• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARTU KREDIT TANPA BUNGA KARTU KREDIT SY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARTU KREDIT TANPA BUNGA KARTU KREDIT SY"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KARTU KREDIT TANPA BUNGA

(KARTU KREDIT SYARI’AH)

Akuntansi Perbankan

Dosen:

Indra Siswanti., S.E., M.M.

Disusun Oleh :

Dea Nevi Utari 1511060015

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan laporan tertulis sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Akuntansi Perbankan. Makalah ini ditujukan kepada Ibu Indra Siswanti., S.E., M.M. selaku Dosen Mata Kuliah Akuntansi Bank dimana makalah ini membahas berjudul.

Pada kesempatan ini saya selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Indra Siswanti., S.E., M.M. selaku Dosen Mata Kuliah Akuntansi Perbankan yang telah memberikan kesempatan untuk menulis dan mengulas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wa’alaikumsalam Wr. Wb

Jakarta, 8 Februari 2014

(3)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...1

BAB II ISI

2.1Sejarah Singkat dan Pengertian Kartu Kredit...3 2.2 Perbedaan Kartu Kredit Konvensional dan Syari’ah ...4 2.3 Ketentuan Akad Dalam Kartu Kredit Syari’ah...6 2.4 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Multi Akad Dalam Transaksi

Syari’ah Card...9 2.5 Peluang Dan Tantangan Kartu Kredit Syari’ah ...11

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan...13 3.2 Saran...14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia perbankan saat ini mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan teknologi digital, termasuk juga perbankan syari’ah. Uang yang menjadi obyek utama perbankan telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dan bahkan lebih modern.

Seiring dengan kemajuan tersebut, alat pembayaran yang efektif dan praktis menjadi hal yang sangat diperlukan ketika transaksi perdagangan terjadi, orang akan berbelanja tidak perlu lagi repot-repot membawa uang dalam jumlah yang besar, tetapi cukup dengan membawa sehelai kertas plastik seukuran KTP yang disebut dengan Kartu Kredit ( Credit Card).

Gebrakan kartu kredit pada perbankan konvensional membuat perbankan syari’ah ikut kreatif memproduk kartu kredit yang bercorak syari’ah, yang dikenal dalam bahasa fiqhnya adalah “Bithaqah al-Iqrad”.

Produk Bithaqah al-Iqrad (Syari’ah Card) bagi Perbankan Syari’ah, disamping untuk meraih pangsa pasar, juga untuk menjalankan pergerakan keuangan sebagai wahana bagi masyarakat muslim untuk berta’awun dan ber-iktinaz.

(5)

akan mendorong masyarakat untuk bersifat konsumtif dan banyak dampak negatif yang ditimbulkannya. Terlepas dari pro kontra yang muncul, yang jelas Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa mengenai kartu kredit syariah.

Keberadaan kartu kredit sebagai akibat perkembangan teknologi, disamping sebagai alternatif alasan bagi pengguna uang yang lebih efektif dan praktis, juga merupakan nilai prestise tertentu bagi pengguna jasa tersebut.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat dan Pengertian Kartu Kredit

Awal mula muncul Kartu Kredit, ketika seorang pengusaha besar di New York Amerika Serikat tahun 1950 sedang menjamu atau bahasa gaulnya “ mentlaktir “ teman-temanya di sebuah restoran. Ketika selesai perjamuan, ketika tagihan datang dari pegawai restoran, pengusaha besar itu sangat terkejut dan “grogi” ketika mengambil dompetnya tidak ada atau tertinggal (tidak terbawa). Dalam keadaan panik pengusaha besar tersebut, terpaksa meninggalkan semacam kartu identitas sebagai jaminan kepada pihak Restoran.

Berdasarkan kejadian yang tidak disengaja itu, pengusaha menjadi malu dan akhirnya terbesit sebuah ide atau gagasan yang cemerlang untuk melakukan pembayaran dengan menggunakan alat yang sederhana semacam kartu yang dapat menggantikan uang tunai. Akhirnya pada tahun 1950 kartu kredit mulai dipasarkan sebagai alat pembayaran dan pengganti uang tunai.

