• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis brand liking dan brand loyalty produk speedy pada PT. Telkom Surakarta ktigasatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis brand liking dan brand loyalty produk speedy pada PT. Telkom Surakarta ktigasatu"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ANALISIS BRAND LIKING DAN BRAND LOYALTY PRODUK SPEEDY PADA PT. TELKOM SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Manajemen Pemasaran

Oleh :

Danar Tarunaning Abadi NIM F3207106

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN PEMASARAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan

ketidakberdayaanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kekuatan-Nya. (Ibnu Athaillah)

Yang lalu telah sirna, yang diharap masih belum pasti, yang kau miliki hanyalah waktu saat engkau hidup saat ini. (Van Der Kart)

You ll never walk alone. (Liverpool FC)

Kemajuan dimulai saat kita mau menerima kelemahan diri untuk diperbaiki (Jean Janier)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada : 1. Bapak Ibuku tercinta yang telah

membesarkanku dengan penuh kasih sayang.

2. Kakakku dan adik-adikku yang telah memberi warna perjuanganku.

3. Kakek, nenek, paman, bibi, dan semuanya atas doa dan dukungan.

4. Seseorang yang menyayangi dan mencintaiku. 5. Teman-teman dan sahabat-sahabatku di

(5)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga akhirnya dengan

kemampuan dan waktu yang terbatas penulis mampu menyelesaikan

Tugas Akhir ini dengan judul “ ANALISIS BRAND LIKING DAN BRAND

LOYALTY PRODUK SPEEDY PADA PT .TELKOM SURAKARTA” Tugas

Akhir ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ahli Madya pada program DIII Manajemen Pemasaran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, memberi dorongan serta

mengarahkan penulis baik secara langsung maupun tidak langsung

sehingga tugas akhir ini dapat tersusun. Untuk itu penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com., Ak, selaku dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Harmadi, MM, selaku Ketua Program Diploma III

Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Bapak Catur Sugiarto, SE, Selaku dosen pembimbing, yang telah

meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan

(6)

vii

4. Seluruh Bapak/ Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta, semoga ilmu yang didapat penulis dapat menjadi

berkah dan bermanfaat untuk hidup dan masa depan.

5. Bapak Muhammad Azhari, ST, MM, selaku Manager Unit Data & Vas

sales PT. TELKOM cabang Surakarta yang telah berkenan

memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan kegiatan magang dan

penelitian.

6. Seluruh staf PT. TELKOM Surakarta yang telah membantu

memberikan kesempatan bagi penulis dalam pencarian data-data yang

di butuhkan dan dalam membimbing dalam pelaksanaan praktik

magang kepada penulis.

7. Ibu, ayah dan adik penulis yang selalu mencurahkan doa dan kasih

sayangnya kepada penulis. Tanpa dukungan mereka penulis tidak

akan lancar dalam mencapai ini semua.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah membantu dalam menyelesaiakn Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari

pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tugas akhir ini .

Dengan demikian semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis

dan pembaca serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan tugas akhir

ini. Amin.

(7)

viii

Surakarta, 30 Juli 2010

Penulis

(8)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Merek ... 16

(9)

x

C. Loyalitas………... 19

D. Kategori Loyalitas Merek ……….. 22

E. Fungsi Loyalitas Merek ………. ... 23

F. Tingkat Loyalitas Konsumen……….. ... 25

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas merek……….. ... 28

H. Strategi untuk memelihara dan meningkatkan loyalitas merek……….. ... 33

I. Kerangka Berfikir………... 35

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 36

B. Laporan Magang Kerja ... 53

C. Analisis Data dan pembahasan……… 55

D. Analisis Liking The Brand ……….... 60

E. Analisis Brand Loyalty ……….. ... 65

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA

(10)

xi ABSTRACT

ANALYSIS OF BRAND LIKING AND BRAND LOYATY SPEEDY PRODUCTS IN PT. TELKOM SURAKARTA

Danar Tarunaning Abadi F3207106

This study aims to determine the level of brand loyalty users speedy and also to know the shape of the pyramid generated from analysis of brand loyalty and brand liking. Methods of data collection methods used were questionnaires, observation, and literature. The population in this study is the customer who uses Telkom Speedy Speedy. The sampling technique used is the Convenience Sampling. Election by using this technique because the number of unknown populations and based on availability and convenience elements to get the respondents who are in the right place and time and also for the sake of cheap and quick. In this study, demographic variables describe the grouping of respondents based ongender, education level, income level, type of work. The results of this study described the many respondents are loyal to the brand speedy speedy speedy and likes, this shows the level of brand loyalty is strong enough speedy.

Although the results of this study indicate there are still many consumers who are sensitive to prices, but from the results of analysis showed respondents speedy loyal to their brand. From this analysis it is expected that Telkom Speedy maintaining brand loyalty that has been formed to minimize the level of switchers by adding more interesting promotional activities and holding of events-events that appeal to consumers, and improve services that reduce the level of discontent and also maintain the quality of the product- product offered.

(11)

xii ABSTRAK

ANALISIS BRAND LIKING DAN BRAND LOYATY PRODUK SPEEDY PADA PT. TELKOM SURAKARTA

Danar Tarunaning Abadi F3207106

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat loyalitas pengguna merek speedy dan juga untuk mengetahui bentuk piramida yang dihasilkan dari hasil analisis brand loyalty dan brand liking. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner, observasi, dan studi pustaka. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Telkom Speedy yang menggunakan Speedy. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling. Pemilihan dengan menggunkan teknik ini dikarenakan jumlah populasi yang belum diketahui serta berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkan responden yang berada pada tempat dan waktu yang tepat dan juga demi murah dan cepat. Dalam penelitian ini variable demografi menggambarkan pengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan.

Hasil penelitian ini menggambarkan banyaknya responden speedy yang setia terhadap merek speedy dan menyukai speedy, hal ini menunjukan tingkat loyalitas merek speedy cukup kuat.

Meskipun dari hasil penelitian ini menunjukan masih banyaknya konsumen yang sensitif terhadap harga, namun dari hasil analisis menunjukan responden speedy loyal terhadap merek. Dari hasil analisa tersebut diharapkan Telkom Speedy tetap mempertahankan loyalitas merek yang sudah terbentuk dengan meminimalkan tingkat switcher dengan menambah menambah kegiatan promosi yang menarik dan diadakannya even-event yang menarik bagi pelanggan, serta meningkatkan pelayanan sehingga mengurangi tingkat ketidakpuasan dan juga tetap mempertahankan kualitas dari produk-produk yang ditawarkan.

