OLEH
NUR ASYIAH JALIL H 14103115
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
NUR ASYIAH JALIL. Analisis Preferensi Dosen Terhadap Kartu Kredit (dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR).
Perkembangan teknologi terus melahirkan karya-karya yang semakin canggih dan praktis untuk dimanfaatkan manusia dalam kehidupannya, termasuk untuk transaksi pembayaran. Penggunaan kartu pembayaran elektronik, termasuk kartu kredit, di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bagi sekelompok masyarakat tertentu, kartu kredit merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Sedangkan bagi dosen, kartu kredit memiliki penilaian tersendiri. Tingkat pendapatan mereka yang cenderung tetap sebagai pegawai negeri, sementara mereka harus menghadapi kebutuhan hidup yang beragam dan perkembangan teknologi yang tinggi, menuntut mereka untuk memberi tempat tersendiri bagi kartu kredit. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik dosen yang memiliki dan tidak memiliki kartu kredit dan bagaimana hubungan antara karakteristik tersebut dengan kepemilikan kartu kredit, serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kepemilikan kartu kredit.
Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi kepada para akademisi, khususnya dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada kondisi demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, jabatan struktural, lama bekerja, dan pekerjaan lain), finansial (total pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per bulan), dan pemanfaatan teknologi bagi responden untuk memanfaatkan fasilitas banking service. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur sedangkan data primer diambil melalui wawancara langsung dan pengisian kuisioner oleh responden. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dari masing- masing responden. Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan metode non-probability sampling dengan cara convenience/accidental sampling.
peningkatan variabel tersebut akan meningkatkan peluang seseorang untuk memiliki kartu kredit. Sedangkan variabel total pengeluaran rata-rata per bulan menunjukkan penurunan pengeluaran seseorang, akan meningkatkan peluangnya untuk memiliki kartu kredit. Variabel jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki- laki memiliki peluang 7,29 kali lebih besar untuk memiliki kartu kredit dari pada perempuan. Secara umum, responden berpandangan positif mengenai trend cash less society, karena mereka menganggap trend ini akan membuat suatu sistem transaksi pembayaran yang lebih efisien, praktis, aman, moderen, serta mudah.
Berdasarkan penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran. Kepada bank/lembaga penerbit kartu kredit agar dapat mempertimbangkan besarnya pengeluaran selain pendapatan calon konsumen. Hal ini mencerminkan perilaku ekonomi seseorang, dimana dengan tingkat pengeluaran yang lebih rendah, akan lebih mudah mengelola keuangannya dan tidak mudah terkendala kredit. Mereka juga harus membentuk image yang baik, karena konsumen akan lebih mengutamakan nama baik bank/lembaga tertentu dalam memilih penerbit kartu kredit. Untuk menciptakan masyarakat cash less society, bank sentral agar lebih gencar melakukan sosialisasi mengenai kelebihan sistem pembayaran elektronik, memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum yang jelas dan kuat,
KARTU KREDIT
Oleh
NUR ASYIAH JALIL H14103115
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Nur Asyiah Jalil
Nomor Registrasi Pokok : H14103115
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Preferensi Dosen terhadap
Kartu Kredit
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec NIP. 131 803 656
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2007
Penulis bernama Nur Asyiah Jalil. Dilahirkan pada tanggal 24 April 1985
di Jakarta dari pasangan Drs. Abdul Jalil Kasim dan Dra. Salmi Habib. Penulis
merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan penulis dilalui
tanpa hambatan. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun
1991 sampai tahun 1996 di SDN 01 Kp. Utan dan dari tahun 1996 sampai tahun
1997 di SDN 01 Pd. Pinang Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan
lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTPN 87 Jakarta.
Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 34
Jakarta dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai
mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif di beberapa
organisasi kemahasiswaan, yaitu BEM FEM, HIPOTESA, UKM Merpati Putih,
dan HMI Komisariat FEM. Selain itu penulis juga berpartisipasi di beberapa
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta
beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat kemudahan dan
kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senatiasa tercurah kepada Rasulullah saw sebagai tauladan dalam
menjalani hidup sehingga membawa keselamatan dan kebahagiaan.
Judul skripsi ini adalah “Analisis Preferensi Dosen terhadap Kartu
Kredit” dimana penulis mengupas permasalahan tentang perkembangan sistem pembayaran elektronik dan bagaimana pengaruhnya terhadap preferensi
masyarakat, khususnya dosen. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si. dan Widyastutik, S.E., M.Si. selaku
dosen penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran
dan ilmu yang bermanfaat.
3. Kedua orang tua penulis yaitu Drs. Abdul Jalil Kasim dan Dra. Salmi Habib
atas doa, perhatian, dukungan, dan perjuangan yang telah dicurahkan. Untuk
adik-adikku Yani dan Izur atas doa, dukungan, semangat, dan perhatian yang
diberikan. Keluarga besar penulis yang memberikan perhatian dan semangat.
Terima kasih juga kepada Rico Ricardo atas waktu, doa, dan dukungan yang
ilmu dan bantuan yang diberikan.
5. Teman dan sahabat yang selalu semangat dan ceria menemani dan mendengar
keluh kesah penulis Elly, Rio, Weni, Indah, Okti, Devi, keluarga Chil Pink House (Putri, Titi, Septi, Puri, Estri), keluarga Chil Radar 10 (Iman, Andi, Akim, Aldo, JW)
6. Kepada dosen-dosen FEM yang telah bersedia menyisihkan waktunya, Mba
Siti, Ka Suhendi, Ka Galih, Ka Siera, Endah, dan Tyas atas dukungan, tenaga,
dan bantuan untuk penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian dan
memberikan masukan yang berharga.
7. Teman-teman seperjuangan Aga, Anna, Giri. Kepada teman-teman yang
mewarnai hari- hari selama kuliah Amel, Wida, Heri, Aji, Wiwit, Mimi,
Abang, Ratih, Yogi, Wawan, Rama, Ucup, Ade, Jo, Dina, K’ Budi, keluarga
besar UKM Merpati Putih IPB (m’ Agan, mb No’, m’ Teta, Dede, Dhany,
Memel, mb Dhita, dan lain- lain) keluarga besar JSP Komputer, teman-teman
KKP (Ai, Nadya, Tedi, K’ Putra), keluarga besar X-Pedes, kamar 271 (Ratih,
Eka, Rara), keluarga d-ReD (Dado, Duvi, Ririn, Nana), KK Humas, EKSIS,
dan seluruh teman-teman angkatan 40 dan 41 Ilmu Ekonomi serta seluruh
pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Agustus 2007
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Definisi Kartu Kredit ... 11
2.2. Pengertian Perbankan ... 13
2.3. Penyelenggara Sistem Pembayaran di Indonesia ... 14
2.4. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif ... 15
2.5. Sistem Pembayaran Elektronik dan Manfaatnya ... 16
2.6. Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhi Preferensinya .. 18
2.6.1. Perilaku Konsumen ... 18
2.6.2. Proses Pengambilan Keputusan ... 19
2.6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ... 22
2.6.4. Preferensi Konsumen ... 25
2.7. Regresi Logistik ... 26
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Kartu Kredit ... 28
2.9. Penelitian Terdahulu ... 28
OLEH
NUR ASYIAH JALIL H 14103115
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
NUR ASYIAH JALIL. Analisis Preferensi Dosen Terhadap Kartu Kredit (dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR).
