• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Perekonomian Provinsi Gorontalo 2001- 2008: Identifikasi Sektor-sektor Unggulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan Perekonomian Provinsi Gorontalo 2001- 2008: Identifikasi Sektor-sektor Unggulan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DWI MUSLIANTI H 14094014

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

2008: Identifikasi Sektor-sektor Unggulan. Dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO.

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-intitusi nasional, di samping penanganan ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan juga tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan, memiliki tolok ukur salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi nasional tidak terlepas dari pembangunan ekonomi di wilayah lebih kecil yaitu pembangunan ekonomi daerah. Tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah sebagai salah satu tolok ukur pembangunan daerah tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh daerah terutama potensi daerah.

Peranan perencanaan merupakan kunci bagi proses pembangunan ekonomi yang baik, sehingga penting bagi daerah untuk dapat mengidentifikasikan dan menganalisis potensi ekonomi dan memilih prioritas pada sektor yang sesuai dengan potensi yang ada. Hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui prospek pembangunan ekonomi daerah, sehingga melalui pembangunan ekonomi daerah yang serasi dan terpadu dikaitkan dengan perencanaan yang efektif dan efisien diharapkan dapat menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air.

Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi dan analisis ekonomi potensial dalam perencanaan pembangunan Gorontalo sebagai provinsi yang relatif muda sangat penting untuk dikaji. Dengan mengetahui dan mengidentifikasi kondisi, potensi dan peluang ekonomi yang ada, maka dapat lebih memberikan dasar yang baik bagi perencanaan pembangunan Gorontalo yang lebih terarah dalam rangka mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan kemandirian daerah.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif terhadap data PDRB Provinsi Gorontalo yang terdiri atas laju pertumbuhan, kontribusi sektoral dan kontribusi/sumber pertumbuhan ekonomi. Selain itu untuk menentukan sektor basis (memiliki keunggulan komparatif) di kawasan ini digunakan alat analisis Location Quotient. Ruang lingkup penelitian ini adalah PDRB Provinsi Gorontalo dengan periode waktu tahun 2001 hingga 2008.

(3)

Analisis LQ menunjukkan sektor Pertanian (2,12), sektor Bangunan (1,31), sektor Pengangkutan dan Komunikasi (1,62) dan sektor Jasa-jasa (1,95) merupakan sektor basis. Terdapat dua sektor yaitu sektor Pertanian dan sektor Jasa-jasa yang memiliki beberapa keunggulan sekaligus.

(4)

Oleh

Dwi Muslianti H14094014

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Nomor Registrasi Pokok : H14094014

Menyetujui, Dosen Pembimbing

D.S. Priyarsono, Ph.D. NIP. 19610501 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO 2001-2008: IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2009

(7)

Penulis bernama Dwi Muslianti, lahir pada tanggal 3 Mei 1980 di Jakarta. Penulis anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Mustopo dan Halimah. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Duren 08 kemudian melanjutkan ke SMPN 3 Bekasi pada tahun 1992 dan lulus SMPN pada tahun 1995. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bekasi dan lulus pada tahun 1998. Kesemuanya berlokasi di Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 1998, penulis diterima menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta dengan jurusan Statistik Ekonomi dan mendapat gelar Sarjana Sains Terapan (SST) pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diangkat menjadi CPNS di Badan Pusat Statistik dan kemudian ditugaskan di BPS Provinsi Gorontalo.

(8)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ”Perkembangan Perekonomian Provinsi Gorontalo 2001-2008: Identifikasi Sektor-sektor Unggulan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2009

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan, spiritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khusunya kepada:

1. Dr. Rusman Heriawan, M.S. sebagai Kepala BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan sangat berharga kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke IPB.

2. Soegarenda, M.A. sebagai Kepala BPS Provinsi Gorontalo beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan izin, kesempatan dan kepercayaan kepada penulis guna melanjutkan pendidikan ke IPB.

3. Dedi Budiman Hakim, Ph.D. sebagai Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB beserta jajarannya atas semua keramahtamahannya menerima penulis sebagai peserta didiknya.

4. D.S. Priyarsono, Ph.D. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan curahan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Wiwiek Rindayanti sebagai dosen penguji yang telah bersedia menguji penulis dan memberikan saran dan masukan demi perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak, Ibu dan adik-adik tercinta atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan.

7. Segenap dosen pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis dengan penuh tanggungjawab.

8. Rekan-rekan mahasiswa kelas khusus BPS-IPB angkatan 2009, semoga semakin kompak dan sukses selalu.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

2.1 Tinjauan Teori-teori ... 6

2.1.1 Teori Ekonomi Pembangunan ... 6

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 7

2.1.3 Teori Pembangunan Daerah ... 8

2.1.4 Teori Sektor Unggulan ... 12

2.1.5 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) ... 14

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu ... 16

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.2 Metode Analisis ... 19

3.2.1 Analisis Deskriptif ... 20

3.2.2 Analisis Metode Location Quotient ... 21

(11)

DWI MUSLIANTI H 14094014

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

2008: Identifikasi Sektor-sektor Unggulan. Dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO.

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-intitusi nasional, di samping penanganan ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan juga tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan, memiliki tolok ukur salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi nasional tidak terlepas dari pembangunan ekonomi di wilayah lebih kecil yaitu pembangunan ekonomi daerah. Tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah sebagai salah satu tolok ukur pembangunan daerah tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh daerah terutama potensi daerah.

Peranan perencanaan merupakan kunci bagi proses pembangunan ekonomi yang baik, sehingga penting bagi daerah untuk dapat mengidentifikasikan dan menganalisis potensi ekonomi dan memilih prioritas pada sektor yang sesuai dengan potensi yang ada. Hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui prospek pembangunan ekonomi daerah, sehingga melalui pembangunan ekonomi daerah yang serasi dan terpadu dikaitkan dengan perencanaan yang efektif dan efisien diharapkan dapat menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air.

Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi dan analisis ekonomi potensial dalam perencanaan pembangunan Gorontalo sebagai provinsi yang relatif muda sangat penting untuk dikaji. Dengan mengetahui dan mengidentifikasi kondisi, potensi dan peluang ekonomi yang ada, maka dapat lebih memberikan dasar yang baik bagi perencanaan pembangunan Gorontalo yang lebih terarah dalam rangka mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan kemandirian daerah.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif terhadap data PDRB Provinsi Gorontalo yang terdiri atas laju pertumbuhan, kontribusi sektoral dan kontribusi/sumber pertumbuhan ekonomi. Selain itu untuk menentukan sektor basis (memiliki keunggulan komparatif) di kawasan ini digunakan alat analisis Location Quotient. Ruang lingkup penelitian ini adalah PDRB Provinsi Gorontalo dengan periode waktu tahun 2001 hingga 2008.

(13)

Analisis LQ menunjukkan sektor Pertanian (2,12), sektor Bangunan (1,31), sektor Pengangkutan dan Komunikasi (1,62) dan sektor Jasa-jasa (1,95) merupakan sektor basis. Terdapat dua sektor yaitu sektor Pertanian dan sektor Jasa-jasa yang memiliki beberapa keunggulan sekaligus.