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Tarif biaya per bulan...… 52

Tabel 3.4 Jenis kelamin ………... 56

Tabel 3.5 Berdasarkan Pendidikan……… 57

Tabel 3.6 Berdasarkan pekerjaan ... ... 58

Tabel 3.7 Berdasarkan pendapatan ... 59

Tabel 3.8 Responden yang menyukai speedy ... 60

Tabel 3.9 Responden yang menyukai speedy dibanding merek lain ... 61

Tabel 3.10 Responden yang memfavoritkan speedy... 63

Tabel 3.11 Responden yang tidak berminat pada speedy ... 65

Tabel 3.12 Responden yang sensitif terhadap harga... 67

Tabel 3.13 Kesediaan responden menggunakan speedy ... ... 68

Tabel 3.14 Reponden yang setia, walaupun ada komentar negatif ... 70

Tabel 3.15 Responden yang tidak berniat mempromosikan speedy ... 71

Tabel 3.16 Responden yang mempercayai hal negatif tentang speedy... 73

Tabel 3.17 Responden yang memberi tahu keunggulan speedy ... 74

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gambar skala Likert ... 10

Gambar 2.1 Fungsi loyalitas merek... 24

Gambar 2.2 Piramida Brand Loyalty ... 27

Gambar 2.3 Piramida Brand Loyalty dalam posisi terbalik ... 28

Gambar 2.4 Kerangka berfikir ... 35

Gambar 3.1 Logo Telkom Indonesia ... 41

(14)

xv BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan adanya globalisasi banyak perkembangan

dan perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis yaitu pada cara

memandang pasar (segmentation) dan cara mengoptimalkan pasar

(targetting). Seperti dalam situasi persaingan pada saat ini,

perusahaan dihadapkan pada kebutuhan untuk mengubah strategi

pemasarannya.

Perubahan dan perkembangan teknologi secara tidak

langsung akan mempengaruhi suatu perubahan dalam

mempertahankan pangsa pasar, akibatnya timbul persaingan antar

perusahaan dalam menawarkan produknya di pasar. Persaingan

bisnis yang dihadapi perusahaan–perusahaan pada saat ini

semakin ketat sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk

lebih cermat dalam menentukan strategi pemasaran agar dapat

memenangkan persaingan yang semakin kompetitif. Dari perspektif

pemasaran, pada situasi yang demikian maka agar dapat keluar

sebagai pemenang manajemen perusahaan dituntut untuk dapat

mendesain dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang

(15)

xvi

kepuasan konsumennya sehingga pada akhirnya dapat tercipta

loyalitas yang tinggi dari konsumen terhadap produk yang

ditawarkan perusahaan (Maylina, 2003).

Upaya penciptaan kepuasan dan loyalitas konsumen harus

selalu diikuti dengan evaluasi terhadap tingkat kepuasan dan

loyalitas yang dicapai oleh konsumen. Hal ini sangat diperlukan

karena dengan mengetahui tingkat kepuasan atau loyalitas

konsumennya, manajemen perusahaan akan dapat menentukan

strategi pemasaran yang akan digunakan pada masa yang akan

datang dengan baik. Kecenderungan perkembangan persaingan

pemasaran di masa mendatang akan menjadi persaingan antar

merek, yaitu suatu persaingan untuk memperoleh dominasi merek.

Merek akan menjadi aset perusahaan yang paling bernilai,

karena merek lebih dari sekedar sebuah nama atau sebuah logo

seperti sebuah hubungan lebih dari sekedar interaksi (James

2003:314). Untuk itu merek perlu dikelola, dikembangkan, diperkuat

dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan

keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. Lebih jauh, sebenarnya

merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam

sebuah trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai

dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Bagi

perusahaan, salah satu faktor penentu kesuksesan dalam

menciptakan kesetiaan merek para pelanggannya adalah kepuasan

(16)

xvii

yang baik akan menciptakan, mempertahankan kepuasan serta

menjadikan konsumen loyal. Karakteristik konsumen yang loyal

salah satunya adalah selalu melakukan pembelian ulang secara

terus–menerus.

Aaker (dalam Maylina 2003:99) menyatakan bahwa loyalitas

merek (brand loyalty) adalah sebagai suatu faktor yang penting

dalam menetapkan nilai dari suatu merek. Nilai penting dari merek

tersebut dapat meliputi kualitas, bentuk serta kegunaan dari barang

dan jasa yang ditawarkan lebih baik dari para pesaing. Lebih dari

itu, Aaker berpendapat bahwa loyalitas pelanggan terhadap merek

(brand loyalty) memiliki nilai strategik bagi perusahaan, antara lain

mengurangi biaya pemasaran, keuntungan dalam trade leverage,

menarik minat konsumen dan dapat memberikan keuntungan waktu

untuk merespon terhadap pesaing. Loyal tidaknya konsumen

terhadap suatu merek perusahaan sangat tergantung pada

kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola faktor–

faktor yang mempengaruhi loyalitas merek (brand loyalty). Aaker

(dalam Maylina, 2003:99) mengemukakan bahwa faktor–faktor

yang mempengaruhi loyalitas merek adalah: (1) variabel

satisfaction atau kepuasan yang didapatkan dari penggunaan suatu

produk yang meliputi kesesuaian dengan manfaat, kemampuan

produk, gambar, tulisan, desain warna khas, kejelasan informasi

(17)

xviii

(2) variabel habitual behavior atau kebiasaan dalam menggunakan

suatu produk meliputi proses pengambilan keputusan dan

kebiasaan. (3) variabel liking of the brand yaitu tingkat kesukaan

pada suatu produk meliputi keterikatan yakni perasaan emosional

yang terkait pada suatu merek dan pengalaman dalam penggunaan

sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya.

Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan

semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke

mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu

mengembangkan dan merebut market share. Salah satu aset untuk

mencapai keadaan tersebut adalah dengan merek.

Seperti halnya yang terjadi pada PT TELKOM Surakarta

yang terus berupaya membangun mereknya, salah satunya adalah

dengan menerapkan strategi forward integration yaitu dengan

membuka stan-stan dibeberapa wilayah yang dinilai strategis untuk

perkembangan pasarnya. Strategi ini dinilai cukup efektif karena

dapat menjangkau konsumen baik diwilayah perkotaan maupun

diwilayah pedesaan. Dengan kata lain, kemudahan konsumen

dalam mengenal dan memperoleh produk Speedy menjadi prioritas

perusahaan untuk membangun loyalitas konsumen terhadap merek

Speedy. Surakarta merupakan salah satu wilayah yang cukup

menjanjikan untuk pemasaran internet, karena berdasarkan

pengamatan banyak usaha dan pengguna internet yang baru

(18)

xix

pengusaha tersebut yang menggunakan speedy untuk usaha

internet. Hal ini menunjukkan bahwa penjualan Speedy di Surakarta

tersebut cukup berhasil sehingga merangsang sebagian

masyarakat untuk mengembangkan bisnis tersebut. Baik yang akan

digunakan untuk usaha (Warnet) atau pun digunakan untuk

keperluan sendiri. Berarti merek Speedy memiliki persepsi yang

baik dari sudut pandang konsumen, baik dari segi kualitas maupun

perusahaan yang bersangkutan.

Berdasarkan survey pendahuluan beberapa konsumen

mengemukakan alasan lebih memilih membeli / menggunakan

Speedy yaitu karena harga yang relatif terjangkau dan pelayanan

yang baik dari karyawan Speedy yang membuat konsumen merasa

nyaman menggunakan produk Speedy. Kedua faktor inilah yang

paling mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek Speedy

sehingga konsumen merasa enggan pindah ke provider lain.

Deskripsi tersebut diatas menekankan pada faktor kemudahan

memperoleh dan pelayanan yang dapat mempengaruhi loyalitas

merek. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Aaker dalam

Maylina (2003) bahwa faktor yang paling penting dari suatu merek

berkaitan dengan loyalitas merek adalah diantaranya kualitas

produk. Jadi terdapat kesenjangan pada dua pernyataaan tersebut,

sehingga perlu sekiranya melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai loyalitas merek (brand loyalty). Berdasarkan uraian latar

(19)

xx

ANALISIS BRAND LIKING DAN BRAND LOYALTY PRODUK SPEEDY PADA PT. TELKOM SURAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahui

masalah penelitiannya adalah bagaimana tingkat loyalitas

konsumen terhadap merek speedy pada PT.Telkom.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat Liking The Brand konsumen terhadap

merek speedy.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam upaya peningkatan loyalitas konsumen

terhadap merek perusahaan.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi akan lebih mantap dalam menyelesaikan

(20)

xxi

dilakukan mahasiswa melalui Praktek Kerja Lapangan sebagai

tujuan integresi Perguruan Tinggi dengan masyarakat secara

umum terutama pada instansi/lembaga ataupun perusahaan pada

khususnya.

