• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Pertumbuhan Dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima Belum Menghasilkan Pada Berbagai Dosis Pupuk Dan Bentuk Pangkas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Pertumbuhan Dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima Belum Menghasilkan Pada Berbagai Dosis Pupuk Dan Bentuk Pangkas"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN PERTUMBUHAN DAN KERAGAAN

TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA

BELUM BERPRODUKSI PADA BERBAGAI

DOSIS PUPUK DAN BENTUK PANGKAS

TIARA SEPTIROSYA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pendugaan pertumbuhan dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima belum berproduksi pada berbagai dosis pupuk dan bentuk pangkas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2016

(4)

i

RINGKASAN

TIARA SEPTIROSYA. Pendugaan Pertumbuhan dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk dan Bentuk Pangkas. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan ABDUL QADIR.

Jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) merupakan komoditas lokal unggulan yang tumbuh di dataran rendah namun memiliki kulit buah berwarna jingga. Sebagai komoditas baru, jeruk keprok Borneo Prima harus dikembangkan untuk mengurangi impor jeruk. Pertumbuhan tanaman didukung oleh beberapa aspek budidaya diantaranya aplikasi pupuk dan bentuk pemangkasan yang sesuai dengan periode pertumbuhannya. Penelitian dilakukan di kebun percobaan IPB, Sindang Barang, Bogor dari Februari 2014 hingga Februari 2015. Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan terpisah. Percobaan pertama ialah aplikasi pemupukan nitrogen (0, 20, 40, 60 g N per pohon per aplikasi) dan pemangkasan (tanpa pemangkasan, pemangkasan terbuka tengah, pemangkasan pagar). Percobaan kedua adalah pemupukan P K (15 g P+10 g K, 15 g P+15 g K, 20 g P+10 g K, 20 g P+15 g K per tanaman) dan pemangkasan (tanpa pemangkasan, pemangkasan terbuka tengah, pemangkasan pagar). Kedua percobaan ini bertujuan untuk memperoleh respon tanaman terhadap pemupukan dan pemangkasan pada pertumbuhan dan keragaan tanaman. Percobaan ketiga ialah analisis pertumbuhan akar tunas dan biomas tanaman yang bertujuan untuk melihat ritme pertumbuhan akar dan tunas serta biomas tanaman terhadap perlakuan. Data hasil percobaan pertama dan ketiga juga digunakan untuk membuat pendugaan pertumbuhan tanaman jeruk Keprok Borneo Prima yang belum menghasilkan.

Pupuk nitrogen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman jeruk keprok Borneo Prima belum berproduksi. Pemberian 20 g N per pohon per aplikasi lebih efisien dalam meningkatkan jumlah tunas dan daun baru yang terbentuk. Pemupukan fosfor dan kalium hanya berpengaruh pada jumlah tunas. Jumlah tunas baru terbentuk paling banyak dengan pemupukan 15 g P+10 g K per pohon per aplikasi. Perlakuan pemangkasan berpengaruh signifikan terhadap keragaan tanaman (yaitu tinggi tanaman dan proyeksi bayangan tajuk dan kehijauan daun. Pangkas terbuka tengah dan pangkas pagar membuat tajuk lebih terbuka yang dapat meningkatkan intersepsi cahaya sehingga meningkatkan laju fotosintesis. Tidak terdapat interaksi antar perlakuan pemupukan nitrogen dengan pemangkasan, maupun perlakuan pemupukan fosfor kalium dengan pemangkasan. Pertumbuhan tunas meningkat dua minggu setelah pemupukan nitrogen dan pemangkasan, sedangakan peningkatan pertumbuhan akar secara cepat terjadi sesaat setelah dormansi tunas terjadi. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa 20 g N yang dikombinasikan dengan pangkas terbuka tengah merupakan perlakuan paling efisien untuk pertumbuhan tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum menghasilkan.

(5)

ii

SUMMARY

TIARA SEPTIROSYA. Prediction of Young Borneo Prima Mandarin Growth and Tree Architecture on Different Fertilizer Dosage and Pruning Form. Supervised by ROEDHY POERWANTO and ABDUL QADIR.

Borneo Prima mandarin (Citrus reticulata cv Borneo Prima) is a superior local commodity that grown in lowland but has an orange skin. As a new commodity, Borneo Prima Mandarin has to be developed in order to reduce citrus import. Growth of the young plant is supported by pruning and nitrogen fertilizer rate as the main nutrient in this period. The research was conducted at IPB Research Station, Sindang Barang, Bogor from February 2014 to February 2015. This research consisted of three separate experiments. First experiment was aplication of N fertilizer (0, 20, 40 and 60 g N per tree per application) and pruning, the second experiment was aplication of PK fertilizer (10 g P+5 g K, 20 g P+10 g K, 30 g P+15 g K, 40 g P+20 g K per plant) and pruning. These two experimentsaim to observe the effect of fertilizing and pruning on the growth and performance of the plants. The third experiment was root shoot growth and biomass analysis that aims to observe growth rhythm of root and shoot. The data from first and third experiments were also used to make the estimation of young Borneo Prima Mandarin.

Nitrogen fertilizer had a significant effect to vegetative growth of Borneo Prima Mandarin. Aplication of 20 g N per plant can increase number of shoots and new leaves. The combination of phosporus and potassium fertilizer just gave a significant effect to number of shoot. The highest number of new shoots formed by fertilizing 15 g P+10 g K per tree per application. Pruning treatments had significant effect to plant architecture (i.e reduce plant height, land occupation). Open center pruning and hedge pruning made the crown more open that can increase the light interception so that increase the rate of photosynthesis. Shoot growth increases two weeks after nitrogen fertilization and pruning, while the rapid root growth occurs shortly after bud dormancy.The results of citrus growth estimation indicate that 20 g N per plant combined with open center pruning was the most efficient treatment for young Borneo Prima Mandarin’s growth.

(6)

iii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

v

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

PENDUGAAN PERTUMBUHAN DAN KERAGAAN

TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA

BELUM BERPRODUKSI PADA BERBAGAI

DOSIS PUPUK DAN BENTUK PANGKAS

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)

vi

(9)

Judul

Nama NRP

��-Ketua Pro:: S:i

Agronomi

Dr Ir , '

--Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Boneo

pada Berbagai Dosis Pupuk dan Bentuk

Disetujui oleh

Pembimbing

Diketahui oleh

S. iSe Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal 27 fni 2016 Tanggal Lulus:

(10)
(11)

ix

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian yang dilaksanakan sejak Februari 2014 hingga Februari 2015 berjudul: Pendugaan Pertumbuhan dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima Belum Berproduksi pada berbagai Dosis Pupuk dan Bentuk Pangkas.

Penelitian ini dibiayai oleh Hibah Riset Insentif berjudul ‘Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhan Kebutuhan Gizi Masyarakat dan Penghematan Devisa Negara Tahun II’ dan SPK Nomor Kontrak 25/SEK/INSINAS/PPK/I/2014 tanggal 27 Januari 2014, untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun klimatologi Darmaga Bogor atas bantuannya dalam penyediaan data agroklimat. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto MSc dan Dr Ir Abdul Qadir MSi selaku komisi pembimbing atas arahan, masukan dan bimbingan dari awal perencanaan penelitian hingga tesis ini selesai ditulis. Dr Ir Darda Efendi MSi selaku dosen penguji yang telah memberi saran terhadap penulisan tesis ini, penulis ucapkan terima kasih. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Pascasarjana Agronomi dan Hortikultura 2012 dan 2013 atas segala kebersamaan dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan seluruh keluarga, atas kasih sayang dan do’a yang tidak pernah putus.

Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2016

(12)
(13)

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Tanaman Jeruk 3

Pemupukan 4

Pemangkasan 5

Model Simulasi 9

METODE 10

Tempat dan Waktu 11

Bahan dan Alat 11

Metode Penelitian 11

Pelaksanaan 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Pertumbuhan Tanaman 16

Keragaan Tanaman 20

Pendugaan Pertumbuhan Tanaman Jeruk Belum Berproduksi 27

SIMPULAN 39

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 43

(14)

xii

DAFTAR TABEL

1 Rekomendasi pemupukan tanaman jeruk dari Balitjestro 5 2 Jumlah tunas dan daun baru tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada

dosis pemupukan nitrogen dan bentuk pangkas yang berbeda 17 3 Jumlah tunas dan daun baru tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada

dosis pemupukan P, K dan bentuk pangkas yang berbeda 17 4 Bobot kering beberapa bagian tanaman jeruk keprok Borneo Prima

pada berbagai dosis pupuk nitrogen dan bentuk pangkas 19 5 Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pupuk nitrogen

dan bentuk pangkas yang berbeda 20

6 Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan P,

K dan bentuk pangkas yang berbeda 21

7 Tinggi dan luas bayangan tajuk pada berbagai bentuk pangkas 21 8 Panjang tajuk arah Utara – Selatan dan Barat – Timur tanaman jeruk

keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan nitrogen dan bentuk

pangkas yang berbeda 22

9 Panjang Tajuk arah Utara – Selatan dan Barat – Timur tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan P, K dan bentuk pangkas

yang berbeda 22

10 Kehijauan daun tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pupuk

nitrogen dan bentuk pangkas yang berbeda 25

11 Laju fotosintesis, transpirasi, konduktansi stomata, radiasi datang jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pupuk nitrogen dan bentuk pangkas

yang berbeda 25

12 Laju fotosintesis, laju transpirasi dan konduktansi stomata tanaman jeruk keprok Borneo prima pada berbagai dosis pupuk kalium dan

fosfor serta bentuk pemangkasan 26

13 Peubah dan parameter pada input pemodelan 28

14 Indeks luas daun (ILD), koefisien pemadaman (k), radiasi intersepsi (Qint), efisiensi penggunaan cahaya (LUE) dan fotosintesis (Pn)

tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada berbagai dosis pemupukan

nitrogen dan bentuk pemangkasan 29

15 Stock, flow dan converter model pertumbuhan jeruk keprok Borneo

Prima 29

16 Hasil simulasi jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima 35

(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1 Sketsa bentuk pemangkasan jeruk keprok Borneo Prima (a) tanpa pemangkasan, (b) pangkas terbuka tengah (c) pangkas pagar 14 2 Pengaruh (a) pemupukan dan (b) pemangkasan terhadap ritme

pertumbuhan tunas dan akar tanaman jeruk Keprok Borneo Prima 18 3 Keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada awal percobaan

(a) dan akhir percobaan (b), dengan tanpa pemangkasan (1), pangkas terbuka tengah (2) dan pangkas pagar (3)

23 4 Persentase intersepsi cahaya matahari ke tajuk pada berbagai bentuk

pangkas dan arah pertumbuhan tajuk (T) Timur, (B) Barat, (U) Utara

dan (S) Selatan 24

5 Diagram alir sistem pertumbuhan tanaman jeruk keprok Borneo Prima 28 6 MCL-S untuk sub model pertumbuhan tanpa pemangkasan 31 7 MCL-S untuk sub model pertumbuhan pangkas terbuka tengah 31 8 MCL-S untuk sub model pertumbuhan pangkas pagar 32 9 Hasil simulasi dan aktual jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo

Prima tanpa pemupukan nitrogen dan pemangkasan

36 10 Hasil simulasi dan aktual jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo

Prima tanpa pemupukan nitrogen dan pangkas terbuka tengah

36 11 Hasil simulasi dan aktual jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo

Prima dengan pemupukan nitrogen dan pangkas terbuka pagar 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data iklim Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

43 2 Hasil analisis tanah dan kriteria penilaian sifat kimia tanah

sebelum aplikasi perlakuan

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Jeruk merupakan salah satu buah yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Konsumen Indonesia memiliki kecenderungan menyukai jeruk dengan kulit berwarna jingga (Shanti 2007) yang tidak banyak diproduksi oleh petani Indonesia. Jeruk dengan warna kulit kuning-jingga hanya dapat diproduksi di daerah dataran tinggi yang luasnya semakin terbatas, sehingga kebutuhan terhadap jeruk berwarna jingga sebagian besar dipenuhi melalui impor. Indonesia tercatat sebagai pengimpor jeruk, terutama jeruk keprok, terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Malaysia (Hanif & Zamzami 2011). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Hortikultura (2015) volume impor jeruk Indonesia mencapai 22 054 ton pada tahun 2014. Volume impor jeruk diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi seimbang.

Salah satu upaya untuk mengurangi impor jeruk nasional ialah dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas jeruk berwarna jingga di Indonesia. Jeruk Keprok Borneo Prima merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan baru di Kalimantan Timur, yang memiliki keunggulan sebagai jeruk keprok dataran rendah dengan kulit buah berwarna jingga (BPPMD Kaltim 2009). Sebagai komoditas baru, teknik budidaya yang diterapkan masih berdasarkan pengalaman petani atau pun mengikuti teknik budidaya jeruk jenis lain. Penelitian perlu dilakukan untuk memperoleh teknik budidaya terbaik agar tanaman dapat berkembang secara optimum sehingga nantinya dapat menghasilkan jeruk yang baik secara kualitas dan kuantitas.

Dosis pemupukan yang tepat merupakan salah cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yang belum berproduksi (Alcantara et al. 2011; Hifni et al. 2013). Rasmussen dan Smith (1961) menyatakan bahwa tujuan pemupukan tanaman jeruk yang belum berproduksi ialah untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik.Nitrogen merupakan unsur hara penting yang dibutuhkan pada tanaman yang belum berproduksi (Menino et al. 2003). Berdasarkan hasil pene-litian Boughalleb et al. (2011) menunjukkan bahwa dosis pemupukan nitrogen berkorelasi positif terhadap peubah pertumbuhan tanaman Citrus lemon v. Eureka dan Citrus sinensis cv. Maltese.

(18)

2

tanaman jeruk. Pada pemangkasan tipe ini, tajuk arah Timur dan Barat dipangkas habis, sehingga matahari dapat masuk ke tajuk secara optimal pada pagi hingga sore hari.

Penerapan teknik budidaya berupa pemupukan dan pemangkasan tidak terlepas dari tujuan untuk mendapatkan jeruk dengan kualitas yang lebih baik. Teknik pemupukan dan pemangkasan yang sesuai akan dapat menunjang pertumbuhan tanaman secara optimum dan diperoleh hasil serta kualitas yang maksimum. Pertumbuhan dan keragaan tanaman yang telah dipupuk dan dipangkas selanjutnya dapat diduga dengan menggunakan suatu alat pendugaan berupa model simulasi. Hasil pendugaan ini dapat digunakan untuk menduga produksi tanaman jeruk Keprok Borneo Prima saat telah memasuki fase generatif.

Tujuan

1. Mendapatkan dosis pupuk N, P dan K terbaik untuk mencapai pertumbuhan optimum pada tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum berproduksi

2. Mendapatkan bentuk pemangkasan terbaik untuk mencapai pertumbuhan optimum pada tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum berproduksi

3. Membuat alat pendugaan pertumbuhan tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima melalui model simulasi

Hipotesis

1. Terdapat dosis pupuk N, P dan K terbaik untuk pertumbuhan tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum berproduksi

2. Terdapat bentuk pemangkasan terbaik untuk pertumbuhan tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum berproduksi

3. Pertumbuhan tanaman jeruk Keprok Borneo Prima dapat diduga dari berbagai dosis pupuk dan bentuk pangkas

Manfaat Penelitian

(19)

3

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jeruk

Jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu tanaman tahunan yang berasal dari Asia. Terdapat banyak kultivar jeruk khas yang berasal dari hibridisasi, mutasi dan poliploidi pada spesies jeruk (Roy & Goldschmidt 1996).

Berdasarkarkan letak lintangnya Roy dan Goldschmidt (1996) membagi daerah pertanaman jeruk menjadi tiga, yaitu:

1. daerah subtropis (30 - 40° LU/LS) beriklim mediteran dengan cukup banyak hujan pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas

2. daerah semitropik (20 - 28° LU/LS) beriklim dingin, kering dan panas, daerah panas pada musim panas (hot summer) seperti di daerah Florida dan Brazil

3. daerah tropik (0 - 20° LU/LS) pada daerah ini tidak terdapat musim dingin yang jelas dan hujan terjadi hampir sepanjang tahun.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk pada tiga daerah tersebut sangat berbeda. Introduksi tanaman dari suatu daerah ke daerah lainnya menimbulkan perbedaan warna kulit buah. Menurut Ashari (2006) suhu malam yang tidak terlalu dingin di daerah tropis menyebabkan kulit buah tetap berwarna hijau atau tidak berubah menjadi kuning, sedangkan bila ditanam di daerah asalnya akan berwarna jingga cerah. Verheij dan Coronel (1997) menambahkan bahwa di daerah tropis jeruk membutuhkan waktu 1-2 bulan dari fase berbunga hingga buah matang. Pada wilayah tropis memiliki ukuran jeruk yang cenderung lebih besar, mengandung sari buah yang tinggi, namun asam sitratnya rendah.

