• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pendidikan Karakter Melalui Ekstra Kurikuler Pramuka Di Sekolah Dasar Negeri Srondol Kulon 01 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pendidikan Karakter Melalui Ekstra Kurikuler Pramuka Di Sekolah Dasar Negeri Srondol Kulon 01 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini di SDN Pedurungan Kidul 04 Semarang dengan alamat Jalan Blancir Pedurungan Kidul Semarang. Data guru terdiri dari 15 orang (11 orang berstatus Pegawai Negeri Sipil dan 4 orang berstatus wiyata bakti).

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksana-kan dalam dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu: (1) peren-canaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan evaluasi, dan (4) refleksi.

1. Perencanaan

(2)

penerapan Reward dan Punishment dalam mening-katkan disiplin guru dalam kehadiran di kelas pada proses belajar mengajar. (d) Merumuskan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tinda-kan. (e) Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah atau menghadapi tantangan atau melakukan tindakan. (f) Mengidentifikasi meto-de pengumpulan data yang akan digunakan. (g) Menyusun instrumen pengamatan dan evaluasi. (h) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan.

2. Pelaksanaan

(3)

berbuat adil dalam memberi nilai, (b) Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c) Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh oleh pekerjaan rumah, (d) Berusaha untuk mengembangkan diri. 3) DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara metoda-metoda di dalam kelas. 4) IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan ketrampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a) Menolong siswa yang mengalami masalah selain masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru untuk memecah-kan masalah di kelas, (e) Memotivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk pengem-bangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah memecahkan masalah disekolah.

3. Pengamatan dan Evaluasi

(4)

bulan (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 15 orang. Pengamatan dilakukan oleh kepala sekolah. Adapun pengamatan tersebut meliputi: (a) Teaching Skill, (b) Management Skill (c)

Disipline and Regulirity, dan (d) Interpersonal Skill. 4. Refleksi

Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward dan Punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama, untuk itu perlu dilakukan siklus 2.

Sedangkan Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan evaluasi, dan (4) refleksi.

1.Perencanaan

Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan reward

(5)

upacara atau rapat, dan (4) Hadiah uang. Sedangkan bentuk dari Punishment adalah (1) Teguran secara lisan dan tulisan, (2) Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, (3) Pembinaan tersendiri

2.Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain: (a) Menyebarkan lembar pengamatan seperti pada siklus 1 (b) berkoordinasi dengan kepala sekolah yang setiap hari seperti siklus 1 (c) dilaksanakan melalui beberapa kegiatan pengamatan, antara lain: (a)

Teaching Skill, (b) Management Skill (c) Disipline and Regulirity, dan (d) Interpersonal Skill.

Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan. Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang diberikan kepada kepala sekolah untuk mengamati kinerja guru.

4. Refleksi

(6)

4.3 Hasil Penelitian

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian

tindakan sekolah yang berjudul teknik reward dan

punishment pembinaan kepala sekolah dalam memotivasi untuk meningkatkan kinerja guru di SDN

Pedurungan Kidul 04 Semarang, dapat peneliti

paparkan sebagai berikut:

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan

dengan dua siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2, adapun

untuk siklus pertama:

4.3.1. Perencanaan

Rencana yang digunakan dalam teknik reward

dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang dilakukan dengan cara mengkoordinasikan kepada semua guru untuk menentukan rencana

reward dan punishment. Kegiatan kongkritnya berupa menyusun program reward dan punishment, serta evaluasi pelaksanaan. Sedangkan mekanismenya melalui rapat guru, Yaitu guru diundang untuk mensosialisasikan program reward dan punishment

yang akan dilakukan oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan penyusunan program perencanaan

reward dan punishment tersebut tiap awal tahun pelajaran. Pada saat menyusun program reward dan

(7)

dilibatkan penyusunan program reward dan

punishment, agar guru menjadi paham mengenai

reward dan punishment ini. Kepala sekolah selalu memberikan reward dan punishment dalam satu tahun.

Sarana yang digunakan dalam mendukung program reward dan punishment antara lain: program

reward dan punishment dan buku ketentuan-ketentuan pemberian reward dan punishment. Semua itu dibuat dan digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan pemberian reward dan punishment

yaitu peningkatan mutu pendidikan agar lebih bermakna dan bermanfaat bagi kinerja guru ke depannya.

Perolehan hasil wawancara diketahui bahwa

reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang, sebagai bagian dari proses manajemen. Kegiatannya didahului dengan perencana-an setiap awal tahun. Program perencperencana-anaperencana-an reward

dan punishment disusun oleh kepala sekolah disampaikan kepada sasaran reward dan punishment

yaitu guru–guru. Teknik pelaksanaannya dengan diumumkan secara lisan dalam forum pembinaan. Hal ini dikemukakan oleh kepala sekolah, adalah sebagai berikut:

(8)

dan punishment dengan menyiapkan sarana yang

mendukung yang diperlukan”.