3. Bagi Penulis

Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana

pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman

dalam penerapan ilmu yang berkaitan dengan bidang manajemen

konsentrasi bidang pemasaran, khususnya mengenai loyalitas.

E. Metodologi Penelitian 1. Desain penelitian

Penelitian dilakukan dengan fokus utama untuk

mengetahui tingkat loyalitas konsumen terhadap merek speedy

pada PT. Telkom. Desain penelitian digunakan adalah desain

survey yang dilakukan dengan pengukuran sampel dengan

menggunakan kuesioner sebagai cara untuk menjawab

permasalahan tersebut

2. Objek Penelitian

Daerah atau obyek penelitian ini adalah karyawan pada

PT Telkom Surakarta. Pemilihan lokasi ini didasarkan

(21)

xxii

Perusahaan/lnstansi, di samping itu lokasinya dekat dengan

penulis sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.

3. Populasi,sampel dan teknik sampling a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu

yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan (Tjiptono,1997) Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh konsumen yg menggunakan speedy.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki populasi (Tjiptono,1997) Jumlah sampel yang

diambil adalah 100 responden.

c. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

convenience sampling yaitu sampel dipilih dari konsumen

yang mudah untuk diakses datanya dengan memberikan

kuesioner kepada konsumen dengan tetap memperhatikan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan pada sampel yaitu

konsumen yang pernah menggunakan Speedy.

(22)

xxiii

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari

kuesioner yang diisi oleh responden dan sumber data yang

diperoleh langsung melalui penelitian di lapangan. Selain itu,

sumber data primer juga diperoleh dari lokasi penelitian

adalah keterangan dari petugas Customer Service PT.

Telkom Surakarta.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah

dengan penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan daftar

pertanyaan yang akan digunakan peneliti untuk memperoleh

data dari sumbernya secara langsung melalui proses

komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan, Daftar

kuesioner dari penelitian ini mengacu pada (Tjiptono, 2004).

6. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian

ini ialah skala Likert yaitu skala yang dapat memperlihatkan

tanggapan konsumen terhadap karekteristik suatu produk

(sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, atau sangat

tidak setuju). Sebagai gambaran penelitian memberikan 5

alternatif jawaban kepada responden, dengan rentang skala

yang digunakan adalah 1 sampai . misalkan penelitian bobot

(23)

xxiv

Maka penggolongan kategori ini berdasarkan nilai (score)

yang diperoleh dilakukan dengan cara mengalihkan

besarnya bobot pada kategori tertentu yang telah

ditetapkandengan jumlah responden yang masuk dalam

kategori yang sama. Sedangkan interval dalam penelitian ini

dapat ditetapkan dengan:

Interval= Nilai Tertinggi- nilai terendah = 5-1 =0,8

Banyaknya Kelas 5

Rentang skala dapat ditujukan sebagai berikut:

1,00 - 1,80 = Sangat Jelek (SJ)

(24)

xxv

Sehingga setelah besarnya interval ditetapkan letak

rata-rata penilaian responden terhadap setiap umur

diferensiasinya dan sejauh mana variasinya dapat diketahui.

7. Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan penulis adalah teknik

analisis data deskriptif yaitu mengumpulkan, mengolah dan

menganalisa data dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensinya. Analisa deskriptif yang akan dilakukan

digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Analisa Deskriptif berdasarkan variable demografi

Variable demografi menggambarkan pengelompokan

responden kategori–kategori berdasarkan jenis kelamin,

usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan tiap bulan,

lama berlangganan dan alasan berlangganan. Kemudian

data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan diagram. Jenis data yang dikumpulakan

bersifat kualitatif. Informasi ang diperoleh dari penelitian ini

terhadap variable demografi akan sangat berguna untuk

evaluasi kebijakan segmentasi pasar produk yang telah

dijalankan perusahaan disamping sebagai landasan

penyusunan stategi pemasaran perusahaan.

b. Dalam penelitian ini menggunakan data hasil kuesioner yang

(25)

xxvi

dilakukan analisa sehingga menghasilkan gambaran

deskriptif yang jelas. Selanjutnya, dari data yang diperoleh,

dicari nilai rata- tatanya untuk mengetahui ukuran

pemusatan.

Rumus Yang digunakan :

1. Rata – Rata (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak,2001:43)

Keterangan:

2. Elemen Brand loyalty (Durianto, Sugiartao, dan

sitinjak :2001,134)

a. Switcher

Switcher buyer adalah konsumen yang sensitif

terhadap perubahan harga atau diskon dan

mempunyai perilaku berganti-ganti merek modem.

Responden yang termasuk switcher adalah

responden yang menjawab “sering”(skor 4) dan

(“selalu”5).

Switcher =

b. Habitual Buyer

Habitual buyer adalah konsumen yang berada

(26)

xxvii

dapat dikategorikan sebagai konsumen yang puas

dengan merek produk yang dikonsumsi atau

setidaknya konsumen tidak mengalami

ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek

produk tersebut. Habitual buyer dihitung

berdasarkan jawaban “setuju” (skor 4) dan “sangat

setuju” (skor 5).

Habitual Buyer =

c. Satisfied Buyer

Satisfied buyer adalah konsumen yang berada

pada tingkatan ketiga dari suatu piramida brand

loyalty, dan dapat dikategorikan sebagai

konsumen yang puas dengan merek produk yang

digunakan. Satisfied buyer dihitung berdasarkan

jawaban”puas”(skor 4) dan”sangat puas” (skor 5).

Satisfied Buyer =

d. Liking The Brand

Likes the brand adalah konsumen yang beerada

pada tingkat keempat dari piramida brand loyalty

dan dapat dikategorikan sebagai konsumen yang

sungguh-sungguh menyukai merek tersebut,

(27)

xxviii

emosional yang terkait pada merek. Responden

yang termasuk tingkatan likes the brand adalah

yang menjawab “suka’(skor 4) dan “sangat suka”

(skor 5).

Likes The Brand =

e. Commited Buyer

Commited buyer adalah konsumen yang berada

pada tingkat kelima dari suatu piramida brand

loyalty dan dapat dikategorikan sebagai konsumen

yang memiliki kebanggaan sebagai pengguna

merek dan bahkan merek sangat penting bagi

konsumen, dipandang dari segi fungsinya maupun

sebagai suatu ekspresi mengenai siapa

sebenarnya konsumen. Responden yang masuk

tingkatan committed buyer adalah

menjawab”sering”(skor 4) dan”selalu” (skor 5).

Committed Buyer =

Untuk analisis deskriptif berdasarkan variable

demografi akan disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan

(28)

xxix

maka hasil dari analisis tersebut akan dimasukan ke dalam

rentang skala Likert.

