• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru Dan Siswa-Siswi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Soreang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru Dan Siswa-Siswi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Soreang"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

NEGERI 1 SOREANG

( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

EVA INDAH SUCHARYANI SIREGAR

41807023

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(2)

ABSTRAK

iv

PROSES KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR ANTARA GURU DAN SISWA-SISWI

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI I SOREANG

( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )

Oleh:

Eva Indah Sucharyani Siregar NIM. 41807023

Pembimbing: Drs. Manap Solihat, M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana”Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri I Soreang ( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )”. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat, maksud dan tujuan, kemampuan anggota dan proses komunikasi.

Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, dokumentasi, studi pustaka, internet searching dan observasi. Jumlah informan yang didapatkan sebanyak 7 ( tujuh ) orang yang diantaranya adalah kepala sekolah SMAN 1 Soreang, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru serta siswa-siswi di SMAN 1 Soreang. Tenik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses komunikasi dapat berjalan secara efektif bila adanya komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswanya. Dalam praktiknya proses komunikasi dilakukan secara terminologi tatap muka (face to face) agar setiap anggota dalam kegiatan belajar mengajar dapat saling berinteraksi, jumlah partisipan siswa didalam kelas harus disesuaikan dengan kapasitas kelas karena bila melebihi kapasitas yang ditentukan maka pesan yang disampaikan tidak efektif, maksud dan tujuan yang dikehendaki adalah terjadinya perubahan sikap, perilaku, pendapat dan perubahan sosial, kemampuan anggota dapat dilihat dari hasil akhir dari kegiatan belajar mengajar yang didapatkan siswa.

Kesimpulan dari hasil penelitian, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus

mampu memposisikan dirinya agar lebih dekat dengan siswa agar guru dapat menentukan sikap sehingga proses komunikasi dapat berjalan efektif.

Saran peneliti bagi SMAN 1 Soreang setelah melaksanakan penelitian ini bahwa

(3)

AT SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI 1 SOREANG

(Descriptive Study Hits Process Learns To Teach Between Teacher And Students At SMAN 1 Soreang Kabupaten Bandung) (Descriptive Study Hits Process Learns To Teach Between Teacher And Students At SMAN 1

Soreang Kabupaten Bandung)”. To achieve aim so showed question about how does interaction face to face, participant total in concerned, purpose and aim, member ability and communication process

In this research used a quantitative using A descriptive method. Data collections technique by using a interview, documentation, book study, internet searching and observation. Informant total got as much as 7 (seven) person between Headmaster SMAN 1 Soreang, curriculum part headmaster deputy, teacher with students at SMAN1 Soreang. Tenik data analysis that used data rediction, data collecting, data presentation, and conclusion with drawing.

These result indicate that the communication process can be run effectively if the two-way communication is conducted by teacher and students.In practice communication process be done according to terminology face to face so that every member in school activity can interact, student participant total insides class must be accustommed with class capacity because when exceed capacity that determined so message that submitted not effective, purpose and aim desire the happening of attitude change, behaviour, opinion and social change, member ability visible from end result from school activity that is got student.

The conclusions of the research, in teacher school activity must can to position self so that bearer with student so that teacher can determine attitude so that communication process ambulatory effective.

(4)

vi

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas segala rakhmat, berkat dan hidayah-Nya peneliti mampu menyelesaikan Skripsi Strata Satu yang berjudul Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru Dan Siswa-Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Soreang ( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )“ dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini bukan merupakan suatu yang instant. Ini merupakan buah dari proses yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan fikiran. Tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non tekhnis. Namun atas izin Tuhan YME, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang terasa jauh bila dikatakan baik apalagi sempurna. Namun peneliti yakin bagaimanapun wujudnya, penelitian skripsi ini adalah salah satu kebanggaan tersendiri bagi peneliti.

(5)

vii

berguna bagi orang tua, keluarga , bangsa dan Negara, Amien.

Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tentu, tanpa dukungan dan partisipasi mereka, kesuksesan ini tidak dapat diraih. Secara khusus, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih dengan penuh rasa hormat kepada:

1) Yang Terhormat Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo. Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian demi kepentingan tugas akhir serta memberikan pengesahan pada skripsi ini sehingga bisa dijadikan literature bagi lembaga yang membutuhkannya.

(6)

viii

pengetahuannya sehingga peneliti yang pada awalnya tidak tahu menjadi tahu. Terimakasih ”ayahku” karena selalu memberikan yang

terbaik kepada peneliti tanpa merasa lelah untuk mentrasfer ilmu pengetahuan dan berbagai gambaran mengenai masa depan.

3) Yth. Melly Maulin P. M.Si selaku Dosen wali peneliti selama ini yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, kesempatan kepada peneliti untuk sharing. Terimakasih ”ibuku” atas kesabarannya mendidik peneliti agar mampu menjadi manusia yang lebih baik lagi, terimakasih untuk segala dukungannya.

4) Yth. seluruh Staf Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung, seluruh Dosen Luar Biasa yang selalu professional dalam memberikan arahan dan pengajaran kepada peneliti sehingga peneliti bisa lebih bijaksana dan intelektual dalam menyingkapi dunia, karena melalui pendidikanlah menusia mampu lebih bijak dalam bertindak dan menyelesaikan masalah.

(7)

ix

mengajar. Terimakasih karena telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menambah wawasan, pergaulan dan pengalaman serta lebih mengenal bagaimana sebenarnya proses komunikasi yang efektif itu dalam penyampaian pesan.