Faktor lingkungan, terutama air dan suhu, mengatur waktu dan tingkat berbunga di pohon jeruk. Hal ini menyebabkan intensitas dan durasi produksi bunga yang juga bervariasi dengan adanya perbedaan iklim antar wilayah. Faktor lingkungan juga mengatur jenis bunga yang dihasilkan, distribusi bunga di atas pohon, persentase fruit set dan produksi yang dihasilkan.

Pertumbuhan tanaman jeruk pada umumnya mengikuti pola sigmoid yang dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah fase pembelahan sel di mana hampir semua sel dari buah matang akan diproduksi. Inilah jumlah sel awal yang pada akhirnya akan menentukan ukuran buah akhir. Fase ini berlansung sekitar 1 sampai 1.5 bulan setelah mekar, tergantung pada kondisi iklim dan kultivar. Selama fase 2, sel berdiferensiasi menjadi berbagai jenis jaringan. Fase 3, fase pembesaran sel, menghasilkan peningkatan pesat dalam ukuran buah dan persentase total padatan terlarut. Selama fase ini volume sel dapat meningkatkan hingga 1000 kali. Fase 3 berlangsung bervariasi tergantung kultivar, yakni sekitar 2 hingga 3 bulan untuk lemon dan limau dan untuk jeruk manis dan grape fruit lebih dari 6 bulan.

(20)

4

keprok Mediteran dari Italia, dan jeruk keprok biasa tersebar luas di daerah tropik dan subtropik.

Jeruk keprok memiliki rasa yang khas, yaitu campuran rasa manis dan asam sehingga terasa lebih segar dibandingkan jeruk siem. Jeruk keprok juga lebih mudah dikupas dan tidak terasa pahit. Kulit jeruk yang pahit biasanya mempengaruhi rasa jeruk karena rasa pahitnya akan masuk ketika pengupasan kulit (jeruk siem biasanya sulit dikupas) (BPPMD 2009).

Komoditas jeruk keprok di Indonesia dikembangkan di daerah dataran tinggi (>700 m dpl). Jeruk keprok yang terdapat di Indonesia antara lain keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Siompu dari Sulawesi Tenggara, keprok Tejakula dari Bali, keprok Kacang dari Sumatera Barat, keprok Batu 55 dari Batu, keprok

Madura dari JawaTimur dan keprok So’e dari Nusa Tenggara Timur (BPPMD

2009).

Jeruk keprok Borneo Prima merupakan komoditas hortikultura baru yang berasal dari Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2006 jeruk ini dikembangkan menjadi komoditas unggulan karena memiliki keunikan sebagai jeruk dataran rendah yang mempunyai kulit berwarna jingga (BPPMD 2009). Karakter jeruk keprok Borneo Prima diantaranya memiliki permukaan batang yang halus, bentuk daun ovate dengan tepi daun yang bergelombang dan memiliki percabangan yang rapat (Hidayati 2015). Bunga pertama muncul dari tunas yang terletak di bagian dalam tajuk dan diikuti oleh tunas yang berada di luar tajuk (Azizu 2015).

Pemupukan

Pemupukan merupakan tindakan penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila tanah tersebut tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimum (Poerwanto & Susila 2014). Pengelolaan pupuk yang tepat perlu disesuaikan dengan karakteristik tanah dan kebutuhan hara tanaman. Pemupukan yang akurat dengan mempertimbangkan: (1) jumlah zat hara yang diberikan kepada tanaman cukup dan berimbang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan keperluan tanaman untuk suatu target produksi tertentu, (2) setiap jenis pupuk memiliki kualitas baik dan ramah lingkungan, (3) pemberiannya menurut kaidah lima tepat, yaitu tepat jenis pupuk, kombinasi hara, dosis, waktu dan cara aplikasinya (Santoso 2004).

Sampai saat ini dikenal sebanyak 16 unsur hara esensial bagi tanaman, diantaranya unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Suatu unsur dikatakan esensial apabila (1) tidak adanya unsur tersebut mengakibatkan pertumbuhan tidak normal, tanaman gagal menyelesaikan daur hidupnya, atau kematian prematur; (2) fungsi unsur tersebut spesifik dan tidak dapat digantikan oleh unsur lain; (3) unsur tersebut mempengaruhi langsung pertumbuhan dan metabolisme (Munawar 2011).

(21)

5

buah yang belum matang. Jeruk kekurangan dalam N menunjukkan penurunan berbunga dan berbuah. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan pertumbuhan, pengurangan hasil dan penurunan kualitas buah .

Pada tanaman jeruk, fosfor (P) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada nitrogen, namun fosfor memiliki peran yang sangat penting. Fosfor berperan sebagai komponen dari DNA, bahan genetik tanaman dan ATP (Preece & Read 2005). Roy dan Goldschmidt (1996) menambahkan bahwa unsur fosfor merupakan unsur yang sangat mobile dalam pohon.

Preece dan Read (2005) menyatakan bahwa pada tanaman jeruk, kalium (K) merupakan bagian penting dari buah (40 % dari kandungan mineral total) yang terlibat dalam translokasi karbohidrat. Kalium bertindak sebagai agen osmotik dalam pembukaan dan penutupan stomata. Kalium berperan penting dalam mengontrol keasaman buah, keseimbangan dan transportasi membran. Kekurangan K dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan menurunkan ukuran buah.

Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman dipengaruhi oleh varietas, umur, hasil atau biomasa yang dihasilkan tanaman dan faktor lingkungan. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan dosis pupuk, yaitu analisis tanah atau daun, percobaan lapangan pada berbagai umur tanaman, penggantian hara yang hilang untuk pertumbuhan dan hasil panen serta gejala kasat mata. Bagi petani yang jauh dari laboratorium ilmu tanah dan lahannya sempit serta terpencar, pendekatan paling mudah dan sederhana adalah berdasarkan umur tanaman dan hasil panen dikombinasi dengan analisis tanah.

Menurut Sutopo (2008) tanaman jeruk dalam hidupnya dibagi menjadi dua periode yaitu saat tanaman masih dalam fase juvenil (vegetatif) atau periode belum menghasilkan buah (TBM) dan tanaman dewasa atau periode tanaman menghasilkan buah (TM). Saat TBM, penentuan dosis pupuk biasanya didasarkan pada hasil percobaan lapangan pada berbagai umur tanaman. Setelah memasuki periode TM, dosis pupuk bisa didekati melalui analisis tanah dan daun, gejala kahat hara pada daun, atau hasil panen buah. Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2014) menunjukkan bahwa dosis pupuk N pada taraf 10, 20 dan 30 g N per tanaman per aplikasi tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

Tabel 1 Rekomendasi pemupukan tanaman jeruk dari Balitjestro (2008)

Pemangkasan

Menurut Raden (2009) pemangkasan bertujuan untuk mengoptimalkan intersepsi cahaya dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang menguntungkan sehingga produktivitas tinggi dan memudahkan manajemen

(22)

6

kebun. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengurangi kompetisi antara organ, vegetatif dan generatif serta keseimbangan alokasi asimilat yang harus ditunjang oleh intersepsi dan distribusi cahaya yang baik. Menurut Jackson (1980) dan Poerwanto dan Susila (2014) pembentukan kanopi dalam pemangkasan dilakukan untuk memaparkan sebanyak mungkin daun ke matahari untuk mencapai produksi biomassa yang tinggi. Secara umum pemangkasan bertujuan untuk:

1. Mengontrol pertumbuhan dan ukuran pohon agar pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian pembungaan serta panen dapat dilakukan lebih mudah

2. Mendorong pertumbuhan cabang yang kuat dan sehat, sehingga dapat men-dukung buah yang banyak.

3. Meningkatkan penetresi cahaya matahari pada tajuk, sehingga fotosintesis ber-jalan optimum.

4. Mendorong agar distribusi buah seimbang pada pohon, sehingga buah yang diproduksi seragam kualitas dan ukurannya.

5. Mendorong agar tanaman berbunga dan berbuah teratur, mengurangi ter-jadinya alternate bearing (tanaman berbuah banyak pada thun tertentu dan berbuah sedikit pada tahun berikutnya)

6. Mengurangi transpirasi, sehingga bisa mengurangi air irigasi 7. Memaksimumkan persentase cabang berbunga

8. Memperbaiki pewarnaan buah

9. Merangsang pertumbuhan trubus baru

10. Mengurangi peluang serangan penyakit dengan membuang cabang mati dan berpenyakit

11. Mengurangi kemungkinan kerusakan pohon oleh angin

Pengaruh pemangkasan pada tanaman terjadi pada perubahan rasio akar : tunas. Pemangkasan pada cabang mengakibatkan produksi hormon-hormon dan metabolit-metabolit yang dibuat oleh daun dan tunas tidak banyak sehingga dapat menurunkan pertumbuhan akar. Pemangkasan pada akar menyebabkan aliran nutrisi dari tanah dan suplai hormon-hormon dari akar ke batang akan berukurang (Coombs et al. 1994).