(14)

Oleh

Dwi Muslianti H14094014

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

Nomor Registrasi Pokok : H14094014

Menyetujui, Dosen Pembimbing

D.S. Priyarsono, Ph.D. NIP. 19610501 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003

(16)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO 2001-2008: IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2009

(17)

Penulis bernama Dwi Muslianti, lahir pada tanggal 3 Mei 1980 di Jakarta. Penulis anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Mustopo dan Halimah. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Duren 08 kemudian melanjutkan ke SMPN 3 Bekasi pada tahun 1992 dan lulus SMPN pada tahun 1995. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bekasi dan lulus pada tahun 1998. Kesemuanya berlokasi di Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 1998, penulis diterima menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta dengan jurusan Statistik Ekonomi dan mendapat gelar Sarjana Sains Terapan (SST) pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diangkat menjadi CPNS di Badan Pusat Statistik dan kemudian ditugaskan di BPS Provinsi Gorontalo.

(18)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ”Perkembangan Perekonomian Provinsi Gorontalo 2001-2008: Identifikasi Sektor-sektor Unggulan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2009

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan, spiritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khusunya kepada:

1. Dr. Rusman Heriawan, M.S. sebagai Kepala BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan sangat berharga kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke IPB.

2. Soegarenda, M.A. sebagai Kepala BPS Provinsi Gorontalo beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan izin, kesempatan dan kepercayaan kepada penulis guna melanjutkan pendidikan ke IPB.

3. Dedi Budiman Hakim, Ph.D. sebagai Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB beserta jajarannya atas semua keramahtamahannya menerima penulis sebagai peserta didiknya.

4. D.S. Priyarsono, Ph.D. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan curahan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Wiwiek Rindayanti sebagai dosen penguji yang telah bersedia menguji penulis dan memberikan saran dan masukan demi perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak, Ibu dan adik-adik tercinta atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan.

7. Segenap dosen pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis dengan penuh tanggungjawab.

8. Rekan-rekan mahasiswa kelas khusus BPS-IPB angkatan 2009, semoga semakin kompak dan sukses selalu.

(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

2.1 Tinjauan Teori-teori ... 6

2.1.1 Teori Ekonomi Pembangunan ... 6

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 7

2.1.3 Teori Pembangunan Daerah ... 8

2.1.4 Teori Sektor Unggulan ... 12

2.1.5 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) ... 14

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu ... 16

2.3 Kerangka Pemikiran ... 18

III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.2 Metode Analisis ... 19

3.2.1 Analisis Deskriptif ... 20

3.2.2 Analisis Metode Location Quotient ... 21

(21)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Kondisi Geografis Provinsi Gorontalo ... 28

4.2 Kondisi Ekonomi Provinsi Gorontalo ... 29

4.2.1 Stuktur Ekonomi Sektoral ... 29

4.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral ... 32

4.2.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi ... 36

4.3 Analisis Location Quotient ... 38

4.4 Ringkasan Berbagai Analisis ... 44

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1 Kontribusi PDRB Gorontalo menurut Sektor Ekonomi tahun

2001-2008 (persen) ... 29

4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi tahun 2002-2008 (persen) ... 34

4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2002-2008 (persen) ... 38

4.4 Nilai Location Quotient dirinci per Sektor Ekonomi tahun 2001-2008 (persen) ... 39

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor. Halaman

2.1 Kerangka Pikir ... 18

4.1 Wilayah Provinsi Gorontalo... 28 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo dan Indonesia tahun

2002-2008 (persen) ... 33 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor. Halaman

1. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan tahun 2001 – 2008 (Milyar Rupiah) ... 53

2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Gorontalo Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2001 – 2008 (Juta Rupiah) ... 54

3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Gorontalo Atas Dasar Harga Konstan tahun 2001 – 2008 (Juta Rupiah) ... 55

4. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Gorontalo Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2001 – 2008 (Persen) ... 56

5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Gorontalo tahun 2001 – 2008 (Persen) ... 57

6. Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Gorontalo tahun 2001 – 2008 (Persen) ... 58

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-intitusi nasional, di samping penanganan ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan dengan tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan memiliki berbagai tolok ukur, salah satunya yaitu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama dan suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan (Tambunan, 2001). Kutznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang suatu negara yang bersangkutan untuk menyediakan barang-barang ekonomi kepada penduduknya (Todaro dan Smith, 2006).

(26)

agar sesuai dengan kemampuan dan prospeknya dimasa datang. Pembangunan ekonomi di suatu wilayah akan dapat dilaksanakan dengan tersedianya potensi sumber daya berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu dan teknologi.

Pembangunan juga mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai faktor, baik yang mendukung maupun yang menghambat dalam menghasilkan pembangunan tersebut. Oleh karena itu dampak yang dihadapi daerah sebagai akibat situasi ekonomi akan berbeda-beda karena masing-masing daerah mempunyai sektor potensial yang berbeda. Potensi sumber daya yang dimiliki antara satu daerah dengan daerah lainnya tidak merata atau tidak seragam, oleh karena itu pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masing-masing daerah juga berbeda.

Berdasarkan teori pertumbuhan tidak seimbang (unbalanced growth) yang dikemukakan oleh Hirschman, pembangunan ekonomi diprioritaskan pada sektor ekonomi yang mampu mendorong dan menarik sektor-sektor ekonomi lainnya untuk tumbuh dan berkembang, dengan tidak mengabaikan pembangunan pada sektor-sektor ekonomi lainnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi seyogyanya diarahkan atau diprioritaskan kepada sektor unggulan atau andalan (leading sector) pada perekonomian daerah tersebut.

(27)

penggunaan sumber daya-sumber daya publik yang tersedia dan untuk memperbaiki nilai sumber daya-sumber daya secara bertanggungjawab.

Peranan perencanaan merupakan kunci bagi sebuah proses pembangunan ekonomi yang baik, sehingga penting bagi daerah untuk dapat mengidentifikasikan atau mengumpulkan dan menganalisis potensi-potensi ekonomi daerah, serta memilih prioritas pada sektor-sektor yang sesuai dengan kemampuan dan potensi sumber daya alam yang ada. Hal ini dapat dijadikan sebagai basis untuk mengetahui prospek pembangunan ekonomi daerah. Apabila hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah daerah, maka pelaksanaan pembangunan akan sangat berat bahkan dapat menemui kegagalan dalam pembangunan daerah.

Perencanaan pembangunan yang pada dasarnya memiliki tiga aspek perencanaan yaitu (1) makro; (2) sektoral; (3) regional; yang ketiganya tersusun dalam satu kesatuan sehingga ibarat cermin sehingga setiap sisi merefleksikan sisi lainnya. Dengan demikian, melalui pembangunan daerah yang serasi dan terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral dikaitkan dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif, diharapkan dapat mencapai kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air.

(28)

penting untuk dikaji. Dengan mengetahui dan mengidentifikasi kondisi, potensi dan peluang ekonomi yang ada, maka akan dapat lebih memberikan dasar yang baik bagi penyusunan rencana pembangunan daerah di Provinsi Gorontalo yang lebih terarah. Hal tersebut diharapkan dapat merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan dan mewujudkan kemandirian daerah.