7) Yth. seluruh Staf Guru dan karyawan yang telah meluangkan waktunya kepada peneliti untuk bertanya mengenai setiap kegiatan belajar mengajar didalam kelas yang berkaitan dengan proses komunikasi.

8) Terimakasih kepada seluruh Namboru dan Uda peneliti yang tidak pernah lelah memberikan nasehat dan motivasinya untuk selalu rajin kuliah, jujur dalam berperilaku, rendah hati ketika besikap serta fokus dalam bertindak. Terimakasih telah menjadi penyeimbang kehidupan peneliti.

9) Terimakasih kepada adik kandungku Joshua Siregar dan Christian Siregar, kalian adalah perpaduan yang luar biasa untuk menjadi manusia yang sukses dikemudian hari.

(8)

x

serta semagat. Terimakasih atas segala bantuan dan keikhlasannya dan hanya Tuhan YME yang bisa membalasnya. Semoga apa yang diharapkan Aip bisa tercapai termasuk menjadi seorang entrepreneur yang sukses sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

11)Terimakasih kepada sahabat-sahabat peneliti yanng selalu setia dalam suka dan duka yaitu Mayang Riantie, Gabriella Victoria Raiza dan Wieke Aryani. Semoga persahabatan ini tidak lekang oleh waktu. Semoga Suriia dan Wewet bisa meraih semua yang dicita-citakan dan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan dari jurusan Ilmu Komunikasi di Unikom Bandung.

12)Terimakasih kepada sahabat-sahabat peneliti yang selalu memotivasi peneliti didalam kelas dan tidak pernah lupa untuk selalu mengingatkan peneliti terhadap tugas-tugas kuliah yang selalu menumpuk. Terimakasih kepada Lina Fatinah, Iha Nurhayati, dan Ratih Gema Utami, Alia Ifada semoga setiap mimpi dan harapan kalian tercapai sehingga dapat berguna bagi keluarga, bangsa dan negara.

(9)

xi

dapat membuat kita menjadi orang yang berguna bagi setiap orang. Terimakasih kepada seluruh pihak yang bisa menjadi panutan baik kepada diri peneliti karena role model yang baik sangat dibutuhkan peneliti demi terciptanya kepribadian diri yang lebih baik lagi, seperti halnya kkehidupan yang selalu ingin mengalami perubahan untuk bisa hidup lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam penulisan penelitian ini, diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa laporan ini belum amat sempurna, oleh karena itu segala saran maupun kritik yang membangun akan penulis terima dengan lapang dada dan tangan terbuka, karena dengan segala kerendahan hati, diharapkan saran dan kritik itu mampu membuat penulis menjadi sosok yang lebih berkembang, maju, produktif, dan inovatif dalam berkarya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. AMIN…

Bandung, Juli 2011

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam membangun sebuah negara, karena pada dasarnya pendidikan adalah kunci dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran pendidikan yang sangat penting membuat hampir setiap negara lebih memfokuskan masalahnya dalam meningkatkan pendidikan terutama salah satunya Negara Indonesia yang lebih mengkonsentrasikan pembangunan dibidang pendidikan.

Salah satu aspek pembangunan tersebut dikarenakan pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti tertera didalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, menyatakan bahwa negara wajib mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam upaya mewujudkan tujuan yang dimaksud setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran, pasal 31 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.

(11)

bantuan, arahan, motivasi, nasihat, dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, dan menanggulangi kesulitan sendiri. Dalam pendidikan dipastikan melalui kegiatan belajar mengajar, belajar mengajar adalah bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam pendidikan antara tenaga kependidikan (guru atau pengajar) dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari kualitas ilmu yang diberikan, namun juga dari faktor-faktor lain, seperti pendidik maupun terdidik dan didukung oleh materi dan fasilitas pendukung berupa infrastruktur yang harus diperhatikan juga ialah bagaimana ilmu (pesan) yang disampaikan itu dapat dikomunikasikan oleh pendidik kepada terdidik. Tentu saja dibutuhkan suatu keahlian dari pendidik (komunikator). Karena jika komunikator tersebut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik maka ilmu atau pesan yang disampaikan pun akan diterima dengan baik oleh komunikannya.

(12)

3

mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaannya bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi.

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan termasuk dalam komunikasi, dalam arti kata proses tersebut melibatkan dua komponen yang terdiri dari manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Pendidikan termasuk kedalam konteks komunikasi kelompok, komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah. Melalui kelompok-kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.

(13)

Sekolah adalah suatu lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau “murid”) dibawah pengawasan guru. Sekolah Mengengah Atas (SMA)

adalah salah satu jenjang pendidikan yang bukan termasuk program wajib belajar Sembilan tahun, namun SMA merupakan sebuah pendidikan formal yang wajib diikuti agar dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.

SMAN 1 Soreang merupakan salah satu SMA negeri di Kabupaten Bandung yang ditunjuk sebagai sekolah rintisan kategori mandiri yang memenuhi standar nasional pendidikan. Oleh sebab itu sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten Bandung. Selain karena memenuhi standarisasi nasional, sekolah tersebut juga banyak mendapatkan penghargaan dari setiap perlombaan yang diikuti apalagi beberapa tahun terakhir sekolah tersebut selalu berupaya memberikan fasilitas pendukung agar siswanya dapat mengikuti perkembangan teknologi sesuai dengan perkembangan informasi saat ini. Dalam kegiatan belajar mengajar, SMAN 1 Soreang berupaya untuk lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswi agar pada kegiatan belajar mengajar siswa-siswi dapat lebih memahami materi yang diberikan oleh guru, melalui media white board dan infokus diharapkan siswa-siswi dapat lebih bersemagat untuk belajar.