Pada budidaya jeruk terdapat dua macam pemangkasan, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanamana belum berproduksi (umur 0–3 tahun). Pemangkasan ini bertujuan untuk membentuk kerangka atau struktur percabangan yang diinginkan. Bentuk percabangan yang paling ideal adalah mengikuti format 1-3-9, yaitu satu batang utama, tiga cabang primer dan sembilan cabang sekunder. Pemangkasan pemeliharaan merupakan pemangkasan yang dilakukan pada tanaman yang sudah produktif, berumur > 3 tahun dan dilakukan setelah panen. Tujuan pemangkasan ini adalah untuk meyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif. Manfaat dari pemangkasan bentuk, ialah:

1. Mempertahankan bentuk arsitektur pohon

2. Mengurangi terjadinya fluktuasi pembuhan tahunan

3. Mempertahankan iklim mikro ideal di sekitar tanaman dengan minimal 30 % sinar matahari dapat menembus ke bagian dalam tajuk tanaman, sehingga kondisi tanaman dan kebun tidak terlalu lembab yang dapat mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit

(23)

7 berwarna hijau dan herba. Bud union ialah tempat atau titik persambungan antara batang atas dan batang bawah, dan dapat diidentifikasi dengan adanya perubahan bentuk atau tekstur kulit dan lingkar batang. Tunas ini bila dibiarkan tumbuh akan memiliki duri yang banyak, memiliki buah dengan rasa yang tidak enak dan cenderung mengganggu pertumbuhan batang atas.

2. Cabang

Cabang besar dan kecil harus dipangkas jika mereka mati atau rusak, yang saling silang, yang bergesekan atau merusak buah, atau menghambat akses ke bagasi, tanah, atau sistem irigasi. Ranting yang mati karena shading yang berlebihan di tengah kanopi tidak perlu dipangkas karena cabang-cabang ini akan jatuh secara alami. Pada pohon kecil, cabang yang lemah dapat dihilangkan untuk mendukung cabang-cabang yang lebih besar yang akan membentuk domba perancah dari pohon. Cabang yang berukuran lebih besar dapat dipangkas untuk memungkinkan penetrasi cahaya di daerah kanopi. Hal ini paling sering dilakukan pada jeruk keprok untuk meningkatkan jumlah buah dan warna.

Pemangkasan pada tanaman jeruk sudah lama dipraktekan oleh petani dan penanam jeruk. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan tanaman jeruk, baik pada fase vegetatif maupun generatif.

Morales dan Davies (2000) melaporkan hasil penelitian terhadap tanaman jeruk Orlando (Citurs paradisi x Citrus reticulata) yang diberi perlakuan pruning dan skirting pada fase generatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan perlakuan pemangkasan berpengaruh terhadap jumlah buah per pohon, bobot buah total dan persentase buah berukuran besar.

Pemangkasan juga berpengaruh terhadap intensitas serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian Yuliana (2012) menyimpulkan bahwa pemangkasan jeruk keprok TM dan TBM di kebun Blawan, Bondowoso dapat menurunkan severitas penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides Penz.). Pemang-kasan dapat menurunkan severitas antraknose pada TM sebesar 33%, sedangkan pada TBM sebesar 60%. Pada TM severitas dan intensitas hama dan penyakit ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.), Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.), thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus sp.), ulat daun (Papilio demolion), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri), embun jelaga (Odidium sp.), dan kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri) cenderung meningkat sampai 4 MSP. Pemangkasan pada TBM menurunkan severitas ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) sebesar 15%, namun intensitas serangan tetap. Severitas dan intensitas ulat daun (Papilio demolion) cenderung meningkat

(24)

8

dan intensitas hama dan penyakit ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.), Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.), thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus sp.), Ulat daun (Papilio demolion), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri), embun jelaga (Odidium sp.) dan kanker (Xanthomonas campestris cv. Citri) cenderung meningkat sampai 4 MSP. Pemangkasan pada TBM menurunkan severitas ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) sebesar 15%, namun intensitas serangan tetap. Severitas dan intensitas ulat daun (Papilio demolion) cenderung meningkat.

Penelitian Rahayu (2014) menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan pada tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun dengan daun terluas pada perlakuan tanpa pemangkasan. Menurut Gardner et al. (2008) daun yang keku-rangan cahaya cenderung berukuran lebih luas namun lebih tipis.

Penelitian Rahayu (2014) juga menunjukkan bahwa perlakuan pemang-kasan berpengaruh nyata terhadap ILD. Tanaman yang tidak dipangkas memiliki jumlah daun lebih banyak dan luas okupasi lahan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang dipangkas sehingga nilai ILD lebih tinggi. Tanaman yang dipang-kas memiliki jumlah daun yang lebih sedikit akibat pemangdipang-kasan sehingga okupasi lahan lebih rendah dan nilai ILD rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Munandar et al. (2004) yang menunjukkan bahwa pruning dan training pada durian Monthong dapat menurunkan ILD 40% lebih rendah dibandingkan kontrol. Pada penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun total tanaman. Luas daun total tanaman yang tidak dipangkas (kontrol) nyata paling tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas. Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang lebih sedikit akibat apliaksi pemangkasan jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas dan hal tersebut sangat mempengaruhi luas daun total suatu tanaman. Pada fase vegetatif tanaman, tanaman yang diberi perlakuan pemangkasan mung-kin akan lebih sedikit berfotosintesis, namun permukaan kanopi yang terbuka akan memungkinkan cahaya matahari tertangkap secara optimum oleh seluruh permukaan daun, sehingga memiliki laju fotosintesis yang tinggi. Menurut Taiz dan Zeiger (2002) jumlah daun total berhubungan dengan luas daun total. Sema-kin banyak jumlah daun maka luas daun total akan semaSema-kin meningkat pula. Semakin banyak daun maka kemampuan membentuk fotosintat akan semakin besar sehingga pembentukan organ-organ vegetatif akan lebih baik karena daun pada tanaman berfungsi sebagai organ fotosintesis yang mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia.

Daun-daun yang menerima cahaya matahari penuh merupakan sumber (source) yang menunjang kelangsungan hidup tanaman, termasuk perkembangan bunga dan pengisian buah. Daun-daun yang sudah tua atau berada di dalam tajuk dan kurang mendapatkan sinar matahri mempunyai laju fotosintesis rendah se-hingga cenderung menjadi sink yang membutuhkan energi dari source yang ada (Suryadi 2010).

(25)

9

absolut (LTA), laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih atau LAB (net assimilation rate) merupakan komponen fisiologi khususnya daun menyumbang-kan pertambahan bobot kering dan merefleksimenyumbang-kan fungsi bentuk tajuk dalam proses asimilasi (Lambers 1987).

Jika daun terlalu banyak, daun-daun bagian bawah tidak menerima cahaya yang cukup untuk fotosintesis bersih sehingga daun-daun tersebut hanya berfungsi sebagai sink. Jika indeks luas daun kumulatif mencapai level yang sangat tinggi, respirasi daun-daun bagian bawah akan seimbang dengan fotosintesis daun-daun bagian atas, akibatnya laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman menurun sampai nol. Sitompul dan Guritno (1995) mengemukakan bahwa semakin tinggi kerapatan antara daun akan menyebabkan semakin sedikit cahaya yang sampai ke lapisan bawah. Nilai indeks luas daun (ILD) > 1 menggambarkan adanya saling menaungi di antara daun pada lapisan bawah tajuk serta mendapat cahaya yang kurang sehingga menyebabkan laju fotosintesis yang lebih rendah dibandingkan tidak ternaungi, akan tetapi ILD < 1 tidak berarti tanpa naungan karena tergantung pada posisi dan bentuk daun.

Rambe (2012) menyebutkan bahwa jeruk Gerga Lebong yang diberi perlakuan pemangkasan dapat memperbaiki penampilan buah terutama terhadap warna. Tanaman yang tidak dipangkas berwarna pucat karena ternaungi oleh daun-daun yang tumbuh rimbun pada pohon, sedangkan tanaman yang diberi perlakuan pemangkasan memiliki warna jingga cerah.

