• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian tahu transgenik dan pengaruhnya pada industri tahu (Studi kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian tahu transgenik dan pengaruhnya pada industri tahu (Studi kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

OLEH

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

TYAS KUMALA PUTERI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) (dibimbing oleh HENNY REINHARDT).

Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik dari kuantitas maupun variasinya. Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, salah satunya yaitu transgenik. Beberapa tanaman transgenik telah di uji, dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima keberadaan tanaman transgenik. Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Indonesia merupakan pasar terbesar bagi produk-produk hasil rekayasa genetika atau trans genik. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu produk pangan yang diisukan merupakan tanaman transgenik yaitu kacang kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, Indonesia mengimpor kedelai asal Amerika Serikat sekitar 70 persen, dimana separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika.

Isu transgenik yang masih diperdebatkan di Indonesia antara keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan, dikhawatirkan pada masa akan datang menimbulkan pengaruh pada keputusan konsumen tahu yang selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada industri tahu di Indonesia. Penelitian ini menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap industri tahu di Kabupaten Bogor dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keputusan pembelian konsumen terhadap produk tahu karena isu transgenik yang beredar saat ini, serta faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Setelah itu dari hasil analisis keputusan konsumen, maka perajin tahu dapat memutuskan bahan baku yang akan mereka gunakan untuk membuat produk tahu.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen digunakan alat analisis regresi logistik. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Untuk mengetahui keputusan perajin Tahu, digunakan data primer dari hasil wawancara dan di analisis secara deskriptif.

(3)

anggota keluarga, dan fokus membeli. Sedangkan faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata. Faktor yang paling berpengaruh nyata yaitu fokus membeli.

Dari keputusan konsumen yang sudah dianalisis maka perajin tahu menyatakan tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini sebanyak 25 orang dan 5 orang berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini dan mengganti dengan bahan baku yang lain.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dari 100 responden, 49 orang konsumen berhenti mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik, 18 orang mengurangi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor yang mempengaruhi secara nyata keputusan konsumen, yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, fokus pembelian, dan jumlah anggota keluarga. Faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen. Perajin tahu yang memilih tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini yang merupakan kedelai asal Amerika Serikat sebanyak 25 orang dan 5 orang lebih memilih untuk berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini.

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

Oleh

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Tyas Kumala Puteri Nomor Pokok : H14103071

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt, SP, M.Sc. NIP. 132 321 419

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D. NIP. 131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tyas Kumala Puteri lahir pada tanggal 2 Februari 1985 di Pekanbaru. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sarwo Kumolo dan Sri Wahyu Astuti, besar di Kota Pekanbaru kemudian pindah ke Kota Palembang, sampai menetap di Bekasi semenjak kelas satu SD, yaitu SDN Mekar Indah 01 Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SLTPN 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi di Bogor. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan untuk mengembangkan diri dan menambah pengetahuan, dengan harapan dapat berguna bagi penulis dan lingkungan sekitarnya. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Hipotesa, UKM Pramuka, Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, dan

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan dan panutan sepanjang jaman, Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri

Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan, semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Sarwo Kumolo, Ibunda Sri Wahyu Astuti, Mas Febri dan Mas Ferdian yang sudah memberi semangat dan perhatian terus menerus. Seluruh keluarga Jenar dan Tangerang

2. Henny Reinhardt, SP, M.Sc, yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik

3. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan, yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi penulis

(9)

Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Agustus 2007

(10)
(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

OLEH

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

TYAS KUMALA PUTERI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) (dibimbing oleh HENNY REINHARDT).

Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik dari kuantitas maupun variasinya. Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, salah satunya yaitu transgenik. Beberapa tanaman transgenik telah di uji, dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima keberadaan tanaman transgenik. Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Indonesia merupakan pasar terbesar bagi produk-produk hasil rekayasa genetika atau trans genik. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu produk pangan yang diisukan merupakan tanaman transgenik yaitu kacang kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, Indonesia mengimpor kedelai asal Amerika Serikat sekitar 70 persen, dimana separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika.

Isu transgenik yang masih diperdebatkan di Indonesia antara keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan, dikhawatirkan pada masa akan datang menimbulkan pengaruh pada keputusan konsumen tahu yang selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada industri tahu di Indonesia. Penelitian ini menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap industri tahu di Kabupaten Bogor dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keputusan pembelian konsumen terhadap produk tahu karena isu transgenik yang beredar saat ini, serta faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Setelah itu dari hasil analisis keputusan konsumen, maka perajin tahu dapat memutuskan bahan baku yang akan mereka gunakan untuk membuat produk tahu.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen digunakan alat analisis regresi logistik. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Untuk mengetahui keputusan perajin Tahu, digunakan data primer dari hasil wawancara dan di analisis secara deskriptif.

(13)

anggota keluarga, dan fokus membeli. Sedangkan faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata. Faktor yang paling berpengaruh nyata yaitu fokus membeli.

Dari keputusan konsumen yang sudah dianalisis maka perajin tahu menyatakan tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini sebanyak 25 orang dan 5 orang berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini dan mengganti dengan bahan baku yang lain.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dari 100 responden, 49 orang konsumen berhenti mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik, 18 orang mengurangi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor yang mempengaruhi secara nyata keputusan konsumen, yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, fokus pembelian, dan jumlah anggota keluarga. Faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen. Perajin tahu yang memilih tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini yang merupakan kedelai asal Amerika Serikat sebanyak 25 orang dan 5 orang lebih memilih untuk berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini.