(14)

5

mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreatifiitasnya dalam batas-batas norma yang ditegakkan secara konsisten.

Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya setiap guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya bahwa seiring menyampaikan materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam mata pelajaran itu sendiri.

Materi pelajaran dan aplikasi nitai-nilai terkandung dalam mata pelajaran tersebut senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya, agar guru senantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan perkembangan siswanya, maka guru harus memperbaharui dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara terus menerus. Dengan kata lain, diperlukan adanya pembinaan yang sistematis dan terencana bagi para guru.

(15)

1. Karakteristik pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat individualistis non colaboratif.

2. Karakteristik pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap seluruh waktu.

3. Karakteristik pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antar guru rendah.

4. Karakteristik pekerjaan guru tidak pernah mendapatkan umpan balik. 5. Karakteristik pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung

waktu kerja di ruang kelas.1

Karakteristik pertama, pekerjaan guru bersifat individualistis non colaboratif, memiliki arti bahwa guru dalam melaksanakan tugas-tugas pengajarannya memiliki tanggung jawab secara individual, tidak mungkin dikaitkan dengan tanggung jawab orang lain. Pekerjaan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dari waktu ke waktu dihadapkan pada pengambilan keputusan dan melakukan tindakan. Dalam pengambilan keputusan dan tindakan itu harus dilaksanakan oleh guru secara mandiri. Sebagai contoh, ditengah proses belajar mengajar berlangsung terdapat siswa yang tertidur sehingga siswa yang lain berisik. Guru harus mengambil keputusan dan menentukan tindakan saat itu, dan tidak mungkin meminta

1

(16)

7

pertimbangan guru yang lain. Oleh karena itulah, wawasan dan kecermatan sangat penting bagi seorang guru.

Karakteristik kedua, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap seluruh waktu. Hal ini sudah diketahui bersama, bahwa hampir seluruh waktu guru dihabiskan diruang-ruang kelas bersama para siswanya. Implikasi dari hal ini adalah bahwa keberhasilan kerja guru tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi juga oleh motivasi dan dedikasi guru untuk terus dapat hidup dan menghidupkan suasana kelas.

Karakteristik ketiga, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antar guru rendah. Bisa dicermati, setiap hari berapa lama guru bisa berinteraksi dengan sejawat guru. Dalam interaksi ini apa yang paling banyak dibicarakan. Banyak bukti menunjukkan bahwa interaksi akademik antar guru sangat rendah. Rendahnya kontak akademik guru ini disamping dikarenakan soal waktu guru yang habis diserap diruang-ruang kelas, kemungkinan juga karena kejenuhan guru berinteraksi akademik dengan para siswanya.

(17)

mengajar yang diterima oleh guru. Berdasarkan umpan balik inilah guru akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya.

Karakteristik kelima, pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja diruang kelas. Waktu kerja guru tidak terbatas hanya diruang-ruang kelas saja. Dalam banyak hal, justru waktu guru untuk mempersiapkan proses belajar mengajar diruang kelas lebih lama.

Disamping karakteristik pekerjaan guru, karakteristik disiplin ilmu pengetahuan sangat penting artinya untuk dipahami, khususnya oleh guru sendiri. Sebab, guru harus menjiwai disiplin ilmu yang harus diajarkan. Namun realitas menunjukkan bahwa kualitas guru belum sebagaimana yang diharapkan. Berbagai usaha yang serius dan sungguh-sungguh serta terencana harus secara terus menerus dilakukan dalam pengembangan kualitas guru.

Agar dapat mengkomunikasikan pesan secara efektif maka guru harus mempunyai kemampuan dasar, diantaranya adalah :

1. Didaktik, yakni kemampuan untuk menyampaikan sesuatu secara oral atau ceramah, yang dibantu dengan buku teks, demontrasi, tes, dan alat bantu tradisional lain;

(18)

9

siswa mampu mempraktekkan keterampilan tersebut, serta segera memberikan umpan balik atas apa yang dilakukan siswa; dan,

3. Socratic atau mauitic question, dimana guru menggunakan pertanyaan pengarah untuk membantu siswa mengembangkan pandangan dan internalisasi terhadap materi yang dipelajari.2

Dengan menguasai tiga kemampuan dasar tersebut, metode mengajar yang dimiliki guru akan dapat diterima dengan baik oleh siswanya.

Dalam memilih materi yang akan disampaikan, guru juga harus memperhatikan aspek-aspek kekinian, artinya apakah materi yang akan disampaikannya relevan dengan perubahan-perubahan dan isu-isu yang terjadi saat ini, apakah materi yang disampaikan bermanfaat bagi siswa dalam menunjang kehidupan yang lebih baik dan produktif dalam kehidupan sehari-hari, guru pun tidak boleh memandang bahwa siswa harus menguasai materi pelajaran sama persis semasa beliau belajar pengetahuan tersebut pada masa lampau, sebab tuntutan dan pemahamannya pun sudah sangat berbeda, dengan demikian maka siswa akan sangat merasa penting melaksanakan belajar guna memenuhi kebutuhan-kebutuhannya pada masa kini.