“Perencanaan dalam reward dan punishment di SD ini kegiatan kongkritnya berupa menyusun program reward dan punishment, sedangkan

mekanismenya melalui rapat dewan guru”.

Mengenai perencanaan reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang, salah satu guru juga diwawancarai untuk mengkroscek apa yang dikatakan oleh kepala sekolah. Seperti diungkapkan oleh guru kelas satu mengatakan:

“Dalam perencanaan, guru juga diajak membuat kesepakatan dalam penyusunan program reward

dan punishment, karena dilibatkan, kami jadi paham mengenai reward dan punishment ini.

reward dan punishment mendorong semangat kami dan dapat pula sebagai koreksi apa yang telah saya lakukan”.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai perenca-naan program reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang dalam penyusunan program reward dan punishment guru dilibatkan agar dapat lebih paham mengenai pelaksanaan reward dan

punishment sehingga dapat mendorong kinerja guru. Dalam pelaksanaan kegiatan reward dan

punishment kepala sekolah perlu menyusun program

(9)

Tabel 4.1

Program Reward dan Punishment di SD Negeri

Pedurungan Kidul 04 Semarang

Maret 2014 April 2014

1 R.1 1A x x x x

Sumber: Data yang diolah, 2014

Perencanaan dalam reward dan punishment di SD ini kegiatan kongkritnya berupa menyusun program reward dan punishment, sedangkan mekanismenya melalui rapat dewan guru. Dalam perencanaan, guru juga diajak membuat kesepakatan dalam penyusunan program reward dan punishment.

Kegiatan perencanaan reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang, dibutuh-kan sarana yang adibutuh-kan digunadibutuh-kan dalam kegiatan

(10)

kepala sekolah terkait sarana tersebut adalah sebagai berikut:

“Dalam perencanaan program reward dan

punishment perlu adanya sarana yang sangat membantu dalam menyusun laporan mengenai hasil pantauan yang berfungsi sebagai sarana dalam pemberian reward dan

punishment, hal ini mampu melihat kinerja guru”.

Reward dan punishment yang dilakukan oleh kepala sekolah SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang untuk memberikan motivasi kepada guru-guru, tujuannya agar dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang dilakukan guru. Selain itu juga untuk mengkoordinasi, menstimulasi, mendorong ke arah partumbuhan kinerja guru.

4.3.2. Pelaksanaan

(11)

kinerja tinggi diprioritaskan untuk menikmati kesem-patan promosi atau pilihan program lain untuk pengembangan karir.

Sedangkan tindakan punishment dilakukan hanya akan terwujud jika: Tindakan punishment itu didasarkan atas kriteria yang objektif yang sama-sama diketahui baik oleh yang menindak maupun oleh yang ditindak, tindakan punishment itu telah didahului oleh tindakan-tindakan lain seperti pengarahan, teguran, dan peringatan, bobot tindakan adil, dalam arti dikenakan pada tingkat dan bentuk yang sama kepada semua orang yang melakukan kesalahan serupa, dan tindakan yang diambil bersifat mendidik. Pelaksanaan

reward dan punishment selanjutnya dikomunikasikan dengan guru yang bersangkutan.

Pelaksanaan reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 dilakukan dengan cara wawancara kepada seluruh warga sekolah, kemudian berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan. Hasil wawancara mengenai hal tersebut dikemukakan oleh responden 2 guru kelas VI, sebagai berikut:

“Langkah kongkrit pelaksanaan reward dan

(12)

diumumkan jika perlu dirayakan, guru yang produktif dan punya kinerja tinggi diprioritaskan untuk menikmati kesempatan promosi atau pilihan program lain untuk pengembangan karir, tindakan punishment

didahului dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, bobot tindakan adil, dan tindakan yang diambil bersifat mendidik. Pelaksanaan reward dan punishment selan-jutnya dikomunikasikan dengan guru yang bersangkutan.

Kepala sekolah dalam hal penerapan reward dan

punishment juga mengatakan:

“Dalam pelaksanaannya reward dan

punish-ment dilakukan dengan cara pemberian penghargaan dan insentif terhadap guru dan staf yang berprestasi, penghargaan dan hadiah ditentukan berdasarkan prestasi yang diraih, tiap guru yang mendapatkan peng-hargaan atas suatu prestasi yang membang-gakan diumumkan jika perlu dirayakan, guru yang produktif dan punya kinerja tinggi diprioritaskan untuk menikmati kesempatan promosi atau pilihan program lain untuk pengembangan karir, tindakan punishment

didahului dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, bobot tindakan adil, dan tinda-kan yang diambil bersifat mendidik”.