(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

Oleh

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Tyas Kumala Puteri Nomor Pokok : H14103071

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt, SP, M.Sc. NIP. 132 321 419

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D. NIP. 131 846 872

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tyas Kumala Puteri lahir pada tanggal 2 Februari 1985 di Pekanbaru. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sarwo Kumolo dan Sri Wahyu Astuti, besar di Kota Pekanbaru kemudian pindah ke Kota Palembang, sampai menetap di Bekasi semenjak kelas satu SD, yaitu SDN Mekar Indah 01 Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SLTPN 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi di Bogor. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan untuk mengembangkan diri dan menambah pengetahuan, dengan harapan dapat berguna bagi penulis dan lingkungan sekitarnya. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Hipotesa, UKM Pramuka, Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, dan

(18)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan dan panutan sepanjang jaman, Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri

Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan, semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Sarwo Kumolo, Ibunda Sri Wahyu Astuti, Mas Febri dan Mas Ferdian yang sudah memberi semangat dan perhatian terus menerus. Seluruh keluarga Jenar dan Tangerang

2. Henny Reinhardt, SP, M.Sc, yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik

3. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan, yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi penulis

(19)

Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Agustus 2007

(20)
(21)

ii

4.2.1. Umur... 26

4.2.2. Tingkat Pendidikan... 26

4.2.3. Pendapatan Rata-rata Keluarga per Bulan... 27

4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga ... 27

4.2.5. Pengaruh ... 27

4.2.6. Fokus Pembelian ... 28

4.2.7. Manfaat ... 29

4.3. Hasil Analisis Deskriptif Konsumen ... 29

4.4. Hasil Analisis Deskriptif Produsen... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 33

5.1. Kesimpulan ... 33

5.2. Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA... 35

(22)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Jumlah Ekspor Impor Kedelai Segar dan Kedelai Olahan Indonesia . 3 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai tahun 1990-2005 di

(23)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Pandangan Umum Terhadap Model Perilaku

Pengambilan Keputusan Konsumen dan Pengaruh-Pengaruh

(24)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik dari kuantitas maupun variasinya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang semakin bertambah tersebut adalah dengan marginalisasi lahan dengan pembukaan hutan untuk ditanami komoditi pangan yang pada akhirnya menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem. Cara lain yang telah dilaksanakan yaitu revolusi hijau yang diterapkan dalam sistem pertanian di Indonesia, yang dalam kondisi nyata ternyata hanya meningkatkan produk tivitas pertanian tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan makanan untuk masyarakat. Hal tersebut terlihat dari banyaknya kasus kelaparan dan ketidakmampuan masyarakat Indonesia membeli bahan makanan di banyak daerah.

Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman. Salah satunya yaitu rekayasa genetika yang menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat baru seperti tanaman tahan terhadap hama, misalnya tanaman kedelai yang tahan terhadap herbisida. Tanaman transgenik sebagai tanaman yang telah di rekayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu dibuat untuk pengembangan teknik transformasi baru, studi dasar mengenai peranan atau fungsi suatu gen, dan perbaikan tanaman untuk tujuan khusus, salah satunya memenuhi kebutuhan pasar.

(26)

2

tanaman transgenik (TOZ, 2006). Negara-negara yang tidak setuju terhadap tanaman transgenik adalah Uni Eropa. Menurut masyarakat Uni Eropa, buah dan hasil pertanian sayuran organik yang sudah sejak lama mereka konsumsi lebih sehat dan tidak membuat kekhawatiran terserang kanker. Tidak hanya masyarakat yang menolak kehadiran tanaman transgenik, tetapi perusahaan multinasional seperti Unilever dan Nestle yang mengolah kedelai dalam bentuk makanan bubuk kalengan melakukan penolakan yang sama. Hal tersebut membuat pemerintah beberapa negara Uni Eropa menindaklanjuti demonstrasi rakyatnya yang menolak mengkonsumsi kedelai transgenik Amerika, yaitu dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang agar kedelai transgenik yang diimpor diberi label yang jelas. Salah satu eksportir kedelai terbesar adalah Amerika. Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka kedelai Amerika dilarang beredar di Eropa (Soeseno, 2000).

Selain itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan pengujian terhadap beberapa produk turunan kedelai, jagung dan kentang yang masuk ke Indonesia hasilnya positif mengandung rekayasa genetik. Penelitian yang dilakukan bukan hanya dala m produk tidak bermerk seperti tahu dan tempe, tetapi pada sejumlah produk pangan bermerk. Menurut YLKI keberadaan produk pangan rekayasa genetik ini tentu benar-benar melanggar hak konsumen, yaitu hak atas keamanan, hak atas informasi (karena sama sekali tanpa label di kemasan produk), hak untuk memilih dan hak untuk mendapatkan ganti rugi (YLKI, 2006).

(27)

3

bukti kedelai merupakan produk transgenik yang membahayakan kesehatan (Antara, 2006).

Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.

Salah satu bahan pangan transgenik yang diimpor dari Amerika ke Indonesia adalah kacang kedelai, karena pemenuhan kacang kedelai dalam negeri belum tercukupi. Hal tersebut dapat dilihat dari data impor kacang kedelai yang tinggi pada Tabel 1.1., walaupun sebenarnya Indonesia masih bisa mengirim produk kacang kedelainya meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Jenis kedelai yang diekspor adalah biji kedelai (kedelai kuning, hijau, coklat, hitam, campuran, dan pecah) dan olahan kedelai (bungkil kedelai, tepung, dan minyak kedelai).

Tabel 1.1. Jumlah Ekspor Impor Kedelai Segar dan Kedelai Olahan Indonesia.

Sumber : Departemen Pertanian, 2007

Ket : * Data kumulatif sampai bulan September 2006

2003 2004 2005 2005* Kedelai segar 1.192.716,9 1.115.792,8 1.086.178,2 806.688,3 Kedelai

(28)

4

Dari 70 persen impor kedelai yang dilakukan Indonesia berasal dari AS, yang separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika (Antara, 2006). Data yang ditampilkan dalam Tabel 1.2., menggambarkan kondisi ketersediaan kedelai yang tidak mencukupi karena produksi dan produktivitas yang menurun. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam negeri harus dicukupi dari impor, yang harganya terjangkau dan kualitas kacangnya baik.

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai tahun 1990-2005 di Indonesia.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005

Berdasarkan laporan jurnal ilmiah tahun 2005 sampai 2006, keamanan pangan dan pakan transgenik semakin banyak menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Dr. Irina Ermakova dari Academy of Sciences

(29)

5

yang diberi makan kedelai transgenik mati, tingkat kematian ini adalah enam hingga delapan kali kematian anak dari tikus yang diberi makan kedelai non-transgenik atau makanan tanpa kedelai tambahan. Ermakova dan tim penelitinya telah melakukan eksperimen ini tiga kali, dan setiap kali mendapatkan hasil yang amat mirip (YLKI, 2006).