2

(19)

Dalam memilih materi yang akan disampaikan, guru pun harus

memperhatikan pula karakteristik materi. Yang dimaksud karakteristik disini

adalah penguasaan konsep pada materi yang akan disampaikan apakah tingkat

konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatori atau tingkat formal. Hal ini

sangatlah penting, karena penentuan materi pelajaran yang tidak sesuai

dengan perkembangan penguasaan konsep siswa akan menghasilkan

pembelajaran yang tidak optimal. (Yusuf, 2010)

Dalam mencapai tujuan belajar, peserta didik dituntut untuk aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, agar mereka paham dengan materi (pesan) yang

disampaikan oleh guru. Pemahaman dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008)

berarti menguasai, mengerti, atau memahami, maksudnya ialah siswa tidak

hanya mendapatkan pengetahuan baru untuk dihapalkan, namun mereka juga

mengerti dan menguasai makna dari pesan yang disampaikan oleh guru,

sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena pada kenyataannya, seperti yang dapat kita lihat dalam

lingkungan pendidikan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap suatu

materi, kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi dikarenakan

kurangnya pemahaman siswa dalam mempelajari sebuah konsep yang telah

disampaikan oleh guru, perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang

disampaikan guru sangat rendah, gangguan konsentrasi siswa yang sangat

(20)

11

feedback pada mata pelajaran dan kurang komunikatifnya guru dalam menyampaikan pesan sehinga membuat siswa acuh terhadap pesan yang disampaikan.

Tidak efektifnya pesan yang disampaikan oleh guru dapat dilihat dalam Ujian Nasional yang diadakan oleh pemerintah guna meningkatkan pembangunan dalam bidang pendidikan, Ujian Nasional yang berlangsung pada tahun 2010 menggalami kegagalan, masih banyaknya siswa yang tidak lulus dalam ujian tersebut seharusnya menjadi evaluasi bagi guru agar dapat lebih meningkatkan strateginya dalam mengajar melalui proses komunikasi agar lebih efektif.

(21)

mayoritas yang harus mengulang (99.433 siswa) tidak lulus hanya pada satu mata pelajaran yang diujikan.3

Fenomena mengenai banyaknya siswa yang tidak lulus dalam ujian tersebut merupakan salah satu kurang komunikatifnya guru dalam menyampaikan pesan sehingga tidak menarik perhatian murid untuk mengerti dan mendalami pesan yang disampaikan.

Persamaan makna dari pesan yang disampaikan oleh guru disekolah dapat dilihat dari besarnya nilai dan prestasi siswa yang didapatkan, karena penilaian tersebut merupakan sebuah bentuk pemahaman siswa menyangkut mata pelajaran yang diambil. Bila nilai siswa rata-rata cenderung kecil maka guru tersebut dapat katakan gagal dalam penyampaian pesan sebagai komunikator, namun apabila nilai tersebut diatas rata-rata berarti dapat dipastikan guru tersebut merupakan komunikator yang baik, komunikatif dan dapat mengerti situasi dan kondisi dari muridnya.

Menurut peneliti masalah ini cukup menarik untuk dikaji karena pada pokok permasalahan yang diambil terlihat adanya kesenjangan (gap) dari proses belajar mengajar antara guru dan siswanya. Dari uraian tersebut peneliti berpendapat bahwa pokok permasalahan ini layak untuk dicari solusinya. Permasalahan yang dihadapi guru tidaklah mudah untuk menyelesaikannya, oleh karena itu peneliti melalui penelitian ini akan

3

(22)

13

berusaha mencari solusi yang terbaik, maka peneliti merumuskan masalah

yang akan diteliti sebagai berikut “Bagaimana Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang Kabupaten Bandung ( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, Kabupaten

Bandung ) ?”.

1.2Identifikasi Masalah

Fokus dari permasalahan ini adalah, bagaimana model komunikasi

proses belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi SMAN 1 Soreang. Secara

lebih khusus lagi permasalahan itu dijabarkan dalam identifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana interaksi tatap muka yang dilakukan guru dalam

kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1

Soreang ?

2. Bagaimana cara mengajar guru dalam menangani jumlah

partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar antara

guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ?

3. Bagaimana maksud dan tujuan yang dikehendaki dalam kegiatan

belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ?

4. Bagaimana kemampuan anggota dalam menumbuhkan

karakteristik siswa dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan

(23)

5. Bagaimana Proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui interaksi tatap muka yang dilakukan guru dan siswi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

2. Untuk mengetahui cara mengajar guru dalam menangani jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

3. Untuk mengetahui maksud dan tujuan yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

(24)

15

5. Untuk mengetahui Proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, serta mengenai proses komunikasi yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh siswa-siswinya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk Peneliti

Dijadikan sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan khususnya mengenai Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang agar dapat menerapkan pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan mempertajam nalar.

2. Untuk Akademisi

(25)

dan pengembangan bagi penelitian sejenis lainnya untuk masa yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi program studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas dan segenap aktivitasnya dalam pengembangan Jurnalistik

3. Untuk SMAN 1 Soreang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk mengetahui proses komunikasi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar serta memberikan masukan dan bahan informasi bagi SMAN 1 Soreang.

1.5Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Pada kerangka pemikiran teoritis akan dijelaskan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian untuk membantu menjawab pokok masalah.

(26)

17

bagaimana komunikator tersebut menyampaikan pesan agar komunikan (murid) dapat memaknainya.

Komunikasi merupakan aspek utama dalam melakukan berbagai interaksi, tidak hanya sebatas pada komunikasi kontemporer melalui media verbal saja tetapi melalui berbagai cara termasuk kemajuan teknologi dalam prakteknya. Hal penting dalam mengasumsikan komunikasi sebagi hal sentral dalam berinteraksi adalah dengan adanya penyampaian pesan yang tentunya harus diupayakan dapat disampaiakan melalui komunikasi.

Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaiakan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986:17) yang dikutip oleh wiryanto bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif”.

