• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasciolasis pada Domba dan Kambing di Rumah Potong Hewa Kotamadya Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fasciolasis pada Domba dan Kambing di Rumah Potong Hewa Kotamadya Bogor"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Veteriner 1996. Vol. (1)

FASCIOLASIS PADA DOMBA DAN

DI

KOTAMADYA

W. S. ESTUNINGSIH,

A. SETIYONO, E.

Telah dilakukan penelitian fasciolasis pada domba dan kambing yang dipotong

Potong pada bulan November Desember 1992.

Sebanyak 192 ekor domba dan kambing telah diamati terhadap kejadian fasciolasis pada organ hatinya. penelitian yang dilakukan adalah dengan

skoring derajat pada organ dengan melihat gambaran dan mikroskopik.

Hasil menunjukkan gambaran normal

dan 85.94% terinfeksi yaitu terinfeksi akut dan 9.88% terinfeksi kronis. Sedangkan gambaran mikroskopik organ yang terinfeksi secara akut adalah perdarahan. degenerasi sel peradangan dan buluh empedu. sel

radang. dan pada mukosa buluh empedu. infeksi kronis

radang granuloma, dan fibrosis.4

PENDAHULUAN

Fasciolasis adalah yang disebabkan oleh infeksi cacing Trematoda dengan spesies Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. cacing ini pada temak ditularkan siput famili Lymnaeidae. Cacing Fasciola hepatica

pada umumnya di daerah beriklim gigantica ditemukan

daerah yang tropis (Fisher dan Say. 198 1; Over, 1982 dalam

1988; Blood dan 1989).

Fasciolasis pada ternak dapat ekonomi yang cukup besar akibat dari organ terganggunya

dan juga daya terhadap infeksi

virus (Soulsby, 1982). Edney dan (1962) memperkirakan 6

-

10 % domba dan kambing yang dipotong di Indonesia terinfeksi oleh cacing

1

JI. 3,

(2)

Penelitian dilakukan untuk mengetahui prevalensi fasciolasis pada domba dan

kambing yang di Potong dan mengetahui

derajat organ secara makroskopi (patologi dan fasciolasis.

DAN

Penelitian dilakukan di Potong (RPH) Kotamadya dan di Laboratorium Patologi Veteriner Kedokteran Penelitian berlangsung sejak bulan 1992 sampai Juli 1993.

Bahan

Organ yang pada penelitian adalah domba dan kambing yang diperoleh dari RPH diperoleh dari yang pada hari yang

Pengambilan dilaksanakan selama bulan November dan Desember 1992 dengan 16 pengambilan. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan makroskopi dan mikroskopi organ Secara makroskopi perubahan pada organ

3 kelompok yaitu normal. infeksi akut dan kronis. Kemudian lesio diberi skor 0 IV luasan lesio. yaitu sebagai berikut :

0 : normal

I : adanya perdarahan pada kapsula; permukaan adanya sarang radang dan di seluruh permukaan : sarang radang 0,5 1 cm di seluruh permukaan

saluran empedu menebal.

: mulai mengalami sirosis dengan luasan sepertiga saluran empedu menebal dan ditemukan cacing

IV : mengalami sirosis dengan luasan setengah lebih; saluran empedu menebal dan ditemukan cacing.

: skor I dan Infeksi kronis : skor dan IV

Organ untuk pemeriksaan mikrokopi. dalam

(3)
(4)

2. Hasil Organ Domba yang di RPH Pada bulan November-Desember 1992

dengan derajat kerusakan menunjukkan adanya degenerasi

dan degenerasi lemak. disertai peradangan dengan sel radang eosinofil yang limfosit serta kadang-kadang Peradangan pada derajat sudah mulai membentuk radang granuloma yang ditandai oleh

sel raksasa serta tenunan

Penambahan buluh empedu radang pada buluh empedu mulai terlihat. Perubahan pada derajat kerusakan sel mengalami degenerasi

lemak dan atau dengan yang adalah radang granuloma,

peradangan pada dan sekitar buluh empedu serta terbentuk ikat (fibrosis).

Pada dengan derajat kerusakan IV ditemukan semakin terbentuk jaringan ikat. Degenerasi sel diperkirakan te rjadi akibat toksin yang dihasilkan oleh hadirnya cacing dan juga akibat metabolisme. Adanya eosinofil menandakan bahwa radang yang terjadi adalah akibat infeksi cacing. adanya netrofil menggambarkan terjadinya infeksi oleh agen lain sebagai sekunder akibat retensi empedu atau kerusakan oleh cacing. Iritasi dari toksin hasil metabolit dapat memberikan hasil yang halnya yang digambarkan oleh Kelly Jubb et

(1985).