Perdebatan isu transgenik telah merugikan beberapa produsen pengguna bahan baku yang diisukan merupakan transgenik. Salah satunya adalah perajin tahu yang merupakan produk turunan dari kacang kedelai transgenik. Kerugian yang dialami bukan hanya dari sisi ekonomi, yaitu penurunan pendapatan, tetapi juga image yang menjadi tidak bagus lagi di mata konsumen. Perdebatan ini sudah dirasakan oleh pemilik Tahu Poo Kediri yang merasa dirugikan karena permintaan tahunya menurun sejak isu ini beredar (Maksum, 2006).

1.2. Perumusan Masalah

Kedelai yang menjadi bahan baku produk tahu di Indonesia lebih banyak dipenuhi oleh produk impor dari AS yang telah diakui sendiri oleh negara tersebut sebagai produk rekaya sa genetik. Dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi keputusan konsumen yang telah mengetahui bahaya dan dampak dari tanaman transgenik.

(30)

6

menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap keputusan pembelian dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta pengaruhnya pada industri tahu di Kabupaten Bogor, dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor (BPS Kabupaten Bogor, 2006).

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ada 2, yaitu :

• Menganalisis pengaruh isu kedelai transgenik terhadap keputusan konsumen

serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.

• Menganalisis hasil keputusan perajin tahu setelah mengetahui keputusan

konsumen

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

• Mengetahui keputusan konsumen terhadap tahu berbahan baku kedelai

transgenik serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.

• Memberikan ga mbaran kepada perajin tahu mengenai keputusan konsumen

terhadap tahu berbahan baku kedelai transgenik, agar perajin bisa mengambil keputusan tepat mengenai penggunaan bahan baku.

• Memberikan informasi sebagai pertimbangan penggunaan bahan baku

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Transgenik

Dalam memenuhi kebutuhan pangan, maka rekayasa genetik menjadi salah satu cara yang dianggap mampu mengatasi masalah pangan, karena bisa menciptakan kombinasi genetik baru secara biokimia yang bisa meningkatkan jumlah bahan pangan. Menurut Old dan Primrose (1989) rekayasa genetik atau manipulasi gen yaitu penyusunan suatu molekul majemuk atau molekul rekombinan buatan, seperti molekul majemuk yang mengandung DNA asing untuk disisipkan ke dalam molekul vektor. Salah satu bentuk dari rekayasa genetik yaitu transgenik. Sejak tahun 1980 sudah puluhan tanaman transgenik yang diciptakan. Ada tomat berisi gen ikan Sebelah, yang tahan menghadapi suhu dingin musim salju. Selain itu, ada pula kentang berisi gen ayam, yang tahan terhadap serangan bakteri pemb usukan.

(32)

8

2.2. Kedelai

Tanaman kedelai termasuk dalam famili Leguminoceae sub famili

Papilioneceae dan Glycine L. kedelai dibagi menjadi dua golongan yaitu berdasarkan jenisnya terdiri dari kacang kedelai putih/kuning dan hitam, kacang kedelai coklat dan hijau. Berdasarkan umurnya panen kedelai dibagi menjadi umur pendek (60-80 hari), umur sedang (90-100 hari), umur panjang (110-120 hari). Bagian utama dari kacang kedelai adalah kulit sebanyak 8 persen dan kotiledon sebanyak 90 persen. Selain itu, terdapat struktur minor yaitu hipokotil dan pilumul dengan persentase keduanya sekitar 2 persen (Somaatmadja, 1983).

Kedelai transgenik merupakan kedelai yang dikembangkan melalui proses rekayasa genetik. Proses rekayasa genetik dilakukan dengan menyisipkan sel asing ke dalam tumbuhan tersebut. Menurut Kepala Badan Pemeriksa Obat dan Makanan, Husnia, semua produk kedelai impor asal Amerika Serikat merupakan kedelai transgenik. Dengan demikian semua produk turunan kedelai impor, seperti tahu, tempe, kecap, dan tauco juga merupakan bahan makanan transgenik yang berbahaya (Alatas, 2006). Hal tersebut akan merugikan perajin dari sisi permintaan karena akan ada kemungkinan bahwa konsumen lebih memilih untuk tidak membeli produk yang diisukan membahayakan kesehatan (Maksum, 2006).

2.3. Tahu dan Industri Tahu

(33)

9

dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat di olah menjadi berbagai macam menu dan masakan. Protein yang terkandung dalam tahu memiliki kandungan gizi yang setara dengan daging hewan, sehingga tahu sering disebut sebagai daging tidak bertulang. Kandungan terbesar yang terdapat di dalam tahu adalah protein yaitu sebanyak 49 persen, lemak sebesar 27 persen, karbohidrat 14 persen, dan sisanya kalsium, abu, natrium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin B2, danvitamin B3 sebesar 10 persen (Sarwono dan Saragih, 2003).

Krisis ekonomi tahun 1998 membuktikan bahwa UKMK mampu bertahan, bahkan banyak yang mampu meningkatkan hasil usahanya (Ismawan, 2001). Kabupaten Bogor memiliki banyak UKMK yang dapat dikembangkan, salah satunya adalah industri tahu yang berpusat di Kecamatan Parung (BPS Kabupaten Bogor, 2006). Saat ini industri tahu di Kecamatan Parung jumlahnya banyak dan memiliki keuntungan karena produknya di butuhkan masyarakat sebagai sumber protein yang bergizi dan terjangkau berbagai kalangan.

2.4. Masalah Pangan

(34)

10

banyak terjadi marginalisasi lahan akibat pembukaan hutan atau deforestasi, sehingga berdampak negatif terhadap ekosistem.

Era bioteknologi hadir sebagai cara mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, sebagai pengembangan teknologi yang telah digunakan oleh petani guna mendapatkan varietas tanaman atau hewan terbaik. Keberadaan produk pertanian transgenik dalam kehidupan budaya manusia adalah hal yang wajar terjadi sebagai dampak dari ancaman dan kemampuan berpikir manusia untuk mengantisipasi berbagai ancaman, yaitu bahaya kelaparan dan kekurangan gizi. Hal tersebut adalah akibat dari tidak seimbangnya pertumbuhan produksi pangan dan produk pertanian lainnya, terutama di negara berkembang (Baihaki, 2002).

2.5. Konsumen

(35)

11

sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut Loudon dan Bitta (1984) dalam Mangkunegara (2002), perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Pendapat lainnya yaitu menurut Zaltman dan Wallendorf (1979) dalam Mangkunegara (2002) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organsasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk pelayanan, dan sumber-sumber lainnya. Model dasar proses keputusan konsumen yang mengungkapkan kompleksitas faktor- faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku konsumen, dapat di lihat pada gambar 2.1.