BAB II

(29)

xxx A. Merek

Menurut Philip Kotler merek sebenarnya merupakan janji

penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan

jasa, merek yang terbaik akan memberikan jaminan kualitas dan

bukan hanya simbol (Rangkuti, 2002:35). Pengertian merek

menurut David A. Aaker adalah nama dan atau simbol yang bersifat

membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan

maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual

atau sebuah kelompok penjual tertentu.

Dengan demikian suatu merek membedakannya dari barang

dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor. Sedangkan menurut

William J. Stanton (1996), merek adalah nama, istilah, simbol atau

desain khusus atau beberapa kombinasi unsur–unsur ini yang

dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang

ditawarkan oleh penjual. Dari beberapa definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa merek adalah suatu nama atau simbol dari

suatu produk yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen

mengenai produk yang bersangkutan (Rangkuti, 2002:36).

B. Ekuitas Merek

Menurut Aaker dalam Rangkuty (2002:39), ekuitas merek

adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan

dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

(30)

xxxi

perusahaan. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001:4), ekuitas

merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang

berkaitan dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

produk baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang

berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang mampu

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

produk baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Dengan

demikian ekuitas merek merupakan nilai tambah yang diberikan

nama merek atas suatu produk. Menurut Simamora (2001:68),

ekuitas merek tidak terjadi dengan sendirinya. Ekuitas merek

dibangun oleh elemen-elemen ekuitas merek yang terdiri dari :

a. Kesadaran merek (brand awareness)

Kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau

mengingat kembali bahwa merek merupakan bagian dari

kategori produk tertentu.

b. Asosiasi merek (brand asociation)

Pencitraan suatu merek terhadap kesan tertentu dalam

hubungannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut

produk, geografis, harga, pesaing dsb.

(31)

xxxii

Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau

keunggulan produk atau jasa layanan yang berkenan dengan

maksud yang diharapkan.

d. loyalitas merek (brand loyalty)

Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan

suatu merek produk.

e. Other Propiertary brand assets ( Aset-aset merek lainya)

Empat elemen brand equity diluar aset-aset merek lainnya

dikenal dengan elemen–elemen utama dari brand equity. Jika

sebuah merek sudah dikenal dan selalu diingat konsumen

sehingga dibenak ada asosiasi tertentu terhada merek tersebut,

maka merek tersebut dapat dibedakan dari merek–merek lain.

Jika dibenak konsumen merek tersebut memiliki kualitas yang

tinggi dan berhasil membuat konsumen puas dan loyal, maka

merek tersebut memiliki ekuitas merek yang tinggi.

C. Loyalitas

Loyalitas adalah suatu perilaku pembelian pengulangan

yang telah menjadi kebiasaan, yang mana telah ada keterkaitan

dan keterlibatan tinggi pada pilihannya terhadap objek tertentu,

dan bercirikan dengan ketiadaan pencaharian informasi

(32)

xxxiii

Untiuk meningkatkan loyalitas, perusahaan harus meningkatkan

tingkat kepuasan setiap pelanggan dan mempertahankan tingkat

kepuasan tersebut dalam jangka panjang. Untuk meningkatkan

maka perlu menambahkan nilai pada apa yang ditawarkan.

1. Loyalitas Merek

Loyalitas merek tidak terbentuk dalam waktu singkat

tetapi melalui proses belajar dan berdasarkan hasil

pengalaman dari konsumen itu sendiri dari pembelian yang

konsisten sepanjang waktu. Bila apa yang didapat sudah

sesuai dengan harapan maka proses pembelian ini terus

berulang. Hal ini dapat dikatakan bahwa telah timbul adanya

kesetiaan konsumen. Bila dari pengalamannya konsumen

tidak mendapatkan merek yang memuaskan maka tidak

akan berhasil untuk mencoba merek–merek lain sampai

mendapatkan produk yang memenuhi kriteria mereka.

Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang

menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini

merupakan satu ukuran keterkaitan seorang konsumen pada

sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat, maka

kerentanan kelompok konsumen (baca: pelanggan) dari

serangan kompetitor dapat dikurangi.

Hal ini merupakan indikator dari brand equity yang

berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang

(33)

xxxiv

sebagai penjualan di masa depan (Freddy Rangkuti, 2002

:60 –61). Definisi loyalitas merek menurut Aaker adalah

bahwa loyalitas merek (brand loyalty) sebagai suatu faktor

penting dalam menetapkan nilai dari suatu merek, nilai

penting dari merek tersebut dapat meliputi kualitas, bentuk

serta kegunaan dari barang dan jasa yang ditawarkan dapat

menjadi lebih baik dari para pesaing (Maylina, 2003:99).

Durianto mengemukakan bahwa loyalitas merek merupakan

suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek.

Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin

tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain,

terutama jika pada merek tersebut didapati adanya

perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain

(Durianto dkk, 2001:126).

Merek yang mampu menciptakan komitmen

konsumen akan menghasilkan kepercayaan konsumen

dalam pengambilan keputusan sehingga akhirnya akan

menentukan loyalitas merek. Dari pernyataan tersebut Oliver

mendefinisikan loyalitas merek sebagai suatu komitmen

mendalam untuk mengkonsumsi produk atau jasa dimasa

akan datang.

2. Karakteristik Loyalitas Merek

(34)

xxxv a. Bersifat bias (non random)

b. Merupakan respons behavioral (berupa pembelian)

c. Diekspresikan sepanjang waktu

d. dilakukan oleh unit pengambilan keputusan

e. Unit pengambilan keputusan mengekspresikan loyalitas

merek berkenaan dengan satu atau lebih alternatif merek

dalam serangkaian merek, Merek merupakan fungsi dari

proses-proses psikologis (pengambilan keputusan,evaluatif).

(Tjiptono, 2005:388).

3. Ukuran Loyalitas Merek

Terdapat dua macam ukuran loyalitas merek behavioral yang

banyak digunakan, yaitu:

1. Proporsi pembelian

Loyalitas diukur dengan persentase tertentu, yaitu jumlah

pembelian merek yang paling sering dibeli dibagi dengan

total pembelian. Jadi, bila frekuensi pembelian merek yang

paling sering dibeli adalah 8 kali dari 10 kali pembelian total,

maka loyalitas mereknya 80 persen.

2. Urutan / rentetan pembelian

Ukuran loyalitas yang lain, yakni konsistensi berkaitan

dengan urutan pembelian dan frekuensi konsumen beralih /

berganti pemasok. Dalam hal ini terdapat lima macam pola

(35)

xxxvi

a. Undivided loyalty : A A A A A A A A

b. Occasional switch : A A B AA A C A A D A

c. Switch loyalty : A A A A B B B B

d. Divided loyalty : A A A B B A A B B B

e. Brand indifference (non loyalty) : A B D C B A C D

D. Kategori loyalitas merek

Loyalitas merek pada dasarnya merupakan fenomena

attidudinal yang berkorelasi dengan perilaku atau merupakan

fungsi dari proses psikologis. Menurut Dharmmesta (dalam

Dogoran, 2001:208) membedakan kategori loyalitas merek

menjadi loyalitas merek fokal yang sesungguhnya (true focal

brand loyalty), loyalitas merek ganda yang sesungguhnya (true

multibrand loyalty), pembelian ulang (repeat purchasing) dan

pembelian secara kebetulan (happenstance purchasing)

E. Fungsi Loyalitas Merek

Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar,

loyalitas merek dapat menjadi aset strategis bagi perusahaan.