Model Simulasi

Model merupakan salah satu metode yang menyederhanakan suatu sistem yang sangat komplek (Sitompul 2000). Pada pemodelan hanya faktor-faktor penting yang paling relevan yang dimasukan ke dalam model (Boccara 2010). Model dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah laku sistem melalui analisis rinci akan komponen atau unsur dan proses utama yang menyusun sistem dan interaksinya anatara yang satu dengan yang lain. Simulasi adalah proses yang diperlukan untuk operasionalisasi model atau penanganan model untuk meniru tingkah-laku sistem yang sesungguhnya (Sitompul 2000).

Penggunanaan model dalam sistem produksi pertanian berkembang pesat. Model dimanfaatkan untuk memecahkan masalah sistem produksi pertanian seperti pengelolaan pengairan, pengaturan waktu tanam, pengendalian hama, tata guna lahan, dan pola pergiliran tanaman (Sitompul & Guritno 1995).

(26)

10

Descriptive models mendefinisikan perilaku sistem dengan cara yang sederhana. Model ini mencerminkan sedikit atau tidak ada mekanisme yang penyebab perilaku. Explanatory models terdiri dari deskripsi kuantitatif dari me-kanisme dan proses yang menyebabkan perilaku dari sistem. Deskripsi ini adalah pernyataan eksplisit dari teori ilmiah dan hipotesis. Model pertumbuhan ex-planatory berisi deskripsi dari proses yang berbeda seperti fotosintesis, ekspansi luas daun dan induksi anakan. Setiap proses harus diukur dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan, seperti radiasi dan suhu; dan dalam hubungannya dengan status tanaman, termasuk luas daun, tahap pengembangan dan kandungan nitrogen (Penning de Vries et al 1989).

Menurut Curry (1991) hasil tanaman dapat diprediksi dari perkembangan pertumbuhan tunas (shoot), intersepsi cahaya dan distribusinya. Model hubungan distribusi cahaya dengan proses fungsi fisiologi, seperti induksi pucuk bunga, jumlah bunga menjadi buah (fruit set) dan kualitas buah dapat menjadi nilai yang berguna untuk mendesain arsitektur tajuk.

Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa terdapat empat tipe model dalam produksi tanaman yang dikembangkan untuk berbagai kondisi lingkungan. Empat tipe model ini dikenal sebagai model produksi tingkat 1, 2, 3 dan 4. Pada model produksi tingkat 1, proses pertumbuhan hanya dibatasi oleh faktor suhu dan cahaya matahari sedangkan faktor tumbuh lainnya (hara, air, dsb) dianggap optimal. Pada model produksi tingkat 2, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh ke-tersediaan air, sedangkan pada model produksi tingkat 3 pertumbuhan tanaman dibatasi oleh ketersediaan hara N. Pada model produksi tingkat 4 pertumbuhan dibatasi oleh ketersedian fosfat atau oleh unsur lain seperti kalium pada waktu tertentu selama siklus hidupnya.

Perkembangan pemodelan saat ini lebih banyak dilakukan dengan menggunakan komputasi atau teknik simulasi. Perangkat lunak stella merupakan salah satu jenis perangkat lunak yang telah umum digunakan pada pembuatan model. Prusinkiewicz (2004) menyatakan beberapa manfaat penggunaan sistem komputasi atau simulasi dalam pembuatan model. Pertama, sistem komputasi dapat memberikan pemahaman kuantitatif terhadap mekanisme perkembangan yang tidak dapat dijelaskan dengan pemahaman kualitatif. Kedua, memberikan pemahaman tentang interaksi antara berbagai aspek, seperti proses fisiologis, pengaruh lingkungan dan perkembangan tanaman.

3

METODE

(27)

11

TempatdanWaktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Sindang Barang, Desa Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 250 mdpl. Analisis tanah dan hara dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Cimanggu, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Februari 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman jeruk keprok Borneo Prima belum menghasilkan berumur tiga tahun, pupuk urea (45% N), pupuk SP-36 (36% P2O5),

dan pupuk KCL (60% K). Peralatan yang digunakan ialah gunting pangkas, meteran, lux meter, hand counter, thermohigrometer, leaf area meter (LiCor 3000), portable photosynthesis system (LiCor 6400), chlorophyll meter (SPAD-502), curvimeter, alat budidaya dan alat tulis.

Metode Penelitian

Percobaan 1 Aplikasi pemupukan N dan pemangkasan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu:

1. Aplikasi pemupukan yang terdiri atas empat taraf: a. 0 g N/pohon/aplikasi

b. 20 g N/pohon/aplikasi c. 40 g N/pohon/aplikasi d. 60 g N/pohon/aplikasi

2. Perlakuan pemangkasan terdiri atas tiga taraf: a. Tanpa pemangkasan

b. Pemangkasan terbuka tengah c. Pemangkasan pagar

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak empat kali, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu tanaman jeruk, sehingga tanaman jeruk yang diamati dalam percobaan ini ber-jumlah 48 tanaman.

Pengujian pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji F, jika uji F menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = � + + + � + + �

Keterangan :

Yijk : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j dan ulangan ke-k

µ : nilai tengah populasi

αi : pengaruh perlakuan pemupukan taraf ke-i

βj : pengaruh perlakuan pemangkasan taraf ke-j

ρk : pengaruh aditif kelompok ke-k

(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan αidan βj

(28)

12

Percobaan 2 Aplikasi pemupukan P K dan pemangkasan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu:

1. Aplikasi pemupukan yang terdiri atas empat taraf: a. 15 g P/pohon/aplikasi + 10 g K/pohon/aplikasi b. 15 g P/pohon/aplikasi + 15 g K/pohon/aplikasi c. 20 g P/pohon/aplikasi + 10 g K/pohon/aplikasi d. 20 g P/pohon/aplikasi + 15 g K/pohon/aplikasi 2. Perlakuan pemangkasan terdiri atas tiga taraf:

a. Tanpa pemangkasan

b. Pemangkasan terbuka tengah c. Pemangkasan pagar

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak empat kali, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu tanaman jeruk, sehingga tanaman jeruk yang diamati dalam percobaan ini ber-jumlah 48 tanaman.

Pengujian pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji F, jika uji F menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = � + + + � + + �

Keterangan :

Yijk : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j dan ulangan ke-k

µ : nilai tengah populasi

αi : pengaruh perlakuan pemupukan taraf ke-i

βj : pengaruh perlakuan pemangkasan taraf ke-j

ρk : pengaruh aditif kelompok ke-k

(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan αidan βj

εijk : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Percobaan 3 Analisis pertumbuhan akar dan biomas tanaman

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu:

1. Aplikasi pemupukan yang terdiri atas empat taraf: a. 0 g N/pohon/aplikasi (sebagai kontrol)

b. 20 g N/pohon/aplikasi c. 40 g N/pohon/aplikasi d. 60 g N/pohon/aplikasi

2. Perlakuan pemangkasan terdiri atas tiga taraf: a. Tanpa pemangkasan

b. Pemangkasan terbuka tengah c. Pemangkasan pagar

Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu tanaman jeruk, sehingga tanaman jeruk yang diamati dalam percobaan ini berjumlah 36 tanaman.

(29)

13

(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = � + + + � + + �

Keterangan :

Yijk : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j dan ulangan ke-k

µ : nilai tengah populasi

αi : pengaruh perlakuan pemupukan taraf ke-i

βj : pengaruh perlakuan pemangkasan taraf ke-j

ρk : pengaruh aditif kelompok ke-k

(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan αidan βj

εijk : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Pelaksanaan

1. Persiapan Tanaman

Tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang digunakan pada penelitian ini ialah tanaman yang telah berumur tiga tahun dan telah di tanam di lahan. Tanaman ini berasal dari hasil okulasi dengan batang bawah Rough Lemon (RL) dan batang atas Jeruk Keprok Borneo Prima. Persiapan tanaman sebelum dilakukan aplikasi pemupukan dan pemangkasan meliputi pemilihan tanaman contoh, pelabelan, dan penyiangan gulma yang tumbuh di bawah tegakan tanaman yang bertujuan untuk menghindari persaingan serapan hara antara tanaman dan gulma. Pada percobaan 1 dan 2 tanaman di tanam di lahan dengan jarak tanam 4 m x 4 m yang bertujuan untuk mengamati pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman. Khusus untuk percobaan 3 tanaman ditanam pada kotak pengamatan akar berukuran 40 cm x 60 cm x 20 cm yang bertujuan untuk mengamati perakaran dari tanaman ini.