(36)

12

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2002) dengan judul Telaah Persepsi dan Sikap Pihak-Pihak Berkepentingan (stakeholders) terhadap Bahan Pangan Transgenik, membahas mengenai kehadiran bahan pangan transgenik yang begitu kontroversial di Indonesia terjadi karena adanya motif kepentingan yang berbeda-beda diantara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap bahan pangan transgenik. Peneliti menelaah dan menganalisis sejauh manakah persepsi dan sikap akademisi atau ilmuwan, produsen atau pengusaha, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan konsumen terhadap bahan pangan transgenik.

Hasil dan kesimpulan dari peneliti adalah adanya kelompok akademisi atau ilmuwan yang mendukung bahan pangan transgenik. Menurut kelompok ini bahan pangan transgenik memiliki resiko yang kecil terhadap kesehatan dan lingkungan. Kelompok lainnya yaitu akademisi atau ilmuwan dengan prinsip kehati-hatian, menurut kelompok ini bahan pangan transgenik memiliki potensi resiko yang cukup besar terhadap aspek ekologi, kesehatan, sosial ekonomi, etika dan budaya. Sedangkan bagi LSM lebih keras menolak kehadiran bahan pangan transgenik.

(37)

13

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian roti unyil venus, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian roti unyil venus.

Proses keputusan pembelian roti unyil venus dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, manfaat, alasan, informasi, kebiasaan, pengeluaran roti unyil venus per bulan, dan kepuasan dengan variabel yang nyata adalah umur, pekerjaan, manfaat, alasan, sumber informasi dan kepuasan.

Dua penelitian terdahulu yang telah menganalisis mengenai isu transgenik yang kontroversial serta persepsi konsumen terhadap suatu produk membuat peneliti menggabungkan kedua hasil dan cara penelitian terdahulu. Penelitian ini menganalisis persepsi konsumen dan keputusan pembelian produk tahu terhadap isu transgenik yang beredar tetapi masih menjadi perdebatan.

2.7. Kerangka Pemikiran

(38)

14

persen. Sedangkan konsumen merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan sebuah industri.

Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi keputusan konsumen yaitu umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, motivasi, manfaat, dan pengaruh eksternal. Keputusan seorang pembeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, karena orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka berdasarkan kebutuhan sesuai dengan umur (Simamora, 2002). Pendidikan merupakan salah satu indikator status sosial di masyarakat yang mempengaruhi jalan pikiran dan keputusan yang akan di ambil (Kotler, 1997). Keadaan ekonomi yang dimaksud adalah pendapatan keluarga dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen membeli produk (Kotler, 1997).

(39)

15

Ket : tidak dianalisis

Gambar 2.2 Kerangka pemikiran penelitian

Faktor eksternal

(40)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dalam wilayah Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor selama satu bulan, karena merupakan pusat industri tahu di Kabupaten Bogor.

3.1.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner konsumen ibu rumah tangga, dan wawancara perajin tahu, reponden diperoleh secara acak. Data sekunder diperoleh dari literatur- literatur yang relevan dengan topik yang diangkat, situs internet serta instansi yang terkait, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Parung dan beberapa pabrik tahu di wilayah Kecamatan Parung.

3.1.3. Metode Pengumpulan Data

(41)

17

n : jumlah contoh yang akan diambil N : jumlah populasi

e : kesalahan yang dapat ditolerir

Contoh yang ideal mempunyai sifat antara lain: menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, sederhana, dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin (Simamora, 2002), dengan rumus Slovin (e = 10 %) maka diperoleh jumlah contoh untuk responden ibu rumah tangga adalah:

n =

Jumlah contoh yang diambil sebanyak 100 responden (pembulatan ke atas). Sedangkan responden yang merupakan perajin tahu sebanyak 30 orang.

3.1.4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 13 untuk mengolah faktor- faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen.

3.2. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini analisis deskriptif dan regresi logistik. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik konsumen dan proses keputusan konsumen, serta keputusan perajin.

(42)

18

numerik. Secara umum apabila peubah respon dalam analisis regresi berupa peubah kategorik, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Selain itu keputusan konsumen pada kasus ini merupakan model respons dikotomis yang bernilai 1 dan 0, yaitu nilai 1 untuk konsumen yang tetap mengkonsumsi tahu apabila menggunakan bahan baku kedelai transgenik dan 0 untuk konsumen yang berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik. Model respons dikotomis dapat dianalisis dengan analisis regresi logistik yang mengkaji hubungan pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y) melalui model persamaan matematis tertentu (Hosmer dan Lemeshow, 1989).

Variabel tak bebas dalam penelitian ini yaitu tetap mengkonsumsi tahu apabila menggunakan bahan baku kedelai transgenik (1) dan berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik (0). Variabel bebas yang diduga berpengaruh adalah Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah anggota keluarga, Motivasi, dan Manfaat.

Model matematisnya :

Y = g (x) = b0 + b1X1 + b2X2 + …….+ bpXp (3.2) Nilai variabel tak bebasnya adalah :

Y = 1, bila konsumen tetap mengkonsumsi tahu Y = 0, bila konsumen berhenti mengkonsumsi tahu

Sebaran peluang yang digunakan adalah sebaran logistik, dengan model :

(43)

19

Umur adalah umur saat responden mengisi kuesioner dan wawancara, dengan pembulatan kebawah

Pendidikan adalah pendidikan terakhir responden saat mengisi kuesioner

Pendapatan adalah jumlah pendapatan keluarga dalam satu bulan saat pengisian kuesioner dan wawancara

Pengaruh terdiri dari dua kategori yaitu satu arah dan dua arah. Satu arah dalam penelitian ini adalah informasi yang didapat oleh responden merupakan Tingkat Pendidikan; 1 = SD, 2 = SLTP, 3 = SMU, 4 = Diploma, 5 = Sarjana, 6 = Pasca Sarjana

(44)

20

informasi yang satu arah. Dengan kata lain hanya bisa diterima oleh responden, yaitu media elektronik dan media cetak. Sedangkan dua arah yaitu informasi yang didapat oleh responden ketika bisa mengutarakan keingintahuannya kepada yang memberi informasi. Yang termasuk dalam dua arah yaitu keluarga, teman, orang asing.