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan ekonomi daerah dimaksudkan untuk meningkatkan atau mengembangkan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Keunggulan daerah tertentu akan menunjang aktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil secara khusus dan menunjang kesejahteraan rakyat secara umum.

Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah sektor-sektor ekonomi mana yang merupakan sektor unggulan dan memiliki potensi dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Gorontalo. sehingga di dalam penelitian ini akan dilihat secara rinci sektor unggulan di Provinsi Gorontalo.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(29)

2. Mengidentifikasi sektor-sektor basis dalam perekonomian di Provinsi Gorontalo.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah Provinsi Gorontalo dan pihak yang terkait dalam menentukan arah, kebijakan dan strategi daerah yang akan digunakan untuk meningkatkan potensi sumber daya yang dapat dijadikan sebagai sektor penggerak pembangunan.

2. Sebagai bahan pelengkap bagi penelitian yang relevan dengan skripsi ini.

3. Sebagai sumbangan informasi bagi penelitian yang akan mengkaji lebih dalam mengenai Provinsi Gorontalo.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Tinjauan Teori-teori

Tinjauan teori pada penelitian ini meliputi teori ekonomi pembangunan, teori pertumbuhan ekonomi, teori pembangunan daerah, teori sektor unggulan, d a n teori basis ekonomi.

2.1.1 Teori Ekonomi Pembangunan

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita seluruh penduduk dalam suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Sehingga pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi tersebut dapat dilihat.

Selanjutnya pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita yaitu tingkat pertambahan PDB/PDRB pada suatu tahun tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan penduduk. Akibat kenaikan tersebut yang merupakan penerimaan, maka akan timbul perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat dan modernisasi dalam struktur ekonomi.

(31)

semata, namun memiliki perspektif yang luas. Dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik. D alam pembahasan mengenai teori pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi, dikenal 4 pendekatan, yaitu: (1) Teori pertumbuhan linier, (2) Teori pertumbuhan struktural, (3) Teori revolusi ketergantungan internasional (dependensia), (4) Teori Neo-Klasik (Todaro dan Smith, 2006).

Istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah ini sebagai pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi seperti mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah pemerataan pendapatan atau dikenal sebagai economic development is growth plus change, yaitu pembangunan ekonomi.

Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan tolok ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi. Penilaian dengan pendekatan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan. Tolok ukur – tolok ukur kemakmuran, apapun pendekatannya serta dari manapun sudut tinjauannya, pada umumnya akan konsisten. Oleh karena itu meskipun tolok ukur tinjauan pendapatan bukan satu-satunya tolok ukur, namun tetap relevan dan yang paling lazim diterapkan (Sukirno, 2001).

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

(32)

Adam Smith, David Ricardo dan John Stuart Mill, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno, 2001).

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang ada di daerah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut (Tarigan, 2005).

Untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah, perlu ditentukan prioritas pembangunan daerah. Apabila prioritas pembangunan tidak disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka sumber daya yang ada belum sepenuhnya digali atau kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan tersebut mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan, yang pada akhirnya akan dapat mengakibatkan timbulnya kepincangan pembangunan dan tertinggalnya pembangunan daerah tersebut dibandingkan dengan wilayah yang lain (Sjafrizal, 1997)

2.1.3 Teori Pembangunan Daerah

(33)

pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses pembentukan institusi-institusi baru, industri-industri alternatif, dan perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan-pengembangan usaha baru.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah pada kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.

(34)

Pembangunan dalam lingkup daerah tidak selalu berlangsung cepat dan merata seperti yang diinginkan. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah- daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal (investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas disamping adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat kepada daerah (Sutarno dan Kuncoro, 2003).

Seorang perencana wilayah harus memiliki kemampuan untuk menganalisis potensi ekonomi wilayahnya. Hal ini terkait dengan kewajibannya menentukan sektor-sektor riil yang perlu dikembangkan agar perekonomian daerah tumbuh cepat di satu sisi dan di sisi lain mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mengakibatkan potensi sektor tertentu rendah serta menentukan prioritas-prioritas untuk mengatasi kelemahan tersebut. Setelah otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/komoditas yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan maupun kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang (Tarigan, 2005).

(35)

dalam menciptakan nilai sumber daya-sumber daya secara bertanggungjawab. Pembangunan ekonomi yang efektif dan efisien membutuhkan perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumber daya-sumber daya publik dan sektor swasta, petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar dan organisasi-organisasi sosial harus mempunyai peran dalam perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dapat dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit sekonomi yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain. Para ahli dan ekonom menyadari bahwa mekanisme pasar tidak mampu menciptakan penyesuaian dengan cepat apabila terjadi perubahan dan tidak mampu menciptakan laju pertumbuhan yang cepat terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia, sehingga perlu campur tangan pemerintah. Pentingnya campur tangan pemerintah dalam pembangunan daerah untuk mencegah akibat-akibat dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai daerah yang ada.

Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah mengakibatkan timbulnya kesenjangan antar daerah, yaitu adanya kegiatan ekonomi yang menumpuk di daerah-daerah tertentu sedangkan di daerah-daerah lain semakin tertinggal. Memusatnya ekspansi ekonomi di suatu daerah akan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerah lain, karena tenaga kerja yang ada, modal dan perdagangan akan pindah ke daerah yang melakukan ekspansi tersebut.

(36)

pengaruh yang kurang menguntungkan baik bagi daerah yang terbelakang maupun bagi daerah maju yang pada akhirnya dapat mengganggu kestabilan ekonomi secara keseluruhan. Campur tangan pemerintah sangat penting untuk perencanaan dan pembangunan daerah, disamping juga untuk mencegah jurang ketimpangan kemakmuran dan rasa tidak puas masyarakat (Arsyad, 2004).

Menurut Arsyad (2004), perencanaan pembangunan ekonomi daerah memiliki beberapa implikasi antara lain:

a) Perencanaan pembangunan ekonomi yang realistis memerlukan pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional baik horisontal maupun vertikal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

b) Sesuatu yang baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah dan demikian sebaliknya, sesuatu yang baik bagi nasional belum tentu baik bagi daerah.

c) Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan dan otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia di tingkat pusat.

Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus dapat menggunakan sumber daya-sumber daya pembangunan yang ada dengan sebaik mungkin dan benar-benar dapat dicapai.

2.1.4 Sektor Unggulan

(37)

dikarenakan mempunyai keunggulan-keunggulan yang didasarkan pada kriteria tertentu, yaitu:

1. Sektor unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian. Artinya sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran. 2. Sektor unggulan mempunyai dampak keterkaitan yang kuat, baik

keterkaitan ke depan maupun ke belakang dengan sektor unggulan lain ataupun dengan sektor ekonomi lainnya.

3. Sektor unggulan mampu bersaing dengan sektor yang sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan internasional, baik dalam harga produk sektor tersebut, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya. 4. Sektor unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik

dalam hal potensi pasar maupun pemasukkan bahan baku.