Gambaran utama yang menyingkir adalah buluh empedu mengalami

(5)

empedu serta fibrosis. yang diperoleh adanya eosinofil,

pada buluh empedu serta cacing serta adanya 'globula leucocyte'

radang cacing

Fibrosis pada dengan derajat

dan IV, derajat IV adalah yang terluas. Fibrosis dimulai di buluh empedu

yang ke

Domba dan kambing yang dipotong di Potong pada bulan November

-

Desember 1992, 85.94% menderita fasciolasis yaitu 58.85% tergolong kerusakan dengan derajat I; derajat derajat dan derajat IV.

jumlah infeksi akut bagian yaitu

yang mempunyai normal

Perubahan mikroskopik alubat infeksi cacing berbeda lamanya infeksi. Perubahan dapat digolongkan menjadi kelompok yaitu kelompok perubahan akut dan kronis. Pada stadium tampak adanya degenerasi sel peradangan dan buluh empedu. radang, serta adanya 'globula leucocyte' pada mukosa buluh empedu. Pada stadium kronis fokus-fokus radang granuloma. dan fibrosis.

UCAPAN TERIMA

Ucapan kasih kepada Drh. Hernomoadi, Drh.

Soetijono Partosoedjono, yang telah memberikan ini.

DAFTAR

Blood, D. C. and 0. M. Radostits. 1989. Veterinary medicine. A textbook of the diseases of cattle, sheep, pigs, goats and horses. 7th ed. Bailliere London. 1502 hal. Edney. J. M. and A. 1962. Fasciolasis in Indonesia livestock. Communicationes

hal : 49-62.

Fisher, M. S. and R. R. Say. 1981. Manual of tropical veterinary parasitology. CAB International. hal : 63-73.

Jubb. K. V. F.. P. C. Kenedy, N. Palmer. 1985. Pathology of domestic animals. 3rd ed. Academic Press Inc. 697

Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths. arthropods and protozoa of domestic animals. 9th ed. Lea and Febiger. 809

(6)

Selanjutnya

dan

dipotong dengan 5 dengan hematoxylin dan

DAN

PEMBAHASAN

Selama kurun dua bulan yaitu sejak awal bulan November bulan Desember 1992. telah diamati 192 ekor domba dan kambing yang dipotong di

Pengamatan 16 kali dan tidak setiap 1). 192 ekor

domba dan kambing tersebut, ditemukan 27 ekor dengan normal yaitu organ tidak terinfeksi oleh cacing Sedangkan sebagian yaitu 165 ekor (85.94%) hatinya mengalami kerusakan dengan perubahan patologi anatomi yang

Sebanyak 146 ekor terinfeksi dengan perubahan derajat I

yang derajat I yaitu 113 ekor organ

menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa titik perdarahan pada kapsula, permukaan tidak rata (mengalami retraksi) dan adanya sarang radang yang di permukaan Derajat perubahan ditemukan sebanyak 33 ekor (17.19%) dengan kerusakan berupa adanya fokus peradangan berdiameter 0.5 1 cm disertai dengan perdarahan dan eksudat pada permukaan dan buluh empedu sedikit menebal dan kadang-kadang dltemukan cacing dewasa.

19 ekor (9.88%) domba dan kambing memiliki stadium perubahan yang dicirikan dengan terbentuknya sirosis dan penebalan pada buluh empedu. Pada

organ ditemukan cacing dewasa. Sebanyak (10 ekor)

termasuk derajat dengan lebih sepertiga sirosis. Sedangkan 4.69% (9 ekor) termasuk derajat IV dengan luas sirosis setengah lebih.

Pengamatan organ dengan derajat PA I menunjukkan

adanya perdarahan. infiltrasi sel

Gambar

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Patolog Anatomi Hati Domba dan
Tabel 2. Hasil

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pengukuran ini akan dapat diketahui pola kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan kepala bidang dan sekretariat di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten

Sedangkan berdasarkan keadilan indivi- du, persepsi adil atau tidaknya pemberian gaji dapat dinilai dari adanya kesadaran masing-masing individu atau karyawan bahwa gaji

Jeruk Keprok Gayo - Aceh adalah produk buah segar spesifik dan berkualitas tinggi yang telah dikembangkan di wilayah Dataran Tinggi Gayo dengan ciri dan kualitas

Maironio lyrikoje gamta regima ir kaip objektyvi tikrovė, turinti savus dėsnius, savo ciklą.. Gamta žmogų savaip džiugina ir guodžia, padeda susivokti dvasiniame, gyvenime, lemia

Dalam hal ini analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan

Parwiro, et al, (2014), melakukan penelitian tentang Optimasi Biaya dan Waktu dalam Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung

Berhati-hatilah bila pada saat pasien datang dengan ketoasidosis, kadar kaliumnya rendah atau pada batas bawah normal karena berarti ada kekurangan kalium yang berat

Selain itu, perhitungan harga pokok produksinya pun masih belum tepat karena biaya bahan baku langsung belum dihitung berdasarkan standar yang spesifik dan