Perkembangan teknologi terus melahirkan karya-karya yang semakin canggih dan praktis untuk dimanfaatkan manusia dalam kehidupannya, termasuk untuk transaksi pembayaran. Penggunaan kartu pembayaran elektronik, termasuk kartu kredit, di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bagi sekelompok masyarakat tertentu, kartu kredit merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Sedangkan bagi dosen, kartu kredit memiliki penilaian tersendiri. Tingkat pendapatan mereka yang cenderung tetap sebagai pegawai negeri, sementara mereka harus menghadapi kebutuhan hidup yang beragam dan perkembangan teknologi yang tinggi, menuntut mereka untuk memberi tempat tersendiri bagi kartu kredit. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik dosen yang memiliki dan tidak memiliki kartu kredit dan bagaimana hubungan antara karakteristik tersebut dengan kepemilikan kartu kredit, serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap kepemilikan kartu kredit.
Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi kepada para akademisi, khususnya dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada kondisi demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, jabatan struktural, lama bekerja, dan pekerjaan lain), finansial (total pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per bulan), dan pemanfaatan teknologi bagi responden untuk memanfaatkan fasilitas banking service. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur sedangkan data primer diambil melalui wawancara langsung dan pengisian kuisioner oleh responden. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dari masing- masing responden. Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan metode non-probability sampling dengan cara convenience/accidental sampling.
peningkatan variabel tersebut akan meningkatkan peluang seseorang untuk memiliki kartu kredit. Sedangkan variabel total pengeluaran rata-rata per bulan menunjukkan penurunan pengeluaran seseorang, akan meningkatkan peluangnya untuk memiliki kartu kredit. Variabel jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki- laki memiliki peluang 7,29 kali lebih besar untuk memiliki kartu kredit dari pada perempuan. Secara umum, responden berpandangan positif mengenai trend cash less society, karena mereka menganggap trend ini akan membuat suatu sistem transaksi pembayaran yang lebih efisien, praktis, aman, moderen, serta mudah.
Berdasarkan penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran. Kepada bank/lembaga penerbit kartu kredit agar dapat mempertimbangkan besarnya pengeluaran selain pendapatan calon konsumen. Hal ini mencerminkan perilaku ekonomi seseorang, dimana dengan tingkat pengeluaran yang lebih rendah, akan lebih mudah mengelola keuangannya dan tidak mudah terkendala kredit. Mereka juga harus membentuk image yang baik, karena konsumen akan lebih mengutamakan nama baik bank/lembaga tertentu dalam memilih penerbit kartu kredit. Untuk menciptakan masyarakat cash less society, bank sentral agar lebih gencar melakukan sosialisasi mengenai kelebihan sistem pembayaran elektronik, memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum yang jelas dan kuat,
KARTU KREDIT
Oleh
NUR ASYIAH JALIL H14103115
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Nur Asyiah Jalil
Nomor Registrasi Pokok : H14103115
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Preferensi Dosen terhadap
Kartu Kredit
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec NIP. 131 803 656
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2007
Penulis bernama Nur Asyiah Jalil. Dilahirkan pada tanggal 24 April 1985
di Jakarta dari pasangan Drs. Abdul Jalil Kasim dan Dra. Salmi Habib. Penulis
merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan penulis dilalui
tanpa hambatan. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun
1991 sampai tahun 1996 di SDN 01 Kp. Utan dan dari tahun 1996 sampai tahun
1997 di SDN 01 Pd. Pinang Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan
lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTPN 87 Jakarta.
Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 34
Jakarta dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar sebagai
mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif di beberapa
organisasi kemahasiswaan, yaitu BEM FEM, HIPOTESA, UKM Merpati Putih,
dan HMI Komisariat FEM. Selain itu penulis juga berpartisipasi di beberapa
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta
beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat kemudahan dan
kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga senatiasa tercurah kepada Rasulullah saw sebagai tauladan dalam
menjalani hidup sehingga membawa keselamatan dan kebahagiaan.
Judul skripsi ini adalah “Analisis Preferensi Dosen terhadap Kartu
Kredit” dimana penulis mengupas permasalahan tentang perkembangan sistem pembayaran elektronik dan bagaimana pengaruhnya terhadap preferensi
masyarakat, khususnya dosen. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si. dan Widyastutik, S.E., M.Si. selaku
dosen penguji utama dan komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran
dan ilmu yang bermanfaat.
3. Kedua orang tua penulis yaitu Drs. Abdul Jalil Kasim dan Dra. Salmi Habib
atas doa, perhatian, dukungan, dan perjuangan yang telah dicurahkan. Untuk
adik-adikku Yani dan Izur atas doa, dukungan, semangat, dan perhatian yang
diberikan. Keluarga besar penulis yang memberikan perhatian dan semangat.
Terima kasih juga kepada Rico Ricardo atas waktu, doa, dan dukungan yang
ilmu dan bantuan yang diberikan.
5. Teman dan sahabat yang selalu semangat dan ceria menemani dan mendengar
keluh kesah penulis Elly, Rio, Weni, Indah, Okti, Devi, keluarga Chil Pink House (Putri, Titi, Septi, Puri, Estri), keluarga Chil Radar 10 (Iman, Andi, Akim, Aldo, JW)
6. Kepada dosen-dosen FEM yang telah bersedia menyisihkan waktunya, Mba
Siti, Ka Suhendi, Ka Galih, Ka Siera, Endah, dan Tyas atas dukungan, tenaga,
dan bantuan untuk penulis dalam mengumpulkan data-data penelitian dan
memberikan masukan yang berharga.
7. Teman-teman seperjuangan Aga, Anna, Giri. Kepada teman-teman yang
mewarnai hari- hari selama kuliah Amel, Wida, Heri, Aji, Wiwit, Mimi,
Abang, Ratih, Yogi, Wawan, Rama, Ucup, Ade, Jo, Dina, K’ Budi, keluarga
besar UKM Merpati Putih IPB (m’ Agan, mb No’, m’ Teta, Dede, Dhany,
Memel, mb Dhita, dan lain- lain) keluarga besar JSP Komputer, teman-teman
KKP (Ai, Nadya, Tedi, K’ Putra), keluarga besar X-Pedes, kamar 271 (Ratih,
Eka, Rara), keluarga d-ReD (Dado, Duvi, Ririn, Nana), KK Humas, EKSIS,
dan seluruh teman-teman angkatan 40 dan 41 Ilmu Ekonomi serta seluruh
pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis.
Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Agustus 2007
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Definisi Kartu Kredit ... 11
2.2. Pengertian Perbankan ... 13
2.3. Penyelenggara Sistem Pembayaran di Indonesia ... 14
2.4. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif ... 15
2.5. Sistem Pembayaran Elektronik dan Manfaatnya ... 16
2.6. Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhi Preferensinya .. 18
2.6.1. Perilaku Konsumen ... 18
2.6.2. Proses Pengambilan Keputusan ... 19
2.6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ... 22
2.6.4. Preferensi Konsumen ... 25
2.7. Regresi Logistik ... 26
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Kartu Kredit ... 28
2.9. Penelitian Terdahulu ... 28
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33
3.3. Metode Pengambilan Contoh ... 34
3.4. Metode Estimasi dan Pengolahan Data ... 35
3.5. Model Penelitian ... 35
3.6. Pendugaan Parameter Model ... 38
3.7. Uji Taraf Nyata Parameter ... 40
3.8. Interpretasi Koefisien dan Daya Ramal Prediksi... 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1. Karakteristik Umum Responden ... 44
4.2. Motivasi dan Persepsi/Sikap Responden ... 49
4.2.1. Motivasi dan Persepsi/Sikap Responden Bukan Pemilik Kartu Kredit ... 50
4.2.2. Motivasi, Persepsi/Sikap dan Perilaku Kepemilikan Responden Pemilik Kartu Kredit ... 51
4.3. Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Kartu Kredit ... 56
4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Kartu Kredit ... 61
4.5. Pandangan Responden Terhadap TrendLess Cash Society ... 66
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1. Kesimpulan ... 70
5.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
Nomor Halaman
1 Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia ... 3
2 Deskripsi Nilai Minimum (Minimum), Maksimum (Maximum), Rata-
Rata (Mean) dan Standar Deviasi (Std. Deviation) ... 48 3 Sikap/Persepsi Responden Terhadap Kartu Kredit ... 49
4 Motivasi/Alasan Tidak Memiliki Kartu Kredit ... 50
5 Motivasi Memiliki Kartu Kredit ... 52
6 Frekuensi Pemakaian Kartu Kredit ... 53
7 Penggunaan Kartu Kredit ... 54
8 Pembayaran Kartu Kredit ... 55
9 Jumlah Kepemilikan Kartu Kredit ... 55
10 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Usia ... 56 11 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pendapatan Rata-
Rata per Bulan ... 57
12 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pengeluaran Rata-
Rata per Bulan ... 57
13 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Tabungan Rata- Rata per Bulan ... 58
14 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Lama Bekerja ... 58 15 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pekerjaan Lain ... 60 16 Hasil Estimasi Maximum Likelihood Model Logit Pertama ... 62 17 Proses Reduksi Model Logit Berdasarkan Metode Maximum Likelihood.. 63 18 Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Nomor Halaman
1 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian ... 19
2 Kerangka Pemikiran ... 32
3 Persentase Sebaran Responden Menurut Tingkat Usia dan Pendapatan Rata-Rata Per Bulan ... 45
4 Persentase Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengeluaran dan
Tabungan Rata-Rata Per Bulan ... 46
5 Persentase Sebaran Responden Menurut Lama Bekerja dan Jumlah
Anggota Keluarga ... 47
6 Jumlah Penerbit Kartu Kredit, ATM, dan Debet ... 67
Nomor Halaman
1 OutputCase Processing Summary SPSS 13 ... 75 2 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Jumlah Keluarga .... 75 3 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Tingkat Pendidikan 75 4 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Jenis Kelamin ... 75 5 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Kedudukan
Struktural ... 76
6 Analisis Crosstabs Kepemilikan Kartu Kredit dan Pemanfaatan
Teknologi ... 76
7 Output Uji Taraf Nyata Variabel Usia Terhadap Kepemilikan Kartu
Kredit ... 76
8 Output Uji Variabel Pendapatan Rata-Rata per Bulan Terhadap
Kepemilikan Kartu Kredit ... 76
9 Output Uji Taraf Nyata Variabel Pengeluaran Rata-Rata per Bulan
Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit ... 77
10 Output Uji Taraf Nyata Variabel Tabungan Rata-Rata per Bulan
Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit ... 77
11 Output Uji Taraf Nyata Variabel Jumlah Anggota Keluarga Terhadap
Kepemilikan Kartu Kredit ... 77
12 Output Uji Taraf Nyata Variabel Lama Bekerja Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit ... 77
13 Output Uji Taraf Nyata Variabel Pendidikan Terhadap Kepemilikan
Kartu Kredit ... 78
14 Output Uji Taraf Nyata Variabel Jenis Kelamin Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit ... 78
15 Output Uji Taraf Nyata Variabel Jabatan Struktural Terhadap
Kepemilikan Kartu Kredit ... 78
16 Output Uji Taraf Nyata Variabel Pekerjaan Lain Terhadap Kepemilikan Kartu Kredit ... 79
17 Output Uji Taraf Nyata Variabel Pemanfaatan Teknologi Terhadap
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi terus melahirkan karya-karya yang semakin
canggih dan praktis untuk dimanfaatkan manusia dalam kehidupannya. Berbagai
aktivitas masyarakat di era modern yang cukup memakan banyak waktu,
memaksa mereka untuk bertindak cepat dan efisien dalam setiap aktivitasnya,
termasuk dalam bertransaksi. Efisiensi suatu sistem pembayaran dapat diukur dari
bagaimana sistem ini bisa meminimalkan biaya dan waktu untuk mendapatkan
manfaat dari sebuah transaksi. Tuntutan untuk dapat menggunakan uang secara
aman dan praktis dalam bertransaksi menjadi alasan utama dibutuhkannya sebuah
instrumen dalam memenuhi hal tersebut.
Tuntutan tersebut kini dapat diwujudkan dengan semakin berkembangnya
sistem pembayaran secara elektronik (electronic payment system) dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam bertransaksi. Salah satunya adalah
kartu kredit (credit card). Menurut Bank Indonesia (2004), Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) adalah seluruh instrumen sistem pembayaran yang
pada umumnya berbasis kartu antara lain : kartu Automated Teller Machine
(ATM), kartu kredit, kartu debit, serta jenis kartu lain yang dapat digunakan
sebagai alat pembayaran seperti misalnya kartu smart, e-wallet, serta beberapa alat pembayaran lain yang dapat dipersamakan dengan kartu. Selain itu, untuk
menggunakan kartu-kartu tersebut masyarakat harus mampu dan bersedia untuk
Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran
elektronik merupakan sistem pembayaran yang paling mendekati sistem
pembayaran yang efektif, dimana memiliki ciri adanya kecepatan pembayaran,
kepastian pembayaran, keamanan, kenyamanan, dan biaya yang rendah. Ketika
sebuah negara mengganti sistem pembayarannya secara total ke sistem
pembayaran elektronik, diestimasi akan menghemat biaya transaksi sebesar 1,88
US dolar per orang per tahun atau 0,6 persen dari GDP per tahun (Humphrey,
2001). Sedangkan Global Insight (2003) menyatakan, pengadopsian sistem pembayaran elektronik akan meningkatkan penjualan barang dan jasa,
menurunkan penghalang langsung terhadap kredit dan likuiditas uang, serta
menurunkan penghalang geografis dalam perdagangan dan transaksi
perekonomian.
Kartu kredit merupakan salah satu produk perbankan dewasa ini yang
telah diterima oleh masyarakat luas sebagai salah satu media pembayaran yang
moderen, terutama kemudahan-kemudahan yang ditawarkan kepada pemegang
kartu (cardholder), jaringan penerimaan yang tersebar di seluruh dunia dan masih banyak lagi keuntungan yang dapat dirasakan bagi para pemakainya. Selain
praktis, kartu kredit juga memudahkan para pemakainya dalam bertransaksi.