Fokus pembelian adalah alasan utama responden dalam memilih lauk

Manfaat adalah yang bisa diperoleh responden dari produk tahu

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Nilai oddsratio

(45)

21

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

• Umur : semakin bertambah umur maka keinginan membeli tahu seseorang

lebih besar daripada tidak membeli.

• Tingkat pendidikan : semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

keinginan untuk tidak me mbeli lebih tinggi daripada membeli.

• Pendapatan : semakin tinggi tingkat pendapatan sebuah keluarga, maka

semakin cenderung untuk tidak membeli daripada membeli

• Pengaruh : keputusan membeli dipengaruhi oleh keinginan seseorang itu

sendiri ataupun orang disekitarnya untuk semakin tidak membeli

• Fokus pembelian : terdiri dari harga, rasa, dan kandungan gizi. Alasan

Kandungan gizi sebagai prioritas dalam pembelian suatu produk makanan, maka semakin tidak membeli. Harga dan rasa sebagai prioritas dalam pembelian suatu produk makanan, maka semakin membeli.

• Manfaat : memilih tahu sebagai lauk sumber protein daripada makanan

selingan, maka semakin tidak membeli

• Jumlah anggota keluarga : semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka

(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Industri Tahu Kecamatan Parung

4.1.1. Kabupaten Bogor

Perindustrian Kabupaten Bogor telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak perkembangan pembangunan daerah. Kelompok Industri Kecil mempunyai peranan yang strategis dalam peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha serta membantu mengatasi kemiskinan. Industri kecil, industri rumah tangga dan kerajinan telah dibina dan didorong perkembangannya. Terutama industri yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam dan tenaga kerja. Pengembangan sektor ini ditempuh melalui strategi pengembangan sentra industri.

Salah satu industri yang berada di Kabupaten Bogor adalah industri tahu, yang terpusat di daerah Parung (BPS Kabupaten Bogor, 2007). Kecamatan Parung dengan penduduk berjumlah 92.582 jiwa dan terdiri dari sembilan desa memiliki banyak perajin tahu sebagai sumber mata pencaharian.

4.1.2 Produsen Tahu Kecamatan Parung

(47)

23

Desa Bojong Sempu memiliki kerjasama berbentuk mitra dengan sebuah lembaga yang membimbing masyarakat daerah setempat untuk memajukan potensi yang mereka miliki, yaitu industri tahu. Perajin tahu yang menjadi anggota dalam binaan lembaga ini dinamakan Masyarakat Mandiri (MM) yang sudah berjumlah 123 perajin (lampiran 1). Selain itu masih terdapat perajin yang belum menjadi anggota, sehingga jumlah perajin di Desa Bojong Sempu berjumlah lebih dari 123. Skala usaha yang dijalankan merupakan skala usaha mikro, dengan tenaga kerja berkisar antara 2-5 orang dan produksi menggunakan 10-30 kg kacang kedelai perhari, dan skala kecil yaitu menggunakan 10-15 orang tenaga kerja dan produksi 100kg kacang kedelai perhari (Tambunan, 2001). Hasil produksi dipasarkan ke beberapa wilayah sekitar terutama bagi perajin skala rumah tangga. Sedangkan untuk perajin skala kecil, memasarkan produksi ke beberapa wilayah di luar Kecamatan Parung.

Desa Iwul memiliki penduduk dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai perajin tahu. Tidak ada data pasti dari kelurahan mengenai jumlah pasti perajin tahu di desa ini, tetapi di perkirakan 85 persen penduduk mengandalkan usaha produk tahu.

(48)

24

4.2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu dengan Regresi Logistik

Hasil regresi logistik keputusan pembelian produk tahu apabila mengandung bahan baku transgenik terhadap ibu rumah tangga dengan variabel umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, manfaat, pengaruh, dan fokus pembelian menghasilkan tabel klasifikasi antara nilai asal peubah respon dengan nilai prediksinya berdasarkan analisis regresi logistik. Dari hasil prediksi diperoleh rata-rata prediksi yang benar adalah 94.00 persen yang berarti model bisa dikatakan baik, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Olahan Keputusan Konsumen yang dianalisis dengan Regresi Logistik

Overall Percentage 94.00

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Dugaan variabel yang merupakan hasil olahan dengan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Olahan Variabel yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dengan Regresi Logistik

(49)

25

Selain itu, karakteristik konsumen yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari 100 orang responden ibu rumah tangga, untuk variabel umur maka responden yang paling kecil adalah umur 20 tahun dan paling tua adalah umur 70 tahun.

Tabel 4.3. Karakteristik Umum Responden Konsumen

Karakteristik Konsumen Jumlah %

Umur

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

(50)

26

transgenik. Taraf nyata yang digunakan dalam interpretasi data sebesar 20 persen. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sosial, yang variabel bebasnya dapat terus berubah seiring waktu dan latar belakang yang berbeda-beda.

4.2.1. Umur

Nilai-p pada variabel umur sebesar 0.157 yang berarti bahwa peubah umur berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 1.109 yang berarti bahwa semakin bertambah usia seseorang maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 1.109 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk mengandung baha n baku transgenik daripada tidak membeli. Batas terkecil umur yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 20 tahun sampai 70 tahun (Tabel 4.3.).

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Nilai-p pada variabel pendidikan sebesar 0.065 yang berarti bahwa peubah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai

odds ratio yang diperoleh sebesar 0.196 yang berarti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 0.196 kali. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka konsumen semakin tidak ingin membeli.

Pendapatan Rata-Rata Keluarga per Bulan

(51)

27

berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 2.971 yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan rata-rata sebuah keluarga per bulan maka rasio peluang ibu rumah tangga membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 2.971 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk mengandung bahan baku transgenik daripada tidak membeli. Hal ini bertentangan dengan hipotesis disebabkan karena seseorang yang berpenghasilan tinggi belum tentu memiliki daya pikir yang baik untuk mengkonsumsi sesuatu berdasarkan gizi yang terkandung.

4.2.3. Jumlah Anggota Keluarga

Nilai-p pada variabel jumlah anggota keluarga sebesar 0.028 yang berarti bahwa peubah jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 4.056 yang berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 4.056 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk tahu mengandung bahan baku transgenik daripada tidak membeli.