5. Sektor unggulan memiliki teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Sektor unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksi yang dimiliki oleh sektor tersebut.

7. Sektor unggulan biasanya bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.

(38)

Tumenggung dalam Sitorus (2006) memberi batasan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sejenis dari daerah lain serta mampu memberikan manfaat yang besar. Mawardi dalam Sitorus (2006) mengartikan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki efek pengganda yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor.

 

2.1.5 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi (Economic Base Theory) mendasarkan pandangan pada laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar daerah yang juga disebut sebagai kegiatan basis. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong kegiatan ekonomi wilayah. Tenaga kerja yang berdomisili di suatu wilayah, tetapi bekerja dan memperoleh uang di wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor.

(39)

kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Oleh karena itu, kenaikannya sejalan dengan kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian, sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak dapat berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan tersebut, satu-satunya sektor yang dapat meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis (Tarigan, 2005).

Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad (2004) adalah bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).

Kelemahannya model ini adalah bahwa model ini berdasarkan pada permintaan eksternal bukan internal yang pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan yang amat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.

Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif. Lebih lanjut model ini menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah atas dua sektor, yaitu:

(40)

domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Itu berarti daerah secara tidak langsung mempunyai kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain.

2. Sektor Non Basis, yaitu sektor atau kegiatan yang hanya mampu melayani pasar daerah itu sendiri.

Berdasarkan teori ini, sektor basis perlu dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Suparno (2008) terhadap sektor-sektor perekonomian Pulau Sulawesi dengan menggunakan metode analisis basis wilayah (LQ) menyatakan bahwa ada beberapa sektor yang mampu menjadi sektor basis secara kontinyu pada tahun 2000-2007 berdasarkan indikator nilai tambah. Sektor-sektor tersebut adalah sektor Pertanian, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor Bangunan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan sektor Jasa-jasa. Sementara sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan tidak mampu menjadi sektor basis pada tahun 2000-2007. Selain itu ada beberapa sektor yang memiliki keunggulan sekaligus berdasarkan keunggulan komparatif, daya saing yang tinggi keunggulan dan spesialisasinya yaitu sektor Pertanian, sektor Bangunan dan sektor Jasa-jasa.

(41)

hasil analisis LQ menunjukkan bahwa subsektor Perikanan merupakan subsektor dengan LQ tertinggi kelima dari semua subsektor PDRB, yaitu dengan LQ 2,09. Sementara terhadap sektor Pertanian, sektor ini berada pada urutan ketiga setelah subsektor Tanaman Bahan Makanan dan subsektor Peternakan.

Hidayat (2004) dalam mengidentifikasikan sektor basis dan non basis di Kabupaten Purbalingga tahun 1996-2003 menemukan bahwa laju pertumbuhan adalah positif. Berdasarkan perhitungan LQ yang merupakan sektor basis bagi Kabupaten Purbalingga tahun 1996-2003 adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor Bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Butar-butar (2004) dalam mengidentifikasikan sektor-sektor basis Kota Batam periode 1998-2002 diperoleh hasil bahwa prioritas pengembangan wilayah Batam dibagi menjadi 4 (empat) kelompok prioritas berdasarkan penggabungan analisis LQ, rata-rata kontribusi sektor ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Kota Batam. Hasil penelitian tersebut adalah prioritas 1 adalah sektor Industri Pengolahan, prioritas 2 adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, dan prioritas 3 adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

2.3 Kerangka Pemikiran

(42)

laju pertumbuhan dan sumber pertumbuhan. Selain itu untuk melihat keunggulan komparatif terhadap nasional digunakan analisis Location Quotient. Dengan identifikasi sektor-sektor ungguluan tersebut, maka perencanaan pembangunan dapat diprioritaskan pada sektor tersebut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

 

Pembangunan Ekonomi

Provinsi Gorontalo

• Struktur Ekonomi

• Laju Pertumbuhan

• Sumber Pertumbuhan

Pendekatan Sektoral

Keterbatasan Sumber daya dan Potensi Daerah

Indikator Perekonomian

Basis Ekonomi Wilayah

Analisis Location Quotient

Prioritas Pembangunan

(43)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui dua cara, yaitu:

• Berdasarkan data sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang

berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), dan BPS Provinsi Gorontalo. Adapun data yang digunakan adalah:

1. Data PDRB Provinsi Gorontalo menurut Lapangan Usaha tahun 2001-2008 atas dasar berlaku dan harga konstan 2000.

2. Data PDB menurut Lapangan Usaha tahun 2001-2008 atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000.

• Penelitian Kepustakaan. Untuk menunjang kelengkapan bahan-bahan serta

sumber, penulis memanfaatkan literatur yang ada di beberapa perpustakaan terkait, dan buku-buku pedoman digunakan untuk menambah wawasan mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

3.2. Metode Analisis Data

(44)

3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan perkembangan kontribusi, laju pertumbuhan ekonomi, dan sumber pertumbuhan PDRB Provinsi Gorontalo dari tahun 2001-2008.

Struktur ekonomi Provinsi Gorontalo dapat dilihat dari kontribusi sektoral. Data yang digunakan dalam analisis struktur ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, karena menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan suatu daerah.

Sedangkan data yang digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi adalah data PDRB atas dasar harga konstan 2000, karena data ini sudah tidak mengandung faktor harga, sehingga pengukuran pertumbuhan ekonomi ini lebih mencerminkan perubahan produksi. Indikator ini sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja pembangunan yang telah dilaksanakan, serta berguna untuk menentukan arah pembangunan pada masa yang akan datang.

Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam persentase dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

git = Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo PDRBADHK it = PDRB riil Provinsi Gorontalo tahun t

(45)

Analisis sumber pertumbuhan (source of growth) digunakan untuk mengetahui sumber-sumber pertumbuhan provinsi Gorontalo menurut sektor ekonomi. Rumus yang digunakan dalam analisis source of growth (Santosa, 2008) ialah:

dimana dan P

SoGi = Sumber pertumbuhan sektor ke-i

DPi = Distribusi persentase PDRB sektor ke-i PEi = Pertumbuhan ekonomi sektor ke-i

Wi(t-1) = Penimbang sektor ke –i pada tahun ke (t-1) dan W i(t-1) = 100

Yrt

= Pendapatan daerah riil tahun t Yrt1

= Pendapatan daerah riil tahun t-1.

3.2.2 Metode Location Quotient (LQ)

(46)

propinsi memegang peranan sebagai wilayah nasional dan apabila diperbandingkan wilayah kecamatan dengan wilayah kabupaten maka kabupaten memegang peranan sebagai wilayah nasional.

Menurut Arsyad (2006), dalam teknik ini, kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a) Sektor Basis adalah sektor yang mampu untuk memenuhi kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan.

b) Sektor Non Basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non unggulan.