Alasan keamanan ketika membawa cash tidak lagi menjadi masalah. Kemudahan dalam penggunaannya pun menjadikan kartu kredit diminati oleh berbagai
kalangan masyarakat. Mulai dari para eksekutif, ibu rumah tangga, sampai
masyarakat usia sekolah pun menggunakan fasilitas ini. Tidak terkecuali para
menerbitkan kartu kredit (issuer) juga menjadi alasan bagi masyarakat dalam menggunakan kartu plastik tersebut.
Penggunaan kartu pembayaran elektronik, termasuk kartu kredit, di
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan kartu
kredit di Indonesia mencapai 20 sampai 30 persen pertahunnya. Berdasarkan data
Bank Indonesia hingga Juni 2006, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia
telah mencapai 8,5 juta kartu denga n total kredit yang dikeluarkan Rp. 18,3
triliun. Total transaksi kartu kredit dalam satu tahun (data tahun 2005) mencapai
88 juta transaksi dengan nilai nominal lebih dari Rp. 45 triliun.
Pertumbuhan itu dibarengi persaingan yang semakin ketat di antara
bank/badan penerbit kartu kredit. Para issuer berlomba merebut hati konsumen dengan memberikan hadiah dan penawaran khusus. Selain itu didukung juga
dengan semakin banyaknya pedagang barang dan jasa (merchant) yang mau menerima pembayaran dengan kartu kredit.
Tabel 1. Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia
Tahun Nilai Transaksi
(Rp. Milyar)
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia (2005)
Perkembangan kartu kredit di Indonesia terjadi secara besar-besaran. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa transaksi dengan
transaksi yang mencapai 88.669.790 transaksi pada tahun 2005 dengan jumlah
penyelenggara sebanyak 22 unit.
Menurut Bank Indonesia (2004), kartu kredit yang beredar di Indonesia
pada umumnya terdiri dari 2 jenis yaitu gold dan silver. Pagu kredit tipe gold dan
silver cukup beragam mulai dari Rp. 1 juta sampai Rp. 10 juta untuk tipe silver
dan mulai dari Rp. 10 juta sampai Rp. 100 juta untuk tipe gold. Berdasarkan tingkat suku bunga bulanan yang dibebankan kepada cardholder, sebagian besar tingkat suku bunga kedua jenis kartu ini berkisar antara 3 sampai 3,5 persen per
bulan. Sedangkan, menurut biaya keanggotaan tahunan (annual fee), sebagian besar penerbit kartu kredit membebankan biaya anggota tahunan untuk kartu tipe
gold sebesar Rp. 200 ribu sampai Rp. 300 ribu dan kartu tipe silver sebesar Rp. 100 ribu sampai Rp. 150 ribu (Bank Indonesia, 2004).
Seorang konsumen dapat terus menggunakan kartu kreditnya untuk
membeli barang/jasa atau mengambil uang tunai sampai batas kreditnya (credit line) tercapai. Oleh karena itu kredit dan kartu kredit merupakan sumber daya ekonomi konsumen yang sangat penting. Melalui mekanisme kredit, konsumen
bisa mengkonsumsi produk dan jasa saat ini juga tanpa harus menunggu
mempunyai uang yang cukup. Kredit akan meningkatkan daya beli konsumen,
sehingga konsumen yang memperoleh sumber kredit akan memiliki peluang
untuk meningkatkan konsumsi berbagai produk dan jasa.
Gencarnya pemasaran kartu kredit saat ini wajar mengingat pertumbuhan
kartu kredit di Indonesia cukup cepat. Bagi pihak bank maupun non bank, produk
bulan atau 36 persen per tahun. Ditambah lagi dengan iuran tahunan yang
dibebankan kepada nasabah. Hal ini ditunjang dengan tingkat penetrasi kartu
kredit di Indonesia masih relatif rendah. Oleh karena itu para issuer berlomba-lomba meraih pelanggan baru dengan berbagai cara, bahkan ada yang berani tidak
memberlakukan syarat apa pun kecuali meminta calon pelanggan tersebut mengisi
aplikasi dan membubuhkan tanda tangan pada aplikasi tersebut, sedangkan syarat
lain disusulkan. Selain memperbanyak jumlah cardholder, pihak issuer juga harus memikirkan bagaimana mendorong meningkatkan frekuensi penggunaan kartu
kredit. Salah satu cara yang dapat dilakukan penerbit kartu kredit untuk
mendorong cardholder melakukan transaksi adalah dengan mengembangkan kerjasama dengan pihak ketiga. Sejumlah issuer yang gencar berpromosi untuk merebut cardholder antara lain HSBC, GE Finance Indonesia, Bank Permata, Bank BNI, Bank BRI, Bank BII, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank
Niaga, Standard Chartered, ataupun Citibank, dan lain- lain.
Semakin maraknya penggunaan kartu kredit menarik minat penulis untuk
menganalisisnya lebih mendalam, khususnya kepada para akademisi. Penulis
melihat, dengan tingkat pendapatan mereka yang cenderung tetap, sementara
dalam memenuhi kebutuhan hidup yang beragam, mereka dihadapkan dengan
perkembangan zaman dan teknologi. Kehidupan mereka di era moderen ini
tentunya menuntut mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut,
khususnya dalam kehidupan perekonomian mereka. Karena itu penulis merasa
perlu unt uk meneliti dan membahasnya dalam skripsi ini dengan judul : ”Analisis
1.2. Perumusan Masalah
Sistem pembayaran di Indonesia, secara umum masih di dominasi
pembayaran berbasis warkat (paper-based payment system). Seiring dengan dioperasikannya sistem BI-RTGS (sistem transfer dana bernilai besar yang harus
melalui proses settlements di BI) pada November 2000, maka sistem pembayaran
elektronik menjadi lebih berkembang dan menempati peran penting. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan pembayaran melalui EFTPOS
(Electronic Fund Transfer Point of Sale) pada berbagai pusat perbelanjaan dan ritel. Penggunaan alat pembayaran ini memberikan manfaat yang sangat besar
bagi sektor perekonomian.
Perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
semakin meningkat menjadikan masyarakat menuntut adanya kemudahan dalam
setiap kegiatannya, termasuk dalam kegiatan bertransaksi. Namun, ternyata hal ini
masih belum sepenuhnya tercapai. Dalam bertransaksi, masyarakat Indonesia
masih banyak menggunakan sistem pembayaran tradisional, yaitu secara tunai
(cash). Padahal berbagai cara yang lebih mudah dan efisien sudah semakin berkembang. Salah satunya menggunakan instrumen kartu kredit.
Permasalaha n ini ditunjang dari kurangnya pengetahuan masyarakat akan
kegunaan dan keuntungan memanfaatkan kartu kredit. Selain itu, pihak
bank/badan yang mengeluarkan kartu kredit belum banyak tahu mengenai kondisi
masyarakat Indonesia sebagai konsumen mereka. Kontradiksi ini menjadi masalah
Perkembangan sistem pembayaran dunia terus meningkat. Pada saat ini
sedang berkembang trend yang bernama less cash society, yaitu suatu perilaku masyarakat menggunakan non-cash dalam bertransaksi. Mereka memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan pihak perbankan seperti adanya
kartu-kartu plastik, termasuk kartu-kartu kredit. Trend ini cukup berkembang di negara- negara maju, dan mulai merambah negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meski fisik uang sampai saat ini masih banyak digunakan masyarakat
dunia sebagai alat pembayaran, namun seiring dengan semakin berkembangnya
teknologi dan sistem pembayaran, pola pembayaran tunai (cash) secara berangsur mulai diganti dengan pembayaran non-tunai (non cash). Sebagai gambaran, pertumbuhan card based instruments seperti kartu kredit rata-rata per tahunnya telah mencapai sekitar 15 sampai 30 persen. Saat ini di Indonesia, pengembangan
dan penggunaan sistem pembayaran non tunai memiliki potensi yang sangat besar.