(Wiryanto, 2004 : 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm(1936 : 2) yang dikutip oleh wiryanto bahwa, “Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu

(27)

Hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pembahasan dalam berkomunikasi adalah adanya proses didalamnya. Makna proses ini memberikan pengertian bahwa adanya langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan arah komunikasi dan dengan cara apa komunikasi tersebut dilakukan. Proses komunikasi kemudian menjadi bagian yang termanisfestasi dalam proses komunikasi sebagai media interaksi. Karena secara mendasar, proses komunikasi menjadi jawaban atas aplikasi komunikasi dan media yang digunakan dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut.

Proses komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.4 Sedangkan Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa “Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)” (Effendy, 1997 : 11). Pikiran

bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

4

(28)

19

Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu, oleh Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut bewutsseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada

komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan. Dalam hal ini peneliti menggunakan komunikasi kelompok sebagai sebuah proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar agar komunikator (guru) dapat menyampaikan pikiran atau perasaannya kepada komunikan (murid).

Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human communication mengatakan bahwa kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuuan tertentu (a small collection of people who interact with each other, usullay face to face, over time in order to reach goals).

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication, memberi batasan

(29)

karakteristik anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of

the other members accurately )” (Sendjaja, 2002 : 3.3).

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud dan tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.

1. Terminology tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkaitan dengan adanya interaksi diantara semua anggota kelompok.

2. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara tiga sampai dua puluh orang agar memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya.

(30)

21

dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif /kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

4. Kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat, ini mengandung arti bahwa anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud atau tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teoritis yang sudah dipaparkan dalam kerangkan teoritis, maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam pengaplikasian penelitian ini.

(31)

konteks komunikasi kelompok. Fungsi pendidikan dalam sebuah kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidaknya bergantung pada beberapa faktor yaitu, interaksi tatap muka (face to face), jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud dan tujuan yang dikehendaki, dan kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik. Fungsi pendidikkan tersebut akan efektif jika setiap anggota (siswa maupun guru) mampu menyampaikan pengetahuan yang berguna bagi seluruh anggotanya. Bila guru selaku kreator tidak mampu memberikan informasi baru bagi siswa-siswi SMAN 1 Soreang maka mustahil fungsi pendidikan akan tercapai. Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan penelitian pada proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar dalam konteks komunikasi kelompok.

(32)

23

non verbal sehingga menyebabkan interaksi antara guru dan siswa-siswi yang mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan kata lain bila adanya interaksi dalam kegiatan belajar mengajar maka pesan yang disampaikan oleh guru melalui proses komunikasi berjalan secara lancar, dan pesan yang disampaikan dapat efektif.

Jumlah Partisispan yang terlibat dalam interaksi juga salah satu yang mempengaruhi proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Jumlah partisipan disini harus disesuaikan dengan kemampuan guru dalam menyampaikan pesan. Karena secara psikologis tidak semua orang mampu berbicara didepan umum dalam kelompok besar. Jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar harus mampu berinteraksi satu sama lain dimana setiap siswa harus dapat melihat dan mendengar pendapat satu sama lain, sehingga proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

(33)

kekuatan mental yang berkaitan pada pembentukan kesimpulan dan penilaian pada pokok masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan anggota yang dimiliki oleh masing-masing siswa diharapkan dapat menumbuhkan karakteristik siswa lainnya sehingga setiap siswa dalam anggota tersebut secara tidak langsung memiliki maksud dan tujuan yang sama dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses komunikasi siswa-siswi SMAN 1 Soreang diharapkan mampu memberikan feedback dari setiap pesan yang disampaikan oleh guru, dimana feedback tersebut dapat diterapkan dapat kehidupan sehari-hari.

1.6Pertanyaan penelitian a. Interaksi tatap muka

1. Bagaimana cara guru SMAN 1 Soreang menempatkan posisinya didalam ruangan agar dapat berinteraksi secara tatap muka dengan siswa-siswinya?

2. Apakah terjadi komunikasi dua arah pada kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Soreang?

3. Apakah kesan yang timbul dari siswa-siswi SMAN 1 Soreang dapat mempengaruhi kelanjutan komunikasi maupun berhentinya proses komunikasi? Jelaskan!

(34)

25

b. Jumlah Partisipan yang terlibat dalam interaksi

1. Apakah proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berpengaruh pada jumlah siswa yang ada didalam kelas?

2. Bagaimana cara guru mengatasi jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar?

3. Apakah jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dapat menyemagati guru dalam menyampaikan pesan? c. Maksud dan Tujuan yang dikehendaki

1. Apakah maksud dan tujuan dari proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan fungsi pendidikan?

2. Apakah maksud dan tujuan dari proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat menumbuhkan penalaran siswa-siswi SMAN 1 Soreang?

3. Pencapaian seperti apa yang diharapkan oleh guru dari para siswa yang mendapatkan pembelajaran dari anda ?

d. Kemampuan anggota

1. Bagaimana cara guru menumbuhkan karakteristik setiap siswa, sehingga siswa tersebut mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar mengajar ?

(35)

3. Bagaimana cara guru menilai setiap kemampuan yang dimiliki oleh siswa-siswi pada proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ?

e. Proses Komunikasi

1. Apakah bahasa yang digunakan oleh guru SMAN 1 Soreang mudah dipahami oleh siswa-siswinya?

2. Media apa saja yang digunakan oleh guru SMAN 1 Soreang dalam kegiatan belajar mengajar?

3. Apakah media yang digunakan guru sudah dianggap efektif dalam proses belajar mengajar?

4. Adakah media lain yang dianggap guru lebih efektif dalam proses belajar mengajar?

1.7Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif Kualitatif. Penelitian deskriptif adalah : “Penelitian yang dimaksudkan untuk

menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan-perbedaan antar fakta, dan lain-lain” (Subana:2001:26).