Teori ini selanjutnya menyatakan bahwa karena sektor basis menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual keluar daerah sehingga meningkatkan pendapatan daerah tersebut, maka secara berantai akan meningkatkan investasi yang berarti peningkatan lapangan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya meningkatkan permintaan terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan akan industri non basis. Dengan dasar teori ini, maka sektor basis perlu diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

(47)

mengingat adanya perbedaan definisi yang mendasarinya. Selain itu, ada masalah lain yaitu adanya tenaga paruh waktu, dan tenaga kerja penuh, dan juga masalah commuter, yaitu penduduk yang bekerja di tempat yang berbeda dengan tempat tinggalnya. Dengan terdapatnya masalah-masalah ini, maka tenaga kerja menjadi kurang representatif sebagai satuan ukuran perubahan, terutama untuk jangka pendek. Satuan ukuran lainnya adalah nilai tambah bruto yang memiliki akses data lebih mudah dan memiliki makna yang lebih jauh (Susanti dalam Wahyudi, 2005).

Rumusan LQ menurut Tarigan (2005) yang kemudian digunakan dalam penentuan sektor basis dan non basis, dinyatakan dalam persamaan berikut:

dimana :

LQ = Koefisien Location Quotient Provinsi Gorontalo Xr = PDRB sektor i di Provinsi Gorontalo

RVr = Total PDRB Gorontalo Xn = PDB sektor i di Indonesia RVn = Total PDB Indonesia

Selanjutnya kriteria pengukuran adalah kriteria sebagai berikut :

1. LQ > 1

Jika LQ lebih besar dari 1, berarti peranan sektor tertentu pada Provinsi Gorontalo lebih besar dari peranan sektor yang sama pada tingkat nasional,

(48)

sehingga memungkinkan daerah tersebut untuk melakukan ekspor ke luar daerah (basis).

2. LQ < 1

Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti peranan sektor tertentu pada Provinsi Gorontalo lebih kecil dari peranan sektor yang sama pada tingkat nasional sehingga daerah tersebut tidak dapat melakukan ekspor karena tidak mampu memenuhi kebutuhan domestiknya atau harus mengimpor dari daerah lain (non basis).

3. LQ = 1

Jika LQ sama dengan i, berarti peranan sektor tertentu pada Provinsi Gorontalo sama dengan peranan sektor yang sama pada tingkat nasional sehingga daerah tersebut mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri (self sufficient).

(49)

Analisis LQ ini suatu analisis yang sangat sederhana dan dapat sangat berguna apabila indeks ini tidak diterapkan secara otomatis, dalam pengertian tidak mempertimbangkan kenyataan logis dari fenomena yang diamati. Apabila digunakan dalam bentuk one shoot analysis, manfaat yang dihasilkan tidak begitu besar yaitu hanya melihat apakah LQ berada diatas 1 atau tidak. Namun apabila dilakukan dalam bentuk time series perkembangan LQ dapat dilihat dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan ataupun penurunan. Hal tersebut dapat membantu kita dalam melihat kekuatan/kelemahan wilayah kita dibandingkan secara relatif dengan wilayah yang lebih luas. Potensi yang positif digunakan dalam strategi pengembangan wilayah dan faktor-faktor yang membuat potensi suatu sektor menjadi lemah, perlu dipikirkan apakah ditanggulangi atau dianggap tidak prioritas.

3.3 Definisi Operasional Variabel

Beberapa variabel yang telah digunakan untuk kepentingan penelitian ini memiliki konsep dan definisi sebagai berikut:

1. Produk Domestik Bruto/ Produk Domestik Regional Bruto (PDB/PDRB) merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam suatu kurun waktu. Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan dan disebut domestik karena menyangkut batas wilayah.

(50)

3. PDB/PDRB atas dasar harga konstan (riil) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar dan faktor perubahan harga telah dihilangkan. Indikator ini umumnya digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan riil dan tingkat kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun.

4. Sektor-sektor ekonomi, dibagi ke dalam sembilan sektor yaitu: (1) sektor Pertanian, (2) sektor Pertambangan dan Penggalian, (3) sektor Industri Pengolahan, (4) sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, (5) sektor Bangunan, (6) sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, (7) sektor Pengangkutan dan Komunikasi, (8) sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, (9) sektor Jasa-jasa.

5. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan nilai PDB/PDRB atas dasar harga konstan dari suatu periode (tahun) terhadap periode (tahun) sebelumnya.

6. Kontribusi PDB/PDRB adalah besarnya peranan PDB/PDRB menurut sektor/lapangan usahan terhadap total PDB/PDRB tahun tertentu.

7. Sumber Pertumbuhan adalah adalah kontribusi pertumbuhan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap pertumbuhan total.

(51)

9. Sektor Unggulan adalah sektor-sektor yang memiliki keunggulan dari sisi kontribusi PDRB, laju pertumbuhan, sumber pertumbuhan dan basis ekonomi.

(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geografis Provinsi Gorontalo

Provinsi Gorontalo terletak antara 00 19’ - 10 15’Lintang Utara dan 1210 23’ – 1230 43’ Bujur Timur. Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua provinsi lain, yaitu Provinsi Sulawesi Utara di sebelah timur dan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah barat. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan laut Sulawesi, sebelah selatan dengan Teluk Tomini. Luas wilayah provinsi ini tercatat sebesar 12.215,44 km2. Jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah provinsi ini hanya sebesar 0,64 persen. Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan satu kota, yaitu Kab. Boalemo, Kab.Gorontalo, Kab. Pohuwato, Kab. Bone Bolango, Kab. Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Wilayah terluas di Provinsi Gorontalo adalah Kabupaten Gorontalo. Jumlah penduduk di Provinsi Gorontalo 972.208 jiwa yang tersebar di keenam kabupaten/kota tersebut.

(53)

4.2 Kondisi Ekonomi Provinsi Gorontalo

4.2.1 Struktur Ekonomi Sektoral

Peranan sektor-sektor dalam PDRB yang dapat dilihat dari besarnya sumbangan tiap-tiap sektor menggambarkan struktur ekonomi daerah tersebut. Struktur perekonomian suatu daerah akan menggambarkan pola/tatanan ekonomi daerah tersebut. Struktur ekonomi di suatu daerah akan sangat tergantung dari seberapa besar kemampuan sektor-sektor tersebut dalam memproduksi barang dan jasa.

Tabel 4.1 Kontribusi PDRB Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2001-2008 (%)

Lapangan Usaha

Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Pertanian 32,58 30,75 32,45 30,47 28,04 30,58 30,51 31,32 30,84 Pertambangan dan

Penggalian 0,88 0,75 0,75 0,81 0,95 1,01 1,12 1,08 0,92 Industri

Pengolahan 11,39 8,69 7,97 8,31 7,18 5,90 5,55 4,93 7,49 Listrik, Gas, dan

16,36 15,38 14,06 13,27 11,89 11,49 11,14 10,26 12,98

Pengangkutan dan

Komunikasi 11,67 9,22 8,08 8,44 8,07 8,41 8,92 8,63 8,93 Keuangan, Real

Estat & Jasa Persh 5,80 6,77 8,61 10,31 10,48 10,17 10,44 9,95 9,07

Jasa - jasa 13,03 19,69 20,26 20,92 26,31 24,95 24,84 26,57 22,07

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (diolah)

(54)

seandainya terjadi sedikit gangguan pada sektor tersebut, maka akan dapat mengakibatkan permasalahan dalam perekonomian Gorontalo. Namun demikian, sektor dengan kontribusi yang kecil tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab terdapat kemungkinan bahwa sektor tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan dan akan menjadi andalan wilayah di waktu yang akan datang.