Data dari World Bank menunjukkan bahwa hanya sekitar 40 persen penduduk
usia 15 hingga 65 tahun memiliki rekening tabungan di bank. Selain itu, statistik
uang beredar mencatat bahwa rasio penggunaan uang giral dibandingkan dengan
uang kartal pada akhir tahun 2005 adalah 34 : 66 persen. Apabila produk inovatif
perbankan seperti layanan ATM dan kartu debet diperhitungkan, maka rasio uang
giral dan kartal mencapai 52 : 48 persen. Rasio tersebut menunjukkan bahwa
instrumen no n-tunai memberikan kontribusi yang besar dalam menekan jumlah
peredaran uang kartal namun mempercepat perputaran uang giral.
Saat ini perkembangan menuju less cash society merupakan sebuah trend
perkembangan infrastruktur dan teknologi sistem pembayaran seperti kartu ‘chip’
misalnya. Dari sisi konsumen, penggunaan instrumen (non cash payment) seperti
card based dan electronic based saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan karena transaksi dapat dilakukan dengan praktis, cepat dan nyaman. Bagi masyarakat,
penggunaan pembayaran non-tunai dengan menggunakan kartu, mempermudah
transaksi mereka seperti penarikan tunai, transfer dana, dan pembayaran berbagai
tagihan rutin lainnya. Semua itu dilakukan tanpa harus datang ke counter atau kantor bank.
Secara bertahap masyarakat Indonesia mulai mengikuti adanya
perkembangan teknologi dan memanfaatkannya dalam kegiatan ekonominya.
Mereka banyak menggunakan APMK yang merupakan bagian integral dari sistem
pembayaran elektronik. Penggunaan alat pembayaran ini sedikit demi sedikit telah
merubah pola hidup masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Selain itu
potensi pasar dan bisnis kartu pembayaran kini semakin meningkat seiring dengan
berlangs ungnya proses pemulihan ekonomi. Namun, perkembangan ini ternyata
belum mampu menjadikan masyarakat Indonesia mencapai tahap cash-less
society.
Dalam penelitian ini mencoba untuk menjawab elaborasi permasalahan
tersebut. Fokus utama penulis dalam penelitian ini adalah menganalisis kartu
kredit sebagai alat pembayaran yang digunakan masyarakat. Secara lebih
detailnya, objek penelitian adalah akademisi khususnya dosen. Beberapa
1. Bagaimana karakteristik dosen yang memiliki kartu kredit dan yang tidak
memiliki kartu kredit, dan bagaimana hubungan antara karakteristik tersebut
dengan kepemilikan kartu kredit ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap
kepemilikan kartu kredit ?
3. Bagaimana sikap/persepsi dosen mengenai pandangan terhadap kartu kredit
dan trendless cash society?
4. Bagaimana perilaku kepemilikan dosen terhadap kartu kredit ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis karakteristik dosen yang memiliki kartu kredit dan yang tidak
memiliki kartu kredit, dan hubungan antara karakteristik tersebut dengan
kepemilikan kartu kredit.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dosen terhadap
kepemilikan kartu kredit.
3. Menganalisis sikap/persepsi dosen mengenai pandangan mereka terhadap
kartu kredit dan trend less cash society.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pihak perbankan dan instansi lain, sebagai bahan kajian dan rekomendasi
dalam pengembangan sistem pembayaran di Indonesia.
2. Masyarakat akademisi, sebagai salah satu referensi objek penelitian dan
sebagai pengembang ilmu pengetahuan.
3. Penulis, penelitian ini untuk menambah pengetahuan serta menyelaraskan
ilmu yang didapat selama menuntut ilmu dengan kenyataan di lapangan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi kepada para akademisi,
khususnya kepada dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. Penulis tidak meneliti dari sudut pandang pihak perbankan.
Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada kondisi
demografi, finansial, dan pemanfaatan teknologi bagi responden terhadap kartu
2.1. Definisi Kartu Kredit
Kartu kredit (credit card) adalah jenis kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa dimana pelunasan atau
pembayarannya kembali dapat dilakukan dengan sekaligus atau dengan mencicil
sejumlah minimum tertentu (Siamat, 2001). Sedangkan menurut Bank Indonesia
(2004) kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang
dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk
melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu
dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau acquirer, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu
yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angs uran.
Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan cara kredit,
dimana konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak mempunyai
uang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih dari itu,
konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan mencicil sejumlah
minimum tertentu dari total transaksi. Jumlah pembayaran minimum itu biasanya
sebesar 10 sampai 20 persen dari saldo tagihan. Tetapi, konsekuensinya terhadap
sisa kredit yang belum dilunasi akan dikenakan bunga yang besarnya tergantung
terlambat membayar, konsumen juga akan dikenai denda keterlambatan (late
charge). Selain itu kartu kredit dapat digunakan pula untuk melakukan penarikan uang tunai baik langsung melalui teller pada kantor bank yang bersangkutan maupun ATM (Automated Teller Machine) dimana ada tertera logo atau nama kartu yang dimiliki, baik di dalam maupun di luar negeri. Kartu kredit yang
digunakan adalah Visa, Master Card, Amex Card, Internasional Diners, BCA
Card, Procard, Exim Smart, Duta Card, Kassa Card dan beberapa kartu lain yang diterbitkan oleh bank–bank penerbit (Siamat, 2001).
Terdapat beberapa ketentuan umum yang harus dipahami oleh pemegang
kartu kredit sebelum menggunakan ataupun pada saat menggunakan kartu kredit
yang dimilikinya. Ketentuan–ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ketentuan limit kredit diberikan kepada setiap anggota/nasabah tergantung
dari jenis kartu yang dimilikinya gold, silver atau classic. Kartu gold lebih mahal dengan persyaratan tingkat penghasilan nasabah yang lebih tinggi
dibandingkan kartu reguler/classic.
2. Pembayaran minimum yang harus dilakukan sekitar 10 sampai 20 persen dari
total saldo tagihan dan dibayar paling lambat pada tanggal jatuh tempo
penagihan yang ditentukan lembaga penerbit setiap bulannya.
3. Tingkat bunga dikenakan atas saldo kredit yang besarnya sesuai dengan
tingkat bunga pasar.
4. Keterlambatan pembayaran (setelah tanggal jatuh tempo) akan dikenakan
atau sejumlah tertentu tanpa dikaitkan dengan jumlah pembayaran minimum
(Siamat, 2001).