2. Analisis Tanah

Analisis tanah dilakukan sebelum aplikasi pemupukan. Analisis dilakukan di Balai penelitian tanah, Bogor.

3. Pemangkasan

Tanaman sampel yang telah dipilih selanjutnya dipangkas sesuai dengan perlakuan (Gambar 1), yakni pangkas terbuka tengah dan pangkas pagar. Pemangkasan dilakukan setiap tiga bulan sekali selama percobaan. Pada percobaan 1, pemangkasan dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada Juni 2014 (periode 1), September 2014 (periode 2) dan Desember 2014 (periode 3). Pada percobaan 2, pemangkasan dilakukan sebanyak empat kali selama penelitian berlangsung. Pemangkasan dilakukan pada bulan Maret (periode 1), Juni 2014 (periode 2), September 2014 (periode 3) dan Desember 2014 (periode 4).

Pada pangkas terbuka tengah, dipilih dan dipelihara tiga percabangan yang kuat dan letaknya tidak berdekatan (membentuk sudut 90 - 120° satu dengan yang lain). Cabang-cabang yang lain dipangkas sehingga membentuk tiga cabang primer dan setiap cabang primer dipelihara tiga cabang sekunder. Pada pangkas terbuka tengah juga dilakukan pengendalian dominasi apikal dengan cara memangkas batang utama yang tumbuh tegak. Pemangkasan dilakukan dari ujung batang utama hingga 5 – 10 cm di dekat percabangan yang akan dipelihara.

(30)

14

tetap dipertahankan. Cabang-cabang yang tumbuh dibagian Utara dan Selatan diatur dan diikatkan ke sebilah kayu atau bambu dengan menggunakan tali. Cabang diikat dengan sedikit longgar sehingga tidak merusak dan mengganggu pertumbuhan cabang. Pemangkasan terhadap batang utama juga dilakukan untuk menghambat pertumbuhan apikal tanaman. Pemangkasan dilakukan dari ujung batang utama hingga 3 – 5 cm di dekat percabangan yang akan dipelihara.

Gambar 1 Sketsa bentuk pemangkasan jeruk keprok Borneo Prima (a) tanpa pemangkasan, (b) pangkas terbuka tengah dan (c) pangkas pagar 4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap 3 komponen, yaitu pertumbuhan tanaman, keragaan tanaman, serta intersepsi cahaya dan fotosisntesis

1) Pertumbuhan tanaman a. Jumlah tunas

Penghitungan jumlah tunas dilakukan pada semua tunas yang muncul setelah diberi perlakuan. Jumlah tunas baru yang tumbuh dihitung akhir periode pertumbuhan tunas.

b. Jumlah daun baru

Penghitungan terhadap jumlah daun baru dilakukan setiap akhir periode pertumbuhan tunas saat daun sudah membuka sempurna. c. Panjang tunas

Pengukuran panjang tunas dilakukan setiap minggu dari awal munculnya tunas hingga mencapai pertumbuhannya berhenti.

d. Pertumbuhan akar

(31)

15

e. Bobot bahan kering

Pengamatan terhadap bobot kering dilakukan dengan cara mencabut tanaman jeruk yang di tanam pada kotak pengamatan akar enam bulan setelah tanam. Tanaman dipisahkan bagian akar, batang dan daun kemudian dioven pada suhu 80 °C hingga mencapai bobot kering yang stabil. Tanaman yang sudah kering ditimbang bobot kering masing-masing bagiannya.

2) Keragaan tanaman a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur setiap akhir tiga bulan sebelum dilakukan aplikasi pemangkasan. Tinggi tanaman diukur 10 cm dari permukaan tanah hingga posisi daun tertinggi pada tanaman.

b. Indeks Luas Daun (ILD)

Luas daun diukur dengan menggunakan portable area meter (model Li-3000C; Li-Cor, USA), selanjutnya untuk menghitung indeks luas daun (ILD) digunakan rumus:

Pengamatan panjang tajuk di lakukan dengan cara mengukur tajuk terluar dari arah Utara – Selatan dan arah Barat – Timur setiap akhir periode pertumbuhan tunas, sebelum dilakukan perlakuan pangkas untuk periode selanjutnya.

d. Proyeksi bayangan tajuk

Okupasi lahan diukur dengan cara mengukur tinggi (cm) dan luas (cm2) bayangan tajuk pada pagi (08.00), siang (12.00) dan sore (15.00) di akhir percobaan. Tinggi bayangan diukur dari bayangan di pangkal batang hingga posisi tajuk tertinggi. Luas bayangan tajuk diperoleh dari hasil perkalian tinggi bayangan tajuk dengan lebar bayangan tajuk.

e. Tingkat Kehijauan Daun

Pengamatan kehijauan daun dilakukan dengan menggunakan alat Soil Plant Analysis Development (SPAD-502 plus; Konica Minolta, Japan). Tingkat kehijauan daun diukur setiap akhir masa pertumbuhan tunas terhadap dua puluh sampel daun yang dipilih secara acak.

3) Intersepsi cahaya dan fotosintesis a. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya yang diterima tajuk diukur dengan menggunakan lux meter. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada akhir percobaan pada empat posisi tajuk yang berbeda, yakni Timur, Barat, Utara dan Selatan.

b. Laju transpirasi (mmol H2O m-2 s-1)

Laju transpirasi diamati dengan menggunakan Cor (Model Li-6400; Li-Cor Co., Inc). Pengambilan data dilakukan diakhir percobaan,

(32)

16

saat periode pertumbuhan tunas berhenti dan semua daun telah membuka sempurna.

c. Laju fotosintesis (mmol H2O m-2 s-1)

Laju fotosintesis diamati dengan menggunakan Cor (Model Li-6400; Li-Cor Co., Inc). Pengambilan data dilakukan diakhir percobaan, saat periode pertumbuhan tunas berhenti dan semua daun telah membuka sempurna.

d. Konduktansi stomata (mmol H2O m-2 s-1)

Konduktansi stomata diamati dengan menggunakan Li-Cor (Model Li-6400; Li-Cor Co., Inc). Pengambilan data dilakukan diakhir percobaan, saat periode pertumbuhan tunas berhenti dan semua daun telah membuka sempurna.

c. Efisiensi penggunaan cahaya (LUE) LUE = ∆�

� ����

Keterangan:

ΔW : bobot kering tanaman pada periode waktu tertentu (kg)

Qint : jumlah energi yang diintersepsi (MJ m-2)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, tidak terdapat interaksi antar perlakuan pemupukan dan pemangkasan. Pada percobaan ini hanya terdapat pengaruh faktor tunggal pada setiap parameter pengamatan yang dilakukan.

(33)

17

peningkatan dosis pemupukan nitrogen dapat meningkatkan jumlah daun pada tanaman jeruk. Hifni et al. (2013) menambahkan bahwa peningkatan pertumbuhan tunas dan daun dipengaruhi oleh peran fisiologis nitrogen yang merangsang pembelahan sel dalam pertumbuhan tanaman. Thompson et al. (2002) menambahkan bahwa nitrogen merupakan komponen protein yang membangun material sel dan jaringan tanaman.

Tabel 2 Jumlah tunas dan daun baru tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan nitrogen dan bentuk pangkas yang berbeda

Perlakuan

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Perbedaan kombinasi dosis pemupukan P dan K memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Tabel 3). Secara umum dapat dilihat bahwa aplikasi 15 g P yang dikombinasikan dengan 10 g K menghasilkan jumlah tunas terbanyak dibandingkan kombinasi pemupukan P dan K yang lain. Penambahan dosis fosfor sebesar 5 g/pohon/aplikasi cenderung menurunkan pembentukan jumlah tunas. Menurut Liferdi (2010) aplikasi fosfor yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan tajuk tanaman. Peningkatan dosis kalium juga menurunkan jumlah tunas yang dihasilkan oleh tanaman jeruk keprok Borneo Prima. Hasil ini didukung oleh analisis tanah yang dilakukan diawal percobaan. Berdasarkan hasil analisis tanah dijelaskan bahwa kandungan fosfor dan kalium pada lokasi penelitian tergolong tinggi, sehingga hanya diperlukan penambahan fosfor dan kalium melalui pupuk dengan dosis yang rendah.

(34)

18

a b

diharapkan nantinya dapat memproduksi buah jeruk dan berkualitas tinggi, namun penangkapan cahaya matahari tetap optimum.