Berdasarkan tabel 4.1, terdapat tiga sektor di Gorontalo yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian di Gorontalo. Sektor-sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sedangkan sektor dengan kontribusi terendah adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.

(55)

persen pada tahun 2008.

Selain ketiga sektor dominan diatas, sektor-sektor lainnya yang mengalami kontribusi semakin besar selama kurun waktu 2001-2008 adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,88 persen pada tahun 2001 dan meningkat menjadi sebesar 1,08 persen pada tahun 2008. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum sebesar 0,66 persen pada tahun 2001 menjadi 0,58 persen pada tahun 2008. Sektor Keuangan dan Jasa Persewaan sebesar 5,80 persen pada tahun 2001, dan meningkat pada tahun 2008 menjadi sebesar 9,95 persen

Sementara sektor-sektor yang memiliki kontribusi semakin mengecil adalah sektor Industri Pengolahan yaitu dengan kontribusi sebesar 11,39 persen pada tahun 2001, menjadi sebesar 4,93 persen pada tahun 2008. Sektor Bangunan yang memiliki kontribusi sebesar 6,69 persen pada tahun 2008, lebih kecil dibandingkan kontribusinya pada tahun 2001 yaitu sebesar 7,63 persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,63 persen pada tahun 2008, menurun apabila dibandingkan dengan kontribusinya pada tahun 2001 yaitu sebesar 11,67 persen.

(56)

maka hasil produksi sektor Pertanian lebih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah/belum diolah yang cenderung memiliki nilai tambah rendah, karena hasil produksi tersebut tidak mampu diserap oleh sektor Industri Pengolahan. Ekspor produksi pertanian Provinsi Gorontalo yang sebagian besar berupa komoditas Jagung, Kelapa, Sapi dan Ikan ke luar daerah seperti pulau Jawa dan luar negeri seperti Jepang, Malaysia dan Filipina masih dalam bentuk bahan mentah sehingga selain memiliki nilai tambah yang masih rendah juga sangat rentan terhadap kemungkinan rusaknya produk-produk tersebut pada saat pengiriman sehingga dapat menurunkan kualitas produk.

4.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

(57)

Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo dan Indonesia Tahun 2002-2008 (%)

Berdasarkan gambar diatas, laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo selama kurun waktu 2002-2008 memberikan suatu indikator pertumbuhan yang baik. Secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo melaju diatas laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2002, laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo sebesar 6,45 persen, sedangkan laju pertumbuhan Indonesia 4,50 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Gorontalo tersebut terus meningkat hingga tahun 2008 dengan pertumbuhan mencapai sebesar 7,76 persen, sementara pertumbuhan nasional sebesar 6,06 persen. Hal tersebut terjadi karena sebagai provinsi yang terbilang baru, masih banyak dilakukan pembangunan infrastruktur dasar guna menunjang kelangsungan jalannya pemerintahan dan pembangunan.

(58)

relatif tinggi pada waktu yang relatif panjang, maka diharapkan sektor tersebut akan mampu mengangkat perekonomian Provinsi Gorontalo. Apabila sebaliknya, maka akan menimbulkan kekhawatiran bahwa sektor ini akan cenderung memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo secara keseluruhan.

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2002-2008 (%)

Lapangan Usaha

Tahun

Rata-rata 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Pertanian 8,73 4,49 3,16 7,45 7,94 7,32 8,06 6,74

Pertambangan dan

Penggalian 13,09 15,44 3,36 9,65 11,26 11,79 10,14 10,68 Industri Pengolahan 5,51 4,98 5,15 4,73 (5,93) 5,39 5,47 3,61

Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,76 3,42 11,93 5,44 1,56 14,65 (0,74) 6,29 Keuangan, Real Estat &

Jasa Persh 14,98 27,27 20,13 (3,58) 7,44 8,39 7,20 11,69 Jasa - jasa 12,10 9,00 5,54 15,61 9,93 7,60 8,39 9,74

PDRB 6,45 6,88 6,93 7,19 7,30 7,51 7,76 7,15 Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (diolah)

(59)

Selama kurun waktu 2001-2008 terdapat tiga sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata yang cukup tinggi yaitu sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan sebesar 11,69 persen dan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,68 persen, dan sektor Jasa-jasa sebesar 9,74 persen.

Pada tahun 2002, sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Keuangan memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 14,98 persen dan kondisi ini terus berlangsung hingga tahun 2004. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan sektor ini sebesar 7,20 persen. Sektor lain yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi pada tahun 2002 adalah sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 13,09 persen yang disebabkan oleh adanya penemuan tambang emas, walaupun eksplorasinya masih bersifat tradisional karena masih dilakukan langsung oleh masyarakat sehingga pertumbuhan yang positif ini bersifat fluktuatif dalam kurun waktu tersebut, dan berlangsung sampai dengan tahun 2008 dengan pertumbuhan sebesar 10,14 persen.

Sektor selanjutnya yang memiliki pertumbuhan tinggi ketiga adalah sektor Jasa-jasa. Sektor ini tumbuh sebesar 12,10 pada tahun 2002 dan pada tahun 2008 tumbuh sebesar 8,39 persen dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9,74 persen,

(60)

oleh Gorontalo dan kurang lancarnya pasokan bahan baku penghasil listrik menjadi penyebab kecilnya laju pertumbuhan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ini, yaitu pembangkit listrik diesel yang telah berusia tua dan tersendatnya pasokan solar sebagai bahan baku pembangkit listrik yang semakin tidak seimbang dengan kebutuhan listrik yang semakin meningkat oleh rumah tangga dan industri di Gorontalo.

4.2.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi

Dalam pertumbuhan ekonomi, sumber-sumber pertumbuhan berasal dari kemampuan suatu wilayah dalam mengembangkan potensi sumber dayanya. Semakin besar kuantitas dan semakin tinggi kualitas sumber daya tersebut, maka makin besar pula potensi wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Selama kurun waktu delapan tahun, Gorontalo mencatat pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 7,15 persen. Terdapat tiga sektor ekonomi yang memberikan andil atau menjadi sumber bagi pertumbuhan ekonomi Gorontalo. ketiga sektor tersebut adalah sektor Pertanian dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,09 persen, sektor Jasa-jasa dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,72 persen, dan sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,89 persen.

(61)

merupakan sumber dari pertumbuhan Gorontalo yang utama sebesar 2,76 persen. Sektor tersebut diikuti oleh sektor Jasa-jasa sebesar 1,97 persen, dan sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan sebesar 0,98 persen. Pada tahun 2008, sumber utama bagi pertumbuhan Gorontalo sebesar 7,76 persen bersumber dari sektor Pertanian sebesar 2,47 persen, sektor Jasa-jasa sebesar 1,60 persen dan sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan sebesar 0,62 persen. Pada tahun 2008 ini, sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan bukan merupakan sumber pertumbuhan ketiga tertinggi, melainkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,95 persen.