Komunikasi kepala sekolah pada waktu akan melakukan reward dan punishment dilakukan diawal pembelajaran. Hal ini terungkap dalam penuturan responden 4 guru kelas IV sebagai berikut:

“Pelaksanaan kegiatan pemberian reward dan

punishment kepada warga sekolah dilakukan diawal pembelajaran, bagi guru yang berprestasi mendapat penghargaan dari sekolah, dan diumumkan, selain itu juga diberi kesempatan untuk promosi, tindakan

(13)

pengarahan, teguran, dan peringatan, yang bersifat mendidik”.

Dilanjutkan lagi mengenai pelaksanaan reward

dan punishment yang dilakukan oleh kepala sekolah juga dituturkan oleh responden 1 guru kelas 1 sebagai berikut:

"Pada saat awal pembelajaran memberikan

reward dan punishment kepala sekolah kepada guru yang berprestasi mendapat penghargaan dari sekolah, dan diumumkan, juga diberi kesempatan promosi, tindakan punish-ment yang dilakukan didahului dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, yang bersifat mendidik”.

Mengenai pelaksanaan reward dan punishment

yang dilakukan oleh kepala sekolah, saya kroscekkan dengan pendapat guru. Hasil wawancara mengenai hal itu disampaikan oleh responden 2 guru kelas II sebagai berikut:

"Kepala sekolah dalam memberikan reward

dan punishment di awal pembelajaran kepada guru yang berprestasi dengan pemberian penghargaan, dan diumumkan, tindakan

punishment yang dilakukan kepala sekolah dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, yang bersifat mendidik”.

(14)

pedurungan kidul 04 Semarang mengenai reward dan

punishment tersebut adalah sebagai berikut:

“Selain penggunaan tehnik percakapan

pribadi juga melaksanakan secara kelompok. Dengan mengadakan pembinaan secara kelompok, biasanya saya tekankan pada kegiatan pembelajaran. Pembinaan saya lakukan melalui pembinaan rutin”.

Seperti penuturan responden 4 guru kelas IV sebagai berikut:

"Untuk pelaksanaan reward dan punishment

penggunaan tehnik percakapan pribadi juga melaksanakan secara kelompok. Pembinaan dilakukan melalui pembinaan rutin”.

Penuturan yang disampaikan oleh responden 5 guru kelas 5 tersebut mengenai reward dan

punishment sebagai berikut:

"Reward dan punishment diumumkan setiap hari senin pada saat upacara bendera, sekaligus penyerahan penghargaan".

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, mengenai pelaksanaan kegiatan reward dan punishment

diumumkan setiap hari senin. Hal tersebut sesuai dengan yang dituturkan oleh kepala sekolah, sebagai berikut:

"Dalam pembinaan kepada guru-guru, kepala sekolah menyampaikan setiap hari senin pada saat upacara bendera, sekaligus penyerahan

penghargaan”.

(15)

Pedurungan Kidul 04 Semarang diketahui bahwa kepala sekolah juga melakukan pemberian hadiah dan teguran mengenai kegiatan dalam hal pelaksanaan pembelajaran. Hasil wawancara dengan kepala sekolah:

“Bentuk dari reward adalah dengan (1) pemberian piagam, (2) Hadiah nilai DP3 yang lebih baik, (3) Pujian secara lisan dalam upacara atau rapat, dan (4) Hadiah uang. Sedangkan bentuk dari punishment adalah (1) Teguran secara lisan dan tulisan, (2) Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, (3) Pembinaan tersendiri”.

Seperti penuturan responden 4 guru kelas IV sebagai berikut:

“Kepala sekolah dalam pemberian reward

berupa pemberian piagam, Hadiah nilai DP3, pujian secara lisan dalam upacara atau rapat, dan Hadiah uang. Sedangkan untuk

punishment adalah Teguran secara lisan dan tulisan, Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, pembinaan tersendiri”.

Berdasarkan hasil Wawancara mengenai pelaksa-naan reward dan punishment tersebut, kepala sekolah dalam menyelesaikan masalah pemberian pengharga-an dpengharga-an pembinapengharga-an. Pemberipengharga-an penghargapengharga-an atau

(16)

Hal ini dilakukan dengan mengikuti prosedur pemberian penghargaan dan insentif terhadap guru dan staf yang berprestasi, tiap guru yang mendapat-kan penghargaan atas suatu prestasi yang membang-gakan diumumkan jika perlu dirayakan, guru yang mempunyai kinerja tinggi diprioritaskan untuk diberi kesempatan promosi. Sedangkan tindakan punishment

didasarkan atas kriteria yang objektif dengan melalui tindakan-tindakan pengarahan, teguran, dan peringa-tan, bobot tindakan adil, dan tindakan yang diambil bersifat mendidik.

4.3.3. Pengamatan dan Evaluasi

Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 15 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan kepala sekolah. Pengamatan oleh peneliti meliputi : (a) Teaching Skill, (b) Management Skill (c) Disipline and Regulirity, dan (d)

Interpersonal Skill.