Tabel 3 Jumlah tunas dan daun baru tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan P, K dan bentuk pangkas yang berbeda

Perlakuan

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji

selang berganda Duncan)

(35)

19

hingga mencapai fase dormansi. Menurut Janick (1972) pada tanaman yang dipangkas terjadi peningkatan pertumbuhan tunas untuk menggantikan sejumlah daun yang hilang saat terjadi pemangkasan, walaupun pertumbuhan ini belum dapat sepenuhnya menggantikan bagian tanaman yang terbuang. Peningkatan pertumbuhan tunas yang terjadi setelah pemangkasan menunjukkan bahwa teknik ini memiliki efek peremajaan. Saat peningkatan pertumbuhan tunas terjadi, pertumbuhan akar visibel masih rendah. Pertumbuhan akar mulai meningkat setelah terjadi dormansi tunas. Puncak pertumbuhan akar ialah saat sebelum pertumbuhan tunas periode selanjutnya terjadi. Menurut Hidayat et al. (2005) peningkatan pertumbuhan akar yang cepat sebelum tunas tumbuh disebabkan karena akar merupakan organ utama yang mensintesis sitokinin. Sitokinin di-translokasikan oleh akar ke tunas melalui xilem. Sitokinin berperan dalam memacu pembelahan sel sehingga terjadi pemecahan dormansi, sehingga pertumbuhan tunas terjadi.

Bobot kering tanaman juga merupakan salah satu parameter yang menggambarkan pertumbuhan tanaman sebagai hasil dari proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman tersebut. Berdasarkan hasil destruktif tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada Tabel 4, terlihat bahwa perbedaan taraf dosis pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman, sedangkan pemangkasan hanya berpengaruh terhadap bobot kering daun. Setiap kali aplikasi pemangkasan dilakukan, tanaman akan kehilangan sejumlah besar daunnya. Pada tanaman yang tidak dipangkas, jumlah daun terlalu banyak sehingga daun-daun yang terletak di bagian bawah dan dalam tajuk tidak dapat menerima cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis. Daun-daun pada posisi tersebut hanya berfungsi sebagai sink. Secara umum dapat dilihat bahwa batang merupakan bagian tanaman yang paling dominan, diikuti akar dan daun. Alva et al. (2003) menyatakan bahwa bagian tanaman yang berkayu memiliki proporsi terbesar pada berat kering tanaman jeruk.

Tabel 4 Bobot kering beberapa bagian tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada berbagai dosis pupuk nitrogen dan bentuk pangkas

Perlakuan Bobot kering (g)

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji

(36)

20

Keragaan Tanaman

Secara umum keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Gambar 3) lebih dipengaruhi oleh faktor pemangkasan. Pada parameter tinggi tanaman, baik pada perlakuan pemupukan nitrogen (Tabel 4) maupun pemupukan fosfor dan kalium (Tabel 5) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Tabel 5 Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pupuk nitrogen

dan bentuk pangkas yang berbeda

Perlakuan Tinggi tanaman pada periode ke-

1 2 3

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Tabel 6 Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada pemupukan P, K dan bentuk pangkas yang berbeda

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Pertambahan tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor pemangkasan. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima memiliki tunas yang arah pertumbuhannya menghadap ke atas yang menyebabkan ukuran tanaman semakin tinggi. Pemang-kasan merupakan salah satu cara untuk mengendalikan dominasi apikal pada tanaman ini. Menurut Coombs et al. (1994) pemangkasan dapat mematahkan dominansi apikal pada tunas dan mendorong pertumbuhan tunas lateral, sehingga

Perlakuan Tinggi tanaman pada periode

(37)

21

arah pertumbuhan tunas menjadi ke samping yang secara langsung dapat memperlambat peningkatan tinggi tanaman. Berdasarkan Tabel 5 dan 6 dapat dilihat bahwa tanaman yang tidak dipangkas memiliki ukuran tanaman yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang diberi perlakuan pemangkasan. Perlakuan pemangkasan yang dilakukan membuat ukuran tanaman menjadi lebih pendek.

Pemangkasan yang diaplikasikan pada tanaman jeruk keprok Borneo Prima, selain menjadikan ukuran tanaman menjadi lebih pendek, pemangkasan juga berpengaruh terhadap okupasi lahan (Tabel 7). Okupasi lahan ialah luasan lahan yang ditutupi oleh tajuk tanaman. Bila okupasi lahan besar, maka tanaman tersebut membutuhkan jarak tanam yang lebih luas agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terganggu oleh tanaman lainnya. Luasnya okupasi lahan dari tanaman dapat direfleksikan oleh bayangan yang terbentuk oleh tanaman, baik tinggi maupun luas bayangan tajuknya. Melalui pemangkasan dapat dilihat bahwa okupasi lahan menjadi lebih kecil, sehingga jarak tanam yang dibutuhkan antar tanaman menjadi lebih sempit. Hal ini akan berpengaruh secara langsung terhadap populasi tanaman tersebut dan nantinya akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa tanam-an ytanam-ang diaplikasiktanam-an ptanam-angkas pagar mengokupasi lahtanam-an lebih sempit dibtanam-anding- dibanding-kan perlakuan pangkas lainnya.

Tabel 7 Tinggi dan luas bayangan tajuk pada berbagai bentuk pangkas

Perlakuan

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Okupasi lahan berhubungan dengan pertumbuhan panjang tajuk. Semakin panjang tajuk tanaman maka okupasi tanaman juga semakin besar. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap panjang tajuk tanaman jeruk Keprok Borneo Prima, perbedaan dosis pupuk nitrogen (Tabel 8) maupun fosfor dan kalium (Tabel 9) yang diaplikasikan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Panjang tajuk arah Utara – Selatan maupun Barat – Timur dipengaruhi oleh perlakuan pemangkasan yang dilakukan.

(38)

22

dibuat seperti semak, tetapi lebih tinggi. Pemangkasan tipe ini cocok diterapkan pada tanaman yang di tanam pada lahan yang luas, seperti perkebunan.

Tanaman yang diberi perlakuan pangkas pagar menghasilkan panjang tajuk arah Barat – Timur yang lebih pendek dibandingkan perlakuan pemangkasan lainnya (Tabel 8 dan 9). Hal ini disebabkan karena dalam aplikasi pemangkasan, tunas-tunas yang tumbuh arah Barat – Timur dipangkas dan tunas-tunas yang ada di Utara – Selatan dibiarkan tumbuh. Tujuannya ialah agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam tajuk secara optimum dari matahari terbit di pagi hari hingga terbenam di sore hari. Penerimaan cahaya matahari yang optimal pada tajuk akan mempengaruhi fotosintesis.

Aplikasi pangkas pagar mengokupasi daerah pertanaman arah Barat – Timur lebih sempit dibandingkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang tum-buh alami tanpa aplikasi pemangkasan. Okupasi arah Barat – Timur yang lebih sempit ini dapat menghemat jarak tanam, sehingga jeruk dapat ditanam lebih rapat pada arah tersebut dan populasi tanaman jeruk per hektarnya menjadi lebih banyak. Aplikasi pangkas pagar dapat mengurangi setengah dari jarak tanam arah Barat – Timur, sehingga pemangkasan tipe ini sesuai untuk diterapkan pada lahan berukuran sempit, seperti pekarangan rumah. Munandar (2001) melaporkan bah-wa produktivitas yang tinggi dapat dicapai dengan produksi per pohon yang tinggi dengan jarak tanam besar atau produksi per pohon sedang tetapi jarak tanamnya kecil.