4.2.4. Pengaruh

(52)

28

Tabel 4.4. Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Pengaruh

Pengaruh Jumlah % Keputusan

0 1

Satu Arah 68 68 32 (65.31%) 36 (70.59%) Dua Arah 32 32 17 (34.69%) 15 (29.41%)

Total 100 100 49 (100%) 51 (100%)

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007. Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli

Responden yang menyatakan tidak membeli transgenik lagi mendapat pengaruh lebih besar dari satu arah yang bisa berupa media elektronik dan media cetak sebanyak 65.31 persen dibandingkan dengan pengaruh dari dua arah, yaitu berlangsung secara tanya dan jawab. Begitu pula dengan responden yang menyatakan tetap membeli tahu, pengaruh satu arah yaitu media elektronik dan media cetak lebih besar dibandingkan pengaruh dua arah, yaitu sebesar 70.59 persen.

4.2.5. Fokus Membeli

Nilai-p pada variabel fokus pembelian sebesar 0.002 yang berarti bahwa peubah fokus pembelian berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.003 yang berarti bahwa fokus pembelian mempengaruhi konsumen untuk membeli daripada tidak membeli tahu berbahan baku transgenik sebesar 0.003 kali, dengan kata lain lebih memilih untuk tidak membeli.

(53)

29

mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik. Perolehan jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Fokus Pembelian

Fokus Membeli Jumlah % Keputusan

0 1

Harga 40 40 2 (4.09%) 38 (74.50%)

Rasa 17 17 4 (8.16%) 13 (25.50%)

Kandungan Gizi 43 43 43 (87.75) 0 (0.00%)

Total 100 100 49 (100%) 51 (100%)

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007 Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli

4.2.6. Manfaat

Nilai-p pada variabel manfaat sebesar 0.236 yang berarti bahwa peubah manfaat tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.141. Manfaat yang diperoleh konsumen sebagai sumber protein ataupun selingan makanan tidak mempengaruhi keputusan pembelian tahu. Manfaat yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi tahu sebagai lauk sumber protein atau makanan selingan tidak mempengaruhi konsumen untuk membeli atau tidak tahu yang berbahan baku transgenik.Data dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Manfaat

Manfaat Jumlah % Keputusan

0 1

Lauk sumber protein 88 88 42 (85.71%) 46 (90.20%) Makanan selingan 12 12 7 (14.29%) 5 (9.80%)

Total 100 100 49 (100%) 51 (100%)

(54)

30

Dari tujuh variabel, lima signifikan terhadap keputusan pembelian tahu yaitu umur, pendidikan, pendapatan, fokus membeli, dan jumlah keluarga. Sementara variabel tidak signifikan yaitu pengaruh dan manfaat.

4.3. Hasil Analisis Deskriptif Konsumen Tahu

Dari hasil kuesioner yang telah dilakukan terhadap 100 responden ib u rumah tangga, Kecamatan Parung, diperoleh jawaban yang menyatakan akan berhenti total mengkonsumsi tahu, tetap mengkonsumsi tahu, dan mengurangi mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik.

Secara umum masyarakat terutama ibu rumah tangga di Kecamatan Parung lebih banyak yang belum mengetahui lebih jelas mengenai isu transgenik, tetapi apabila hal ini bisa membahayakan kesehatan maka lebih memilih tidak membeli. Sedangkan, bagi yang baru mendengar dan belum mengetahui dengan jelas akibat yang ditimbulkan, selama belum ada larangan jelas dari pemerintah mereka lebih memilih untuk tetap mengkonsumsi. Perolehan data dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Perolehan Jawaban Keputusan Pembelian Konsumen

Perolehan Jawaban Jumlah %

Berhenti Total Mengkonsumsi Tahu 49 49.00 Mengurangi Mengkonsumsi Tahu 18 18.00

Tetap Mengkonsumsi Tahu 33 33.00

Total 100 100.00

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

(55)

31

empat kali dalam seminggu menjadi satu kali, dengan persentase penurunan sebesar 75.00 persen.

Tabel 4.8. Persentase Penurunan Pembelian Tahu

Jumlah Awal Mengkonsumsi

Jumlah Setelah Mengetahui isu

Transgenik Penurunan

Total Responden

Rata-Rata Penurunan 26.74

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Berkurangnya jumlah dan berhenti total konsumsi tahu setelah mengetahui isu transgenik menyebabkan konsumen memilih produk lain sebagai sumber protein. Produk pengganti yang akan di konsumsi dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Produk Pengganti Tahu apabila Mengandung Transgenik Pilihan

Responden Konsumen

Jenis Sumber Protein Responden %

Ikan 20 37.04

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

(56)

32

daripada ayam dan daging. Sedangkan kacang-kacangan yang dimaksud adalah kacang hijau dan kacang merah. Hal ini karena kacang hijau dan kacang merah merupakan sumber protein nabati sama dengan tahu yang berasal dari kacang kedelai.

4.4. Hasil Analisis Deskriptif Respon Perajin Tahu Terhadap Bahan Baku Transgenik Pada Tahu

Hasil wawancara terhadap perajin tahu mengenai isu kedelai transgenik yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil Wawancara Keputusan Perajin Tahu terhadap Penggunaan Kacang Kedelai Transgenik

Keputusan Perajin Jumlah %

Tetap Menggunakan Kacang Kedelai Impor Amerika 25 83.33 Berhenti Menggunakan Kacang Kedelai Impor Amerika 5 16.67

Total 30 100

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Perajin yang tetap menggunakan kacang kedelai seperti saat ini lebih banyak daripada yang berhenti menggunakan. Dalam menganalisis jawaban wawancara perajin maka hasil wawancara dibagi menjadi dua sisi, yaitu sisi konsumen dan sisi perajin. Pada sisi konsumen merupakan lanjutan dari hasil penelitian terhadap konsumen sebelumnya, yang ditanyakan kepada perajin untuk diketahui pendapatnya. Sedangkan pada sisi perajin merupakan wawancara bagaimana perajin dalam memandang bahan baku kedelai transgenik.

(57)

33

mereka merupakan kalangan menengah kebawah yang secara ekonomi lebih memilih lauk pauk sebagai sumber protein yang terjangkau oleh konsumen, sehingga tahu akan tetap menjadi pilihan.

(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama yaitu wawancara dan kuisioner dengan 100 responden ibu rumah tangga di Kecamatan Parung. Hasil yang diperoleh yaitu isu transgenik menyebabkan 49 orang memilih berhenti mengkonsumsi, 18 orang mengurang konsumsi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi.