Dari hasil rekapitulasi reward dan punishment

diperoleh data observasi sebagai berikut:

(17)

dari 15 guru sehingga terdapat 40% guru rendah, 4 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 20% orang sedang dan guru yang memiliki ketrampilan mengajar tinggi dan sangat tinggi tidak ada.

2)Guru yang memiliki MS (Manajemen Skill) yaitu ketrampilan mengatur waktu dengan tugas lain sebanyak 1 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 7% orang guru memiliki manajemen skill sangat rendah, 3 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 20% guru rendah, 3 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 20% guru sedang, 5 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 33% guru tinggi, dan guru yang memiliki manajemen skill sangat tinggi tidak ada.

3)Guru yang memiliki DR (Disipline and Regulirity) yaitu keteraturan dan ketepatan waktu di sekolah sebanyak 8 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 53% guru sangat rendah, 4 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 27% guru rendah, 3 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 20% sedang, dan guru yang memiliki Disipline and Regulirity tinggi dan sangat tinggi tidak ada.

(18)

guru sedang, 2 orang guru dari orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 13% guru sangat tinggi dalam menjalin interaksi dengan pihak lain.

4.3.4. Refleksi

Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelak-sanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilak-sanakan bersama-sama kolaborator untuk menentu-kan tindamenentu-kan perbaimenentu-kan pada siklus berikutnya. Hasil refleksi sebagai berikut: guru yang memiliki ketram-pilan mengajar tinggi dan sangat tinggi tidak ada, guru yang memiliki manajemen skill sangat tinggi tidak ada, guru yang memiliki Disipline and Regulirity tinggi dan sangat tinggi tidak ada, dan hanya terdapat 2 orang guru sangat tinggi dalam menjalin interaksi dengan pihak lain Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan reward dan

punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama.

Pelaksanaan teknik reward dan punishment pada siklus I masih banyak kekurangan, namun demikian berdasarkan hasil refleksi tindakan reward dan

(19)

4.3.5 Perencanaan

Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan reward dan

punishment yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama. Hal ini terlebih dulu disosialisasikan kepada semua guru seperti pada saat refleksi siklus.

Rencana yang digunakan dalam teknik reward

dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang dilakukan dengan cara mengkoordinasikan kepada semua guru untuk menentukan rencana

reward dan punishment. Kegiatan kongkritnya berupa menyusun program reward dan punishment, serta evaluasi pelaksanaan. Sedangkan mekanismenya melalui rapat guru, Yaitu guru diundang untuk mensosialisasikan program reward dan punishment

yang akan dilakukan oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan penyusunan program perencanaan

reward dan punishment tersebut tiap awal tahun pelajaran. Pada saat menyusun program reward dan

punishment, guru-guru memberi masukan dan saran mengenai kegiatan reward dan punishment. Guru dilibatkan penyusunan program reward dan

punishment, agar guru menjadi paham mengenai

reward dan punishment ini. Kepala sekolah selalu memberikan reward dan punishment dalam satu bulan.

(20)

reward dan punishment dan buku ketentuan-ketentuan pemberian reward dan punishment. Semua itu dibuat dan digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan pemberian reward dan punishment

yaitu peningkatan mutu pendidikan agar lebih bermakna dan bermanfaat bagi kinerja guru ke depannya.

Perolehan hasil wawancara diketahui bahwa

reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang, sebagai bagian dari proses manajemen. Kegiatannya didahului dengan perencana-an setiap awal tahun. Program perencperencana-anaperencana-an reward

dan punishment disusun oleh kepala sekolah disampaikan kepada sasaran reward dan punishment

yaitu guru–guru. Teknik pelaksanaannya dengan diumumkan secara lisan dalam forum pembinaan. Hal ini dikemukakan oleh kepala sekolah, adalah sebagai berikut:

“Rencana program yang digunakan dalam pemberian reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang ini, caranya dengan melakukan koordinasi kepada semua guru. Untuk menentukan rencana program reward dan punishment

dengan menyiapkan sarana yang mendukung

yang diperlukan”.

(21)

dikatakan oleh kepala sekolah. Seperti diungkapkan oleh guru kelas satu mengatakan:

“Dalam perencanaan, guru juga diajak membuat kesepakatan dalam penyusunan program reward dan punishment, karena dilibatkan, kami jadi paham mengenai

reward dan punishment ini. reward dan

punishment mendorong semangat kami dan dapat pula sebagai koreksi apa yang telah saya lakukan”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dalam perencanaan program reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang guru dilibatkan dalam penyusunan program, untuk formatnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Program Reward dan Punishment di SD Negeri

Pedurungan Kidul 04 Semarang

(22)

Perencanaan dalam reward dan punishment di SD ini kegiatan kongkritnya berupa penyusunan program

reward dan punishment, sedangkan mekanismenya melalui rapat dewan guru. Dalam perencanaan, guru juga diajak membuat kesepakatan dalam penyusunan program reward dan punishment.