Tabel 8 Panjang tajuk arah Utara – Selatan dan Barat – Timur tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan nitrogen dan bentuk pangkas yang berbeda

Perlakuan Utara – Selatan Barat – Timur

1 2 3 1 2 3

Panjang tajuk (cm)a

Pemupukan N

(g/pohon/aplikasi)

0 52.70 58.42 58.58 44.25 60.50 51.67

20 61.73 58.17 65.58 52.73 56.83 58.08

40 51.09 56.64 57.00 51.27 61.00 61.27

60 59.67 62.67 65.00 51.83 60.08 59.33

Pemangkasan

Tanpa pemangkasan 72.81 a 71.31 a 79.25 a 72.63 a 75.88 a 81.13 a

Terbuka Tengah 42.80 c 52.88 b 56.31 b 45.53 b 52.31 b 53.31 b

Pagar 52.20 b 52.47 b 48.53 b 30.13 c 49.93 b 36.80 c

Interaksi tn tn tn tn tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

(39)

23

Tabel 9 Panjang Tajuk arah Utara – Selatan dan Barat – Timur tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan P, K dan bentuk pangkas yang berbeda

Perlakuan Utara – Selatan Barat – Timur

1 2 3 4 1 2 3 4

Panjang tajuk (cm)a

Pemupukan P dan K

(g/pohon/aplikasi)

15 P + 10 K 44.75 53.75 60.08 67.00 39.04 49.42 57.33 56.42 15 P + 15 K 39.48 53.33 63.92 63.58 35.38 49.00 51.58 52.17 20 P + 10 K 35.75 52.42 60.67 61.50 34.18 39.67 51.42 51.40 20 P + 15 K 40.49 44.25 49.42 60.50 33.58 40.92 50.75 48.67

Pemangkasan

Tanpa

pemangkasan 40.59 59.88 a 62.88 72.00 a 44.76 a 56.06 a 59.38 a 71.27 a Terbuka Tengah 38.82 47.63 b 53.88 61.19 b 38.59 a 43.25 b 52.86 ab 53.69 b Pangkas pagar 40.94 45.31 b 58.81 56.60 b 23.28 b 34.94 b 46.06 b 31.53 c

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

1 2 3

(a)

(b)

2

1 3

(40)

24

Tanpa pemangkasan Pangkas Terbuka Tengah Pangkas Pagar Intersepsi Cahaya dan Fotosintesis

Pemangkasan yang telah dilakukan dapat membuka kanopi tanaman jeruk sehingga meningkatkan penangkapan cahaya matahari. Cahaya matahari yang diperoleh dimanfaatkan oleh tanaman untuk fotosintesis. Menurut Palmer et al. (1992) intersepsi cahaya berhubungan dengan indeks luas daun (ILD). Indeks luas daun merupakan hasil dari perbandingan antara luas daun total dengan luas lahan yang diokupasi oleh tajuk. Pada tanaman yang diaplikasikan pangkas terbuka tengah memiliki ILD 0.38 atau 12 % lebih rendah dibandingkan tanaman yang tumbuh secara alami (kontrol), sedangkan pemangkasan pagar memiliki ILD sebesar 0.35 atau 20% lebih rendah dibandingkan kontrol (0.43).

Peningkatan ILD pada tanaman berpengaruh pada intersepsi cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam tajuk tanaman. Tanaman yang tumbuh alami tanpa pemangkasan memiliki indeks luas daun yang lebih besar dibandingkan tanaman yang diaplikasikan pemangkasan. Semakin besar nilai ILD tanaman maka intersepsi cahaya ke tajuk akan semakin rendah. Tanaman yang dipangkas memiliki ILD yang rendah cenderung dapat mengintersepsi cahaya lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa tajuk yang terbuka akibat aplikasi pemangkasan dapat meningkatkan cahaya yang mampu diterima oleh tanaman, terutama pada daun sebagai organ utama dalam fotosintesis.

Gambar 4 Persentase intersepsi cahaya matahari ke tajuk pada berbagai bentuk pangkas dan arah pertumbuhan tajuk (T) Timur, (B) Barat, (U) Utara dan (S) Selatan

(41)

25

pagi hari. Pangkas terbuka tengah dapat mengintersepsi cahaya matahari lebih tinggi pada arah Barat dan Selatan. Pada sore hari saat posisi matahari condong ke arah barat, daun-daun pada tanaman yang diberi perlakuan pangkas terbuka tengah mengintersepsi cahaya matahari tertinggi pada bagian tanaman arah Barat dan Utara.

Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman jeruk Keprok Borneo Prima, selain berpengaruh terhadap bentuk tanaman, juga berpengaruh terhadap warna daun. Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap kehijauan daun (Tabel 10). Daun pada tanaman yang tidak dipangkas umumnya berwarna lebih hijau. Hal ini diduga berhubungan dengan inisiasi tunas akibat pemangkasan. Pada saat pengamatan dilakukan, daun yang berasal dari tunas-tunas baru belum menjadi daun dewasa, sehingga daun-daun tersebut masih berwarna hijau muda. Pada tanaman yang tidak dipangkas, pertumbuhan tunas jarang terjadi, sehingga daun yang tumbuh pada tanaman didominasi oleh daun dewasa yang berwarna hijau tua. Kehijauan daun berkaitan erat dengan total klorofil yang terdapat di dalam daun, semakin tinggi tingkat kehijauan daun maka makin tinggi total klorofil (Raden 2009). Rupp dan Traenkle (1995) mengemukakan bahwa besarnya kandungan klorofil dipengaruhi oleh umur daun. Kandungan klorofil akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur daun. Selain itu, warna hijau tua pada daun dari tanaman yang tidak dipangkas merupakan salah satu bentuk respon tanaman terhadap intensistas cahaya yang rendah (Taiz & Zeiger 2002). Intensitas cahaya rendah terjadi akibat jumlah daun yang terlalu banyak sehingga terjadi naungan antar daun.

Tabel 10 Kehijauan daun tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pupuk nitrogen dan bentuk pangkas yang berbeda

Perlakuan Kehijauan daun

aAngka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf

uji 5% (uji selang berganda Duncan)

(42)

26

Indeks luas daun, kehijauan daun dan intersepsi cahaya matahari berhubungan dengan fotosintesis pada tanaman. Laju fotosintesis menentukan jumlah asimilat yang terbentuk (fotosintat) pada tanaman. Menurut Gardner et al. (2008) faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung dalam proses fotosintesis ialah cahaya, CO2 dan suhu. Tabel 11 dan Tabel 12 menunjukkan bahwa

Pemupukan nitrogen maupun kombinasi pemupukan fosfor dan kalium serta pemangkasan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju fotosintesis, transpirasi dan konduktansi stomata. Hal ini diduga karena suhu daun yang juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Menurut Vu dan Yelenosky (1987) kapasitas fotosintesis daun sangat dipengaruhi oleh suhu tanaman. Nasaruddin et al. (2006) menambahkan bahwa daun secara langsung akan mempengaruhi buka tutup stomata. Peningkatan suhu dalam batas tertentu akan merangsang bukaan stomata untuk menyerap CO2, yang merupakan bahan

baku utama dalam proses fotosintesis. Peningkatan CO2 memacu peningkatan laju

fotosintesis.

Pada proses fotosintesis nitrogen merupakan bagian integral klorofil yang mampu mengubah sinar matahari menjadi energi kimia yang diperlukan untuk fotosintesis. Kecukupan pasokan N ke tanaman ditandai oleh aktivitas fotosintesis yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang baik dan warna tanaman yang hijau tua (Munawar 2011). Fosfor berperan sebagai regulator pembagian hasil fotosintesis pada bagian tanaman. Kalium berfungsi dalam mengatur pasokan karbon dioksida (CO2) ke tanaman jeruk dengan cara mengatur buka tutup stomata. Akibatnya laju

fotosintesis akan menurun secara signifikan bila tanaman kekurangan kalium (Obreza 2003).

Gambar

Gambar 1 Sketsa bentuk pemangkasan jeruk keprok Borneo Prima (a) tanpa
Tabel 4 Bobot kering beberapa bagian tanaman jeruk keprok Borneo Prima
Tabel 9 Panjang Tajuk arah Utara – Selatan dan Barat – Timur tanaman jeruk
Tabel 12 Laju fotosintesis, laju transpirasi dan konduktansi stomata tanaman jeruk keprok Borneo prima pada berbagai dosis pupuk kalium dan fosfor serta bentuk pangkas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kadar kolesterol total tikus kelompok perlakuan setelah intervensi selai kacang dengan substitusi bekatul 30% mengalami penurunan 2.94±8.51 mg/dl namun tidak bermakna

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek jus buah jambu biji dosis 2 g/ 200 g BB tikus/hari sebanyak 3 ml/ tikus yang diberikan secara peroral (p.o) dapat menurunkan kadar

Konsep tawassul yang diperaktekkan oleh sebahagisn masyarakat muslim tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab orang yang bertawassul tidak pernah meyakini

Atas dasar tersebut, setelah mewawancarai beberapa wisatawan yang datang ke Waduk Darma bahwa mereka tertarik untuk mengunjungi Waduk Darma karena menawarkan udara yang sejuk,

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, bentuk eksekusi paksa badan adalah dimungkinkannya seseorang untuk dipaksa memenuhi kewajibannya membayar utang

Hasil analisis member ikan kesimpulan bahw a or ientasi kew ir ausahaan memiliki hubungan posit if dan signifikan dengan per tumbuhan UMKM, namun per an faktor permodalan

keterampilan sosial) terhadap motivasi belajar siswa kelas XI pada mata. pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun

Selain itu tesis ini disusun dengan tujuan agar memberikan konstribusi yang positif bagi para akademisi di Fakultas Hukum khususnya dan masyarakat pada umumnya