Berikut adalah beberapa potensi yang dapat diberikan oleh

loyalitas merek kepada perusahan:

1. Reduced marketing costs (mengurangi biaya pemasaran)

Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih

(36)

xxxvii

upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi, biaya

pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat. Ciri

yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah membeli

suatu produk karena harga yang murah.

2. Trade leverage (meningkatkan perdagangan)

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan

menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat

keyakinan perantara pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa

pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas

kebiasaan selama ini.

3. Attracting new customers (menarik minat pelanggan baru)

Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang

merasa puas dan suka terhadap merek tersebut akan

menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk

mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang

dilakukan mengandung risiko tinggi. Disamping itu, pelanggan

yang puas umumnya akan merekomendasikan merek tersebut

kepada orang yang dekat dengannya sehingga akan menarik

pelanggan baru.

4. Provide time to respond to competitive threats (memberi waktu

untuk merespon ancaman persaingan).

Loyalitas merek akan memberikan waktu pada sebuah

perusahaan untuk merespon gerakan pesaing. Jika salah satu

(37)

xxxviii

loyal akan memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk

memperbaharui produknya dengan cara menyesuaiakan atau

menetralisasikannya (Durianto dkk, 2001:127). Loyalitas merek

para pelanggan yang ada mewakili suatu aset strategis dan jika

dikelola dengan baik dan dieksploitasi dengan benar akan

mempunyai potensi untuk memberikan fungsi/nilai dalam

beberapa bentuk seperti yang diperlihatkan dalam gambar II.1.

Gambar II.1. Fungsi loyalitas merek

Sumber: Freddy Rangkuti, 2002 “The Power of Brands” h.63

F. Tingkatan Loyalitas Merek

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk,

didapati adanya beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing–

masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang

harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun

tingkatan loyalitas merek tersebut adalah sebagai berikut:

1. Switcher (berpindah – pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini

dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling

(38)

xxxix

pembeliannya dari suatu merek ke merek–merek yang lain

mengindikasikan sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal

atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini

merek apapun dianggap memadai serta memegang peranan

yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling

nampak dari jenis pelanggan ini adalah merek membeli suatu

produk karena harganya murah.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli yang berada dalam tingkatan loyalitas ini dapat

dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek

produk yang dikonsumsinya atau setidaknya tidak mengalami

ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut.

Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang

cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek

produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan

tersebut memerlukan usaha, biaya maupun berbagai

pengorbanan lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam

membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka

selama ini.

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan).

Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori

puas bila mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian

mungkin saja pembeli memindahkan pembeliannya ke merek

(39)

xl

terkait dengan waktu, uang atau risiko kinerja yang melekat

dengan tindakan beralih merek. Untuk dapat menarik minat

para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini para

pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus

ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan

menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai

kompensasinya (switching cost loyal).

4. Likes the brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini

merupakan pembeli yang sungguh–sungguh menyukai merek

tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasan emosional yang

terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh

asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman

dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi

maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived

quality yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa suka ini

merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan

ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu

yang spesifik.

5. Commited buyer (pembeli yang komit)

Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang

setia, merek memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna

suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat

(40)

xli

sebagai suatu ekspresi diri. Tiap tingkatan brand loyalty

mewakili tantangan pemasaran yang berbeda dan juga

mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan dan

ekspolitasinya. Tampilan piramida brand loyalty yang umum

adalah sebagai berikut :

Commited Buyer

Liking The Brand

Satisfied Buyer

Habitual Buyer

Switcher

Gambar II. 2 Piramida Brand Loyalty

Dari piramida loyalitas tersebut terlihat bahwa bagi merek yang belum

memiliki brand equity yang kuat, porsi tersebesar dari konsumennya

berada para tingkatan switcher. Selanjutnya, porsi terbesar kedua

ditempati oleh konsumen yang berada pada taraf habitual buyer, dst.,

hingga porsi terkecil ditempati oleh committed buyer. Meskipun demikian

bagi merek yang memiliki brand equity yang kuat, tingkatan atas makin

melebar sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih

besardaripada switcher seperti tampak pada gambar berikut II.3 :

(41)

xlii

Liking The Brand

Satisfied Buyer

Habitual Buyer

Switcher

Gambar II. 3

Piramida Brand Loyalty dalam Posisi Terbalik

G. Faktor –faktor yang mempengaruhi loyalitas merek

Menurut Aaker (dalam Maylina 2003:103) faktor – faktor yang

mempengaruhi loyalitas merek adalah :

1) Kepuasan

Kepuasan konsumen meliputi penentuan keseluruhan

mengenai produk dan jasa yang mampu menciptakan

keinginan dan kebutuhan konsumen. Untuk itu sangatlah

penting bagi suatu perusahaan untuk menciptakan kepuasan

konsumen, karena konsumen yang puas akan menceritakan

kepada orang lain dan melakukan pembelian ulang.

Kepuasan merupakan suatu keseluruhan variabel gabungan

yang terdiri dari sebuah kompilasi yang diperhitungkan atau

sebuah kompilasi yang diperhitungkan atau sebuah

perkiraan dari berbagai faktor yang berbeda yang terlibat

(42)

xliii

Secara spesifik dikatakan bahwa beberapa elemen dari

penawaran konsumen bisa diterima secara positif sementara

beberapa yang lainnya diterima secara negatif karena tidak

bisa menerima harapan-harapan konsumen. Sikap kognitif

pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau ketidak

sepadanan antara hasil yang didapatkan dibandingkan

dengan pengorbanan yang dilakukan (Tjiptono 2005:349).

Konsumen akan loyal terhadap suatu merek bila

mendapatkan kepuasan dari merek tersebut. Karena itu jika

konsumenmencoba beberapa macam merek yang kemudian

di evaluasi apakah merek tersebut telah melampaui kriteria

kepuasan mereka atau tidak. Bila setelah mencoba dan

kemudian responnya baik maka berarti konsumen tersebut

puas sehingga akan memutuskan membeli kembali merek

tersebut secara konsisten sepanjang waktu. Ini berarti telah

tercipta loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.

Dengan kata lain, bahwa kepuasan dapat terbentuk jika

pemasar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas,

harga yang “pantas” serta menciptakan situasi yang

membuat konsumen merasa nyaman melebihi apa yang

diharapkan. Jadi, terdapat hubungan yang erat antara

kepuasan konsumen dengan loyalitas. Semakin tinggi tingkat

kepuasan akan mengarah pada semakin tinggi loyalitas

(43)

xliv

Fandi Tjiptono (1997) bahwa terciptanya kepuasaan

konsumen dapat memberikan manfaat diantaranya (1)

hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi

harmonis, (2) memberikan dasar yang baik bagi pembelian

ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan serta terbentuknya

rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang dapat

menguntungkan perusahaan (Maylina 2003:98).

2) Kebiasaan

Kebiasaan pada sebuah merek dapat terbentuk

karena tidak adanya perbedaan yang signifikan antar merek

untuk produk yang sejenis, sehingga konsumen tidak

melakukan evaluasi alternatif pada merek tersebut. Dengan

demikian pengambilan keputusan yang dilakukan pada saat

melakukan pembelian tidak melalui proses yang panjang.

Loyalitas konsumen terhadap sebuah merek juga dapat

terbentuk karena kebiasaan konsumen secara umum, artinya

kebiasaan yang dipengaruhi faktor psikologis.