Kegiatan perencanaan reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 Semarang, dibutuhkan sarana yang akan digunakan dalam kegiatan reward dan punishment. Sarana meliputi program reward dan punishment, buku ketentuan

reward dan punishment dan buku pantauan, Hasil wawancara dengan kepala sekolah terkait sarana tersebut adalah sebagai berikut:

“Sarana yang digunakan dalam mendukung program reward dan punishment antara lain program reward dan punishment, buku ketentuan reward dan punishment dan buku pantauan”.

“Dengan adanya sarana ini sangat membantu saya dalam menyusun laporan mengenai hasil pantauan, artinya buku-buku tersebut yang berfungsi sebagai sarana dalam pemberian reward dan punishment, hal ini mampu melihat kinerja guru”.

(23)

arah partumbuhan kinerja guru disamping untuk memperbaiki proses.

4.3.6 Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain: (a) Menyebarkan lembar pengamatan seperti pada siklus 1 (b) Berkoordinasi dengan kepala sekolah yang setiap hari seperti siklus 1 (c) dilaksanakan melalui beberapa kegiatan peng-amatan, antara lain: (a)

Teaching Skill, (b) Management Skill (c) Disipline and Regulirity, dan (d) Interpersonal Skill.

Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu bulan. Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang diberikan kepada kepala sekolah untuk mengamati kinerja guru. Kegiatan perencanaan yang disusun kemudian diimplentasikan untuk peningkatan kinerja guru. Langkah kongkrit implementasi reward dan punishment dilakukan dengan cara: Pemberian penghargaan atau reward

(24)

yang mendapatkan penghargaan atas suatu prestasi yang membanggakan diumumkan jika perlu dirayakan, guru yang produktif dan punya kinerja tinggi diprioritaskan untuk menikmati kesempatan promosi atau pilihan program lain untuk pengem-bangan karir.

Sedangkan tindakan punishment dilakukan hanya akan terwujud jika: tindakan punishment itu didasarkan atas kriteria yang objektif yang sama-sama diketahui baik oleh yang menindak maupun oleh yang ditindak, tindakan punishment itu telah didahului oleh tindakan-tindakan lain seperti pengarahan, teguran, dan peringatan, bobot tindakan adil, dalam arti dikenakan pada tingkat dan bentuk yang sama kepada semua orang yang melakukan kesalahan serupa, dan tindakan yang diambil bersifat mendidik. Pelaksanaan

reward dan punishment selanjutnya dikomunikasikan dengan guru yang bersangkutan.

Pelaksanaan reward dan punishment di SD Negeri Pedurungan Kidul 04 dilakukan dengan cara wawancara dengan warga sekolah, kemudian berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan. Hasil wawancara mengenai hal tersebut dikemukakan oleh responden 4 guru kelas VI, sebagai berikut:

“Langkah kongkrit pelaksanaan reward dan

(25)

berdasarkan prestasi yang diraih dan memberikan kepada guru untuk meraihnya, tiap guru yang mendapatkan penghargaan atas suatu prestasi yang membanggakan diumumkan jika perlu dirayakan, guru yang produktif dan punya kinerja tinggi dipriori-taskan untuk menikmati kesempatan promo-si atau pilihan program lain untuk pengem-bangan karir, tindakan punishment didahului dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, bobot tindakan adil, dan tindakan yang diambil bersifat mendidik. Pelaksanaan

reward dan punishment selanjutnya dikomu-nikasikan dengan guru yang bersangkutan.”

Kepala sekolah dalam hal penerapan reward dan

punishment juga mengatakan:

“Dalam pelaksanaannya reward dan

punish-ment dilakukan dengan cara pemberian penghargaan dan insentif terhadap guru dan staf yang berprestasi, penghargaan dan hadiah ditentukan berdasarkan prestasi yang diraih, tiap guru yang mendapatkan peng-hargaan atas suatu prestasi yang membang-gakan diumumkan jika perlu dirayakan, guru yang produktif dan punya kinerja tinggi diprioritaskan untuk menikmati kesempatan promosi atau pilihan program lain untuk pengembangan karir, tindakan punishment didahului dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, bobot tindakan adil, dan tinda-kan yang diambil bersifat mendidik”.

Komunikasi kepala sekolah pada waktu akan melakukan reward dan punishment dilakukan diawal pembelajaran. Hal ini terungkap dalam penuturan responden 4 guru kelas IV sebagai berikut:

“Kepala sekolah dalam memberikan reward

(26)

promo-si, tindakan punishment yang dilakukan didahului dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, yang bersifat mendidik”.