Gambar 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2002-2008 (%)

(62)

sumber pertumbuhan sebesar 2,42 persen terhadap pertumbuhan Gorontalo sebesar 7,30 persen pada tahun 2006, sebesar 2,25 persen terhadap pertumbuhan Gorontalo sebesar 7,51 persen pada tahun 2007 dan sebesar 2,47 terhadap pertumbuhan Gorontalo sebesar 7,76 persen pada tahun 2008.

Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2002-2008 (%)

Lapangan Usaha

Tahun

Rata-rata 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Pertanian 2,76 1,45 1,00 2,27 2,42 2,25 2,47 2,09

Pertambangan dan Penggalian 0,11 0,14 0,03 0,09 0,11 0,12 0,10 0,10

Industri Pengolahan 0,56 0,50 0,51 0,46 (0,56) 0,45 0,45 0,34

Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,05 0,02 0,07 0,03 0,01 0,09 (0,00) 0,04

Bangunan 0,29 0,57 0,34 0,36 0,91 0,78 0,80 0,58

Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,58 0,27 0,38 0,70 0,95 0,95 0,95 0,68

Pengangkutan dan Komunikasi (0,84) 0,47 1,94 0,93 0,98 0,73 0,78 0,71

Keuangan, Real Estat & Jasa

Persh 0,98 1,93 1,69 (0,34) 0,63 0,71 0,62 0,89

Jasa - jasa 1,97 1,54 0,97 2,69 1,85 1,45 1,60 1,72

PDRB 6,45 6,88 6,93 7,19 7,30 7,51 7,76 7,15

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (diolah)

Selain sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa menjadi sumber pertumbuhan sebesar 1,97 persen pada tahun 2002 dan sebesar 1,60 persen pada tahun 2008. Sementara sektor-sektor lainnya memberikan peranan terhadap pertumbuhan ekonomi Gorontalo sebesar di bawah satu persen.

4.3 Analisis Location Quotient

(63)

membandingkannya pada tingkat nasional. Teori LQ digunakan untuk menganalisa keragaman basis ekonomi. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi apakah sektor-sektor tersebut dapat dikembangkan untuk tujuan ekspor atau hanya untuk memasok kebutuhan lokal, sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi.

Tabel 4.4 Nilai Location Quotient Gorontalo dirinci per Subsektor Ekonomi Tahun

2001-2008

Lapangan Usaha

Tahun

Rata-rata 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Keuangan, Real Estat &

Jasa persh. 0,76 0,81 0,94 1,04 0,92 0,92 0,92 0,89 0,90 Jasa - jasa 1,75 1,85 1,90 1,87 2,02 2,06 2,06 2,06 1,95

a.Pemerintahan Umum 2,21 2,50 2,70 2,75 3,20 3,40 3,46 3,57 2,98

b. Swasta 1,24 1,19 1,12 1,07 1,03 0,97 0,93 0,89 1,06

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo (diolah)

(64)

dan Komunikasi dan Sektor Jasa-jasa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Gorontalo telah mampu memenuhi sendiri kebutuhannya di sektor ini dan dimungkinkan untuk mengekspor keluar daerah hasil dari produksi barang dan jasa pada sektor ini. Sehingga sektor-sektor tersebut dapat diunggulkan dan potensial untuk meningkatkan kinerja perekonomian provinsi Gorontalo.

Sektor Pertanian selama kurun waktu delapan tahun memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 2,12 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang unggul di Gorontalo dengan asumsi telah mampu mencukupi kebutuhan di dalam wilayah ini dan memiliki kelebihan untuk dijadikan komoditas ekspor ke luar wilayah Gorontalo. Potensi sektor ini telah terlihat sejak tahun 2001, yaitu dengan nilai LQ sebesar 2,03 dan semakin besar hingga mencapai 2,25 pada tahun 2008.

(65)

Selain subsektor Tabama, subsektor Tanaman Perkebunan juga memiliki LQ>1 sehingga merupakan sektor yang memiliki potensi ekspor. Sektor Tanaman Perkebunan yang dimotori oleh komoditas kelapa ini memiliki nilai LQ 3,18 pada tahun 2001 dan memiliki nilai 2,82 pada tahun 2001 atau secara rata-rata bernilai 3,02. Ekspor produk kelapa ini masih berupa bahan mentah maupun setengah jadi yaitu sebagian besar berbentuk kopra sebagai bahan pembuatan minyak goreng akibat belum tersedianya industri minyak goreng di Gorontalo.

Subsektor basis lainnya adalah subsektor Peternakan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 2,33. Konsumsi daging oleh masyarakat Gorontalo yang semakin meningkat berimbas pada peningkatan nilai tambah di sektor peternakan, terutama ayam kampung. Selain itu pula, beberapa tahun terakhir ini pemerintah menggalakkan komoditas sapi dalam rangka memenuhi konsumsi daging lokal maupun kebutuhan ekspor, sehingga hal tersebut memberikan kenaikan nilai LQ dari sebesar 2,16 pada tahun 2001 manjadi 2,54 pada tahun 2008.

(66)

Subsektor Perikanan sebagai subsektor terakhir pada sektor Pertanian memiliki rata-rata nilai LQ sebesar 1,97. Walaupun merupakan sektor basis, namun apabila dilihat dari perubahan nilai LQ selama kurun waktu tersebut menunjukkan penurunan, yaitu dari sebesar 2,03 pada tahun 2001 menjadi 1,99 pada tahun 2009. Letak Gorontalo yang berada di sekitar Teluk Tomini di mana merupakan pertemuan arus merupakan suatu potensi perikanan yang baik, namun kurang memadainya prasarana yang dimiliki untuk menangkap ikan seperti kapal dengan ukuran yang memadai dan alat tangkap ikan lainnya menjadi salah satu penyebab penurunan nilai LQ, walaupun subsektor ini masih merupakan sektor basis.

Sebagai provinsi yang baru berusia delapan tahun, masih banyak sarana dan prasarana infrastruktur yang giat dibangun guna menunjang dan memperlancar jalannya pemerintahan di provinsi ini. Pembangunan tersebut tidak hanya berupa jalan, jembatan dan gedung umum, namun juga sarana perekonomian seperti bangunan toko, hotel dan restoran. Hal tersebut memberikan dampak bagi sektor Bangunan sehingga menjadi sektor basis dengan nilai LQ sebesar 1,41 pada tahun 2001 menjadi sebesar 1,28 pada tahun 2008 atau secara rata-rata bernilai sebesar 1,31.

(67)

bagi sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebagai sektor basis. Pada tahun 2001, nilai LQ sektor ini sebesar 2,09 dan menjadi sebesar 1,29 pada tahun 2008. Apabila dilihat rata-rata nilai LQ selama kurun waktu tersebut, sektor Pengangkutan dan Komunikasi ini bernilai 1,62.