Faktor-faktor yang di analisis berjumlah tujuh variabel, dan yang signifikan mempengaruhi keputusan yaitu umur, pendidikan, pendapatan, fokus membeli, dan jumlah anggota keluarga. Sementara variabel tidak signifikan yaitu pengaruh dan manfaat. Variabel yang paling signifikan adalah fokus membeli yaitu terdiri dari rasa, harga dan kandungan gizi. Apabila kandungan gizi menjadi pilihan, maka 87.75 persen kons umen akan berhenti mengkonsumsi, sedangkan fokus pembelian konsumen adalah harga, maka 74.50 persen konsumen tetap mengkonsumsi tahu, walaupun berbahan baku transgenik.

Tahap kedua yaitu wawancara dengan perajin tahu maka hasil yang diperoleh yaitu isu transgenik menyebabkan 25 perajin memilih tetap menggunakan kedelai seperti saat ini dan 5 orang memilih untuk mengganti bahan baku mereka.

5.2. Saran

(59)

35

sebaiknya lebih reaktif terhadap isu yang dikhawatirkan membahayakan kesehatan. Salah satunya dapat dilakukan dengan menambah informasi untuk diri sendiri mengenai transgenik dari berbagai sumber. Selain itu, konsumen sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan harga sebagai faktor keputusan pembelian tetapi faktor kandungan gizi lebih penting. Kesehatan diri dan keluarga sangat penting untuk diperhatikan.

Perajin disamping ingin meningkatkan keuntungan dengan harga input yang murah juga harus tetap memperhatikan kebaikan untuk konsumen, terutama untuk kesehatan. Selain itu, produsen harus lebih aktif mencari informasi mengenai transgenik dari berbagai sumber sebagai masukan untuk kelanjutan usaha. Hal ini dilakukan agar produsen tahu tetap bisa menjalankan usaha dengan baik.

Pemerintah sebaiknya mengadakan penelitian mengenai dampak yang ditimbulkan dari tanaman pangan transgenik. Hal ini agar pemerintah dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat agar kesimpangsiuran mengenai dampak dan kandungan dari bahan pangan transgenik diperoleh masyarakat dengan jelas, karena isu ini dikhawatirkan akan merugikan konsumen dan perajin.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, F. W. 2006. “Awas! Makanan Transgenik di Sekitar Kita”. http://www.vhrmedia.net/home/index.php?id=view&aid=1849&lang [10 Agustus 2006].

Antara. 2006. “Tak Ada Bukti Kedelai Transgenik Berbahaya”. http://www.indonesia.go.id/id/indek.php?option=com_content&task=view &id=1453=&itemid=699 [21 Juli 2006]

Baihaki, A. 2002. Rekayasa Genetik : Tantangan dan Harapan. Universitas Padjajaran Press, Bandung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2006. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Padi dan Palawija 1990-2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Bitta, A. J. D., D. L. Loudon, M. Wallendorf, dan G. Zaltman. 2002. Dalam Mangkunegara. Perilaku Konsumen. Refika Aditama, Bandung.

Departemen Pertanian. 2007. Ekspor Impor Kedelai Indonesia 2003-2006. Departemen Pertanian, Jakarta.

Engel, R. F., R. D. Blackwell, dan Paul. W. 1994. Miniard. Perilaku Konsumen Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta.

Hosmer, D. W., S. Lemeshow. 1989. Applicated Logistic Regression. A Wiley-Interscience Publication, USA.

Ismawan, I. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil-Menengah. Grasindo, Jakarta.

.Kantor Kecamatan Parung. 2006. Demografi Kecamatan Parung. Kecamatan Parung, Bogor.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Hendra Teguh, Ronny A. Rusli, Benjamin Molan [Penerjemah]. Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta Maksum, D. U. 2006. ”Tahu Poo Kediri Membantah Gunakan Kedelai

Transgenik”. http://www.tempointeraktif.com/

(61)

37

Mardiana. 2002. Telaah Persepsi dan Sikap Pihak-Pihak Berkepentingan (stakeholders) terhadap Bahan Pangan Transgenik [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marlina, C. 2005. Keputusan Melakukan Pembelian dan Jumlah Pembelian Roti

Unyil Venus Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya [skripsi].

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Old, R.W., dan S. B. Primrose. 1989. Prinsip-Prinsip Manipulasi Gen : Suatu

Pengantar Rekayasa Genetik. Blackwell Scientific Publications, Inggris. Sarwono, B., dan Saragih, Y. P. 2003. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Sigi. 2006. “Bahaya tidak Unsur Transgenik”. http://www.liputan6.com/ view/8,128519,1,0,1185461758.html [3 September 2006]

Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Soeseno, S. 2000. “Heboh Kedelai Rekayasa”. www.indomedia.com/intisari/ http://www.indomedia.com/intisari/2000/juli/kedelai7.htm [ Juli 2000] Somaatmadja, D. 1983. Industri Hasil Pertanian. Departemen Perindustrian

Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri, Bogor.

Tambunan, T. T. H. 2003. Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta.

TOZ. 2006. “Bahaya [Tidak] Unsur Transgenik”. http://www.mail-archive.com/binusnet@yahoogroups.com/msg03659.html [4 September 2006]

Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia, Jakarta.

YLKI. 2006. ”Menggugat Peredaran Pangan Transgenik; Selamatkan Hak

Masyarakat Atas Keamanan & Kedaulatan Pangan”.

(62)
(63)

39

Lampiran 1

Daftar Anggota Perajin Tahu

Kecamatan Parung

No.

(64)

40 A0000051 Iwan Setiawan L 26 11-09-2006 Bojong Sempu A0000052 Ramblih L 26 11-09-2006 Bojong Sempu A0000053 Sarta L 43 21-12-2006 Bojong Sempu

A0000054

Endar Darul

(65)

41

(66)

42

Lampiran 2.

Kuesioner Penelitian Konsumen Tahu

Lokasi Pengisian :………. No.Responden : ………

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan skripsi mengenai

PENGA RUH ISU TRA NSGENIK SA A T INI TERHA DA P KEPUTUSA N

KO N SUM EN RUM A H TA N G G A D A N PA D A IN D USTRI TA HU D I KA BUPA TEN BO G O R PA D A M A SA M EN D A TA N G (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)” oleh Tyas Kumala Puteri (H14103071) Mahasisw a Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

IDENTITA S RESPONDEN

Nama : ……….