Dilanjutkan lagi mengenai pelaksanaan reward

dan punishment yang dilakukan oleh kepala sekolah juga dituturkan oleh responden 1 guru kelas 1 sebagai berikut:

"Pada saat memberikan reward dan punish-ment kepala sekolah kepada guru yang berprestasi mendapat penghargaan dari sekolah, dan diumumkan, juga diberi kesem-patan promosi, tindakan punishment yang dilakukan didahului dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, yang bersifat mendidik”.

Mengenai pelaksanaan reward dan punishment

yang dilakukan oleh kepala sekolah, saya kroscekkan dengan pendapat guru. Hasil wawancara mengenai hal itu disampaikan oleh responden 2 guru kelas II sebagai berikut:

"Kepala sekolah dalam memberikan reward

dan punishment kepada guru yang berpres-tasi dengan pemberian penghargaan, dan diumumkan, tindakan punishment yang dilakukan dengan pengarahan, teguran, dan peringatan, yang bersifat mendidik”.

(27)

Pedurungan Kidul 04 Semarang mengenai reward dan

punishment tersebut adalah sebagai berikut:

“Selain penggunaan tehnik percakapan

pribadi juga melaksanakan secara kelompok. Dengan mengadakan pembinaan secara ke-lompok, biasanya saya tekankan pada kegia-tan pembelajaran. Pembinaan saya lakukan melalui pembinaan rutin”.

Seperti penuturan responden 4 guru kelas IV sebagai berikut:

"Untuk pelaksanaan reward dan punishment

penggunaan tehnik percakapan pribadi juga melaksanakan secara kelompok. Pembinaan dilakukan melalui pembinaan rutin”.

Penuturan yang disampaikan oleh responden 5 guru kelas 5 di atas mengenai reward dan punishment

sebagai berikut:

"Reward dan punishment diumumkan setiap hari senin pada saat upacara bendera, sekaligus penyerahan penghargaan".

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, yang dila-kukan kepala sekolah. Hal tersebut sesuai dengan yang dituturkan oleh kepala sekolah, sebagai berikut:

"Dalam pembinaan kepada guru-guru, kepala sekolah menyampaikan setiap hari senin pada saat upacara bendera, sekaligus penyerahan

penghargaan”.

(28)

kepala sekolah juga melakukan pemberian hadiah dan teguran mengenai kegiatan pelaksanaan pembelajar-an. Hasil wawancara dengan kepala sekolah:

“Bentuk dari reward adalah dengan (1) pemberian piagam, (2) Hadiah nilai DP3 yang lebih baik, (3) Pujian secara lisan dalam upacara atau rapat, dan (4) Hadiah uang. Sedangkan bentuk dari punishment adalah (1) Teguran secara lisan dan tulisan, (2) Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, (3) Pembinaan tersendiri”.

Seperti penuturan responden 4 guru kelas IV sebagai berikut:

“Kepala sekolah dalam pemberian reward

berupa pemberian piagam, Hadiah nilai DP3, pujian secara lisan dalam upacara atau rapat, dan Hadiah uang. Sedangkan untuk

Punishment adalah Teguran secara lisan dan tulisan, Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, pembinaan tersendiri”.

Berdasarkan hasil Wawancara tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai pelaksanaan reward dan punishment

(29)

Sedangkan tindakan punishment didasarkan atas kriteria yang objektif dengan melalui tindakan-tindakan pengarahan, teguran, dan peringatan, bobot tindakan adil, dan tindakan yang diambil bersifat mendidik.

4.3.7 Pengamatan dan Evaluasi

Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kinerja guru pada pelaksanaan pemberian reward dan

punishment pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel yang terlampir. Dari hasil rekapitulasi kinerja guru diperoleh data:

1)Guru yang memiliki TS (Teaching Skill) yaitu ketrampilan mengajar sebanyak 2 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 13% guru guru memiliki ketrampilan mengajar sangat rendah, 2 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 13% guru rendah, 6 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 40% orang sedang, 3 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 20% guru tinggi dan 2 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 13% guru yang memiliki ketrampilan mengajar sangat tinggi.

(30)

guru sehingga terdapat 20% guru tinggi, 8 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 53% sangat tinggi sedangkan guru yang memiliki manajemen skill sangat rendah tidak ada.

3)Guru yang memiliki DR (Disipline and Regulirity) yaitu keteraturan dan ketepatan waktu di sekolah sebanyak 2 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 13% guru sangat rendah, 1 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 7% guru rendah, 1 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 7% sedang, 6 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 40% tinggi, 5 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 33% guru yang memiliki keteraturan dan ketepatan waktu yang sangat tinggi.

(31)

4.3.8 Refleksi

Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut. Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, dapat diartikan bahwa tindakan pada siklus 2 dinyatakan berhasil, karena terdapat 2 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 3% guru yang memiliki ketrampilan mengajar sangat tinggi, 8 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 53% sangat tinggi sedangkan guru yang memiliki manajemen skill sangat rendah tidak ada, 5 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 33% guru yang memiliki keteraturan dan ketepatan waktu yang sangat tinggi, dan 2 orang guru dari 15 guru sehingga terdapat 13% guru sangat tinggi dalam menjalin interaksi dengan pihak lain.

Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kinerja guru pada pelaksanaan pemberian reward dan

punishment pada perubahan hasil dari siklus satu ke siklus kedua dapat dilihat pada table terlampir berikut. Dari tabel di atas didapatkan hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2 disimpulkan bahwa:

(32)

2)Guru yang memiliki MS (Manajemen Skill) yaitu ketrampilan mengatur waktu dengan tugas lain sebanyak 0% orang guru memiliki manajemen skill rendah, 7% guru rendah, 20% guru sedang, 20% sangat tinggi sedangkan guru yang memiliki manajemen skill sangat rendah 53%..

3)Guru yang memiliki DR (Disipline and Regulirity) yaitu keteraturan dan ketepatan waktu di sekolah sebanyak 40% guru sangat rendah, 20% guru rendah, 13% sedang, 40% tinggi, 13% guru yang memiliki keteraturan dan ketepatan waktu yang sangat tinggi.

4)Guru yang memiliki IS (Interpersonal Skill) yaitu ketrampilan guru menjalin interaksi dengan orang lain sebanyak 7% guru rendah , 20% guru sedang, 20% guru sedang, 27% guru tinggi dan 20% guru sangat tinggi dalam menjalin interaksi dengan pihak lain.

(33)

Berdasarkan data tersebut, maka dalam peneli-tian ini dapat diakhiri sampai pada siklus ke 2 karena dalam siklus kedua dengan adanya teknik reward dan

punishment sudah ada peningkatan terhadap kinerja guru.

4.3.9 Faktor Yang Mempengaruhi Reward dan

Punishment Terhadap Kinerja Guru Di SDN

Pedurungan Kidul 04 Semarang

Faktor Yang Mempengaruhi Reward dan Punish-ment Terhadap Kinerja Guru Di SDN Pedurungan Kidul 04 Semarang seperti yang dikemukakan oleh responden 1 guru kelas 1 sebagai berikut:

“Dalam pemberian reward dan punishment

terdapat faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal yang mencakup motivasi, kemampuan dan minat kerja, dan faktor eksternal yang mencakup lingkungan kerja, ketersediaan sarana dan prasarana serta

kesejahteraan guru”.

Responden 2 guru kelas 2 SDN Pedurungan Kidul 4 juga menambahkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi reward dan punishment Terhadap Kinerja Guru Di SDN Pedurungan Kidul 04 Semarang sebagai berikut:

“Faktor pemberian reward dan punishment

yaitu motivasi guru dalam mengajar, kemampuan guru yang berbeda-beda, minat kerja, lingkungan kerja, sarana yang mendukung dalam bekerja, dan yang tidak

(34)

Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh responden 4 guru kelas IV sebagai berikut:

“Pelaksanaan pemberian reward dan

Punishment dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang meliputi keinginan dan kebutuhan yang melatarbelakangi guru dalam bekerja, kemampuan keilmuannya, minat dalam mengajar, keadaan lingkungan sekitar, sarana prasarana yang memadai,

serta gaji guru.”

Hasil wawancara tersebut memberikan informasi bahwa Faktor Yang Mempengaruhi Reward dan

Punishment Terhadap Kinerja Guru Di SDN Pedurungan Kidul 04 Semarang diantaranya:

1. Faktor Internal

Sebagaimana ditegaskan diatas bahwa faktor internal yang mempengaruhi kinerja mencakup beberapa aspek yaitu:

a. Motivasi. Motivasi disini dipahami secara luas termasuk minat guru, motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi mencakup upaya, pantang mundur, dan sasaran. Motivasi melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan kinerja.

(35)

misalnya jenjang pendidikan atau kualifikasi pendidikannya, pengalaman mengajarnya, dan materi yang diajarkan apakah sesuai latar belakang ilmu yang dimiliki atau tidak.

c. Minat juga mempengaruhi kinerja. Minat merupakan dorongan dari dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu aktivitas. Minat ini bukan merupakan bawaan atau tidak dibawa sejak lahir. Semakin berminat guru pada mata pelajaran atau profesinya, maka semakin besar peluang untuk meningkatkan kinerjanya dan sebaliknya semakin kurang berminat, maka kinerjanya kemungkinan semakin rendah. Jadi, minat ini sangat besar pengaruhnya terhadap kinerja bahkan prestasi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dipengaruhi oleh minat.