Subsektor Pengangkutan sebagai penggerak sektor Pengangkutan dan Komunikasi sendiri memiliki nilai LQ sebesar 2,50 pada tahun 2008, lebih kecil daripada nilai LQ subsektor ini pada tahun 2001. Sedangkan secara rata-rata nilai LQ subsektor ini adalah 2,38. Subsektor Pengangkutan ini merupakan sektor basis karena tingginya arus barang dari luar daerah guna memenuhi kebutuhan lokal Gorontalo yang masih tergantung pada impor. Sementara itu subsektor Komunikasi bukan merupakan sektor basis, karena memiliki nilai LQ<1.

(68)

Sementara lima sektor lainnya yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan merupakan sektor non basis karena memiliki nilai LQ<1. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap barang-barang di sektor ini belum mampu dicukupi oleh produksi lokal Gorontalo, sehingga dimungkinkan untuk mengimpor dari daerah lain.

4.3 Ringkasan Berbagai Analisis

Dari berbagai analisis yang telah dilakukan terhadap PDRB Gorontalo tahun 2001-2008 dapat dihasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi dan keunggulan masing-masing sektor dilihat dari segi laju pertumbuhan, kontribusi sektoral, kontribusi pertumbuhan dan kemampuan komparatifnya.

Tabel 4.5 Sektor-sektor Unggulan di Provinsi Gorontalo tahun 2001-2008

Peringkat

2 Jasa-jasa Pertambangan dan

Penggalian Jasa-jasa Jasa-jasa

3

(69)

22,07 persen dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 12,98 persen. Sementara laju pertumbuhan tertinggi sektor ekonomi Provinsi Gorontalo selama kurun waktu penelitian adalah sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan (11,69 persen), sektor Pertambangan dan Penggalian (10,68 persen), dan sektor Jasa-jasa (9,74 persen).

Sedangkan apabila dilihat dari besarnya pertumbuhan sektor yang menjadi sumber pertumbuhan provinsi Gorontalo, maka didapat sektor Pertanian sebagai sumber pertumbuhan tertinggi bagi pertumbuhan Gorontalo yaitu sebesar 2,09 persen, diikuti oleh sektor Jasa-jasa sebesar 1,72 persen dan sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan sebesar 0,89 persen.

Dari hasil analisis LQ didapat empat sektor yang merupakan sektor basis selama periode penelitian ini, yaitu masing-masing sektor Pertanian dengan nilai rata-rata LQ sebesar 2,12; sektor Bangunan sebesar 1,31; sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 1,62; dan sektor Jasa-jasa sebesar 1,95.

(70)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar dalam penciptaan PDRB Provinsi Gorontalo adalah sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sedangkan sektor dengan kontribusi terendah adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.

2. Provinsi Gorontalo memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat selama kurun waktu 2001-2008. Sektor-sektor yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi selama kurun waktu tersebut antara lain sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan, sektor Pertambangan dan Penggalian, dan sektor Jasa-jasa.

3. Sementara tiga sektor yang memberikan sumber pertumbuhan utama bagi laju pertumbuhan Provinsi Gorontalo adalah sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa dan sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan.

(71)

5. Sektor Pertanian dan sektor Jasa-jasa merupakan sektor-sektor yang memiliki beberapa keunggulan sekaligus, yaitu berdasarkan kontribusi sektoral, laju pertumbuhan, sumber pertumbuhan dan kriteria sektor basis

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa hal yang penulis sarankan yaitu:

1. Sektor Pertanian merupakan sektor yang memiliki beberapa keunggulan selama periode 2001-2008, namun pertumbuhan dan kontribusinya masih fluktuatif. Oleh karena itu hendaknya pemerintah daerah menangani sektor Pertanian ini secara sungguh-sungguh agar dapat terus terjaga keunggulannya, yaitu melalui pengawasan mutu hasil pertanian, pengawasan produktivitas dan peningkatan sarana dan prasarana pertanian agar dapat menggali sumber daya-sumber daya pertanian secara maksimal. 2. Sektor Jasa-jasa yang memiliki beberapa keunggulan juga harus tetap

(72)

3. Peningkatan kinerja sektor Industri Pengolahan harus diperhatikan mengingat sektor Industri Pengolahan memiliki kontribusi yang masih sangat rendah, sementara di lain pihak bahan baku utama industri yang berasal dari sektor Pertanian sangat melimpah. Dengan meningkatnya peran sektor Industri Pengolahan dengan nilai tambah yang lebih besar, maka dapat meningkatkan nilai ekspor Gorontalo yang selama ini masih berupa bahan mentah hasil pertanian dengan nilai tambah yang relatif kecil.

4. Pemerintah daerah lebih gencar dalam mempromosikan sektor-sektor yang layak dikembangkan (sektor unggulan dan potensial) untuk menarik minat investor baik investor dalam negeri maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya di Gorontalo melalui kemudahan birokrasi perizinan dan biaya perizinan yang murah. Apabila hal tersebut terwujud, maka bukan hanya faktor modal saja yang dapat diatasi untuk mengembangkan sektor unggulan tersebut namun juga akan terjadi transfer teknologi dan pendorong bagi sektor-sektor terkait (misal sektor Perdagangan, Bangunan dan Pengangkutan) untuk turut berkembang.

5. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebagai penunjang sektor-sektor lainnya harus ditingkatkan peranannya, terutama subsektor Listrik melalui pembangunan pembangkit listrik yang bersumber pada energi alternatif lain yang ketersediaannya berlimpah di Gorontalo seperti pembangkit listrik tenaga air.

(73)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar  4.1 Wilayah Provinsi Gorontalo
Tabel 4.1  Kontribusi PDRB Gorontalo menurut Sektor Ekonomi Tahun 2001-
Gambar  4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo dan Indonesia Tahun 2002-2008 (%)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan model penginjilan melalui pelayanan sosial dan kemasyarakatan, gereja dan semua orang percaya hendak menyatakan bahwa Allah yang berinkarnasi di dalam Pribadi Tuhan

Dengan demikian gejala tari popular ini menjadi budaya bagi masyarakat saat ini, artinya tarian penemuan baru yang berakar dari tari tradisional dapat disebut

Menimbang, bahwa dari fakta yang disimpulkan tersebut di atas merupakan fakta yang dikonstatir; ternyata ditemukan fakta bahwa antara Penggugat dan Tergugat terus menerus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis penilaian performance dengan media chemo-edutaniment bentuk kartu ionik dalam meningkatkan

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kalender Hijriah yang berlaku di Indonesia merupakan penanggalan Islam yang menggunakan sistem peredaran Bulan yang awal

Dalam analisis harmonik ada beberapa indeks penting yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh harmonik terhadap sistem tenaga listrik yaitu THD (Total Harmonic Distortion)

Meskipun metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan fonologi dan leksikal antara satu dialek dengan dialek lainnya dalam satu bahasa tidak disebutkan, persentase

Adapun implikasi dalam penelitian ini menguatkan bahwa relasi suami istri jama’ah t abliq dan suami istri secara umum sangat berbeda dari segi pemenuhan nafkah