Pada kondisi ini, dapat dikatakan bahwa loyalitas

konsumen telah terbentuk merek tersebut, yaitu bahwa

konsumen akan tetap membeli merek yang sama untuk

suatu jenis produk dan cenderung tidak akan berganti–ganti

merek. Situasi ini bisa terjadi karena tiga faktor. Pertama,

konsumen menjadi familiar dengan merek yang telah

(44)

xlv

cocok dengan merek tersebut serta ingin menghindari siuasi

yang tidak familiar dengan alternatif produk atau merek lain.

Kedua, konsumen seringkali membentuk selera atau

preferensinya karena conditioning, artinya setelah beberapa

kali mencoba kemudian belajar menyukainya.

Ketiga, intergenerational influence berpengaruh

signifikan terhadap adopsi sejumlah merek. Artinya, merek

yang digunakan oleh anggota keluarga tertentu bisa menjadi

semacam testimoni tentang keunggulan merek bersangkutan

bagi anggota keluarga lainnya. Kebiasaan sangat erat

kaitannya dengan perilaku konsumen. Ada konsumen yang

memiliki perilaku yang sama dengan orang tuanya dalam

mengkonsumsi suatu produk yang merupakan kebiasaan

yang dibawa sejak kecil, namun ada juga faktor kebiasaan

yang terbentuk bahwa konsumen tidak suka berpindah

merek karena konsumen merasa merek tersebut dapat

memenuhi semua kebutuhan dan harapannya, bukan karena

pengaruh dari orang lain.

3) Kesukaan konsumen

Kesukaan konsumen merupakan bagian dari sikap

konsumen yang merupakan hasil dari pengalaman

sebelumnya. Sikap (attitude) adalah sebagai suatu evaluasi

menyeluruh yang memungkinkan orang berespons dengan

(45)

xlvi

konsisten berkenaan dengan objek/alternatif yang diberikan.

Sikap dapat mendorong orang berperilaku secara konsisten

terhadap obyek sejenis, sehingga sikap menghemat energi

dan pikiran. Oleh sebab itu, sikap sangat sulit untuk

berubah.

Sikap seseorang membentuk pola yang konsisten,

dan untuk mengubah sikap mungkin membutuhkan

penyesuaian besar terhadap sikap lain (Kotler 2000:245).

Lebih jauh, sikap dikonseptualisasikan sebagai perasaan

positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai

hasil dari penilaian merek bersama dengan kriteria atau

atribut evaluatif yang penting. Sikap biasanya memainkan

peranan utama dalam membentuk perilaku, dalam

memutuskan merek apa yang akan dibeli atau toko mana

yang akan dijadikan langganan. Konsumen secara khas

memilih merek atau toko yang dievaluasi secara paling

menguntungkan. Jadi, Sikap bervariasi dalam intensitas

(yaitu kekuatan) dan dukungan (favorability).

H. Strategi Untuk Memelihara dan Meningkatkan Loyalitas Merek

Secara umum, langkah–langkah untuk memelihara dan

meningkatkan loyalitas merek adalah dengan melakukan

pemasaran hubungan (relationship marketing), pemasaran

(46)

xlvii

(membership marketing). Berikut adalah beberapa contoh

strategi yang dapat dilakukan untuk memelihara dan

meningkatkan loyalitas merek:

1) Menjaga hubungan yang saling menguntungkan dengan

pelanggan. Untuk itu diperlukan suatu “relationship

marketing” yang terpadu dari perusahaan agar konsumen

dapat terpuaskan terus–menerus, sehingga loyalitas

konsumen akan terjaga sepanjang masa. Kepuasan

konsumen menjadi salah satu faktor kunci dan sangat

menentukan langgengnya loyalitas merek.

2) Menjaga kedekatan dengan pelanggan secara

berkesinambungan. Seorang pemasar atau sales person

seringkali lupa dalam menjaga kedekatan dengan pelanggan.

Seringkali jalinan kedekatan hanya dilakukan pada saat

transaksi belum atau sedang terjadi dan begitu transaksi

sudah berlangsung, cenderung melupakan pelanggan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain dengan

membentuk keanggotaan perusahaan dengan menggelar

berbagai acara agar kedekatan dapat terus terjaga. Aktivitas

lain yang dapat dijalankan adalah pengiriman kartu ucapan

selamat kepada pelanggan pada momen–momen tertentu.

3) Menciptakan biaya peralihan yang tinggi dan mampu

(47)

xlviii

diadakan untuk mengikat konsumen agar tidak beralih ke

merek pesaing. Disamping itu, banyak pula perusahaan yang

melakukan program promosi yang bersifat fixed cost kepada

konsumennya agar konsumen terus memakai merek produk

yang dipasarkan.

4) Memberi imbalan atas loyalitas pelanggan. Dalam hal ini

perusahaan dapat memberi imbalan berupa hadiah/reward

lainnya.

5) Memberi pelayanan ekstra kepada pelanggan (Durianto,dkk

2001:144-145).

I. Kerangka Berfikir

Dari keterangan teori diatas dapat digambarkan kerangka

pemikiran sebagai berikut.

Gambar II.4 Kerangka Berfikir

Penjelasan bagan:

Dari bagan kerangka pemikiran diatas, maka dapat

dijelaskan dalam kerangka penelitian ini penulis ingin melihat ada

atau tidaknya pengaruh Brand Loyalty terhadap niat penggunaan

(48)

xlix BAB III

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah Perkembangan PT.TELKOM

Sejarah dari dunia telekomunikasi di Indonesia bermula

sejak tahun 1882, dimana sebuah badan usaha swasta dengan

nama ”Post En Telegraafdienst” yang menyediakan layanan pos

dan telegrap dibentuk oleh pemerintahan Kolonial Belanda

berdasar Staatblad Nomor 52 tahun 1882. Kemudian tahun 1906

(49)

l

mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama

Jawatan Pos, Telegrap, dan Telepon (Post Telegraaf En

Telefondienst/PTT-Dienst ) dengan dasar Staatblad Nomor 395

tahun1906. Tahun 1931 berdasar I.B.W. ditetapkan sebagai

Perusahaan Negara, dan pada tahun 1961 pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 19 tahun 1960 tentang persyartan sebuah perusahaan

negara, ternyata PTT memenuhi syarat untuk tetap menjadi

Perusahaan Negara (PN) dan dengan Perpu No. 20 tahun 1961

berubah menjadi PN Pos dan Telekomunikasi (PN Postel)

Selanjutnya pada tahun 1965 PN Postel dipecah

menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro),

dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN

Telekomunikasi) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

29 dan 30 tahun 1966. Selanjutnya mulai tanggal 28 april

1970 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan

No.129/U/1970 PN Telekomunikasi berubah menjadi

Perusahaan Umum Telekomunikasi yang disingkat

PERUMTEL. Keberadaan Perumtel dikukuhkan dengan

Peraturan Pemerintah no. 36 tahun 1974 yang menetapkan

sebagai pengelola telekomunikasi untuk umum dalam negeri

dan luar negeri. Dan pada tahun 1960 pemerintah mengambil

kebijaksanaan dengan membeli seluruh saham PT. Indosat,

(50)

li

penanaman modal asing yang kemudian diubah statusnya

menjadi sebuah BUMN berbentuk Persero. PT Indonesian

satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk

menyelenggarakan jasa komunikasi internasional, terpisah

dari Perumtel. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan

pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum, maka dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1974 yakni dengan

menetapkan Perumtel sebagai Badan Usaha yang diberi

wewenang menyelenggarakan telekomunikasi dalam negeri

dan PT. Indosat sebagai Badan Usaha yang diberi wewenang

menyelenggarakan telekomunikasi untuk umum internasional.

Tahun 1989 dikeluarkan Undang-undang Nomor 3

tahun 1989 tentang telekomunikasi yang mengatur mengenai

peraan serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi

dalam negeri. Selanjutnya pada tahun 1991 Perumtel berubah

menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi

Indonesia, hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah

Nomor 25 tahun 1991. Pada tahun 1995 penawaran umum

perdana saham Telkom (Initial Public Offering/IPO) dilakukan

pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu saham Telkom

tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ),

Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange

(51)

lii

juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public offering

Without Listing/PWOL) di Tokyo Stock exchange.

Sejak 1 Juli 1995 Telkom telah telah menghapuskan

Struktur Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) dan secara

de facto meresmikan mulainya era Divisi. Sebagi pengganti

Witel,bisnis bidang utama dikelola oleh 7 divisi Regional dan

Divisi Network. Divisi Regional (Divre) menyelenggarakan

jasa telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui

pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional.

Divisi Regional Telkom mencakup wilayah sebagai berikut :

a. Divisi Regional I, Sumatera

b. Divisi Regional II, Jakarta,Bogor,Tangerang,Bekasi

JABOTABEK

c. Divisi Regional III, Jawa Barat dan Banten

d. Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta

e. Divisi Regional V, Jawa Timur

f. Divisi Regional VI, Kalimantan

g. Divisi Regional VII, Kawasan Indonesia Timur yang

meliputi Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan

Papua.

Kemudian Kerja Sama Operasi (KSO) mulai

diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 1996 di wilayah

(52)

liii

Nusantara (Pramindo), Divisi Regional III Jawa Barat dan

Banten, dengan mitra PT. Aria West International (Aria west),

Divisi Regional IV Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, dengan

mitra PT. Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI),

Divisi Regional VI Kalimantan, dengan mitra PT. Dayamitra

Telekomunikasi (Dayamitra) dan Divisi Regional VII Kawasan

Indonesia Timur dengan mitra PT. Bukaka Singtel. Tahun

1999 disyahkan Undang-undang Nomor 36 tahun 1999,

tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan

telekomunikasi oleh PT. TELKOM.

Selanjutnya tahun 2001 Telkom membeli 35 % saham

Telkomsel dari PT. Indosat sebagai bagian dari implementasi

restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang

ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan

kepemilikan silang/cross ownership antara Telkom dengan

Indosat. Dengan transaksi ini, Telkom menguasai 72,72%

saham Telkomsel. PT.Telkom membeli 90,32% saham PT.

Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan

Dayamitra ke dalam lapran keuangan Telkom. Dan pada

tahun 2002 Telkom membeli seluruh saham Pramindo melaui

3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya

perjanjian jual-beli pada tangal 15 Agustus 2002, 15 % pada

pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada

(53)

liv

Telkomsel pada Singapore Telecom, dengan demikian

Telkom tinggal memilki 65% saham Telkomsel. Direncanakan

sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan

telekomunikasi lokal.

Sebagai sebuah holding company. Telkom memiliki

beberapa buah anak perusahaan terafiliasi seperti PT.

Telekomunikasi Seluler Indonesia yang bergerak sebagai jasa

penyelenggara jasa telekomunikasi bergerak seluler, PT

Indonusa Telemedia yang menangani bisnis multimedia

penyiaran dan Internet dengan nama produk TELKOMVISION

dan PT. Infomedia Nusantara yang mengelola bisnis

penerbitan Buku Petunjuk Telepon Yellow Pages dari call

center.

2. Arti Logo TELKOM

Gambar 3.1

Logo Telkom Indonesia.

Sebuah logo akan menjadi suatu Brand Images dimana

dari suatu perusahaan. Sudah banyak

perusahaan-perusahaan yang melakukan transformasi visi dan misi

(54)

lv

bersifat persepsi kuat terhadap perusahaan. Adapun Arti dari

simbol-simbol logo tersebut yaitu:

· Lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan produk dan

layanan dalam portofolio bisnis baru TELKOM yaitu TIME

(Telecommunication, Information, Media & Edutainment).

Expertise.

· Tangan yang meraih ke luar. Simbol ini mencerminkan

pertumbuhan dan ekspansi ke luar. Empowering.

· Jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecermatan,

perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat.

Assured.

· Kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari

terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang

baru. Progressive.

· Telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk

menggapai masa depan. Heart.

warna-warna yang digunakan adalah :

· Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian

dan pengalaman yang tinggi

· Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu

yang atraktif, hangat, dan dinamis

· Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran

bawah mencerminkan inovasi dan peluang yang tak

(55)

lvi 3. Visi dan Misi

PT. Telkom menetapakan visi dan misi untuk

mengarahkan kegiatan perusahaan agar dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

a. Visi

To become a leading InfoCom Player in the Region Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai

perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia

Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia

Pasifik.

b. Misi

1. Memberikan layanan “One Stop InfoCom” dengan

jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan

terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan

berkualitas, dengan harga kompetitif.

2. Telkom akan mengelola bisinis melalui praktek-praktek

terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya

manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang

(56)
(57)

lviii

Kantor Daerah Pelayan Telekomunikasi (KANDATEL)

dipimpin oleh seorang oleh seorang General Manager (GM)

yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi

Regional (KADIVRE). Untuk pelaksanaan operasional tugas

harian PT. Telkom Kandatel Solo dipimpin oleh seorang

General Manager (GM) yang bertanggung jawab penuh

terhadap seluruh aktivitas penyelenggaraan layanan jasa

Telkom dan untuk mencapai efektivitas dalam

mengkoordinasikan operasional bisnis. Dalam menjalankan

perannya yang antara lain adalah memastikan pencapaian

target pendapatan, performansi jaringan dan pelayanan, serta

pengelolaan sumber daya yang ada maka GM Kandatel Solo

dibantu Deputy General Manager dan beberapa manajer.

Manajer yang membantu GM Kandatel Solo yaitu manager

(58)

lix

customer care, manager fixed phone sales, manager data vas

sales, manager business performance, dan manager general

support. GM Kandatel juga dibantu oleh Junior Manager

Kancatel.

5. Personalia

Karyawan PT. TELKOM Kandatel Solo sebagian

besar terdiri dari karyawan pria. Hal ini mengingat bidang

tugas dan pekerjaan yang ada lebih banyak membutuhkan

tenaga pria karena dalam penyelesaiannya mengutamakan

kekuatan mental dan fisik yang berhubungan langsung

dengan lokasi atau lapangan dimana sebagian besar

pekerjaan di PT. TELKOM berada di lapangan. Sedangkan

untuk waktu atau jam kerja karyawan PT.TELKOM Kandatel

Solo secara umum diatur sesuai dengan kebutuhan

perusahaan dan peraturan perundangan yang berlaku, yaitu 7

jam atau 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Jumlah tersebut

dalam pelaksanaannya diatur sebagai berikut :

a. Senin-Kamis : 07.30-17.00, termasuk istirahat 1 jam

b. Jumat : 08.00-16.00,termasuk istirahat 1,5 jam

c. Sabtu-Minggu : Libur

6. Bidang Pemasaran

Kegiatan operasional yang menyangkut strategi dan

(59)

lx a. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan sebuah langkah

atau kebijakan yang diambil perusahaan dalam hal ini PT.