2.2. Pengertian Perbankan
Menurut Suyatno, et al. (1994), perbankan adalah suatu badan yang berfungsi sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kedit
pada waktu yang ditentukan. Perbankan didefinisikan juga sebagi suatu badan
yang memiliki tugas utama menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan
menurut Nopirin (1992) pengertian perbankan yang lain yaitu bank adalah suatu
lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan, keuntungan
merupakan selisih antara pendapatan dan biaya. Pendapatan diperoleh dari hasil
kegiatan yang berupa pemberian pinjaman dan pembelian surat-surat berharga,
sedangkan biayanya berupa pembayaran bunga dan biaya-biaya lain dalam
upayanya menarik sumber dana masyarakat.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 Pasal 1 tentang
pokok-pokok perbankan adalah, “lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang”. Maksud lembaga keuangan menurut undang-undang tersebut adalah semua
badan yang kegiatan-kegiatannya dalam bidang keuangan, menarik uang dari dan
menyalurkannya ke dalam masyarakat.
Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran adalah
prosedur, peraturan, standar serta instrumen yang digunakan untuk pertukaran
diri dari kewajiban. Sementara itu, Mishkin (2001) mengungkapkan secara
sederhana bahwa sistem pembayaran adalah metode dasar untuk mengatur
transaksi dalam perekonomian.
2.3. Penyelenggara Sistem Pembayaran di Indonesia
Dasar hukum dari sistem pembayaran nasional Indonesia adalah KUHD
(Kitab Undang Undang Hukum Dagang) dan UU No. 3 tentang Bank Sentral.
Lembaga yang melayani jasa pembayaran di lndonesia dapat digolongkan sebaga i
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Kondisi dan karakteristik dari
masing- masing lembaga tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum
Perbankan Indonesia terdiri dari Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral
di Indonesia, bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jasa
pembayaran hanya disediakan oleh BI dan bank umum.
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Sejak terjadinya liberalisasi pada sektor keuangan, Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB) memegang peran penting sebagai salah satu sumber
pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun dan pegadaian. Sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku pada saat ini, LKBB dapat pula
menyediakan jasa kartu kredit (telah dilakukan oleh beberapa LKBB).
Kegiatan PT POS Indonesia juga terkait dengan penyelenggaran jasa
penyetoran pajak. Jasa pengiriman uang ini dijalankan sebagai sistem yang
mandiri, di luar dari perbankan.
2.4. Karakteristik Sistem Pembayaran yang Efektif
Listfield dan Montes-Negret (1994) menyebutkan bahwa efisiensi sistem
pembayaran dapat dikatakan tercapai apabila memenuhi kriteria umum sebagai
berikut :
1. Kecepatan pembayaran.
Waktu telah menjadi biaya yang sangat berpengaruh dalam transaksi
pembayaran, oleh karena itu setiap transaksi memerlukan transfer dana yang
efektif dan seketika. Keterlambatan yang terjadi membuat ketidakpastia n
dalam penyelesaian transfer dana, serta biaya imbangan dari penginvestasian
modal untuk kegiatan perekonomian lain.
2. Kepastian pembayaran (certainty payment).
Para pengguna suatu alat pembayaran harus yakin, bahwa pembayaran yang
dilakukannya akan sampai pada tangan yang berhak. Jika keyakinan ini tidak
ada, maka mereka akan kembali pada sistem pembayaran tunai menggunakan
uang koin dan uang fiat, daripada menggunakan sistem pembayaran non-tunai.
3. Keselamatan dan keamanan (safety and security).
• Pengawasan dari penggelapan.
Sistem pembayaran harus didesain sedemikian rupa dengan adanya
pengawasan yang cukup untuk menjamin dari adanya penggelapan dan
• Pengawasan resiko kredit.
Dalam beberapa kejadian sehari- hari, sering kali dengan adanya pengguna
kartu kredit yang tidak memiliki saldo yang cukup di bank. Keadaan ini
terjadi karena pihak penerima pembayaran (ritel dan sebagainya ) tidak
mengetahui apakah pihak pembayar (pemilik kartu kredit) memiliki
rekening yang cukup untuk membayar barang dan jasa yang
ditransaksikan. Seharusnya resiko kredit harus di antisipasi sejak awal.
• Kepercayaan.
Masyarakat luas harus percaya bahwa data sis tem pembayaran terlindungi
dan tidak akan di akses informasinya oleh sumber yang tidak resmi. Data
tersebut seharusnya dilindungi baik selama transaksi maupun sesudahnya.
4. Kenyamanan (convenience).
Suatu sistem pembayaran harus membuat para pengguna menjadi lebih
nyaman, baik untuk memegang maupun melakukan transaksi dengan alat
pembayaran tersebut.
5. Biaya.
Perekonomian membutuhkan sistem pembayaran yang memiliki biaya paling
rendah pada semua aspek.
2.5. Sistem Pembayaran Elektronik dan Manfaatnya
Sistem pembayaran elektronik (electronic payment system) dapat didefinisikan sebagai layanan perbankan modern dengan memanfaatkan teknologi
dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan
meningkatkan produktivitas (Wardiana, 2002). Kartu pembayaran elektronik
terdiri dari kartu kredit (credit card), charge card, kartu debet (debit card), dan
cash card.
Secara tidak langsung, manfaat dari sistem pembayaran elektronik ini
dapat dirasakan masyarakat dalam suatu negara. Dapat pula diuraikan sebagai
berikut (Sridawati, 2006) :
1. Meningkatkan aktifitas perekonomian negara.
Sistem pembayaran yang efektif memiliki peran yang semakin penting karena
erat kaitannya dengan transaksi serta perputaran alat pembayaran dalam
perekonomian. Secara teoritis, kebijakan moneter dipengaruhi oleh jumlah
uang beredar serta kecepatan perputaran uang. Di sisi lain, menurut hasil
penelitian Global Insight (2003), di Amerika Serikat sistem pembayaran elektronik telah menambah US$ 6,5 triliun dari pengeluaran konsumsi
masyarakat. Dengan pertumbuhan sebesar 0,5 persen per tahun dan manfaat
kumulatif sebesar US$ 10 triliun. Hal ini berarti penyediaan 1,3 juta lapangan
kerja baru. Lalu, berdasarkan hasil analisis data panel pada 50 negara di dunia,
peningkatan share bagi sistem pembayaran elektronik sebesar 10 persen akan meningkatkan 0,5 persen dari pengeluaran konsumsi.
2. Mengurangi biaya transaksi.
Sistem pembayaran elektronik berpotensi untuk mengurangi biaya transaksi
dalam perekonomian sebesar 1 persen dari GDP suatu negara.
Sistem pembayaran yang efektif menuntut kompetisi sehat dan efektif antara
lembaga keuangan peningkatan dalam penyediaan jasa, fasilitas, dan produk.
Kondisi ini perlu diimbangi dengan penciptaan kondisi perekonomian yang
kondusif termasuk peraturan yang mendukung.
2.6. Perilaku Konsumen dan Faktor yang Mempengaruhi Preferensinya
2.6.1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu aspek penting yang harus
diperhatikan oleh produsen dengan tujuan memberikan kepuasan kepada
konsumen. Dengan mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari
bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan sumberdaya
yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk memperoleh produk atau jasa yang
mereka inginkan. Dimana didalamnya tercakup pembahasan mengenai jenis
alasan, waktu, tempat dan frekuensi pemakaian suatu produk atau jasa.
Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor. Menurut
Engel, et al. (1994) perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis. Faktor pengaruh
lingkungan terdiri dari lima hal, yaitu : (1) budaya, (2) kela s sosial, (3) pengaruh
pribadi, (4) keluarga, dan (5) situasi. Perbedaan individu terdiri dari empat hal,
yaitu : (1) sumber daya konsumen, (2) motivasi dan keterlibatan, (3) pengetahuan,
dan (4) kepribadian, gaya hidup dan demografi. Sedangkan faktor psikologis
terdiri dari empat hal, yaitu : (1) pengolahan informasi, (2) pembelajaran, (3)
bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut.
2.6.2. Proses Pengambilan Keputusan
Ada beberapa tahap yang harus diperhatikan dalam membuat suatu
keputusan. Tahapan tersebut diawali dengan pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan hasil pembelian konsumen
terhadap produk yang telah di beli yang dilihatkan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian
Realisasi dari keputusan konsumen terlihat dalam aktivitas membeli yang
berwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap jenis produk, jumlah
pembelian, pilihan tampilan fisik, pilihan tempat pembelian, dan frekuensi Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
pembelian, kegiatan pembelian berawal dari pengambilan keputusan hingga
dilaksanakan dalam bentuk tindakan yaitu membeli suatu produk.
Tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan tersebut adalah :
1. Pengenalan Kebutuhan dan Pencarian
Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu
kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Adanya kebutuhan tersebut
disebabkan konsumen merasakan adanya ketidaksesuaian antara keadaan yang
nyata dengan yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian itu melebihi tingkat
tertentu maka kebutuhan dikenali, namun seandainya ketidaksesuaian itu ada
di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi (Engel, et al., 1994). Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen manghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan yang sebenarnya terjadi.
2. Pencarian Informasi
Menurut Engel, et al. (1994) pencarian informasi merupakan aktivitas yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan dan
perolehan informasi dari lingkungan. Pada tahap ini, menurut Kotler (1997),
sumber informasi konsumen terdiri dari (1) sumber pribadi (keluarga, teman,
tetangga), (2) sumber komersil (iklan, penjualan), (3) sumber umum, dan (4)
sumber pengalaman.
3. Evaluasi Alternatif
Tahap evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif
pilihan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk memilih
kriteria evaluasi. Kriteria yang sering digunakan oleh konsumen antara lain
harga, merek, dan kriteria yang bersifat hedonik (prestise, status).
Kriteria-kriteria ini biasanya bervariasi sesuai dengan kepentingan relatif mereka.
Setelah menentukan kriteria yang akan digunakan untuk alternatif,
maka konsumen memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan.
Tahap ini terdiri dari menentukan alternatif pilihan, menilai alternatif pilihan
dan menyeleksi alternatif pilihan.
4. Pembelian dan Hasil
Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan
membeli, dimana membeli, dan bagaimana membayar. Menurut Engel, et al.
(1994) pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat pembelian
dan pengaruh lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian
dan keputusan pembelian adalah sikap atas pendirian orang lain. Pendirian
orang lain dapat dipengaruhi alternatif yang disukai seseorang, tergantung
pada dua hal, yaitu (1) intensitas dari pendirian negatif yang disukai
konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk memenuhi keinginan orang lain.
Proses keputusan pembelian akan berlanjut pada penilaian terhadap
kinerja produk berdasarkan keinginan dan harapan konsumen. Apabila
pembeli merasa puas terhadap produk tersebut maka akan mengukuhkan
kesetiaan (loyalitas) pembeli, dan akan menimbulkan keluhan apabila pembeli
2.6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian
Menurut Engel, et al. (1994) terdapat beberapa determinan yang mempengaruhi variasi dalam perilaku konsumen dan determinan tersebut di bagi
menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Pengaruh lingkungan, konsumen di dalam lingkungan yang kompleks.
Perilaku mereka dipengaruhi oleh (1) budaya, (2) kelas sosial, (3) pengaruh
pribadi, (4) sikap, dan (5) situasi.
Budaya adalah sekumpulan nilai, persepsi, preferensi serta perilaku keluarga dan lembaga- lembaga penting lainnya. Budaya menentukan
keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Menurut Kotler (2002), kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri atas individu dengan berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama, atau
kelompok-kelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat secara hierarki. Kelas
sosial yang berbeda cenderung memunculkan perilaku konsumsi yang
berbeda.
Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Orang-orang yang
berhubungan erat atau dekat dengan konsumen akan menjadi kelompok acuan.
Menurut Kotler (2002), kelompok acuan terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
maupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal dan lainnya.
2. Perbedaan individu, faktor internal ini yang menggerakkan dan
konsumen; (2) motivasi dan keterlibatan; (3) pengetahuan; (4) sikap; dan (5)
kepribadian, gaya hidup dan demografi.
Menurut Engel, et al. (1994) perbedaan yang paling penting pada individu adalah sumber daya. Konsumen menilai tiga sumber daya utama
yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini penjual
memberikan barang dan jasanya. Ketiga sumberdaya tersebut adalah (1)
sumberdaya ekono mi atau pendapatan dan kekayaan, (2) sumberdaya temporal
atau waktu, dan (3) sumberdaya kognitif atau kapasitas konsumen untuk
mengolah informasi. Umumnya konsumen mempunyai keterbatasan pada
setiap sumber daya, sehingga dalam pengalokasiannya dilakukan dengan
cermat. Motivasi dan keterlibatan merupakan kebutuhan variabel utama dalam
motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari antara
keadaan ideal dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan
perilaku. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam
tingkat pembelian. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi lebih kuat untuk
memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan yang jauh lebih
besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan.
Secara umum pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi
yang disimpan di dalam ingatan (Engel, et al., 1994). Pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup atribut
produk dan kepercayaannya, (2) pengetahuan membeli, yaitu dimana dan
kapan membeli, dan (3) pengetahuan pemakaian (dari ingatan konsumen dan
yang dilakukan kons umen. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan
pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman
maupun dari yang lain. Intensitasnya, dukungan dan kepercayaannya adalah
sikap penting dari sikap seorang konsumen. Masing- masing sikap ini akan
bergantung pada kualitas pengalaman konsumen sebelumnya dengan objek
sikap.
Sedangkan kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang
berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten
dan tahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan
dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan dan
lainnya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam
menganalisis perilaku konsumen. Tentu saja kepribadian tersebut dapat
diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang kuat antara jenis
kepribadian tertentu dengan pilihan produk.
3. Proses psikologis, yaitu adanya proses pengolahan informasi, pembelajaran
dan perubahan sikap atau perilaku.
Pengolahan informasi yaitu cara-cara informasi ditransformasikan,
dirinci, disimpan, didapatkan kembali dan digunakan. Faktor-faktor tersebut
dipengaruhi oleh dua jenis utama determinan, yaitu pribadi dan stimulus.
Determinan pribadi adalah karakteristik individual seperti motivasi, sikap,
adaptasi dan rentang perhatian. Efek dari pengaruh pribadi adalah membuat
perhatian sangat selektif, sedangkan faktor stimulus adalah karakteristik dari
2.6.4. Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen diartikan sebagai pilihan untuk memiliki atau tidak
oleh seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Menurut
Kotler (2002), preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari
berbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi ini digunakan untuk
menganalisis tingkat kepuasan dari konsumen. Misalnya, seseorang ingin
mengkonsumsi produk dengan sumber daya terbatas maka ia harus memilih
alternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh menjadi optimal.
Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan
pilihan. Hubungan preferensi ini diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu :
1. Kelengkapan (completeness). Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah :
a. A lebih disukai daripada B
b. B lebih disukai daripada A
c. A dan B sama-sama disukai
2. Transaksi (transaction). Jika seseorang mengatakan bahwa ia lebih menyukai A daripada B atau lebih menyukai B daripada C.
3. Kontinuitas (continuity). Jika seseorang mengatakan A lebih disukai daripada B maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai daripada B.
Dalam ketiga proporsi di atas diasumsikan tiap orang dapat membuat atau
menyusun ranking semua kondisi atau situasi dari yang paling disukai hingga
yang paling tidak disukai (Nic holson, 1999). Dari sejumlah alternatif yang ada,
Preferensi konsumen terhadap suatu barang dapat diketahui dengan
menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang sebagai
pertimbangannya untuk memilih barang tersebut. Faktor- faktor tersebut dapat
berupa faktor demografis, faktor lingkungan, faktor kegunaan/manfaat, dan faktor
lainnya. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap konsumen terhadap
produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen dalam
membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk.
2.7. Regresi Logistik
Regresi logistik adalah suatu teknik analisis data yang dapat menjelaskan
hubungan antara peubah respon yang biasanya terdiri atas data kualitatif yang
mencerminkan suatu pilihan alternatif dengan peubah-peubah penjelas yang bisa
terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Peubah respon dalam regresi dapat
berbentuk dikhotom (biner) maupun polytomous (ordinal atau nominal) (Hosmer dan Lemeshow, 1989).
Kelebihan metode regresi logistik dibandingkan dengan teknik lain yaitu
(Kuncoro, 2004) :
1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang
digunakan dalam model, artinya variabel bebas tidak harus memiliki distribusi
normal, linier maupun memiliki varians yang sama dalam tiap grup.
2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu,
3. Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas
variabel tak bebas diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas.
Dalam penelitian ini, model logit mencerminkan dua alternatif bagi
kepemilikan kartu kredit, yaitu memiliki kartu kredit atau tidak. Untuk
mentransformasikan alternatif pilihan dari bentuk kualitatif ke kuantitatif, model
logit menggunakan fungsi distribusi normal kumulatif, sehingga nilainya berkisar
dari 0 ke 1 (Gujarati, 2003).
Model regresi logistik dengan p buah peubah bebas dapat digambarkan dengan menghitung peluangnya (Gujarati, 2003) :
[
( )]
merupakan variabel acak Bernoulli, maka dapat dilihat :P(Yi = 1) = Pi ... (2)
P(Y = 0) = (1 – Pi) ... (3)
Bentuk umum model dapat dinotasikan (Gujarati, 2003) :
i
dimana : Y = dependent variable,
X = independent variable,
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Menggunakan Kartu Kredit
Menurut Loix, et al. (2005) terdapat beberapa kategori yang dapat digunakan sebagai alat untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
dalam mengadopsi dan menggunakan elecronic payment system, termasuk kartu kredit. Kategori tersebut adalah :
1. Socio-demographic, terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan bahasa.
2. Financial, besarnya penghasilan per bulan responden setelah dikurangi pajak.
3. Technology, menyatakan frekuensi penggunaan mobile phone, komputer
pribadi, internet, PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon.
4. Supply-side, yaitu dengan menghitung jumlah POS (Point of Sale) terminals dan ATM (Automated Teller Machine) per ZIP code.
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2002) mempelajari pemilikan dan
perilaku penggunaan kartu plastik serta faktor- faktor yang mempengaruhi
kepemilikan dan pelunasan pembayaran kartu kredit oleh keluarga. Penelitian
dilakukan di Kota Bandung dengan pendekatan analisis regresi logistik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jenis kartu plastik yang dimiliki responden adalah
kartu kredit dan debit (57 persen), kartu kredit saja (30 persen), dan kartu debit
saja (13 persen). Frekuensi penggunaan kartu debit relatif lebih sering dibanding
dengan kartu kredit.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa responden yang berpendapatan lebih
dibanding yang berpendapatan lebih rendah. Responden yang jumlah anggota
keluarganya kurang atau sama dengan 4 orang mempunyai peluang lebih besar
untuk memiliki kartu kredit dibandingkan keluarga dengan jumlah anggo ta lebih
dari 4 orang. Responden yang berpendapatan kurang dari sama dengan Rp. 3 juta
mempunyai peluang untuk melunasi tagihan kartu kredit lebih besar dibandingkan
dengan responden yang tingkat pendapatannya lebih tinggi.
Penelitian lain menganalisis perilaku masyarakat terhadap non cash payment oleh Loix, et al. (2005) yang melakukan penelitian pada persepsi masyarakat Belgia terhadap sistem pembayaran yang baru, yaitu sistem
pembayaran elektronik. Penelitian ini menggunakan analisis logit dengan alat
analisis program SPSS 13. Dalam penelitian ini digunakan empat kategori yaitu :
(1) socio demographic yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan bahasa; (2) financial (dengan menanyakan berapa penghasilan per bulan responden setelah dikurangi pajak); (3) technology (frekuensi penggunaan mobile phone, komputer pribadi, internet, PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon); (4) supply-side (menghitung jumlah POS (Point of Sale) terminals dan ATM (Automatic Teller Machine) per ZIP code). Keempat kategori ini digunakan sebagai variabel untuk melihat kecenderungan preferensi masyarakat terhadap
sistem pembayaran elektronik. Berdasarkan penelitian ini dihasilkan bahwa semua
variabel eksogen di atas mempengaruhi kecenderungan preferensi masyarakat
untuk menggunakan kartu pembayaran elektronik.
Kemudian Zinman (2005) juga melakukan penelitian tentang
yang lebih diminati oleh masyarakat dengan pertimbangan keamanan, kemudahan
dan time cost. Penelitian ini menunjukkan bahwa kartu yang lebih diminati oleh masyarakat saat ini adalah kartu debit.
Penelitian lain dilakukan oleh Chairani (1998) yang meneliti tentang
preferensi konsumen bank X terhadap kartu kredit. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari jawaban mengenai atribut apa saja yang dipentingkan konsumen dalam
menggunakan kartu kredit serta berapa besar angka ideal atribut tersebut dinilai
cukup relevan untuk dilaksanakan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
faktor perilaku, yang terdiri atas perilaku kepemilikan kartu dan perilaku pemilik
kartu kredit, nyata berhubungan dengan variabel demografis.
Sedangkan dalam penelitian ini, penulis memfokuskan kepada
karakteristik, preferensi, dan perilaku dosen yang tergolong masyarakat dengan
tingkat pengetahuan, informasi, dan akses teknologi yang maju terhadap
perkembangan perekonomian nega ra, khususnya dalam sistem pembayaran.
Sehingga diharapkan akan terlihat suatu gambaran mengenai keadaan aktual
masyarakat modern tentang sikap dan pandangannya terhadap kemajuan teknologi
dalam sistem pembayaran, khususnya kartu kredit. Selain itu, secara mikro
penelitian ini lebih menunjukkan bagaimana gambaran dan tanggapan dosen
terhadap trend less cash society.
2.10. Kerangka Pemikiran
Sistem pembayaran kini semakin berkembang. Masyarakat modern