(36)

27

tentative, itu perbedaan essensial antara metode deskriptif dengan metode-metode yang lain. Metode deskriptif mencari teori, bukan menguji teori; Hypotesis-generating, bukan Hypotesis testing. Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Peneliti membuat kategori prilaku, meneliti gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi dan tidak berusaha untuk memanipulasi variabel.

(37)

1.8Subjek dan Informan Penelitian 1.8.1 Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang ada didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Sedangkan subjek penelitian menurut Tatang M (2009) adalah “sesuatu yang didalam dirinya melekat atau terkandung objek

penelitian“.

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitiannya adalah SMAN 1 Soreang Kabupaten Bandung, dimana mewakili subjek penelitian berdasarkan judul penelitian.

1.8.2 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan sebagaimana yang diungkapkan oleh Webster’s New Collegiate Directionary, ”Seorang Informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai imitasi dan sumber informasi”.(Spradley, 2006 : 36)

(38)

29

penelitian, berbicara atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan oleh subjek lain (Moleong, 2001 : 90)”

Tabel 1.8 Informan Penelitian

Sumber : Data Peneliti 2011

1.9Teknik Pengumpulan Data

1.9.1 Observasi

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang nyata dan jelas mengenai kegiatan yang akan diteliti. Jenis observasi yang dilakukan penulis adalah observasi tidak langsung, dimana peneliti hanya sewaktu-waktu saja meninjau lokasi penelitian.

No

Nama

Jabatan

1. Drs.H.Totong Syamsudin,M.Si Kepala Sekolah

2. Ahmad Hamdani, SPd. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 3. Bapak. E.S (Nama disamarkan) Guru

4. Ibu D.W (Nama disamarkan) Guru

(39)

1.9.2 Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara

1.9.3 Dokumentasi

Dokumen yang peneliti kumpulkan untuk melakukan penelitian ini yaitu mengenai kegiatan proses belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi SMAN 1 Soreang, sebagaimana dikutip bahwa Metode atau teknik pengumpulan data melalui dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial. Dokumen merupakan catatan yang didalamnya terdapat sebuah peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang.

1.9.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi atau mempelajari serta mengutip pendapat-pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Studi pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah “suatu kajian, telaah literatur tertulis (buku, artikel,

(40)

31

1.9.5 Internet Searching atau Penelusuran Data Online

Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti juga memanfaatkan Internet Searching untuk memperoleh data yang lebih maksimal. Sebagaimana dikutip bahwa Metode penelusuran data Online dalam tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bugin, 2007:125).

1.10Teknik Analisis Data

Analisa data menurut Patton (dalam buku Penelitian Kualitatif, Moleong : 1980 : 268), adalah mengatur urutan data, dan mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan melalui penjabaran dan penganalisisan suatu kasus. Penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-penonjolan pada tema tertentu (Creswell, 1998 : 65).

(41)

tahap yakni reduksi data, penyajian (display) data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Seperti yang digambarakan di bawah ini. Model komponen-komponen analisis data interaktif.

Gambar 1.10

Komponen-Komponen Analisis data : Model Interaktif

Sumber : Milles dan Huberman (1992 : 20)

Data yang sudah diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah Tahap Reduksi data, yaitu tahap dimana kategorisasi dan mereduksi data, melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian. Selanjutnya data yang sudah diperoleh di kelompokan sesuai dengan topic masalah.

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan Penyajian Data

(42)

33

b. Tahap kedua adalah Tahap Pengumpulan data, yaitu data yang sudah dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian-rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

c. Tahap yang ketiga adalah Tahap Penyajian data, yaitu dimana pada tahap ini melakukan interpretasi data yaitu menginterpritasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap

d. Tahap keempat adalah Tahap Penarikan Kesimpulan, yaitu pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga sehingga dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian.

e. Tahap yang ke lima adalah Tahap Evaluasi, yaitu melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Pada tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interprestasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan, maka persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

(43)

1.11Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di SMAN 1 Soreang, kabupaten Bandung yang berlokasi di Jl.Raya Soreang-Banjaran KM.3, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Bandung 40911

1.11.2 Waktu penelitian

(44)

35

4 Penulisan BAB V

Bimbingan 5 Penyusunan

skripsi Bimbingan 6 Sidang

Sumber : Data Peneliti 2011

1.12Sistematika Penulisan

Dalam usaha memberikan gambaran yang sistematis, peneliti membagi susunan skripsi ke dalam lima (V) BAB, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : latar belakang penelitian, identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka penelitian, pertanyaan penelitian, metode penelitian, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan lokasi dan waktu penelitian, serta sistematika penulisannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(45)

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada BAB III ini, peneliti memberikan gambaran tentang sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, tinjauan mengenai guru dan tinjauan mengenai siswa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti. Uraian dari hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dilapangan, mencakup Model Komunikasi Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, yang peneliti peroleh melalui metode wawancara mendalam (indepth interview), dokumentasi, studi kepustakaan, dan internet searching atau penelusuran data online yang kemudian dilakukan penganalisisan terhadap data-data tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(46)

37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu aktifitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia, hampir semua kegiatan yang dilakukan dengan cara berkomunikasi. Dimanapun, kapanpun, dari dalam kesadaran atau situasi seperti apapun manusia terjebak oleh komunikasi. Dengan komunikasi manusia dapat memenuhi tujuan dan mencapai tujuan hidupnya.

Menurut Willbur Schram dalam buku yang ditulis oleh Tommy Suprapto, bahwasannya komunikasi berasal dari kata-kata dalam bahasa Latin yaitu communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commones) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha membagi informasi, ide atau sikap (Suprapto, 2005 :5)

(47)

“Suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)“ (Sendjaja, 2004 : 1.10)

Sedangkan Raymond S Ross mendefinisikan komunikasi bisa dijelalaskan sebagai berikut :

”Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang-lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengelaurkan pengalaman sendiri atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber. (Rahkmat, 1996:3)

Carl .I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicatess).” (Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Effendy, 2002: 49)

Sedangkan menurut Gerald A Miller yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dimaksud

(48)

39

(message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan dinamakan komunikan (communicate)”. (Onong Uchjana Effendy, 2003 : 28).

Melihat pernyataan-pernyataan diatas jelaslah bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan mengeluarkan pikiran atau perasaan dengan cara memindahkan ide atau gagasan yang dikemukakan dalam bentuk lambang-lambang yang dapat dimengerti oleh orang lain dan dapat memahami apa yang dimaksudkan.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Harold Laswell dalam buku Deddy Mulyana “cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan” who says what in

which channel to whom with what effect ?“ (Mulyana, 2007 : 69–71)

1. Sumber (source)

Nama lain dari sumber adalah sender, communicator, speaker, encoder atau originator. Merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa saja berupa individu, kelompok, organisasi, perusahan bahkan negara.

2. Pesan (message)

(49)

Menurut Rudolph F Verderber, pesan terdiri dari 3 komponen yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk / organisasi pesan.

3. Saluran (channel, media)

Merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber (source) untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran pun merujuk pada bentuk pesan dan cara penyajian pesan.

4. Penerima (receiver)

Nama lain dari penerima adalah destination, communicate, decoder, audience, listener dan interpreter dimana penerima merupakan orang yang menerima pesan dari sumber.

5. Efek (effect)

(50)

41

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwasannya terdapat 4 fungsi komunikasi. Fungsi-funsi tersebut ialah :

1. To Inform

Maksudnya adalah memberikan informasi kepada masyarakat dan memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain serta segala sesuatu yang disampaikan oleh orang lain.

2. To Educate

Fungsi mendidik adalah mengetahui peran komunikasi dalam menyampaikan pengetahuan agar dapat dimengerti, serta memberikan pendidikan bagi yang membutuhkan. Fungsi mendidik yang dimaksud disini adalah memberi pelajaran dan pengertian agar lebih baik dan dapat memberikan pengertian tentang arti pentingnya komunikasi dalam pendidikan.

(51)

3. To Entertain

Maksudnya adalah komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. To Influence

Maksudnya adalah “fungsi mempengaruhi setiap individu yang

berkomunikasi dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan”. ( Effendy, 1994 : 36 )

Sedangkan William I Gordon dalam buku Deddy Mulyana menyatakan 4 fungsi komunikasi yaitu :

1. Komunikasi Sosial

Bahwasannya komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan.

2. Komunikasi Ekspresif

(52)

43

3. Komunikasi Ritual

Bahwasannya komunikasi yang menampilkan perilaku tertentu yang bersifat simbolik dan berkomitmen untuk kembali pada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideology dan agama. Komunikasi ritual ini erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif

4. Komunikasi Instrumental

Bahwasannya komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum seperti menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan, perilaku dan menghibur. Komunikasi sebagai instrumental untuk membangun suatu hubungan begitu pula sebaliknya. Komunikasi sebagai instrument berfungsi untuk mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan baik yang berjangka pendek atau panjang. ( Mulyana, 2007 : 5 – 38 )

2.1.4 Sifat Komunikasi

Fajar Burnama dalam Blog Fajar Burnama menuliskan sifat komunikasi yang teridiri dari :

1. Tatap Muka (Face to Face)

(53)

muka ini adalah komunikasi antar persona, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.

2. Bermedia

Komunikasi yang dilakukan dengan cara menggunakan suatu media dimana berkaitan erat dengan penguasaan pengetahuan dan penggunaan teknologi komunikasi. Contoh dari konteks komunikasi bermedia ini adalah komunikasi massa dan komunikasi media.

3. verbal

Komunikasi yang dilakukan dengan cara berbicara kepada lawan bicara kita dengan menggunakan kata-kata.

4. Non Verbal

Komunikasi yang dilakukan dengan cara penggunaan isyarat dan non kata-kata. Contohnya adalah bahasa tubuh, postur tubuh, eye contact, aspek parabahasa dll. 1

1

(54)

45

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Onong Uchjana Effendy mengelompokan tujuan komunikasi menjadi 4 yaitu :

1. Perubahan Sikap (Attitude Change)

2. Perubahan Pendapat (Opinion Change)

3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)

4. Perubahan Sosial (Sosial Change) (Effendy, 2004 : 8)

2.1.6 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak pernah terlepas dari sebuah proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Rosady Ruslan bahwa:

“Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak” (Ruslan, 1999: 69).

(55)

1. Proses Komunikasi secara Primer

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.” (Effendy, 2003: 11).

Dalam komunikasi bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol) yang banyak digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan tujuan dapat dimengerti atau dipahami oleh orang lain ketika menyampaikan pesan. Sedangkan lambang– lambang lain yang bukan bahasa dinamakan lambang nirverbal (non verbal symbol) adalah kial (isyarat), gambar dan warna. Walaupun lambang nirverbal dapat dimengerti oleh orang lain saat penyampaian pesan, tetapi tidak sejelas menggunakan bahasa.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

(56)

47

karena bersifat satu arah (one way communication)” (Effendy, 2003 : 31).

Media massa yang digunakan seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau massal (massal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti, telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.

Sedangkan proses komunikasi Menurut Harold Laswell dalam buku Onong Uchjana Effendy terdapat 4 komponen dalam proses komunikasi yaitu :

1. Adanya pesan yang disampaikan

2. Adanya pemberian pesan (komunikator)

3. Adanya penerimaan pesan (komunikan)

4. Adanya umpan balik (feedback) (Onong, 1994 : 14)

William G Scott mengutip pendapat Babcock dan Thoha bahwa terdapat 5 faktor yang mempengaruhi proses komunikasi dalam buku yang dikutip oleh Tommy Suprapto. Faktor – faktor tersebut adalah :

1. The Act (Perbuatan)

(57)

2. The Scene (Adegan)

The Scene menekankan pada hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan menjelaskan apa yang dilakukan, symbol apa yang digunakan dan arti apa yang dikatakan.

3. The Agent (Pelaku)

The Agent merupakan individu-individu yang mengambil bagian dalam komunikasi seperti pengirim dan penerima.

4. The Agency (Perantara)

The Agency ini terwujud melalui alat-alat yang digunakan dalam komunikasi.

5. The Purpose (Tujuan)

(58)

49

2.1.7 Komponen Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan manusia yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan, dimana dalam komunikasi perlu diketahui paling sedikit ada tiga hal, yaitu :

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan atau meneruskan pesan kepada orang lain, jadi bisa disebut penyebar pesan.

2. Pesan, suatu gagasan atau ide yang telah dituangkan dalam lambang-lambang untuk disebarkan atau diteruskan oleh komunikator.

3. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan tujuan. (Santoso, 1984:38)

Gambar 2.1 Komponen Komunikasi

Komunikator Pesan Komunikan

(Santoso, 1984:5)

(59)

2.1.8 Konseptualisasi Komunikasi

Komunikasi terdiri dari 3 konspetualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot dalam buku Deddy Mulyana. Tiga konseptualisasi itu adalah:

1. Komunkasi sebagai tindakan satu arah

Maksudnya adalah komunikasi merupakan kegiatan menyampaikan pesan dan informasi yang searah dari komunikator kepada komunikannya. Sehingga komunikasi dianggap dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran dan tujuannya.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Maksudnya adalah menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Konseptualisasi ini dipandang lebih dinamis namun masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan walaupun peran bisa dilakukan secara bergantian.

3. Komunikasi sebagai transaksi

(60)

51

2.2 Komunikasi Dalam Pendidikan

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Lazimnya pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu disebut guru, sedangkan pelajar itu disebut siswa.

Perbedaan antara komunikasi dengan pendidikan terletak pada tujuannya atau efek yang diharapakan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya. Jika proses belajar itu tidak komunikatif, tidak mungkin tujuan pendidikan itu dapat tercapai, pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka atau face to face.

2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok

2.3.1 Pengertian Komunikasi kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih” (Burgin, 2009 : 270). Komunikasi kelompok adalah komunikasi

(61)

“Komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of the other members accurately)”( Sendjaja, 2002 : 3.3).

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud dan tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.

1. Terminology tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkaitan dengan adanya interaksi diantara semua anggota kelompok.

(62)

53

3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi diatas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe indentitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif /kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

(63)

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa

”Kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (a small collection of people who interct with each other,

usually face to face, over time order to reach goals”). Sendjaja, 2002 : 3.4). Sedangkan Menurut Deddy Mulyana menyatakan komunikasi kelompok bisa diartikan :

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut” (Deddy Mulyana : 2005).

2.3.2 Klasifikasi Komunikasi kelompok

Dalam komunikasi kelompok terdapat klasifikasi kelompok yang terbagi menjadi empat bagian (Jalaludin Rahmat, 2005). Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menyampaikan tiga klasifikasi kelompok.

1. Kelompok primer dan sekunder.

(64)

55

berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:

a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur- unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok primer bersifat pribadi menggunakan berbagai lambang, verbal maupun nonverbal, sedangkan kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas (umumnya bersifat verbal dan sedikit nonverbal)

b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan

kelompok sekunder instrumental.

(65)

2. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragandan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:

a. kelompok tugas;

b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar.

Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok.

Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok penyadar mempunyai tugas terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.

(66)

57

3. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

2.3.3 Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi (Sendjaja, 2002 : 3.8). Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.

Gambar

Tabel 1.8 Informan Penelitian
Gambar 1.10
Tabel 1.11
Gambar 3.4 Logo SMA Negeri 1 Soreang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “KEAKTI VAN BELAJAR SISWA KELAS XI DI TINJAU DARI FASILITAS

Walaupun demikian pcnyclcnggaraan kegiatan MGMP ini rncrupakan sarana yang paling mudah dilaksanakan dalam upaya menmgkatkan kinerja para guru karena sifatnya yang dari oleh dan

Berdasarkan hasil simpulan bahwa komunikasi nonverbal kinesik antara guru dan murid tuna rungu dalam proses belajar mengajar peneliti menemukan bahwa di SLB A/B/C Melati Aisyiyah

Penggunaan media konvensional dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi membuat siswa kurang tertarik dalam pelajaran, sehingga berpengaruh dalam hasil