TELKOM dalam meningkatkan jumlah pendapatan usaha

maupun luasnya jaringan operasional kerja perusahaan.

Dalam meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan PT. TELKOM menetapkan strategi pemasaran

menjadi beberapa bagian, yaitu

1. ) Strategi Pemantapan

Strategi pemantapan merupakan strategi

peningkatan pasar yang dilakukan oleh PT. TELKOM

untuk meningkatkan pemasaran produk-produk yang

telah ada.

2. ) Strategi Peningkatan

Strategi peningkatan merupakan strategi

peningkatan pasar yang dilakukan oleh PT. TELKOM

untuk meningkatkan pemasaran produk yang ada di

pasar yang sama.

3. ) Srategi Pengembangan

Strategi pengembangan merupakan strategi

peningkatan pasar yang dilakukan oleh PT. TELKOM

untuk pengembangan produk-produk baru dan pasar

baru.

(60)

lxi

Kandatel Solo berlokasi di Jalan Mayor Kusmanto

No. 1 Solo merupakan salah satu unit bisnis dibawah

Divisi Regional IV Jateng dan DI. Yogyakarta. Kantor ini

membawahi wilayah yang terdiri pemerintahan kota dan

kabupaten Solo, Sukoharjo, Boyolali, Blora, Jepara,

Klaten, Delanggu, Pati, Rembang, Sragen, Karangayar,

Tawangmangu, dan Wonogiri.

Selain sebagai wilayah operasional, beberapa

wilayah ini juga merupakan daerah pemasaran jasa

layanan telekomunikasi dari Kantor Daerah Pelayanan

Telekomunikasi Solo. Adapun wilayah atau daerah

pemasaran Kandatel Solo merupakan daerah yang

termasuk ke dalam daerah dengan kode area 0271,

meliputi daerah Solo, Sukoharjo, Karanganyar, dan

Sragen. Setiap wilayah pemasaran ini dibantu oleh

sebuah kantor area pelayanan telekomunikasi.

7. Product Knowledge

a. Deskripsi Produk

Salah satu layanan unggulan PT.TELKOM adalah

Telkom Speedy. Telkom speedy adalah layanan akses

internet berkecepatan tinggi dari Telkom dengan basis

teknologi ADSL (Asymetric Digital Subscriber Line) yang

(61)

lxii

simultan melalui satu saluran telepon biasa dengan

kecepatan hingga 384 kbpsdari modem sampai BRAS

(Broadband Remote Access Server).

b. Pengguna Telkom Speedy

Speedy memilki slogan ”Broadband Internet Access

for Home and Small Office”. Dengan slogan tersebut

diharapkan Telkom Speedy menjadi solusi utama bagi

akses internet tidak hanya dikalangan bisnis namun

meluas sampai ke rumah-rumah.

Layanan Internet dari Telkom Speedy cocok untuk :

1.) Pemakai internet yang sering mengakses data dalam

volume besar dengan kecepatan tinggi, serta

membutuhkan koneksi internet yang stabil.

2.) Untuk kawasan perumahan house hold yang

merupakan pengguna internet secara aktif,termasuk

SOHO (Small Office Home Office), medium scale

enterprise, sekolah, dan institusi lainnya.

3.) Aplikasi-aplikasi dalam bentuk video interaktif dan

kecepatan tinggi, seperti aplikasi permainan secara

online game online yang memadukan aliran audio dan

video audio and video streaming hingga menjadi

sangat smooth dan jernih.

c. Keunggulan Telkom Speedy

(62)

lxiii

1.) Praktis

Memungkinkan akses internet dan pembicaraan

telepon secara bersamaan tanpa saling mengganggu

(simultan)

2.) Koneksi 24 jam

Layanan internet dari Telkom Speedy menyediakan

koneksi secara terus-menerus selama 24 jam sehari

dan 7 hari seminggu, serta mampu menyalurkan

koneksi dengan kecepatan tinggi

3.) Aman

Saluran yang digunakan pengguna Telkom Speedy

digunakan sendiri dan tidak dibagi dengan pengguna

lainnya (not shared), sehingga keamanan lebih baik.

Hal ini cocok untuk aplikasi e-business.

4.) Kecepatan Konstan

Karena infrastruktur tidak terbagi dengan pengguna

lainnya, maka kecepatan tidak terpengaruh oleh

jumlah pelanggan dan pertambahan jumlah pelanggan

yang akses. Koneksi lebih stabil karena

masing-masing penguna mempunyai jalur tersendiri ke

peralatan multi plextor di sisi Telkom.

(63)

lxiv

Pelanggan dapat memilih paket layanan berdasarkan

kuota trafik internet yang paling sesuai dengan

kebutuhan pelanggan dan penagihan dilakukan flat

tiap bulan. Jika trafik pelanggan melebihi kuota yang

dipilih, maka pelanggan harus membayar kelebihan

sesuai jumlah trafik dalam megabyte.

6.) Karakteristik akses internet

Mempunyai mode transmisi bersifat asimetris karena

berbasis teknologi ADSL maka kecepatan download

bisa tinggi daripada upload. Hal ini disesuaikan dengan

karakteristik kebutuhan akses internet dimana

pengguna internet melakukan download lebih banyak

daripada upload.

d. Perangkat yang dibutuhkan

Perangkat yang dibutuhkan pelanggan telkom Speedy

yaitu :

1.) Modem ADSL

2.) Splitter/ Micro filter

3.) PC Personal Computer atau laptop

4.) Aksesoris LAN, seperti HUB, switch, router bagi

pelanggan korporasi bila akan digunakan untuk

Gambar

Gambar II.1. Fungsi loyalitas merek Sumber: Freddy Rangkuti, 2002  “The Power of Brands” h.63
Gambar II. 2   Piramida Brand Loyalty
yang ada. Berikut adalah struktur organisasi dari PT. Telkom secara Sruktur Organisasi Gambar 3.2 wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian memiliki sruktur organisai yang mengatur  kedudukan, tugas, Dalam operasional kerja sehari-hari PT
Tabel III.3 Tabel Tarif Biaya Speedy Per Bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Keputusan Investasi menurut Purnamasari, dkk dalam Fenandar, (2009:27) adalah “ Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana

Adapun sebagai alasan dari penulis memilih Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar sebagai objek penelitian penulis adalah dikarenakan Desa Kualu Nenas

Rektor dan Pembantu Rektor Dewan Pertimbangan Fakultas Dekan dan Pembantu Dekan Ketua dan Sekretaris Departemen Kepala bagian Tata Usaha Fakultas Unit Penunjang

Terdapat perbedaan signifikan nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, berdasarkan hasil t hitung lebih besar dari pada harga t tabel

Dasar pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam menjatuhkan putusan kasasi terhadap para pihak yang sedang berperkara di pengadilan hubungan industrial mengenai

Untuk mewujudkan program Wajib Belajar 12 Tahun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menjamin seluruh warga usia sekolah untuk mendapatkan pelayanan pendidikan

tersebut, kepala sekolah dalam menyelesaikan masalah pemberian penghargaan dan pembinaan. Pemberian penghargaan atau reward meliputi: mengikuti prosedur pemberian

yang juga menyebabkan kurangnya minat mahasi wi Cina dan juga India untuk melibatkan diri di dalam pilihanraya kampus, Jika dilihat seC81'8 jel.. m nunj yang pilibanraya kampus