(7)

2.2 Perbedaan Kartu Kredit Konvensional dan Syari’ah 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kartu Kredit Konvensional

Dalam perbankan konvensional, komposisi Kartu kredit saat ini biasanya terdiri dari tiga type, yaitu :

1. Generic Card, merupakan kartu kredit yang dapat digunakan disemua merchant yang menggunakan logo visa/master. Seperti:

a. Visa Classic dan Gold Card

b. Master Classic dan Gold Card

2. Co-Branded Card, merupakan kartu kredit hasil kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar serta dapat digunakan untuk transaksi di jaringan Visa/Master.Seperti :

a. Hero Master Card

b. Astra CMG Visa Card

3. Private Label Card. Merupakan Kartu Kredit yang hanya dapat digunakan di toko-toko yang bersangkutan. Seperti :

a. Ramayana Card

b. Yogya Kartu Serba Bisa

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kartu kredit

konvensional adalah suatu alat pembayaran yang berlaku dalam sebuah transaksi sebagai pengganti uang tunai dimana pemegang kartu kredit berkewajiban membayar bunga cicilan dan denda.

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Kartu Kredit Syariah

(8)

Kartu Kredit yang hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak berdasarkan prinsip Syariah dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam fatwa ini. Penerbitan Kartu Kredit Syariah berdasarkan kepada pertimbangan tertentu, yaitu diantaranya :

1. Seiring dengan perkembangan zaman, aktifitas dunia perbankan syariah juga meningkat. Oleh karena itu Perbankan Syariah juga dituntut untuk memberikan layanan kemudahan dalam

bermuamalah bagi seluruh nasabahnya, selama masih sesuai dengan rambu-rambu syariah yang ada.

2. Melihat kondisi yang ada,dimana sistem kartu kredit yang ada masih menggunakan prinsip bunga,yang tidak sesuai dengan syariat islam.

3. Adanya Kartu Kredit syariah menjadi alternatif yang paling baik, yang dapat digunakan oleh masyarakat indonesia yang mayoritas beragama islam sebagai pengganti kartu kredit yang berbasis bunga.

Selain pertimbangan-pertimbangan diatas, hal yang menjadi landasan hukum tentang penerbitan Kartu Kredit Syariah yaitu: 1. Firman Allah SWT yang berbunyi :

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. [388] Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.(S.Q A;maidah : ayat 1)

(9)

kartu, selain itu yang menjadi landasan dalam penerbitan Kartu Kredit Syariah yaitu :

2. …..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (S.Q Al-maidah :2)

Ayat diatas merupakan salah satu poin penting yang menjadi landasan dalam penertiban Kartu Kredit Syariah yaitu adanya prinsip tolong menolong sesama umat muslim dari dampak riba yang ada dalam kartu kredit syariah, demi menciptakan kemaslahatan bersama. 2.3 Ketentuan Akad Dalam Kartu Kredit Syari’ah

Mekanisme transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit syariah sama dengan kartu kredit konvensional. Bahkan prasarana yang digunakan untuk menjalankan transaksi kartu kredit syariah ini juga sama dengan kartu kredit konvensional, misalnya mesin EDC, ATM, dsb. Yang membedakan dalam kartu kredit syariah adalah akad atau perjanjian yang digunakan.

(10)
(11)
(12)

mengakui biaya penagihan (ta’widh) yang nilainya sesuai dengan kerugian riil yang terjadi akibat penagihan yang dilakukan oleh bank. Misalnya dalam penagihan, bank menghubungi nasabah melalui telepon atau mendatanginya, maka biaya riil yang akibat penagihan ini dapat dibebankan kepada nasabah. Teknik dalam penagihannya pun harus memperhatikan aspek syariah, tidak boleh sama dengan kartu kredit konvensional. Jika dalam kartu kredit konvensional tidak ada pembatasan dalam penggunaannya asal masih dibawah plafond limitnya, nasabah boleh sesuka hati melakukan pembelanjaan termasuk belanja barang yang non halal, seperti minuman keras, dsb. Maka dalam kartu kredit syariah nasabah tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi yang tidak sesuai syariah.

2.4 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Multi Akad Dalam Transaksi syari’ah Card

Permasaahan yang muncul akibat dari terjadi kombinasi akad dalam pengunaan kartu kredit syari’ah berbenturan dengan hadits nabi saw yang melarang dua transaksi dalam satu akad atau satu akad dalam dua

transaksi, (Hadits Riwayat Turnudzi dari Abu Hurairah). Makna satu akad dalam dua transaksi dalam hadits tersebut masih menjadi perdebatan para ulama fiqh.

Terlepas pro dan kontra tentang pemaknaan hadits tersebut, menurut hemat penulis dengan mengacu pada pendapat ulama Hanabilah,

(13)

ditangan penyewa. Mereka sepakat bahwa akad sewa bisa digabungkan dengan akad jual beli dalam satu transaksi, karena tidak ada hal yang menafikan subtansi kedua akad sepanjang kesepakatan atau syarat tersebut tidak bertentangan nash syara’ atau merusak kaidah syar’iyyah atau syarat-syarat tersebut menghilangkan subtansi akad.

Akibat logis dari pendapat ulama Hanabilah, Malikiyah dan

Syafi’iyyah, maka multi akad yang terjadi dalam mekanisme penggunaan kartu kredit syariah, sepanjang syarat-syarat yang diperjanjikan dalam akad tidak berlawanan dengan hukum Islam. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Saw : “ Orang-orang muslim terikat dengan syarat-syarat mereka, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal, atau menghalalkan yang haram (HR. Turmudzi dari Abu Hurairah).

Kebolehan transaksi dalam kartu kredit yang didalamnya terdapat gabungan beberapa akad, di samping mengacu pada pendapat ulama Hanabilah, Malikiyah dan Syafi’iyyah diatas, juga didasarkan pada kaidah fiqh (hukum Islam ) : “Tidak dapat diingkari adanya perubahan hukum lantaran berubahnya masa”. Hukum yang ada masa lalu didasarkan pada maslahah ketika itu, namun masa kini, maslahah telah berubah, maka hukumpun ikut berubah. Kaidah ini hanya berlaku di bidang muamalat dan bukan pada bidang ibadah.

Maksud kaidah hukum Islam tersebut, jika dikaitkan dengan

(14)

transaksi dalam satu akad dalam hadits Turmudzi didasarkan pada kondisi maslahah pada waktu itu, namun kondisi maslahah saat ini telah berubah, maka hukumpun ikut menyesuaikan maslahah tersebut.

Kombinasi atau multi akad dalam penggunaan kartu kredit, hakekatnya hanya satu akad yang terjadi yaitu akad qardh antara Bank penerbit kartu (pihak pemberi hutang) dengan pemegang kartu (pihak yang menerima hutang). Sedangkan akad-akad lain yang menyertai penggunaan kartu kredit terjadi karena ada pihak-pihak lain yang pada intinya sebagai sarana untuk memudahkan pemegang kartu memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya.

2.5 Peluang dan Tantangan Kartu Kredit Syariah 1. Peluang

Beberapa faktor yang merupakan peluang dan pendukung prospek Kartu Kredit adalah:

a. Keunggulan konsep Kartu Kredit dapat memenuhi peningkatan tuntutan pengharaman bunga yang ada di kartu kredit konvensional b. Jumlah penduduk beragama Islam lebih dari 180 juta orang

( sekitar 80 % )

c. Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk bermuamalah sesuai syariah, tumbuh subur khususnya pada masyarakat golongan menengah

d. Meningkatnya kebutuhan Financial Card yang syariah karena faktor perkembangan ekonomi umat

2. Ancaman dan Tantangan

Sedangkan faktor yang masih merupakan ancaman atau tantangan bagi perkembangan kartu kredit syariah di Indonesia adalah:

(15)

b. Lemahnya pengetahuan masyarakat menangani Kartu kredit Syariah

c. Citra perbankan syariah sendiri belum familiar di mata masyarakat d. Jenis Kartu kredit syariah yang ada sekarang belum mendukung

secara optimal untuk perkembangan Kartu kredit syariah

(16)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbedaan kartu kredit syari’ah dengan kartu kredit konvensional. Kartu Kredit Syari’ah dalam Pengambilan keuntungan lewat skema unik yaitu akad ijarah, dan kafalah. Akad ijarah adalah iuran tahunan (biaya keanggotaan). Kafalah adalah fee penjaminan transaksi dll. Kartu Kredit Konvensional dalam Pengambilan keuntungan disamping mendapatkan membership fee, fee ijarah, termasuk segala macam denda keterlambatan pemegang kartu atas kewajiban bayar yang telah jatuh tempo, juga yang tidak kalah penting adalah mengutamakan adanya bunga berbunga yang dibebankan kepada pemegang kartu sebesar 2-4 % perbulan terhadap nominal jumlah hutang.