A lamat Singkat : ……….

Usia : ……….. tahun

Jumlah A nggota Keluarga : ……….. orang

Tingkat Pendidikan terakhir : ……….

Pekerjaan : ……….

Pendapatan rata-rata keluarga per bulan :

q Kurang dari Rp 1.000.000

q Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000

q Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000

q Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000

q Lebih dari Rp 4.000.000

PERTA NYA A N A WA LA N A pakah anda mengetahui bahan pangan transgenik ? ya / tidak

Pengenalan Kebutuhan

1. A pa alasan/ motivasi anda membeli tahu ?

a. Rasa yang enak b. Harga yang terjangkau

c. Kandungan Gizi d. Mudah diperoleh

e. Lainnya……….

2. Manfaat apa yang A nda cari ? a. Sebagai Lauk sumber protein b. Makanan Selingan

c. Lainnya………..

Pencarian Informasi

1. Darimana A nda mengetahui tentang tahu sebelumnya ? a. Diri sendiri

b. Keluarga / Saudara

c. Teman

(67)

43

e. Orang lain / A sing

2. Siapa yang paling mempengaruhi anda dalam proses keputusan pembelian tahu, bila ternyata mengandung bahan transgenik ?

a. Diri sendiri

1. Yang menjadi dasar pertimbangan apabila anda tetap membeli tahu sebagai pilihan ? a. Harga yang terjangkau

b. Rasa yang enak

c. Kandungan Gizi yang baik d. Mudah diperoleh

e. Lainnya……….

2. Yang menjadi fokus anda dalam memilih lauk pauk / pilihan makanan ? a. Harga

b. Rasa

c. Kandungan Gizi

d. Lainnya……….

A pakah tahu berbahan baku kedelai transgenik termasuk dalam pilihan anda? Ya / tidak

3. Lauk pauk pilihan anda di baw ah ini, apabila anda termasuk dalam kelompok yang menolak bahan pangan transgenik?

a. Ikan

b. Daging Sapi c. Daging A yam

d. Lainnya………

Pembelian

1. Menurut anda apakah lebih baik mengganti tahu sebagai lauk dengan sumber protein lain ?

a. Ya, yaitu……….

b. Tidak

2. Seberapa besar pengaruh selera dalam keputusan anda untuk membeli? a. Sangat penting

b. Penting c. Cukup penting d. Tidak penting e. Sangat tidak penting

Hasil

1. A pakah anda akan terus membeli tahu yang apabila diketahui mengandung bahan pangan transgenik ?

Ya / tidak, alasan ………..

2. A pabila mengurangi, alasan anda hanya mengurangi... Banyaknya jumlah konsumsi tahu yang anda kurangi adalah dari... kali, menjadi... kali dalam seminggu.

A tas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan Terima Kasih

(68)

44

Catatan : Apabila diperlukan judul tulisan akan dirubah dengan tidak mengganti isi dan jawaban kuesioner

Lampiran 3.

Kuesioner Penelitian Perajin Tahu

Lokasi Pengisian :………. No.Responden : ………

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan skripsi mengenai

PENGA RUH ISU TRA NSGENIK SA A T INI TERHA DA P KEPUTUSA N

KO N SUM EN RUM A H TA N G G A D A N PA D A IN D USTRI TA HU D I KA BUPA TEN BO G O R PA D A M A SA M EN D A TA N G (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)” oleh Tyas Kumala Puteri (H14103071) Mahasisw a Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

IDENTITA S RESPONDEN

Nama : ……….

A lamat Singkat : ……….

Usia : ……….. tahun

Jumlah A nggota Keluarga : ……….. orang

Tingkat Pendidikan terakhir : ……….

Lama Usaha : ... Jumlah Tenaga Kerja : ... Pendapatan rata-rata per bulan :

q Kurang dari Rp 500.000

q Rp 500.000 – Rp 999.999

q Rp 1.000.000 – Rp 1.499.999

q Rp 1.500.000 – Rp 1.999.999

q Lebih dari Rp 2.000.000

A pakah anda pernah mendengar atau mengetahui ” Bahan Pangan Transgenik” sebelumnya ? ...

Keputusan anda apabila konsumen lebih memilih tidak mau mengkonsumsi Tahu berbahan baku transgenik ? ...

Keputusan anda apabila konsumen lebih memilih tetap mengkonsumsi Tahu berbahan baku transgenik ? ...

Secara Pribadi, apakah anda bersedia tetap menggunakan bahan baku pangan transgenik ? jelaskan alasan anda ...

... ... ... ... ...

(69)

45

Bogor, 2007

Catatan : Apabila diperlukan judul tulisan akan dirubah dengan tidak mengganti isi dan jawaban kuesioner

Lampiran 4.

(70)

46

Sumber : Kantor Kecamatan Parung, 2006

Lampiran 5.

Perolehan Data Responden Konsumen

Y Umur Pendidikan Pendapatan Pengaruh Fokus

(71)
(72)

48

(73)

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Ekspor Impor Kedelai Segar dan Kedelai Olahan Indonesia.
Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai tahun 1990-2005 di      Indonesia
Gambar 2.1 Pandangan Umum Terhadap Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Pengaruh-Pengaruh Terhadapnya
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen waktu yang terdapat dalam proyek ini dapat dikatakan masih belum begitu baik, hal ini dapat dilihat dari adanya kesimpangan antara jadwal yang direncanakan dengan

Namun, menyimak menurut Akhadiat (dalam Sutari, dkk. 1998: 19) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan.. bunyi bahasa, mengidentifikasi,

Hasil analisa metoda HRV pada domain waktu dengan membandingkan aktivitas berdiri dan aktivitas terlentang: kecepatan rata- rata detak jantung semakin menurun,

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada semua sampel yang direndam dengan larutan kapur,ini berarti ada pengaruh yang nyata antara

Kinerja karyawan sebagai individu, berdasarkan hasil penilaian masing-masing karyawan, berada pada kategori sangat baik, sedangkan penilaian kinerja pada tingkat

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Berbincang dengan setiap murid tentang pencapaian mereka berbanding standard prestasi dan Band yang mereka telah kuasai dan cadangkan langkah selanjutnya untuk penambahbaikan

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh