi hal ini kemungkinan ringan dan bersifat sementara,
seperti yang sering pada kasus dengan psikostimulan.8 Selama tahun 1960-an,
trisiklik merupakan obat antidepresan yang paling banyak digunakan di
Amerika Serikat. Keefektifannya dipercaya berhubungan dengan
meningkatkan neurotransmiter serotonin dan noradrenalin pada sinaps.
Trisiklik menghambat histaminik, kolinergik perifer dan reseptor α
-1-adrenergik yang menyebabkan efek samping seperti xerostomia.9 Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelompok responden yang
menggunakan obat antidepresan dengan golongan trisiklik paling banyak
mengalami xerostomia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Joseph J.
Keene, Gail T. Galasko, Martin F. Land sebelumnya yang menyatakan bahwa
pasien yang mendapat pengobatan dengan satu golongan obat antidepresan
memiliki potensi xerostomia.9
Hasil penelitian di RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi obat yang
penelitian Joseph J. Keene, Gail T. Galasko, Martin F. Land di Amerika
Serikat obat yang paling banyak digunakan adalah obat golongan SSRIs. Hal
ini karena pasien poli psikiatri RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi banyak
yang menggunakan obat generik.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara penggunaan obat antidepresan terhadap terjadinya xerostomia.
Frekuensi terjadinya xerostomia tergantung pada usia pasien, jenis kelamin,
lama penggunaan obat antidepresan, jenis obat antidepresan yang digunakan.
Pada perempuan prevalensi xerostomia lebih tinggi daripada laki-laki. Usia
digunakan paling mempengaruhi terjadinya xerostomia. Semakin
meningkatnya usia semakin meningkat terjadinya xerostomia.
6.2 Saran
Dokter dan dokter gigi agar dapat bekerja sama dengan psikiatri dalam
merawat pasien yang menggunakan obat antidepresan. Pasien yang
menggunakan obat antidepresan mempunyai potensi terjadinya efek samping
yang merugikan dan mempunyai implikasi klinis langsung untuk perawatan
kesehatan rongga mulut. Penting untuk diketahui oleh dokter gigi mengenai
obat-obatan yang meningkatkan resiko xerostomia dan untuk kebutuhan
program pencegahan intensif. Program pencegahan ini dapat berupa edukasi
menjaga kesehatan rongga mulut, pemakaian obat-obatan yang dapat
merangsang kelenjar saliva, meningkatkan asupan cairan, dan secara teratur
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Xerostomia.
2. Olver NI. Xerostomia: a common adverse effect of drugs and radiation. Aust
prescr 2006 ; 29 : 97.
3. Guggenheimer J, Moore PA. Xerostomia etiology recognition and treatment.
digunakan paling mempengaruhi terjadinya xerostomia. Semakin
meningkatnya usia semakin meningkat terjadinya xerostomia.
6.2 Saran
Dokter dan dokter gigi agar dapat bekerja sama dengan psikiatri dalam
merawat pasien yang menggunakan obat antidepresan. Pasien yang
menggunakan obat antidepresan mempunyai potensi terjadinya efek samping
yang merugikan dan mempunyai implikasi klinis langsung untuk perawatan
kesehatan rongga mulut. Penting untuk diketahui oleh dokter gigi mengenai
obat-obatan yang meningkatkan resiko xerostomia dan untuk kebutuhan
program pencegahan intensif. Program pencegahan ini dapat berupa edukasi
menjaga kesehatan rongga mulut, pemakaian obat-obatan yang dapat
merangsang kelenjar saliva, meningkatkan asupan cairan, dan secara teratur
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Xerostomia.
2. Olver NI. Xerostomia: a common adverse effect of drugs and radiation. Aust
prescr 2006 ; 29 : 97.
3. Guggenheimer J, Moore PA. Xerostomia etiology recognition and treatment.
4. Berghdal M, Berghdal J. Low unstimulated salivary flow and subjective oral
dryness: association with medication, anxiety, depression and stress. J Dent
Res 2000 ; 79(9) : 1652
5. Sandom F. Gerodontology. In. Ireland R. ed. Clinical textbook of dental
hygiene and theraphy. UK : Blackwell Publishing Company, 2006 : 366-367.
6. Ettinger RL. Review: xerostomia: a symptom like a disease. Age and ageing
1996 ; 25 : 409.
7. Scully C, Bagan JV, Adverse drug reaction in the orofacial region. Crit Rev
Oral Biol Med 2004 ; 15(4) : 221-222.
8. Page MM. Psycothropic drugs and dentistry. Aust prescr 2007 ; 30(4) : 98.
9. Keene JJ. Galasko GT. Land MF. Antidepressant use in psychiatry and
medicine importance for dental practice. JADA 2003 ; 134 : 71-77.
10.Boedi S. Penelusuran penyebab xerostomia dan penatalaksanaannya dalam
bidang kedokteran gigi. JITEKGI 2006 ; (3)3 : 71-73.
11.Ganda KM. Dentist’s guide to medical conditions and complications. USA :
A John Weiley & Son Inc Publication, 2008 : 369.
12.Haveles EB. Applied Pharmacology for the dental hygienist. USA : Elsevier
Inc, 2007 : 267.
13.Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab manifestasi
dan penanggulannya.
November 2009)
14.Bartels CL. Xerostomia information for dentist.
15.Farthing P. Oral medicine and pathology. In. Ireland R. ed. Clinical textbook
of dental hygiene and theraphy. UK : Blackwell Publishing Company, 2006 :
62.
16.Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting khasiat penggunaan dan efek
sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2002 : 434-439.
17.Singh s. Pharmacology for dentistry. New Delhi : NEW AGE
INTERNATIONAL (P) LIMITED, PUBLISHERS, 2007 : 101-104.
18.Departemen Faramakolgi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Univarsitas
Indonesia. Farmakologi dan terapi. Jakarta : Gaya Baru, 2000 ed 4 : 157-161.
19.Departemen Faramakolgi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Univarsitas
Indonesia.Farmakologi dan terapi. Jakarta : Gaya Baru, 2007 ed 5 : 171-177.
20.Anonymous. Obat depresan.
2009).
21.Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Alih bahasa. Sjabana D,
Isbandiati E, Basori A, dkk. Jakarta : Penerbit Salemba Medika, 2002 ;
283-284.
22.Chung K, Fakhri P, Naderiani L, dkk. Management of medication induced
xerostomia an evidence based report.
23.Anonymous. Treatment of Drug-induced Xerostomia.
24.Amerogen AV. Ludah dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Alih bahasa
Rafiah Abyono. Gadjah Mada University Press, 1991 : 6-17.
25.Zanni RG. Xerostomia is more than an inconvenience. Pharmacy Times 2007.
26.Reese LR. Depression and dental health. Clinical Update Naval Postgraduate
Dental School National Naval Dental Centre Bethesda Maryland 2003 ; 25 (1)
: 1.
27.Navazesh M. How can oral health care providers determine if patients have
dry mouth. JADA 2003 ; 134 : 613.
28.Spolarich AE. Medication use and xerostomia treating drug-induced dry
mouth.
Maret 2010)
29.Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu
kesehatan gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006 ; 31.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN
Selamat pagi Bapak/Ibu,
Saya Vanazia Rizka Anggarini mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang menjalani progam pendidikan dokter gigi semester akhir di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian dengan judul ‘Hubungan Penggunaan Obat Antidepresan (antimurung) Terhadap Terjadinya Mulut Kering Pada Pasien Poli Psikiatri RSUD Ahmad Mochtar Bukittinggi’. Saya mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan obat antidepresan (antimurung) dengan terjadinya mulut kering. Manfaat dari penelitian ini adalah memberi pengetahuan kepada Bapak/Ibu tentang mulut kering yang terjadi dan dapat menjaga kesehatan rongga mulut agar tidak terjadi mulut kering.
Bapak/Ibu sekalian, pasien yang menggunakan obat antidepresan (antimurung) biasanya akan mengalami mulut kering. Hal ini dapat menimbulkan rasa terbakar pada mulut bila digunakan pada waktu yang lama sehingga diperlukan penjagaan kesehatan rongga mulut yang lebih baik.
Pemeriksaan yang akan saya lakukan adalah dengan memeriksa langsung rongga mulut, apakah dijumpai mulut kering. Dalam pemeriksaan ini, saya akan meminta Bapak/Ibu untuk membuka mulut selama 2-3 menit. Apabila Bapak\Ibu bersedia diperiksa rongga mulutnya, kemudian saya akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan spatel kayu (batang es krim) yang disentuhkan ke bagian dalam pipi Bapak/Ibu.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan mempengaruhi mutu pelayanan dari dokter bila Bapak/Ibu bila tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Bapak/Ibu akan tetap mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.
Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya. Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan kerahasiaan akan tetap dijaga.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Jika selama menjalankan penelitian ini akan terjadi keluhan pada Bapak/Ibu , silakan menghubungi saya Vanazia Rizka Anggarini ( HP: 08122097798)
Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan*)
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpartisipasi pada penelitian ini.
Mahasiswa Peneliti Bukittinggi, ……, ..….. 2010
Peserta penelitian
Vanazia Rizka Anggarini __________________
KUESIONER
Nama : No.kartu :
Umur : Tanggal :
Jenis kelamin :
Alamat : No. Tel/HP :
1. Apakah mulut anda terasa kering saat ini? Ya Tidak
2. Apakah anda sulit menelan? Ya Tidak
3. Apakah mulut anda terasa panas atau terbakar? Ya Tidak
4. Apakah air ludah anda terasa sedikit? Ya Tidak
5. Apakah anda memerlukan air minum untuk
membantu menelan makanan? Ya Tidak
6. Apakah anda kesulitan menelan makanan yang kering? Ya Tidak
7. Apakah anda bangun pada malam hari untuk minum? Ya Tidak
8. Apakah anda menghisap permen untuk mengurangi
REKAM PASIEN
Nama : No.kartu :
Umur : Tanggal :
Jenis kelamin :
Alamat : No. Tel/HP :
Jenis obat antidepresan : 1. Golongan trisiklik 2. Golongan SSRIs 3. Golongan MAOIs 4. Golongan heterosiklik 5. Golongan SNRIs
Jika no.1
1. Imipramine 5. Doxepine
2. Amitriptiline 6. Nortriptyline
3. Clomipramine 7. Protriptyline
4. Desipramine 8. Trimipramine
Jika no.2
1. Amoksapine 4. Bupropion
2. Maptrotiline 5. Mirtazapin
3. Trazodon 6. Nefazodon
Jika no.3
1. Fluoxetine 4. Fluvoxamine
2. Paroxetine 5. Citalopram
3. Setraline
Jika no.4 Jika no.5
1. Isokarboksazid 1. Venlafaxine
2. Phenelzine 2. Trazodone
3. Tranylcypromine 3. Nefazodone
4. Mirtazapine 5. Bupropion
Lamanya pemakaian obat antidepresan:
1) < 6 bulan 3) 1 - 3 tahun 2) 6 bulan -1 tahun 4) > 3 tahun
Spatel lengket pada mukosa pipi Ya Tidak
CROSSTABS
/TABLES=KELOMPOK BY XEROSTOMIA /FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ
/CELLS= COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL .
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Kelompok * Xerostomia Crosstabulation
Chi-Square Tests Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35. 50.
b.
CROSSTABS
/TABLES=JENIS_KELAMIN BY XEROSTOMIA /FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ
/CELLS= COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
Case Processing Summary
95 100.0% 0 .0% 95 100.0%
Jenis Kelamin * Xeros tomia
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Jenis Kelamin * Xerostomia Crosstabulation
31 4 35 % within Jenis Kelamin % within Xerostomia % of Total
Count
Expected Count % within Jenis Kelamin % within Xerostomia % of Total
Count
Expected Count % within Jenis Kelamin % within Xerostomia Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df
Computed only for a 2x2 table a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4. 42.
b.
/TABLES=LAMA BY XEROSTOMIA /FORMAT= AVALUE TABLES /STATISTIC=CHISQ
/CELLS= COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL .
Crosstabs
[DataSet0]
Case Processing Summary
95 100.0% 0 .0% 95 100.0%
Lama Penggunaan Obat * Xerostomia
N Percent N Percent N Percent
Valid Mis sing Total
Chi-Square Te sts minimum expected count is .76.
a.
CROSSTABS
/TABLES=JENIS BY XEROSTOMIA /FORMAT= AVALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ
/CELLS= COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL .
N Percent N Percent N Percent
Valid Mis sing Total
Jenis Obat yang Digunakan * Xerostomia Crosstabulation % within Jenis Obat yang Digunakan % within Xerostomia % of Total
Count
Expected Count % within Jenis Obat yang Digunakan % within Xerostomia % of Total
Count
Expected Count % within Jenis Obat yang Digunakan % within Xerostomia % of Total
Count
Expected Count % within Jenis Obat yang Digunakan minimum expected count is 1.01.