(17)

kewajiban bayar akibat transaksi antara pemegang kartu dengan merchant(swalayan) dan/atau penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank penerbit kartu. (d) akad ijarah, dimana Penerbit kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu ( Pemegang kartu dikenakan membership fee). 3. Multi akad muamalah yang terjadi dalam penggunakan kartu kredit

syari’ah diperbolehkan dalam hukum Islam dan tidak termasuk kategori larangan hadits terhadap satu akad dalam dua transaksi dengan mendasarkan pada dalil hukum maslahah.

4. Peluang dan Ancaman Kartu Kredit Syari’ah

Peluang kartu kredit syariah tersebut diyakini akan mendorong perkembangan industri perbankan syariah. Di samping, kartu tersebut dapat menjadi instrumen yang memudahkan nasabah untuk

bertransaksi. Sedangkan tantangan yang dihadapi oleh Kartu Kredit Syariah yaitu bagaimna membuka Mainstream masyarakat luas mengenai keberadaan Kartu Kredit Syariah. Dan sejauh mana Bank Syariah tersebut tetap konsisten dalam menjalankan mekanisme kartu kedit syraiah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.Selain itu bisnis kartu kredit merupakan bisnis yang bersifat retail, dimana resikonya juga besar yaitu resiko non performing financing (NPF).

3.2 Saran

(18)

2. Sebaiknya pemberian limit lebih besar karena pemberian limit masih relatif lebih kecil dibanding dengan limit pada kartu kredit

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Ibrahim Abu sulaiman, 2006, Banking Card Syari’ah Kartu Kredit dan Debid Dalam Perspektif Fiqh, Jakarta : PT RajGrafindo Persada

Al Amien Ahmad,1998, Jual beli Kredit, Jakarta ; Gema Insani.

Arifin, 2002, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syrai’ah, Jakarta : Alvabe

Asmuni A. Rahman, 1976, Qa’idah Qa’idah Fiqih, Jakarta ; Bulan Bintang

Harun, 2008, Bisnis Waralaba Perspektif Hukum Islam Tinjauan Aspek Yuridis Peraturan Waralaba di Indonesia, Surakarta : Tesis Pasca Sarjana Ilmu Hukum UMS

Kasmir, 2002 , Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hal. 320.

Muhammad Kholidin,2003, Kartu Kredit Perspektif Hukum Islam, Surakarta : Skripsi FAI – UMS

Muhammad Syafi’i Antonio, 2002, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta : Gema Insani

Turmudzi, 2002, Sunan al-Turmudzi wa huwa al-Jami’u al-Shahih , Beirut ; Daral-Kutub al-Ilmiyah

Referensi

Dokumen terkait

 Mengetahui ciptaan tuhan  Anak menulis dengan rapi  Anak melengkapi huruf pada kata  Anak menggambar dengan rapi. Mengetahui

[r]

Perbedaam Jumlah Trombosit Cara Manual Pada Pemberian Antikoagulan EDTA Konvensional (Pipet Mikro) Dengan EDTA Vacutainer. Universitas

Sebanyak 33 Quantitative Trait Loci (QTL) untuk karakter toleransi cekaman Al telah teridentifikasi pada ke-12 kromosom tanaman padi (Wu at. , 2000) dan QTL pada

Jum1ah spesies ikan yang ditemukan selama penelitian berturut-turut ialah 56 jenis ikan di Danau Sababilah (Gambar 2), 27 jenis di Danau Raya (Gam bar 3), dan 51 jenis ikan di

Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) adalah perjanjian antara perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan peternak sebagai tertanggung dimana dengan menerima premi

Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SDN