2. Faktor Eksternal

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor eksternal yang dapat mem-pengaruhi kinerja diantaranya:

(36)

b. Ketersediaan saran dan prasarana. Semakin lengkap sarana, maka semakin besar kemung-kinan terjadi penigkatan produktivitas kerja. Guru yang ditunjang dengan sarana pembela-jaran yang memadai, berpotensi meningkatkan kinerjanya. Bahkan sarana yang tidak berhubu-ngan langsung deberhubu-ngan pembelajaran dapat mempengaruhi kinerja guru, misalnya di suatu sekolah yang tidak memiliki kelengkapan WC yang memadai, dapat menye-babkan guru terlambat memulai pembelajaran artinya kinerja guru terganggu.

c. Kesejahteraan guru berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini tentu semakin terasa bagi guru yang belum berstatus PNS karena guru non PNS juga memiliki imbalan atau penghasilan yang terbatas dibandingkan dengan guru yang sudah PNS apalagi guru yang sudah berstatus tersertifikasi.

4.4

Pembahasan

Berdasarkan teori dan kajian penelitian terdahulu dalam melakukan teknik reward dan punishment

(37)

Pihak sekolah mempersiapkan berbagai macam persiapan keterkaitan dengan teknik reward dan

punishment, baik program perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi serta refleksi agar dapat memotivasi guru untuk lebih meningkatkan kinerja-nya. Perencanaan reward dan punishment di SD Pedurungan Kidul 04 Semarang dibuat oleh kepala sekolah yang disusun di awal pembelajaran dengan disosialisasikan melalui rapat dewan guru.

Perencanaan merupakan langkah-langkah yang penting untuk mencapai suatu keberhasilan. Apabila rencana pembelajaran disusun secara baik akan menjadikan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Siswanto (2007: 42) perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Menurutnya, merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumberdaya manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), dan sumberdaya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan.

Untuk menjamin terwujudnya pelaksanaan teknik

(38)

Menurut Arikunto (2008: 9) mengemukakan penjelasan perencanaan dari masing-masing fungsi adalah sebagai berikut: Perencanaan adalah proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan atau tanpa menggunakan sumber-sumber yang ada. Aspek-aspek perencanaan meliputi: a) apa yang akan dilakukan, b) siapa yang harus melakukan, c) kapan dilakukan, d) dimana dilakukan, e) bagaimana melakukan, dan f) apa saja yang perlu dilakukan agar tercapai tujuannya secara maksimal.

Pelaksanaan reward dan punishment kepala sekolah dalam teknik pemberian penghargaan dan pembinaan. Pemberian penghargaan atau reward

meliputi: untuk reward berupa pemberian piagam, Hadiah nilai DP3, pujian secara lisan dalam upacara atau rapat, dan Hadiah uang. Sedangkan untuk punishment adalah Teguran secara lisan dan tulisan, Nilai DP3 lebih rendah dari yang lain, pembinaan tersendiri.

(39)

tindakan-tindakan pengarahan, teguran, dan peringa-tan, bobot tindakan adil, dan tindakan yang diambil bersifat mendidik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Black (2003: 8) Tafe head teachers discourse brokers at the management teaching interface, yang mengemukakan bahwa kepala sekolah harus mempunyai strategi dalam memberikan reward

dan punishment terhadap guru. Kepala sekolah merupakan kunci dalam pengelolaan tersebut. Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh reward dan punish-ment yang diberikan oleh kepala sekolah. Kegiatan

reward dan punishment ini untuk meningkatkan kinerja guru dalam pendidikan. reward dan punish-ment ini mampu mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan. Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan masyarakat dengan sekolahan, pengelolaan kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal. Pada intinya adalah pada faktor utama dikelola dengan baik maka komponen-komponen yang lain akan terimbas juga. Dengan demikian apabila faktor semangat guru sudah termotifasi dengan baik maka semua yang berkaitan dengan tugas guru akan berhasil secara optimal.

(40)

Policy Quest for Increased Student Achievement, yang mengemukakan bahwa reward dan punishment terse-but merupakan usaha evaluasi guru yang berguna untuk meningkatkan kualifikasi guru sebagai tenaga pengajar. Prosesnya berlangsung secara berjangka atau bertahap yang dilakukan dalam rangka pening-katan pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang diberi reward dan punishment. Dijelaskan pula bahwa kinerja guru dikembangkan melalui pemberian reward

Referensi

Dokumen terkait

Apakah FACR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional

Tabel 4.2 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kepercayaan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan penyuluhan tentang seksualitas sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang perilaku seksual

Negara kesatuan republik indonesia(NKRI) adalah merupakan negara persatuan dalam arti negara yang warga negaranya erat bersatu, yang menjamin setiap warga

Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan dalam pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan

Dalam hal tidak ada tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian secara terbatas, misalnya antara lain dokter dan/ atau dokter gigi, bidan,

Intisari : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu menyusui tentang MP ASI dengan pemberian MP ASI pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas

Penelitian dari Wijayanti dan Mutmainah (2012) dengan variabel kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, aktivitas (rapat) dewan komisaris, proporsi komisaris